Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KANKER NASOFARING

DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN

DI RUANG FLAMBOYAN RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH

DISUSUN OLEH :

BERLIAN DIANA SAFITRI

NIM : P17166

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kanker merupakan penyakit yang dapat menyerang semua lapisan


masyarakat tanpa mengenal sosial, umur, dan jenis kelamin. Anak – anak,
remaja, dan orang dewasa tidak lepas dari serangan kanker. Pria dan wanita
dapat terserang penyakit kanker, namun dari data yang ada kaum wanita
paling banyak terkena kanker. Penyakit ini sebenarnya timbul akibat fisik
yang tidak normal serta pola makan dan pola hidup yang tidak sehat,
meskipun kanker diketahui bisa diturunkan oleh orang tua kepada anaknya.
Beberapa penyakit kanker yang sering terjadi di Indonesia yaitu kanker
payudara, kanker leher rahim, kanker paru dan kanker nasofaring (Adam,
2012).

Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh didaerah


nasofaring dengan predileksi di Fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.
Kanker nasofaring merupakan tumor ganas yang sering dijumpai dibagian
telinga, hidung, tenggorokan, kepala dan leher. Kanker nasofaring di
Indonesia menduduki urutan keempat dari seluruh keganasan setelah kanker
mulut rahim, payudara dan paru (Nasir, 2009).

Lebih dari 30% dari kematian akibat kanker disebabkan oleh lima
faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu indeks masa tubuh tinggi, kurang
konsumsi buah dan sayur, kurang aktivitas fisik, penggunaan rokok, dan
konsumsi alkohol berlebih (Kemenkes RI, 2015). Merokok merupakan faktor
risiko utama kanker yang menyebabkan terjadinya lebih dari 20% kematian
akibat kanker di dunia dan sekitar 70% kematian akibat paru di seluruh dunia.
Kanker yang menyebabkan infeksi virus seperti virus Hepatitis B, Hepatitis C,
dan virus human papiloma berkontribusi terhadap 20% kematian akibar
kanker di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih dari 60% kasus
baru sekitar 70% kematian akibat kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta
pada tahun 2012 menjadi 22 juta dalam dekade berikutnya (Kemenkes RI,
2015)

Secara prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di


Indonesia tahun 2013 sebesar 1,3% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.
Provinsi D.I Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker,
yaitu 4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa
Tengah dan Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi
penderita kanker terbanyak, yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang ( Kemenkes
RI, 2015).

Tindakan atau terapi medik yang dilakukan pada pasien kanker


nasofaring yaitu kemoterapi, radioterapi, terapi kombinasi dan pembedahan
atau operasi. Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal , dilakukan jika
masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan
kelenjar.Tindakan pembedahan merupakan salah satu faktor stressor bagi
seorang penderita kanker nasofaring. Seseorang mengalami cemas, gelisah
dan takut saat mengahadapi pembedahan atau operasi, karena tindakan operasi
akan membangkitkan reaksi stress baik secara psikologis maupun secara
fisiologis yang salah satu respon stressnya adalah cemas, dan dalam rentang
waktu saat menunggu pelaksanaan operasi akan menyebabkan kecemasan
pada pasien (Simbolon & Hondro, 2015).

Perawatan pre operasi yang efektif untuk mengurangi resiko post


operasi, salah satu prioritas tindakan keperawatan pada fase ini adalah
mengurangi kecemasan pasien pre operasi (Yanti, dkk. 2016). Bila kecemasan
tidak mendapat penanganan yang adekuat, terdapat kemungkinan kecemasan
dapat bertambah parah yang akan berdampak pada ketidaksiapan pasien untuk
menjalani proses operasi (Simbolon & Hondro, 2015). Kecemasan pada
pasien pre operasi harus diatasi karena akan menimbulkan berbagai resiko
diantaranya perubahan fisiologi yang dapat menghambat dilakukannya
tindakan operasi karena pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan
akan menimbulkan kelaianan seperti peningkatan tekanan darah, sehingga
apabila operasi tetap dilakukan akan mengakibatkan penyulit terutama dalam
menghentikan perdarahan dan bahkan setelah operasi dilakukan akan
mengganggu proses penyembuhan (Breathesy, 2009). Karena hal tersebut
peran perawat sangat diperluan untuk melakukan intervensi kepada pasien dari
pre sampai post operasi, hal yang dapat dilakukan perawat yaitu melalukan
berbagai terapi misalnya terapi meditasi, terapi imajinasi, dan terapi relaksasi
(Rokawie, Sulastri, & Anita, 2017).

Berbagai penelitian untuk mengatasi kecemasan pre operasi telah


banyak dilakukan namun belum ada satupun yang direkomendasikan yang
efektif untuk mengatasi kecemasan ini. Kecemasan dapat ditangani dengan
cara farmakologis dan non farmakologis. Dalam penanganan farmakologis
menggunakan obat anti ansietas misalnya benzodiazepine, hanya digunakan
untuk jangka pendek karena pengobatannya bersifat ketergantungan.
Sedangkan untuk cara non farmakologis dapat ditangani dengan teknik
relaksasi, psikoterapi dengan hipnoterapi (Anita, 2017).

Salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk penanganan


kecemasan adalah teknik relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi genggam
jari merupakan teknik yang sederhana dan mudah untuk dilakukan oleh
siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam
tubuh. Teknik genggam jari disebut juga dengan finger hold. Menggenggam
jari dan menarik nafas dalam – dalam selama 15 menit dapat mengurangi dan
menyembuhkan ketegangan fisik maupun emosi, karena dengan
menggenggam jari akan menghangatkan titik – titik keluar dan masuknya
energy yang terletak pada jari – jari tangan. Pada saat menggenggam titik –
titik refleksi pada tangan akan memberikan rangsangan spontan. Rangsangan
tersebut akan mengalirkan semacam gelombang listrik menuju ke otak
kemudian diproses dengan cepat dan diteruskan ke saraf pada organ tubuh
yang mengalami gangguan, sehingga sumbatan di saluran energi menjadi
lancer. Teknik relaksasi ganggam jari membantu tubuh, pikiran dan emosi
mencapai keadaan rileks. Ketika tubuh dalam keadaan rileks, maka
ketegangan otot berkurang yang kemudian akan mengurangi kecemasan
( Yuliastuti, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan


suhan keperawatan pada pasien kanker nasofaring yang mengalami kecemasan
pre operasi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulius dapat merumuskan
masalah “Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien kanker
nasofaring dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pasien kanker
nasofaring dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien kanker nasofaring
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasein kanker nasofaring
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien kanker nasofaring
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien kanker nasofaring
dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman.
5. Melakukan evaluasi pada pasien kanker nasofing dalam pemenuhan
kebutuhan aman dan nyaman.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan asuhan
keperawatan pada pasien kanker nasofaring dalam pemenuhan
kebutuhan aman dan nyaman.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.Bagi Perawat
Sebagai ilmu keperawatan yang dapat digunakan sebagai referensi
landasan dan pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan
yang efektif dan komprehensif pada pasien kanker nasofaring dalam
masalah keperawatan kecemasan.
2.Bagi Rumah Sakit
Hasil karya tulis ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien kanker nasofaring.
3.Bagi Institusi pendidikan
Sebagai sumber penelitian berikutnya untuk melanjutkan
penelitian sejenis dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu
pendidikan keperawatan di masa yang akan dating.
4.Bagi Klien
Klien yang dirawat di rumah sakit dapat mendapatkan informasi
tentang kanker nasofaring dan perawatan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai