Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1 EKSPLORASI GEOTHERMAL

Oleh :

David Suganda Putra Manurung


1615051028

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

Pada dasarnya semua sifat-sifat fisis batuan reservoar dipengaruhi oleh struktur
mikro pori. Namun demikian tidak semua informasi parameter fisis mikro dapat
diukur secara langsung, seperti porositas, permeabilitas, tekanan kapiler dan lain
sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan dengan cara mengukur besaran fisis lain
dan kemudian dihitung melalui hubunganhubungan yang melibatkan parameter
mikro tersebut. Beberapa parameter petrofisis yang dominan mempengaruhi
kecepatan gelombang seismic seperti, densitas, permeabiltas, saturasi air, dan
porositas.

Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi


melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika
yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan
bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara
vertikal maupun horisontal.

Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu
untuk menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan
pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi
geoteknik (penentuan fondasi bangunan dll).
II. URAIAN

Perpindahan panas dengan konduksi dapat digambarkan oleh empat konstanta


batuan:
 Konduktivitas Termal
Konduktivitas atau keterhantaran termal (k), adalah suatu besaran
intensif bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan
panas. Konduksi termal adalah suatu fenomena transport di mana
perbedaan temperatur menyebabkan transfer energi termal dari satu daerah
benda panas ke daerah yang sama pada temperatur yang lebih rendah
suhunya hingga terjadi keseimbangan termal. Keseimbangan panas terjadi
apabila panas sama dengan jumlah panas benda yang dipanaskan dengan
panas yang disebarkan oleh benda tersebut ke medium sekitarnya.. Panas
yang di transfer dari satu titik ke titik lain melalui salah satu dari tiga
metode yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi.

konduktivitas termal = laju aliran panas × jarak / ( luas × perbedaan suhu )


𝑄𝑋𝐿
k = 𝑡 𝑥 𝐴 𝑋 ∆𝑇

Besaran ini didefinisikan sebagai panas, Q, yang dihantarkan selama


waktu t melalui ketebalan L, dengan arah normal ke permukaan dengan
luas A yang disebabkan oleh perbedaan suhu ΔT dalam kondisi tunak dan
jika perpindahan panas hanya tergantung dengan perbedaan suhu tersebut.

 Difusivitas Termal

Dalam analisis perpindahan panas, Difusivitas termal adalah konduktivitas


termal dibagi dengan massa jenis dan panas jenis pada tekanan yang
konstan. Difusivitas termal mengukur kemampuan material untuk
mengonduksi energi panas relatif terhadap kemampuannya untuk
menyimpan energi panas. Difusivitas termal memakai
lambang α namun a, κ, K, dan D juga digunakan. Satuan SI yang
digunakan adalah m²/s. Difusivitas termal dirumuskan dengan:
di mana

k adalah konduktivitas termal (W/(m·K))


𝜌 adalah densitas (kg/m³)

Cp adalah panas jenis (J/(kg·K))


𝜌𝐶𝑝 dapat disebut sebagai kapasitas panas volumetrik (J/(m³·K)).
difusivitas termal adalah rasio turunan waktu terhadap temperatur pada
turunan keduanya. Difusivitas termal dapat disebut juga sebagai ukuran
dari inersia termal. Dalam zat dengan difusivitas termal yang tinggi, panas
bergerak cepat karena zat tersebut menghantarkan panas relatif terhadap
kapasitas panas volumetriknya.

 Kapasitas Termal
Kapasitas panas yang ada pada sebagian besar sistem tidaklah konstan,
namun bergantung pada variasi kondisi dari sistem termodinamika.
Kapasitas panas bergantung pada temperatur itu sendiri, dan juga tekanan
dan volume dari sistem.

Berbagai cara untuk mengukur kapasitas panas dapat dilakukan, yang


secara umum dilakukan pada kondisi tekanan konstan atau volume
konstan. Sehingga simbol kapasitas jenisnya disesuaikan, menjadi Cp
untuk kapasitas jenis pada tekanan konstan, dan CV untuk kapasitas jenis
pada volume konstan. Gas dan cairan umumnya diukur pada volume
konstan. Pengukuran pada tekanan konstan akan menghasilkan nilai yang
lebih besar karena nilai tekanan konstan juga mencakup energi panas yang
digunakan untuk melakukan kerja untuk mengembangkan volume zat
ketika temperatur ditingkatkan.

 Densitas
Densitas merupakan besarnya massa setiap satuan volume. Densitas
batuan berpori adalah perbandingan antara massa terhadap volume rata-
rata dari material. Densitas spesifik adalah perbandingan densitas batuan
pada tekanan dan temperatur normal. Densitas batuan lapangan panasbumi
umumnya sangat berpengaruh terhadap heat content yang dikandungnya
dan terdapat hubungan yang berbanding lurus antara heat content dengan
densitas batuan. Semakin besar densitas batuan semakin besar heat content
yang dikandung oleh batuan. Densitas batuan pada lapangan panasbumi
umumnya sangat besar dibanding daerah non-vulkanik.
Untuk batuan homogen ideal dari porositas nol, keempat konstanta dihubungkan
oleh: 𝝀=𝜶𝝈𝒄
Konduktivitas termal digunakan untuk menggambarkan transfer panas konduktif
keadaan tunak, difusivitas termal digunakan untuk transfer panas konduktif
transien (variabel waktu). Untuk eksplorasi geofisika, konstanta ini digunakan
dalam analisis survei suhu dangkal, tetapi kompleksitas konstanta fisik pada
batuan non-homogen dapat ditunjukkan dengan menggunakan konstanta termal
sebagai contoh.

Batuan Homogen (Porositas Nol)


Batu kapur yang sangat padat dengan porositas nol merupakan batuan homogen
yang menunjukkan bahwa kapasitas termal bervariasi sedikit di antara jenis
batuan dan biasanya sekitar 0,8 [kJ / kg 0C] pada suhu kamar. Konduktivitas
termal batu gamping padat juga agak homogen dan telah ditemukan sekitar 3 [W /
m0C]. Dengan data pada Tabel 2.1, kita dapat menghitung difusivitas termal
batuan ini, yang menurut (2.2.1), adalah 1,39 x 10 "6 [m2 / s], pada kisaran nilai
teratas yang tercantum dalam katalog standar untuk ini. jenis batu (Touloukian
dan Ho, 1981).

Batuan Berpori Kering


Dalam hal ini, pori-pori diisi dengan udara yang konduktivitas termalnya sangat
kecil, 0,03 [W/m0c], dan dapat dianggap nol (kapasitas termal udara mirip dengan
batuan - sekitar 1 kJ/ kg0c - tetapi karena kepadatan udara yang sangat rendah,
hampir tidak ada energi yang dapat disimpan dalam satuan volume udara). Dalam
analogi dengan eqn. 2.1.1, orang dapat mengasumsikan bahwa 𝜆 dari batuan
kering dengan porositas yang diberikan seharusnya:
𝜆 D = 𝜆P(1-∅)n
Batu kapur kering dengan porositas 10%, dengan konduktivitas matriks xp 3 [W /
m0C] karenanya harus memiliki xp = 2,7 [W / m0C], namun, percobaan
menunjukkan, bahwa nilai hanya 2 [W / m0C] dapat diamati . Jelas, energi yang
ditransfer melalui batu dipengaruhi oleh efek selain efek volume.

Konduktivitas panas adalah sifat termal suatu benda untuk merambatkan panas
dalam suatu unit waktu melalui luas penampang tertentu yang diakibatkan oleh
adanya perbedaan suhu (Jangam dan Mujumdar, 2010). Konduktivitas termal
batuan mengindikasikan seberapa cepat panas dalam reservoar mengalir sampai
ke permukaan bumi. Tinggi rendahnya nilai konduktivitas termal batuan
menentukan potensi reservoar dari panas bumi sebagai energi panas bumi
(Endovani, 2016). Menurut Raina (1993), nilai konduktivitas batuan sekitar 0,05
W/m°C sampai 3,0 W/m°C. Berikut ini akan ditampilkan Tabel 1 yang
merupakan tabel konduktivitas termal beberapa jenis batuan.

Konduktivitas panas tidak sama untuk setiap batuan. Konduktivitas panas suatu
batuan tidak hanya ditentukan oleh jenis batuan atau mineral-mineral
penyusunnya, tetapi juga ditentukan oleh struktur kristal yang membentuk batuan
tersebut. Mungkin ini juga yang menyebabkan harga konduktivitas berlainan ke
semua arah. Hal ini menyebabkan panas merambat dengan laju yang berbeda ke
arah yang berlainan (Saptadji, 2002).

III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang membahas mengenai pasal 63 hingga pasal 81 pada


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21
TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN
BENCANAadalah sebagai berikut :
1. Pihak yang memiliki tanggung jawab pada penanggulangan bencana seperti
BNPB untuk tingkat nasional, BPBD provinsi untuk tingkat provinsi danBPBD
kabupaten/kota untuk tingkat kabupaten/kota yang juga dalam hal ini dibantu
oleh pihak masyarakat.
2. Kegiatan pemulihan sosial, ekonomi dan budaya dilakukan melalui layanan
advokasi dan konseling, bantuan stimulan aktivitas ekonomi dan pelatihan.
3. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
4. Pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
5. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya
rehabilitasi.

IV. REKOMENDASI

1. Mekanisme dan teknis pemulihan sosial psikologis harus


mempertimbangkan karakter masyarakat, budaya setempat, kearifan
kontekstual serta nilai-nila kepercayaan yang dipegang teguh masyarakat
setempat.
2. Mekanisme dan pelaksanaan pemulihan sistem pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan dan atau mengikuti adat budaya orang atau kelompok
masyarakat di daerah bencana serta ketentuan-ketentuan lain yang relevan
dan telah ditetapkan oleh dinas/instansi yang mempunyai kewenangan
untuk itu.
3. Program rehabilitasi pelayanan publik sebagaimana dijelaskan di atas
harus diawali dengan penyusunan rencana teknis yang rinci
4. Pelaksanaan rekonsiliasi dan resolusi harus mempertimbangkan dan/atau
mengikuti adat budaya orang atau kelompok masyarakat yang terlibat
dalam perselisihan, pertengkatan atau konflik serta ketentuanketentuan
lain yang relevan dan telah ditetapkan oleh dinas/instansi yang mempunyai
kewenangan untuk itu.
5. Melibatkan partisipasi masyarakat sebesar mungkin, baik masyarakat yang
terkena bencana maupun masyarakat secara umum, melalui proses
memberdayakan masyarakat dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan
rekonstruksi dan dengan menciptakan situasi kondusif bagi peran serta
masyarakat yang sebesar-besarnya dalam kegiatan rekonstruksi, melalui
mekanisme pelibatan yang sederhana.
6. Rekontruksi dilakukan membangun kembali dengan lebih baik dari
sebelum kejadian bencana, dengan memahami bahwa suatu peristiwa
bencana membawa hikmah untuk memberikan kesempatan dalam rangka
meningkatkan kehidupan masyarakat melalui penataan prasarana, sarana
dan sistim pelayanan masyarakat yang lebih baik dan lebih aman dari
sebelum terjadinya bencana.
7. Memastikan tersedianya akses informasi mengenai semua kegiatan
rekonstruksi bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka
membangun komunikasi untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi
proses rekonstruksi.

Anda mungkin juga menyukai