Anda di halaman 1dari 16

1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. TINJAUAN TEORI


2.1.1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen dalam kehidupan masyarakat dewasa ini bukanlah merupakan istilah
atau masalah baru. Manajemen berasal dari kata “to manage” yang berarti mengelola
aktivitas-aktivitas sekelompok orang agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan
perusahaan atau organisasi. Manajemen secara umum sering juga disebut sebagai suatu
proses untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung
pengertian bahwa manajemen merupakan suatu ilmu dan seni yang mempelajari
bagaimana cara mencapai tujuan-tujuan oranganisasi melalui pengaturan orang lain
untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan.
Menurut Hasibuan (20013:1), “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien”. Sedangkan menurut John dan Rahmayanti (2010:14), “Manajemen adalah
seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal, demikian pula
mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal bagi pemimpinan maupun pekerja
serta memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada masyarakat. Artinya dalam
manajemen ada suatu usaha efektivitas dan efisien untuk mencapai tujuan dengan hasil
yang maksimal.
Serta menurut Stoner dan Freeman dalam Safroni (2012:44), “Manajemen dalah
proses perencanaan, perorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan”.

2.1.2. Fungsi-Fungsi Manejemen


Fungsi manajemen sering kali diartikan sebagai tugas-tugas manajer. Beberapa
klarifikasi fungsi-fungsi manajemen menurut Terry yang diterjemahkan oleh Hasibuan
(2013:21), Adalah sebagai berikut:
2

1. Perencanaan (Planning)
Merupkan fungsi manajemen yang fundamental, karena fungsi ini dijadikan sebagai
landasan atau dasar bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan meliputi
tindakan pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana hal
tersebut akan dikerjakan agar tujuan yang dikehendaki tercapai.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan proses penyusunan kelompok yang terdiri dari beberapa aktivitas dan
personalitas menjadi satu kesatuan yang harmonis guna ditunjukan ke arah
pencapaian tujuan.
3. Menggerakan (Actuating)
Merupakan suatu tindakan menggerakan semua anggota kelompok agar mereka
mau berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
4. Pengawasan (Controlling)
Merupakan usaha mencegah terjadinya atau timbulnya penyimpangan-
penyimpangan aktivitas yang telah dilakukan dari sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana didalam proses
tersebut dilakukan melalui fungsi-fungsi manajerial, dikoordinasikan dengan sumber
daya, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti mesin dan modal
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan.

2.1.3. Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan yang
semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan berkembang. OIeh
karena itu seorang pemasar dituntut untuk memahami permasalahan pokok di
bidangnya dan rnenyusun strategi agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa definisi manajemen pemasaran menurut para ahli:
Pengertian pemasaran menurut Subagyo (2010:2), “Pemasaran adalah sebagai
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai
dengan pihak lain”.
3

Menurut DH (2005) dalam buku Sunyoto (2012:18), “Pemasaran adalah sistem


keseluruhan dan kegiatan usaha yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang jasa, ide kepada pasar sasaran
agar dapat mencapai tujuan organisasi”.
Stanton (2007) dalam buku Sunyoto (2012:18), “Pemasaran adalah suatu sistem
total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merancangkan, menentukan harga,
promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan
mencapai pasar sasaran serta tujuan perusahaan”.
Sementara itu, menurut Stanton (2007) yang dikutip oleh Subagvo (2010:4),
Pemasaran dalam 2 (dua) pengertian dasar yaitu:
1. Dalam arti kemasyarakatan
Pemasaran adalah setiap kegiatan tukar-menukar yang bertujuan untuk memuaskan
keinginan manusia, Dalam konteks ini kita perlu melihat dalam wawasan yang
Iebih luas yaitu:
a. Siapa yang digolongkan sebagai pemasar.
b. Apa yang dipasarkan.
c. Siapa target atau sasaran pasar
2. Dalam arti bisnis
Pemasaran adalah sebuah sistem bagian dan kegiatan bísnis yang dirancang untuk
merencanakan, memberi harga, mempromosikan dan mendistribusikan jasa serta
barang-barang pemuas keinginan pasar. Definisi ini mempunyai beberapa
pengertian penting mengingat:
a. Ini adalah definisi sistem yang manajerial.
b. Seluruh sistem dan kegiatan bisnis harusberorientasi ke pasar atau konsumen.
Keinginan konsumen harus diketahui dan dipuaskan secara efektif.
c. Pemasaran adalah proses bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah proses
bisnis yang dinamis karena merupakan sebuah proses integral yang menyeluruh
dan bukan gabungan aneka fungsi dan pranata yang terurai.
d. Program pemasaran dimulai dengan sebutir gagasan produk dan mungkin
beberapa waktu setelah penjualan dilakukan.
e. Untuk berhasil pemasaran harus memaksimalkan penjualan yang menghasilkan
laba dalam jangka panjang.
4

Jadi, pelanggan haruslah benar-benar merasa kebutuhannya dipenuhi supaya


perusahaan memperoleh kesinambungan usaha yang biasanya sangat vital bagi suatu
keberhasilan. Dan beberapa pengertian pemasaran diatas, dapat disimpulkan bahwa
definisi dari pemasaran adalah sebagai proses sosial dana manajerial dimana individu
dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan
dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain.

2.1.4. manajemen Pemasaran


Menurut Kotler dan Amstrong dalam Alma (2013:130), “Manajemen pemasaran ialah
kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan mengawasi segala
kegiatan (program), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Menurut Shultz dalam Alma
(2013:131), “Managemen Marketing ialah merencanakan, pengarahan dan pengawasan,
seluruh kegiatan pemasaran perusahaan ataupun bagian dari perusahaan.
Menurut Enis dalam Alma (2013:130), “Manajemen pemasaran ialah proses
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan
oleh individu atau oleh perusahaan. Logika dari definisi diatas, ialah apabila seseorang
atau perusahaan, ingin memperbaiki pemasrannya maka ia harus melakukan kegiatan
pemasaran itu sebaik mungkin.
Pengertian ini mempunyai implikasi yaitu:
1. Definisi diatas menekankan adanya efektivitas dan efisiensi. Efektivitas artinya
memaksimalkan hasil yang hendak dicapai yang telah ditetapkan lebih dulu,
sedangkan efisiensi adalah meminimalkan pengeluaran lebih dulu, sedangkan
efisiensi adalah meminimalkan pengeluaran atau biaya yang digunakan untuk
mencapai hasil tersebut.
2. Manajemen pemasaran ini merupakan suatu proses. Penekanan pada efisiensi dan
efektivitas erat hubungannya dengan pengertian produktivitas. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa produktvitas adalah merupakan kombinasi antara efektivitas dan
efisiensi. Mali dalam buku Alma (2013:131). Jika orang ingin menentukan
produktivitas, maka ia harus mengetahui hasil yang dicapai (ini masalah
efektivitas), dan sumber-sumber apa yang telah digunakan (ini masalah penggunaan
sumber-sumber seefisien mungkin (berdaya guna) dan mendapatkan hasil yang
maksimal (berhasil guna), inilah efisien dan efektivitas.
5

Menurut Stanton dalam Alma (2013:131), “Proses manajemen pemasaran


akan lebih meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Definisi ini mempunyai implikasi:
1. Kegiatan pemasaran pada sebuah perusahaan, harus dikoordinasi, dikelola dengan
sebaik-baiknya.
2. Manajer pemasaran, harus memainkan peranan penting dalam perencanaan
perusahaan.

2.1.5. Citra Merek (Brand Image)


Pengertian citra, menurut Kotler dan Keller (2009:272), “Cara masyarakat menganggap
secara actual yaitu pemasar harus memperlihatkan idetitas merek melalui semua sarana
komunikasi dan kontak merek yang tersedia supaya citra yang benar dapat tertanam
dalam nyata yang dapat tertanam dalam pikiran konsumen.” Dari definisi citra diatas
dapat disimpulkan bahwa citra merupakan kesan perasaan, gambaran dari public
terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau
organisasi sehingga dapat diapresiasikan secara nyata yang dapat diperoleh dari tingkat
pengetahuan dan pengertian terhadap fakta (tentang orang-orang produk atau situasi).

2.1.5.1. Pengertian Merek (Brand)


Pengertian merek menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan
Keller (2009:258), “Sebagai, nama, istilah, tanda, lambing, atau desain, atau
kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari salah
satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan mereka dari para pesaing”.
Merek menurut Kartajaya (2010:62), “Adalah asset yang menciptakan value bagi
pelanggan dengan meningkatkan kepuasan dan menghargai kualitas”. Menurut
Tjiptono (2008:104), “Merek merupakan nama, istilah, tanda, symbol atau lambing,
desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan
dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing. Atribut produk
merupakan unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan
dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, kemasan,
jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya.
6

Merek merupakan janji penjual secara konsisten yang memberikan feature,


manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan
kualitas, tetapi harga lebih dan sekedar symbol.

2.1.5.3. Dimensi Citra Merek


Menurut Aaker et all (1995) dalam buku Sumarwan (2013:123):
1. Brand Awareness (kesadaran merek)
Menunjukan kemampuan seorang konsumen untuk mengetahui dan mengingat suatu
merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.
2. Brand Association (asosiasi merek)
Persepsi konsumen mengenai beragam atribut atau citra atau kesan yang dimiliki
atau terikat dengan suatu merek tertentu.
3. Brand Perceived Quality (persepsi kualitas)
Persepsi konsumen terhadap kualitas suatu merek barang atau jasa. Konsumen akan
memiliki persepsi yang baik mengenal kualitas suatu merek ketika merek tersebut
dinilai memenuhi harapan konsumen.
4. Brand Loyalty (loyalitas merek).
Merupakan ukuran kedekatan pelanggan pada sebuah merek dan perasaan positif
terhadap suatu merek.

2.1.5.4. Manfaat Merek


Manfaat Merek, menurut Tjiptono (2011:43-44), Terdapat 2 manfaat merek
diantaranya:
1. Bagi Produsen
sarana untuk perusahaan, terutama dalam akuntansi.
a. Sebagai sarana untuk memudahkan proses penanganan produk bagi perusahaan,
terutama dalam pengorganisasian persediaan dan pencatatan akuntansi.
b. Bentuk proteksi terhadap fitur atau aspek produk yang unik. Merek bias
mendapatkan perlindungan property intelektual.
c. Sebagai tingkat kualitas bagi para pelanggan yang merasa puas, sehingga mereka
dapat dengan mudah memilih dan membeli kembali dilain waktu.
d. Sarana menciptakan asosiasi dan makna unik yang membedakan produk dari para
pesaing.
7

e. Sumber keunggulan dan kompetitif pada pendapatan masa datang.


2. Bagi Pelanggan:
a. Memberikan makna bagi produk, mudah mengidentifikasi produk yang
dibutuhkan atau dicari.
b. Memfasilitasi penghematan waktu dan energy melalui pembelian ulang identic
dan loyalitas.
c. Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka mendapatkan kualitas yang
sama sekalipun pembelian dilakukan pada waktu dan ditempat berbeda.
d. Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat membeli alternative terbaik dalam
kategori produk tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
e. Mendapatkan konfìrmasi mengenai citra diri konsumen atau citra yang
dítampilkannya kepada orang lain.

2.1.5.5. Makna Merek


Makna merek menurut Tjiptono (2008:108):
1. Atribut
Merek yang mengingatkan pada atribut-atribut tertentu.
2. Manfaat
Suatu merek lebíh daripada serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli atribut,
mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan atau emosional.
3. Nilai
Merek yang menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4. Budaya
Merek yang mewakili budaya tertenu.
5. Kepribadian
Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk
tersebut.

2.1.6. Nilai Pelanggan


2.1.6.1. Pengertian Nilai Pelanggan
Menurut Kotler dan Keller (2009:136), “Nilai pelanggan adalah selisih antara penilaian
pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran terhadap
8

alternativenya”. Total manfaat pelanggan (Total Customer Benefit) adalah nilai moneter
kumpulan manfaat ekonomi, fungsional dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari
suatu penawaran pasar yang disebabkan oleh produk, jasa, personel, dan citra yan
terlibat. Total biaya pelanggan (Total Customer Cost) adalah kumpulan biaya yang
dipresepsikan yang diharapkan pelanggan untuk dikeluarkan dalam mengevaluasi,
mendapatkan, menggunakan, dan menyingkirkan suatu penawaran pasar, termasuk
biaya moneter, waktu, energy dan psikologis.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:179), “Nilai pelanggan adalah perbedaan
antara total nilai konsumen dengan total biaya yang dikeluarkan konsumen dari pemasar
produk”.

2.1.5.2. Analisis Nilai Pelanggan


Dalam buku Kotler dan Keller (2009:137), Analisis nilai pelanggan untuk
mengungkapkan kekuatan dan kelemahan perusahaan relative terhadap kekuatan dan
kelemahan berbagai pesaingnya, langkah-langkah dalam analisis ini adalah:
1. Mengidentifikasi atribut dan manfaat utama yang dinilai pelanggan
Pelanggan ditanya apa tingkat atribut, manfaat dan kinerja yang mereka cari dalam
memilih produk dan penyedia layanan.
2. Menilai arti penting kuantitatif dari atribut dan manfaat yang berbeda
pelanggan diminta memeringkat arti penting berbagai atribut dan manfaat. Jika
peringkat mereka jauh berbeda, pemasar harus mengelompokan mereka ke dalam
berbagai segmen.
3. Menilai kinerja perusahaan dan pesaing berdasarkan nilai pelanggan yang berbeda
dan membandingkannya dengan peringkat arti pentingnya.
Pelanggan menggambarkan ditingkat mana mereka melihat kinerja perusahaan dan
pesaing pada setiap atribut dan manfaat.
4. Mempelajari bagaimana pelanggan dalam segmen tertentu menentukan peringkat
kinerja perusahaan terhadap pesaing utama tertentu berdasarkan suatu atribut atau
manfaat.
Jika tawaran perusahaan melebihi tawaran pesaing atas semua atribut dan manfaat
penting, perusahaan dapat mengenakan harga yang lebih tinggi (sehingga
menghasilkan laba yang lebih tinggi) atau perusahaan dapat mengenakan harga yang
sama dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak.
9

5. Mengamati nilai pelanggan sepanjang waktu


Secara berkala, perusahaan harus mengulangi studi nilai pelanggan dan posisi
pesaing ketika terjadi perubahan dalam hal ekonom, teknologi, dan fitur.

2.1.5.3. Dimensi Nilai Pelanggan


Dalam buku Sangadji dan Sopiah (2013-180), “Jumlah nilai persepsi bagi pelanggan
merupakan akumulasi dari empat dimensi yaitu:
1. Nilai produk, apa yang dipersepsikan dari pelanggan tentang atribut atau manfaat
dari produk tersebut.
2. Nilai pelayanan, apa yang dipersepsikan pelanggan terhadap pelayanan yang
dirasakan.
3. Nilai karyawan, apa yang dipersepsikan pelanggan terhadap perbuatan atau
kesopanan dari karyawan itu sendiri.
4. Nilai citra, apa yang dipersepsikan pelanggan terhadap citra perusahaan yang
dipakainya.
Tabel 2.1
Dimensi Indikator Nilai Pelanggan
Variabel Dimensi Indikator
Nilai pelanggan (X4), Nilai Produk  Perasaan puas dan nyaman
Dalam Etta dan dengan fasilitas Bus Rosalia
Sopiah (2013:180) Indah.
Nilai Pelayanan  Dipermudahkan dalam
pemesanan ticket
Nilai Kayawan  Keluhan pelanggan dapat
diterima dengan baik kepada
karyawan.
 Komunikasi karyawan dengan
pelanggan sopan.
Nilai Citra  Bus Rosalia Indah sudah
menjadi utama untuk
keperluan bepergian ke luar
kota.
10

Sumber Data: Buka Etta Mamang Sangadji dan Sopiah 2013

2.1.6. Persepsi Kualitas

2.1.7. Keputusan Pembelian


Menurut Morissan (2010:111), “Keputusan pembelian (purchase decision) adalah tahap
selanjutnya setelah adanya niat atau keinginan membeli, namun keputusan pembelian
adalah tidak sama dengan sebenarnya (actual purchase). Ketika konsumen memilih
untuk membeli suatu merek, ia harus melaksanakan keputusan dan melakukan
pembelian yang sebenanya”.
Suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih
alternatif tindakan atau perilaku. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara
beberapa perilaku yang berbeda. Pada intinya, walaupun pemasaran sering mengacu
pada pilihan antara objek (produk, merek, atau toko), walaupun sebenarnya memilih
diantara perilaku alternatif yang beraitan dengan objek tersebut.
Menurut Hasan (2008: 138), Menyatakan bahwa peran seseorang (bukan
pembeli utama) dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk perlu diketahui
oleh marketer, karena di antara mereka ini terkadang justru menjadi faktor pendorong
yang sangat kuat bagi pengambil keputusan pembelian.

2.1.7.1. Tahap-tahap Keputusan pembelian


Menurut Kotler dan Keller (2009:235), Menyatakan tahap-tahap keputusan pembelian
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai dengan adanya pengenalan masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan itu dapat digerakan oleh rangsangan dari dalam dan luar pembeli.
2. Pencarian Informasi
Konsumen dapat memperoleh informasi dan berbagai sumber, meliputi:
a. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, kenalan.
b. Sumber Komersil : Tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran.
c. Sumber Publik : Media massa, organisasi konsumen.
d. Sumber Eksperensal : Pernah menguji dan menggunakan produk tersebut.
11

3. Evaluasi Alternatif
Dalam tahap ini tidak ada suatu proses evaluasi yang mudah dan tunggal yang dapat
dipergunakan untuk semua konsumen atau bahkan seorang konsumen dalam semua
situasi pembeliannya.
4. Keputusan Pembeli
Tahap ini diawali dengan tahap penilaian berbagai alternative yang dapat dilihat
dari atribut-atribut yang melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen
membentuk pilihan. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih
yaitu:
a. Sikap pada orang lain.
b. Kejelekan suatu produk
5. Perilaku Setelah Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasaan atau
ketidakpuasan pelanggan.

2.2. KAJIAN–KAJIAN SEBELUMNYA (LITERATURE REVIEW)


Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh citra merek, kesadaran merek dan kualitas
produk terhadap keputusan membeli produk apple. Menurut Dharma, dkk (2015)
Globalisasi memiliki dampak dalam perekonomian dunia, di mana keputusan konsumen
menjadi semakin kompleks dalam memilih atau membeli merek yang kompetitif di
pasar global. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ctra merek, kesadaran
merek, dan kualitas produk terhadap keputusan dalam membeli produk Apple di Kota
Denpasar. Ukuran sampel yang digunakan sebesar 112 responden, dengan
menggunakan teknik nonprobability sampling khususnya purposive sampling. Teknik
analisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ketiga variabel bebas yaitu citra merek, kesadaran merek, dan kualitas produk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Apple di Kota
Denpasar. Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah pihak manajemen dan
departemen pemasaran perusahaan khususnya reseller Apple di Kota Denpasar untuk
menginformasikan temuan ini kepada perusahaan Apple dalam rangka mempertahankan
citra merek, kesadaran merek, kualitas produk yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen untuk membeli produk Apple.
12

Menurut Tramedi dan Asri (2009) Persaingan pada dunia bisnis terjadi pada
berbagai sektor baik industri jasa dan non jasa. Salah satunya adalah industri toiletries
dimana persaingan dalam bisnis yang satu ini cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari semakin maraknya industri-industri yang memasarkan produk kebutuhan rumah
tangga. Salah satunya adalah industri toiletries deterjen. Pasar produk deterjen ini
berkembang menjadi satu dari sekian banyak sektor bisnis yang paling menguntungkan
di Indonesia. Kondisi tersebut mendorong deterjen Bukrim untuk meningkatkan
perceived quality (persepsi kualitas merek). Perceived quality ini akan membentuk
persepsi kualitas dari suatu produk di mata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas
keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa
tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen
terhadap merek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perceived
quality deterjen Bukrim untuk mengetahui gambaran keputusan pembelian deterjen
Bukrim dan mengetahui seberapa besar pengaruh perceived quality terhadap keputusan
pembelian deterjen Bukrim. Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Metode pengembangan penelitian bersifat
cross sectional method. Populasi penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di
Griya Setiabudi, Giant Supermarket dan Isola Swalayan di kota Bandung berjumlah 127
orang. Berdasarkan teknik penarikan sampel secara systematic random sampling dan
dengan menggunakan rumus Harun Al Rasyid diperoleh sampel sebesar 82 sampel,
namun untuk meningkatkan keakuratan maka jumlah sampel yang diteliti ditambah
sehingga berjumlah 85 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, penyebaran kuesioner,
dan studi literatur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan path analysis.
Hasil penelitian menunjukkan perceived quality dari brand equity deterjen Bukrim
secara umum cukup baik dengan respon tertinggi pada indikator hasil pakaian menjadi
bersih cemerlang. Keputusan pembelian Bukrim yang terdiri dari pemilihan produk,
pemilihan merek, pemilihan saluran distribusi, waktu pembelian dan jumlah pembelian
secara umum cukup baik dengan penilaian tertinggi diperoleh oleh indikator pemilihan
merek karena harga yang cukup terjangkau sedangkan indikator pemilihan merek untuk
karena keterkenalan merek memperoleh penilaian terkecil. Terdapat pengaruh
perceived quality dari brand equity terhadap keputusan pembelian dengan kategori yang
sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara
13

variabel perceived quality dari brand equity terhadap variabel keputusan pembelian
produk deterjen Bukrim memiliki pengaruh yang signifikan.

2.3. LATAR BELAKANG INSTITUSI


Berawal dari 1971, PT Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor industri sepeda
motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT Federal Motor.
Saat itu, PT Federal Motor hanya merakit, sedangkan komponennya diimpor dari
Jepang dalam bentuk CKD (completely knock down). Tipe sepeda motor yang pertama
kali di produksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z bermesin 4 tak dengan kapasitas 90cc.
Jumlah produksi pada tahun pertama selama satu tahun hanya 1500 unit, namun
melonjak menjadi sekitar 30 ribu pada tahun dan terus berkembang hingga saat ini.
Sepeda motor terus berkembang dan menjadi salah satu modal transportasi andalan di
Indonesia.
2001, Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi serta tumbuhnya pasar
sepeda motor terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor
Honda ini. Pada tahun 2001 PT Federal Motor dan beberapa anak perusahaan di merger
menjadi satu dengan nama PT Astra Honda Motor, yang komposisi kepemilikan
sahamnya menjadi 50% milik PT Astra International Tbk dan 50% milik Honda Motor
Co. Japan.
2014, Saat ini PT Astra Honda Motor memiliki 4 fasilitas pabrik perakitan, pabrik
pertama berlokasi Sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat.
Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading. Pabrik ke 3 berlokasi di
kawasan MM 2100 Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik ke 4 berlokasi di Karawang. Pabrik
ke 4 ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun
2014.
2015, Dengan keseluruhan fasilitas ini PT Astra Honda Motor saat ini memiliki
kapasitas produksi 5.8 juta unit sepeda motor per-tahunnya, untuk permintaan pasar
sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Salah satu puncak prestasi yang
berhasil diraih PT Astra Honda Motor adalah pencapaian produksi ke 50 juta pada tahun
2015. Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang yang berhasil diraih oleh industri
sepeda motor di Indonesia bahkan untuk tingkat ASEAN.
Guna menunjang kebutuhan serta kepuasan pelannggan sepeda motor Honda, saat
PT Astra Honda Motor di dukung oleh 1.600 showroom dealer penjualan yang diberi
14

kode H1, 3.800 layanan service atau bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service
Station) dengan kode H2, serta 6.500 gerai suku cadang atau H, yang siap melayani
jutaan penggunaan sepeda motor Honda di seluruh Indonesia.
Visi Misi
“PT Astra Honda Motor, perusahaan yang menjalankan fungsi produksi, penjualan dan
pelayanan purna jual yang lengkap untuk kepuasan pelanggan dan memiliki:
Visi
“To take a lead in Indonesian motorcycle market by making customers’ dream come
true, creating joy to customers and contribute to Indonesia society.”
Misi
“Creating mobility solution to society with best products and services.”

2.4. KERANGKA PIKIR


Kerangka pikir merupakan bagian kerangka dari sebuah karya ilmiah. Adapun kerangka
karya ilmiah ini akan memberikan informasi mengenai persamaan, perbedaan, analisis,
dan kesimpulan antara teori yang penulis sajikan dengan keadaan yang sebenarnya pada
perusahaan, sehingga menjadi satu kesatuan konsep yang sistematis dan lebih spesifik
dalam menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Gambar 2.1
Skematik Kerangka Pikir

CITRA MEREK
X1

X1

NILAI PELANGGAN KEPUTUSAN


X2 PEMBELIAN
Y
Y

PERSEPSI KUALITAS
X3

Sumber : Novy (2016)


15

Keterangan:
1. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y).
2. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah citra merek (X1), nilai pelanggan (X2), dan
persepsi kualitas (X3).

2.5. HIPOTESA
Hipotesis menurut Sugiyono (2011:99) “Hipotesa merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah peneiltian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Pendapat lainnya menurut Umar
(2008:104), “Hipotesis adalah suatu prumusan sementara mengenai suatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/mengarahkan penyelidikan
selanjutnya. Hipotesis yang penulis dapatkan berdasarkan data di atas adalah:
1. Ho : citra merek tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian
H1 : citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian
2. Ho : nilai pelanggan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H2 : nilai pelanggan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
3. Ho : persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H3 : persepsi kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4. Ho : citra merek, nilai pelanggan, persepsi kualitas secara simultan tidak
berrpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H4 : citra merek, nilai pelanggan, persepsi kualitas secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
16

Anda mungkin juga menyukai