Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KIMIA ANALISIS
I. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Mendefinisikan kimia analisis
1.2 Menjelaskan pengelompokan kimia analisis berdasarkan :
- jumlah analit
- berat sampel
- metode yang digunakan
1.3 Mendefinisikan Analisis Kualitatif dengan memberikan contohnya
1.4 Mendefinisikan Analisis Kuantitatif dengan memberikan contohnya
1.5 Menjelaskan tahapan dalam analisis kimia
2. URAIAN :
2.1 PENGGOLONGAN KIMIA ANALISIS
Kimia analisis merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari
bagaimana menyelidiki suatu zat atau bahan sehingga diketahui susunannya,
yaitu jenis unsur/senyawa yang terdapat di dalamnya serta kadar dari
unsur/senyawa tersebut. Dari uraian tersebut maka kimia analisis dapat dibagi
dalam dua bidang yaitu :
1. Analisis Kualitatif, bertujuan untuk mengetahui unsur/senyawa apa
yang tekandung dalam suatu bahan. Misalnya analisis unsur atau
seyawa apa yang terdapat dalam suatu sample air.
2. Analisis Kuantitatif, bertujuan untuk menetapkan kadar
unsure/senyawa dalam suatu bahan. Zat yang ditetapkan sering disebut
sebagai konstituen yang diinginkan atau analit yang dapat merupakan
sebagian kecil atau sebagian besar dari sample yang dianalisis.
Pengelompokan analisis kimia dapat didasarkan pada persentase analit,
yaitu :
1. analisis konstituen utama (major) : jika analit 1% dari sample
2. analisis konstituen kecil (minor : jika analit 0,01-1%
1
3. analisis konstituen runutan (trace : jika analit kurang dari 0,01%)
Analisis kimia juga dikelompokkan berdasarkan ukuran sampel, yaitu
1. analisis makro, bila sampel lebih dari 0,1 g
2. analisis semimikro, bila sampel beratnya 10-100 mg
3. analisis mikro, bila sampel beratnya 1-10 mg
4. analisis ultramikro, bila sampel beratnya 1 mikrogram
Pada dasarnya metode analisis kuantitatif terbagi dalam 2 golongan :
1. Metoda Klasik / Konvensional
Yaitu metoda yang didasarkan pada reaksi-reaksi kimia yang juga
disebut metode stoikiometri. Metode ini terbagi atas :
a. Metoda Gravimetrik
Yaitu metoda analisis yang didasarkan pada berat endapan.
b. Metoda Volumetrik
Yaitu metoda analisis yang didasarkan pada volume
- Gasometrik : Analit direaksikan sehingga terbentuk suatu gas, jumlah
zat yang dicari dihitung berdasarkan volume gas tersebut.
- Titrimetrik : Analit direaksikan dengan suatu pereaksi hingga jumlah
zat-zat yang bereaksi itu ekivalen.
2. Metoda Instrumental / Modern
Yaitu metoda yang menggunakan peralatan yang modern yang terdiri dari
a. Electrical methods (metode listrik)
- Pada metode ini parameter yang diukur adalah arus, tegangan, atau
hambatan (resistensi) yang berhubungan dengan konsentrasi dari suatu ion.
Yang termasuk metoda ini adalah voltametri, coulometri, potensiometri, dan
konduktometri.
b. Optic Methods (Metode optic)
- visible spectrophotometri
- U V spectrophotometri
- I R spectrophotometri
- Atomic absorption spectrophotometri
c. Emission methods (Metode emisi)
d. X-ray fluorescence Methods
e. Kinetic Methods
f. dll
2
Analisis kuantitatif terbagi dalam 4 tipe :
1. analisis proksimat : analisis yang tidak memerlukan ketepatan
2. analisis konstituen : analisis suatu unsure/senyawa dalam jumlah yang
sangat kecil
3. analisis parsial : analisis terhadap suatu / beberapa unsur/senyawa
4. analisis komplit : analisis semua unsur/senyawa pada suatu bahan
3. TUGAS :
1. Apakah yang dimaksud dengan kimia analisis ?
2. Apakah yang dimaksud dengan :
3
a. analisis kimia kualitatif
b. analisis kimia kuantitatif
berikan contohnya !
3. Tuliskan pembagian kimia analisis berdasarkan jumlah analit, jumlah
sample, dan metode yang digunakan, jelaskan
4. Tuliskan langkah –langkah dalam analisis kimia
4
BAB II
ANALISIS KIMIA DI LABORATORIUM
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1. Menjelaskan petunjuk umum dalam melakukan analisis di laboratorium
1.2. Menjelaskan peralatan yang digunakan dan cara penggunaannya
1.3. Menguraikan 3 tingkat mutu zat kimia yang digunakan di laboratorium
2. URAIAN :
5
6. Perhatikan benar-benar pembuangan zat. Asam kuat, basa kuat tidak
boleh dibuang ke dalam bak buangan kecuali telah diencerkan. Begitu
juga untuk zat-zat beracun, telah disediakan tempat penampungannya.
7. Semua kegiatan praktikum yang melibatkan penggunaan asam pekat,
pembebasan uap atau gas yang bersifat racun, atau berbau tidak enak,
sebaiknya dilakuakan di lemari asam.
8. Botol-botol pereaksi tidak boleh dibiarkan menumpuk di atas meja, bila
sudah dipakai segera dikembalikan ke tempat semula
9. Setiap percobaan harus dikerjakan minimal dua kali (duplo), kecuali jika
pembimbing menentukan lain.
10. Untuk mencatat hasil pengamatan, misalnya data penimbangan, volume
titrasi dan sebagainya, maka setiap siswa harus menyiapkan buku
catatan yang diparaf oleh pembimbing.
11. Setiap siswa harus menjaga keamanan dalam laboratorium, bahaya
kebakaran, bahan kimia beracun.
12. Penggunaan peralatan harus berhati-hati jika ada kesulitan terhadap alat
segera menghubungi pembimbing.
1. Tabung Reaksi
6
2. Gelas Piala/Gelas kimia/Beakers glass
3. Erlenmeyer
7
Untuk endapan yang banyak digunakan corong Buchner. Corong ini
terdiri dari corong porselen yang dipasangi lempeng berlubang-lubang.
Lempeng ini ditutup dengan pas oleh kertas saring rangkap. Corong
Buchner dipasang pada labu saring dengan suatu sumbat.
5. Pipet Ukur
8
6. Pipet volum/transfer
9
8. Buret
Buret digunakan untuk menghantarkan volume yang
diketahui dengan tepat tapi dapat diubah-ubah,
biasanya digunakan untuk titrasi. Keran terbuat dari
kaca atau Teflon. Kran Teflon tidak memerlukan
pelumasan, tetapi kran kaca memerlukan pelumasan.
Buret dibersihkan dengan deterjen encer panas
digunakan bersama-sama dengan sikat buret yang
panjang. Bila sedang tidak digunakan buret hendak
nya diisi dengan air suling dan ditutupi.
Umumnya buret berkapasitas 50 ml digunakan untuk
titrasi. Dalam membaca buret hendaknya dilakukan
dengan teliti. Untuk itu buret dipasang vertikal dan
tidak boleh miring.
Gambar 9. Buret
Larutan yang ada di dalam buret membentuk permukaan cekung yang
dinamakan
dengan meniscus. Pada larutan yang encer, warnanya tidak tua, biasanya
posisi dasar meniscuslah yang dibaca. Bila larutan berwarna gelap maka
bagian atas meniscus yang dibaca, misalnya larutan permanganate.
10
Larutan yang akan dititrasi umumnya ditaruh dalam labu Erlenmeyer,
dipolangpalingkan dengan cara memutar dengan lembut sementara
titrannya ditambahkan. Gunakan tangan kanan untuk memegang kran buret,
sedangkan tangan kiri memegang Erlenmeyer.
9. Labu Ukur/ Labu Takar/Labu Volumetri
11
11. Batang pengaduk
12
13. Desikator
13
kembali hendaknya digeser sangat perlahan-lahan untuk mencegah
masuknya udara secara mendadak, karena terjadinya kevakuman dalam
desikator. Masuknya udara secara mendadak dapat meniup endapan di
dalam krus. Karena adanya kevakuman tersebut seringkali tutup desikator
sulit untuk dibuka, untuk itu bibir desikator diberi pelumas tipis-tipis misalnya
vaselin.
Alat ini digunakan untuk menimbang zat –zat kimia. Cawan poselin agak
berat, sehingga untuk zat-zat kimia yang beratnya kecil digunakan kaca
arloji. Kaca arloji dan cawan porselin digunakan juga untuk mengeringkan
larutan hingga kristal terbentuk. Sedangkan botol timbangan dilengkapi
dengan tutup digunakan untuk menimbang zat-zat yang higroskopis dan
dapat berubah beratnya selama penimbangan.
14
dan sebagainya.. Cairan/ bahan yang mudah menguap atau higroskopis
harus ditimbang dalam wadah tertutup.
6. Benda yang ditimbang harus ditaruh di tengah-tengah piring
15
distandardisasikan dengan larutan stansdar primer, larutan standar
bersifat sangat teliti.
3. Larutan kerja : larutan kerja dibuat di laboratorium, kalau mungkin
distandardisasikan dengan standar primer.
3. TUGAS :
16
BAB III
ANALISIS KUALITATIF
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Mendefinisikan analisis kualitatif dengan :
- Reaksi kering
- Reaksi basah
1.2 Menjelaskan macam macam reaksi kering
1.3 Menjelaskan zona-zona yang terdapat pada nyala Bunsen
1.4 Menjelaskan uji pendahuluan terhadap larutan
1.5 Menguraikan klasifikasi kation (ion logam) ke dalam golongan-golongan
analitis
1.6 Menjelaskan pengujian untuk anion dalam larutan
2. URAIAN :
Analisis kualitatif, khususnya untuk analisis zat anorganik dapat
dilakukan untuk menentukan atau menganalisis kation dan anion. Dalam
analisis kualitatif dapat dilakukan dengan cara :
1. Reaksi Kering
Sejumlah uji yang berguna dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni
tanpa melarutkan sample. Reaksi kering tersebut berupa :
a. Pemanasan
Zat ditaruh di dalam tabung pengapian (tabung bola atau tabung reaksi
dipanaskan pada nyala Bunsen. Zat dipanaskan secara perlahan. Pada
pemanasan ini dapat terjadi sublimasi, pelelehan atau penguraian yang
disertai perubahan warna, atau dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali
dari sifat-sifat khasnya.
b. Uji Pipa Tiup
Nyala Bunsen terang (lubang udara tertutup seluruhnya) kira-kira 5 cm
digunakan untuk uji ini. Zat yang diuji diletakkan pada rongga bongkahan arang
dan dipanaskan pada nyala Bunsen yaitu pada nyala mengoksid dan nyala
mereduksi.
17
c. Uji Nyala
Zat dipanaskan pada nyala Bunsen dan menghasilkan warna yang
spesifik. Berdasarkan gambar 17. Struktur nyala Bunsen tak terang, nyala
Bunsen tak terang terdiri dari tiga bagian :
1. Kerucut biru dalam, ADB yang sebagian besar terdiri dari gas yang
tak terbakar.
2. Ujung terang D( hanya tampak bila lubang udara sedikit ditutup)
3. Selubung luar, ACBD, di mana terjadi pembakaran yang sempurna.
18
3. Zona mengoksid bawah (c) terletak pada batas luar b dan dapat
digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik boraks,
natrium karbonat atau garam mikroskosmik.
4. Zona mengoksid atas (d) terdiri dari ujung tak terang dari nyala, di sini
terdapat terdapat oksigen yang berlebih dan nyala tak sepanas pada c.
Daerah ini dapat digunakan untuk sebuah proses oksidasi yang tidak
memerlukan suhu tertinggi.
5. Zona mereduksi atas(e) merupakan ujung kerucut biru dalam, kaya
akan karbon yang dapat memijar, daerah ini digunakan untuk mereduksi
oksida kerak menjadi logam.
6. Zona mereduksi bawah (f) terletak pada pinggir selubung, di sebelah
kerucut biru, di sinilah gas-gas pereduksi bercampur dengan oksigen
dari udara. Kurang kuat untuk mereduksi dibandingkan dengan e. Zona
ini dapat digunakan untuk mereduksi boraks lelehan atau uji manik-
manik yang lain.
Uji nyala dilakukan dengan menggunakan kawat platinum kecil, jika tak
tersedia dapat digunakan kawat chromel (atau nichrome). Salah satu ujungnya
diberi pegangan. Mula-mula kawat ini dibersihkan dengan mencelupkannya ke
dalam HCl pekat yang ditaruh di atas kaca arloji, kemudian memanaskannya
pada zona pelelehan dari nyala Bunsen, kawat akan bersih apabila tidak mem
berikan warna pada nyala. Kawat dicelupkan dalam HCl pekat dalam kaca
arloji, lalu ke dalam sedikit zat yang dianalisis agar sedikit zat dapat menempel
pada kawat. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona pengoksid bawah. Amati
warna yang terjadi pada nyala. Zat-zat yang kurang atsiri dipanaskan pada
zona pelelehan, dengan menggunakan perbedaan keatsirian untuk
memisahkan suatu campuran.
d. Uji spektroskopi, Spektra nyala
Cara ini menggunakan peralatan spektroskop. Alat ini digunakan untuk
memisahkan cahaya menjadi warna-warna penyusunnya. Alat ini dapat
mengidentifikasi kation.
e. Uji Manik Boraks
Menggunakan kawat platinum yang ujungnya dibengkokkan menjadi
suatu lingkaran kecil. Lingkaran ini dipanaskan dalam nyala Bunsen sampai
membara dan dengan cepat dibenamkan ke dalam bubuk boraks Na 2B4O7.10
19
H2O. Boraks yang menempel ditaruh pada bagian terpanas, garam ini
membengkak ketika melepaskan air kristalnya dan kemudian menyusut
sebesar lingkaran kawat dengan membentuk manik mirip kaca, tembus cahaya
dan tak berwarna, yang terdiri dari campuran natriummetaborat dan anhidra
borat.
Na2B4O7 2 NaBO2 + B2O3
Manik itu dibasahi dan dibenamkan ke dalam zat yang dihaluskan, sehingga
sedikit zat yang menempel pada manik. Manik dan zat yang menempel mula-
mula dipanasi dalam nyala mereduksi bawah, dibiarkan dingin dan warnanya
diamati. Kemudian manik itu dipanasi dalam nyala mengoksid bawah,
dibiarkan dingin dan warnanya diamati.
f. Uji Manik Fosfat
Uji ini dilakukan serupa dengan uji manik boraks, hanya saja digunakan
garan mikroskosmik, natrium ammonium hydrogen fosfat tetrahidrat
Na(NH4)HPO4.4H2O.
g. Uji Manik Natrium Karbonat
Manik natrium karbonat digunakan dengan melelehkan sedikit natrium
karbonat pada lingkaran kawat natrium karbonat pada lingkaran kawat platinum
dalam nyala Bunsen, diperoleh pentulan putih tak tembus cahaya.
2. Reaksi Basah
Uji reaksi basah dilakukan pada zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi
diketahui berlangsung :
a. dengan terbentuknya endapan
b. dengan pembebasan gas
c. dengan perubahan warna
2.1 Analisis Kation
Kebanyakan analisis kualitatif dilakukan dengan cara basah. Kation-
kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu
terhadap reagensia. Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas
perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan cirri-ciri khas golongan-golongan ini adalah
sebagai berikut :
Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida
encer yaitu timbel, merkurium (I), dan perak
20
Golongan II : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan dengan asan klorida ,
tetapi membentuk endapan dengan hydrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut,
kadmium, arsenik (II), arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan
timah (III)(IV).
Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer,
atau hydrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Kation ini
membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral. Kation
kation tersebut adalah kobalt (II), nikel(II), besi (II), besi(III), aluminium, zink
dan mangan(II).
Golongan IV : Kation golongan ini memebentuk endapan dengan ammonium
karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit
asam. Kation-kation tersebut adalah kalsium, strontium, dan barium
Golongan V : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia
golongan sebelumnya. Kation-kation tersebut adalah magnesium, natrium,
kalium, ammonium, litium, dan hydrogen.
Setelah didapat golongannya maka kation-kation tersebut dianalisis
dengan melakukan reaksi spesifik dengan pereaksi-pereaksi yang dapat
menimbulkan sifat-sifat khas untuk menentukan kation yang dianalisis.
3.TUGAS :
Tuliskan reaksi – reaksi uji spesifik pada kation-kation dalam lima golongan
tersebut dan anion anion pada kelas A dan kelas B.
22
BAB IV
STOIKIOMETRI LARUTAN
1. TUJUAN KHUSUS
1.1 Menjelaskan karakteristik larutan
1.2 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan :
- Larutan berair dari spesies molekul
- Larutan berair dari spesies ionic
1.3 Menentukan berat ekivalen pada suatu reaksi kimia
1.4 Menyelesaikan perhitungan stoikiometri dari larutan
1.5 Menyelesaikan perhitungan-perhitungan konsentrasi larutan
2. URAIAN
2.1 LARUTAN
Sistem homogen yang mengandung dua atau lebih zat disebut larutan.
Biasanya larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut,
misalnya padatan atau gas. Komponen utama dari larutan biasanya disebut
pelarut (solven), dan komponen minornya dinamakan zat terlarut (solute).
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya
antarmolekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni
atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan
pembentukan maupun kestabilan larutan. Larutan dapat berada dalam
kesetimbangan fasa dengan gas, padatan, atau cairan lain.
Sewaktu pelarutan, tarikan di antara partikel dalam fasa asalnya (tarikan
pelarut-dengan-pelarut dan zat terlarut-dengan-zat terlarut) terpecah dan
tergantikan, sekurang-kurangnya sebagian, dengan tarikan baru pelarut-
dengan-zat terlarut. Tidak seperti senyawa, larutan memiliki komponen dalam
proporsi tertentu dan tidak dapat dinyatakan dengan rumus kimia. Persamaan
untuk reaksi pelarutan tidak melibatkan pelarut sebagai reaktan. Persamaan ini
23
menyatakan keadaan awal zat terlarut dalam tanda kurung di ruas kiri
persamaan dan pernyataan pelarut yang digunakan dalam tanda kurung di ruas
kanan. Misalnya, padatan (s) sukrosa dilarutkan dalam air menghasilkan larutan
berair (aqueous, aq) sukrosa
C12H22O11 (s) C12H22O11 (aq)
Meskipun zat terlarut dan pelarut dapat berupa kombinasi fasa padatan,
cairan, dan gas, akan tetapi air cair merupakan pelarut yang paling lazim dan
paling penting. Jadi, kita tekankan larutan berair dengan pengertian bahwa
pelarutan juga terjadi dengan pelarut lain.
24
Setiap ion dilarutkan dalam air dan kulit solvasi dari molekul-molekul air
yang mengelilinginya merupakan kesatuan yang dipegangi oleh gaya ion-
dwikutub. Ion yang tersolvasi ini dapat bergerak sebagai kesatuan utuh bila
medan listrik diberikan padanya. Karena larutan hasilnya merupakan
penghantar listrik yang baik, K2SO4 disebut elektrolit kuat.
Kelarutan dalam air setiap senyawa berbeda-beda. Hanya sedikit
(0,0025g) padatan-padatan barium sulfat yang larut per liter air pada 25 0C
menurut reaksi :
BaSO4(s) Ba2+(aq) + SO42-(aq)
Sangat tidak larutnya barium sulfat ini menyatakan bahwa jika cukup
banyak ion barium berair yang dicampurkan dengan ion sulfat berair, yang akan
terjadi ialah reaksi kebalikannya, dan padatan barium sulfat yang akan muncul.
Tentu saja, tidak mungkin kita menyiapkan gelas piala yang hanya berisi ion
yang muatannya sejenis. Ion dengan muatan berlawanan harus ada untuk
mempertahankan kenetralan. Namun, dimungkinkan untuk menyiapkan gelas
piala yang mengandung senyawa barium terlarut dalam air (misalnya barium
klorida) dan gelas piala kedua yang berisi senyawa sulfat terlarut dalam air
(misalnya kalium sulfat). Pencampuran kedua larutan ini akhirnya menghasilkan
padatan barium sulfat melalui reaksi :
Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s)
Yang disebut reaksi pengendapan.
Reaksi pengendapan seperti ini kadang-kadang ditulis sebagai
BaCl2(aq) + K2SO4(aq) BaSO4(S) + 2 KCl(aq)
Yang menyiratkan terjadinya pertukaran ion : kedua anion bertukar tempat.
Namun demikian, hal ini tampak menyesatkan, sebab BaCl 2, K2SO4, dan KCl
semua terdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya dalam larutan berair. Akan
lebih cermat jika reaksi tersebut dituliskan
Ba2+(aq) + 2 Cl-(aq) + 2 K+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s) + 2K+(aq) + 2 Cl-(aq)
Ion kalium dan klorida muncul pada kedua ruas persamaan itu. Keduanya
adalah ion pengamat, yang menjamin kenetralan tetapi tidak langsung
mengambil bagian dalam reaksi kimia. Pengabaian ion pengamat itu dari
persamaan kimia yang balans menghasilkan persamaan ion bersih.
Ba2+(aq) + SO42-(aq) BaSO4(s)
25
Persamaan ion bersih hanya mencantumkan ion-ion (dan molekul) yang benar-
benar mengambil bagian dalam reaksi.
Dalam reaksi pelarutan dan pengendapan, ion-ion mempertahankan
identitasnya, dan terutama bilangan oksidasinya tidak berubah. Ion hanya
bertukar posisi yang dimilikinya dalam padatan (dikelilingi oleh ion lain) ke
posisi barunya dalam larutan (dikelilingi oleh molekul pelarut), atau mengalami
proses kebalikannya.
Contoh soal :
Suatu larutan berair natrium karbonat dicampur dengan larutan berair kalsium
klorida, dan endapan putih segera terbentuk. Tulislah persamaan ion bersih
yang menjelaskan pengendapan ini.
Penyelesaian
Larutan berair natriumkarbonat mengandung ion-ion Na +(aq) dan SO42-(aq) serta
larutan kalsium klorida mengandung ion-ion Ca 2+(aq) dan Cl-(aq). Pencampuran
kedua larutan menyebabkan ion serta Na +(aq) dan Cl-(aq) serta ion Ca2+(aq) dan
SO42-(aq) bersentuhan untuk pertama kali. Endapan terbentuk melalui reaksi
Ca2+(aq) + SO42-(aq) CaCO3(s)
Karena kombinasi ion lainnya menghasilkan natrium klorida, yaitu senyawa
yang diketahui larut dalam air.
a. Berat molekul
Mol adalah jumlah tertentu dari molekul, atom, elektron, dan partikel-
partikel tertentu lainnya. Menurut Komite Internasional untuk Berat dan Ukuran,
mol adalah jumlah suatu substansi yang mengandung sejumlah elemen yang
sama dengan jumlah atom pada 0,012 g. Karbon 12. Dalam system S.I., 1 mol
mengandung jumlah molekul yang berbeda dengan 1 mol dalam Sistem
26
American Engineering. Dalam Sistem S.I., 1 mol mengandung 6,023 x 10 23
molekul atau dinamakan dengan gram mol (g mol). Pada Sistem American
Engineering 1 pound mol (lb mol) mengandung 6,023 x 10 23 x 454 molekul.
Massa dalam g.
G mol = --------------------------
Berat molekul
Massa dalam lb
Lb mol = --------------------------
Berat molekul
Begitu juga untuk kilogram mol (k mol), ton mol dan satuan-satuan lainnya.
Suatu senyawa tersusun lebih dari satu atom, dan berat molekul
senyawa merupakan jumlah dari berat atom yang menyusunnya. Seperti H 2O
yang terdiri dari 2 atom Hidrogen dan satu atom Oksigen mempunyai Berat
Molekul : (2)(1.008) + 16,000 = 18,02, dengan berat molekul ini, molekul H 2O
mempunyai jumlah molekul yang sama dengan jumlah atom karbon 12.
Sebagai contoh berat molekul H2 adalah 2,016 g/gmol, 2,016 lb/lbmol, 2,016
kg/kgmol, 2,016 ton/tonmol dan seterusnya.
b. Berat Ekivalen
Berat ekivalen suatu zat yang terlibat dalam suatu reaksi dan dipakai
sebagai dasar untuk titrasi didefinisikan sebagai berikut :
1. Untuk reaksi asam basa, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat
yang diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol H+
2. Untuk reaksi redoks, berat ekivalen adalah berat dalam gram dari zat yang
diperlukan untuk menyediakan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
3.Untuk reaksi pengendapan dan pembentukan kompleks, berat ekivalen
adalah berat dalam gram dari zat yang diperlukan untuk menyediakan atau
bereaksi dengan 1 mol kation univalent, ½ mol kation divalent, 1/3 mol kation
trivalent dan seterusnya.
27
Berat ekivalen suatu zat disebut ekivalen sama seperti berat molekul
disebut mol. Berat ekivalen dan berat molekul dihubungkan dengan
persamaan :
BE = BM/n
.n adalah jumlah mol hidrogen, elektron, atau kation univalent yang
disediakan atau dikombinasikan dengannya oleh zat pereaksi .
28
3,00 x 10-3 mol
[ Cl-] = = 0,0375 M
0,0800 L
3 mol Cr3+
Karena volume akhir larutan adalah 0,100 L, maka konsentrasi Cr 3+(aq) adalah
0,0422 mol
3+
[ Cr ] = = 0,422 M
0,100 L
29
2.3 SISTEM KONSENTRASI
a. Molaritas
Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol solut per liter larutan, atau :
M = n/V
Dengan ketentuan :
M = molaritas
n = jumlah mol solut
V = volume larutan dalam liter
Untuk :
n = g/BM
di mana :
n = jumlah mol solut
g = gram solut
BM = berat molekul solut, maka :
M = g
BM x V
Atau :
g = M x V x BM
N = ek/V
N = normalitas
Ek =jumlah ekivalen
V = volum dalam liter
Ek = g/BE
30
G = gram solut
BE = berat ekivalen
G
N =
BE x V
Hubungan antara normalitas dengan molaritas adalah :
N = nM
Dengan ketentuan n adalah jumlah mol hidrogen, elektron atau kation univalen
yang disediakan atau dikombinasikan dengannya oleh zat yang bereaksi.
e. % w/w
persen berat/berat = gram zat terlarut
100 gram larutan
f.% w/v
31
persen berat/volume = gram zat terlarut
100 ml larutan
g. % v/v
persen volume/volume = ml zat terlarut
100 ml larutan
3. TUGAS-TUGAS :
3.1 Jelaskan istilah-istilah berikut :
a. berat rumus
b. berat ekivalen
c. larutan standar
d. standardisasi
e. standar primer
f. aliquot
3.2 Bila diolah dengan dengan asam, timbale(IV) oksida tereduksi menjadi
garam timbal(II) dengan membebaskan oksigen :
2 PbO2(s) + 4HNO3(aq) → 2 Pb(NO3)2(aq)+ 2H2O(l) + O2(g)
Berapa volume larutan asam nitrat 7,91 M secukupnya untuk bereaksi
dengan 15,9 g timbal(IV) oksida berdasarkan persamaan tersebut?
32
Hitunglah volume karbondioksida (pada suhu 50 0C dan tekanan 1,00 atm)
yang akan bereaksi dengan 187L larutan kalium karbonat 1,36 M.
3.4 Hidrogen sulfide dapat dibuang dari gas alam lewat reaksi dengan natrium
hidroksida berlebih. Namai garam yang diproduksi dari reaksi ini.(catatan :
Hidrogen sulfide kehilangan kedua atom hidrogennya dalam reaksi
tersebut)
33
BAB V
ANALISIS TITRIMETRI
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Mendefinisikan analisis titrimetri
1.2 Menjelaskan perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir
1.3 Menjelaskan reaksi-reaksi yang terjadi pada titrimetri
1.4 Menjelaskan syarat-syarat standar primer
1.5 Mendefinisikan berbagai system konsentrasi
1.6 Menyelesaikan perhitungan penentuan zat pada titrimetri baik titrasi
langsung maupun titrasi tak langsung.
2. URAIAN :
34
Dan
BOH + H3O+ B+ + 2 H2O
Titran biasanya merupakan larutan standar elektrolit kuat, seperti natrium
hidroksida dan asam klorida.
b. Oksidasi – reduksi (redoks)
Reaksi reaksi kimia yang menyangkut oksidasi reduksi secara luas
digunakan dalam analisis titrimetri. Misalnya, besi dalam keadaan oksidasi +2
dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium(IV) sulfat.
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+
Pengoksidasi lain yang secara luas digunakan sebagai suatu titran adalah
kalium permanganat (KMnO4). Reaksinya dengan besi (II) dalam larutan
asam adalah :
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ 5 Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
c. Pengendapan
Pengendapan anion perak dengan anion halogen merupakan prosedur
titrimetri yang digunakan secara luas. Reaksinya adalah :
Ag+ + X- AgX(s)
Dengan X mungkin ion klorida, bromida, iodida atau tiosianat.
d. Pembentukan Kompleks
Sebuah contoh reaksi yang menghasilkan kompleks stabil adalah antara
ion-ion perak dan sianida :
Ag+ + 2CN- AgCN2-
Reaksi ini merupakan dasar dari cara liebig untuk menentukan sianida.
Pereaksi organic tertentu seperti EDTA membentuk kompleks stabil dengan
sejumlah ion metal dan digunakan secara luas untuk menentukan logam-
logam secara titrimetri.
2.2 Titik Ekivalen dan titik Akhir
Titik akivalen dari suatu titrasi adalah titik teoritis yang tidak dapat
ditentukan secara eksperimen. Akan tetapi hal tersebut dapat diperkirakan
dengan mengamati perubahan fisik pada kondisi ekivalen. Perubahan ini
dinamakan dengan titik akhir titrasi. Tentunya sangat diharapkan bahwa titik
akhir titrasi berimpit atau sama dengan titik ekivalen.
Metode umum yang digunakan adalah menggunakan zat tambahan yang
dinamakan indikator, yang akan menghasilkan perubahan fisik pada larutan
35
pada saat atau mendekati titik ekivalen. Perubahan ini disebabkan adanya
perubahan besar konsentrasi relatif dari analit ataupun titran yang terjadi pada
daerah titik ekivalen.
Perubahan indicator meliputi perubahan warna, hilangnya warna, dan
timbulnya atau hilangnya kekeruhan (endapan).
2.3 Larutan Standar
Larutan standar dibuat dengan suatu proses yang dinamakan
standarisasi. Larutan standar dibagi dalam dua tingkatan :
1. Larutan standar primer
2. Larutan standar sekunder
Syarat-syarat standar primer adalah :
1. Sangat murni
2. Stabil pada udara terbuka
3. Bebas uap air
4. Mudah larut dalam air
5. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi
Dalam praktek standar primer yang ideal sukar diperoleh, dan biasanya
diperlukan kompromi antara syarat-syarat di atas. Standar primer secara luas
digunakan untuk larutan basa ialah kalium hidro ftalat, KHC 8H4O4 disingkat
KHP, asam sulfamat(HSO3NH2) dan kalium hydrogen iodat (KH(IO 3)2. Natrium
karbonat (Na2CO3) dan tris (hidroksimetil) aminometan (CH 2OH)3CNH2)
dikenal dengan TRIS atau THAM merupakan standar primer yang umum untuk
asam kuat.
Banyak standar primer yang digunakan untuk reaksi redoks, antara lain
natrium oksalat (Na2C2O4), kalium oksalat (K2C2O4), Cu dan Fe.
Untuk titrasi pengendapan danpembentukan kompleks garam-garam
murni biasanya digunakan sebagai standar primer. Natrium atau kalium klorida
dapat digunakan untuk standardisasi larutan perak nitrat. Kalsium klorida
(CaCO3) digunakan sebagai standar primer untuk larutan-larutan dari pereaksi
kompleks asam etilen diamin tetra asetat (EDTA).
2.4 Persyaratan Reaksi dalam Analisis Titrimetri
Dari reaksi kimia yang sangat banyak dan terkenal, hanya sedikit yang
dapat digunakan sebagai dasar titrasi. Suatu reaksi harus memenuhi
persyaratan tertentu sebelum digunakan :
36
2. Reaksi harus berlangsung sempurna, sesuai persamaan kimia yang
jelas, tidak ada reaksi samping.
3. Reaksi berjalan cepat dan reversibel
4. Ada petunjuk akhir titrasi (indikator)
2.5 Alikot
Kadang kadang seorang analis menimbang suatu sample yang banyak
dari standar primer atau suatu zat lain, dan melarutkannya dalam sebuah
labu volumetric, kemudian mengambil sebagian dari larutan tersebut
dengan pipet ukur/volume. Bagian yang diambil dengan pipet tersebut
disebut dengan suatu alikot, yang biasanya adalah suatu pecahan yang
sederhana. Proses pengenceran ke volume yang diketahui ini dan
pengambilan satu porsi untuk titrasi disebut pengambilan suatu alikot.
2.6 Titrasi Balik
Dalam analisis titrimetri dikenal istilah titrasi balik, titrasi kembali atau
titrasi tak langsung. Seringkali seorang analis melewati titik akhir dengan
menambahkan terlalu banyak titran dengan volume yang diketahui, dan
kemudian melakukan titrasi kembali dengan larutan kedua. Akan tetapi
normalitas dan volume larutan kedua harus diketahui.
Titrasi balik biasanya dilakukan apabila tidak adanya indikator yang
sesuai apabila titrasi dilakukan secara langsung. Adapun persamaan yang
digunakan adalah :
Mol zat yang berlebih = mol analit + mol titran
Mek zat yang berlebih = mek analit + mek titran
3. CONTOH SOAL :
3.1 Tentukan berat ekivalen (BE) Na2C 2O4 sebagai pereduksi dan K2Cr2O7
sebagai pengoksidasinya, dalam reaksi berikut :
3C2O42- + Cr2O72- + 14H+ 2Cr3+ + 6CO2 + 7H2O
Ion oksalat menyediakan dua electron dan ion dikromat memperoleh
enem electron. Maka berat ekivalennya adalah :
Na2C2O4 = BM/2 = 134/2 = 67,00 g/ek
K2Cr2O7 = BM/6 = 294,2/6 = 49,03 g/ek
3.2 Hitung jumlah mol dan jumlah gram KMnO 4 (BM = 158,0) dalam larutan
0,250 M sebanyak 3,00 liter.
37
M = n/V
N=MxV
= 0,250 mol/liter x 3,00 liter
= 0,750 mol
g = n x BM
= 0,750 mol x 158,0 g/mol
= 119 gram
3.3 Suatu sample natrium karbonat murni Na 2CO3 dengan bobot 0,3542 g,
dilarutkan dalam air dan dititrasi dengan suatu larutan asam klorida. Diperlukan
larutan sebanyak 30,23 ml untuk mencapai titik akhir jingga metil, dengan
reaksi:
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2O + CO2
Hitunglah normalitas asam tersebut :
Mek HCl = mek Na2CO3
BE Na2CO3 = BM/2 = 106,0/2 = 53,00 mg/mek
VHCl x NHCl = mg Na2CO3/BE Na2CO3
354,2
30,23 x NHCl =
106,0/2
=0,2211mek/ml
3.4 Dalam metode Kjedahl untuk nitrogen, unsur itu diubah menjadi NH 3, yang
kemudian disuling ke dalam asam standar yang volumenya diketahui , Asam itu
lebih dari cukup untuk menetralkan NH 3, dan kelebihannya dititrasi dengan
basa standar.
Amonia yang berasal dari sample pupuk dengan berat 1,325 g, disuling
ke dalam 50 ml H2SO4 0,2030 N, dan diperlukan 25,32 ml NaOH 0,1980
N untuk titrasi balik. Hitunglah persentase nitrogen (N) dalam sample.
BE N = 14,007 karena 1 N = 1 NH3 = 1 OH-, jadi :
Mek NH3 + mek NaOH = mek H2SO4
Mek NH3 + 25,32 x 0,1980 = 50,00 x 0,2030
Mek NH3 = mek N = 50,00 x 0,2030 – 25,32 x 0,1980
Mek NH3 = 5,137
% N = 5,4
4. TUGAS :
BAB VI
39
KESETIMBANGAN ASAM BASA
1. TUJUAN KHUSUS
1.1 Mendefinisikan asam dan basa dalam system Bronsted-Lowry dan Lewis.
1.2 Mendefinisikan fungsi pH
1.3 Menyatukan hubungan antara tetapan ionisasi untuk asam dan untuk basa
konyugatnya.
2. URAIAN
Dalam air murni terdapat sedikit ion hydrogen (H +) dan ion hidroksida
(OH-) yang jumlahnya sama. Hal tersebut timbul dari hasil ionisasi parsial dari
air.
H2O(l) H+(aq) + OH-(aq)
Asam merupakan zat yang bila dilarutkan dalam air akan menambah jumlah ion
hydrogen yang sudah ada dalam air murni. Gas hydrogen klorida bereaksi
dengan air menghasilkan asam klorida:
HCl(g) → H+(aq) + Cl-(aq)
40
Basa didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan akan menambah jumlah ion
hidroksida yang sudah ada dalam air murni. Natrium hidroksida banyak larut
dalam air berdasarkan persamaan
NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)
Dan merupakan basa kuat. Amonia adalah basa lainnya, sebagaimana
ditunjukkan oleh produk reaksinya dengan air :
NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(l) + OH-(aq)
Bila larutan asam dicampur dengan larutan basa, terjadilah reaksi netralisasi :
H+(aq) + OH-(aq) ↔ H2O(l)
Ini merupakan kebalikan kebalikan dari reaksi ionisasi air yang telah
diperlihatkan sebelumnya. Jika ion pengamat dimasukkan kembali ke dalam
persamaan, misalnya
HCl + NaOH → H2O + NaCl
Asam basa air garam
Menunjukkan bahwa garam dapat didefinisikan sebagai produk (selain air) dari
reaksi asam dan basa.
F H F H
I I I I
F ── B + N ── H → F ── B ── N ──H
I I I I
F H F H
42
Di sini ammonia, sebagai basa Lewis, menyumbangkan pasangan electron
bebas kepada BF3, yaitu asam Lewis atau akseptor electron. Ikatan yang
terbentuk merupakan ikatan kovalen koordinat, dimana kedua elektron di
dalamnya diberikan pada basa Lewis oleh pasangan elektron.
Senyawa kekurangan oktet yang melibatkan unsur golongan III seperti
boron dan aluminium sering merupakan asam Lewis yang kuat, karena atom
golongan III dapat mencapai konfigurasi octet dengan membentuk ikatan
kovalen koordinat. Atom dan ion dari golongan V sampai golongan VII
mempunyai pasangan electron bebas yang diperlukan untuk berfungsi sebagai
basa Lewis. Senyawa unsure-unsur golongan pertama dari periode terakhir
juga dapat berfungsi sebagai basa Lewis melalui kenaikan valensi. Dalam
reaksi tersebut, atom pusat menerima pembagian pasangan electron tambahan
di samping kedelapan electron yang di perlukan untuk memenuhi aturan octet.
Sebagai contoh, SnCI4 adalah asam Lewis yang menerima pasangan electron
bebas dari ion klorida:
Setelah reaksi,setiap atom timah dikelilingi oleh 12 elektron valensi dan bukan
8.
Definisi lewis mensitematiskan kimia berbagai macam oksida biner, yang
dapat dianggap sebagai anhidrida asam atau basa. Suatu anhidrida asam
didapatkan dengan mengambil air dari suatu asam okso sampai hanya
tertinggal oksidanya; dengan demikian, CO2 merupakan anhidrida asam
karbonat (H2CO3).
Contoh soal :
Apakah anhidrida asam dari asam fosfat (H 3PO4) ?
Penyelesaian :
43
Jika rumus molekul H3PO4 (yang memiliki jumlah atom hydrogen yang ganjil)
digandakan, didapatkan H6P2O8. Iterasi sebesar 3 H2O dari rumus ini
menghasilkan P2O5 yang merupakan rumus empiric tetrafosfor dekaoksida
(P4O10). Senyewa ini merupakan anhidrida asam dari asam fosfat.
Oksida dari kebanyakan unsure nonlogam adalah ahnidrida asam, yang
bereaksi dengan kelebihan air untuk membentuk larutan asam. Meskipun asam
okso dan hidroksida adalah asam atau basa arhenius (melepaskan H +(aq) atau
OH-(aq) ke dalam larutan air), ahhidrida asam dan basa tidak termasuk di dalam
klasifikasi ini; mereka sama-sama tidak mengandung H + aataupun OH-. Namun
demikian anhidrida asam masih merupakan asam Lewis (ion O 2- menyumbang
pasangan electron). Reaksi yang terjadi antara anhidrida asam dan anhidrida
basa dengan demikian merupakan reaksi asam-basa Lewis. Sebuah contoh
dari reaksi itu adalah :
CaO(s) + CO2(g) → CaCO3(s)
Di sini basa Lewis memberikan sepasang electron ( satu dari pasangn elektron
bebas atom oksigen ) kepada asam Lewis (CO 2) untuk membentuk ikatan
kovalen koordinat didalam ion CO2-3. Reaksi asam-basa Lewis yang sama
dapat ditulis untuk pasangan anhidrida asam-basa yang lain. Sebagai contoh,
belerang trioksida beraksi dengan oksidan logam membentuk sulfat:
MgO(s) + SO3(g) → MgSO4(s)
Perhatikan bahwa reaksi diatas bukan merupakan reaksi redoks (bilangan
oksidasinya tidak berubah). Mereka bukan pula reaksi pelarutan atau
pengendapan, bukan pula asam-basa Arrhenius. Namun demikian, mereka
dapat dikelompokkan sebagai reaksi asam-basa menurut Lewis.
seperti yang sudah diperkenalkan menunjukkan tahapan umum dari definisi ini.
Menurut definisi Arrhenius, HCl adalah asam dan NaOH adalah basa. Menurut
definisi Bronsted Lowry, H3O+ adalah asam dan OH- adalah basa. Menurut
44
Lewis, H+ adsalah asam dan OH- adalah basa, karena proton menerima
sepasang electron bebas yang diberikan oleh OH -dalam reaksi:
H+ (aq) + OH-(aq) → H2O(ℓ)
2.4 SIFAT ASAM DAN SIFAT BASA DALAM LARUTAN AIR : SKEMA
BRONSTED LOWRY
Momen dwikutubnya yang cukub besar, air sangat efektif sebagai pelarut ,
yang mampu menstabilkan zat terlarut polar dan ionic. Air ikut serta dalam
reaksi asam-basa, baik sebagai reaktan maupun sebagai pelarut. Reaksi-reaksi
biokimia yang diperlukan demi kelangsungan hidup organism e terjadi dalam air
dan melibatkan asam, basa, serta senyawa ionik. Untuk melihat betapa
pentingnya reaksi ini, keseluruhan sisanya akan difokuskan untuk membahas
perilaku asm-basa reaksi ionik terkaitnya di dalam larutan air, dimana definisi
asam dan basa Bronsted-Lowry.
Atau,
2 H2O(l) ↔ H3O+(aq) + OH-(aq)
Reaksi ini bertanggung jawab atas terjadinya autonisasi air yang walaupun kecil
masih terukur. Persamaan kesetimbangan yang dihasilkan adalah
[H3O+] [OH-] = Kw
Kw adalah tetapan hasilkali ion untuk air, yaitu 1 x 10 -14 pada suhu 250C. Karena
konsentrasi pelarut , dalam hal ini air, tidak berubah secara signifikan dalam
suatu larutan encer, ia tidak diikutkan pada persamaan kesetimbangan. Air
murni mengandung ion H3O+ dan OH-, dan oleh Karen anetralitas listrik total,
45
maka banyaknya setiap jenis ion harus sama. Dengan menggunakan
persamaan kesetimbangan akan dihasilkan
[H3O+] = [OH-] = y
Y2 = 1.,0 x 10-14
Y = 1,0 x 10-7
Sehingga di dalam air murni 25 0C konsentrasi H3O dan OH- keduanya adalah
1,0 x 10-7 M.
Panah tunggal, dan bukan panah ganda, digunakan di sini untuk menunjukkan
bahwa reaksi berlangsung sempurna. Asam kuat lainnya adalah asam perklorat
(HClO4). Jika 0,1 mol dari masing-masing asam ini dilarutkan bersama-sama
dalam air yang cukup banyak untuk menghasilkan 1 L larutan, dihasilkan H 3O+
(aq) dengan konsentrasi 0,1 M. Sifat larutan asam-basa ditentukan oleh
konsentrasi H3O+(aq)-nya, sehingga kedua asam kuat tersebut mempunyai
kekuatan yang sama dalam air walaupun kemampuannya untuk
menyumbangkan ion hydrogen berbeda. Air dikatakan mempunyai efek
perataan pada golongan asam tertentu (HCl, HBr, HI, H 2SO4, HNO3, dan HCl4)
sehingga semuanya bersifat asam kuat bila air merupakan pelarutnya; reaksi
asam-asam tersebut dengan air sejauh ini semuanya bergerak ke kanan pada
kesetimbangan, sehingga perbedaan antara asam-asam tersebut sangat kecil.
Konsentrasi H3O+ dalam setiap larutan asam kuat 0,1 M yang menyumbangkan
satu ion hydrogen permolekul pasti 0,1 M; konsentrasi OH - adalah
Kw 1,0 x 10-14
-
[OH ] = = = 1,0 x 10-13 M
[H3O+] 0,10
Basa kuat didefinisikan dengan cara yang sama, yaitu sebagai basa yang
bereaksi sempurna menghasilkan ion OH-(aq) bila dilarutkan dalam air. Ion amida
46
(NH2-) dan ion hidrida (H -) keduanya merupakan asam kuat. Untuk setiap mol
per liter masing-masing ion tersebut yang ditambahkan dalam air dihasilkan 1
mol per liter OH-(aq). Produk lainnya masing-masing adalah NH3 dan H2:
1,0 x 10-14
[H3O+] = = 1,0 x 10-13
0,10
Konstribusi OH- dari autoionisasi air dalam hal ini sangat kecil, seperti
konstribusi H3O+ dari sumber tersebut dalam kasus larutan HCl atau HClO 4
0,1M. Tentu saja, jika jumlah asam atau basa kuat yang ditambahkan kedalam
air murni sangat kecil (sebagai contoh, 10 -7 mol L-1), autoionisasi air harus
diperhitungkan.
2.7 FUNGSI pH
Dalam larutan air, konsentrasi dari ion hidronium berkisar dari 10 M sampai 10 -
15
M. Interval ini sebaiknya diperkecil dengan menggunakan skala logaritma
keasaman yang disebut sebagai pH dan didefinisikan oleh:
pH = -log10[H3O+]
47
Air murni pada suhu 250C mempunyai [H3O+] = 1 x 10-7 M, sehingga
1,0 x 10-14
pH = - log10 = - log10 (1,0 x 10-13)
0,10
= - (-13,00) = 13,00
Contoh soal :
a. Sebuah larutan disiapkan dengan melarutkan 0,23 mol NaH (s) dalam
sejumlah air yang cukup untuk membentuk 2,8 L larutan. Hitung pH nya.
b. pH jus jeruk pada suhu 250 C adalah 2,85. Hitung [H3O+] dan [OH-]
Penyelesaian
48
a. Karena ion H- adalah basa kuat, dia bereaksi untukmemberikan 0,23 mol OH -
NaH(s) + H2O(l) Na+(aq) + OH- (aq) + H2(g)
Konsentrasinya adalah :
0,23 mol
[OH-] = = 8,2 x 10-2 M
2,8 L
1,0 x 10-14
+
[H3O ] = = 1,22 x 10-13 M
8,2 x 10-2
b. pH = 2,85 = - log10[H3O+]
[H3O+] = 10-2,85
Ini dapat dievaluasi dengan menggunakan kalkulator untuk memberikan :
[H3O+] = 1,4 x 10-3 M
1,0 x 10-14
-
[OH ] = = 7,1 x 10-12
1,4 x 10-3
3. SOAL-SOAL
1. Yang manakah di antara asam berikut ini yang dapat bertindak sebagai asam
Bronsted-Lowry? Berikan rumus basa konyugat Bronsted-Lowry untuk masing-
masing di antara mereka
a. Cl- d. NH3
b. HSO4-(aq) e. H2O
c. NH4+
2. Yang manakah di antara asam berikut ini yang dapat bertindak sebagai asam
Bronsted-Lowry? Berikan rumus basa konyugat Bronsted-Lowry untuk masing-
masing di antara mereka
a. F- d. OH-
b. SO42- e. H2O
c. O2-
49
3. Tentukan apakah masing-masing oksida berikut bertindak sebagai anhidrida
asam atau anhidrida basa. Tulis rumus kimia dan berikan nama asam atau
basa yang terbentuk bila direaksikan dengan air.
a. MgO c. SO3
b. Cl2O d. Cs2O
4. Tulis rumus kimia dan berikan nama anhidrida yang sesuai untuk masing-
masing asam atau basa berikut dan tentukan apakah merupakan anhidrida
asam atau anhidrida basa
a. H3AsO4 c. RbOH
b. H2MoO4 d. H2SO3
6. Konsentrasi OH- dalam larutan pemutih alat-alat rumah tangga adalah 3,6 x
10-2 M. Hitung pH pemutih.
9. Pada 250C pH larutan natrium sianida adalah 11,5 (K a NaCN 4,93 x 10-10)
Hitung konsentrasi CN- dalam larutan ini .
10. Sebanyak 75 ml larutan HClO 4 0,046 M direaksikan dengan 150 mL KOH (aq)
0,023 M. Apakah pH campuran yang dihasilkan lebih besar, lebih kecil atau
sama dengan 7 ?
50
BAB VII
TITRASI ASAM BASA
1. TUJUAN KHUSUS
1.1 Menghitung pH pada titrasi asam basa dengan volume titran yang diketahui
1.2 Membuat grafik volume titran terhadap pH
1.3 Menjelaskan cara kerja larutan dapar
1.4 Menjelaskan titrasi karbonat bikarbonat
1.5 Menjelaskan titrasi asam poliprotik
1.6 Menguraikan penerapam dari titrasi asam basa
2. URAIAN
Titrasi asam-basa sering juga disebut dengan asidimetri alkalimetri atau
titrasi penetralan. Titrasi ini didasarkan pada reaksi asam basa :
1. asam kuat – basa kuat
2. asam kuat – basa lemah
3. asam lemah – basa kuat
4. asam kuat – garam dari asam lemah
5. basa kuat – garam dari basa lemah
2.1 Titrasi Asam Kuat – Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat terdisosiasi sempurna dalam air pada titik
ekivalen, pH yang dihasilkan sekitar 7.
Contoh perhitungan untuk membuat grafik titrasi :
50 ml HCl 0,1 M dititrasi dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH pada permulaan titrasi
dan setelah penambahan 10, 50, dan 60 ml titran.
a. pH mula-mula HCl yang terdisosiasisempurna :
[H3O+] = 0,1
pH = 1
b. pH setelah penambahan 10 ml basa :
H3O+ = 50 ml x 0,1 mmol/ml = 5 mmol
OH- = 10 ml x 0,1 mmol/ml = 1 mmol
Bila reaksi berjalan lengkap maka terdapat H 3O+ berlebih sebanyak 5
mmol-1 mmol = 4 mmol dalam 60 ml larutan :
51
[H3O+] = 4 mmol/60 ml = 6,67 x 10-2 mmol/ml
pH = - log (6,67 x 10-2) = 1,18
c. pH pada titik ekivalen :
[H3O+] = [OH-] = 1 x 10-7
pH = 7,00
d. pH setelah penambahan 60 ml basa :
OH- = 60 ml x 0,1 mmol/ml = 6 mmol
OH- berlebih = 6 mmol- 5 mmol = 1 mmol dalam 110 ml larutan
[OH-] = 1 mmol/110 ml = 9,1 x 10-3 mmol/ml
pOH = - log 9,1 x 10-3 = 2,04
pH = 14 – 2,04 = 11,96
Dari perhitungan di atas maka dapoat dibuat grafik antara volume larutan
dengan pH :
maka :
52
[H3O+]2
Ka = = 1 x 10-5
0,1
[H3O+]2 = 1 x 10-6
[H3O+] = 1 x 10-3
pH = 3,00
[H3O+] (1/60)
= 1,0 x 10-5
4/60
[H3O+] = 4 x 10-5
pH = 5 - log 4,0 = 4,40
53
= Kb = 1,0 x 10-9
[B-]
[OH-]2
= 1,0 x 10-9
0,05
54
Indikator fenolftalein merupakan asam dwiprotik dan tak berwarna. Mula-
mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian
dengan kehilangan proton kedua, menjadi ion dengan system konyugasi,
timbullah warna merah.
55
Jingga metil, suatu indikator lain yang banyak digunakan adalah suatu basa
dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya. Penambahan ion hydrogen
akan menghasilkan kation yang berwarna merah muda.
56
c. Asam lemah dan basa kuat, larutan garamnya mempunyai pH yang
tinggi. Indikator yang cocok mempunyai trayek pH > 7
2. Larutan Asam Lemah dan Garam
Yaitu dalam titrasi garam asam lemah oleh asam kuat sehingga pH
larutan rendah. Indikatornya mempunyai trayek di bawah 7
3. Larutan Basa Lemah dan Garam
Yaitu dalam titrasi garam basa lemah oleh basa kuat, maka pH larutan tinggi
sehingga indikator yang digunakan mempunyai trayek pH di atas 7.
58
Gambar 18. Kurva Titrasi Na2CO3 dengan HCl
Pada table berikut dijelaskan hubungan antara volume asam yang
digunakan sampai kedua titik akhir untuk komponen tunggal maupun
campuran.
NaOH secara lengkap bereaksi dalam tahap pertama, NaHCO 3 hanya
bereaksi dalam tahap kedua dan Na 2CO3 bereaksi dalam kedua tahap dengan
menggunakan volume titran yang sama dalam kedua tahap. Campuran NaOH
dan NaHCO3 tidak diperhatikan karena kedua senyawa ini bereaksi :
HCO3- + OH- CO32- + H2O
59
Tabel 2. Hubungan Volume pada Titrasi Karbonat
M x V1
NaOH
V2 = 0
M x V1
Na2CO3
V1 = V2
M x V2
NaHCO3
V1 = 0
NaOH : M (V1 – V2)
NaOH + Na2CO3
V1 > V2
Na2CO3 : M x V2
V1 < V2 NaHCO3 : M(V2 - V1)
NaHCO3 + Na2CO3
Na2CO3 : M x V1
60
ekivalen ke dua; E titik ekivalen kedua; F, setengah jalan menuju titik ekivalen
ketiga; G, titik ekivalen ketiga
2. Penentuan Sulfur
Unsur ini dapat ditentukan dalam senyawa zat organic dengan
mereaksikan oksigen dengan bahan sehingga terjadi pembakaran, dengan
mengubah sulfur menjdi SO2 dan SO3. Hasil reaksi yang berbentuk gas ini
dialirkan ke persenyawaan yang encer H 2O2 sehingga terjadi oksidasi antara
SO2 dan SO3. Kemudian asam sulfat itu dititrasi dengan basa :
61
H2SO4 + 2 OH- SO42- + 2 H2O
3. Boron
Unsur ini dapat ditentukan dalam senyawa organic dengan
pembakaran di dal;am suatu bom nikel untuk mengubah boron menjadi asam
borat. Asam borat terlalu lemah untuk dititrasi, tetapi penambahan manitol
membentuk asam kuat yang dapat dititrasi dengan NaOH dalam air.
4.5 40,00 ml 0,1100 M HCl diencerkan sampai 100 ml dengan air dan dititrasi
dengan 0,1 M NaOH. Hitung pH setelah penambahan volume (ml) titran
berikut : a. 0,00 b. 10,00 c. 22,00 d. 40,00 e. 43,95 f. 44,00 g. 44,05 h.
50,00. Gambarkan kurva titrasi , pilihlah indikator yang sesuai
63
4.6 40,00 ml 0,0900 M NaOH diencerkan sampai 100 ml dan dititrasi dengan
0,1000 M HCl. Hitung pH setelah penambahan volume titran (ml) berikut :
a. 0,00 b. 10,00 c. 18,00 d. 30,00 e. 35,95 f. 36,00 g. 36,05 h.
40.00. Gambarkan kurva titrasi dan pilihlan indikator yang sesuai.
BAB VIII
64
REAKSI REDOKS
1. TUJUAN KHUSUS
1.1 Menentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa
1.2 Membalanskan persamaan untuk reaksi-reaksi redoks dalam larutan air,
dengan menggunakan metode setengah reaksi
2. URAIAN
2.1 Bilangan Oksidasi
Istilah ionik dan kovalen digunakan sampai sekarang seolah-olah
mereka menyatakan perpindahan sempurna satu atau beberapa electron dari
satu atom ke atom lain, atau pemakaian bersama pasangan electron di antara
atom-atom dalam molekul. Pada kenyataannya, kedua jenis ikatan tersebut
merupakan idealisasi dan jarang terjadi. Kita dapat dengan mudah menentukan
muatan fiktif yang sederhana pada atom dalam suatu molekul dan
menyebutnya bilangan oksidasi, asalkan hokum kekekalan muatan tetap
diperhatikan. Bilangan oksidasi dipilih sedemikian rupa, sehingga bilangan
oksidasi tepat sama dengan muatan ion. Berikut ini ketentuan dalam penentuan
bilangan oksidasi:
1. Jumlah bilangan oksidasi atom dalam molekul netral adalah nol, dan
bilangan oksidasi ion sama dengan muatan ion
2. Atom logam alkali mempunyai bilangan oksidasi +1, atom alkali tanah +2
dalam senyawanya
3. Fluorin selalu mempunyai bilangan oksidasi -1 dalam senyawanya. Halogen
lain memiliki bilangan oksidasi -1 dalam senyawanya, terkecuali halogen-
halogen tersebut disertai oksigen bersama-sama dengan halogen lain, maka
halogen dapat mempunyai bilangan oksidasi positif.
4. Hidrogen ditentukan mempunyai bilangan oksidasi +1 dalam senyawanya,
kecuali dalam hidrida logam seperti LiH; di sini ketentuan nomor 2 didahulukan
sehingga hydrogen mempunyai bilangan oksidasi -1
5. Oksigen ditentukan mempunyai bilangan okidasi -2 dalam senyawanya. Ada
dua perkecualian : dalam senyawa dengan fluorin, ketentuan nomor 3
didahulukan, dan dalam senyawa yang mengandung ikatan O-O, perjanjian
65
nomor 2 dan 4 didahulukan. Jadi bilangan oksidasi oksigen dalam OF 2 ialah +2;
dalam peroksida (seperti H2O2 dan Na2O2) adalah -1. Dalam superoksida
(seperti KO2 ), bilangan oksidasi oksigen ialah -1/2
+1 -2 +1-1 0 +6-2
66
N2O LiH O2 SO42-
Contoh Soal :
Tentukan bilangan oksidasi atom dalam senyawa dan ion kimia berikut ini :
NaCl, ClO-, Fe2(SO4)3, SO2, I2, KMnO4, CaH2.
Penyelesaian :
+1 -1
NaCl Dari ketentuan 2 dan 3.
+1 -2
CIO – Dari ketentuan 1 dan 5.
+3+6-2
Fe2(SO4)3 Dari ketentuan 1 dan 5. Ini dipecahkan dengan mengenali
keberadaan gugus sulfat (SO42-) .
+4-2
SO4 Dari ketentuan 1 dan 5.
0
I2 Dari ketentuan 1. I2 adalah unsur.
+1+7-2
KMnO4 Dari ketentuan 1, 2, dan 5.
+2-1
CaH2 Dari ketentuan 1 dan 2 (kasus hidrida logam).
67
2 Mg(s) + O2(g) → 2 MgO(s)
Ion nitrat adalah penonton yang tidak ikut serta dalam reaksi, sehingga mereka
diabaikan dalam persamaan netto. Dua electron dipindahkan dari setiap
68
tembaga yang bereaksi ke sepsang ion perak. Tembaga (donor electron)
dioksidasi,dan ion perak (akseptor electron) direduksi. Reaksi oksidasi-reduksi
ini terjadi bila sepotong tembaga ditempatkan dalam larutan perak nitrat dalam
air atau dalam larutan garam perak lainnya. Logam perak mulai melapisi
tembaga, konsentrasi ion perak menurun, dan endapan biru muncul dalam
larutan dan konsentrasinya naik dengan berjalannya waktu.
Amatlah berguna untuk menganggap persamaan kimia ini sebagai
penggambaran jumlah setengah-reaksi oksidasi dan reduksi, dimana electron
(?) muncul sevara eksplisit. Oksidasi tembaga ditulis sebagai:
Cu(s) → Cu2+(aq) + 2 e -
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
Dalam persamaan netto, electron tidak boleh muncul secara eksplisit. Dengan
demikian, persamaan kedua harus dikalikan 2 sebelum dijumlahkan dengan
yang pertama, sehingga electron saling menghilangkan di kedua sisi. Seperti
sebelumnya, ini memberikan:
69
Sebagai contoh, marilah kita lengkapi dan balanskan persamaan kimia
pelarutan tembaga(III) sulfide dalam larutan asam nitrat dalam air:
70
Tahap 5 Balanskan muatan dengan memasukkan e- (electron) sebagai
reaktan atau produk di setiap setengah-reaksi
CuS + 12 H2O → Cu2+ + SO42- + 8 H3O+ 2 e- (oksidasi)
NO3- + 4 H3O+ + 3 e- → NO + 6 H2O (reduksi)
.
Tahap 6 Kalian kedua setengah-reaksi dengan bilangan yang dipilih untuk
membuat jumlah electron yang diberikan oleh oksidasi sama
dengan jumlah yang diperlukan pada reduksi. Kemudian,
tambahkan kedua setengah-reaksi, yang menghilangkan electron.
Jika H3O+ , OH- , atau, H2O muncul di kedua sisi persamaan
akhir, hilangkan duplikatnya.
Disini setengah-reaksi harus dikalikan 3 (sehingga dihasilkan 24
elektron) dan setengah-reaksi reduksi dikalikan 8 (sehingga 24
elektron yang sama dipakai)
3. TUGAS
3.1 Lengkapi dan seimbangkan persamaan berikut untuk reaksi-reaksi yang
berlangsung dalam larutan asam.
a. VO2+(aq) + SO2(g) → VO2+(aq) + SO42-(aq)
b. Br2(l) + SO2(g) → Br-(aq) + SO42-(aq)
c. Cr2O72-(aq) + Np4+(aq) → Cr3+(aq) + NpO22+(aq)
d. HCOOH(aq) + MnO4-(aq) → CO2(g) + Mn2+(aq)
e. MnO4-(aq) + H2S(aq) → Mn2+(aq) + SO42-(aq)
71
2. Lengkapi dan seimbangkan persamaan berikut untuk reaksi-reaksi yang
berlangsung dalam larutan basa
a. Cr(OH)3(s) + Br2(aq) → CrO42-(aq) + Br-(aq)
b. ZrO(OH)2(s) + SO32-(aq) → Zr(s) + SO42-(aq)
c. HPbO2-(aq) + Re(s) → Pb(s) + ReO4-(aq)
d. HXeO4-(aq) → XeO64-(aq) + Xe(g)
e. N2H4(aq) + CO32-(aq) → N2(g) + CO(g)
3. Uraikan persamaan berikut ini menjadi setengah reaksi oksidasi dan reduksi
yang diseimbangkan.
a. 2 H3O+(aq) + H2O2(aq) + 2 Fe2+(aq) → 2 Fe3+(aq) + 4 H2O(l)
b. H3O+(aq) + H2O(l) + 2 MnO4-(aq) + 5 SO2(aq) → 2 Mn2+(aq) + 5 HSO4(aq)
c. 2 ClO2-(aq) + 4 H3O+(aq) → CO(g) + N2(g) + 3 H2O(g)
4. Asam nitrit (HNO2) terdisproporsionasi dalam larutan asam menjadi ion nitrat
(NO3-) dan nitrogen oksida (NO). Tulis persamaan yang seimbang untuk reaksi
ini.
BAB IX
72
TITRASI REDOKS
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Menjelaskan macam-macam titrasi redoks
1.2 Menghitung berat ekivalen dalam reaksi redoks
1.3 Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi redoks
2. URAIAN :
Titrasi redoks adalah penentuan kadar suatu cuplikan yang bertindak
sebagai reduktor atau oksidator berdasarkan reaksi reduksi dan oksidasi.
2.1 PERMANGANOMETRI
Titrasi permanganometri digunakan untuk penentuan suatu cuplikan
yang bertindak sebagai reduktor dengan menggunakan permanganat (titran)
sebagai oksidator. Permanganometri banyak digunakan untuk penentuan kadar
besi, antimony(III), arsen, hydrogen peroksida, timah putih, nitrit, oksalat,
dan lain lain.
Kalium Permanganat
73
Dalam suasana basa atau basa lemah akan terbentuk endapan coklat
MnO2 yang mengganggu sehingga untuk menghilangkannya dilakukan
penyaringan. Sebagai asam biasanya digunakan H 2SO4, sedangkan HCl
kurang baik untuk titrasi ini karena akan mengganggu jalannya analisa, begitu
juga dengan HNO3 yang bersifat sebagai oksidator juga.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat dianjurkan untuk
melarutkan kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi
dan penyaringan lewat asbes atau kaca masir untuk menyingkirkan MnO 2.
Larutan ini kemudian distandarkan , dan disimpan dalam botol gelap, tertutup
rapat dan terlindung dari cahaya.
Standardisasi
Larutan KMnO4 dapat disatandarisasi dengan standar primer yaitu :
arsen(III) oksida, natrium oksalat, dan besi.
a. Arsen (III) Oksida
Senyawa As2O3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk
larutan permanganat. Stabil, tidak higroskopis dan mudah diperoleh dalam
derajat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam NaOH, larutan
diasamkan dengan HCl dan dititrasi dengan permanganat :
5HasO2 + 2 MnO4- + 6H+ + 2 H2O 2 Mn2+ + 5H3AsO4
Reaksi ini perlahan pada temperatur kamar, kecuali ditambahkan suatu katalis.
Kalium iodida (KI), kalium iodat (KIO 3) dan ion monoklorida (ICl), merupakan
katalis-katalis yang dapat digunakan.
b. Natrium Oksalat
Na2C2O3 merupakan standar primer yang baik untuk larutan pemanganat
dalam larutan asam. Larutan ini dapat diperoleh dengan derajat kemurnian
yang cukup tinggi, stabil pada pengeringan, dan tidak mudah menguap. Reaksi
dengan permanganat lambat pada suhu kamar, sehingga dilakukan pemanasan
pada 600C. Walaupun pada suhu ini reaksi masih lamban(terlihat dari adanya
warna violet yang mantap pada beberapa saat) tetapi dengan terbentuknya
Mn2+ yang bertindak sebagai katalis yang disebut dengan otokatalitik yaitu
katalis yang terbentuk dari reaksi itu sendiri, maka reaksi pada akhirnya
berjalan dengan cepat (terlihat dengan hilangnya warna violet).
5C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8 H2O
74
Pada titrasi ini permanganat ditambahkan secara cepat ke dalam larutan
yang diasamkan pada temperatur kamar. Setelah reaksi mendekati lengkap
maka larutan dipanaskan pada 600C, kemudian titrasi dilengkapi pada
temperatur ini. Hal ini dilakukan untuk menghindari pembentukan peroksida :
O2 + H2C2O4 H2O2 + 2 CO2
Hal ini dapat mengurangi volume permanganat yang semestinya diberikan,
karena sebagian oksalat telah terurai menjadi peroksida.
c. Besi
75
peroksida, besi(II), molybdenum(III), nitrit, oksalat, timah (II), titanium(III),
Tungsten(III), Uranium(IV), Vanadium(IV).
Larutan permanganat dapat juga digunakan untuk titrasi tak langsung
seperti penentuan timbel dan mangan. Karena logam-logam ini sukar
dilarutkan dalam asam ataupun basa. Apabila dititrasi secara langsung reaksi
zat padat dengan suatu pereduksi sangat lambat. Jadi sample diolah terlebih
dahulu dengan dengan zat pereduksi yang telah diketahui kuantitasnya dan
dipanaskan agar reaksi lengkap. Kemudian kelebihan zat pereduksi dititrasi
dengan permanganat standar. Zat pereduksi yang digunakan antara lain As 2O3
dan Na2C2O3.
2.2 IODIMETRI DAN IODOMETRI
Iodimetri adalah titrasi di mana analit bertinfdak sebagai reduktor
langsung dititrasi dengan larutan iodium (titrasi langsung).
Analit : reduktor oksidator + e
Titran : I2 + 2e 2 I-
Sedangkan iodometri merupakan titrasi dimana analit bertindak sebagai
oksidator, mula-mula direaksikan dengan ion iodida berlebih, kemudian iodium
yang terjadi dititrasi dengan larutan tiosulfat.
Analit (oksidator) + KI I2
I2 + 2 Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Para analis cenderung menggunakan istilah iodometri langsung untuk
iodimetri, sedangkan yang tidak langsung dinamakan dengan iodometri tak
langsung.
Iodometri langsung digunakan untuk penentuan antimony, arsen,
belerang(sulfida, sulfit), timah putih, ferosanida, tiosulfat dan yang paling
penting adalah penentuan vitamin C. Iodometri tak langsung digunakan untuk
penentuan bijih tembaga, besi, arsen, antimony, glukosa,dan lain-lain. Salah
satu iodometri yang banyak digunakan adalah reaksi Malaprade yang
digunakan untuk penentuan senyawa-senyawa organic seperti gliserol dan
etilen glikol.
Larutan Titer Iodium
Iodium sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang
mengandung ion iodida (KI) dimana iodium membentuk kompleks triodida :
76
I2 + I- I3
Untuk mengurangi penguapan dan meningkatkan kelarutan , maka
ditambahkan KI berlebih. Larutan titer iodium dibuat dengan melarutkan iodium
ke dalam larutan KI pekat, kemudian diencerkan ke dalam air. Larutan ini
distandardisasi dengan As2O3 atau Na2S2O3 yang telah distandarisasi kemudian
disimpan dalam botol coklat gelap untuk mencegah penguraian oleh cahaya
matahari.
Larutan Titer Na-Tiosulfat
Warna larutan iod 0,1 N cukup tua sehingga iod dapat bertindak sebagai
indikatornya sendiri. Iod juga memberikan warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan kadang-kadang
digunakan untuk menunjukkan titik akhir. Tetapi lebih sering digunakan larutan
kanji, karena biru tua warna kompleks pati-iod berperan sebagai uji kepekaan
terhadap iod.
Larutan kanji mudah terurai oleh baklteri, suatu proses yang dapat
dihambat dengan sterilisasi atau penambahan zat pengawet.Hasil penguraian
bakteri dapat menyebabkan iod berubah menjadi merah. Pengawet yang
digunakan antara lain merkurium(II) iodida, asam borat atau asam furoat.
Kondisi yang menimbulkan hidrolisis atau koagulasi hendaknya dihindari .
Kepekaan indicator berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh hadirnya
beberapa bahan organic seperti metil dan etil alcohol.
Penentuan Kadar Air Cara Karl Fischer
Metoda ini digunakan untuk penentuan kadar air dari bahan padat dan pelarut
organic :
77
Analit ditambah pereaksi Karl Fischer (terdiri dari iodium, SO2, piridin,
methanol). Iodium membentuk kompleks dengan piridin bereaksi dengan air
tersebut.
C5H5N.I2 + C5H5N.SO2 + C5H5N + H2O C5H5N.HI + C5H5NSO3
Metanol mengikat C5H5N.SO2 agar tidak bereaksi dengan air,
C5H5N.SO2 + CH3OH C5H5N(H).SO4CH3
Titik akhir titrasi ditandai oleh kelebihan kompleks piridin iod (C 5H5N.I2) setelah
air habis bereaksi. Tanpa menggunakan indikator dengan perubahan warna
kuning menjadi coklat.
BROMATOMETRI
78
BROMOMETRI
Penetapan kadar suatu zat berdasarkan atas reaksi dari zat itu dengan
brom. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi substitusi, adisi, oksidasi.
Bromometri digunakan secara luas untuk penentuan zat-zat terutama dalam
bidang farmasi. Analit direaksikan dengan brom berlebih dalam suasana asam .
Kelebihan brom direaksikan dengan KI berlebih , lalu iodium yang terjadi
dititrasi dengan larutan titer tiosianat menggunakan indikator kanji, hingga
warna biru hilang .
Analit + Br2 (berlebih) produk
Br2 (sisa) + 2 KI (berlebih) 2 KBr + I2
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + Na2S4O6
Larutan Titer
Larutan Brom tidak stabil , maka larutan bromat lebih disukai sebagai
titer dan pembuatannya lebih praktis. Larutan Brom dibuat dengan melarutkan
KBrO3 dan KBr lalu distandardisasi secara iodometri.
2.4 CERIMETRI
Merupakan penetapan suatu analit (reduktor) dengan
menggunakan larutan serium(IV) sulfat sebagai titran (oksidator) dalam
suasana asam, karena dalam suasana netral akan terjadi endapan serium
hidroksida atau garamnya.
Analit dalam asam sulfat encer dititrasi dengan Ce(SO 4)2
menggunakan indikator ferroin. Perubahan warna indikator pada titik akhir, yaitu
dari merah menjadi biru pucat. Bila encer, dari merah jambu menjadi tidak
berwarna.
Larutan Ce(IV) dapat dipergunakan untuk penentuan besi, arsen,
antimony, oksalat, ferosianida, titanium, krom, vanadium, molybdenum,
uranium, oksida timbal, dan mangan.
Larutan Titer Cerium(IV) Sulfat
Larutan ini dibuat dengan melarutkan sejumlah serium(IV) sulfat,
lalu dibakukan dengan As2O3, Na-oksalat, dan besi murni.
Keuntungan larutan Ce(IV) :
79
1. Hanya ada satu keadaan oksidasi
Ce4+ + e Ce3+
2. Merupakan suatu pereaksi oksidasi yang sangat kuat
3. Larutan dalam asam sulfat dari ion Ce(IV) sangat stabil
4. Suatu garam serium(IV) ammonium nitrat dapat digunakan sebagai
standar primer.
5. Warnanya yang kuning tidak menimbulkan kesukaran dalam titrasi
6. Dapat digunakan untuk titrasi besi dalam HCl tanpa larutan pencegah
Ziimmerman-Reinhart
3. CONTOH SOAL
1. Sebuah sampel mengandung arsenat dan beratnya 3,523 g dilarutkan
dan diencerkan sampai tepat 250 ml dalam botol ukur. Aliquot sebanyak
50 ml diambil dan dititrasi dengan 33,84 ml 0,1 N larutan I 2
Reaksi :
HAsO2 + I2 + 2H2O H3AsO4 + 2I- + 2H+
Hitung % arsen dalam sample !
Penyelesaian :
80
Berat arsenat dalam alikot :
(50/250) x 3523 = 704 mg
Pada reaksinya As kehilangan 2e
BE As = BM/2 = 74,92/2 = 37,46 mg/meq
33,84 ml x 0,1 meq/ml x 37,46 mg/meq
% As = = 19,18
704 mg
81
dengan Na2S2O3 0,1000N. Ternyata dibutuhkan 25,00 ml. Hitunglah
persentase Al2O3 dalam sample.
82
BAB X
TITRASI PENGENDAPAN
1. TUJUAN KHUSUS :
2. URAIAN :
84
Ion yang Ditentukan Titran Indikator
Pb(NO3)2 Eritrosin B
Ba(ClO4)2 Torin
PO43-
BaCl2 Alizarin merah S
Pb(Ac)2 Dibromofluorescein
2-
C2O4
Pb(Ac)2 Diklorofluorescein
- -
Cl , Br
Pb(Ac)2 Fuorescein
a. Suhu
Kebanyakan garam anorganik, bertambah kelarutannya bila suhu
dinaikkan , Untuk itu pada proses pengendapan titrasi dan pencuci dilakukan
dengan larutan panas .
b. Pelarut
Kebanyakan garam organic lebih larut dalam pelarutan organic .hal ini
Dapat digunakan untuk memisahkan dua zat yang di dalam air cukup larut .
c. Pengaruh Ion Sama
Sebuah endapan biasanya lebih larut dalam air murni dibandingkan
dalam sebuah larutan yang mengandung salah satu ion dari endapan. Dalam
larutan perak klorida, perkalian konsentrasi ion-ion perak dan klorida tidak
dapat melampaui harga Kspnya.
Adanya ion yang sama dapat menyebabkan pengendapan sempurna.
Seorang analis seringkali menambahkan pereaksi pengendap sedikit berlebih
untuk meyakinkan kesempurnaan endapan.
Pengaruh ion yang sama terhadap kelarutan suatu endapan ditunjukkan
dalam perhitungan berikut.
85
Hitung kelarutan molar dari CaF2 dalam : (Ksp = 4 x 10-11)
a. air
b. 0,01 M CaCl2
c. 0,01 M NaF
Penyelesaian :
a. Keseimbangan :
CaF2(p) Ca2+ + 2F-
Misalkan s = kelarutan molar CaF2, kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = s
[F- ] = 2s
karena :
[Ca2+] [F-] = Ksp
(s) (2s)2 = 4 x 10-1
maka : s = 2,1 x 10-4 mol/liter
b. Dalam 0,01 M CaCl2 kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = 0,01 + s
[F- ] = 2s
Maka : (0,01 + s) (2s)2 = 4 x 10-11
Karena s < 0,01, ini menjadi :
4s2 = 4 x 10-9
s = 3,2 x 10-5 mol/liter
c. Dalam 0,01 M NaF, kesetimbangan massa adalah :
[Ca2+] = s
[F-} = 0,01 + 2s
Maka : (s) (0,01 + 2s)2 = 4 x 10-11
Karena 2s < 0,01, sehingga :
S = 4 x 10-7 mol/liter
d. Pengartuh pH
Kelarutan garam dari asam lemah tergantung dari pH larutan. Garam-
garam tersebut antara lain adalah : oksalat, sulfida, hidroksida, karbonat dan
fosfat. Ion hydrogen bereaksi dengan anion garam untuk membentuk asam
lemah, dengan demikian meningkatkan kelarutan garam
e. Pengaruh Kompleks
86
Kelarutan suatu garam yang sedikit larut tergantung pada konsentrasi
dari zat-zat yang membentuk kompleks dengan kation garam.
f. Pengaruh Hidrolisa
Kation atau anion dari sebuah garam dapat mengalami hidrolisa yang
akan meningkatkan kelarutan.
g. Pengaruh Ion Aneka Ragam
Pengaruh ion aneka ragam, garam netral , atau aktivitas dapat
meningkatkan kelarutan suatu garam.
3. CONTOH SOAL
Sebuah sample seberat 0,8165 g, yang mengandung ion klorida dianalisis
dengan cara volhard. Sampel dilarutkan dalam air dan 50 ml AgNO 3 0,1214 M
ditambahkan untuk mengendapkan ion klorida. AgNO 3 yang berlebih dititrasi
dengan 11,76 ml 0,1019 M KSCN. Hitung % klorida dalam sample.
Penyelesaian :
Mmol AgNO3 = mmol Cl- + mmol KSCN
50 x 0,1214 = mmol Cl- + 11,76 x 0,1019
mmol Cl- = 4,872
4,872 mmol x 35,453 mg/mmol
-
% Cl = x 100
816,5 mg
= 21,15
4. TUGAS
4.1 Tuliskan macam-macam metoda argentometri, jelaskan!
4.2 Jelaskan prinsip kerja indikator adsorbsi sehingga dapat digunakan untuk
penentuan titik akhir
4.3 Tuliskan presipitimetri yang bukan argentometri
4.4 a.0,1752 g standar primer AgNO 3 dilarutkan dalam 502,3 g air destilasi.
Hitung molaritas dari ion Ag+ dalam larutan.
b. Larutan standar pada 4.3 digunakan untuk mentitrasi 25,171 g larutan
KSCN. Titik akhir dicapai setelah ditambahkan 23,765 g larutan AgNO 3.
Hitung molaritas dari larutan KSCN.
c. Larutan pada a dan b digunakan untuk menentukan BaCl 2.2H2O dalam
0,7120 g sample. 20,102 g AgNO3 ditambahkan pada larutan contoh dan
87
kelebihan AgNO3 dititrasi kembali dengan larutan KSCN. Hitung %
BaCl2.2H2O dalam contoh.
4.5 Suatu contoh yang mengandung Cl- seberat 0,7439 g dilarutkan dalam air.
50 ml 0,1007 AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan AgNO 3
dititrasi dengan 7,86 ml 0,0996 larutan KSCN
Hitung % Cl- dalam sample !
4.6 Hitung tetapan hasilkali kelarutan dari kelarutan yang diketahui :
a. AgBr, 0,118 mg/liter
b. Cu(OH)2, 3,59 x 10-6 g/100 ml
c. Ag2CrO4, 2,63 mg/100 ml
4.7 Hitung kelarutan molar berikut ini :
a. BaSO4 dalam 0,002 M K2SO4
b. MgF2 dalam 0,1 M NaF
c. Ag2CrO4 dalam 0,01 M K2CrO4
4.8 Hitung kelarutan molar berikut ini :
a. Fe(OH)2 pada pH 11
b. Cu(OH)2 pada pH 12
BAB XI
TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS
88
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Mendefinisikan senyawa kompleks
1.2 Menjelaskan macam-macam ligan
1.3 Mendefinisikan titrasi kompleks
1.4 Menjelaskan macam-macam titrasi kompleks
1.5 Menyelesaikan perhitungan untuk titrasi kompleks
2. URAIAN :
BIL. KOORDINASI
LOGAM LIGAN KOMPLEKS
LOGAM
NH3
Ag + Ag(NH3)2+ 2
Cl-
Hg2+ HgCl2 2
NH3
2-
Cu 2+ Cu(NH )
3 4 4
CN-
Ni2+ Ni(CN)42- 4
H2O 2+
Co2+ Co(H2O)6 6
NH3 3+
Co 3+ Co(NH )3 6 6
CN- 3-
Cr 3+ Cr(CN) 6 6
CN-
Fe3+ Fe(CN)63- 6
89
2.2 LIGAN
Ligan-ligan seperti I-, NH3, CN- hanya mempunyai satu atom donor pasangan
electron. Ligan demikian disebut monodentat atau unidentat. Ligan yang
mempunyai dua gugus yang membentuk dua ikatan dengan atom sentral
disebut ligan bidentat, lebih dari dua ikatan disebut polidentat.
Contoh bidentat :
- Etilendiamin (donornya ialah kedua atom N, H3N – CH2CH2 – NH3
- 8-hidroksikuinolin (donornya ialah atom N dan O
Misalkan Cu2+ berkompleks dengan 2 buah ligan etilendiamin tersebut
EDTA
Ligan yang polidentat bila mengkompleks suatu ion logam akan
membentuk lingkaran kelat lebih dari satu. Pengkelat yang sangat terkenal
dalam analisa kimia adalah EDTA (Ethylene Diamin Tetra Acetic Acid)
HOOCCH2 HOOCCH2
N – CH2 – CH2 - N
HOOCCH2 HOOCCH2
90
EDTA adalah ligan yang heksadentat, mempunyai enam buah atom
donor pasangan electron yaitu melalui kedua atom N dan empat atom O.
Selain digunakan dalam analisis kimia khususnya analisis secara
kompleksometri , EDTA banyak sekali digunakan sebagai pengawet bahan
pngan berupa minyak dan lemak, sebagai penawar keracunan Pb, dan
sebagai tambahan / zat aditif pada deterjen sintetis.
Secara alami air mengandung garam-garam yang berasal dari batu dan
tanah yang dilaluinya. Air yang mengandung jumlah yang signifikan dari ion ion
Ca2+, Mg2+, Fe3+ dan Fe2+ serta logam-logam bermuatan dua lainya dinamakan
air sadah. Ca2+ dan Mg2+ merupakan sumber yang paling umum yang
menyebabkan kesadahan. Kandungan ion-ion ini menimbulkan masalah baik di
industry maupun di rumah tangga. Ion-ion Ca 2+ dan Mg2+ dapat menyebabkan
sabun tidak berbuih, pipa tersumbat, dan boiler tersumbat.
91
Air sadah bila digunakan untuk mencuci tidak dapat bersih karena
lemak/kotoran dalam pakaian belum seluruhnya lepas, ini disebabkan karena
air sadah dapat menggumpalkan sabun cuci dimana sabun cuci seharusnya
bertugas menggumpalkan lemak/kotoran. Hal ini terjadi karena ion Ca dan Mg
dapat menggantikan ion Na, didalam molekul sabun cuci sehingga sabun akan
mengendap didalam air.
92
- 18 – 30 dH, 320 – 530 ppm : tinggi (keras)
Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya
dibandingkan dengan KH ataupun kesadahan total. Apabila ikan atau tanaman
dikatakan memerlukan air dengan kesadahan tinggi (keras) atau rendah
(lunak), hal ini pada dasarnya mengacu kepada GH. Ketidaksesuaian GH akan
mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat
mempengaruhi kesuburan, fungsi organ dalam (seperti ginjal), dan
pertumbuhan. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH)
tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan
tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi GH lokal, meskipun demikian, tidak
demikian halnya dengan proses pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila
dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat.
Kesadahan karbonat atau KH merupakan besaran yang menunjukkan
kandungan ion bikarbonat (HCO 3-) dan karbonat (CO3–) di dalam air. KH sering
disebut sebagai alkalinitas yaitu suatu ekspresi dari kemampuan air untuk
mengikat kemasaman (ion-ion yang mampu mengikat H +). Oleh karena itu,
dalam sistem air tawar, istilah kesadahan karbonat, pengikat kemasaman,
kapasitas pem-bufferan asam, dan alkalinitas sering digunakan untuk
menunjukkan hal yang sama. Dalam hubungannya dengan kemampuan air
mengikat kemasaman, KH berperan sebagai agen pem-buffer-an yang
berfungsi untuk menjaga kestabilan pH.
KH pada umumnya sering dinyatakan sebagai derajat kekerasan dan
diekspresikan dalam CaCO3 seperti halnya GH. Kesadahan karbonat dapat
diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan, atau dengan melalukan air
melewati gambut. Untuk menaikkan kesadahan karbonat dapat dilakukan
dengan menambahkan natrium bikarbonat (soda kue), atau kalsium karbonat.
Penambahan kalsium karbonat akan menaikan sekaligus baik KH maupun GH
dengan proporsi yang sama.
Mineral yang merupakan sumber primer ion kalsium dalam air diantara
mineral-mineral yang berperan adalah gips, CaSO 4.2H2O; anhidratnya, CaSO4;
dolomite, CaMg (CO3)2; kalsit dan argonite yang merupakan modifikasi yang
berbeda dari CaCO3. Air yang mengandung karbon dioksida mudah melarutkan
kalsium dari mineral-mineral karbonat.
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-
93
Reaksi sebaliknya berlangsung bila CO2 hilang dari perairan.
karbondioksida yang masuk keperairan melalui keseimbangan dengan atmosfer
tidak cukup besar konsentrasinya untuk melarutkan kalsium dalam perairan
alami, terutama air tanah. Pernafasan mikroorganisma, penghancur bahan
organik dalam air, dan sediment berperan sangat besar terhadap kadar CO 2 -
dan HCO3- dalam air. Hal ini merupakan faktor penting dalam proses kimia
perairan dan geokimia.
Ion kalsium, bersama-sama dengan magnesium dan kadang-kadang
kesadahan air, baik yang bersifat kesadahan tetap. Kesadahan sementara
disebabkan oleh bikarbonat dalam air dan dapat dihilangkan dengan jalan
mendidihkan air tersebut karena terjadi reaksi:
Ca2+ +2 HCO3- CaCO3 + CO2 + H2O
Sedangkan kesadahan tetap disebabkan oleh adanya kalsium atau
sulfat yang proses pelunakannya melalui proses kapur – soda abu, proses
zeolit, dan proses resin organik. Air sadah juga tidak
menguntungkan/mengganggu proses pencucian menggunakan sabun. Bila
sabun digunakan pada air sadah, mula-mula sabun harus bereaksi terlebih
dahulu dengan setiap ion kalsium dan magnesium yang terdapat dalam air
sebelum sabun dapat berfungsi menurunkan tegangan permukaan. Hal ini
bukan saja akan banyak memboroskan pengunaan sabun, tetapi gumpalan-
gumpalan yang terjadi akan mengendap sebagai lapisan tipis pada alat-alat
yang dicuci sehingga mengganggu pembersihan dan pembilasan oleh air.
Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya
hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan
sifat detergen sabun hilang. Kelebihan ion Ca 2+ serta ion CO32-+ (salah satu ion
alkaliniti) mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang
disebabkan oleh endapan kalsiumkarbonat CaCO 3. Kerak ini akan mengurangi
penampang basah pipa dan menyulitkan pemanasan air dalam ketel, serta
mengurangi daya koagulasi yang melalui dalam pipa dengan menurunnya
turbulensi.
Ion kalsium, Ca2+ mempunyai kecenderungan relatif kecil untuk
membentuk ion kompleks. Dalam kebanyakan sistem perairan air tawar, jenis
kalsium yang pertama-tama larut yang ada adalah Ca 2+, oleh karena itu
konsentrasi HCO3- yang sangat tinggi, pasangan ion, Ca 2+ – HCO3- dapat
94
terbentuk dalam jumlah yang cukup banyak. Hal yang sama dalam air yang
kandungan sulfatnya tinggi pasangan ion Ca 2+ – SO42- dapat terjadi.
Tidak seperti halnya dengan kalsium yang densitas muatan dari ion
Ca2+ relatif lebih kecil dibandingkan dengan lainnya, maka densitas muatan
ion Mg2+ jauh lebih besar dan ikatan yang lebih kuat dengan air untuk
melakukan hidrasi. Magnesiun dalam air terutama terdapat sebagai ion Mg 2+
HCO3- dan Mg2+ SO42- terjadi bila konsentrasi bikarbonat dan sulfat yang tinggi.
Mineral-mineral seperti dolomit adalah paling umum dalam air.
CaMg (CO3)2 + 2 CO2 +2 H2O Ca2+ + Mg2+ + 4 HCO3-
Pelunakan adalah penghapusan ion-ion tertentu yang ada dalam air dan
dapat, bereaksi dengan zat-zat lain hingga distribusi air dan penggunaannya
terganggu.
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca 2+ dan Mg2+,
juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air yang
kesadahannya tinggi biasanya terdapat pada air tanah di daerah yang bersifat
kapur.
Sebagai kation kesadahan, Ca2+ selalu berhubungan dengan anion yang
terlarut khususnya anion alkaliniti : CO 32- , HCO3- dan OH-. Ca2+ dapat bereaksi
dengan HCO3- membentuk garam yang terlarut tanpa terjadi kejenuhan.
Sebaliknya reaksi dengan CO32- akan membentuk garam karbonat yang larut
sampai batas kejenuhan di mana titik jenuh berubah dengan nilai pH. Bila titik
jenuh dilampaui, terjadi endapan garam kalsium karbonat CaCO 3 dan membuat
kerak yang terlihat pada dinding pipa atau dasar ketel. Namun, pada proses
pelunakan ini keadaan harus dibuat sehingga sedikit jenuh, karena dalam
keadaan tidak jenuh terjadi reaksi yang mengakibatkan karat terhadap pipa.
Kerak yang tipis akibat keadaan sedikit jenuh itu justru melindungi dinding dari
kontak dengan air yang tidak jenuh (agresip). Ion Mg 2+ akan bereaksi dengan
OH- membentuk garam yang terlarut sampai batas kejenuhan dan mengendap
sebagai Mg(OH)2 bila titik kejenuhan dilampaui.
Ion Ca2+ dan Mg2+ diendapkan sebagai CaCO3 dan Mg(OH)3 menurut
reaksi keseimbangan kimiawi sebagai berikut :
Mg2+ + 2 OH- → Mg(OH)2
Ca2+ + C032- → CaCO3
95
CO32- berasal dari karbondioksida CO2 dan bikarbonat HCO3- yang
sudah terlarut dalam air sesuai dengan reaksi berikut :
CO2 + OH- → HCO3-
HCO3+ + OH- → CO32- + H2O
Kesadahan yang terlalu tinggi akan menambah nilai pH larutan sehingga
daya kerja aluminat tidak efektif karena ion aluminium yang bersifat amfoter
akan mengikuti lingkungannya dimana akan terbentuk senyawa aluminium yang
sukar mengendap. Apabila kesadahan terlalu rendah secara simultan alkalinitas
juga cenderung rendah ini akan mengganggu penyusunan ikatan antara koloida
dengan aluminat dimana gugus hidrofobik koloida akan tetap melayang dan
sukar bereaksi dengan koagulan mengakibatkan massa atom relatif ringan
sehingga sukar mengendap.
Kesadahan ini umumnya dihilangkan menggunakan resin penukar ion.
Resin pelunak air komersial dapat digunakan dalam skala kecil, meskipun
demikian tidak efektif digunakan untuk sekala besar. Resin adalah zat yang
punya pori yang besar dan bersifat sebagai penukar ion yang berasal dari
polysterol, atau polyakrilat yang berbentuk granular atau bola kecil dimana
mempunyai struktur dasar yang bergabung dengan grup fungsional kationik,
non ionik/anionik atau asam. Sering kali resin dipakai untuk menghilangkan
molekul yang besar dari air misalnya asam humus, liqnin, asam sulfonat. Untuk
regenerasi dipakai garam alkali atau larutan natrium hidroksida, bisa juga
dengan asam klorida jika dipakai resin dengan sifat asam. Dalam regenerasi itu
dihasilkan eluen yang mengandung organik dengan konsentrasi tinggi. Untuk
proses air minum sampai sekarang hunya dipakai resin dengan sifat anionik.
Resin penukar ion sintetis merupakan suatu polimer yang terdiri dari dua
bagian yaitu struktur fungsional dan matrik resin yang sukar larut. Resin
penukar ion ini dibuat melalui kondensasi phenol dengan formaldehid yang
kemudian diikuti dengan reaksi sulfonasi untuk memperoleh resin penukar ion
asam kuat.
Sedangkan untuk resin penukar ion basa kuat diperoleh dengan
mengkondensasikan phenilendiamine dengan formaldehid dan telah
ditunjukkan bahwa baik resin penukar kation dan resin penukar anion hasil
sintesis ini dapat digunakan untuk memisahkan atau mengambil garam –
garam.
96
Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin
penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren
divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah
larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu
diatas 150oC.
Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena,
setelah terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk
menempelnya gugus ion yang akan dipertukarkan.
Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar
tersebut dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif.
Gugus ion yang biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah
gugus sulfonat dan cara pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren
divinilbenzena (matrik resin).
Resin penukar on yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat
melepaskan ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion
dibuat dengan matrik yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion
yang dimasukkan harus bisa melepas ion negatif, misalnya –N (CH 3)3+ atau
gugus lain atau dengan kata lain setelah terbentuk kopolimer styren
divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian diklorometilasikan untuk
memperoleh resin penukar anion.
Gugus ion dalam penukar ion merupakan gugus yang hidrofilik (larut
dalam air). Ion yang terlarut dalam air adalah ion – ion yang dipertukarkan
karena gugus ini melekat pada polimer, maka ia dapat menarik seluruh molekul
polimer dalam air, maka polimer resin ini diikat dengan ikatan silang (cross
linked) dengan molekul polimer lainnya, akibatnya akan mengembang dalam
air.
Mekanisme pertukaran ion dalam resin meskipun non kristalisasi adalah
sangat mirip dengan pertukaran ion- ion kisi kristal. Pertukaran ion dengan resin
ini terjadi pada keseluruhan struktur gel dari resin dan tidak hanya terbatas
pada efek permukaan. Pada resin penukar anion, pertukaran terjadi akibat
absorbsi kovalen yang asam. Jika penukar anion tersebut adalah poliamin,
kandungan amina resin tersebut adalah ukuran kapasitas total pertukaran.
Dalam proses pertukaran ion apabila elektrolit terjadi kontak langsung
dengan resin penukar ion akan terjadi pertukaran secara stokiometri yaitu
97
sejumlah ion – ion yang dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama
akan dipertukarkan dengan ion – ion yang muatannya sama pula dengan
jumlah yang sebanding.
Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan
struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan
grup fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung
dengan ion pasangan seperti Na +, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan
struktur yang porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik)
untuk menukar ion dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian
sebaliknya penukar ion negatif (anionik) untuk menukar anion yang terdapat di
dalam air yang diproses di dalam unit “Ion Exchanger”.
Proses pergantian ion bisa “reversible” (dapat balik), artinya material
penukar ion dapat diregenerasi. Sebagai contoh untuk proses regenerasi
material penukar kationik bentuk Na+ dapat diregenerasi dengan larutan NaCl
pekat, bentuk H+ diregenerasi dengan larutan HCl sedangkan material penukar
anionik bentuk OH− dapat diregenerasi dengan larutan NaOH (lihat buku
panduan dari pabrik yang menjual material ini).
Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan
baru terhadap resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah
terbebani, telah jenuh. Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan
mudah karena pertukaran ion merupakan suatu proses yang reversibel yang
perlu diusahakan hanyalah agar pada regenerasi berlangsung reaksi dalam
arah yang berkebalikan dari pertukaran ion.
2.4 KOMPLEKSOMETRI
Kompleksometri adalah titrasi yang didasarkan atas pembentukan
senyawa kompleks yang larut dari reaksi antara analit dengan titran.
a. Metoda dalam Kompleksometri
Titrasi Langsung
Digunakan untuk menganalisis hampir semua ion logam dan dengan
mengatur pH yang diinginkan untuk reaksi kompleksnya maka titrasi akan
berlangsung dengan baik. Titrasi ini menggunakan indikator metalokromatik.
Kesadahan total air (kalsium dan magnesium) dapat ditentukan dengan titrasi
langsung dengan EDTA, menggunakan indikator Eriochrom Black-T atau
Calmagite.
98
Titrasi Kembali
Digunakan apabila reaksi antara kation dengan EDTA lambat atau
apabila indikator yang sesuai tidak ada. Pada titrasi ini EDTA berlebih
ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan standar magnesium dengan
menggunakan indikator Calmagite. Titrasi ini digunakan untuk menentukan
logam dalam endapan seperti Pb di dalam PbSO 4 dan Ca dalam CaC2O4.
Titrasi Penggantian
Digunakan apabila tidak ada indikator yang sesuai untuk ion logam yang
ditentukan. Analit yang mengandung ion logam (missal:M 2+) ditambah larutan
kompleks magnesium-EDTA yang relatif lemah.
M2+ + MgY2- MY2- + Mg2+
Mg2+ yang digantikan tersebut dititrasi dengan larutan standar EDTA
dengan menggunakan indikator Calmagite.
2. Calmagite
Daerah kerja calmagite mencakup pH 8,1 – 12,4 dan warna indikator
bebasnya biru.
100
3. Arsenazo
Indikator ini dipakai untuk Ca maupun Mg. Selain itu juga digunakan
untuk penentuan Th(IV)
4. NAS
Penggunaan NAS cukup luas, antara lain digunakan untuk penentuan
Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al.
3. TUGAS :
3.1 Jelaskan beserta contoh bagian-bagian dari senyawa/ion kompleks
3.2 Gambarkan senyawa kompleks dengan ligan bidentat
3.3 Apakah yang dimaksud dengan kompleksometri
101
3.4 Tuliskan macam-macam kompleksomteri
3.5 Tuliskan 4 buah indikator pada titrasi kompleks
3.6 Suatu sample CaCO3 murni seberat 0,2284 g dilarutkan dalam asam klorida
dan larutan itu diencerkan menjadi 250,0 ml dalam sebuah labu volumetric.
Suatu alikot sebanyak 50 ml memerlukan 41,36 ml larutan EDTA untuk
mentitrasinya. Hitung molaritas EDTA
3.7 Suatu sample air sebanyak 250 ml yang mengandung Ca 2+ dititrasi dengan
14,76 ml EDTA dalam soal 3.6. Hitung derajat kesadahan air dalam ppm. (1
ppm = 1 mg/lt)
3.8 Suaru sample seberat 0,7056 g yang mengandung NaCN dilarutkan dalam
air dan kemudian ditambahkan ammonia pekat dan larutan KI secukupnya.
Larutan itu membutuhkan 20,48 ml AgNO 3 0,1015 M untuk titrasi. Hitung %
NaCN dalam sample.
BAB XII
GRAVIMETRIK
102
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Mendefinisikan analisis gravimetric
1.2 Menguraikan langkah-langkah dalam analisis gravimetric
1.3 Menjelaskan tahapan-tahapan dalam pembentukan endapan
1.4 Menjelaskan tahapan-tahapan dalam pembakaran endapan
1.5 Menghitung faktor gravimetrik
1.6 Menyelesaikan perhitungan-perhitungan dalam gravimetrik
2. URAIAN
2.1 ANALISIS GRAVIMETRIK SECARA UMUM
Analisis gravimetric merupakan salah satu bagian dari analisis kimia.
Langkah pengukuran pada cara gravimetriK adalah pengukuran berat atau
berdasarkan penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah
bahan yang dianalisis direaksikan. Hasil reaksi ini dapat berupa
- sisa bahan
- suatu gas
- suatu endapan
Berdasarkan hasil yang ditimbang, cara gravimetrik dibedakan menjadi :
- Cara evolusi
- Cara pengendapan
Dalam cara evolusi bahan direaksikan sehingga timbul gas; caranya
dapat dengan memanaskan bahan tersebut atau mereaksikannya dengan
suatu pereaksi. Pada umunya yang dicari adalah banyaknya gas yang terjadi, di
mana cara ini dapat dibedakan menjadi :
1. Cara Langsung
Gas yang terjadi ditimbang setelah diserap oleh suatu bahan. Yang ditimbang
adalah bahan penyerap ini, sebelum dan sesudah penyerapan, selisihnya
merupakan berat gas yang dicari.
2. Cara Tidak langsung
Analit ditimbang sebelum dan sesudah reaksi, selisihnya merupakan berat gas.
103
Cara evolusi biasanya digunakan untuk penentuan kadar air. Dalam
penentuan kadar air seringkali ditemui kesulitan yaitu berupa kesalahan-
kesalahan, sehingga harus diketahui dulu bagaimana cara air terikat pada
suatu bahan.
Macam-macam Kandungan Air
a. Air yang Terikat Secara Fisik
Untuk menghilangkan air yang terikat secara fisik diperlukan suhu yang
rendah. Umumnya 1000 – 1500 C, kadang-kadang cukup hanya membiarkan
bahan di udara bebas.
1. Air Terlarut
Yaitu air dalam bahan padat yang seakan-akan larut dalam bahan tersebut
2. Air Oklusi
Yaitu air yang terkurung dalam rongga-rongga di antara butiran-butiran zat
padat, atau rongga-rongga dalam kristal
3. Air Adsorpsi
Yaitu air yang terikat pada permukaan.
b. Air yang Terikat Secara Kimia
Air yang terikat secarta kimia mempunyai jumlah yang tertentu, menurut
suatu perbandingan berat yang tergantung dari macam bahan. Karena
ikatannya yang kuat sehingga dibutuhkan suhu yang tinggi untuk
melepaskannya.
1. Air Kristal atau Air Hidratasi
Yaitu air yang terikat sebagai molekul atau ion-ion dalam kristal. Air ini
berbentuk H2O. Contohnya : CuSO4.5H2O dan BaCl2.2H2O.
2. Air Konstitusi
Yaitu air yang merupakan bagian molekul zat padat yang bersangkutan
tetapi tidak berbentuk H2O, akan tetapi bila padatan itu terurai akan terbentuk
H2O. Contohnya gula, NaHCO3.
Dalam cara pengendapan, analit direaksikan sehingga terbentuk
endapan yang kemudian ditimbang. Atas dasar cara pembentukan endapan,
maka cara pengendapan dibagi menjadi :
1. Gravimetrik
Endapan dibentuk dari reaksi analit dengan suatu pereaksi. Endapan
biasanya berupa senyawa.
104
2. Elektrogravimetrik
Endapan dibentuk secara elektrokimia, yaitu analit dielektrolisa sehingga
membentuk endapan berupa logam.
Pada bab ini yang akan dibahas lebih lanjut adalah cara gravimetrik.
Analisis gravimetric merupakan analisis kuantitatif dengan cara
mengisolasi dan menimbang unsur atau senyawa yang dianalisis. Analit secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari contoh maupun dari
solvennya. Pada metoda gravimetrik pemisahan ini dilakukan dengan cara
mengendapkan unsur atau senyawa yang dianalisis. Pengendapan dilakukan
dengan mereaksikan unsur atau senyawa tersebut dengan suatu zat
pengendap yang akan menghasilkan suatu zat dengan kelarutan yang kecil.
Kemudian diulakukan penyaringan endapan, pencucian, pengeringan,
pembakaran sehingga didapatkan zat yang stabil untuk selanjutnya dilakukan
penimbangan.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar cara gravimetrik dapat berhasil
adalah :
1. Proses pemisahan harus cukup sempurna hingga kuantitas analit
yang tidak mengendap secara analitik tidak ditemukan.
2. Zat yang ditimbang harus mempunyai susunan tertentu dan
mempunyai kemurnian yang cukup tinggi.
2.2 STOIKIOMETRIK
Dalam prosedur gravimetrik suatu endapan ditimbang dan dari harga ini
berat analit dalam contoh dihitung. Persentase analit adalah :
%A = berat A x 100
berat contoh
Untuk menghitung berat analit dari berat endapan digunakan suatu factor
gravimetric. Faktor ini didefinisikan sebagai jumlah gram analit dalam g dari
endapan. Perkalian berat endapan P dengan factor gravimetric memberikan
jumlah gram analit di dalam contoh.
105
Berat P x factor gravimetrik
%A = x 100
berat contoh
AgCl Cl Cl/AgCl
BaSO4 S S/BaSO4
BaSO4 SO3 SO3/BaSO4
Fe2O3 Fe 2Fe/Fe2O3
Fe2O3 FeO 2FeO/Fe2O3
Fe2O3 Fe3O4 2Fe3O4/3 Fe2O3
Mg2P2O7 MgO 2 MgO/ Mg2P2O7
Mg2P2O7 P2O5 P2O5/ Mg2P2O7
PbCrO4 Cr2O3 Cr2O3/2 PbCrO4
K2PtCl6 K 2K/ K2PtCl6
106
Dari kedua proses di atas diharapkan laju nukleasi lebih kecil
dibandingkan dengan laju pertumbuhan inti. Sehingga dihasilkan sedikit
partikel dengan ukuran yang realtif besar. Material yang demikian akan lebih
mudah disaring dan lebih murni keadaannya dibandingkan dengan keadaan
partikel kecil.
Pada peristiwa pengendapan dapat terjadi proses kopresipitasi yaitu
proses yang membawa serta suatu zat yang biasanya terlarut, pada waktu
pengendapan dari endapan yang diinginkan. Selain itu dapat juga terjadi proses
post presipitasi yaitu proses terdepositnya suatu zat pengotor setelah
pengendapan dari zat yang diinginkan.
2. Teknik Pencucian dan Penyaringan Endapan
Dalam prosedur gravimetrik zat yang diinginkan dipisahkan dalam
bentuk endapan, endapan ini harus bebas dari zat pengotor yang tidak
diharapkan, untuk kemudian dikeringkan dan ditimbang. Penyaringan
dilakukan dengan corong dan kertas saring, maupun krus saringan.
Bermacam-macam jenis kertas saring yang dapat digunakan. Untuk
analisa kuantitatif harus digunakan kertas yang berkualitas bebas abu. Kertas
ini telah dikerjakan dengan asam-asam klorida dan fluorida selama dibuat
sehingga berkadar zat anorganik rendah dan apabila dibakar akan
meninggalkan abu dalam jumlah yang dapat diabaikan. (untuk kertas
berdiameter 11 cm mempunyai kadar abu 0,13 mg)
107
Suatu endapan biasanya dicuci dengan air ataupun dengan larutan
pencuci tertentu, sebelum dikeringkan dan ditimbang. Pencucian biasanya
dilakukan bersamaan pada tahap penyaringan. Di sini endapan dipisahkan dari
cairan induknya dalam bentuk yang padat. Pada waktu endapan ada dalam
kertas saring,maka endapan dapat dicuci dengan melewatkan larutan pencuci
melalui saringan. Tetapi cara tersebut kurang efektif untuk menghilangkan
kotoran dlam endapan. Cara yang lebih efektif adalah dengan menuangkan
terlebih dahulu cairan induk ke dalan saringan. Endapan diusahakan sebanyak
mungkin tertinggal dalam gelas kimia. Endapan yang tertinggal tersebut diaduk
dengan cairan pencuci, selanjutnya larutan pencuci tersebut dituangkan ke
dalam saringan meninggalkan endapan. Pencucian ini dapat diulang sesering
mungkin
3. Pembakaran Endapan
Setelah kertas saring mengering di corong, maka bagian atas kertas dilipat
untuk membungkus endapan dengan sempurna. Dengan sangat hati-hati
untuk menghindari sobeknya kertas basah , endapan dan kertas saringnya
tersebut dipindahkan ke dalam krus.
Langkah-langkah pembakaran endapan adalah sebagai berikut :.
108
3.3 Membakar Habis Karbon dari Kertas
Setelah kertas diarangkan dengan sempurna, dan bahayanya berkobar
menjadi api telah dilalui, maka besarnya nyala api dapat ditingkatkan sampai
dasar krus menjadi merah. Hal ini dilakukan dengan berangsur-angsur. Sisa
karbon dan ter organic dibakar habis pada tahap ini. Pemanasan dilanjutkan
hingga pembakaran sempurna, yang terbukti dari hilangnya zat berwarna gelap.
Sebaiknya sekali-sekali krus diputar agar semua bagian dipanasi dengan
sempurna.
3.4 Pembakaran Tahap Akhir
Untuk mengakhiri pembakaran, letakkan krus tegak dengan mengambil
tutupnya untuk memasukkan udara dan memanaskan pada suhu yang
ditentukan untuk endapan tertentu. Pembakaran dilanjutkan hingga krus
mencapai berat yang stabil, yaitu hingga selisih antara dua penimbangan
kurang dari 0,5 mg.
1. 8- Hidroksikuinolin
109
melepaskan ion-ion H+. Karenanya dengan mengatur pH, dapat dihindarkan
kontaminasi endapan.
2. α- Nitroso β-naftol
3. Dimetil Glioksim
Pereaksi ini tak ada tandingannya dalam sifatnya sebagai pereaksi yang
spesifik, dalam larutan asam hanya Pd (palladium) yang diendapkan
sedangkan dalam larutan yang agak basa hanya Ni yang mengendap
110
Penentuan kadar air yang banyak dilakukan, menggunakan cara
gravimetrik. Bahan-bahan makanan baik dari hewan maupun tumbuh-tumbuhan
dianalisis kadar airnya dengan cara gravimetrik.
3. CONTOH SOAL
Sebuah sampel garam klorida seberat 0,6025 g telah dilarutkan dalam air dan
kloridanya diendapkan dengan perak nitrat berlebih. Endapan perak klorida
disaring, dicuci, dikeringkan dan diketahui beratnya 0,7134 g. Hitung % klorida
dalam sampel.
Misalkan g = gram Cl dalam sampel
Ag+ + Cl- → AgCl(p)
Karena 1 mol Cl memberikan 1 mol AgCl
Mol Cl = mol AgCl
g/35,45 = 0,7134/143,32
g = 0,7134 x 35,45/143,32
% Cl = berat Cl/berat sampel x 100
= 29,29
4. TUGAS :
1. Definisikan analisis gravimetric
2. Uraikan macam-macam air yang terikat pada suatu bahan
3. Uraikan langkah-langkah dalam gravimetric
4. Jelaskan tahap-tahap dalam pembentukan endapan
5. Jelaskan tahap-tahap dalam pemanggangan / pembakaran endapan
6. Hitung factor gravimetrik : zat yang ditimbang ditulis di muka, kemudian
adalah zat yang ditentukan :
KClO4 : K2O
PbCrO4 : Cr2O3
CaCO3 : CO2
AgCl : KClO4
111
7. Timbal dalam sebuah sampel seberat 0,6342 g suatu bijih diendapkan
sebagai PbSO4. Endapan dikeringkan dan ternyata beratnya 0,4381 g.
Hitung % Pb dalam bijih dan % sebagai PbO.
8. Belerang dalam sebuah sampel seberat 0,8423 diubah menjadi sulfat
dan sulfatnya diendapkan sebagai BaSO4. Endapan ternyata beratnya
0,3148 g setelah dicuci dan dibakar. Hitung % belerang dalam sampel
dan hitung % sebagai SO3.
9. Sebuah sampel seberat 0,6000 g yang terdiri dari CaC 2O4 dan MgC2O4
dipanaskan pada 5000C untuk mengubah kedua garam menjadi CaCO 3
dan MgCO3. Sampel kemudian beratnya 0,4650 g. Jika sampel
dipanaskan lagi 9000C yang hasilnya adalah CaO dan MgO. Berapakah
berat campuran oksida
10. Sebuah campuran yang mengandung hanya AgCl dan AgBr beratnya
0,4682 g. Telah diperlakukan dengan Cl 2 sehingga mengubah AgBr
menjadi AgCl. Contoh sekarang beratnya 0,3604 g. Hitung % AgBr
dalam sampel semula.
11. Natrium dan kalium dalam sebuah batu karang, unsur2nya diubah
menjadi klorida dan campuran NaCl dan KCl ternyata beratnya 0,6648 g.
klorida2nya diubah menjadi sulfat, dan campuran Na 2SO4 dan K2SO4
ternyata mempunyai berat 0,7849 g. Jika berat batu karang semula
0,8792 g, maka hitung persentase Na 2O dan K2O di dalam contohBerapa
berat contoh yang mengandung 12,5% FeO harus diambil untuk
analisis, jika diinginkan untuk memperoleh suatu endapan Fe 2O3 yang
beratnya 0,3600 g.
12. Sebuah contoh kuningan mengandung 9,20% timah, 5,40% timbal,
4,30% seng dan 81,10% tembaga. Unsur2 ini ditentukan secara
gravimetric dengan menimbang endapan2 berikut : SnO 2, PbSO4,
CuSCN, dan Zn2P2O7. Jika contoh seberat 0,600 g dianalisis, berapa
berat masing-masing endapan akan diperoleh?
112
BAB XIII
ANALISIS AIR
1. TUJUAN KHUSUS :
1.1 Menjelaskan analisis sifat fisika dari air
1.2 Menjelaskan analisis sifat kimia dari air
1.3 Menjelaskan tes mikrobiologi dari air.
2. URAIAN :
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
fungsinya bagi kehidupan tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air
bersih dan air murni merupakan bahan yang sangat penting juga langka
dengan semakin majunya iptek, masyarakat dan peradaban industri.
Sebaliknya berkat perkembangan iptek, mutu air pun secara bertahap dapat
diperbaiki.
Untuk mendapatkan air yang berkualitas maka dilakukan pengolahan
secara kimia, fisika, dan biologi. Untuk menentukan kualitas air maka dilakukan
analisis air baik untuk sifat fisika, kimia,dan biologinya.
2.1 Analisis Sifat Fisika Air
a. Suhu
Suhu air ialah derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan panas
derajat Celcius (0C). Suhu air ditentukan dengan menggunakan termometer
atau termistor.
b. Warna
Warna ialah warna nyata dari air yang dapat disebabkan oleh adanya ion
metal (besi dan mangan), humus, plankton, tumbuhan air dan limbah industri,
yang tidak menggunakan zat warna tertentu setelah dihilangkan kekeruhannya,
yang dinyatakan dalam satuan warna skala Pt-Co.
c. Kekeruhan
Kekeruhan ialah sifat optik dari suatu larutan, yang menyebabkan
cahaya yang melaluinya terabsorbsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/L
SiO2. Air dikatakan keruh bila mengandung material yang nampak membentuk
suspensi. Kekeruhan dapat disebabkan oleh alga yang mati maupun yang
113
hidup atau oleh organisme lain, yang kebanyakan penyebabnya bersama-sama
dengan Lumpur dan tanah liat. Kekeruhan dinyatakan dalam satuan Turbidity
Unit (tu) dan diukur dengan membanding secara nefelometri air sample
dengan larutan standar formazin.
d. Kejernihan
Kejernihan ialah dalamnya lapisan air yang dapat ditembus oleh sinar
matahari yang dinyatakan dalam satuan cm. Uji ini dilakukan dengan mengukur
jarak antara permukaan air dengan benda (keping secchi) yang masih terlihat
dengan mata dan pada saat cahaya matahari cukup
e. Residu Total
Residu yang tersisa setelah penguapan contoh dan dilanjutkan dengan
pengeringan pada suhu tertentu secara merata dan dinyatakan dalam satuan
mg/L. Pemeriksaan residu total dilakukan dengan cara menimbang berat
contoh yang telah dikeringkan pada suhu 103-105 0C hingga diperoleh berat
tetap.
f. Residu Tersuspensi
Yaitu berat zat padat dalam air yang tertahan pada penyaring dengan
kertas saring yang berpori sebesar 0,45 m dan dikeringkan pada suhu tertentu
secara merata yang dinyatakan dalam satuan mg/L.Pemeriksaan residu
tersuspensi dilakukan dengan cara menimbang berat residu di dalam contoh
yang tertahan pada kertas saring yang berpori 103-105 0C hingga diperoleh
berat tetap.
114
g. Residu Terlarut
Yaitu berat zat padat yang dapat lolos melalui saringan yang berpori
sebesar 0,45 m dan dikeringkan pada suhu tertentu secara merata dan
dinyatakan dalam satuan mg/L.
Pemeriksaan residu terlarut dilakukan dengan cara menimbang berat
residu yang lolos melalui kertas saring yang berpori < 45 m dan telah
dikeringkan pada suhu 103-1050C.
h. Derajat Keasaman (pH)
Yaitu logaritma negatif dari aktivitas ion hydrogen dalam suatu larutan.
Aktivitas ion hydrogen dalam air diukur secara potensiometri dengan elektroda
gelas. Elektroda ini akan menghasilkan perubahan tegangan yang disebabkan
oleh aktivitas ion hideogen sebesar 59,1 mv/pH unit pada suhu 25 0C.
i. Daya Hantar Listrik (DHL)/Konduktivitas
Yaitu kemampuan dari larutan yang menghantarkan arus listrik yang
dinyatakan dalam mho/cm, kemampuan tersebut tergantung pada kadar zat
terlarut yang mengion di dalam air, pergerakan ion, valensi dan suhu.DHL
diukur dengan elektroda konduktometer dengan menggunakan larutan KCl
sebagai larutan baku pada suhu 250C.
115
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa penurunan nilai pH larutan. Sama halnya dengan buffer, alkalinitas
merupakan pertahanan air terhadap pengasaman. Alkaliniti adalah hasil reaksi-
reaksi terpisah dalam larutan hingga merupakan sebuah analisa makro yang
menggabungkan beberapa reaksi.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat, bikarbonat,
hidroksida, borat, silikat dan lain-lain. Alkalinitas dapat ditentukan dengan titrasi
asam-basa yaitu dengan mentitrasi sample air dengan asam-asam kuat yaitu
asam sulfat dan asam klorida.
e. Fe
Besi adalah salah satu elemen yang selalu dapat ditemui pada hampir
semua badan air, besi yang ada di dalam air dapat bersifat :
-
terlarut sebagai Fe2+ dan Fe3+
-
tersuspensi sebagai koloidal (diameter < 1 m) atau lebih besar, seperti
Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.
-
Tergabung dengan zat organis atau zat padat yang inorganic (seperti
tanah liat)
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l,
tetapi di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi Fe yang
tinggi dapat menodai pakaian dan peralatan dapur.
Penentuan kadar besi di air dapat dilakukan dengan menggunakan
peralatan spektrofotometer.
f. Nitrogen; amoniak
Nitrogen dapat ditemui hampir di setiap badan air dalam bermacam-
macam bentuk, seperti : NH3, N2, NO2-, NO3-. Biasanya senyawa-senyawa
nitrogen tersebut adalah senyawa terlarut.
Analisa Kjedahl merupakan analisa untuk nitrogen Kjedahl yaitu jumlah
N-organis dan N-amoniak bebas. Analisa Kjedahl pada umumnya dilaksanakan
pada sample air yang diduga mengandung zat organis seperti air buangan
penduduk , industri, dan air sungai (tidak pada air sumur dan air PAM). Selain
analisa Kjedahl nitrogen, amoniak dapat dianalisa dengan cara Nessler, cara
titrimetris. Dan cara elektroda khusus.
g. Nitrat, nitrit
116
Analisa nitrat cukup sulit, karena rumit dan peka terhadap berbagai jenis
gangguan. Namun ada beberapa cara analisa yang tersedia antara lain :
-
analisa spektrofotometer pada panjang gelombang 220 nm
-
Analisa dengan elektroda khusus (dan pH meter)
-
Analisa dengan brusin untuk air dengan kadar 0,1 – 2 mg NO 3-N/l.
-
Analisa dengan kromotropik untuk air dengan kadar 0,1 – 5 mg NO 3-N/l
-
Analisa dengan reduksi menurut Devarda untuk air dengan kadar NO 3-N
> 2 mg/l
-
Analisa kolorimetris khusus baginitrit.
h. Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat dan fosfat organis. Berdasarkan sifat fisis teradapat fosfat
terlarut, fosfat tersuspensi, dan fosfat total yaitu jumlah fosfat terlarut dengan
fosfat tersuspensi.
Jenis analisa untuk fosfat terdiri dari 4 tahapan :
1. Penyaringan pendahuluan pada filter membran untuk memisahkan fosfat
terlarut dengan yang tersuspensi
2. Hidrolisa pendahuluan untuk mengubah polifosfat menjadi ortofosfat
3. Peleburan (digesti)pendahuluan dengan asam sulfat untuk megubah
semua polifosfat serta fosfat organis mejadi ortofosfat
4. analisis ortofosfat dengan menggunakan metoda asam asorbik yaitu
dengan menggunakan spektrofotometer.
i. COD
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia
adalah jumlah oksigen (mg. O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 l sample air, di mana pengoksidasi K 2Cr2O7
digunakan sebagai sumber oksigen (oxygen agent)
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis
yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan
K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih :
DE
117
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+
Zat organis Ag2SO4
Selama reaksi yang berlangsung + 2 jam ini, uap direfluk dengan alat
kondensor, agar zat organis volatile tidak lenyap keluar.
Perak sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan
gangguan klorida yang pada umumnya ada di dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi
maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluk. K 2Cr2O7
yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa
oksigen yang telah terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi
dengan ferro ammonium sulfat (FAS), di mana reaksi yang berlangsung adalah
sebagai berikut :
j. BOD
Biological Oxygen Demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah
suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses-proses
mikrobiologis yang benar-benar terjadi di dalam air. Angka BOD adalah jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan / mengoksidasi
hampir semua zat organis yang terlarut dan sebagian zat-zat organis yang
tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri sehingga dapat dirancang system
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penentuan BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis.
118
Penentuan BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan
oksigen di dalam air, dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri
aerobik. Sebagai hasil oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan
amoniak. Reaksi oksidasi dapat dituliskan sebagai berikut :
Pada penetapan BOD juga digunakan zat pengoksidasi K 2Cr2O7 namun sisanya
dititrasi dengan tiosulfat.
3. TUGAS :
119
BAB XIV
ANALISIS MINYAK DAN LEMAK
120
c. Hasil laut : minyak ikan sardin, minyak ikan paus
121
Adanya tembaga dan besi akan mempercepat pembentukan peroksida
lemak dan peroksida tersebut akan mengoksidasi lesitin. Persenyawaan
nitrogen yang berkombnasi secara kimia dengan minyak dapat menyebabkan
bau amis dan mengakibatkan warna minyak menjadi kuning atau coklat.
c. Odor dan Rasa (Flavour)
Odor dan rasa pada minyak atau lemak selain terdapat secara alami,
juga terjadi karena pembentukan asam-asam yang berantai sangat pendek
sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak. Bau khas dari
minyak kelapa sawit dikarenakan terdapat beta ionone, sedangkan bau khas
dari minyak kelapa ditimbulkan oleh nonyl methylketon.
d. Kelarutan
Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang
sama, yaitu zat polar larut dalam pelarut bersifat polar dan tidak larut dalam
pelarut non polar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak
(castor oil). Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam alcohol, tetapi akan
melarut sempurna dalam etil eter, karbon disulfida, dan pelarut-pelarut halogen.
Ketiga jenis pelarut ini memiliki sifat nonpolar sebagaimana halnya minyak dan
lemak netral. Kelarutan dari minyak dan lemak ini dipergunakan sebagai dasar
untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung
minyak.
Dari segi teknik, kelarutan asam-asam lemak ini mempunyai arti sangat
penting. Misalnya asam-asam lemak tidak jenuh sangat mudah melarut dalam
pelarut organic dibandingkan dengan asam-asam lemak jenuh. Sifat kelarutan
tersebut digunakan sebagai dasar untuk memisahkan berbagai asam lemak
yang tidak jenuh, yaitu dengan proses kristalisasi.
h. Slipping Point
Penetapan slipping point dilakukan dengan menggunakan suatu silinder
kuningan yang kecil, yaitu diisi dengan lemak padat, kemudian disimpan dalam
bak yang tertutup dan dihubungkan dengan termometer. Bila bak tadi digoyang
temperatur akan naik dengan perlahan-lahan. Temperatur pada saat lemak
dalam silinder mulai naik atau temperatur pada saat lemak mulai melincir
disebut slipping point.
j. Berat Jenis
Berat jenis dari minya atau lemak biasanya ditentukan pada temperatur
250C tetapi untuk lemak yang titik cairnya tinggi diukur pada temperatur 40 0C
atau 600C.
k. Indeks Bias
Indeks bias adalah derajat penyimpangan dari cahaya yang dilewatkan
pada suatu medium yang cerah . Indeks bias tersebut pada minyak dan
lemak dipakai untuk pengujian kemurnian minyak. Alat yang digunakan untuk
menentukan indeks bias adalah refraktometer.
Indeks bias akan meningkat pada minyak atau lemak dengan rantai
karbon yang panjang dan juga dengan terdapatnya sejumlah ikatan rangkap.
Nilai indeks bias dari asam lemak juga akan bertambah dengan meningkatnya
berat molekul dan naiknya derajat ketidakjenuhan dari asam lemak tersebut.
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, Dr, Ir & Sri Sumestri, Ir., MSc., 1984, Metoda Penelitian Air, Usaha
Nasional, Surabaya.
Nishiyama, M., 1996, Kaidah Umum untuk Analisa Kimia, Puslitbang Kimia
terapan, LIPI, Bandung.
Oxtoby dkk. 2001, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Edisi keempat Jilid 1, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Underwood, R.A Day, 2002, Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Penerbit
Erlangga, Jakarta
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif, Makro dan Semimikro, Edisi kelima,
PT Kalman Media Pusaka, Jakarta
136
Aku ingin hidup mendaki puncak
tantangan, memanjat batu granit kesulitan,
menggoda marabahaya, dan memecahkan
misteri dengan sains. Aku ingin menghirup
berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas
menyelami labirin lika-liku hidup yang
ujungnya tak dapat disangka.
Aku mendamba kehidupan dengan
kemungkinan-kemungkinan yang beraksi satu
sama lain seperti benturan molekul uranium:
meletup tak terduga-duga, menyerap,
mengikat, mengganda, berkembang, terurai,
dan berpencar ke arah yang mengejutkan.
Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh,
menjumpai beragam bahasa dan orang-orang
asing. Aku ingin berkelana, menemukan
arahku dengan membaca bintang gemintang.
Aku ingin mengarungi padang dan gurun-
gurun, ingin melepuh terbakar matahari,
limbung dihantam angin, dan menciut
dicengkram dingin.
Aku ingin kehidupan yang menggetarkan,
penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup!
Ingin merasakan sari pati hidup!
(Andrea Hirata)
137