Skenario
Tn. Barrack, 41 tahun, seorang pengusaha muda di bidang entertainment. Dia suka
makan makanan cepat saji, seafood, dan daging untuk makan siangnya. Dia
mengeluh berat badan berlebih dan nyeri sendi tangan atau kaki. Dia melakukan
medical check up di Klinik Kesehatan Universitas Sriwijaya. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan Tn. Barrack mengalami dyslipidemia dan
hyperuricemia ringan. Dokter menyarankan agar Tn. Barrack olahraga aerobik
secara teratur dan konsumsi ikan yang tinggi kandungan omega 3.
B. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Defenisi
1. Makanan cepat saji Makanan yang pengolahannya dan penyajiannya
dilakukan dengan serba cepat (KBBI).
2. Nyeri sendi Rasa sakit pada daerah persendian yang
disebabkan karena cedera pada daerah ligamen,
kantung cairan persendian, otot atau tendon, atau
tulang (jurnal).
3. Medical check up Upaya layanan kesehatan dalam pemeriksaan
kesehatan untuk mendeteksi penyakit sejak dini
walaupun seorang tersebut belum merasakan sakit
atau terlihat gejala penyakit (makalah FKM UI).
4. Dyslipidemia Kelainan atau jumlah yang abnormal dari lipid
dan lipoprotein di dalam darah (Dorland).
5. Hyperuricemia Ekses (excess) asam urat dalam darah (Dorland).
C. Identifikasi Masalah
No. Kenyataan Kesesuaian Prioritas
1. Tn. Barrack, 41 tahun, suka Tidak sesuai VVV
makan makanan cepat saji,
seafood, dan daging untuk
makan siangnya.
2. Tn. Barrack, 41 tahun, suka Tidak sesuai VV
makan makanan cepat saji,
seafood, dan daging untuk
makan siangnya.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium Tidak sesuai V
dan medical check up
menunjukkan Tn. Barrack
mengalami dislipidemia dan
hiperurisemia ringan.
4. Dokter menyarankan Tn. Sesuai
Barrack olahraga aerobik secara
teratur dan konsumsi ikan yang
tinggi kandungan omega 3.
Alasan: karena merupakan penyebab dari keluhan dan penyakit yang dialami Tn.
Barrack.
D. Analisis Masalah
1. Tn. Barrack, 41 tahun, suka makan makanan cepat saji, seafood, dan daging
untuk makan siangnya.
a. Apa kandungan yang terdapat pada makanan cepat saji, seafood, dan daging
sesuai pada kasus?
Jawab: Lemak, protein, karbohidrat, garam.
b. Apa dampak jika Tn. Barrack suka mengonsumsi makanan cepat saji,
seafood, dan daging?
Jawab: BB (berat badan) naik, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi,
hiperurisemia, dyslipidemia.
c. Apa manfaat mengonsumsi daging secukupnya?
Jawab: Cadangan energi, zat pembangun, zat transport, menjaga
keseimbangan elektrolit.
d. Berapa jumlah kadar konsumsi lipid normal berdasarkan rentang usia?
Jawab: Anak-anak usia 2-3 tahun, total lemaknya 30%-35% dari total kalori
yang dimakan. Anak-anak usia 4-18, total lemaknya 25%-35% dari total
kalori yang dimakan. Dewasa usia 19 tahun keatas, total lemaknya 20%-
35% dari total kalori yang dimakan.
e. Bagaimana metabolisme dari diet yang dilakukan oleh Tn. Barrack?
Jawab:
1) Metabolisme Lipid
Metabolisme lipid atau lemak di dalam tubuh dimulai di dalam
mulut dan dicampur dengan air ludah, dan dicampur dengan enzim
lipase lingual yang terdapat di dalam kelenjar air liur. setelah itu lipid
masuk ke dalam esofagus dan didalam esofagus lipid tidak mengalami
proses metabolism lipid. Kemudian ke lambung, di dalam lambung
dengan bantuan enzim lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai
proses hidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak, dan
proses metabolisme lipid terbatas sebab lipase lambung hanya dapat
melakukan hidrolisis dalam jumlah terbatas. Lalu masuk ke dalam usus
halus, di dalam usus halus, bahan empedu dari kontong empedu
mengemulsi lipid.
Enzim lipase yang berasal dari pankreas dan dinding usus halus
menghidrolisis lipid atau lemak dalam bentuk emulsi menjadi
digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak.Fosfolipida yang
berasal dari pankreas juga menghidrolisis fosfolipid menjadi asam
lemak dan lisofosfolipida.dan dari usus halus lemak yang telah
mengalami proses hidrolisi alan masuk ke dalam proses metabolisme
lipid. Sebagai cadangan energi hasil metabolisme lipid, tubuh akan
menyimpannya dalam bentuk simpanan lipid atau lemak yang utamanya
disimpan dalam sel lemak dalam jaringan lemak tubuh. sel-sel lemak
memiliki enzim khusus di permukaannya yaitu lipoprotein lipase (LPL)
yang memiliki kemampuan melepaskan trigliserida dan lipoprotein,
menghidrolisisnya dan meneruskan hasil hidrolisis ke dalam sel. Jika
sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan
menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
serta melepaskan ke dalam pembuluh darah. Karena itu untuk
memperlancar hidrolisis metabolisme lipid tubuh membutuhkan
karbohidrat, karena itu, jika mengonsumsi lemak dalam jumlah yang
banyak sebaiknya diikuti dengan mengonsumsi karbohidrat dalam
jumlah yang banyak juga.
Proses Metabolisme Lipid di dalam tubuh baik yang berasal dari
karbohidrat, protein, dan lemak berfungsi untuk menghasilkan energi
tubuh untuk bergerak dan memenuhi kebutuhan energi di dalam sel.
karena itu semua proses metabolisme lipid tersebut, asetil Ko A
memiliki peranan yang sangat besar dalam menghasilkan energi. asetil
KoA dapat diubah menjadi asetoasetat dan D-3- hidroksibutirat.
Senyawa-senyawa asetoasetat, D-3- hidroksibutirat dan aseton
dinamakan badan-badan keton.Penderita diabetes yang tidak diobati,
maka badan-badan keton ditemukandalamdarahnyadengankadaryang
tinggi. Metabolisme lipid merupakan proses tubuh untuk menghasilkan
energi dari asupan lemak setelah masuk menjadi sari-sari makanan
dalam tubuh.
Dalam memetabolisme lipid menjadi energi kita membutuhkan
bantuan glukosa dari karbohidrat.lemak dalam tubuh kita akan masuk
ke dalam proses metabolisme lipid atau lemak setelah melewati tahapan
penyerapan, sehingga bentukan lipid yang memasuki jalur metabolisme
lipid dalam bentukan trigliserida (trigliserida adalah bentuk simpanan
lemak tubuh). Dalam bentuk trigliserida, metabolisme lipid atau lemak
disintesis menjadi asam lemak dan glliserol, asam lemak dan gliserol ini
lah yang masuk kedalam proses metabolisme lemak membentuk energi.
Asam lemak hasil sintesis lemak hanya terdiri dari pecahan 2karbon,
karena itu sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa dari asam lemak,
begitupun dengan gliserol, karena gliserol hanya merupakan 5% dari
lemak.
Dengan demikian, sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa
dari metabolisme lipid. Karena tubuh tidak dapat membentuk glukosa
dari lemak maka organ tubuh tertentu seperti sistem saraf tidak dapat
mendapat energi dari lemak, dan karena hal itu pula proses pembakaran
lipid atau lemak tubuh membutuhkan proses yang panjang, salah
satunya harus membutuhkan bantuan glukosa.
2) Metabolisme Lipoprotein
3) Metabolisme Purin dan Pirimidin
2. Dia mengeluh berat badan berlebih dan nyeri sendi tangan atau kaki.
a. Bagaimana hubungan antara diet Tn. Barrack dengan keluhan yang
dialami?
Jawab: Peningkatan diet purin menyebabkan peningkatan katabolisme
purin sehingga menyebabkan peningkatan pembentukan asam urat yang
menyebabkan hiperurisemia. Peningkatan diet lipid menyebabkan
peningkatan lipogenesis, yang menyebabkan obesitas dan dislipedemia.
Peningkatan asam urat menyebabkan tertumpuknya asam urat pada sendi-
sendi di tangan dan kaki, sehingga menyebabkan nyeri.
b. Bagaimana mekanisme nyeri sendi tangan atau kaki pada kasus?
Jawab: Nyeri pada sendi disebabkan karena diet tinggi protein yaitu
kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin
menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat hingga menjadi
hiperurisemia ringan. Ketika kadar asam urat dalam darah melebihi batas
kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendi,
termasuk pada tangan dan kaki sehingga menimbulkan reaksi inflamasi
dimana reaksi inflamasi ini menimbulkan rasa nyeri pada sendi.
c. Bagaimana mekanisme peningkatan berat badan pada kasus?
Jawab: Peningkatan diet lipid menyebabkan peningkatan lipogenesis, yang
menyebabkan obesitas dan dislipedemia sehingga terjadinya peningkatan
berat badan.
E. Learning Issues
1. Metabolisme lipid
2. Metabolisme purin
3. Metabolisme pirimidin
4. Metabolisme lipoprotein
5. Metabolisme karbohidrat
6. Dyslipidemia dan hiperurisemia
7. Omega 3 dan olahraga aerobik (pada kasus)
E-Book,
Metabolisme Journal,
3.
Pirimidin Textbook,
Internet
E-Book,
Metabolisme Journal,
4.
Lipoprotein Textbook,
Internet
E-Book,
Metabolisme Journal,
5.
Karbohidrat Textbook,
Internet
Dyslipidemia E-Book,
dan Journal,
6.
Hiperurisemia Textbook,
Internet
Manfaat
omega 3 bagi
Pengertian E-Book,
Omega 3 dan tubuh dan
omega 3 dan Journal,
7. olahraga pengaruh -
olahraga Textbook,
aerobik olahraga
aerobik Internet
aerobik pada
kasus
G. Sintesis
METABOLISME LIPID
Jenis-jenis Lipid
Pada sitosol, dengan adanya ATP dan koenzim A, sitrat dipecah oleh enzim
ATP-sitrat liase, membebaskan kembali asetil-KoA dan oksaloasetat. Dengan
demikian, asetil-KoA yang semula terbentuk dari piruvat dalam mitokondria
dipindahkan ke sitosol untuk disintesis menjadi palmitat Gambar.3.4. Oksaloasetat
yang dibebaskan pada sitosol, dengan adanya NADH, membentuk malat. Malat
kemudian oleh enzim malat menjadi piruvat dengan melepaskan hidrogen, yang
ditangkap oleh NADP. NADPH yang terbentuk digunakan sebagai donor hidrogen
pada sintesis do novo (Murray,K., 2002).
Piruvat yang terbentuk masuk kembali ke dalam mitokondria dan dengan
dikatalisis enzim piruvat karboksilase, membentuk kembali oksaloasetat yang semula
dipakai untuk membentuk sitrat. Perjalanan dari surat-oksaloasetat-malat-piruvat-
oksaloasetat dan membentuk kembali sitrat ini sebagai siklus sitrat-pirupat. Malat yang
terbentuk, selain membentuk piruvat, juga dapat memasuki mitokondria dengan
bantuan transporter dikarboksilat, yang kemudian masuk ke siklus TCA membentuk
kembali oksaloasetat (Murray,K., 2002).
Selain asetil-KoA denovo juga memerlukan: NADH, yang diperoleh dari reaksi
yang dikatalisis oleh enzim malat, dari HMP Shunt dan dari yang dikatalisis oleh enzim
isositrat dehidrogenase; ATP dan CO2 untuk sintesis malonil-KoA (Gb 3.2). CO2
diperoleh dari bikarbonat HMP-shunt (lintasan heksosa monophospat) merupakan
siklus pentosa phospat tidak menghasilkan ATP (jalur alternatif untuk oksidasi
glukosa), tetapi mempunyai dua fungsi utama yaitu: (1) sebagai produksi NADPH atau
digunakan sintesis reduktif seperti biosintasis asam lemak dan steroid (2) sebagai
penghasil ribosa pada biosintesis nukleotida serta asam lemak. Lintasan ini bekerja
aktif di dalam hati, jaringan adiposa, korteks adrenal, tiroid, eritrosit, testis, kelenjar
mammae dari wanita yang menyusui, dan memiliki aktivitas yang rendah di dalam otot
skelet (otot skelet mampu mensintesis ribosa 5-phospat untuk sintesis nukleotida)
(Qiu,X.,et.al. 2003).
Proses sintesis denovo meliputi pembentukkan malonil-KoA (Gb.3.2) dan sintesis
palmital dari asetil-KoA, di mana asetil-KoA berfungsi sebagai molekul pemula
(“primer”) (Gb 3.5 ):
1. Pembentukan malonil-KoA
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun
tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:
WHO merekomendasikan asupan lemak tidak lebih dari 30% dari asupan total
energi per hari (lemak yang dimaksud adalah yang mengandung omega 3 dan minyak
nabati). Ini setara dengan 67 gram lemak per hari, jika total kebutuhan energi Anda per
hari 2000 kalori. Atau, setara dengan 5-6 sendok makan minyak per hari. Anak-anak
usia 2-3 tahun, total lemaknya 30%-35% dari total kalori yang dimakan
Anak-anak usia 4-18, total lemaknya 25%-35% dari total kalori yang dimakan
Dewasa usia 19 tahun keatas, total lemaknya 20%-35% dari total kalori yang dimakan.
METABOLISME PURIN
Purin adalah salah satu basa nitrogen, yang merupakan suatu senyawa siklik yang
memiliki cincin pirimidin dan cincin imidazol, yang mengandung karbon dan atom
(hetero) lainnya seperti nitrogen. Purin memiliki beberapa jenis, yaitu adenin, guanin,
hipoxantin, dan xantin. Berikut struktur kimia keempat jenis purin:
Purin memiliki beberapa kegunaan dalam biomedis, yaitu sebagai sumber energi
(dalam bentuk ATP/GTP), bagian dari koenzim, regulator dan second messenger, serta
penyusun nukleotida untuk DNA dan RNA. Karbon dan nitrogen pada purin berasal
dari berbagai zat yang berbeda. Biosintesis purin dapat dilakukan melalui beberapa
jalur, yaitu:
Sintesis de novo
Sintesis de novo purin merupakan sintesis purin dari zat-zat antara amfibolik.
Untuk membentuk Inosin Monofosfat (IMP) melalui sintesis de novo, terjadi 11 proses
reaksi, yang dimulai dari fosforilasi ribosa-5-fosfat dari proses HMS (Hexose
Monophosphate Shunt) oleh ATP membentuk PRPP (5-fosforibosil-1-pirofosfat) yang
dikatalisis oleh PRPP sintase. Berikut proses pembentukan IMP dari ribosa-5-fosfat,
glutamin, ATP, N5,N10-metenil-H4folat, CO2, aspartat, dan N5,N10-formil-H4folat.
IMP yang dihasilkan melalui proses diatas, kemudian akan diubah menjadi GMP
(Guanosin Monofosfat) atau AMP (Adenosin Monofosfat) tergantung dari kebutuhan.
Berikut proses perubahan IMP menjadi AMP atau GMP :
De Novo sintesa purin nukleotida tahapan selanjutnya sangat aktif di sitosol sel
hepar, dimana semua enzim tersedia dalam suatu agregasi (polimer) makromolekuler.
Terjadi pergantian pirofosfat dari PRPP dengan gugus amida dari glutamin, yang
menghasilkan 5-fosforibosilamin. Gugus amino yang terikat pada C-1 Ribosa akan
men- jadi N-9 dari basa purin. Enzim yang berperan adalah glutamin-PRPP
amidotransferase, suatu enzim regulator yang menentukan kecepatan reaksi (rate
limiting step). Enzim ini dihambat oleh AMP, GMP atau IMP. Secara sinergism AMP
dan GMP, AMP dan IMP dapat juga menghambat enzim tersebut.
PRPP juga berperan dalam pengaturan ke- cepatan reaksi tahap ini. Kadar PRPP
dapat berfluktuasi, biasanya nilainya di bawah har- ga Km. Apabila kadar PRPP tinggi
maka hal ini dapat menghilangkan hambatan AMP, GMP atau IMP terhadap glutamin-
PRPP amidotransferase dengan cara melepaskan agregasi enzim (disosiasi polimer).
De Novo sintesa purin nukleotida adalah suatu alur reaksi yang memakai energi (ATP)
yang cukup besar (5 ATP), sehingga harus betul-betul dalam pengontrolan yang ketat.
Pembentukan IMP
Ada sepuluh tahap pembentukan IMP. Penelitian tahapan reaksi pembentukan IMP ini
dimulai tahun 1950 oleh kelompok JM Buchanan dan GR Greenberg, dan memakan
waktu 10 tahun untuk mnyelesaikan seluruhnya. Setelah terbentuk 5-fosforibosilamin,
maka selanjutnya terjadi pengikatan atau pembentukan cincin purin C-4, C-5, dan N-7
yang semuanya berasal dari glisin. Proses ini memerlukan ATP. Setelah itu pengikatan
anggota C-8 yang berasal dari 10- formiltetrahidrofolat (10-FTHF). Sebelum cincin
persegi 5 tertutup, terjadi pengikatan N-3 (yang berasal dari amida glutamin) pada C-
4. Pengikatan ini memerlukan ATP. Tahap selanjutnya pembentukan C-6 yang berasal
dari CO2, N1 yang berasal dari aspartat. N-1 terikat pada C-6 dan memerlukan ATP.
Sebagian molekul aspartat lepas membentuk fumarat. Anggota cincin terakhir dari
purin yaitu C-2 berasal dari 10-FTHF. Penutupan cincin akan membentuk suatu
nukleotida purin yaitu IMP.
Kesepuluh tahapan itu adalah :
1. PRPP + glutamin membentuk 5-fosforibosilamin (PRA)(glutamin-PRPP
amidotransferase).
2. Gugus amino mengalami asilasi oleh glisin menjadi glisinamid ribonukleotida
(GAR) (GAR sintase)
3. Transfer gugus formil dari 10-formiltetrahidrofolat pada N-7 menjadi
Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR) ( GAR transformilase)
4. Amida diubah menjadi amidin, memerlukan ATP, glutamin sebagai sumber N
menjadi formilglisinamidin ribonukleotida (FGAM) (FGAM sintase)
5. .Penutupan cincin (5), memerlukan ATP membentuk aminoimidazol ribonukletida
(AIR) (AIR sintase)
6. Pengikatan CO2 pada C-5, yang akan membentuk C-4, menjadi karboksiamino
Imidzolribonukleotida (CAIR) (AIR karboksilase). Tidak memerlukan biotin. CO2
mula-mula diikatkan pada N-3, kemudian dipindah terikat pada C-5. Perlu ATP
7. Aspartat berkondensasi dengan karboksilat yang baru terbentuk menjadi suatu
amida, aminoimidazol suksinilokarboksamida ribonukleotida (SAICAR)
(SAICAR sintase).
8. Fumatrat dipecah oleh enzim adenilosuksinat liase dan menghasilkan amino-
imidazol karboksamida ribonukleotida (AICAR)(Adenilosuksinat liase)
9. Menyerupai tahap ketiga, 10-formiltetrahidrofolat menyerahkan gugus formil
(CH=O) pada gugus amino dari aminoimidazol karboksamida ribonukleotida
menjadi (Formamidoimidazol Kaboksamid ribonukleotida) (FAICAR)
(AICAR
transformilase)
10. Nitrogen dari amida berkondensasi dengan gugus formil, dan menutup cincin (6)
purin.
Sintesis de novo purin nukleotida, memakai banyak energi (ATP). Pertama dalam
pembentukan PRPP, kemudian pada tahap 2,4,5,6, dan yang ke 7.
Jalur/Reaksi Penyelamatan
Jalur penyelamatan terjadi ketika terdapat purin bebas atau ribonukleosida purin
yang berasal dari luar (makanan). Reaksi ini terjadi terutama pada hati. Terdapat dua
reaksi penyelamatan yang dapat dilalui untuk membentuk mononukleotida, yang akan
digunakan oleh jaringan-jaringan yang tidak mampu membentuk purin secara sebagian
maupun sepenuhnya. Proses reaksi penyelamatan ini memerlukan energi yang lebih
sedikit daripada sintesis de novo, dan menggunakan purin bebas. Berikut dua reaksi
penyelamatan yang ada:
1. Fosforibosilasi purin bebas (Pu) oleh PRPP yang membentuk purin-5’-
mononukleotida (PuRP). Reaksi ini dikatalisis oleh adenosin transferase atau
hipoxantin-fosforibosil transferase tergantung dari purin yang akan diubah
menjadi nukleotidanya.
Dalam katabolisme purin manusia, adenosin dan guanosin akan diubah menjadi
asam urat. Adenosin mula-mula diubah menjadi inosin oleh adenosin deaminase.
Kemudian inosin akan mengalami beberapa reaksi sehingga terbentuk asam urat, sama
halnya dengan guanosin.
METABOLISME PIRIMIDIN
Pirimidin adalah salah satu basa nitrogen, yang merupakan suatu senyawa siklik
yang memiliki cincin pirimidin, yang mengandung karbon dan atom (hetero) lainnya
seperti nitrogen. Pirimidin memiliki beberapa jenis, yaitu sitosin, urasil, timin, dan
asam orotat. Berikut struktur kimia keempat jenis purin :
1. Sintesis de novo
2. Jalur/reaksi penyelamatan
Dalam katabolisme pirimidin, pirimidin akan diubah menjadi senyawa yang sangat
larut air, seperti beta-alanin dari sitosin dan urasil, serta beta-aminoisobutirat dari
timin. Karena hasil katabolismenya merupakan senyawa larut air, maka kesalahan hasil
katabolisme pirimidin sangat jarang menunjukkan gejala klinis. Berikut proses
katabolisme pirimidin :
METABOLISME LIPOPROTEIN
Lipid atau lemak penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai
sumber energi, pelindung badan, pembentukan air, agar lemak itu dapat diangkut dalam
peradaran darah, maka lemak itu dibuat menjadi larut dengan mengikatnya
kepada protein yang larut dalam air, ikatan itu disebut lipoprotein yang merupaka suatu
ikatan yang larut dalam air dengan berat molekul yang tinggi, terdiri dari lemak
(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dan protein yang khusus dapat mengikat protein
(apo-protein). Di dalam peredaran darah lipoprotein itu merupakan suatu kompleks
yang disebut lipoprotein particle yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam (inti)
yang tidak larut, terdiri dari trigliserida, ester kolesterol, dan bagian luar yang lebih
larut, terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan apoprotein.
Lipoprotein adalah berbagai jenis kompleks lipid-protein yang berfungsi sebagai
transport lipid di dalam darah. Partikel lipoprotein terdiri dari inti trigliserida atau ester
kolesterol berbentuk bulat hidrofobik yang dikelilingi satu lapisan fosfolipid,
kolesterol, dan apolipoprotein yang amfipatik. (Dorland, 2011)
Jenis Lipoprotein
Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya, yaitu,
kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein
(IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL).
1. Kilomikron
Kilomikron (chylomicron) merupakan lipoprotein densitas rendah paling banyak
berisi trigliserid yang berasal dari makanan (lemak eksogen). Kilomikron yang
dihasilkan dalam usus, masuk ke sirkulasi sistemik melalui 4 saluran limfatik,
trigliseridnya dihidrolisis oleh lipoprotein lipase, suatu enzim yang berlokasi di
permukaan endotel pembuluh darah kapiler. Kilomikron remnant (sisa) merupakan
produk akhir dari degradasi kilomikron dalam sirkulasi. Partikel ini mempunyai protein
permukaan spesifik apoprotein B-48 dan E, apoprotein E ditemukan dengan reseptor
di membran plasma hepar. Partikel remnant (sisa) kaya kolesterol yang berasal dari
diet, diikat dan diinternalisasi kemudian didegradasi oleh enzim lisozomal. Dengan
proses ini, kolesterol yang berasal dari diet dibebaskan ke hepar.
2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL merupakan Trigliserid (TG) endogen dan golongan lipoprotein densitas
terendah kedua dan sinonim dengan pra-β-lipoprotein. VLDL terutama berasal dari
hepar dan memiliki fungsi untuk mentranspor trigliserid yang dibuat dalam jaringan.
VLDL juga mentranspor kolesterol dalam jumlah yang nyata (bermakna) yang
diperoleh dari sintesis de novo (dalam tubuh), dan secara tidak langsung berasal dari
diet. Seperti halnya dengan kilomikron, trigliserid dari VLDL didegradasi oleh
lipoprotein lipase. VLDL remnant (sisa) atau lipoprotein densitas sedang (Intermediet-
Density Lipoprotein, IDL), masih tetap ada setelah banyak trigliseridnya yang
dikeluarkan. Partikel ini kaya akan protein spesifik (apoprotein B-100 dan E). IDL
secara langsung dikeluarkan dari sirkulasi oleh interaksinya dengan reseptor apoprotein
B/E atau dikonversi menjadi LDL. Konversi IDL menjadi LDL melalui kerja enzim
lipase hepatik, disertai dengan pengeluaran trigliserid dan apoprotein E, dan hal ini
terjadi di permukaan hepatosit. Defek pada apoprotein E dari VLDL manusia
mengakibatkan terjadinya akumulasi aterogenik VLDL remnant (sisa) (b-LDL)
sehingga terjadi 5 hipererlipoproteinemia tipe III.
3. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
IDL yang terdiri dari kolesterol dan trigliserida, merupakan bentuk antara yang
dalam hepar diubah menjadi LDL disebut juga beta-VLDLL atau beta lipoprotein.
4. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL ialah lipoprotein pada manusia yang berguna sebagai pengangkut kolesterol
ke jaringan perifer dan berguna untuk sintesis membran dan hormon steroid. LDL
mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol, dipengaruhi oleh banyak faktor
misalnya kadar kolesterol dalam makanan, kandungan lemak jenuh, dan tingkat
kecepatan sintesis dan pembuangan LDL dan VLDL dalam tubuh. Pada penyakit
dimana reseptor LDL ini kurang, seperti pada hiperkolesterolemia maka akan terjadi
peningkatan dan penumpukan LDL dalam sirkulasi. Akibatnya akan dideposit di dalam
sel makrofag dinding pembuluh darah yang merupakan awal dari proses ateroklerosis.
5. High Density Lipoprotein (HDL)
Kolesterol HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke
hati untuk metabolisme atau katabolisme yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Peningkatan kadar HDL menurunkan aterosklerosis. Tingkat kadar kolesterol HDL
plasma dianggap rendah bila kadarnya di bawah 35 mg/dl. Apolipoprotein HDL
dieksresi oleh hati dan usus, sebagian besar lipid di dalam HDL berasal dari permukaan
satu lapis kilomikron dan VLDL selama lipolisis. HDL juga mendapatkan
kolesteroldari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol
sel.
Komponen Lipoprotein
Peran Lipoprotein dalam Plasma Darah dan Perannya dalam Pengangkutan
Lipid
Lipid merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga tidak larut dalam air.
Oleh karena itu timbul masalah dalam pengangkutan lipid ke seluruh bagian tubuh
karena plasma darah bersifat aqueous. Hal ini dapat teratasi dengan adanya Upoprotein
dalam plasma. Lipid akan diangkut oleh lipoprotein dalam intinya yang bersifat non
polar dan hidrofobik. Inti tersebut akan dilapisi oleh suatu lapisan permukaan yang
bersifat amfipatik dengan gugus non polar menghadap inti yang mengandung lipid
yang diangkut dan gugus polar menghadap medium aqueous, dalam hal ini plasma
darah.
Di dalam lipoprotein terdapat sejumlah protein yang disebut apolipoprotein yang
terikat atau terintegrasi dalam partikel lipoprotein. Btla protein tersebut mempunyai
proporsi residu asam amino non polar yang relatif tinggi maka akan memungkinkan
terjadinya interaksi efektif antara berbagai macam protein untuk berikatan dengan lipid
dalam darah. Akibat lebih lanjut, lipid dapat diangkut dengan baik oleh plasma darah
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Plasma darah mengandung bermacam-macam
lipoprotein yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri berkaitan dengan
jenisjenis lipid yang diangkutnya. Suatu jenis lipoprotein dengan hpoprotein yang lain
saling berkaitan satu sama lain. Dalam hal pembentukan suatu lipoprotein maka
lipoprotein yang satu dapat menjadi prekursor lipoprotein yang lain, sebagaimana telah
diuraikan di atas.
LDL dapat dibentuk dari VLDL dan VLDL dapat dibentuk dari kilomikron.
Jenis-jenis apolipoprotein pada suatu lipoprotein berkaitan dengan pembentukan suatu
lipoprotein. Misalnya apo A pada kilomikron diperlukan untuk pembentukan HDL
baru, apo C akan mengaktifkan lipase lipoprotein sehingga akan membantu
perombakan suatu lipoprotein dan terbentuk jenis lipoprotein yang lain. Selain itu HDL
bettindak sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam
metabolisme kilomikron dan VLDL. Dan uraian di atas dapat diketahui bahwa
pengangkutan lipid oleh suatu lipoprotein juga berkaitan satu dengan yang lain dengan
pengangkutan oleh lipoprotein yang lain. Banyak sedikitnya kandungan jenis-jenis
lipoprotein tersebut berkaitan dengan jumlah dan jenis lipid yang diangkut. Dengan
demikian kandungan jenis-jenis lipoprotein juga mempengaruhi kondisi kesehatan.
Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein dimetabolisme melalui tiga jalur yaitu jalur eksogen, endogen, dan
reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berkaitan dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida. Jalur reverse cholesterol transport
berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL.
Jalur Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserida dan kolesterol.
Kolesterol juga terdapat di usus halus dari hati yang diekskresi bersama empedu. Kedua
lemak tersebut disebut lemak eksogen. Trigliserida diserap di enterosit usus halus
dalam bentuk asam lemak bebas, sedangkan kolesterol diserap dalam bentuk kolesterol
ester. Keduanya kemudian diubah kembali ke bentuk semula di dalam usus halus, lalu
bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang
dikenal dengan kilomikron. Kilomikron masuk ke saluran limfe dan melalui duktus
torasikus akan masuk ke aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari sel endotel menjadi
asam lemak bebas (free fatty acid (FFA). Kemudian FFA dapat disimpan kembali
sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Kilomikron kemudian berubah menjadi
kilomikron remnant setelah kehilangan trigliserida dengan sisa kolesterol ester lalu
dibawa ke hati.
Jalur Endogen
Lipoprotein VLDL di sirkulasi terbentuk dari hasil sintesis trigliserida dan
kolesterol di hati. Trigliserida di VLDL dalam sirkulasi akan mengalami hidrolisis oleh
LPL dan VLDL berubah menjadi IDL yang kemudian akan terhidrolisis menjadi
molekul yang lebih kecil yaitu LDL. VLDL, IDL, dan, LDL sebagian akan kembali ke
hati dan mengembalikan kolesterol ester. Kolesterol di LDL sebagian akan diangkut
kembali ke hati dan juga ke jaringan steroidgenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan
ovarium yang memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. LDL di sirkulasi mudah
teroksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag endotel
pembuluh darah dan akan menjadi sel busa (foam cell).
Telah diketahui bahwa LDL dapat masuk menembus endotel arteri dan kemudian
mengalami perubahan, menjadi minimally modified LDL lalu menjadi oxidized LDL,
dan akhirnya ditangkap oleh sel makrofag dan membentuk sel busa (foam cell). Sudah
banyak studi epidemiologis yang menunjukkan bahwa LDL merupakan faktor resiko
utama pembentukan plak aterosklerosis, dimana peningkatan kadar kolesterol LDL
memberikan peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular (PKV). Kadar
kolesterol LDL 170 mg/dL dibandingkan dengan kadar 100 mg/dL memberikan resiko
PKV hampir 3x lipat. Penurunan kadar kolesterol LDL sebanyak 1,0 mg/dL akan
menurunkan kejadian PKV sebanyak 1% juga. Menurut National Cholesterol
Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), berdasarkan faktor resiko
ganda, maka bila didasarkan pada kategori resiko PJK dan ekuivalen PJK maka kadar
sasaran kolesterol LDL adalah < 100 mg/dL bila faktor resiko ganda > 2 dan < 160
mg/dL bila 0- 1 faktor resiko.
Kadar Lipoprotein
METABOLISME KARBOHIDRAT
Setelah menjadi piruvat, proses glikolisis pada organisme aerob dan anaerob
menjadi berbeda. Pada organisme aerob, piruvat akan dioksidasi menjadi Asetil-KoA
dan NADH, yang kemudian akan memasuki siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan
akan menghasilkan energi yang besar. Berikut prosesnya :
NADH dan FADH2 dari hasil glikolisis aerob kemudian akan mengalami transpor
elektron/fosforilasi oksidatif sehingga menyebabkan dihasilkannya ATP dari ADP dan
PPi. Dalam proses ini, terdapat 4 kompleks (I/NADH Dehidrogenase, II/Succinate
dehydrogenase, III/Sitokrom-C dehidrogenase, dan IV/Sitokrom Oksidase) dan ATP
sintase yang berperan. Berikut prosesnya :
Pada saat suplai O2 yang dikirimkan tidak mencukupi kebutuhan O2 pada proses
glikolisis aerob, akan terjadi glikolisis anaerob, dimana dapat terjadi fermentasi yang
dapat berupa fermentasi asam laktat atau fermentasi etanol. Pada proses fermentasi
asam laktat, piruvat yang dihasilkan proses glikolisis akan diubah menjadi laktat
dengan laktat dehidrogenase. Pada reaksi ini, NADH yang dihasilkan dari proses
glikolisis sebelumnya akan digunakan pada reaksi ini. Berikut reaksi fermentasi asam
laktat :
Pada fermentasi etanol, piruvat yang dihasilkan proses glikolisis akan diubah
menjadi asetaldehida dengan piruvat dekarboksilase dan kemudian akan diubah
menjadi etanol dengan etanol dehidrogenase. Pada reaksi perubahan asetaldehida
menjadi etanol, akan digunakan NADH yang berasal dari proses glikolisis berikutnya,
Berikut reaksi fermentasi etanol :
Sedangkan pada keadaan lapar, energi yang dibutuhkan dibentuk melalui proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glikogenolisis merupakan proses pemecahan
glikogen yang terjadi di sitosol, dan distimulasi oleh epinefrin pada otot dan glukagon
pada hati. Berikut proses glikogenolisis :
Pada hati, glikogenolisis bertujuan untuk meningkatkan kadar glukosa dalam
darah. Glikogenolisis pada hati tidak dapat terjadi untuk membentuk energi pada hati
karena pada hati terdapat fruktosa-2,6-biphosphate yang berfungsi untuk menginhibisi
proses glikolisis. Karena hati memiliki glukosa-6-phosphatase, maka glikogen dapat
diubah menjadi glukosa karena glukosa-6-phosphatase berfungsi untuk mengubah
glukosa-6-fosfat menjadi glukosa.
G-6-P G-1-P
CYTOSOL MITOCHONDRIA
F-6-P
GTP GTP
glycerol ADP
1.3-bisphospho-
glycerate 2/3 CO2 CO2
ADP 1/3
GDP GDP
ATP
glycerate 3-P phosphoenol phosphoenol ATP
pyruvate pyruvate
ADP CO2
glycerate 2-P PK
NAD+ NADH+H+ ATP
lactate pyruvate pyruvate
Selain untuk membentuk energi, glikogenesis, dan lipogenesis, glukosa juga dapat
dibentuk menjadi ribosa-5-fosfat, yang merupakan bahan untuk membentuk
nukleotida. Glukosa dapat diubah menjadi ribosa-5-fosfat melalui proses hexose
monophosphate shunt/pentose phosphate pathway. Berikut prosesnya :
DISLIPIDEMIA DAN HIPERURISEMIA
1. DISLIPIDEMIA
Klasifikasi Hiperurisemia
Berdasarkan penyebabnya hiperurisemia dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Hiperurisemia primer yang disebabkan karena kelainan enzim spesifik akibat
peningkatan aktivitas varian dari enzim phosphoribosyl phosphate (PRPP) synthetase
menyebabkan peningkatan pembentukan purin nukleutida melalui sintesis de novo
sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction; (2) Hiperurisemia sekunder yang
disebabkan oleh penyakit karena gangguan pengeluaran asam urat melalui ginjal
(under excretion) dapat melalui gangguan dalam filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan
reabsorbsi paska sekresi (Putra, 2007).
Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya hiperurisemia dapat disebabkan oleh: (1) Over
produksi dapat terjadi karena peningkatan phosphoribosyl phosphate (PRPP)
synthetase yang menyebabkan peningkatan sintesis purin dan peruraian asam nukleat
jaringan yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan asam urat (Priyanto,
2008); (2) Dua pertiga asam urat yang diproduksi diekresi melalui urin dan sisanya
melalui gastrointestinal (GI) setelah terdegradasi oleh bakteri kolon. Gangguan
ekskresi ginjal pada tubuli distal atau karena ginjal yang rusak misalnya
glomeluronefritis dapat meningkatkan kadar asam urat (Priyanto, 2008).
Asam urat merupakan produk akhir degradasi purin.Pada manusia asam urat
diekskresikan di dalam urin karena manusia tidak memiliki enzim urikase, tetapi untuk
mamalia asam urat dioksidasi lagi menjadi alantion sebelum diekskresi (Putra, 2007).
Manusia mengubah nukleosida purin utama yaitu adenosin dan guanin menjadi produk
akhir asam urat yang diekskresikan keluar. Adenosin akan mengalami deaminasi
menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforilase ikatan N-glikosida inosin
dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan
melepaskan senyawa ribose 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan guanin
selanjutnya membentuk xanthine dalam reaksi yang dikatalisasi masingmasing oleh
enzim XO dan guanase, kemudian xanthine teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi
kedua yang dikatalisasi oleh enzim xanthin.Dengan demikian, XO merupakan tempat
yang essensial untuk intervensi farmakologis pada penderita penyakit hiperurisemia
(Rodwell et al., 2003).
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar asam urat, yaitu :
1. Usia
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi kadar asam urat. Prevalensi pria lebih
tinggi daripada wanita untuk mengalami hiperurisemia. Hal ini dikarenakan
wanita memiliki hormon estrogen yang membantu dalam eksresi asam urat.
Hal ini menjelaskan mengapa wanita pada post-menopause memiliki resiko
hiperurisemia.
3. Obesitas
1. α-Asam Linolenat(LAL)
2. Asam Eikosapentanoat (EPA)
3. Asam dokosaheksanoat (DHA)
OMEGA 6
Omega-6 mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, diperoleh dari asam
linoleat (LA). LA dikonversi menjadi gama-asam linoleat (GLA) melalui Δ-6
desaturase. GLA dapat terkandung dalam diet dan ditemukan khususnya dalam
minyak. Secara metabolik, GLA dielongasi menjadi dihomo-gama-asam linoleat
(DGLA) yang memiliki dua karbon tambahan dan didesaturasi menjadi asam
arakhidonat (AA) dengan bantuan Δ-5 desaturase. AA dapat disebut sebagai PUFA
utama berikatan dengan membran fosfolipid.
Omega-3 dan Omega-6 merupakan jenis asam lemak tidak jenuh rantai panjang
(PUFA) yang bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Keduanya dalam
keadaan seimbang, dapat bekerjasama dalam meningkatkan kesehatan. Namun, pola
konsumsi yang bergeser menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan proporsi omega-
3 dan omega-6 dalam tubuh.Pergeseran pola konsumsi diawali dengan pengadopsian
budaya konsumsi negara barat dimana mengandung omega-6 yang berlebihan dan
rendah omega-3 yang mengarah pada rasio perbandingan omega-6 terhadap omega-3
yang tinggi. Peningkatan konsumsi daging, unggas dan pemakaian minyak, margarin
serta pengguaan bahan makan instan, ditambah lagi dengan penurunan konsumsi ikan
atau sumber laut lainnya menggambarkan asupan tinggi omega-6 dan rendah omega-
3. Rasio optimal omega-6 terhadap omega- 3 sebesar 1:1, namun bergesernya pola
konsumsi menjadikan peningkatan rasio yakni mencapai 20:1, peningkatan rasio ini
berbanding lurus dengan peningkatan kadar trigliserida darah.
darah, mencegah pembentukan lemak berbahaya yang menempel pada arteri. (9) Kadar
omega-3 yang dikonsumsi sebanyak 4g/hari terbukti dapat menurunkan trigliserida
plasma melalui penurunan produksi hepatik dan sekresi very low density lipoproteins
(VLDL) dengan meningkatkan VLDL-TG dari sirkulasi.
Studi membuktikan bahwa asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar
trigliserida hingga 33%. Asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti omega-
3 yang dikonsumsi empat hingga delapan gram akan menurunkan secara signifikan
sekresi VLDL dari hati. Omega-3 juga menurunkan kadar trigliserida post-prandial.
Omega-3 dan omega-6 berkompetisi dalam proses desaturasi enzim asam
lemak desaturase 1 (FADS1) dan asam lemak desaturase 2 (FADS2). Sebenarnya,
enzim Δ6-desaturase memiliki afinitas lebih tinggi pada ALA dibanding LA.
Meskipun begitu, konversi omega-6 masih lebih sering terjadi karena konsenterasi
substrat omega-6 yang lebih tinggi di dalam tubuh yang berkaitan dengan
pengkonsumsian zat gizi yang tinggi LA dibanding ALA.
Eikosanoid yang berasal dari AA secara biologis disebut aktif jika dalam
jumlah yang sangat kecil, namun jika dibentuk dalam jumlah yang besar, eikosanoid
memicu pembentukan trombus dan ateroma yang mengakibatkan gangguan inflamasi
dan alergi bahkan akan menyebabkan proliferasi sel. Prostaglandin, tromboksen,
leukotrin, hidroksi asam lemak dan lipoksin yang merupakan produk sari eikosanoid
bersifat proinflamasi jika jumlahnya melebihi normal atau melebihi zat yang dibuat
oleh omega- 3, terutama EPA. Selain akan menghambat kerja omega-3 dalam
menurunkan trigliserida, prostaglandin yang diproduksi oleh omega-6 berupa
Prostaglandin E1 (PGE1) dan Prostaglandin E2 (PGE2) yang merupakan penghambat
kuat proses lipolisis dan akan menghambat pelepasan gliserol dan asam lemak bebas.
PGE1 juga akan menghambat pemecahan trigliserida dengan mengganggu proses
aktivasi jalur A.M.P. siklik lipase melalui perubahan trigliserida menjadi digliserida
dan gliserol.
Penghambatan proses browning pada sel adiposit yang dilakukan oleh omega-
6 akan menekan penggunaan trigliserida. Untuk menggunakan trigliserida secara
optimal sel adiposit putih harus diubah menjadi sel adiposit coklat melalui proses
browning, namun proses ini dihambat oleh AA metabolit sehingga menyebabkan
trigliserida lebih banyak disimpan dan akhirnya akan menyebabkan penumpukan
trigliserida dalam tubuh.
2. SENAM AEROBIK
Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak bebas
dan reaksi biokimiawi dalam siklus krebs yang berasal dari lipolisis jaringan lemak
(Munawwarah, 2011:46). Produksi ATP selama kerja otot yang intensif tergantung dari
ketersediaan glikogen otot dan glukosa darah, glukosa dan glikogen diubah menjadi
asam piruvat, asam piruvat dapat segera diolah lebih lanjut dalam siklus krabs, hasil
dari siklus krabs adalah CO2, H2O dan ATP. ATP ini yang akan menjadi sumber energi
utama saat latihan berlangsung (Munawwarah, 2011:48).
Senam aerobik menggunakan lemak se- bagai bahan bakar, terutama jika beban
ringan sampai sedang. Lemak yang digunakan dalam bentuk asam lemak dan
trigliserida yang ba- nyak tersedia didalam tubuh. Jika dilakukan secara teratur dan
kontinu bukan hanya kebugaran jasmani yang meningkat tetapi kadar lemak darah yang
jelek (kolesterol LDL, kolesterol total, trigliserida) menurun, sebaliknya kadar lemak
yang baik (kolesterol HDL) akan meningkat.
Kolesterol yang tinggi akan menyebab- kan penyempitan pembuluh darah, karena
kelebihan kolesterol LDL akan menimbun di dalam dinding pembuluh darah. Olahraga
akan menurunkan kelebihan kolesterol LDL karena terjadi peningkatan kadar HDL
kolesterol di dalam tubuh yang mengangkut kelebihan kolesterol dari tubuh. Hal ini
dikarenakan latihan akan meningkatkan sirkulasi darah, sehingga pengangkutan
kolesterol LDL keluar dari jaringan semangkin meningkat pula (Dede Kusmana, 2006).
Pada penelitian ini peningkatan kadar HDL darah dikarenakan latihan aerobik.
Peningkatan kadar HDL pada senam aerobik disebabkan adanya peningkatan aktivitas
LPL, sehingga terjadi peningkatan katabolisme lipoprotein yang kaya akan trigliserida
sehingga mempercepat pemindahan komponen-komponen bagian permukaan dari
lipoprotein HDL (Nielson EP, 1986). Peningkatan kadar HDL akibat senam aerobik
disebabkan adanya penggunaan lemak sebagai sumber energi, sehingga terjadi
penurunan kadar trigliserida dan VLDL yang akhirnya menyebabkan kadar HDL
meningkat (Leaf DA, 1991).
Kemungkinan lain disebabkan adanya penurunan aktifitas Hepatic Lipace (HL) dan
peningkatan aktifitas LCAT (Kuosi T, 1982). Penelitian lain melaporkan adanya
beberapa teori yang mencoba menerangkan mekanisme terjadinya peningkatan kadar
HDL karena latihan fisik: 1) latihan fisik akan meningkatkan enzim LPL pada jaringan
otot dan jaringan le- mak, yang mengakibatkan katabolisme VLDL meningkat,
sehingga akan meningkatkan kadar HDL dalam plasma, karena komposisi hasil
katabolisme VLDL merupakan salah satu pembentukan HDL, 2) latihan fisik akan
menurunkan aktifitas enzim Hepatic Triglyseride – Hydrolase dalam hati, sehingga
menghambat katabolisme HDL (Juanita D, 1991).
Kadar kolesterol total yang baik adalah <200mg/dl,bila>200mg/dl maka resiko un-
tuk terjadinya PJK meningkat. LDL(Low Density Lipoprotein) merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol), karena kadar LDL
yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL
kolesterol yang baik adalah <100 mg/dl dan lebih tepat sebagai penunjuk untuk
mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol to- tal. HDL (High Density Lipoprotein)
kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good
cholesterol), kare- na mengangkut kolesterol dari pembuluh da- rah kembali ke hati
untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah
terjadinya proses arterosklerosis. Kadar HDL yang diinginkan adalah 40-60, bila >60
optimal jika <40 rendah.
Ketika melakukan aktivitas olahraga tubuh akan memberikan respon terhadap
aktivitas yang dilakukan. Respon di dalam tubuh dikendalikan oleh hipotalamus.
Menurut Mastorakas & Pavlatou dalam Sugiharto (2012:55) stres oleh tubuh akan
direspon dengan mengaktifkan sistem kardiorespirasi, sistem locus ceruleus
(LC/norepinephrin (NE), sistem metabolisme dan HPA axis. Sugiharto (2012:58)
menjelaskan bahwa Hipotalamik pituitari adrenal axis (HPA axis) yang merupakan
representasi dari system limbic, melalui otak mempengaruhi seluruh organ tubuh.
Arif, Ali Mohammad. 2013. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Kadar
High Density Lipoprotein Pada Atlet Aerobic Gymnastics. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia. 3(2); 74-76.
Brown, Judith et al. 2008. Nutrition through the Life Cycle. Australia: Thomson
Wadsworth.
Budi Suhardiansyah Agung, Rias Gesang Kinanti, Slamet Raharjo. 2018. Pengaruh
Senam Aerobik Intensitas Ringan Dan Sedang Terhadap Kadar LDL Pada
Perempuan Obes di Kota Batu. Diakses pada: 23 April 2019. Tersedia dari:
http://journal2.um.ac.id
Chan, D.C, Barret, P.H.R, Watts, F.G. 2004. Lipoprotein transport in the metabolic
syndrome: methodological aspects of stable isotope kinetic studies in Clinical
science 107. p.221-232.
Ethel Sloane. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Haidari, F., Keshavarz, S. A., Rashidi, M. R. & Shahi, M. M. 2009. Orange Juice and
Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative Stress
Markers and Xanthine Oxidoreductase Activity. J. Clin. Biochem. Nutr. 45 (3),
285-291.
Ian D.K.H. 2012. Sinopsis Biokimia, Jilid Dua. Tangerang: Binarupa Aksara. Marks,
Dawn B., Allan D. Marks, dan Collen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar. Jakarta: EGC.
Rodwell, Victor W., et. al. (2018). Biokimia Harper, Edisi 30. Jakarta: EGC.
Zahrotun, Nisa Fitria. 2016. Hubungan Asupan Omega-3 Dan Omega-6 Dengan Kadar
Trigliserida Remaja 15-18 Tahun. [Skripsi]. Malang: Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran.