BAB II
LANDASAN TEORI
1. Perencanaan (Planning)
Merupkan fungsi manajemen yang fundamental, karena fungsi ini dijadikan sebagai
landasan atau dasar bagi fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan meliputi
tindakan pendahuluan mengenai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana hal
tersebut akan dikerjakan agar tujuan yang dikehendaki tercapai.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan proses penyusunan kelompok yang terdiri dari beberapa aktivitas dan
personalitas menjadi satu kesatuan yang harmonis guna ditunjukan ke arah
pencapaian tujuan.
3. Menggerakan (Actuating)
Merupakan suatu tindakan menggerakan semua anggota kelompok agar mereka
mau berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
4. Pengawasan (Controlling)
Merupakan usaha mencegah terjadinya atau timbulnya penyimpangan-
penyimpangan aktivitas yang telah dilakukan dari sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses dimana didalam proses
tersebut dilakukan melalui fungsi-fungsi manajerial, dikoordinasikan dengan sumber
daya, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya lainnya seperti mesin dan modal
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.1.3. Pemasaran
Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan yang
semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan berkembang. OIeh
karena itu seorang pemasar dituntut untuk memahami permasalahan pokok di
bidangnya dan rnenyusun strategi agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Berikut ini
akan dijelaskan beberapa definisi manajemen pemasaran menurut para ahli:
Pengertian pemasaran menurut Subagyo (2010:2), “Pemasaran adalah sebagai
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai
dengan pihak lain”.
3
alternativenya”. Total manfaat pelanggan (Total Customer Benefit) adalah nilai moneter
kumpulan manfaat ekonomi, fungsional dan psikologis yang diharapkan pelanggan dari
suatu penawaran pasar yang disebabkan oleh produk, jasa, personel, dan citra yan
terlibat. Total biaya pelanggan (Total Customer Cost) adalah kumpulan biaya yang
dipresepsikan yang diharapkan pelanggan untuk dikeluarkan dalam mengevaluasi,
mendapatkan, menggunakan, dan menyingkirkan suatu penawaran pasar, termasuk
biaya moneter, waktu, energy dan psikologis.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:179), “Nilai pelanggan adalah perbedaan
antara total nilai konsumen dengan total biaya yang dikeluarkan konsumen dari pemasar
produk”.
3. Evaluasi Alternatif
Dalam tahap ini tidak ada suatu proses evaluasi yang mudah dan tunggal yang dapat
dipergunakan untuk semua konsumen atau bahkan seorang konsumen dalam semua
situasi pembeliannya.
4. Keputusan Pembeli
Tahap ini diawali dengan tahap penilaian berbagai alternative yang dapat dilihat
dari atribut-atribut yang melekat pada produk itu. Dengan indikasi itu konsumen
membentuk pilihan. Namun ada dua faktor yang mempengaruhi pada saat memilih
yaitu:
a. Sikap pada orang lain.
b. Kejelekan suatu produk
5. Perilaku Setelah Pembelian
Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasaan atau
ketidakpuasan pelanggan.
Menurut Tramedi dan Asri (2009) Persaingan pada dunia bisnis terjadi pada
berbagai sektor baik industri jasa dan non jasa. Salah satunya adalah industri toiletries
dimana persaingan dalam bisnis yang satu ini cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari semakin maraknya industri-industri yang memasarkan produk kebutuhan rumah
tangga. Salah satunya adalah industri toiletries deterjen. Pasar produk deterjen ini
berkembang menjadi satu dari sekian banyak sektor bisnis yang paling menguntungkan
di Indonesia. Kondisi tersebut mendorong deterjen Bukrim untuk meningkatkan
perceived quality (persepsi kualitas merek). Perceived quality ini akan membentuk
persepsi kualitas dari suatu produk di mata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas
keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai dari produk atau jasa
tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen
terhadap merek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perceived
quality deterjen Bukrim untuk mengetahui gambaran keputusan pembelian deterjen
Bukrim dan mengetahui seberapa besar pengaruh perceived quality terhadap keputusan
pembelian deterjen Bukrim. Berdasarkan variabel yang diteliti maka jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Metode pengembangan penelitian bersifat
cross sectional method. Populasi penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di
Griya Setiabudi, Giant Supermarket dan Isola Swalayan di kota Bandung berjumlah 127
orang. Berdasarkan teknik penarikan sampel secara systematic random sampling dan
dengan menggunakan rumus Harun Al Rasyid diperoleh sampel sebesar 82 sampel,
namun untuk meningkatkan keakuratan maka jumlah sampel yang diteliti ditambah
sehingga berjumlah 85 sampel. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, penyebaran kuesioner,
dan studi literatur. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan path analysis.
Hasil penelitian menunjukkan perceived quality dari brand equity deterjen Bukrim
secara umum cukup baik dengan respon tertinggi pada indikator hasil pakaian menjadi
bersih cemerlang. Keputusan pembelian Bukrim yang terdiri dari pemilihan produk,
pemilihan merek, pemilihan saluran distribusi, waktu pembelian dan jumlah pembelian
secara umum cukup baik dengan penilaian tertinggi diperoleh oleh indikator pemilihan
merek karena harga yang cukup terjangkau sedangkan indikator pemilihan merek untuk
karena keterkenalan merek memperoleh penilaian terkecil. Terdapat pengaruh
perceived quality dari brand equity terhadap keputusan pembelian dengan kategori yang
sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi antara
13
variabel perceived quality dari brand equity terhadap variabel keputusan pembelian
produk deterjen Bukrim memiliki pengaruh yang signifikan.
kode H1, 3.800 layanan service atau bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service
Station) dengan kode H2, serta 6.500 gerai suku cadang atau H, yang siap melayani
jutaan penggunaan sepeda motor Honda di seluruh Indonesia.
Visi Misi
“PT Astra Honda Motor, perusahaan yang menjalankan fungsi produksi, penjualan dan
pelayanan purna jual yang lengkap untuk kepuasan pelanggan dan memiliki:
Visi
“To take a lead in Indonesian motorcycle market by making customers’ dream come
true, creating joy to customers and contribute to Indonesia society.”
Misi
“Creating mobility solution to society with best products and services.”
CITRA MEREK
X1
X1
PERSEPSI KUALITAS
X3
Keterangan:
1. Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah keputusan pembelian (Y).
2. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah citra merek (X1), nilai pelanggan (X2), dan
persepsi kualitas (X3).
2.5. HIPOTESA
Hipotesis menurut Sugiyono (2011:99) “Hipotesa merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah peneiltian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Pendapat lainnya menurut Umar
(2008:104), “Hipotesis adalah suatu prumusan sementara mengenai suatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun/mengarahkan penyelidikan
selanjutnya. Hipotesis yang penulis dapatkan berdasarkan data di atas adalah:
1. Ho : citra merek tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian
H1 : citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian
2. Ho : nilai pelanggan tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H2 : nilai pelanggan berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
3. Ho : persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H3 : persepsi kualitas berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
4. Ho : citra merek, nilai pelanggan, persepsi kualitas secara simultan tidak
berrpengaruh terhadap keputusan pembelian.
H4 : citra merek, nilai pelanggan, persepsi kualitas secara simultan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian.
16