Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
N
DENGAN DIAGNOSA MEDIS MASSA OROFARING
DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
DISUSUN OLEH :
VINDY ADESTYA PUTRI
P.1337420919046
1
ABSTRAK
Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada daerah
orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah anterior, mukosa
bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum retromolar, palatum durum, dan
palatum molle. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak
(benigna). Pasien atas nama An. N usia 10 tahun mengalami massa orofaring dan harus
menjalani pembedahan ekstirpasi massa, Ibu klien mengatakan sejak satu bulan yang
lalu klien mengeluh nyeri pada tenggorokannya, selain itu, saat sedang tidur, nafas
klien juga sesak dan klien bernafas melalui mulut, Ibu klien mengira bahwa anaknya
terkena amandel, kemudian dibawa ke rumah sakit. Saat di RS Pati, kemudian dokter
merujuknya ke RSUP dr Kariadi. Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu dengan
memberikan posisi miring tanpa bantal pada klien post operasi untuk menghentikan
perdarahan, selain itu melakukan kompres dingin pada area tenggorokan untuk
menghentikan perdarahan. Kompres dingin berfungsi untuk vasokontriksi sehingga
dapat menghentikan perdarahan pada klien post operasi.
Kata kunci : Massa Orofaing, pediatric, tatalaksana perdarahan
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK……………………………………………………………………..……… ii
BAB 1. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………....…… 4
B. WEB OF CAUSATION………………………………………………...…….. 5
A. PENGKAJIAN…………………………………...…………..………...………6
B. ANALISIS DATA…………………………………………………………….19
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN………………..…………………….………18
D. INTERVENSI…………………………………………………...…………….19
E. IMPLEMENTASI……………………………………………………………..23
F. EVALUASI……………………………………………….…………………..28
A. ANALISA KASUS….………………………………….……………………..32
A. SIMPULAN.....………………………………………….…………………….34
B. SARAN………………………………………………………………………..34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..……………………..35
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumor orofaring adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terjadi pada
daerah orofaring. Jaringan tersebut dapat tumbuh pada daerah bibir, 2/3 lidah
anterior, mukosa bukal, dasar mulut, ginggiva atas dan bawah, trigonum
retromolar, palatum durum, dan palatum molle. Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna).1
Insidensi tumor orofaring di dunia belum diketahui dengan pasti. Pada pria yang
tertinggi terdapat di Perancis yaitu sebesar 13.0 per 100.000, dan yang rendah di
Jepang yaitu 0.5 per 100.000, sedangkan pada wanita yang tertinggi di India yaitu
5.8 per 100.000 dan yang rendah di Yugoslavia yaitu 0.2 per 100.000. Di India
sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari seluruh kanker, sedangkan di Amerika
dan Eropa sebesar 3-5 per 100.000 atau 3-5% dari seluruh tumor. Pria yang terkena
2-4 kali lebih sering daripada perempuan untuk semua kelompok ras dan etnis.
Insiden kanker mulut meningkat dengan meningkatnya umur.2 Di Indonesia angka
kejadian relatif rongga mulut sebesar 3,75% dan 90% terjadi jenis squamous cell
carcinoma (SCC). Dari penelitian yang dilakukan oleh Hastin ditemukan sebesar
227 kasus tumor ganas orofaring, 209 kasus tumor ganas epitel. Tumor orofaring
merupakan pertumbuhan dari berbagai jaringan di dalam dan sekitar mulut
termasuk tulang, otot dan syaraf.3
Menurut penelitian Sundaram dkk tahun 2005 urutan lokasi terbanyak dari
tumor orofaring terdapat di tonsil 50%, dasar lidah 20%, palatum mole 10%,
vallecula dan epiglottis 10%, dinding posterior 5 %, dinding leteral 5%.4
Manifestasi klinis tumor orofaring tergantung dari jenisnya. Biasanya berupa
tumor atau massa yang tumbuh lambat, tidak nyeri, terfiksir, dan berbatas tegas.
Kadang bila tumor sudah melewati fase pertumbuhan lambat, tumor dapat
membesar dengan cepat. Gambaran klinis pada mulanya sering kali asimtomatis,
dan dianggap sebagai penyakit yang lain. Gambaran klinis muncul apabila
benjolan dalam orofaring sudah mulai membesar. Biasanya pasien mengeluh
terdapat benjolan dalam rongga mulut yang terasa mengganjal, suara menjadi
4
sengau, sulit menelan, sering tersedak, tidur mengorok, bahkan bisa juga dengan
sesak nafas, tergantung dari besarnya ukuran tumor tersebut.5
Lebih dari 90% dari kanker oropharyngeal adalah karsinoma sel skuamosa,
pertumbuhan dari sel datar bersisik yang melapisi rongga mulut dan orofaring. Tumor
ini hampir selalu harus dikerluarkan melalui pembedahan dengan radiasi sebagai tindak
lanjut, kemudian terapi dilanjutkan dengan kemoterapi. Karsinoma sel skuamosa
merupakan jenis sel yang cepat tumbuh dan sangat berbahaya.6
5
LAPORAN KASUS TERHADAP An. N
DENGAN DIAGNOSA MASSA OROFARING
DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP Dr. KARIADI SEMARANG
6
f. Suku : Jawa
g. Agama : Islam
h. Alamat : Pati
i. No.telp :-
B. Riwayat Klien
1. Riwayat keperawatan klien sebelumnya
Ibu klien mengatakan sejak satu bulan yang lalu klien mengeluh nyeri
pada tenggorokannya, selain itu, saat sedang tidur, nafas klien juga sesak dan
klien bernafas melalui mulut, Ibu klien mengira bahwa anaknya terkena
amandel, kemudian dibawa ke rumah sakit. Saat di RS Pati, kemudian dokter
merujuknya ke RSUP dr Kariadi, ibu klien mencoba menanyakan apa yang
terjadi pada anaknya, namun dokter mengatakan untuk lebih jelasnya langsung
akan dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang. Dalam sebulan, klien rawat jalan di
RSUP dr Kariadi, satu minggu dua kali. Klien mendapatkan terapi obat metyl
prednisolone ½ tablet / 24 jam. Setelah satu bulan rawat jalan, kemudian klien
mendapatkan panggilan untuk dilakukan operasi. Rencana operasi hari Rabu,16
Oktober 2019. Klien mulai masuk RSUP dr Kariadi Semarang pada hari
Minggu, 13 Oktober 2019 pukul 16.30 WIB.
2. Riwayat kehamilan
Ibu An. N selalu rajin memeriksakan kandungannya selama hamil 1
bulan sekali dan selama hamil tidak pernah mengalami masalah apapun.
3. Riwayat persalinan
Pada saat proses INC, ibu An. A melahirkan secara normal ditolong oleh
bidan desa.
4. Riwayat Imunisasi
An. A mendapatkan imunisasi lengkap yaitu imunisasai hepatitis B
yang pertama pada usia kurang dari 12 hari, vaksin BCG saat usia 1 bulan,
vaksin DTP saat usia 6 minggu, vaksin polio 1,2,3,4 juga sudah lengkap,
campak dan Hib.
5. Riwayat alergi
An. A tidak memiliki riwayat alergi makan maupun obat atau makanan,
namun klien sering terdapat bintik-bintik, namun ibu klien tidak tahu
penyebabnya.
7
6. Riwayat pemakaian obat – obatan
Ibu maupun Ayah tidak hafal obat – obat apa saja yang telah digunakan
An. A sejak sakit.
7. Riwayat tumbuh kembang
Sehari-hari klien menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia.
Personal sosial klien baik, klien mampu bersosialisasi dengan lingkungan
dimana klien berada. Klien dirawat oleh Ayah dan Ibunya sejak masih kecil,
saat ini klien berusia 10 tahun, kelas 5 SD.
8
Keterangan :
: perempuan : pasien/klien
: garis keturunan
Cairan :
a. Kebutuhan cairan 24 jam
Rumus : 100 ml/KgBB untuk 10 kg pertama, ditambahkan dengan
50ml/KgBB untuk 10 kg berikutnya ditambahkan 25ml/KgBB untuk
setiap berat badan berikutnya.
BB anak A : 21 Kg
KC = (100 ml/KgBB x 10 KgBB) + (50 ml/kgBB x 10) + (25
ml/kgBB) + (25 ml/kgBB x 1)
KC = 1000 + 500 + 25 = 1.525
b. Rute cairan masuk
Oral = Makanan : 100 + 100 + 100 : 300 cc
Air mineral : 600 cc
= 900 cc/24 jam
= 300 cc/8 jam
Enteral = -
c. Balance cairan (8 jam)
Intake
Oral = 300 cc/8 jam
Enteral =-
Air Metabolisme = 7 cc/kg BB/hari = 7cc x 21 kg/ 24 jam
= 147 cc/24 jam
= 49 cc/8 jam
Jumlah intake= 300+ 0 + 49 = 349 cc/ 8 jam = 1047 cc/24 jam
Output
IWL = (30 - 3) x cc/kgBB/hari
10
= (30 – 3) x 21 kg/ hari = 567 cc/ 24 jam
= 189 cc/ 8 jam
Urine = 3 kali sehari X ± 200 cc = 600 cc/24 jam
Feses = ±100 cc /24 jam
Jumah output= 567 + ±600 + ±100= 1267
3. Istirahat tidur
a. Lama waktu tidur :
Sebelum sakit : saat malam ± 8 jam dan tidur siang ± 1 jam
Saat sakit: Klien lebih banyak tidur, malam ± 8 jam, tidur pagi ± 2 jam,
tidur pagi ± 1 jam
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdoa
4. Pengkajian nyeri
Pengkajian skala nyeri dengan skala VAS (Visual Analog Scale)
11
P : Ibu pasien mengatakan yeri terjadi saat menelan
Q : Nyeri seperti diiris-iris
R : Nyeri pada bagian tenggorokan
S : Skala nyeri 3 (VAS)
T : Hilang timbul
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala :Bentuk mengoloid, tidak terdapat benjolan
b. Mata : Letak mata simetris antara kanan dan kiri, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
c. Hidung : Bentuk simetris, hidung tidak terpasang NGT, tidak ada
pernapasan cuping hidung, hidung bersih
d. Mulut : Stomatitis (-), karies (-), tidak ada perdarahan gusi,
e. Telinga : Bentuk simetris, penumpukan serumen (-)
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terjadapat benjolan pada
tenggorokan sebelah kiri karena masa orofaring
g. Dada
Paru-paru
I : Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dinding dada
P : fokal premitus normal, benjolan (-)
P : sonor kanan= kiri
A : nafas teratur, ronci (-), wheezing (-)
Jantung
I : bentuk simetris, IC = ics 4 mid clavicula kiri
P : denyut apeks ics 4
P : redup parasternal kanan hingga midclavicula kiri
A : BJ I&II regular, bunyi jantung tambahan (-)
h. Abdomen
I : acites (-), lesi (-), dinding abdomen tampak simetris, lesi (-)
P : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepatomegali (-), splenomegali(-)
P : timpani - redup
A : BU = 10x / menit
i. Ekstremitas
- Atas : tidak terdapat oedem, tangan belum terpasang infus
12
- Bawah : tidak terdapat oedem
- Kulit : Turgor Kulit <2 detik, akral hangat
j. Genetalia : jenis kelamin laki-laki, tidak ada keluhan
6. Psikososial anak dan keluarga
a. Respon hospitalisasi
- Orang tua klien mengatakan akan mengikuti pengobatan yang
diberikan di RS demi kesehatan anak nya
- Orang tua mengatakan pasien tidak terbiasa dengan lingkungan rumah
sakit, klien selalu bertanya apa yang akan terjadi pada dirinya.
Bahkan saat pertama kali masuk ruangan, klien tidak mau tidur di bed
nya. Klien cemas setiap kali mendengar kata “operasi”. Lalu setiap
ada kata “operasi disingkat dengan OP agar klien tidak down saat
mendengarnya.
b. Kecemasan (anak dan orang tua)
- Orangtua klien mencemaskan kondisi kesehatan anaknya.
c. Koping pasien/keluarga dalam menghadapi masalah
- Keluarga mengatakan akan selalu mengupayakan untuk pengobatan
pasien
d. Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
- Orang tua klien mengatakan anaknya terkena penyakit tumor
orofaring
- Ibu pasien mengatakan tidak tahu penyebab anaknya bisa sakit seperti
saat ini, namun anaknya suka makan makanan mie instan, sempolan,
cilok diberi bumbu pedas.
e. Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
- Ibu, ayah dan nenek pasien kooperatif dan mandiri dalam merawat
pasien selama sakit
f. Adakah terapi lain selain medis yang digunakan
- Keluarga mengatakan saat ini pasien hanya menjalani pengobatan di
RSUP Kariadi dan hanya mengkonsumsi obat dari Rumah Sakit
13
E. Pemeriksaan penunjang
14
Waktu prothrombin 22,4 Detik 9,4 – 11,3 H
PPT Kontrol 10,9 Detik
Partial
Thromboplastin Time
Waktu Thromboplastin 52,1 Detik 27,7 – 40,2 H
APPT Kontrol 33,9 Detik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
MSCT OROFARING DENGAN KONTRAS (29 September 2019)
KESAN :
- Massa solid bentuk lobulated pada region tonsil platina kiri (ukuran ± AP 3.46 x
LL 4.14 x CC 4.58 cm) yang meluas ke parafaring dan nasofaring kiri dan
menyebabkan penyempitan airway space setinggi level tersebut
- Multiple limfadenopati pada region colli level 2, 3, 5 kanan kiri (ukuran terbesar
± 2.49 x 1.01 cm pada level 5 kiri)
Massa orofaring T3N2cMx
- Sinusitis maksilaris kanan kiri, ethmoiditis kanan kiri dan sphenoiditis kanan
HASIL PEMERIKSAAN (1 Oktober 2019)
15
Program Terapi (13 Oktober 2019)
No Nama Obat Dosis Rute Fungsi
1. Methylprednisolone ½ tablet/24 Per oral Obat golongan
jam steroid yang bekerja
mengendalikan
pelepasan zat
penyebab
peradangan dalam
tubuh dengan cara
menekan sistem
kekebalan tubuh
2. Cefazolin 500 mg Per obat antibiotik
profilaksis dengan fungsi untuk
mengobati berbagai
jenis infeksi bakteri
3. Paracetamol 400 mg/8 Intravena obat yang biasanya
jam digunakan untuk
mengobati rasa sakit
ringan hingga
sedang,
4. Ketoprefen Supp 100 mg/12 Suppositoria Untuk mengatasi
jam nyeri ringan sampai
sedang pada sakit
gigi dan setelah
cabut operasi
5. Cefotaxim 500 mg/12 Intravena obat antibiotik yang
jam digunakan untuk
mengobati berbagai
macam infeksi
bakteri misalnya
infeksi pernafasan
bagian bawah,
infeksi saluran
16
kemih, meningitis,
dan gonore
6. Methylprednisolone 62,5 mg/12 Intravena obat golongan
jam steroid yang bekerja
mengendalikan
pelepasan zat
penyebab
peradangan dalam
tubuh dengan cara
menekan sistem
kekebalan tubuh
7. Ranitidine 25 mg/12 Intravena mengurangi
jam produksi asam
lambung sehingga
dapat mengurangi
rasa nyeri uluhati
akibat ulkus atau
tukak lambung, dan
masalah asam
lambung tinggi
lainnya
8. Asam traneksamat 250 mg/8 Intravena membantu darah
jam menggumpal
dengan normal
untuk mencegah dan
menghentikan
perdarahan yang
lama.
9. Vitamin K ½ Intravena Obat ini penting
ampul/12 dalam proses
jam pembekuan darah
dan kesehatan
tulang
17
F. DAFTAR MASALAH
Tanggal
DATA FOKUS MASALAH TTD
/jam
Senin, 13 DS : Ibu klien mengatakan nafsu makan Ketidakseimba Ɣ
Oktober klien menurun karena gangguan ngan nutrisi : Vin
2019 menelan kurang dari
05.00 WIB
DO : kebutuhan
tubuh
- Tinggi badan : 125 cm
- Berat badan : 21 kg
- IMT/BMI : 13 (Kurang)
- Terjadi penurunan berat badan
sebesar 1,5 kg, berat badan
sebelumnya yaitu 22,5 kg
- Kurang minat pada makanan, klien
hanya mau makan lontong dan
sayur kacang panjang yang tidak
dimasak dengan minyak
- Ketidakmampuan memakan
makanan
DO:
- Ekspresi wajah nyeri (VAS : 3)
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku ekspresif
18
Rabu, 16 DS : Risiko infeksi
Oktober DO:
2019 - Gangguan integritas kulit
- Prosedur invasive ( Ekstirpasi massa
)
Rabu, 16 DS : Risiko Ɣ
Oktober DO: perdarahan Vin
2019 - Klien mengeluarkan lendir berwarna
19.00 WIB coklat melalui selang NGT
- Klien muntah berwarna
- Prosedur invasive ( Ekstirpasi massa
)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmapuan
makan
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik
3. Risiko infeksi b.d Prosedur invasive ( Ekstirpasi massa )
4. Risiko perdarahan b.d procedure invasive
19
H. RENCANA KEPERAWATAN
NO DX KEP. TGL/JAM NOC NIC TTD
1 Ketidakseimbangan Senin, 13 Oktober Setelah diberikan intervensi dalam Penahapan diet Ɣ
nutrisi : kurang dari 2019 waktu 3 x 24 jam, maka diharapkan Manajemen gangguan makan Vin
kebutuhan tubuh b.d 07.00 WIB terjadi keseimbangan nutrisi, dengan Manajemen cairan
ketidakmapuan makan kriteria hasil : Monitor cairan
1. Nafsu makan meningkat Terapi nutrisi dengan pemasangan selang
2. Asupan nutrisi terpenuhi NGT
3. Status menelan baik Monitor nutrisi
4. TTV dalam batas normal Bantuan perawatan diri : Pemberian
5. Perilaku patuh : diet yang sehat makan
6. Ketidaknyamanan berkurang Terapi menelan
7. Mual muntah berkurang Monitor tanda-tanda vital
8. Status menelan baik Terapi intravena
9. Fungsi gastrointestinal baik Pemasangan infus
10. Fungsi sensori baik Pengaturan posisi
Pengukuran biokimi
20
2. Nyeri akut b.d agen Senin, 13 Oktober Setelah dilakukan tindakan sel;ama 3 x 1. Pemberian analgesik Ɣ
cedera fisik 2019 24 jam diharapkan nyeri akut dapat 2. Manajemen lingkungan Vin
07.00 WIB teratasi dengan keriteria hasil : 3. Pengurangan kecemasan
1. Tingkat kecemasan menurun 4. Manajemen nyeri
2. Status kenyamanan meningkat 5. Dukungan emosional
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal 6. Pengalihan
7. Monitor tanda-tanda vital
3. Risiko infeksi b.d Rabu, 13 Oktober Setelah dilakukan tindakan sel;ama 3 x 1. Perawatan area sayatan Ɣ
Prosedur invasive ( 2019 24 jam diharapkan tidak terjadi risiko 2. Kontrol infeksi Vin
Ekstirpasi massa ) 08.00 WIB infeksi dengan keriteria hasil : 3. Manajemen nutrisi
1. Status nutrisi meningkat 4. Monitor tanda-tanda vital
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal 5. Peresepan obat
3. Area sayatan tidak terjadi tanda-tanda 6. Manajemen pengobatan
infeksi
4. Risiko perdarahan b.d Rabu, 13 Oktober Setelah dilakukan tindakan selama 3 x 1. Pemcegahan perdarahan Ɣ
procedure invasive 2019 24 jam diharapkan tidak terjadi 2. Pengurangan perdarahan Vin
19.00 WIB perdarahan dengan keriteria hasil : 3. Manajemen pengobatan
1. Terjadi koagulasi darah 4. Pencegahan jatuh
21
2. Terjadi pemulihan pembedahan :
segera setelah operasi
3. Tidak terjadi keparahan cedera fisik
22
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO DX KEP. TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
1 Ketidakseimbangan Senin, 14 Oktober Membantu klien untuk mengkonsumsi DS : Ɣ
nutrisi : kurang dari 2019 makanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Ibu klien mengatakan, klien hanya Vin
kebutuhan tubuh 06.00 WIB yaitu nasi tim dan lauk yang telah mau makan lontong dengan sayur
b.d ketidakmapuan dihaluskan kacang yang dimasak tanpa minyak
makan DO :
Klien hanya makan dua sendok saja
2. Risiko infeksi b.d 06.30 WIB Melakukan kolaborasi terapi pemberian obat DS : - Ɣ
Prosedur invasive ( methyl prednisolone ½ tablet per 24 jam per DO : Vin
Ekstirpasi massa ) oral Tidak terjadi alergi obat
23
T : Hilang timbul
DO:
- Ekspresi wajah masih tampak nyeri
namun berkurang
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku ekspresif
- VAS : 3
4. Risiko infeksi b.d 14 Oktober 2019 Monitor tanda-tanda vital klien, yaitu DS : - Ɣ
Prosedur invasive ( 12.00 WIB suhu klien DO : Vin
Ekstirpasi massa ) HR : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
KU : baik
Suhu : 36,7 derajat celciuc
Pasien sadar penuh
Tidak terjadi infeksi
Leukosit : 7,3 (10 x 3 u/L)
5. Nyeri akut 15 Oktober 2019 Mengurangi kecemasan dan nyeri klien DS : Ɣ
berhubungan 09.30 WIB dengan mengajak terapi bermain story DS : Vin
dengan agen cidera telling edukasi tentang cara mencuci P : Orangtua klien mengatakan nyeri saat
menelan
fisik tangan dan gosok gigi
Q : Nyeri seperti di iris-iris
24
R : Nyeri pada area tenggorokan
S : Skala nyeri 3
T : Hilang timbul
DO:
- Ekspresi wajah masih tampak nyeri
namun berkurang
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku ekspresif
- VAS : 3
6. Risiko infeksi b.d 15 Oktober 2019 Monitor tanda-tanda vital klien, yaitu DS : - Ɣ
Prosedur invasive ( 12.00 WIB suhu klien DO : Suhu : 36,6 derajat celciuc Vin
Ekstirpasi massa ) Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
HR : 96 x/menit
RR : 22 x/menit
KU : baik
Pasien sadar penuh
7. Ketidakseimbangan 15 Oktober 2019 Melakukan pemasangan NGT pada DS : Ɣ
nutrisi : kurang dari 21.00 WIB klien Klien menangis Vin
kebutuhan tubuh DO :
b.d ketidakmapuan Keluar lendir berwarna coklat pada
selang NGT
25
makan
DO :
Risiko infeksi b.d Tidak terjadi alergi obat
Prosedur invasive ( - Ekspresi wajah masih tampak nyeri
Ekstirpasi massa ) namun berkurang
- Perubahan parameter fisiologis
26
- Perilaku ekspresif
VAS : 2
10. Nyeri akut 16 Oktober 2019 Mengajari klien cara mengalihkan DS :
berhubungan 20.30 WIB nyeri dengan menarik nafas dalam P : Orangtua klien mengatakan nyeri
DO :
- Ekspresi wajah masih tampak nyeri
namun berkurang
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku ekspresif
VAS : 2
27
J. CATATAN KEPERAWATAN
NO TGL/JAM DX KEP. EVALUASI TTD
1 Kamis, 17 Oktober 2019 Ketidakseimbangan nutrisi : S: Ɣ
kurang dari kebutuhan tubuh O: Vin
b.d ketidakmapuan makan
- Klien masih terpasang NGT
- Klien masih puasa karena masih ada perlukaan
- NGT masih dialirkan karena masih mengeluarkan
lendir berwarna coklat
P : Lanjutkan intervensi :
Penahapan diet
Manajemen gangguan makan
Manajemen cairan
Monitor cairan
Terapi nutrisi dengan pemasangan selang NGT
Monitor nutrisi
Bantuan perawatan diri : Pemberian makan
28
Terapi menelan
Monitor tanda-tanda vital
2 Kamis , 17 Oktober 2019 Nyeri akut berhubungan S: Ɣ
dengan agen cidera fisik P : Orangtua klien mengatakan nyeri setelah operasi Vin
Q : Nyeri seperti di iris-iris
R : Nyeri pada area tenggorokan
S : Skala nyeri berkurang menjadi 2
T : Hilang timbul
O:
- Ekspresi wajah masih tampak nyeri namun berkurang
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku ekspresif
VAS : 2
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Pemberian analgesik
2. Manajemen lingkungan
3. Pengurangan kecemasan
4. Manajemen nyeri
29
5. Dukungan emosional
6. Pengalihan
7. Monitor tanda-tanda vital
3 Kamis , 17 Oktober 2019 Risiko infeksi b.d Prosedur S: Ɣ
invasive ( Ekstirpasi massa ) O: Vin
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi, tidak terjadi kolor, tumor,
rubor, dolor, fungsiolesa
A : Masalah risiko infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Perawatan area sayatan
2. Kontrol infeksi
3. Manajemen nutrisi
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Peresepan obat
6. Manajemen pengobatan
30
Klien sudah tidak muntah berwarna coklat
NGT sudah tidak mengalir lendir berwarna coklat
A : Masalah risiko perdarahan tertasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Pemcegahan perdarahan
2. Pengurangan perdarahan
3. Manajemen pengobatan
4. Pencegahan jatuh
31
BAB III
PEMBAHASAN
32
Ketika sel-sel kanker melepaskan diri dari tumor (asli) primer
dan perjalanan melalui getah bening atau darah ke tempat-tempat lain dalam
miring tanpa bantal pada klien post operasi untuk menghentikan perdarahan,
Selain itu pada kompres dingin, suhu yang rendah dapat merangsang
menuju ke lokasi cedera. Pada daerah yang cedera terjadi proses peradangan
dan kerusakan pembuluh darah yang akan menyebabkan sel-sel darah keluar
dari pembuluh darah dan menyebabkan kulit berwarna merah kebiruan. Es atau
air dingin dapat menurunkan jumlah darah yang keluar tersebut. Penurunan
yang bergerak menuju lokasi cedera sehingga dapat mengurangi bengkak dan
nyeri. 4
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Sebagian besar (90%) karsinoma sel skuamosa yang timbul dari pangkal
lidah, langit-langit lunak, tonsil palatina fosa dan pilar, dan dinding faring lateral
dan posterior. Nonepithelial tumor seperti karsinoma kelenjar ludah kecil dan
sarkoma jarang terjadi. Tanda-tanda termasuk sakit tenggorokan,
sakit mulut, disfagia, penurunan berat badan, massa leher, dan trismus. Pasien harus
dirujuk ke telinga, hidung, dan ahli bedah tenggorokan untuk
diagnosis histologi kanker.
4.2 SARAN
Berdasarkan simpulan diatas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
berlaku
2. Bagi Perawat
sesuai dengan SOP dan selalu uptodate mengikuti perkembangan zaman melalui
3. Bagi Mahasiswa
sehingga pasien dengan massa orofaring dapat diatasi melalui kolaborasi dengan
4. Bagi Institusi
34
Asuhan Keperawatan pada pasien massa orofaring dapat dijadikan bahan
DAFTAR PUSTAKA
1. Carew JF, Shah JP. 2001. Cancer of the head and neck. In: Blaad KI, Daly JM,
Karakousis CP. Surgical Oncology-Contemporary Principles & Practice.
Mc.Graw-Hill Co, New York pp.519-525.
2. Sofyana H. Prevalensi tumor ganas rongga mulut di RSUD Dr. Soetomo periode
1995 -2000. Kumpulan Skripsi. Perpustakaan Universitas Airlangga. Surabaya.
2002.
4. Christopher H.R. Oropharyngeal Cancer. 2006 dalam: Bailey, Byron J. Head and
Neck Surgery. 4th ed : Lippincott Williams & Wilkins vol 118. Philadelphia.
35