Anda di halaman 1dari 67

A.

Skenario
Tn. Barrack, 41 tahun, seorang pengusaha muda di bidang entertainment. Dia suka
makan makanan cepat saji, seafood, dan daging untuk makan siangnya. Dia
mengeluh berat badan berlebih dan nyeri sendi tangan atau kaki. Dia melakukan
medical check up di Klinik Kesehatan Universitas Sriwijaya. Hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan Tn. Barrack mengalami dyslipidemia dan
hyperuricemia ringan. Dokter menyarankan agar Tn. Barrack olahraga aerobik
secara teratur dan konsumsi ikan yang tinggi kandungan omega 3.

B. Klarifikasi Istilah
No. Istilah Defenisi
1. Makanan cepat saji Makanan yang pengolahannya dan penyajiannya
dilakukan dengan serba cepat (KBBI).
2. Nyeri sendi Rasa sakit pada daerah persendian yang
disebabkan karena cedera pada daerah ligamen,
kantung cairan persendian, otot atau tendon, atau
tulang (jurnal).
3. Medical check up Upaya layanan kesehatan dalam pemeriksaan
kesehatan untuk mendeteksi penyakit sejak dini
walaupun seorang tersebut belum merasakan sakit
atau terlihat gejala penyakit (makalah FKM UI).
4. Dyslipidemia Kelainan atau jumlah yang abnormal dari lipid
dan lipoprotein di dalam darah (Dorland).
5. Hyperuricemia Ekses (excess) asam urat dalam darah (Dorland).

6. Olahraga aerobik Latihan yang bertujuan untuk merangsang kerja


jantung dan paru-paru (UNY).
7. Omega 3 Asam lemak tidak jenuh ganda yang mempunyai
ikatan rangkap banyak. Ikatan rangkap pertama
terletak pada atom karbon ke-3 dari gugus ometil
ketiga. Ikatan rangkap berikutnya terletak pada
atom karbon ke-3 dari ikatan rangkap sebelumnya
(jurnal).

C. Identifikasi Masalah
No. Kenyataan Kesesuaian Prioritas
1. Tn. Barrack, 41 tahun, suka Tidak sesuai VVV
makan makanan cepat saji,
seafood, dan daging untuk
makan siangnya.
2. Tn. Barrack, 41 tahun, suka Tidak sesuai VV
makan makanan cepat saji,
seafood, dan daging untuk
makan siangnya.
3. Hasil pemeriksaan laboratorium Tidak sesuai V
dan medical check up
menunjukkan Tn. Barrack
mengalami dislipidemia dan
hiperurisemia ringan.
4. Dokter menyarankan Tn. Sesuai
Barrack olahraga aerobik secara
teratur dan konsumsi ikan yang
tinggi kandungan omega 3.
Alasan: karena merupakan penyebab dari keluhan dan penyakit yang dialami Tn.
Barrack.

D. Analisis Masalah
1. Tn. Barrack, 41 tahun, suka makan makanan cepat saji, seafood, dan daging
untuk makan siangnya.
a. Apa kandungan yang terdapat pada makanan cepat saji, seafood, dan daging
sesuai pada kasus?
Jawab: Lemak, protein, karbohidrat, garam.
b. Apa dampak jika Tn. Barrack suka mengonsumsi makanan cepat saji,
seafood, dan daging?
Jawab: BB (berat badan) naik, obesitas, kolesterol tinggi, hipertensi,
hiperurisemia, dyslipidemia.
c. Apa manfaat mengonsumsi daging secukupnya?
Jawab: Cadangan energi, zat pembangun, zat transport, menjaga
keseimbangan elektrolit.
d. Berapa jumlah kadar konsumsi lipid normal berdasarkan rentang usia?
Jawab: Anak-anak usia 2-3 tahun, total lemaknya 30%-35% dari total kalori
yang dimakan. Anak-anak usia 4-18, total lemaknya 25%-35% dari total
kalori yang dimakan. Dewasa usia 19 tahun keatas, total lemaknya 20%-
35% dari total kalori yang dimakan.
e. Bagaimana metabolisme dari diet yang dilakukan oleh Tn. Barrack?
Jawab:
1) Metabolisme Lipid
Metabolisme lipid atau lemak di dalam tubuh dimulai di dalam
mulut dan dicampur dengan air ludah, dan dicampur dengan enzim
lipase lingual yang terdapat di dalam kelenjar air liur. setelah itu lipid
masuk ke dalam esofagus dan didalam esofagus lipid tidak mengalami
proses metabolism lipid. Kemudian ke lambung, di dalam lambung
dengan bantuan enzim lipase lingual dalam jumlah terbatas memulai
proses hidrolisis trigliserida menjadi digliserida dan asam lemak, dan
proses metabolisme lipid terbatas sebab lipase lambung hanya dapat
melakukan hidrolisis dalam jumlah terbatas. Lalu masuk ke dalam usus
halus, di dalam usus halus, bahan empedu dari kontong empedu
mengemulsi lipid.
Enzim lipase yang berasal dari pankreas dan dinding usus halus
menghidrolisis lipid atau lemak dalam bentuk emulsi menjadi
digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak.Fosfolipida yang
berasal dari pankreas juga menghidrolisis fosfolipid menjadi asam
lemak dan lisofosfolipida.dan dari usus halus lemak yang telah
mengalami proses hidrolisi alan masuk ke dalam proses metabolisme
lipid. Sebagai cadangan energi hasil metabolisme lipid, tubuh akan
menyimpannya dalam bentuk simpanan lipid atau lemak yang utamanya
disimpan dalam sel lemak dalam jaringan lemak tubuh. sel-sel lemak
memiliki enzim khusus di permukaannya yaitu lipoprotein lipase (LPL)
yang memiliki kemampuan melepaskan trigliserida dan lipoprotein,
menghidrolisisnya dan meneruskan hasil hidrolisis ke dalam sel. Jika
sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan
menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
serta melepaskan ke dalam pembuluh darah. Karena itu untuk
memperlancar hidrolisis metabolisme lipid tubuh membutuhkan
karbohidrat, karena itu, jika mengonsumsi lemak dalam jumlah yang
banyak sebaiknya diikuti dengan mengonsumsi karbohidrat dalam
jumlah yang banyak juga.
Proses Metabolisme Lipid di dalam tubuh baik yang berasal dari
karbohidrat, protein, dan lemak berfungsi untuk menghasilkan energi
tubuh untuk bergerak dan memenuhi kebutuhan energi di dalam sel.
karena itu semua proses metabolisme lipid tersebut, asetil Ko A
memiliki peranan yang sangat besar dalam menghasilkan energi. asetil
KoA dapat diubah menjadi asetoasetat dan D-3- hidroksibutirat.
Senyawa-senyawa asetoasetat, D-3- hidroksibutirat dan aseton
dinamakan badan-badan keton.Penderita diabetes yang tidak diobati,
maka badan-badan keton ditemukandalamdarahnyadengankadaryang
tinggi. Metabolisme lipid merupakan proses tubuh untuk menghasilkan
energi dari asupan lemak setelah masuk menjadi sari-sari makanan
dalam tubuh.
Dalam memetabolisme lipid menjadi energi kita membutuhkan
bantuan glukosa dari karbohidrat.lemak dalam tubuh kita akan masuk
ke dalam proses metabolisme lipid atau lemak setelah melewati tahapan
penyerapan, sehingga bentukan lipid yang memasuki jalur metabolisme
lipid dalam bentukan trigliserida (trigliserida adalah bentuk simpanan
lemak tubuh). Dalam bentuk trigliserida, metabolisme lipid atau lemak
disintesis menjadi asam lemak dan glliserol, asam lemak dan gliserol ini
lah yang masuk kedalam proses metabolisme lemak membentuk energi.
Asam lemak hasil sintesis lemak hanya terdiri dari pecahan 2karbon,
karena itu sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa dari asam lemak,
begitupun dengan gliserol, karena gliserol hanya merupakan 5% dari
lemak.
Dengan demikian, sel tubuh tidak dapat membentuk glukosa
dari metabolisme lipid. Karena tubuh tidak dapat membentuk glukosa
dari lemak maka organ tubuh tertentu seperti sistem saraf tidak dapat
mendapat energi dari lemak, dan karena hal itu pula proses pembakaran
lipid atau lemak tubuh membutuhkan proses yang panjang, salah
satunya harus membutuhkan bantuan glukosa.
2) Metabolisme Lipoprotein
3) Metabolisme Purin dan Pirimidin
2. Dia mengeluh berat badan berlebih dan nyeri sendi tangan atau kaki.
a. Bagaimana hubungan antara diet Tn. Barrack dengan keluhan yang
dialami?
Jawab: Peningkatan diet purin menyebabkan peningkatan katabolisme
purin sehingga menyebabkan peningkatan pembentukan asam urat yang
menyebabkan hiperurisemia. Peningkatan diet lipid menyebabkan
peningkatan lipogenesis, yang menyebabkan obesitas dan dislipedemia.
Peningkatan asam urat menyebabkan tertumpuknya asam urat pada sendi-
sendi di tangan dan kaki, sehingga menyebabkan nyeri.
b. Bagaimana mekanisme nyeri sendi tangan atau kaki pada kasus?
Jawab: Nyeri pada sendi disebabkan karena diet tinggi protein yaitu
kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin
menyebabkan kadar asam urat dalam darah meningkat hingga menjadi
hiperurisemia ringan. Ketika kadar asam urat dalam darah melebihi batas
kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendi,
termasuk pada tangan dan kaki sehingga menimbulkan reaksi inflamasi
dimana reaksi inflamasi ini menimbulkan rasa nyeri pada sendi.
c. Bagaimana mekanisme peningkatan berat badan pada kasus?
Jawab: Peningkatan diet lipid menyebabkan peningkatan lipogenesis, yang
menyebabkan obesitas dan dislipedemia sehingga terjadinya peningkatan
berat badan.

3. Hasil pemeriksaan laboratorium dan medical check up menunjukkan Tn.


Barrack mengalami dislipidemia dan hiperurisemia ringan.
a. Bagaimana mekanisme dyslipidemia?
b. Bagaimana mekanisme hiperurisemia?
c. Bagaimana klasifikasi dari hiperurisemia?
d. Bagaimana hasil pemeriksaan laboratorium jika seseorang dikatakan
mengalami hiperurisemia ringan?
Jawab: Laki-laki 2,5-8,0 mg/dL, sedangkan perempuan 1,9-7,5 mg/dL.
4. Dokter menyarankan Tn. Barrack olahraga aerobik secara teratur dan konsumsi
ikan yang tinggi kandungan omega 3.
a. Apa manfaat dari omega 3 terhadap kasus?
Jawab: Asupan omega-3 berguna dalam menurunkan penyakit jantung,
stroke dengan menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serta
meningkatkan elastisitas pembuluh darah, mencegah pembentukan lemak
berbahaya yang menempel pada arteri. Kadar omega-3 yang dikonsumsi
sebanyak 4g/hari terbukti dapat menurunkan trigliserida plasma melalui
penurunan produksi hepatik dan sekresi very low density lipoproteins
(VLDL) dengan meningkatkan VLDL-TG dari sirkulasi.
Omega-3 merangsang metabolisme prostaglandin dan menurunkan
trigliserida. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi tinggi EPA
meningkatkan kerja lipoprotein lipase, yang akan meningkatkan pemecahan
lipoprotein-trigliserida dan menurunkan konsenterasi serum trigliserida.
Perlakuan omega-3 mampu menurunkan kadar trigliserida dengan
menurunkan jumlah sekresi trigliserida hepatik dan dengan meningkatkan
kecepatan pengeluaran trigliserida dari sirkulasi. Omega-3 juga mampu
mengontrol produksi VLDL dan clearance of triglyceride-rich lipoprotein
(kilomikron dan VLDL). DHA hepatik yang meningkat akan menginduksi
mekanisme stres oksidatif yang kemudian memicu degradasi ApoB dan
akan mengarah pada penurunan pembentukan dan sekresi VLDL.
b. Mengapa pada kondisi Tn. Barrack, dokter menyarankan olahraga aerobik?
Jawab: Senam aerobik menggunakan lemak sebagai bahan bakar, terutama
jika beban ringan sampai sedang. Lemak yang digunakan dalam bentuk
asam lemak dan trigliserida yang banyak tersedia didalam tubuh. Jika
dilakukan secara teratur dan kontinu bukan hanya kebugaran jasmani yang
meningkat tetapi kadar lemak darah yang jelek (kolesterol LDL, kolesterol
total, trigliserida) menurun, sebaliknya kadar lemak yang baik (kolesterol
HDL) akan meningkat.
Kolesterol yang tinggi akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah,
karena kelebihan kolesterol LDL akan menimbun di dalam dinding
pembuluh darah. Olahraga akan menurunkan kelebihan kolesterol LDL
karena terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol di dalam tubuh yang
mengangkut kelebihan kolesterol dari tubuh. Hal ini dikarenakan latihan
akan meningkatkan sirkulasi darah, sehingga pengangkutan kolesterol LDL
keluar dari ja- ringan semangkin meningkat pula (Dede Kusmana, 2006).
Pada penelitian ini peningkatan kadar HDL darah dikarenakan latihan
aerobik. Peningkatan kadar HDL pada senam aerobik disebabkan adanya
peningkatan aktivitas LPL, sehingga terjadi peningkatan katabolisme
lipoprotein yang kaya akan trigliserida sehingga mempercepat pemindahan
komponen-komponen bagian permukaan dari lipoprotein. HDL (Nielson
EP, 1986). Peningkatan kadar HDL akibat senam aerobik disebabkan
adanya penggunaan lemak sebagai sumber energi, sehingga terjadi
penurunan kadar trigliserida dan VLDL yang akhirnya menyebabkan kadar
HDL meningkat (Leaf DA, 1991).
c. Apa saja makanan yang memiliki kandungan tinggi omega 3?
Jawab:
d. Apa saja olahraga aerobik?
Jawab: Berjalan cepat, jogging, renang, bersepeda, aerobic dancing, bulu
tangkis, mendayung, sepak bola, skipping, dan tinju.
e. Bagaimana frekuensi olahraga aerobik yang optimal?
Jawab: Frekuensi adalah jumlah latihan per minggunya.
1) Frekuensi latihan untuk endurance training 2-5 kali per minggu
2) Frekuensi latihan untuk anaerobic training 3 kali per minggu
3) Frekuensi latihan untuk menjaga kesehatan 3 kali per minggu.

E. Learning Issues
1. Metabolisme lipid
2. Metabolisme purin
3. Metabolisme pirimidin
4. Metabolisme lipoprotein
5. Metabolisme karbohidrat
6. Dyslipidemia dan hiperurisemia
7. Omega 3 dan olahraga aerobik (pada kasus)

F. Keterbatasan Ilmu Pengetahuan

Topik What I Don’t What I Have How Will


No. What I Know
Pembahasan Know to Prove I Learn
Proses E-Book,
Metabolisme metabolisme Journal,
1. -
Lipid lipid di dalam Textbook,
tubuh Internet
Metabolisme E-Book,
2.
Purin Journal,
Textbook,
Internet

E-Book,
Metabolisme Journal,
3.
Pirimidin Textbook,
Internet

E-Book,
Metabolisme Journal,
4.
Lipoprotein Textbook,
Internet

E-Book,
Metabolisme Journal,
5.
Karbohidrat Textbook,
Internet

Dyslipidemia E-Book,
dan Journal,
6.
Hiperurisemia Textbook,
Internet
Manfaat
omega 3 bagi
Pengertian E-Book,
Omega 3 dan tubuh dan
omega 3 dan Journal,
7. olahraga pengaruh -
olahraga Textbook,
aerobik olahraga
aerobik Internet
aerobik pada
kasus
G. Sintesis

METABOLISME LIPID

Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid,


malam (wax) dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada
sifat kimianya.

Lipid memiliki sifat umum berupa :

1. Relatif tidak larut dalam air


2. Larut dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform.

Ada beberapa fungsi lipid di antaranya:


1. Sebagai penyusun struktur membran sel
Dalam hal ini lipid berperan sebagai barier untuk sel dan mengatur aliran material-
material.
2. Sebagai cadangan energi
Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa
3. Sebagai hormon dan vitamin
Hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan vitamin membantu regulasi
proses-proses biologis

Jenis-jenis Lipid

Terdapat beberapa jenis lipid yaitu:


1. Asam lemak, terdiri atas asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh
2. Gliserida, terdiri atas gliserida netral dan fosfogliserida
3. Lipid kompleks, terdiri atas lipoprotein dan glikolipid
4. Non gliserida, terdiri atas sfingolipid, steroid dan malam
Sintesis de novo adalah pembentukan asam lemak (palmitat) dari asetil KoA
Asetil-KoA ini berasal dari glikolisis (Embden-Meyerhof) dan dari katabolisme asam-
asam amino. Sintesis de novo (Gb.3.4) terjadi terutama di dalam hati untuk kemudian
sebagian besar diangkut dan disimpan dalam jaringan leniak dalam bentuk trigliserida
(Murray,K., 2002).

Proses ini terjadi di sitosol, sedangkan asetil-KoA yang merupakan bahan


dasarnya, terbentuk dari piruvat di dalam mitokondria Asetil-KoA keluar dari
mitokondria dengan jalan membentuk sitrat setelah bereaksi dengan oksaloasetat.
Reaksi ini adalah sebagian dari siklus TCA. Sebagian dari sitrat tidak mengalami
oksidasi lebih lanjut pada siklus TCA, tetapi dipindahkan keluar dari mitokondria oleh
transporter-trikarboksilat yang terdapat pada membran dalam mitokondria. Reaksi ini
adalah sebagian dari siklus TCA. Sebagian dari sitrat tidak mengalami oksidasi lebih
lanjut pada siklus TCA, tetapi dipindahkan keluar dari mitokondria oleh transporter-
trikarboksilat yang terdapat pada membran dalam mitokondria (Gunstone,F.D et.al.,
2002).

Pada sitosol, dengan adanya ATP dan koenzim A, sitrat dipecah oleh enzim
ATP-sitrat liase, membebaskan kembali asetil-KoA dan oksaloasetat. Dengan
demikian, asetil-KoA yang semula terbentuk dari piruvat dalam mitokondria
dipindahkan ke sitosol untuk disintesis menjadi palmitat Gambar.3.4. Oksaloasetat
yang dibebaskan pada sitosol, dengan adanya NADH, membentuk malat. Malat
kemudian oleh enzim malat menjadi piruvat dengan melepaskan hidrogen, yang
ditangkap oleh NADP. NADPH yang terbentuk digunakan sebagai donor hidrogen
pada sintesis do novo (Murray,K., 2002).
Piruvat yang terbentuk masuk kembali ke dalam mitokondria dan dengan
dikatalisis enzim piruvat karboksilase, membentuk kembali oksaloasetat yang semula
dipakai untuk membentuk sitrat. Perjalanan dari surat-oksaloasetat-malat-piruvat-
oksaloasetat dan membentuk kembali sitrat ini sebagai siklus sitrat-pirupat. Malat yang
terbentuk, selain membentuk piruvat, juga dapat memasuki mitokondria dengan
bantuan transporter dikarboksilat, yang kemudian masuk ke siklus TCA membentuk
kembali oksaloasetat (Murray,K., 2002).
Selain asetil-KoA denovo juga memerlukan: NADH, yang diperoleh dari reaksi
yang dikatalisis oleh enzim malat, dari HMP Shunt dan dari yang dikatalisis oleh enzim
isositrat dehidrogenase; ATP dan CO2 untuk sintesis malonil-KoA (Gb 3.2). CO2
diperoleh dari bikarbonat HMP-shunt (lintasan heksosa monophospat) merupakan
siklus pentosa phospat tidak menghasilkan ATP (jalur alternatif untuk oksidasi
glukosa), tetapi mempunyai dua fungsi utama yaitu: (1) sebagai produksi NADPH atau
digunakan sintesis reduktif seperti biosintasis asam lemak dan steroid (2) sebagai
penghasil ribosa pada biosintesis nukleotida serta asam lemak. Lintasan ini bekerja
aktif di dalam hati, jaringan adiposa, korteks adrenal, tiroid, eritrosit, testis, kelenjar
mammae dari wanita yang menyusui, dan memiliki aktivitas yang rendah di dalam otot
skelet (otot skelet mampu mensintesis ribosa 5-phospat untuk sintesis nukleotida)
(Qiu,X.,et.al. 2003).
Proses sintesis denovo meliputi pembentukkan malonil-KoA (Gb.3.2) dan sintesis
palmital dari asetil-KoA, di mana asetil-KoA berfungsi sebagai molekul pemula
(“primer”) (Gb 3.5 ):
1. Pembentukan malonil-KoA

Malonil-KoA adalah senyawa yang diperlukan sebagaipenambah 2-atom C


pada sintesis de novo. Malonil-KoA disentisis dari asetil- KoA, yang
mengalami karboksilasi dengan katalisis asetil-KoA karboksilase. Reaksi ini
memerlukan energi yang diperoleh dari ATP.
2. Sintesis palmitat dari asetil-KoA.

Di sini, asetil-KoA berfungsi sebagai ”primer” untuk sintesis lemak.


Keseluruhan reaksinya dikatalisis oleh sejumlah enzim yang bergabung dalam
komplek sintetase asam lemak. Komplek ini berupa dimer yang terdiri 2 monomer
identik. Tiap monomernya tersusun atas rangkaian peptida yang terdiri atas 7 aktivitas
enzim yang di bagian ujungnya terdapat suatu protein pengikat gugus asil (Acyl Carrier
Protein = ACP). (Murray,K., 2002).

Palmitat itu kemudian dapat diesterifikasi membentuk trigliserida atau


fosfolipida atau kolesterol ester. Sebagian lagi membentuk asam lemak baru dengan
pemanjangan rantai, desaturasi atau gabungan keduanya (kedua proses-proses ini
palmitat harus diaktifkan terlebih dahulu, oleh enzim tiokinase, menjadi palmitil-KoA)
(Gb.3.6).
Pengendalian Lipogenesis

Asetil-KoA karboksilase, rate lamiting enzyme pada rangkaian reaksi


lipogenesis, diaktifkan oleh sitrat. Bila banyak sitrat (merupakan bentuk transport
asetil-KoA keluar dari mirokondria) terkumpul pada sitosol, maka proses lipogenesis
berjalan aktif. Asil-KoA rantai panjang (misalnya, palmitit-KoA) menghambat
aktivitas asetil-KoA karboksilase sehingga bila banyak asil-KoA rantai panjang berada
dalam sitosol (misalnya, bila mobilisasi asam lemak meningkat, lihat: lipolisis),
lipogenesis terhambat. Selain dikendalikan melalui perubahan aktivitas asetil- KoA
karboksilase, laju lipogenesis juga dipengaruhi oleh jumlah dari enzim-enzim yang
berperan di dalamnya. Misalnya, diit tinggi karbohidrat dan pemberian insulin
meningkat sintasis dari enzimenzim: komplek sintetase, enzim malat, dan ATP-sitrat
liase. (Glenn,G., 2004).
Penyimpanan Lemak dan Penggunaannya Kembali

Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun
tahap-tahap penyimpanan tersebut adalah:

1. Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.


2. Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
3. Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari
glukosa.
4. Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam
tubuh.
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan
trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan
asam lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol).
Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula
(lihat oksidasi beta).

WHO merekomendasikan asupan lemak tidak lebih dari 30% dari asupan total
energi per hari (lemak yang dimaksud adalah yang mengandung omega 3 dan minyak
nabati). Ini setara dengan 67 gram lemak per hari, jika total kebutuhan energi Anda per
hari 2000 kalori. Atau, setara dengan 5-6 sendok makan minyak per hari. Anak-anak
usia 2-3 tahun, total lemaknya 30%-35% dari total kalori yang dimakan
Anak-anak usia 4-18, total lemaknya 25%-35% dari total kalori yang dimakan
Dewasa usia 19 tahun keatas, total lemaknya 20%-35% dari total kalori yang dimakan.
METABOLISME PURIN

Purin adalah salah satu basa nitrogen, yang merupakan suatu senyawa siklik yang
memiliki cincin pirimidin dan cincin imidazol, yang mengandung karbon dan atom
(hetero) lainnya seperti nitrogen. Purin memiliki beberapa jenis, yaitu adenin, guanin,
hipoxantin, dan xantin. Berikut struktur kimia keempat jenis purin:

Purin memiliki beberapa kegunaan dalam biomedis, yaitu sebagai sumber energi
(dalam bentuk ATP/GTP), bagian dari koenzim, regulator dan second messenger, serta
penyusun nukleotida untuk DNA dan RNA. Karbon dan nitrogen pada purin berasal
dari berbagai zat yang berbeda. Biosintesis purin dapat dilakukan melalui beberapa
jalur, yaitu:

Sintesis de novo
Sintesis de novo purin merupakan sintesis purin dari zat-zat antara amfibolik.
Untuk membentuk Inosin Monofosfat (IMP) melalui sintesis de novo, terjadi 11 proses
reaksi, yang dimulai dari fosforilasi ribosa-5-fosfat dari proses HMS (Hexose
Monophosphate Shunt) oleh ATP membentuk PRPP (5-fosforibosil-1-pirofosfat) yang
dikatalisis oleh PRPP sintase. Berikut proses pembentukan IMP dari ribosa-5-fosfat,
glutamin, ATP, N5,N10-metenil-H4folat, CO2, aspartat, dan N5,N10-formil-H4folat.
IMP yang dihasilkan melalui proses diatas, kemudian akan diubah menjadi GMP
(Guanosin Monofosfat) atau AMP (Adenosin Monofosfat) tergantung dari kebutuhan.
Berikut proses perubahan IMP menjadi AMP atau GMP :
De Novo sintesa purin nukleotida tahapan selanjutnya sangat aktif di sitosol sel
hepar, dimana semua enzim tersedia dalam suatu agregasi (polimer) makromolekuler.
Terjadi pergantian pirofosfat dari PRPP dengan gugus amida dari glutamin, yang
menghasilkan 5-fosforibosilamin. Gugus amino yang terikat pada C-1 Ribosa akan
men- jadi N-9 dari basa purin. Enzim yang berperan adalah glutamin-PRPP
amidotransferase, suatu enzim regulator yang menentukan kecepatan reaksi (rate
limiting step). Enzim ini dihambat oleh AMP, GMP atau IMP. Secara sinergism AMP
dan GMP, AMP dan IMP dapat juga menghambat enzim tersebut.
PRPP juga berperan dalam pengaturan ke- cepatan reaksi tahap ini. Kadar PRPP
dapat berfluktuasi, biasanya nilainya di bawah har- ga Km. Apabila kadar PRPP tinggi
maka hal ini dapat menghilangkan hambatan AMP, GMP atau IMP terhadap glutamin-
PRPP amidotransferase dengan cara melepaskan agregasi enzim (disosiasi polimer).
De Novo sintesa purin nukleotida adalah suatu alur reaksi yang memakai energi (ATP)
yang cukup besar (5 ATP), sehingga harus betul-betul dalam pengontrolan yang ketat.
Pembentukan IMP
Ada sepuluh tahap pembentukan IMP. Penelitian tahapan reaksi pembentukan IMP ini
dimulai tahun 1950 oleh kelompok JM Buchanan dan GR Greenberg, dan memakan
waktu 10 tahun untuk mnyelesaikan seluruhnya. Setelah terbentuk 5-fosforibosilamin,
maka selanjutnya terjadi pengikatan atau pembentukan cincin purin C-4, C-5, dan N-7
yang semuanya berasal dari glisin. Proses ini memerlukan ATP. Setelah itu pengikatan
anggota C-8 yang berasal dari 10- formiltetrahidrofolat (10-FTHF). Sebelum cincin
persegi 5 tertutup, terjadi pengikatan N-3 (yang berasal dari amida glutamin) pada C-
4. Pengikatan ini memerlukan ATP. Tahap selanjutnya pembentukan C-6 yang berasal
dari CO2, N1 yang berasal dari aspartat. N-1 terikat pada C-6 dan memerlukan ATP.
Sebagian molekul aspartat lepas membentuk fumarat. Anggota cincin terakhir dari
purin yaitu C-2 berasal dari 10-FTHF. Penutupan cincin akan membentuk suatu
nukleotida purin yaitu IMP.
Kesepuluh tahapan itu adalah :
1. PRPP + glutamin membentuk 5-fosforibosilamin (PRA)(glutamin-PRPP
amidotransferase).
2. Gugus amino mengalami asilasi oleh glisin menjadi glisinamid ribonukleotida
(GAR) (GAR sintase)
3. Transfer gugus formil dari 10-formiltetrahidrofolat pada N-7 menjadi
Formilglisinamid ribonukleotida (FGAR) ( GAR transformilase)
4. Amida diubah menjadi amidin, memerlukan ATP, glutamin sebagai sumber N
menjadi formilglisinamidin ribonukleotida (FGAM) (FGAM sintase)
5. .Penutupan cincin (5), memerlukan ATP membentuk aminoimidazol ribonukletida
(AIR) (AIR sintase)
6. Pengikatan CO2 pada C-5, yang akan membentuk C-4, menjadi karboksiamino
Imidzolribonukleotida (CAIR) (AIR karboksilase). Tidak memerlukan biotin. CO2
mula-mula diikatkan pada N-3, kemudian dipindah terikat pada C-5. Perlu ATP
7. Aspartat berkondensasi dengan karboksilat yang baru terbentuk menjadi suatu
amida, aminoimidazol suksinilokarboksamida ribonukleotida (SAICAR)
(SAICAR sintase).
8. Fumatrat dipecah oleh enzim adenilosuksinat liase dan menghasilkan amino-
imidazol karboksamida ribonukleotida (AICAR)(Adenilosuksinat liase)
9. Menyerupai tahap ketiga, 10-formiltetrahidrofolat menyerahkan gugus formil
(CH=O) pada gugus amino dari aminoimidazol karboksamida ribonukleotida
menjadi (Formamidoimidazol Kaboksamid ribonukleotida) (FAICAR)
(AICAR
transformilase)
10. Nitrogen dari amida berkondensasi dengan gugus formil, dan menutup cincin (6)
purin.
Sintesis de novo purin nukleotida, memakai banyak energi (ATP). Pertama dalam
pembentukan PRPP, kemudian pada tahap 2,4,5,6, dan yang ke 7.

Jalur/Reaksi Penyelamatan
Jalur penyelamatan terjadi ketika terdapat purin bebas atau ribonukleosida purin
yang berasal dari luar (makanan). Reaksi ini terjadi terutama pada hati. Terdapat dua
reaksi penyelamatan yang dapat dilalui untuk membentuk mononukleotida, yang akan
digunakan oleh jaringan-jaringan yang tidak mampu membentuk purin secara sebagian
maupun sepenuhnya. Proses reaksi penyelamatan ini memerlukan energi yang lebih
sedikit daripada sintesis de novo, dan menggunakan purin bebas. Berikut dua reaksi
penyelamatan yang ada:
1. Fosforibosilasi purin bebas (Pu) oleh PRPP yang membentuk purin-5’-
mononukleotida (PuRP). Reaksi ini dikatalisis oleh adenosin transferase atau
hipoxantin-fosforibosil transferase tergantung dari purin yang akan diubah
menjadi nukleotidanya.

2. Fosforilasi ribonukleosida purin (Pu-R) oleh ATP untuk membentuk purin-5’-


mononukleotida (PuRP). Reaksi ini dikatalisis oleh adenosin kinase (untuk
ribonukleosida adenosin membentuk AMP atau dAMP) atau deoksisitidin kinase
(untuk deoksisitidin membentuk dCMP) atau deoksiguanosin kinase (untuk 2’-
deoksiguanosin membentuk dGMP).

Dalam katabolisme purin manusia, adenosin dan guanosin akan diubah menjadi
asam urat. Adenosin mula-mula diubah menjadi inosin oleh adenosin deaminase.
Kemudian inosin akan mengalami beberapa reaksi sehingga terbentuk asam urat, sama
halnya dengan guanosin.
METABOLISME PIRIMIDIN

Pirimidin adalah salah satu basa nitrogen, yang merupakan suatu senyawa siklik
yang memiliki cincin pirimidin, yang mengandung karbon dan atom (hetero) lainnya
seperti nitrogen. Pirimidin memiliki beberapa jenis, yaitu sitosin, urasil, timin, dan
asam orotat. Berikut struktur kimia keempat jenis purin :

Pirimidin memiliki beberapa kegunaan dalam biomedis, yaitu sebagai sumber


energi, bagian dari koenzim, regulator dan second messenger, serta penyusun
nukleotida untuk DNA dan RNA. Karbon dan nitrogen pada pirimidin berasal dari
berbagai zat yang berbeda, dimana C2 berasal dari karbonat (H2CO3), N3 berasal dari
glutamin, dan N1, C4, C5, dan C6 berasal dari aspartat.
Biosintesis pirimidin dapat dilakukan melalui beberapa jalur, yaitu :

1. Sintesis de novo

Sintesis de novo purin merupakan sintesis purin dari zat-zat antara


amfibolik. Untuk membentuk UDP (Urydilil Diphosphate) yang dapat diubah
menjadi CTP atau TMP, dibutuhkan 7 proses yang diawali pembentukan
karbamoil fosfat dari glutamin, ATP, dan CO2 yang dikatalisis oleh karbamoil
fosfat sintase II (ada pada sitosol). Berikut proses pembentukan UDP dari
CO2, glutamin, ATP, aspartat, NAD+, dan PRPP :
UDP yang dihasilkan kemudian akan diubah menjadi CTP (Sitosin
Trifosfat) atau TMP (Timin Monofosfat) tergantung kebutuhan, berikut
reaksinya

2. Jalur/reaksi penyelamatan

Jalur penyelamatan terjadi ketika terdapat pirimidin bebas atau


ribonukleosida pirimidin yang berasal dari luar (makanan). Reaksi ini terjadi
terutama pada hati. Terdapat dua reaksi penyelamatan yang dapat dilalui untuk
membentuk mononukleotida, yang akan digunakan oleh jaringan-jaringan
yang tidak mampu membentuk pirimidin secara sebagian maupun
sepenuhnya. Proses reaksi penyelamatan ini memerlukan energi yang lebih
sedikit daripada sintesis de novo, dan menggunakan pirimidin bebas atau
ribonukleosida pirimidin. Berikut dua reaksi penyelamatan yang ada :

a. Fosforibosilasi pirimidin bebas oleh PRPP yang membentuk


pirimidin nukleotida

Berikut reaksi fosforibosilasi pirimidin bebas oleh PRPP:


Basa + Ribosa-1-Fosfat -> Nukleosida + Pi

b. Fosforilasi nukleosida pirimidin yang membentuk pirimidin


nukleotida

Reaksi ini dikatalisis oleh nukleosida kinase, seperti


deoksisitidin kinase (untuk deoksisitidin membentuk dCMP). Berikut
reaksi fosforilasi ribonukleosida purin oleh ATP :

Nukleosida + ATP -> Nukleotida + ADP

Dalam katabolisme pirimidin, pirimidin akan diubah menjadi senyawa yang sangat
larut air, seperti beta-alanin dari sitosin dan urasil, serta beta-aminoisobutirat dari
timin. Karena hasil katabolismenya merupakan senyawa larut air, maka kesalahan hasil
katabolisme pirimidin sangat jarang menunjukkan gejala klinis. Berikut proses
katabolisme pirimidin :
METABOLISME LIPOPROTEIN

Lipid atau lemak penting sekali untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai
sumber energi, pelindung badan, pembentukan air, agar lemak itu dapat diangkut dalam
peradaran darah, maka lemak itu dibuat menjadi larut dengan mengikatnya
kepada protein yang larut dalam air, ikatan itu disebut lipoprotein yang merupaka suatu
ikatan yang larut dalam air dengan berat molekul yang tinggi, terdiri dari lemak
(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dan protein yang khusus dapat mengikat protein
(apo-protein). Di dalam peredaran darah lipoprotein itu merupakan suatu kompleks
yang disebut lipoprotein particle yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dalam (inti)
yang tidak larut, terdiri dari trigliserida, ester kolesterol, dan bagian luar yang lebih
larut, terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, dan apoprotein.
Lipoprotein adalah berbagai jenis kompleks lipid-protein yang berfungsi sebagai
transport lipid di dalam darah. Partikel lipoprotein terdiri dari inti trigliserida atau ester
kolesterol berbentuk bulat hidrofobik yang dikelilingi satu lapisan fosfolipid,
kolesterol, dan apolipoprotein yang amfipatik. (Dorland, 2011)

Jenis Lipoprotein
Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya, yaitu,
kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein
(IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL).

1. Kilomikron
Kilomikron (chylomicron) merupakan lipoprotein densitas rendah paling banyak
berisi trigliserid yang berasal dari makanan (lemak eksogen). Kilomikron yang
dihasilkan dalam usus, masuk ke sirkulasi sistemik melalui 4 saluran limfatik,
trigliseridnya dihidrolisis oleh lipoprotein lipase, suatu enzim yang berlokasi di
permukaan endotel pembuluh darah kapiler. Kilomikron remnant (sisa) merupakan
produk akhir dari degradasi kilomikron dalam sirkulasi. Partikel ini mempunyai protein
permukaan spesifik apoprotein B-48 dan E, apoprotein E ditemukan dengan reseptor
di membran plasma hepar. Partikel remnant (sisa) kaya kolesterol yang berasal dari
diet, diikat dan diinternalisasi kemudian didegradasi oleh enzim lisozomal. Dengan
proses ini, kolesterol yang berasal dari diet dibebaskan ke hepar.
2. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL merupakan Trigliserid (TG) endogen dan golongan lipoprotein densitas
terendah kedua dan sinonim dengan pra-β-lipoprotein. VLDL terutama berasal dari
hepar dan memiliki fungsi untuk mentranspor trigliserid yang dibuat dalam jaringan.
VLDL juga mentranspor kolesterol dalam jumlah yang nyata (bermakna) yang
diperoleh dari sintesis de novo (dalam tubuh), dan secara tidak langsung berasal dari
diet. Seperti halnya dengan kilomikron, trigliserid dari VLDL didegradasi oleh
lipoprotein lipase. VLDL remnant (sisa) atau lipoprotein densitas sedang (Intermediet-
Density Lipoprotein, IDL), masih tetap ada setelah banyak trigliseridnya yang
dikeluarkan. Partikel ini kaya akan protein spesifik (apoprotein B-100 dan E). IDL
secara langsung dikeluarkan dari sirkulasi oleh interaksinya dengan reseptor apoprotein
B/E atau dikonversi menjadi LDL. Konversi IDL menjadi LDL melalui kerja enzim
lipase hepatik, disertai dengan pengeluaran trigliserid dan apoprotein E, dan hal ini
terjadi di permukaan hepatosit. Defek pada apoprotein E dari VLDL manusia
mengakibatkan terjadinya akumulasi aterogenik VLDL remnant (sisa) (b-LDL)
sehingga terjadi 5 hipererlipoproteinemia tipe III.
3. Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
IDL yang terdiri dari kolesterol dan trigliserida, merupakan bentuk antara yang
dalam hepar diubah menjadi LDL disebut juga beta-VLDLL atau beta lipoprotein.
4. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL ialah lipoprotein pada manusia yang berguna sebagai pengangkut kolesterol
ke jaringan perifer dan berguna untuk sintesis membran dan hormon steroid. LDL
mengandung 10% trigliserida serta 50% kolesterol, dipengaruhi oleh banyak faktor
misalnya kadar kolesterol dalam makanan, kandungan lemak jenuh, dan tingkat
kecepatan sintesis dan pembuangan LDL dan VLDL dalam tubuh. Pada penyakit
dimana reseptor LDL ini kurang, seperti pada hiperkolesterolemia maka akan terjadi
peningkatan dan penumpukan LDL dalam sirkulasi. Akibatnya akan dideposit di dalam
sel makrofag dinding pembuluh darah yang merupakan awal dari proses ateroklerosis.
5. High Density Lipoprotein (HDL)
Kolesterol HDL berfungsi sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke
hati untuk metabolisme atau katabolisme yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Peningkatan kadar HDL menurunkan aterosklerosis. Tingkat kadar kolesterol HDL
plasma dianggap rendah bila kadarnya di bawah 35 mg/dl. Apolipoprotein HDL
dieksresi oleh hati dan usus, sebagian besar lipid di dalam HDL berasal dari permukaan
satu lapis kilomikron dan VLDL selama lipolisis. HDL juga mendapatkan
kolesteroldari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol
sel.

Komponen Lipoprotein
Peran Lipoprotein dalam Plasma Darah dan Perannya dalam Pengangkutan
Lipid
Lipid merupakan senyawa yang bersifat non polar sehingga tidak larut dalam air.
Oleh karena itu timbul masalah dalam pengangkutan lipid ke seluruh bagian tubuh
karena plasma darah bersifat aqueous. Hal ini dapat teratasi dengan adanya Upoprotein
dalam plasma. Lipid akan diangkut oleh lipoprotein dalam intinya yang bersifat non
polar dan hidrofobik. Inti tersebut akan dilapisi oleh suatu lapisan permukaan yang
bersifat amfipatik dengan gugus non polar menghadap inti yang mengandung lipid
yang diangkut dan gugus polar menghadap medium aqueous, dalam hal ini plasma
darah.
Di dalam lipoprotein terdapat sejumlah protein yang disebut apolipoprotein yang
terikat atau terintegrasi dalam partikel lipoprotein. Btla protein tersebut mempunyai
proporsi residu asam amino non polar yang relatif tinggi maka akan memungkinkan
terjadinya interaksi efektif antara berbagai macam protein untuk berikatan dengan lipid
dalam darah. Akibat lebih lanjut, lipid dapat diangkut dengan baik oleh plasma darah
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Plasma darah mengandung bermacam-macam
lipoprotein yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri berkaitan dengan
jenisjenis lipid yang diangkutnya. Suatu jenis lipoprotein dengan hpoprotein yang lain
saling berkaitan satu sama lain. Dalam hal pembentukan suatu lipoprotein maka
lipoprotein yang satu dapat menjadi prekursor lipoprotein yang lain, sebagaimana telah
diuraikan di atas.
LDL dapat dibentuk dari VLDL dan VLDL dapat dibentuk dari kilomikron.
Jenis-jenis apolipoprotein pada suatu lipoprotein berkaitan dengan pembentukan suatu
lipoprotein. Misalnya apo A pada kilomikron diperlukan untuk pembentukan HDL
baru, apo C akan mengaktifkan lipase lipoprotein sehingga akan membantu
perombakan suatu lipoprotein dan terbentuk jenis lipoprotein yang lain. Selain itu HDL
bettindak sebagai tempat penyimpanan apo C dan apo E yang dibutuhkan dalam
metabolisme kilomikron dan VLDL. Dan uraian di atas dapat diketahui bahwa
pengangkutan lipid oleh suatu lipoprotein juga berkaitan satu dengan yang lain dengan
pengangkutan oleh lipoprotein yang lain. Banyak sedikitnya kandungan jenis-jenis
lipoprotein tersebut berkaitan dengan jumlah dan jenis lipid yang diangkut. Dengan
demikian kandungan jenis-jenis lipoprotein juga mempengaruhi kondisi kesehatan.

Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein dimetabolisme melalui tiga jalur yaitu jalur eksogen, endogen, dan
reverse cholesterol transport. Jalur eksogen dan endogen berkaitan dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida. Jalur reverse cholesterol transport
berkaitan dengan metabolisme kolesterol HDL.

Jalur Eksogen
Makanan berlemak yang kita makan terdiri dari trigliserida dan kolesterol.
Kolesterol juga terdapat di usus halus dari hati yang diekskresi bersama empedu. Kedua
lemak tersebut disebut lemak eksogen. Trigliserida diserap di enterosit usus halus
dalam bentuk asam lemak bebas, sedangkan kolesterol diserap dalam bentuk kolesterol
ester. Keduanya kemudian diubah kembali ke bentuk semula di dalam usus halus, lalu
bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang
dikenal dengan kilomikron. Kilomikron masuk ke saluran limfe dan melalui duktus
torasikus akan masuk ke aliran darah. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) yang berasal dari sel endotel menjadi
asam lemak bebas (free fatty acid (FFA). Kemudian FFA dapat disimpan kembali
sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Kilomikron kemudian berubah menjadi
kilomikron remnant setelah kehilangan trigliserida dengan sisa kolesterol ester lalu
dibawa ke hati.
Jalur Endogen
Lipoprotein VLDL di sirkulasi terbentuk dari hasil sintesis trigliserida dan
kolesterol di hati. Trigliserida di VLDL dalam sirkulasi akan mengalami hidrolisis oleh
LPL dan VLDL berubah menjadi IDL yang kemudian akan terhidrolisis menjadi
molekul yang lebih kecil yaitu LDL. VLDL, IDL, dan, LDL sebagian akan kembali ke
hati dan mengembalikan kolesterol ester. Kolesterol di LDL sebagian akan diangkut
kembali ke hati dan juga ke jaringan steroidgenik seperti kelenjar adrenal, testis, dan
ovarium yang memiliki reseptor untuk kolesterol LDL. LDL di sirkulasi mudah
teroksidasi dan ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag endotel
pembuluh darah dan akan menjadi sel busa (foam cell).
Telah diketahui bahwa LDL dapat masuk menembus endotel arteri dan kemudian
mengalami perubahan, menjadi minimally modified LDL lalu menjadi oxidized LDL,
dan akhirnya ditangkap oleh sel makrofag dan membentuk sel busa (foam cell). Sudah
banyak studi epidemiologis yang menunjukkan bahwa LDL merupakan faktor resiko
utama pembentukan plak aterosklerosis, dimana peningkatan kadar kolesterol LDL
memberikan peningkatan angka kejadian penyakit kardiovaskular (PKV). Kadar
kolesterol LDL 170 mg/dL dibandingkan dengan kadar 100 mg/dL memberikan resiko
PKV hampir 3x lipat. Penurunan kadar kolesterol LDL sebanyak 1,0 mg/dL akan
menurunkan kejadian PKV sebanyak 1% juga. Menurut National Cholesterol
Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP III), berdasarkan faktor resiko
ganda, maka bila didasarkan pada kategori resiko PJK dan ekuivalen PJK maka kadar
sasaran kolesterol LDL adalah < 100 mg/dL bila faktor resiko ganda > 2 dan < 160
mg/dL bila 0- 1 faktor resiko.

Jalur Reverse Cholesterol Transport


HDL bermula sebagai HDL nascent yang memiliki kadar kolesterol yang rendah.
HDL nascent berasal dari usus halus dan hati. HDL nascent mendekati makrofag dan
mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Kolesterol di endotel dibawa ke
permukaan oleh triphosphate-binding cassete transporter-1 (ABC-1).

Kolesterol bebas dari makrofag kemudian diesterifikasi menjadi kolesterol ester


oleh enzim lechitin cholesterol acyltransferase (LCAT). Terjadi dua jalur pengiriman
kolesterol ester. Jalur pertama adalah ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor
class B type 1 (SR-B1). Jalur berikutnya adalah kolesterol ester dalam HDL ditukar
dengan trigliserida dari VLDL dan LDL dengan bantuan cholesterol ester transfer
protein (CETP). HDL memiliki fungsi antiaterosklerotik, antiinflamatorik dan
antioksidan. Fungsi antiaterosklerotik pada HDL didapat dari adanya peran
apolipoprotein A-I yang merupakan protein struktural penting untuk partikel HDL
yang juga aktivator LCAT. Fungsi antiaterosklerotik juga didapat dari adanya
apolipoprotein A-II dan apolipoprotein C-II dan CIII yang dikaitkan dengan regulasi
LPL dan kadar trigliserida. Fungsi antioksidan HDL didapat karena adanya enzim
paraooxonase-I (PON-1) yang mengkatalisis hidrolisis asam lemak teroksidasi pada
lipoprotein terutama LDL. Selain itu, ada juga platelet activating factor-acetyl
hydrolase (PAF-AH), suatu enzim yang menghidrolisis PAF yang merupakan mediator
proinflamasi. HDL berfungsi sebagai antiinflamasi dengan menghambat sitokin yang
menginduksi ekspresi molekul adhesi pada sel endotel.

Kadar Lipoprotein
METABOLISME KARBOHIDRAT

Glikolisis merupakan rute utama metabolisme karbohidrat. Kemampuan glikolisis


untuk menghasilkan ATP tanpa oksigen merupakan hal yang sangat penting karena hal
ini memungkinkan otot rangka bekerja keras ketika pasokan oksigen terbatas, dan
memungkinkan jaringan bertahan hidup ketika mengalami anoksia. Glikolisis dapat
terjadi baik pada organisme aerob ataupun anaerob. Proses glikolisis glukosa hingga
menjadi piruvat pada organisme aerob dan anaerob sama. Berikut prosesnya :

Setelah menjadi piruvat, proses glikolisis pada organisme aerob dan anaerob
menjadi berbeda. Pada organisme aerob, piruvat akan dioksidasi menjadi Asetil-KoA
dan NADH, yang kemudian akan memasuki siklus Krebs atau siklus asam sitrat, dan
akan menghasilkan energi yang besar. Berikut prosesnya :
NADH dan FADH2 dari hasil glikolisis aerob kemudian akan mengalami transpor
elektron/fosforilasi oksidatif sehingga menyebabkan dihasilkannya ATP dari ADP dan
PPi. Dalam proses ini, terdapat 4 kompleks (I/NADH Dehidrogenase, II/Succinate
dehydrogenase, III/Sitokrom-C dehidrogenase, dan IV/Sitokrom Oksidase) dan ATP
sintase yang berperan. Berikut prosesnya :
Pada saat suplai O2 yang dikirimkan tidak mencukupi kebutuhan O2 pada proses
glikolisis aerob, akan terjadi glikolisis anaerob, dimana dapat terjadi fermentasi yang
dapat berupa fermentasi asam laktat atau fermentasi etanol. Pada proses fermentasi
asam laktat, piruvat yang dihasilkan proses glikolisis akan diubah menjadi laktat
dengan laktat dehidrogenase. Pada reaksi ini, NADH yang dihasilkan dari proses
glikolisis sebelumnya akan digunakan pada reaksi ini. Berikut reaksi fermentasi asam
laktat :
Pada fermentasi etanol, piruvat yang dihasilkan proses glikolisis akan diubah
menjadi asetaldehida dengan piruvat dekarboksilase dan kemudian akan diubah
menjadi etanol dengan etanol dehidrogenase. Pada reaksi perubahan asetaldehida
menjadi etanol, akan digunakan NADH yang berasal dari proses glikolisis berikutnya,
Berikut reaksi fermentasi etanol :

Sedangkan pada keadaan lapar, energi yang dibutuhkan dibentuk melalui proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis. Glikogenolisis merupakan proses pemecahan
glikogen yang terjadi di sitosol, dan distimulasi oleh epinefrin pada otot dan glukagon
pada hati. Berikut proses glikogenolisis :
Pada hati, glikogenolisis bertujuan untuk meningkatkan kadar glukosa dalam
darah. Glikogenolisis pada hati tidak dapat terjadi untuk membentuk energi pada hati
karena pada hati terdapat fruktosa-2,6-biphosphate yang berfungsi untuk menginhibisi
proses glikolisis. Karena hati memiliki glukosa-6-phosphatase, maka glikogen dapat
diubah menjadi glukosa karena glukosa-6-phosphatase berfungsi untuk mengubah
glukosa-6-fosfat menjadi glukosa.

Pada otot, glikogenolisis bertujuan untuk membentuk energi melalui proses


glikolisis. Glikogenesis pada otot tidak dapat terjadi untuk meningkatkan kadar glukosa
pada darah, karena pada otot tidak terdapat glukosa-6-phosphatase yang berfungsi
untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa.

Glukoneogenesis selain glikogenolisis merupakan proses pembentukan glukosa


dari prekursor non-karbohidrat seperti asam amino, gliserol, dan asam lemak (khusus
dari asam lemak, tidak dapat membentuk glukosa). Glukoneogenesis ini baru terjadi
ketika seseorang berada dalam kondisi belum makan dalam waktu yang lama dan
proses glikogenolisis telah berjalan lama. Glukoneogenesis terjadi di mitokondria.
Berikut beberapa proses glukoneogenesis :
glucose glycogen

G-6-P G-1-P
CYTOSOL MITOCHONDRIA
F-6-P

F-1,6BP malic acid malic acid


NAD+ glutamate glutamate NAD+

NADH+H+ ¦Á-ketoglutarate ¦Á-ketoglutarate


glyceral- NADH+H+
DHAP dehyde 3-P OAA Asp Asp OAA

GTP GTP
glycerol ADP
1.3-bisphospho-
glycerate 2/3 CO2 CO2
ADP 1/3
GDP GDP
ATP
glycerate 3-P phosphoenol phosphoenol ATP
pyruvate pyruvate
ADP CO2
glycerate 2-P PK
NAD+ NADH+H+ ATP
lactate pyruvate pyruvate
Selain untuk membentuk energi, glikogenesis, dan lipogenesis, glukosa juga dapat
dibentuk menjadi ribosa-5-fosfat, yang merupakan bahan untuk membentuk
nukleotida. Glukosa dapat diubah menjadi ribosa-5-fosfat melalui proses hexose
monophosphate shunt/pentose phosphate pathway. Berikut prosesnya :
DISLIPIDEMIA DAN HIPERURISEMIA

1. DISLIPIDEMIA

Dislipidemia merupakan abnormalitas metabolisme lemak yang ditandai


peningkatan salah satu atau lebih dari fraksi lemak di dalam darah, seperti kolesterol,
High density lipoprotein, Low density lipoprotein, dan trigliserida. Kelainan komponen
lemak yang utama meliputi peningkatan kadar kolesterol total dan Low-density
lipoprotein cholesterol (LDL-C) (disebut hiperkolesterolemia), peningkatan kadar
trigliserida (disebut hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar High density
lipoprotein-cholesterol (HDL-C) (Yosua, 2015).

Klasifikasi dan Etiologi Dislipidemia


Klasifikasi dislipidemia dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
1) Dislipidemia Primer
Dislipidemia tipe ini adalah dilipidemia yang tidak diketahui jelas penyebabnya
(Sudoyo, 2009).
2) Dislipidemia Sekunder
Sedangkan dislipidemia tipe ini dislipidemia yang mempunyai penyakit dasar
seperti, sindrom nefrotik, diabetes millitus, hipotiroidisme (Sudoyo, 2009).
Sedangkan dislipidemia dapat dibagi berdasarkan profil lipid yang menonjol
seperti (Sudoyo, 2009):
1) Hiperkolesterolemi yaitu peningkatan kadar kolesterol total dalam tubuh
seseorang.
2) Hipertrigliseridemi yaitu peningkatan kadar trigliserida dalam tubuh seseorang.
3) Isolated low HDL cholesterol
Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, kilokalori yang masuk
melalui makanan lebih banyak dapat menyebabkan terjadinya gangguan
metabolik berupa hiperkolesterolemia (Ekmen et al. 2015).
Pengaturan metabolisme kolesterol akan berjalan normal apabila jumlah
kolesterol dalam darah mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi jumlah normal yang
dibutuhkan. Namun pada obesitas dikatakan dapat terjadinya gangguan pada regulasi
asam lemak yang akan meningkatkan kadar trigliserida dan ester kolesteril.
Peningkatan kolesterol darah juga dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang
terdapat pada verylow- density lipoprotein dan low–density lipoprotein sekunder
karena peningkatan trigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi penumpukan
lemak berlebihan didalam tubuh (Ahmar, 2010).
Hipotesis yang ada menyebutkan bahwa penyimpanan asam lemak sebagai
triasilgliserol dalam sel adiposit di jaringan adiposa melindungi terhadap toksisitas
asam lemak bila beredar secara bebas di pembuluh darah dan menghasilkan stres
oksidatif. Penyimpanan yang berlebihan menyebabkan obesitas akhirnya akan
mengarah pada pelepasan asam lemak berlebihan dari proses lipolisis yang meningkat
dari rangsangan simpatis yang meningkat pada obesitas. Pelepasan asam lemak dari
deposit jaringan adiposa juga menghambat lipogenesis dan dan terjadi proses
lipotoksisitas. Lipotoksisitas dari asam lemak menurunkan sekresi insulin. Pelepasan
asam lemak bebas oleh endotel lipoprotein lipase meningkatkan lemak bebas di darah
menjadi kolesterol, VLDL dan LDL akibat proses lipolisis (Redinger, 2007).
Keadaan meningkatnya trigliserida dalam darah akan meningkatkan perubahan
metabolisme VLDL menjadi LDL yang mudah teroksidasi (Mamat, 2010). LDL yang
teroksidasi dalam darah akan menyebabkan peningkatan konsentrasi kolesterol sebab
komposisi LDL sendiri yang memiliki nilai tinggi kolesterol (Zelzer et al., 2011). Pada
obesitas sentral terjadi gangguan regulasi asam lemak yang menyebabkan peningkatan
kadar trigliserida dan esterkolesteril. Very low - density lipoprotein (VLDL) dan low -
density lipoprotein (LDL) sekunder yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan kadar
kolesterol darah yang disebabkan terjadinya peningkatan trigliserida yang besar di
dalam darah bila terjadi akumulasi lemak berlebih di dalam tubuh (Listiyana, 2013).
2. HIPERURISEMIA
Hiperurisemia merupakan keadaan yang menunjukkan terjadinya peningkatan
kadar asam urat darah diatas normal, dengan nilai normal asam urat dalam darah diatas
7 mg/dL untuk pria dan 6 mg/dL untuk wanita (Haidari et al., 2009; Putra, 2007).
Kejadian hiperurisemia disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, usia, jenis
kelamin, berat badan berlebih dan diet (Liu et al, 2011; Villegas et al, 2012; Lee et al,
2013). Gen PPARγ berperan dalam meningkatkan kadar asam urat. Gen PPARγ
berhubungan dengan aktivitas xantin oksidase maupun xantin reduktase, glukosa,
tekanan darah, obesitas dan metabolisme lipid (Liu et al, 2013).
Hiperurisemia juga berhubungan dengan usia, prevalensi hiperurisemia meningkat
di atas usia 30 tahun pada pria dan di atas usia 50 tahun pada wanita. Hal ini disebabkan
oleh karena terjadi proses degeneratif yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal.
Penurunan fungsi ginjal akan menghambat eksresi dari asam urat dan akhirnya
menyebabkan hiperurisemia (Liu et al, 2011). Jenis kelamin juga mempengaruhi kadar
asam urat. Prevalensi pria lebih tinggi daripada wanita untuk mengalami hiperurisemia.
Hal ini dikarenakan wanita memiliki hormon estrogen yang membantu dalam eksresi
asam urat. Hal ini menjelaskan mengapa wanita pada post-menopause memiliki resiko
hiperurisemia (Mc Adam-De Maro et al, 2013). Obesitas memiliki peran dalam
terjadinya hiperurisemian. Pada orang yang mengalami obesitas, akan terjadi
penumpukan adipose yang akhirnya akan menyebabkan peningkatan produksi asam
urat dan penurunan eksresi asam urat (Lee et al, 2013).
Berdasarkan patofisiologisnya, hiperurisemia atau peningkatan asam urat terjadi
akibat beberapa hal, yaitu peningkatan produksi asam urat, penurunan eksresi asam
urat, dan gabungan keduanya. Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat
peningkatan kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel
DNA dan RNA. Peningkatan produksi asam urat juga bisa disebabkan asupan makanan
kaya protein dan purin atau asam nukleat berlebihan. Asam urat akan meningkatkan
dalam darah jika eksresi atau pembuangannya terganggu. Sekitar 90 % penderita
hiperurisemia mengalami gangguan ginjal dalam pembuangan asam urat ini. Dalam
kondisi normal, tubuh mampu mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300
sampai denga 600 mg per hari). Sedangkan sisanya dieksresikan melalui saluran
gastrointestinal (Soeroso dan Algristian, 2011).
Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung protein. Contoh makanan
yang mengandung tinggi purin adalah jeroan (misalnya, pankreas dan timus), ikan asin,
ikan sarden, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal, ayam kalkun dan lain-lain.
Kadar asam urat serum merupakan refleksi dari perilaku makan. Asam urat merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin dan konsumsi makanan tinggi purin akan
mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat total. Asam urat juga berhubungan
dengan berbagai penyakit seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus
dan berbagai penyakit metabolik lainnya. Mekanisme terjadinya hiperurisemia pada
penyakit metabolik adalah karena peningkatan kerja ginjal sehingga lama-kelamaan
menyebabkan kelelahan ginjal dan menurunkan kerja ginjal sehingga eksresi asam urat
berkurang (Jin et al, 2012; Gustafsson dan Unwin, 2013). Peningkatan asam urat juga
dapat menyebabkan peningkatan C-reactive protein (CRP).
CRP merupakan biomarker terjadinya inflamasi sistemik, yang kemudian
mempermudah terjadinya penyakit metabolik seperti hipertensi dan penyakit
kardiovaskular. Purin adalah protein yang termasuk dalam golongan nukleo-protein.
Selain didapat dari makanan, purin juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang
sudah tua. Pembuatan atau sintesis purin juga bisa dilakukan oleh tubuh sendiri dari
bahan-bahan seperti karbo monoksida, glutamin, glisin, asam urat, dan asam folfat.
Diduga metabolit purin diangkut ke hati, lalu mengalami oksidasi menjadi asam urat.
Kelebihan asam urat dibuang melalui ginjal dan usus (Sutrani et al, 2004).
Manusia mengubah adenosin dan guanosin menjadi asam urat. Adenosin mula-
mula diubah menjadi inosin oleh adenosin deaminase. Selain pada primata tingkat
tinggi, uratase (uricase) mengubah asam urat menjadi alatoin, suatu produk yang larut-
air pada mamalia. Namun, karena manusia tidak memiliki uratase, produk akhir
metabolism purin adalah asam urat. Ketika kadar asam urat serum melebihi batas
kelarutannya, terjadilah kristalisasi natrium urat di jaringan lunak dan sendi sehingga
menimbulkan reaksi inflamasi, artritis gout. Namun, sebagian besar kasus gout
mencerminkan gangguan pengaturan asam urat di ginjal (Murray et al, 2006). Asam
urat merupakan hasil pemecahan dari purin. Oleh karena itu, makanan yang
mengandung tinggi purin seharusnya dihindari. Makanan yang mengandung tinggi
purin contohnya adalah jeroan (misalnya, pankreas dan timus), ikan smelt, ikan sarden,
dan mussels. Makanan yang memiliki purin cukup tinggi seperti ikan asin, ikan trout,
haddock, scallops, daging kambing, sapi, hati, ikan salmon, ginjal, dan ayam kalkun.
Purin terdapat dalam semua makanan yang mengandung protein. Oleh karena itu,
penghentian konsumsi sumber purin secara total tidak dapat dilakukan (Sutrani et al,
2004).
Asam urat dalam darah jenuh pada 6,4-6,8 mg / dL pada kondisi sekitar, dengan
batas atas kelarutan ditempatkan pada 7 mg / dL. Urat disaring secara bebas di
glomerulus, diserap kembali, disekresikan, dan kemudian diserap kembali dalam
tubulus proksimal. Kloning baru-baru ini dari transporter urat tertentu akan
memfasilitasi pemahaman mekanisme spesifik dimana urat ditangani di ginjal dan usus
kecil.
Hiperurisemia dapat terjadi karena penurunan ekskresi (underexcretors),
peningkatan produksi (overproducers), atau kombinasi dari dua mekanisme ini.
Penanganan urat oleh ginjal melibatkan filtrasi pada glomerulus, reabsorpsi, sekresi,
dan, akhirnya, reabsorpsi postsecretory. Akibatnya, ekskresi asam urat yang berubah
dapat terjadi akibat penurunan filtrasi glomerulus, penurunan sekresi tubular, atau
peningkatan reabsorpsi tubular. Walaupun penurunan filtrasi urat mungkin tidak
menyebabkan hiperurisemia primer, namun dapat berkontribusi pada hiperurisemia
insufisiensi ginjal. Penurunan sekresi tubulus urat terjadi pada pasien dengan asidosis
(misalnya, ketoasidosis diabetikum, intoksikasi etanol atau salisilat, ketosis kelaparan).
Asam organik yang terakumulasi dalam kondisi ini bersaing dengan urat untuk sekresi
tubular. Akhirnya, peningkatan reabsorpsi asam urat distal ke lokasi sekresi adalah
mekanisme yang dianggap bertanggung jawab atas hiperurisemia yang diamati dengan
terapi diuretik dan diabetes insipidus. Akun over-produksi hanya sebagian kecil dari
pasien yang mengalami hiperurisemia. Penyebab hiperurisemia pada overproduser
dapat berupa eksogen (diet kaya purin) atau endogen (peningkatan pemecahan
nukleotida purin). Sebagian kecil dari overproduser memiliki cacat enzimatik yang
menyebabkan hiperurisemia. Ini termasuk defisiensi lengkap hipoksantin guanin
fosforibosiltransferase (HGPRT) seperti pada sindrom Lesch-Nyhan, defisiensi parsial
HGPRT (sindrom Kelley-Seegmiller), dan peningkatan produksi aktivitas 5-phospho-
alpha-d-ribosyl pyrophosphate (PRPP). Degradasi purin yang dipercepat dapat terjadi
akibat proliferasi dan pergantian sel yang cepat (krisis leukemia) atau dari kematian sel
(rhabdomyolysis, terapi sitotoksik). Glikogenosis tipe III, IV, dan VII dapat
menyebabkan hiperurisemia akibat degradasi ATP otot rangka yang berlebihan.

Klasifikasi Hiperurisemia
Berdasarkan penyebabnya hiperurisemia dibagi menjadi dua yaitu: (1)
Hiperurisemia primer yang disebabkan karena kelainan enzim spesifik akibat
peningkatan aktivitas varian dari enzim phosphoribosyl phosphate (PRPP) synthetase
menyebabkan peningkatan pembentukan purin nukleutida melalui sintesis de novo
sehingga terjadi hiperurisemia tipe overproduction; (2) Hiperurisemia sekunder yang
disebabkan oleh penyakit karena gangguan pengeluaran asam urat melalui ginjal
(under excretion) dapat melalui gangguan dalam filtrasi, reabsorbsi, sekresi dan
reabsorbsi paska sekresi (Putra, 2007).

Patofisiologi
Berdasarkan patofisiologinya hiperurisemia dapat disebabkan oleh: (1) Over
produksi dapat terjadi karena peningkatan phosphoribosyl phosphate (PRPP)
synthetase yang menyebabkan peningkatan sintesis purin dan peruraian asam nukleat
jaringan yang pada akhirnya dapat menyebabkan peningkatan asam urat (Priyanto,
2008); (2) Dua pertiga asam urat yang diproduksi diekresi melalui urin dan sisanya
melalui gastrointestinal (GI) setelah terdegradasi oleh bakteri kolon. Gangguan
ekskresi ginjal pada tubuli distal atau karena ginjal yang rusak misalnya
glomeluronefritis dapat meningkatkan kadar asam urat (Priyanto, 2008).
Asam urat merupakan produk akhir degradasi purin.Pada manusia asam urat
diekskresikan di dalam urin karena manusia tidak memiliki enzim urikase, tetapi untuk
mamalia asam urat dioksidasi lagi menjadi alantion sebelum diekskresi (Putra, 2007).
Manusia mengubah nukleosida purin utama yaitu adenosin dan guanin menjadi produk
akhir asam urat yang diekskresikan keluar. Adenosin akan mengalami deaminasi
menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforilase ikatan N-glikosida inosin
dan guanosin, yang dikatalisis oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan
melepaskan senyawa ribose 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan guanin
selanjutnya membentuk xanthine dalam reaksi yang dikatalisasi masingmasing oleh
enzim XO dan guanase, kemudian xanthine teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi
kedua yang dikatalisasi oleh enzim xanthin.Dengan demikian, XO merupakan tempat
yang essensial untuk intervensi farmakologis pada penderita penyakit hiperurisemia
(Rodwell et al., 2003).
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi kadar asam urat, yaitu :

1. Usia

Hiperurisemia juga berhubungan dengan usia, prevalensi hiperurisemia


meningkat di atas usia 30 tahun pada pria dan di atas usia 50 tahun pada
wanita. Hal ini disebabkan oleh karena terjadi proses degeneratif yang
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan
menghambat eksresi dari asam urat dan akhirnya menyebabkan
hiperurisemia.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga mempengaruhi kadar asam urat. Prevalensi pria lebih
tinggi daripada wanita untuk mengalami hiperurisemia. Hal ini dikarenakan
wanita memiliki hormon estrogen yang membantu dalam eksresi asam urat.
Hal ini menjelaskan mengapa wanita pada post-menopause memiliki resiko
hiperurisemia.

3. Obesitas

Obesitas memiliki peran dalam terjadinya hiperurisemia. Pada orang


yang mengalami obesitas, akan terjadi penumpukan adipose yang akhirnya
akan menyebabkan peningkatan produksi asam urat dan penurunan eksresi
asam urat.
OMEGA 3 DAN OLAHRAGA AEROBIK
1. OMEGA 3
Omega-3 adalah asam lemak tidak jenuh ganda yang mempunyai banyak ikatan
rangkap, ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil
omega, ikatan rangkap berikutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga dari ikatan
rangkap sebelumnya. Gugus metilomega adalah gugus terakhir dari rantai asam lemak.
Omega-3 tergolong asam lemak esensial tidakbisa dibentuk dalam tubuh dan harus
dipasoklangsung dari makanan. Sumber makanan yang kaya omega-3 umumnya
merupakan hasil laut, seperti makarel, herring, salmon, lobster, cumi-cumi, minyak
salmon, cod liver oil dan jenis ikan laut lainnya. Omega-3 juga terdapat pada produk
nabati, meliputi sayuran berwarna hijau, minyak kacang kedelai dan kecambah. Berikut
merupakan jenis-jenis omega-3;

1. α-Asam Linolenat(LAL)
2. Asam Eikosapentanoat (EPA)
3. Asam dokosaheksanoat (DHA)
OMEGA 6

Omega-6 mengandung dua atau lebih ikatan rangkap, diperoleh dari asam
linoleat (LA). LA dikonversi menjadi gama-asam linoleat (GLA) melalui Δ-6
desaturase. GLA dapat terkandung dalam diet dan ditemukan khususnya dalam
minyak. Secara metabolik, GLA dielongasi menjadi dihomo-gama-asam linoleat
(DGLA) yang memiliki dua karbon tambahan dan didesaturasi menjadi asam
arakhidonat (AA) dengan bantuan Δ-5 desaturase. AA dapat disebut sebagai PUFA
utama berikatan dengan membran fosfolipid.

Metabolisme Omega-6 diawali dengan perubahan LA menjadi GLA dengan


bantuan Δ-6 desaturase, kemudian GLA berubah menjadi DGLA dan DGLA menjadi
AA. Pelepasan AA dari membran fosfolipid kemudian dioksidasi secara enzimatis
untuk membentuk senyawa-senyawa aktif. Perubahan AA menjadi prostaglandin (PG),
tromboksan A2 (TXA2), dan prostasiklin (PCI2) terjadi melalui PGH2 intermediet
peroksida.

Omega-3 dan Omega-6 merupakan jenis asam lemak tidak jenuh rantai panjang
(PUFA) yang bersifat esensial atau tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Keduanya dalam
keadaan seimbang, dapat bekerjasama dalam meningkatkan kesehatan. Namun, pola
konsumsi yang bergeser menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan proporsi omega-
3 dan omega-6 dalam tubuh.Pergeseran pola konsumsi diawali dengan pengadopsian
budaya konsumsi negara barat dimana mengandung omega-6 yang berlebihan dan
rendah omega-3 yang mengarah pada rasio perbandingan omega-6 terhadap omega-3
yang tinggi. Peningkatan konsumsi daging, unggas dan pemakaian minyak, margarin
serta pengguaan bahan makan instan, ditambah lagi dengan penurunan konsumsi ikan
atau sumber laut lainnya menggambarkan asupan tinggi omega-6 dan rendah omega-
3. Rasio optimal omega-6 terhadap omega- 3 sebesar 1:1, namun bergesernya pola
konsumsi menjadikan peningkatan rasio yakni mencapai 20:1, peningkatan rasio ini
berbanding lurus dengan peningkatan kadar trigliserida darah.

Asupan omega-3 berguna dalam menurunkan penyakit jantung, stroke dengan


menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida serta meningkatkan elastisitas pembuluh

darah, mencegah pembentukan lemak berbahaya yang menempel pada arteri. (9) Kadar
omega-3 yang dikonsumsi sebanyak 4g/hari terbukti dapat menurunkan trigliserida
plasma melalui penurunan produksi hepatik dan sekresi very low density lipoproteins
(VLDL) dengan meningkatkan VLDL-TG dari sirkulasi.

Studi menyebutkan bahwa asupan omega-6 yang berlebih akan memblokir


kerja omega-3. Omega-6 dan Omega-3bersaing untuk dimetabolisme oleh enzim Δ6-
desaturase. Maka, terlalu tinggi asupan omega- 6 akan mengurangi jumlah Δ6-
desaturase yang tersedia untuk metabolisme omega-3, sehingga akan menghambat
peran omega-3 dalam menurunkan kadar trigliserida. Hal ini didukung oleh data yang
menunjukkan bahwa selama 150 tahun terakhir, asupan omega-6 telah meningkat dan
asupan omega-3 telah menurun secara paralel dengan peningkatan penyakit jantung.

Omega-6 meningkatkan kandungan trigliserida seluler melalui peningkatan


permeabilitas membran. Penghambatan proses browning pada sel adiposit yang
dilakukan oleh omega-6 akan menekan penggunaan trigliserida yang menyebabkan

penumpukan simpanan trigliserida. (13) Sementara itu, omega-3 berhubungan terbalik


terhadap kadar trigliserida melalui peningkatan clearance chylomicron trigliserida
dengan meningkatkan lipoprotein lipase.

Studi membuktikan bahwa asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar
trigliserida hingga 33%. Asam lemak tak jenuh rantai panjang (PUFA) seperti omega-
3 yang dikonsumsi empat hingga delapan gram akan menurunkan secara signifikan
sekresi VLDL dari hati. Omega-3 juga menurunkan kadar trigliserida post-prandial.
Omega-3 dan omega-6 berkompetisi dalam proses desaturasi enzim asam
lemak desaturase 1 (FADS1) dan asam lemak desaturase 2 (FADS2). Sebenarnya,
enzim Δ6-desaturase memiliki afinitas lebih tinggi pada ALA dibanding LA.
Meskipun begitu, konversi omega-6 masih lebih sering terjadi karena konsenterasi
substrat omega-6 yang lebih tinggi di dalam tubuh yang berkaitan dengan
pengkonsumsian zat gizi yang tinggi LA dibanding ALA.

Omega-3 dan Omega-6 merupakan preskursor untuk mediator lipid yang


disebut eikosanoid. Secara umum, eikosanoid yang diperoleh dari omega-6 bersifat
proinflamasi, sedangkan eikosanoid dari omega-3 bersifat anti-inflamasi. Eikosanoid
akan mengatur lipid dengan melibatkan molekul bioaktif seperti leukotrin,
prostaglandin dan tromboksan.

Tahap siklooksigenase dan lipoksigenase (LO) terjadi kompetisi dimana EPA


bersaing dengan AA untuk mensintesis prostaglandin dan leukotrin. Konsumsi sumber
EPA dan DHA berpengaruh pada: (a) penurunan produksi prostaglandin; (b)
Penurunan tromboksen A2, vasokontriktor dan aggregator platelet; (c) Penurunan
leukotrin B4, pembentuk dan pemicu inflamasi dan leukosit kemotaksis; (d)
peningkatan tromboksen A3, aggregator platelet dan vasokontriktor yang lemah; (e)
peningkatan prostasiklin PGI3, mengakibatkan peningkatan protasiklin total, PGI3 dan
PGI2 merupakan vasodilator dan penghambat aggregator platelet; (f) peningkatan
leukotrin B5, penginduksi peradangan yang lemah dan agen penurun leukosit sintaksis.

Omega-3 merangsang metabolisme prostaglandin dan menurunkan


trigliserida.Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi tinggi EPA meningkatkan kerja
lipoprotein lipase, yang akan meningkatkan pemecahan lipoprotein-trigliserida dan
menurunkan konsenterasi serum trigliserida. Perlakuan omega-3 mampu menurunkan
kadar trigliserida dengan menurunkan jumlah sekresi trigliserida hepatik dan dengan
meningkatkan kecepatan pengeluaran trigliserida dari sirkulasi. Omega-3 juga mampu
mengontrol produksi VLDL dan clearance of triglyceride-rich lipoprotein (kilomikron
dan VLDL). DHA hepatik yang meningkat akan menginduksi mekanisme stres
oksidatif yang kemudian memicu degradasi ApoB dan akan mengarah pada penurunan
pembentukan dan sekresi VLDL

Studi menyebutkan bahwa konsumsi sumber omega-3 dalam eritrosit berkaitan


dengan penurunan trigliserida dan plasma Apolipoprotein CIII (ApoCIII). ApoCIII
merupakan kunci apolipoprotein yang terlibat dalam pengontrolan VLDL-triglyceride
clearance. Apo CIII berperan dalam patogenesis hipertrigliseridemia dengan
menghambat kerja lipoprotein lipase, suatu enzim yang terlibat dalam hidrolisis
trigliserida. Apo CIII mengganggu interaksi lipoprotein trigliserida dengan reseptor
APO B/E hepatik, memperlambat pelepasan partikel Apo B dari sirkulasi

Eikosanoid yang berasal dari AA secara biologis disebut aktif jika dalam
jumlah yang sangat kecil, namun jika dibentuk dalam jumlah yang besar, eikosanoid
memicu pembentukan trombus dan ateroma yang mengakibatkan gangguan inflamasi
dan alergi bahkan akan menyebabkan proliferasi sel. Prostaglandin, tromboksen,
leukotrin, hidroksi asam lemak dan lipoksin yang merupakan produk sari eikosanoid
bersifat proinflamasi jika jumlahnya melebihi normal atau melebihi zat yang dibuat
oleh omega- 3, terutama EPA. Selain akan menghambat kerja omega-3 dalam
menurunkan trigliserida, prostaglandin yang diproduksi oleh omega-6 berupa
Prostaglandin E1 (PGE1) dan Prostaglandin E2 (PGE2) yang merupakan penghambat
kuat proses lipolisis dan akan menghambat pelepasan gliserol dan asam lemak bebas.
PGE1 juga akan menghambat pemecahan trigliserida dengan mengganggu proses
aktivasi jalur A.M.P. siklik lipase melalui perubahan trigliserida menjadi digliserida
dan gliserol.

Penghambatan proses browning pada sel adiposit yang dilakukan oleh omega-
6 akan menekan penggunaan trigliserida. Untuk menggunakan trigliserida secara
optimal sel adiposit putih harus diubah menjadi sel adiposit coklat melalui proses
browning, namun proses ini dihambat oleh AA metabolit sehingga menyebabkan
trigliserida lebih banyak disimpan dan akhirnya akan menyebabkan penumpukan
trigliserida dalam tubuh.

2. SENAM AEROBIK

Senam aerobik intensitas ringan adalah senam yang gerakannya menggunakan


seluruh otot terutama otot besar, sehingga mamacu kerja jantung, paru dan gerakan
badan secara berkesinambungan pada bagian-bagian badan, bentuk gerakan dengan
satu atau dua kaki tetap menempel pada lantai (Budiharjo, 2005:178). Senam aerobik
memiliki jenis irama yang berbeda. Menurut Budiyono (2015:26) irama dalam senam
aerobik intensitas ringan agak lambat dan bertahap dari ketukan yang lambat sampai
ketukan yang agak cepat.

Metabolisme aerobik digunakan terutama pada aktivitas fisik yang memerlukan


daya tahan yang biasanya mempunyai intensitas ringan namun dikerjakan dalam waktu
yang lama, sumber energi yang digunakan berasal dari simpanan karbohidrat dan
lemak (Wiarto, 2013:143). Aktivitas fisik yang ringan mungkin dapat dihasilkan
dengan sumber karbohidrat yang rendah, namun tidak mungkin memenuhi kebutuhan
ATP dan untuk mempertahankan tekanan kontraktil yang dibutuhkan otot untuk
penampilan fisik yang lebih tinggi jika sumber energi ini habis. Lemak atau trigliserida
di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol, asam lemak yang terbentuk
dapat secara langsung digunakan sebagai sumber energi oleh banyak sel (Henriksson
dalam Munawwarah, 2011: 45).

Senam aerobik intensitas sedang merupakan senam dengan menggunakan irama


musik yang lebih cepat dan gerakan lebih energik dibandingkan dengan senam aerobik
intensitas ringan. pada senam aerobik intensitas sedang sumber energi utama untuk
kontraksi otot adalah karbohidrat dan lemak secara seimbang. Sistem aerobik berasal
dari metabolisme glukosa proses glikolisis dan metabolisme asam lemak atau gliserol
melalui proses beta oksidasi, proses tersebut dapat terjadi apabila oksigen di jaringan
tercukupi agar dapat menghasilkan ATP (Sugiharto, 2014:17).

Kontraksi otot terjadi karena adanya energi hasil beta oksidasi asam lemak bebas
dan reaksi biokimiawi dalam siklus krebs yang berasal dari lipolisis jaringan lemak
(Munawwarah, 2011:46). Produksi ATP selama kerja otot yang intensif tergantung dari
ketersediaan glikogen otot dan glukosa darah, glukosa dan glikogen diubah menjadi
asam piruvat, asam piruvat dapat segera diolah lebih lanjut dalam siklus krabs, hasil
dari siklus krabs adalah CO2, H2O dan ATP. ATP ini yang akan menjadi sumber energi
utama saat latihan berlangsung (Munawwarah, 2011:48).

Senam aerobik menggunakan lemak se- bagai bahan bakar, terutama jika beban
ringan sampai sedang. Lemak yang digunakan dalam bentuk asam lemak dan
trigliserida yang ba- nyak tersedia didalam tubuh. Jika dilakukan secara teratur dan
kontinu bukan hanya kebugaran jasmani yang meningkat tetapi kadar lemak darah yang
jelek (kolesterol LDL, kolesterol total, trigliserida) menurun, sebaliknya kadar lemak
yang baik (kolesterol HDL) akan meningkat.

Kolesterol yang tinggi akan menyebab- kan penyempitan pembuluh darah, karena
kelebihan kolesterol LDL akan menimbun di dalam dinding pembuluh darah. Olahraga
akan menurunkan kelebihan kolesterol LDL karena terjadi peningkatan kadar HDL
kolesterol di dalam tubuh yang mengangkut kelebihan kolesterol dari tubuh. Hal ini
dikarenakan latihan akan meningkatkan sirkulasi darah, sehingga pengangkutan
kolesterol LDL keluar dari jaringan semangkin meningkat pula (Dede Kusmana, 2006).

Pada penelitian ini peningkatan kadar HDL darah dikarenakan latihan aerobik.
Peningkatan kadar HDL pada senam aerobik disebabkan adanya peningkatan aktivitas
LPL, sehingga terjadi peningkatan katabolisme lipoprotein yang kaya akan trigliserida
sehingga mempercepat pemindahan komponen-komponen bagian permukaan dari
lipoprotein HDL (Nielson EP, 1986). Peningkatan kadar HDL akibat senam aerobik
disebabkan adanya penggunaan lemak sebagai sumber energi, sehingga terjadi
penurunan kadar trigliserida dan VLDL yang akhirnya menyebabkan kadar HDL
meningkat (Leaf DA, 1991).

Kemungkinan lain disebabkan adanya penurunan aktifitas Hepatic Lipace (HL) dan
peningkatan aktifitas LCAT (Kuosi T, 1982). Penelitian lain melaporkan adanya
beberapa teori yang mencoba menerangkan mekanisme terjadinya peningkatan kadar
HDL karena latihan fisik: 1) latihan fisik akan meningkatkan enzim LPL pada jaringan
otot dan jaringan le- mak, yang mengakibatkan katabolisme VLDL meningkat,
sehingga akan meningkatkan kadar HDL dalam plasma, karena komposisi hasil
katabolisme VLDL merupakan salah satu pembentukan HDL, 2) latihan fisik akan
menurunkan aktifitas enzim Hepatic Triglyseride – Hydrolase dalam hati, sehingga
menghambat katabolisme HDL (Juanita D, 1991).

Kadar kolesterol total yang baik adalah <200mg/dl,bila>200mg/dl maka resiko un-
tuk terjadinya PJK meningkat. LDL(Low Density Lipoprotein) merupakan jenis
kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol), karena kadar LDL
yang meninggi akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL
kolesterol yang baik adalah <100 mg/dl dan lebih tepat sebagai penunjuk untuk
mengetahui resiko PJK dari pada kolesterol to- tal. HDL (High Density Lipoprotein)
kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau menguntungkan (good
cholesterol), kare- na mengangkut kolesterol dari pembuluh da- rah kembali ke hati
untuk di buang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah
terjadinya proses arterosklerosis. Kadar HDL yang diinginkan adalah 40-60, bila >60
optimal jika <40 rendah.
Ketika melakukan aktivitas olahraga tubuh akan memberikan respon terhadap
aktivitas yang dilakukan. Respon di dalam tubuh dikendalikan oleh hipotalamus.
Menurut Mastorakas & Pavlatou dalam Sugiharto (2012:55) stres oleh tubuh akan
direspon dengan mengaktifkan sistem kardiorespirasi, sistem locus ceruleus
(LC/norepinephrin (NE), sistem metabolisme dan HPA axis. Sugiharto (2012:58)
menjelaskan bahwa Hipotalamik pituitari adrenal axis (HPA axis) yang merupakan
representasi dari system limbic, melalui otak mempengaruhi seluruh organ tubuh.

Aktifnya hipotalamus puitutary adrenal axis (HPA), menimbulkan aktifnya limbic


hipotalamus puitutary adrenal Axis (LHPA axis), dengan aktifnya hipotalamus
menyebabkan disekresinya hormon corticotrophin relesing hormone (CRH). CRH
akan merangsang hipotalamus untuk mensekresi ACTH (Sugiharto, 2012:55). Latihan
daya tahan merupakan olahraga yang dilakukan dengan intensitas rendah sampai
sedang dan berlangsung dalam waktu lama, dalam melakukan olahraga terjadi
pengeluaran hormon catecholamine, glucagon, adre- nocorticotropic (ACTH), cortisol,
growth, dan endorphine (Munawwarah, 2011:44). Hormon epinephrine, glucagon dan
cortisol memecah jaringan adipose menjadi trigliserida. Menurut Pusparini (2006:24)
VLDL atau IDL yang mengandung trigliserida dan kolesterol selain apo B dan apo E,
dapat dengan segera diambil oleh hati atau menjadi LDL akibat hilangnya trigliserida
dan apo E.
H. Kerangka Konsep
I. Kesimpulan
Tn. Barrack, 41 tahun, mengalami peningkatan metabolisme lipid, purin dan
pirimidin sehingga mengalami dislipidemia dan hiperurisemia, serta mengalami
berat badan berlebih dan nyeri sendi tangan atau kaki akibat makan makanan cepat
saji, seafood, dan daging.
DAFTAR PUSTAKA

Alpiansyah, Angga. 2015. Hubungan Konsumsi Makanan Mengandung Purin Dengan


Hiperurisemia Di Puskesmas Sukaraja Bandar Lampung Tahun 2014. [Skripsi].
Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar Lampung.

Arif, Ali Mohammad. 2013. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Kadar
High Density Lipoprotein Pada Atlet Aerobic Gymnastics. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Indonesia. 3(2); 74-76.

Brown, Judith et al. 2008. Nutrition through the Life Cycle. Australia: Thomson
Wadsworth.

Budi Suhardiansyah Agung, Rias Gesang Kinanti, Slamet Raharjo. 2018. Pengaruh
Senam Aerobik Intensitas Ringan Dan Sedang Terhadap Kadar LDL Pada
Perempuan Obes di Kota Batu. Diakses pada: 23 April 2019. Tersedia dari:
http://journal2.um.ac.id

Chan, D.C, Barret, P.H.R, Watts, F.G. 2004. Lipoprotein transport in the metabolic
syndrome: methodological aspects of stable isotope kinetic studies in Clinical
science 107. p.221-232.

Ethel Sloane. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Haidari, F., Keshavarz, S. A., Rashidi, M. R. & Shahi, M. M. 2009. Orange Juice and
Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative Stress
Markers and Xanthine Oxidoreductase Activity. J. Clin. Biochem. Nutr. 45 (3),
285-291.
Ian D.K.H. 2012. Sinopsis Biokimia, Jilid Dua. Tangerang: Binarupa Aksara. Marks,
Dawn B., Allan D. Marks, dan Collen M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran
Dasar. Jakarta: EGC.

Joyce, James. 2006. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Jakarta: Erlangga.

Rodwell, Victor W., et. al. (2018). Biokimia Harper, Edisi 30. Jakarta: EGC.

Wahjuni, S. 2013. Metabolisme Biokimia. Denpasar: Udayana University Press.

Yanita, Bela. 2017. Perbedaan Kejadian Dislipidemia Antara Obesitas Gineral


Dengan Obesitas Sentral Pada Laki-Laki Dewasa Di Lingkungan Universitas
Lampung. [Skripsi]. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Bandar Lampung.

Zahrotun, Nisa Fitria. 2016. Hubungan Asupan Omega-3 Dan Omega-6 Dengan Kadar
Trigliserida Remaja 15-18 Tahun. [Skripsi]. Malang: Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai