Anda di halaman 1dari 127

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2019

Sisa Makanan Pasien Berdasarkan Cita


Rasa, Penampilan dan Variasi Makanan
di Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul
Manan Simatupang Kisaran

Zahara, Izhani Isma


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/13299
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SISA MAKANAN PASIEN BERDASARKAN CITA RASA,
PENAMPILAN DAN VARIASI MAKANAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH H.ABDUL MANAN
SIMATUPANG KISARAN

SKRIPSI

Oleh

IZHANI ISMA ZAHARA


NIM : 131000220

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SISA MAKANAN PASIEN BERDASARKAN CITA RASA,
PENAMPILAN DAN VARIASI MAKANAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH H.ABDUL MANAN
SIMATUPANG KISARAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

IZHANI ISMA ZAHARA


NIM : 131000220

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul “SISA

MAKANAN PASIEN BERDASARKAN CITA RASA, PENAMPILAN DAN

VARIASI MAKANAN DI RSUD H.ABDUL MANAN SIMATUPANG

KISARAN” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Desember 2018

Izhani Isma Zahara

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 21 Desember 2018

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Fitri Ardiani, SKM., M.P.H


Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, MKM,Ph.D
2. Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang,M.Si
3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis,M.Kes

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstrak

Sisa makanan adalah persentase makanan yang tidak habis dikonsumsi dan
dibuang sebagai sampah, dan juga merupakan indikator standar pelayanan
minimal gizi rumah sakit. Banyaknya sisa makanan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah faktor eksternal. Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sisa makanan berdasarkan
cita rasa, penampilan dan variasi makanan. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit H.Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan pendekatan kuantitatif dan uji
Cross Tabulation pada 55 pasien, menggunakan teknik Purposive Sample, analisis
data dengan menggunakan distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Pengumpulan
data dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Sisa makanan diukur
berdasarkan hasil selisih antara penimbangan berat awal makanan dengan sisa
makanan pasien dalam sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sisa makanan
yang ditemukan di rumah sakit tersebut rata rata sebanyak 30,92% atau 216,46
gram dan termasuk banyak karena melebihi angka yang ditetapkan oleh PGRS
yaitu 20%. Lauk nabati merupakan jenis makanan yang memiliki sisa makanan
paling banyak yaitu 62,3%, sedangkan yang memiliki sisa makanan paling sedikit
yaitu snack dan buah. Sebanyak 15 pasien menilai rasa makanan yang disajikan
kurang baik dan 11 pasien menyatakan penampilan makanan masih kurang, serta
21 pasien menyatakan variasi makanan kurang. Dari analisis tabulasi silang antara
cita rasa makanan , penampilan makanan dan variasi makanan dengan sisa
makanan didapatkan hasil bahwa pasien yang memilih kategori kurang, cukup dan
baik pada aspek yang telah diberikan ternyata masih memiliki sisa makanan
banyak. Saran dalam penelitian ini kepada pihak rumah sakit dan instalasi gizi
untuk meningkatkan penampilan makanan menjadi lebih menarik dan perlu
dilakukan pelatihan kembali terhadap ahli gizi dan juru masak pada rumah sakit
tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas makanan yangdisajikan.

Kata kunci : Sisa Makanan, Variasi Makanan, Penampilan Makanan, Cita Rasa
Makanan

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Abstract

Leftover food is the percentage of food that is not consumed and disposed of as
garbage, and is also an indicator of a minimum standard of hospital nutrition.
The amount of leftovers is influenced by several factors, one of which is external
factors. This research is a descriptive study that aims to know the description of
leftover food based on taste, appearance and variety of food. This research was
conducted at H.Abdul Manan Simatupang Kisaran Hospital with a quantitative
approach and cross sectional in 55 patients, using purposive sample techniques,
analyzing data using frequency distribution and cross tabulation. Data collection
by direct interviews using questionnaires. The leftover food is measured based on
the difference between weighing the early weight of the food and the leftover food
for the patient in a day. The results showed that the leftover food found in the
hospital averaged as much as 30.92% or 216.46 grams and included a lot
because it exceeded the rate set by the hospital nutrition services of 20%.
Vegetable side dish is the type of food that has the most food scraps, which is
62.3%, while those that have the least food scraps are snacks and fruit. A total of
15 patients assessed the taste of the food served was poor and 11 patients stated
that the appearance of food was still lacking, and 21 patients stated that the
variation in food was lacking. From the cross tabulation analysis between food
taste, food appearance and food variation with the rest of the food, it was found
that patients who chose the less category, enough and good on the aspects that
were given turned out to still have a lot of leftovers. Suggestions in this research
to the hospital and nutrition installation to improve the appearance of food
become more interesting and it is necessary to do re-training of nutritionists and
kitchener at the hospital so that it can improve the quality of the foodserved.

Keyword: Leftover Food, Food Variations, Food Appearance, Food Taste

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Sisa

Makanan Pasien Berdasarkan Cita Rasa, Penampilan dan Variasi Makanan di

Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manan Simatupang Kisaran” yang

merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Banyak pengalaman yang diperoleh penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, dan semua itu berkat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas KesehatanMasyarakat

Universitas SumateraUtara.

3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si., selaku Ketua Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

4. Fitri Ardiani, SKM., MPH., selaku Dosen Pembimbing dan juga Ketua

Penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, saran,

masukan, ilmu serta motivasi dalam penulisan skripsiini.

5. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan, saran, masukan, bahan, referensi dan

petunjuk dalam penulisan skripsiini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang, M.Si., selaku Dosen Pengui I atas

segala saran dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsiini.

7. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes., selaku Dosen Penguji II atas segala saran

dan masukan yang diberikan untuk penyempurnaan skripsiini.

8. Drs. Jemadi, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Akademik atassegala

bimbingan yangdiberikan

9. Seluruh dosen dan staff di FKM USU yang telah memberikan ilmu dan

membantu penulis menyelesaikan kepentingan administrasi selamamasa

perkuliahan.

10. dr. Edi Iskandar, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran yang telah memberikan izin dan bantuan

kepada penulis.

11. Meifrida Panjaitan selaku Kepala Instalasi Gizi dan seluruh staf di RSUD

H.Abdul Manan Simatupang Kisaran yang telah memberikan data-data dan

arahan kepada penulis.

12. Kepada orang tua penulis, Aysan Surya dan Effi Zahara yang telah

membesarkan penulis, mendidik, membimbing, mendoakan, memberi

dukungan dan motivasi serta memberikan kasih sayang yang takterhingga

kepada penulis.

13. Saudara-saudari penulis, Tenny Purwanty, Wiwit Dwi Astuti, TarunaDasa

Satria, Jaka Surya Laksana, Fadh Akbar Prawiranegara dan keluarga besar

yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi,

serta doa yang tiada henti kepadapenulis.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14. Sahabat-sahabat penulis yang telah bersama sejak masuk ke FKM USU,

Nadia Safira, Ricka Putri Hardianti, Sari Yunia Ardi, Cindy Sahara

Nasution, Rafika Misni Pohan, dan Ika Rolanda yang telah memberikan

dukungan dan semangat luar biasa agar skripsi ini dapat diselesaikandengan

baik.

15. Teman-teman PBL di Desa Lubuk Saban, Eva Simorangkir, Anita

M.Magdalena, Nurholijah, Dwi Efriyanti, Riri Novia Sumanti, AgnesPurba

dan Dani Damanik. Teman-teman LKP di Badan Ketahanan Pangan, Sarah

Mutia dan Dinda DwiKhairani.

16. Teman-teman tidak terduga, Dina Wulan Suci, Rika Siregar, Ruslan Zuhair,

Ulfa, Anggi, Huda, Cantika, Pua, Adis, dan Vella yang selalu meluangkan

waktunya untuk memberikan dukungan, bantuan danmotivasinya.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi ini masih

terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi. Akhir

kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu

pengetahuan.

Medan, Desember2018

Izhani Isma Zahara

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i


Halaman Pengesahan ii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 8
Tujuan Penelitian 8
Tujuan Umum 8
Tujuan Khusus 9
Manfaat Penelitian 9

Tinjauan Pustaka 10
Sisa Makanan 10
Penilaian Mutu Makanan 12
Faktor yang Mempengaruhi Sisa Makanan 16
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit 26
Standar Umum Makanan Rumah Sakit 27
Asupan Makanan Pasien 30
Landasan Teori 32
Kerangka Konsep 33

Metode Penelitian 35
Jenis Penelitian 35
Lokasi dan Waktu Penelitian 35
Populasi dan Sampel 35
Variabel dan Defenisi Operasional 38
Metode Pengumpulan Data 42
Metode Pengukuran 42
Metode Analisis Data 46

Hasil Penelitian 48
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 48
Instalasi Gizi RSUD H.Abdul Manan Simatupang 49

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KarakterisitikResponden 50
Gambaran CitaRasaMakanan 51
AromaMakanan 52
TingkatKematanganMakanan 52
Tekstur Makanan 53
SuhuMakanan 54
GambaranPenampilanMakanan 54
Warna Makanan 55
BentukMakanan 56
PorsiMakanan 56
CaraPenyajian 57
GambaranVariasiMakanan 58
VariasiMenu 58
VariasiBahanMakanan 59
GambaranSisa Makanan 60
Sisa Makanan Pasien MenurutWaktuMakan 60
Sisa Makanan Pasien MenurutJenisMakanan 62
AnalisisBivariat 63
Tabulasi Silang Cita Rasa Makanan denganSisaMakanan 63
Tabulasi Silang Penampilan denganSisaMakanan 63
Tabulasi Silang Makanan denganSisaMakanan 64

Pembahasan 65
AnalisisUnivariat 65
KarakteristikResponden 65
Sisa Makanan 66
CitaRasa Makanan 67
PenampilanMakanan 70
VariasiMakanan 73
AnalisisBivariat 75
TabulasiSilang 75

KesimpulandanSaran 78
Kesimpulan 78
Saran 78

DaftarPustaka 80
Daftar Lampiran

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Tabel

No Judul Halaman

1. Standar Porsi Makanan Biasa Menurut Penuntun Diet 29

2. Karakteristik Responden 51

3. Distribusi Cita Rasa Makanan 52

4. Distribusi Penilaian Aroma Makanan 52

5. Distribusi Penilaian Tingkat Kematangan Makanan 53

6. Distribusi Penilaian Tekstur Makanan 54

7. Distribusi Penilaian Suhu Makanan 54

8. Distribusi Penilaian Penampilan Makanan 55

9. Distribusi Penilaian Warna Makanan 56

10. Distribusi Penilaian Bentuk Makanan 56

11. Distribusi Penilaian Porsi Makanan 57

12. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan 57

13. Distribusi Penilaian Variasi Makanan 58

14. Distribusi Penilaian Variasi Menu Makanan 59

15. Distribusi Penilaian Variasi Bahan Makanan 59

16. Distribusi Sisa Makanan Pagi 60

17. Distribusi Sisa Makanan Siang 61

18. Distribusi Sisa Makanan Malam 61

19. Distribusi Sisa Makanan 61

20. Distribusi Sisa Makanan Menurut Jenis Makanan 62

21. Tabulasi Silang Antara Cita Rasa dengan Sisa Makanan 63

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22. Tabulasi Silang Antara Penampilan denganSisaMakanan 64

23. Tabulasi Silang Antara Variasi denganSisaMakanan 64

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Gambar

No Judul Halaman

1. Landasan Teori 32

2. Kerangka Konsep Penelitian 33

3. Defenisi Operasional 37

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1. Surat Pernyataan KesediaanMenjadiSampel 84

2. KuesionerPenelitian 85

3. Form Penimbangan Makanan 88

4. MasterData 89

5. OutputSPSS 97

6. Siklus Menu10 Hari 104

7. SuratSelesai Penelitian 109

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Riwayat Hidup

Penulis bernama Izhani Isma Zahara berumur 23 tahun, dilahirkan di

Kisaran pada tanggal 1 Desember 1995. Penulis beragama Islam, anak keenam

dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Aysan Surya dan Ibu Effi Zahara.

Pendidikan formal dimulai di TK Diponegoro Kisaran tahun 2000.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Diponegoro Kisaran tahun 2001-2007,

sekolah menegah pertama di SMP Swasta Diponegoro Kisaran tahun 2007-2010.

Sekolah menengah atas di SMAN 3 Kisaran tahun 2010-2013, selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Desember2018

Izhani Isma Zahara

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pendahuluan

Latar Belakang

Masalah gizi pada berbagai keadaan sakit secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi proses penyembuhan, karena itu harus diperhatikan

secara individual. Khususnya di rumah sakit, penyelenggaraan makanan

seharusnya dilakukan secara optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar

kesehatan, namun dalam prosesnya asuhan nutrisi seringkali diabaikan, padahal

keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,

sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi

pasien. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk mepercepat

penyembuhan, memperpendek hari rawat pasien, dan mempertahankan status gizi

yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi.

Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu dari empat kegiatan

pokok pelayanan gizi rumah sakit. Tujuan utama dari penyelenggaraan makanan

adalah untuk menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi,

biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang

optimal (Pelayanan Gizi Rumah Sakit [PGRS], 2013). Juga membantu dan

mempercepat proses penyembuhan, yang berarti pula memperpendek lama hari

rawat sehingga dapat menghemat biaya pengobatan.

Penyelenggaraan makanan terutama makanan di rumah sakit harus optimal

dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit

pasien. Penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan (tidak

saniter dan higienis) selain memperpanjang proses perawatan, juga dapat

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

menyebabkan timbulnya infeksi silang (cross infection) atau infeksi nosokomial

(infeksi yang didapatkan di rumah sakit), diantaranya dapat melalui makanan.

Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan makanan di rumah sakit

yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak higienis) juga dapat menyebabkan

keracunan makanan.

Malnutrisi di rumah sakit merupakan hal penting yang seringkali

terlewatkan pada penanganan pasien. Prevalensi yang sangat tinggi, komplikasi

yang bervariasi, tingginya mortalitas dan biaya yang harus ditanggung akibat

malnutrisi mengharuskan penanganan yang bersifat multidisiplin dan terintegrasi

pada pasien dengan malnutrisi atau berisiko malnutrisi. Kendala yang dihadapi

pada penatalaksanaan pasien malnutrisi di rumah sakit adalah belum tersedianya

protokol atau kurangnya komunikasi antar pengelola pasien baik dokter spesialis

gizi, ahli gizi, maupun perawat.

Hasil berbagai penelitian yang dilakukan di negara maju maupun

berkembang, ditemukan angka prevalensi malnutrisi di rumah sakit cukup tinggi.

Penelitian di Eropa tahun 2009 menemukan bahwa setengah dari pasien di RS

berpotensi atau bahkan telah mengalami kekurangan gizi. Pada Hospital

Nutrition State of the Art Summit tahun 2011 diungkapkan bahwa ada 50% pasien

rumah sakit di seluruh dunia yang mengalami kekurangan gizi. Di Korea Selatan

angka malnutrisi pada pasien mencapai 45% pada tahun 2003, di Denmark 38,9%,

di negara lain seperti Amerika dan Inggris angkanya antara 40-50%. Indonesia

sendiri angka malnutrisi mencapai 30-50% (Fresenius Kabi Advance Nutrition

Corse (FRANC). Studi di Indonesia yang dilakukan di Jakarta, menghasilkandata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

bahwa dari sekitar 30-70% pasien yang telah menyandang status malnutrisi dan

69%-nya mengalami penurunan status gizi selama rawat inap di rumah sakit

(Mukhlis, 2017). Tingginya prevalensi malnutrisi di rumah sakit saat ini masih

dihubungkan dengan ketidakmampuan atau kurangnya kesadaran dari pihak

rumah sakit dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah malnutrisi di rumah

sakit yang dapat memberi ancaman terhadap peningkatan angka kesakitan,

kematian serta biaya pengobatan maupun perawatan. Fungsi organ yang

terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi

sehingga memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Kemenkes RI], 2013).

Peranan makanan dalam penyembuhan penyakit sama pentingnya dengan

penggunaan obat. Bahkan penggunaan makanan memiliki peran dalam jangka

yang lebih panjang. Makanan yang diberikan kepada pasien rumah sakit haruslah

disesuaikan dengan penyakitnya. Berdasarkan konsistensinya makanan yang

paling umum diberikan kepada orang sakit yang dirawat dirumah sakit adalah

makanan biasa dimana susunan makanan yang dipilih tidak berbeda dengan

makanan orang sehat. Modifikasi yang paling ringan hanya dalam hal penggunaan

bumbu-bumbu, karena dalam keadaan sakit, pasien tidak boleh makan makanan

yang rasanya pedas atau zat-zat yang merangsang saluran perncernaan atau yang

dapat menyebabkan diare (Moehyi, 2014).

Salah satu indikator standar pelayanan minimal gizi rumah sakit adalah

persentase makanan yang tidak habis dikonsumsi dan dibuang sebagai sampah

(sisa makanan) (Almatsier, 2017). Pencatatan sisa makanan bisa digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

sebagai cara penentuan dari evaluasi yang sederhana dapat dipakai sebagai

indikator keberhasilan pelayanan gizi. Sisa makanan dalam hal ini merupakan

jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah makanan disajikan. Sisa

makanan dikatakan tinggi jika seseorang meninggalkan sisa makanan lebih dari

25%. Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005), sisa makanan adalah jumlah

makanan yang tidak dimakan pasien yang disajikan oleh rumah sakit menurut

jenis makanannya. Bila jumlahnya tinggi dapat menyebabkan tingginya biaya

yang terbuang yang akan mengakibatkan anggaran gizi yang kurang efisien dan

merugi. Penelitian Wirasmadi (2015) mengatakan bahwa rata-rata biaya makan

terbuang sehari sebesar Rp. 2.939 per pasien. Biaya rata-rata sisa makanan yang

lebih banyak ditemukan pada penelitian Irawati (2009) di RSJ Madani Palu pada

pasien skizofrenia sebesar Rp. 1.529,333 per hari.

Sisa makanan adalah berat makanan di piring yang tidak dihabiskan atau

dibuang oleh seseorang yang disajikan dalam persentase. Sisa makanan

merupakan salah satu dari berbagai hal yang ada di rumah sakit yang harus

diperhatikan. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang

lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian menimbulkan

terjadinya malnutrisi. Hal ini kemudian akan berdampak pada lamanya masa

perawatan di rumah sakit serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien

yang berarti pula meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan. Menurut Hayes dan

Gibson (2003) yang dikutip oleh Sembiring (2015) salah satu yang mempengaruhi

lamanya hari perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, dimana

penyembuhan pasien yang dirawat berkaitan dengan status gizi yang didapatdari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

makanan selama hari perawatan. Data sisa makanan umumnya digunakan untuk

mengevaluasi efektifitas program penyuluhan gizi, penyelenggaraan dan

pelayanan dan pelayanan makanan, serta kecukupan konsumsi makanan pada

kelompok atau perorangan.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Sisa

makanan terjadi bukan hanya karena nafsu makan yang ada dalam diri seseorang,

tetapi ada faktor lain yang menyebabkan terjadinya sisa makanan yaitu faktor

internal dan eksternal (Moehyi, 2014). Faktor internal merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri seseorang yang meliputi usia, jenis penyakit, jenis kelamin,

lama perawatan, nafsu makan, kebiasaan makan, keadaan psikis, aktivitas fisik,

gangguan pencernaan, dan konsumsi obat. Sedangkan faktor eksternal merupakan

faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang meliputi penampilan makanan

yang dapat diamati dari warna, bentuk, konsistensi, besar porsi, dan rasa makanan

dilihat dari aroma, bumbu, keempukan, tingkat kematangan, dan suhu makanan,

termasuk juga sikap petugas ruangan, jadwal makan, suasana lingkungan tempat

perawatan, variasi menu, mutu makanan, dan makanan dari luar rumah sakit

(Almatsier, 2017). Faktor lain yang menentukan bagaimana seseorang memilih

makanan yaitu kesenangan dan ketidaksenangan, kebiasaan, daya beli serta

ketersediaan makanan, kepercayaan dan ketakhayulan, faktor agama serta

psikologis dan yang paling akhir dan sering tidak dianggap penting pertimbangan

gizi dan kesehatan (Hartono, 2000). Sedangkan menurut Djamaluddin (2005) jenis

kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur dan cita rasa pasien juga

mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan yang dikonsumsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Berdasarkan penelitian Salman (2014) di RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh

Banjarmasin rata-rata sisa makanan pasien bersisa banyak (>25%) pada jenis

makanan lauk nabati yaitu sebesar (55,6%), lauk hewani dan buah sebesar

(51,1%). Penelitian Sembiring (2015) di Rumah Sakit Pirngadi Medan

menunjukkan bahwa rata-rata sisa makanan pasien adalah sebanyak 32,92%. Sisa

makanan menurut waktu makan yang masuk dalam kategori banyak terjadi pada

jam makan malam (38,6%). Sisa makanan menurut jenis makanan dalam kategori

banyak yaitu sisa makanan sayuran (78,1%). Penelitian Rahmawati dkk (2012)

melaporkan bahwa masih terdapat sisa makanan di bangsal kelas III RSUD

Salatiga yaitu sisa nasi 43,86%, sayur 40%, lauk nabati 34,74% dan lauk hewani

28,41%. Penulis juga melakukan observasi selama tiga hari dan menemukan

bahwa sisa makanan pasien masih tinggi, yaitu bubur 50% dan sayur 75% pada

waktu makan pagi, sedangkan Standar Pelayanan Minimal manajemen di Instalasi

Gizi, sisa makanan pasien yang ditetapkan adalah 25%. Penelitian Aristi (2010) di

RSU Kabupaten Tangerang 83 orang (58,5%) pasien yang meninggalkan sisa

makanan banyak, dan 66 orang (46,5%) yang meninggalkan makanan sedikit, dan

terdapat hubungan yang bermakna antara penampilan makanan, rasa makanan,

kebiasaan makan, konsumsi makanan dari luar rumah sakit, dan hari rawat dengan

terjadinya sisa makanan. Demikian juga dengan hasil penelitian Kurniawati

(2016) bahwa 50,8% sampel menyatatakan menu lapas tidak bervariasi, lebih dari

separuh sampel menyatakan penampilan makanan menarik dan makanan di lapas

memiliki rasa yang enak dan hampir seluruh narapidana memiliki banyak sisa

makanan (86,2%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Berdasarkan survei pendahuluan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaran yang dilakukan pada pasien di berbagai ruangan dan juga berbagai jenis

diet makanan yang diamati secara visual selama 3 hari, diperkirakan 87,5% pasien

menyisakan makanannya dan hasil wawancara kepada beberapa beberapa pasien

rawat inap menyatakan makanan yang disajikan kurang enak, sehingga pasien

tersebut tidak menghabiskan makanan yang disajikan. Dari 16 orang pasien yang

diwawancara, hanya dua orang yang terlihat menghabiskan makanannya, sebagian

lain menyisakan makanan sekitar 25%-75%, bahkan ditemukan satu orang yang

sama sekali tidak memakan makanannya. Beberapa pasien bersalin mengatakan

mereka tidak memakan ikan yang disajikan karena takut merasa gatal di area luka

jahitan bekas melahirkan, padahal berdasarkan penelitian ibu yang baru

melahirkan justru membutuhkan protein tinggi untuk membantu proses perawatan

luka setelah melahirkan. Bahkan ada pasien yang lebih memilih akses makanan

dari luar, baik dari rumah maupun dari warung. Pada pasien penyakit DM

ditemukan bahwa pasien tidak memakan makanan yang disediakan rumah sakit

tetapi makan makanan yang dibawa pihak keluarga dari rumah dengan alasan

makanan rumah sakit tidak enak. Sebagian pasien mengatakan bahwa mereka

tidak selera makan karena sedang sakit, padahal pemenuhan nutrisi penting untuk

kesembuhan dan jatah makan pasien tersebut seharusnya dihabiskan.

Penilaian cita rasa makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaran oleh pasien dilakukan melalui wawancara terhadap beberapa pasien yang

dipilih secara acak pada setiap ruang rawat inap. Hasil dari penilaian tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar menyatakan makanan yang disediakan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

pasien sudah cukup baik, seperti makanan yang diterima masih dalam keadaan

hangat, waktu penyajian sesuai jam makan. Namun masih ditemukan beberapa

aspek yang belum memuaskan seperti : variasi buah yang kurang dalam sehari,

rasa olahan lauk hewani serta kematangan nasi.

Pengelolaan makanan pasien di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaran belum pernah diteliti, khususnya yang terkait dengan sisa makanan pasien

peneliti menemukan masih adanya sisa makanan dalam jumlah yang besar,

sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian atau kajian terhadap

makanan sisa pasien berdasarkan cita rasa, penampilan dan variasi makanan.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan juga survei pendahuluan di

RSUD H.Abdul Manan Simatupang Kisaran yang diperkirakan bahwa 87,5%

pasien menyisakan makanannya, mengingat pentingnya makanan bagi

kesembuhan pasien maka peneliti tertarik untuk mengetahui sisa makanan pasien

berdasarkan cita rasa, penampilan, dan variasi makanan di RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sisa makanan

pasien berdasarkan cita rasa, penampilan, dan variasi makanan di RSUD H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Tujuan khusus. Penelitian ini mempunyai tujuan khusus, yaitu :

1. Untuk mengetahui gambaran sisa makanan pada pasien rawatinap

2. Untuk mengetahui gambaran cita rasa makanan berdasarkan persepsi pasien

dalam aspek aroma, kematangan, tekstur dansuhu.

3. Untuk mengetahui gambaran penampilan makanan berdasarkan persepsi

pasien dalam aspek warna, bentuk, porsi dan carapenyajian.

4. Untuk mengetahui variasi makanan pasien dalam aspek variasi menu dan

variasi bahanmakanan.

Manfaat Penelitian

Bagi rumah sakit. Sebagai bahan masukan, informasi dan bahan evaluasi

terhadap penyelenggaraan makanan bagi RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaran dalam usaha untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan makanan di

rumah sakit, serta masukan kepada petugas instalasi gizi dalam meningkatkan

pelayanan makanan pasien.

Bagi institusi pendidikan. Memberikan masukan dan referensi ilmu yang

berguna sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari

hasil penelitian khususnya mengenai sisa makanan di RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tinjauan Pustaka

Sisa Makanan

Sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak habis dikonsumsi setelah

makanan disajikan. Menurut Komalawati, Dewi dkk (2005) sisa makanan adalah

volume atau persentase makanan yang tidak habis termakan dan dibuang sebagai

sampah dan dapat digunakan untuk mengukur efektivitas menu. Menurut Asosiasi

Dietisien Indonesia (2005) sisa makanan adalah jumlah makanan yang tidak

dimakan oleh pasien dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis

makanannya. Keberhasilan suatu pelayanan gizi di ruang rawat inap dapat

dievaluasi dengan pengamatan sisa makanan yang tidak dikonsumsi setelah

makanan disajikan (Almatsier, 2017).

Sisa makanan dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Waste yaitu bahan makanan yang hilang karena tidak dapat diperolehatau

diolah atautercecer.

2) Plate waste yaitu makanan yang disajikan kepada pasien,tetapi

meninggalkan sisa di piring karena tidak habisdikonsumsi.

Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud adalah sisamakanan

di piring (plate waste) karena berhubungan langsung dengan pasien sehingga

dapat mengetahui dengan cepat penerimaan makanan pasien di rumahsakit.

Sisa makanan dapat diketahui dengan menghitung selisih berat makananyang

disajikan dengan berat makanan yang dihabiskan lalu dibagi beratmakanan

10
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11

yang disajikan dan diperlihatkan dalam persentase. Oleh karena itu sisa

makanan dapat dirumuskan :

% sisamakanan= Berat sisa makananx100%


Berat makanan yang disajikan

Sisa makanan yang kurang dari 20% menjadi indikator keberhasilan

pelayanan gizi di rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2016). Sedangkan

menurut (Reangtyas, 2004) yang dikutip oleh Sembiring (2015) mengatakan

bahwa sisa makanan dikatakan tinggi atau banyak jika pasien meninggalkan

makanan lebih dari 25% dan dalam waktu yang lama akan menyebabkan

defisiensi zat-zat gizi. Sisa makanan merupakan dampak dari sistem pelayanan

gizi di rumah sakit sehingga masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat

diabaikan karena bila masalah tersebut diperhitungkan menjadi rupiah maka

akan mengakibatkan suatu pemborosan anggaran makanan (Sumiati, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Haerani (2014) di RSUP Dr.Hasan

Sadikin Bandung didapatkan informasi bahwa rata-rata sisa makanan pasien

dewasa sebesar 28,04% dengan rincian sisa makanan biasa 13,09%.

Evaluasi sisa makanan. Sisa makanan merupakan suatu dampak dari

sistem pelayanan gizi rumah sakit. Hal ini merupakan suatau implementasi dari

pelayanan gizi dan aspek perilaku pasien. Banyaknya sisa makanan dalam

piring pasien mengakibatkan kurangnya asupan gizi selama pasien dirawat di

rumah sakit. Penilaian/evaluasi sisa makanan secara umum didefenisikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

sebagai suatu proses menilai jumlah/kuantitas porsi makanan yang tidak

dihabiskan dari yang sudah disediakan oleh penyelenggaran makanan.

Penilaian Mutu Pelayanan Makanan

Penilaian mutu pelayanan makanan dapat dilakukan melalui evaluasi

secara menyeluruh dari kegiatan penyelenggaraan makanan mulai dari

perencanaan menu sampai dengan produk makanan yang dihasilkan sampai

kepada pasien. Standar mutu makanan terdiri dari dua aspek utama yaitu aspek

penampilan makanan dan rasa makanan. Penampilan makanan terdiri dari

warna makanan, bentuk makanan, besar porsi dan cara menyajikan makanan.

Rasa makanan dipengaruhi oleh suhu dari setiap jenis hidangan yang disajikan,

bumbu yang digunakan, aroma masakan, keempukan atau kerenyahan serta

tingkat kematangan. Dalam penyajian makanan, penampilan dan rasa makanan

harus diperhatikan sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan yang

menarik bagi pasien untuk dapat menghabiskan makanan yang disajikan

(Moehyi, 2014). Penilaian mutu makanan dapat dilakukan dengan mencatat

jumlah sisa makanan yang tidak dikonsumsi (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Kepmenkes no. 129/Menkes/SK/II/2013 tentang Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit, indikator sisa makanan yang tidak termakan

oleh pasien kurang dari atau sama dengan 20%. Sisa makanan yang kurang atau

sama dengan 20% menjadi indikator keberhasilan pelayanan gizi di setiap

rumah sakit di Indonesia (Kemenkes RI, 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Penilaian/evaluasi sisa makanan secara umum didefenisikan sebagai

suatu proses menilai jumlah/kuantitas dari porsi makanan yang sudah

disediakan oleh penyelenggara makanan yang tidak dihabiskan. Ada beberapa

cara yang dapat digunakan untuk menilai sisa makanan yaitu metode

penimbangan, metode recall dan metode taksiran visual.

Metode pengukuran sisa makanan. Metode pengukuran sisa makanan

yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan dilakukannya menilai sisa

makanan. Ada tiga jenis metode yang dapat digunakan menurut Connors dan

Rozell (2004), yaitu :

Metode penimbangan. Metode ini digunakan dengan tujuan

mengetahui dengan akurat bagaimana intake zat gizi dari seseorang. Metode ini

digunakan dengan cara mengukur/menimbang sisa makanan setiap jenis

hidangan atau mengukur total sisa makanan pada individu ataukelompok.

Menimbang langsung sisa makanan yang tertinggal di piring adalah metode

yang paling akurat. Namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu

memerlukan waktu yang banyak, peralatan khusus, kerjasama yang baik

dengan responden, dan petugas yang terlatih. Pada metode penimbangan,

petugas diharuskan untuk menimbang makanan yang dikonsumsi oleh subyek

selama waktu tertentu.

Recall 24 jam. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan

informasi dalam 24 jam tentang makanan yang dikonsumsi oleh seseorang.

Pengukuran menggunakan metode ini dengan cara menanyakan kepada

responden tentang banyaknya sisa makanan, kemudian responden menaksir sisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

makanan dengan menggunakan skala visual (Nuryati, 2008). Metode recall

memiliki kelebihan antara lain murah, cepat dan jelas untuk menggambarkan

masukan zat gizi perorangan juga tidak melibatkan penanganan tempat

makanan. Kekurangan metode recall antara lain sangat tergantung pada daya

ingat responden, tidak dapat digunakan pada anak-anak, ketepatan responden

dalam mengestimasi porsi makanan yang dikonsumsi.

Metode taksiran visual. Salah satu cara yang dikembangkan untuk

menilai konsumsi makanan pasien adalah metode taksiran visual Comstock.

Pada metode ini sisa makanan diukur dengan cara menaksir secara visual

banyaknya sisa makanan untuk setiap jenis hidangan. Hasil taksiran ini bisa

dinyatakan dalam gram atau bentuk skor bila menggunakan skala pengukuran

(Nuryati, 2008).

Evaluasi sisa makanan menggunakan metode ini melihat makanan

tersisa di piring dan menilai jumlah yang tersisa, dan juga digambarkan skala 5

poin. Cara tafsiran visual yaitu dengan menggunakan skala pengukuran yang

dikembangkan oleh Comstock yang dapat dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut (Ratnaningrum, 2005).

1. Skala 0 : Dikonsumsi seluruhnya oleh pasien (habisdimakan)

2. Skala 1: tersisa ¼porsi

3. Skala 2 : tersisa ½porsi

4. Skala 3 : tersisa ¾porsi

5. Skala 4 : hanya dikonsumsi sedikit (1/9porsi)

6. Skala 5 : tidak dikonsumsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Penilaian untuk skor diatas berlaku untuk setiap porsi masing-masing

jenis makanan (makanan pokok, sayuran, lauk). Setelah menetapkan skor,

kemudian skor tersebut dikonversikan ke dalam bentuk persen.

1. Skor 0 (0%): Semua makananhabis

2. Skor 1 (25%): 75% makanandihabiskan

3. Skor 2 (50%): 50% makanandihabiskan

4. Skor 3 (75%): 25% makanandihabiskan

5. Skor 4 (95%): 5% makanandihabiskan

6. Skor 5 (100%): Tidak dikonsumsipasien

Menurut Comstock, metode tafsiran visual memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kelebihannya yaitu mudah dilakukan, memerlukan waktu yang

singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit, menghemat biaya, dan

dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya. Sedangkan kekurangannya

yaitu diperlukan penaksir (estimator) yang terlatih, terampil, dan memerlukan

kemampuan dalam menaksir (over estimate), metode ini efektif tetapi bisa

menyebabkan ketidaktelitian (NHS, 2005). Masalah subjektifitas keandalan

pengamat visual menjadi penting, namun metode ini telah diuji validitasnya

dengan membandingkan dengan penimbangan sisa makanan dan memberikan

hasil yang cukup baik (Williams and Walton, 2011).

Setelah itu hasilnya diasumsikan berdasarkan tafsiran visual Comstock

dengan kategori (Sumiyati, 2008), seperti :

a. Bersisa, jika jumlah sisa makanan lebih dari25%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

b. Tidak bersisa, jika jumlah sisa makanan kurang dari atau samadengan

25%

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sisa Makanan

Banyaknya sisa makanan yang ditinggalkan pasien bukan didominasi oleh

penyakit saja tetapi ada faktor risiko lain seperti jenis kelamin, resep diet yang

dimodifikasi, lama rawat dan makan malam yang tidak memadai, sehingga

instalasi gizi harus meningkatkan pelayanan di rumah sakit. Faktor utamanya

adalah nafsu makan, tetapi ada faktor yang berasal dari luar pasien sendiri atau

faktor eksternal dan faktor yang berasal dari dalam pasien atau faktor internal

(Moehyi, 2014).

Faktor internal. Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari pasien itu

sendiri. Faktor ini meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan makan, keadaan psikis,

aktivitas fisik dan gangguan pencernaan.

Umur. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan,

semakin tua umur manusia maka kebutuhan energi dan zat gizi semakin sedikit.

Bagi orang yang dalam periode pertumbuhan yang cepat yaitu, pada masa bayi

dan masa remaja memiliki peningkatan kebutuhan zat gizi. Pada usia dewasa zat

gizi diperlukan untuk melakukan pekerjaan, penggantian jaringan tubuh yang

rusak, meliputi perombakan dan pembentukan sel. Pada usia tua kebutuhan energi

dan zat gizi hanya digunakan untuk pemeliharaan. Pada usia 65 tahun kebutuhan

energi berkurang mencapai 30% dari usia remaja dan dewasa (Kemenkes RI,

2013). Semakin bertambahnya umur pasien maka nafsu makan berkurang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Berkurangnya nafsu makan disebabkan karena indera pengecap yang sudah tidak

fungsional seperti banyaknya gigi yang rusak.

Kepekaan indera seseorang terhadap bau dan rasa akan berkurang seiring

dengan bertambahnya umur sehingga dapat mempengaruhi rendahnya asupan

makan dan menimbulkan sisa makanan karena cita rasa yang ditimbulkan oleh

makanan. Berdasarkan penelitian Dewi (2015) di RS Djatiroto menyatakan bahwa

umur terbanyak responden yang tidak menghabiskan makanan adalah 50-64

tahun. Umur pasien berhubungan dengan asupan makan pasien, umur 40-90 tahun

mempunyai kemungkinan 0,4 kali lebih kecil dalam asupan makan pasien rawat

inap dibandingkan dengan pasien 15-40 tahun (Almatsier, 2017).

Jenis kelamin. Ada kemungkinan bahwa jenis kelamin dapat

mempengaruhi terjadinya sisa makanan. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan

energi antara laki-laki dan perempuan yaitu kalori basal perempuan lebih rendah

sekitar 5-10% dari kebutuhan kaori basal laki-laki. Perbedaan ini terlihat pada

susunan tubuh dan aktivitas laki-laki lebih banyak menggunakan kerja otot

daripada perempuan. Menurut hasil penelitian Djamaludin (2005), pasien

perempuan mengkonsumsi makanan nasi lebih sedikit dibanding pasien laki-laki.

Hal ini dikarenakan AKG pada perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan

laki-laki, sehingga kemampuan menghabiskan makanan lebih sedikit dengan laki-

laki.

Kebiasaan makan. Kebiasaan makan menggambarkan kebiasaan makan

dan prilaku yang berhubungan dengan makanan dan makan, seperti tata krama

makan, frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan tentang makanan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

distribusi makanan di antara anggota keluarga, penerimaan terhadap makanan dan

cara pemilihan bahan makanan yang hendak dimakan (Wirasmadi, 2015).

Kebiasaan makan adalah ekspresi setiap individu dalam memilih makanan yang

akan membentuk pola perilaku makan.oleh karena itu, ekspresi setiap individu

dalam memilih makanan akan berbeda satu dengan yang lain.

Keadaan psikis. Perubahan lingkungan pada pasien yang dirawat di rumah

sakit seperti perubahan makanan dan hadirnya orang-orang baru, misalnya dokter,

perawat dan paramedis lainnya membuat orang sakit dapat mengalami tekanan

psikologis. Tekanan psikologis dapat ditunjukkan dengan rasa tidak senang, rasa

takut karena sakit, ketidakbebasan bergerak yang mengakibatkan rasa putus asa.

Rasa putus asa bisa menimbulkan hilangnya nafsu makan, rasa mual dan

sebagainya. Oleh karena itu, warna makanan, cara menyajikan dan alat makan

harus dipilih dengan baik agar menimbulkan kesan menarik pada orang sakit

sehingga makanan yang disajikan bisa habis. Jenis makanan yang diberikan juga

mampu merubah persepsi pasien. Perubahan dari makanan cair ke lunak bisa

dianggap pasien sebagai tanda penyakit yang diderita akan segera sembuh.

Petugas yang merawat harus bisa memberikan penjelasan untuk mengurangi

tekanan psikis yang timbul baik dari pasien maupun keluarga pasien (Moehyi,

2014).

Aktivitas fisik. Aktivitas fisik berpengaruh terhadap kebutuhan gizi bagi

pasien. Aktifitas fisik pada orang normal berbeda tiap individu ada yang pekerjaan

ringan, sedang ataupun berat. Tidak hanya pada orang normal, pada orang sakit,

aktivitas fisik juga memiliki peranan dalam menetapkan kebutuhan energi. Dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

perhitungan kebutuhan zat gizi, nilai faktor aktivitas pada orang sakit dibedakan

menjadi dua yaitu istirahat di tempat tidur dan tidak terikat di tempat tidur

(Almatsier, 2017).

Selain kaitannya dengan kebutuhan gizi, aktivitas fisik ini juga

mempengaruhi faktor psikis pasien. Pada pasien terjadi penurunan aktivitas fisik

selama dirawat, rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan

bergerak adanya penyakit yang menimbulkan rasa putus asa. Manifestasi rasa

putus asa ini berupa hilangnya nafsu makan dan rasa mual. Faktor ini membuat

pasien terkadang tidak menghabiskan porsi makanan yang telah disajikan

(Nuryati, 2008).

Gangguan pencernaan. Ketika ada gangguan dalam saluran pencernaan,

maka asupan makan menjadi terganggu dan memungkinkan pasien untuk tidak

mampu mengkonsumsi lagi makanannya hingga menyebabkan terjadinya sisa

makanan (Supariasa, 2013). Jenis penyakit berperan dalam terjadinya sisa

makanan. Salah satu penyakit yang menyebabkan rendahnya konsumsi makanan

adalah penyakit infeksi saluran pencernaan.

Faktor Eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari

luar pasien. Faktor-faktor yang termasuk dalam faktor eksternal adalah

penampilan makanan, cita rasa makanan, variasi makanan, sikap petugas penyaji,

jadwal penyajian dan makanan dari luar rumah sakit.

Penampilan makanan. Penampilan makanan memegang peranan penting

dalam penyajian makanan. Jika penampilannya tidak menarik waktu disajikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya menjadi hilang.

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penampilan makanan yaitu :

Warna makanan. Warna makanan adalah rupa hidangan yang disajikan

dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan yang

disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu

dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang

selera makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk

dilihat, karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen (Khan,

1987). Berdasarkan hasil penelitian Aritonang (2014), terdapat 1,5% pasien

menyatakan tidak puas, 17,75% menyatakan kurang puas terhadap warna

makanan.

Tekstur makanan. Tekstur makanan adalah derajat kekerasan, kepadatan

atau kekentalan. Cair, kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari konsistensi.

Bermacam-macam tekstur dalam makanan lebih menarik daripada hanya satu

macam tekstur dalam makanan lebih menarik daripada hanya satu macam tekstur

(Spear dan Vaden, 1984). Makanan yang mempunyai tekstur padat atau kenyal

akan memberikan rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita (Moehyi,

2014).

Bentuk makanan. Bentuk makanan dapat juga digunakan untuk

menimbulkan ketertarikan dalam menu. Bentuk makanan yang serasi akan

memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan (Moehyi,

2014). Berdasarkan penelitian Aritonang (2014) menyatakan penilaian pasien

terhadap bentuk makanan 13,64% pasien menyatakan kurang puas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Porsi makanan. Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan

dan kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makannya. Porsi

yang terlalu besar atau terlalu kecil akan mempengaruhi penampilan makanan.

Porsi makanan juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan penampilan

hidangan yang disajikan. Berdasarkan penelitian Aritonang (2014) sebesar 16,3%

pasien menyatakan kurang puas terhadap porsi makanan, terutama sayur yang

porsinya terlalu sedikit, sementara nasi terlalu banyak, sehingga pasien tidak

mampu menghabiskan.

Keempukan makanan. Keempukan adalah hal yang berkaitan dengan

struktur makanan yang dirasakan dalam mulut. Gambarannya meliputigurih,

krispi, berserat, halus, keras dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan(krispi)

ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan dan cara memasaknya

(Moehyi,2003).

Penyajian makanan. Penyajian makanan merupakan faktor terakhir dari

proses penyelenggaraan menu makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita

rasa yang tinggi bila dalam penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai

makanan tersebut tidak akan berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu

disajikan akan merangsang indra penglihatan sehingga menimbulkan selera yang

berkaitan dengan cita rasa (Moehyi, 2014). Penyajian makanan meliputi pemilihan

alat, cara penyusunan makanan, dan penghiasan hidangan.

Berdasarkan penelitian Nuryati (2008). Penggunaan dan pemilihan alat

makan yang tepat dalam penyusunan makanan akan mempengaruhi penampilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

makanan yang disajikan dan terbatasnya perlengkapan alat merupakan faktor

penghambat bagi pasien untuk menghabiskan makanannya.

Cita rasa makanan. Rasa makanan lebih banyak melibatkan penginderaan

kecapan (lidah). Penginderaan kecapan dapat dibagi menjadi kecapan utama yaitu

asin, manis, asam, dan pahit. Mengkombinasikan berbagai rasa sangat diperlukan

dalam menciptakan keunikan sebuah menu. Jenis diet, penampilan dan rasa

makanan yang disajikan akan berdampak pada asupan makanan. Variasi makanan

yang disajikan merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan rasa bosan.

Orang sakit akan merasa bosan apabila menu yang dihidangkan tidak menarik

sehingga mengurangi nafsu makan. Akibatnya makanan yang dikonsumsi sedikit

atau asupan zat gizi berkurang (Lisdiana, 2003). Menurut Moehyi (2014) rasa

makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan yang disajikan dan

merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan

makanan itu sendiri. Adapun beberapa komponen yang berperan dalam penentuan

rasa makanan yaitu :

Aroma makanan. Aroma Makanan adalah aroma yang disebarkan oleh

makanan yang mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang

indera penciuman sehingga mampu membangkitkan selera. Aroma yang

dikeluarkan oleh makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan

yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula (Moehyi, 2014).

Menurut penelitian Stanga et al (2001) pada dua rumah sakit di Swiss, pasien

merasa bahwa suhu dan aroma makanan sangat penting.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Bumbu masakan. Berbagai macam rempah-rempah dapat digunakan

sebagai bumbu masakan untuk memberikan rasa pada makanan, misalnya cabai,

bawang merah, bawang putih, dan sebagainya. Bumbu masakan adalah bahan

yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas

dalam setiap pemasakan. Dalam setiap resep makanan sudah ditentukan jenis

bumbu yang digunakan dan banyaknya masing-masing bumbu tersebut. Bau yang

sedap dari berbagai bumbu yang digunakan dapat membangkitkan selera makan

karena memberikan rasa makanan yang khas (Khan, 1987).

Tingkat kematangan. Pada masakan khas Indonesia, tingkat kematangan

belum mendapatkan perhatian karena umumnya makanan Indonesia harus

dimasak sampai benar-benar matang. Bila dibandingkan dengan Eropa yang telah

memiliki perbedaan tingkat kematangan. Ada steak yang dimasak setengah

matang, dan ada juga yang benar-benar matang. Tingkat kematangan adalah

mentah atau matangnya hasil pemasakan pada setiap jenis bahan makanan yang

dimasak dan makanan akan mempunyai tingkat kematangan sendiri-sendiri.

Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja mempengaruhi cita rasa

makanan.

Temperatur makanan. Suhu makanan pada waktu disajikan memegang

peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan. Makanan yang terlalu panas

atau terlalu dingin akan sangat mengurangi sensitivitas saraf pengecap terhadap

rasa makanan. Makanan yang sebaiknya dihidangkan dalam keadaan panas

terutama makanan yang dapat memancarkan aroma sedap seperti sop, soto, dan

sate. Untuk menyajikan makanan itu harus dipilih tempat yang bertutup atau dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

digunakan panci yang dilengkapi alat pemanas. Sebaliknya, makanan yang harus

disajikan dalam keadaan dingin hendaknya dihidangkan dalam keadaan dingin

(Moehyi, 2014).

Berdasarkan penelitian Nuraini (2016) menyatakan bahwa tidak puas

terhadap temperatur makanan. Ada hubungan antara suhu makaan dengan sisa

makanan menu sayur. Semakin tinggi suhu makanan akan semakin rendah sisa

makanan. Untuk menjaga suatu makanan tetap hangat, tentunya harus difasilitasi

dengan kereta makanan yang dilengkapi alat pemanas, sementara alat ini belum

tersedia di Rumah Sakit tempat penelitiannya.

Tekstur, aroma, dan penampilan makanan bisa cepat membusuk ketika

suhu yang digunakan tidak tepat saat penyajiannya. Semua makanan panas harus

disajikan panas diatas 140°F dan semua makanan dingin harus disajikan dalam

keadaan dingin dibawah 45°F. Suhu penyajian harus ditetapkan dan dipertahankan

untuk semua bagian penyajian. Aturan dan prosedur yang jelas dibutuhkan untuk

memeriksa kualitas suhu dengan termometer selama proses penyajian dan

sebelum disajikan kepada pasien (Kemenkes RI,2016).

Variasi makanan. Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan

menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan

zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Menu adalah kumpulan beberapa

macam hidangan atau makanan yang disajikan untuk seseorang atau kelompok

orang untuk setiap kali makan berupa hidangan pagi, hidangan siang, dan

hidangan malam. Menu makanan meliputi variasi menu dan variasi bahan

makanan. Menu yang disajikan kepada pasien haruslah bervariasi agar pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

tidak bosan untuk mengkonsumsi makanan. Selain variasi menu variasi bahan

makanan dalam sebuah menu dapat memberikan kesan yang menarik dan

membangkitkan nafsu makan. Variasi menu adalah susunan golongan bahan

makanan yang terdapat dalam satu hidangan berbeda pada tiap kali penyajian

(Depkes RI, 2017)

Sikap petugas penyaji. Sikap petugas penyaji mempengaruhi faktor

psikologis pada pasien. Sikap petugas dalam menyajikan makanan, sangat

diperlukan untuk meningkatkan nutrisi yang optimal bagi pasien rawat inap. Hal

ini selain menguatkan program penyembuhan, juga mampu menciptakan

ligkungan yang menguatkan selera makan. Oleh karena itu menyajikan makanan

berperan dalam terjasinya sisa makanan.

Jadwal atau ketepatan waktu penyajian. Makanan di rumah sakit harus

tepat waktu, tepat diet dan tepat jumlah. Waktu pembagian makanan yang tepat

dengan jam makan pasien serta jarak waktu makan yang sesuai, turut berpengaruh

terhadap timbulnya sisa makanan. Hal ini berkaitan dengan ketepatan petugas

dalam menyajikan mekanan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.

Makanan yang terlambat dapat menurunkan selera makan pasien, sehingga dapat

menimbulkan sisa makanan yang banyak.

Makanan dari luar rumah sakit. Makanan yang dimakan oleh pasien

yang berasal dari luar RS akan berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan.

Rasa lapar yang tidak segera diatasi pada pasien yang sedang dalam perawatan

dan timbulnya rasa bosan karena mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi

menyebabkan pasien mencari makanan tambahan dari luar RS atau jajan. Hal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

iniah yang menyebabkan kemungkinan besar makanan yang disajikan kepada

pasien tidak dihabiskan. Bila hal ini selalu terjadi maka makanan yang

diseenggarakan oleh pihak RS tidak dimakan sehingga terjadi sisa makanan

(Moehyi, 2014).

Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit

Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada

pasien. Hal ini termasuk pencatatan dan evaluasi dalam rangka pencapaian status

kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Penyelenggaraan

makanan rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan

yang kualitasnya baik jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang

layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkan. Keberhasilan suatu

penyelenggaraan makanan dapat dinilai dari ada tidaknya sisa makanan, sehingga

sisa makanan dapat dipakai sebagai indikator untuk mengevaluasi kegiatan

penyelenggaraan makanan rumah sakit.

Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen atau

pasien maupun karyawan. Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang

serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan

dan memperpendek hari rawat inap (PGRS, 2013). Dalam penyelenggaraan

makanan rumah sakit, standar masukan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan

prasarana, metode, peralatan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan

anggaran belanja bahan makanan setahun, perencanaan menu, perencanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

kebutuhan bahan makanan harian dan bulanan, pengadaan/pembelian, penerimaan

dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan

makanan dan pendistribusian makanan. Sedangkan standar keluaran (output)

adalah mutu makanan dan kepuasan konsumen.

PGRS adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan

berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan

gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya

proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien

(Kemenkes RI, 2016).

Proses penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi : penetapan

peraturan pemberian makanan rumah sakit, penyusunan standar makanan,

perencanaan anggaran bahan makanan, perencanaan menu, perhitungan taksiran

kebutuhan bahan makanan, perhitungan harga makanan, pengadaan bahan

makanan, pemesanan bahan makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan

bahan makanan, distribusi bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan

bahan makanan dan distribusi makanan (Depkes RI, 2017).

Standar Umum Makanan Rumah Sakit

Makanan yang diberikan kepada pasien harus disesuaikan dengan

penyakit yang diderita pasien. Menurut Almatsier (2017) makanan orang sakit

dibedakan dalam makanan biasa, makanan lunak, makanan saring, makanan

cair.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Makanan biasa. Makanan biasa adalah makanan yang diberikan

kepada pasien yang tidak memerlukan diet khusus berhubungan dengan

penyakitnya. Susunan makanannya sama dengan makanan sehari-hari yang

beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma yang normal.

Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan Angka

Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat. Makanan

biasa diberikan kepada pasien yang berdasarkan penyakitnya tidak memerlukan

makanan khusus (diet). Walaupun tidak ada pantangan secara khusus, makanan

sebaiknya diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna dan tidak merangsang

saluran cerna misalnya bumbu tidak terlalu banyak, tidak terlalu pedas atau

asin. Contoh pasien yang mendapatkan jenis makanan biasa misalnya

konjungtivis tanpa demam, penyakit kulit yang bukan alergi, low back pain,

penyakit pada hidung telinga dan tenggorokan (THT) yang tidak memerlukan

operasi. Tujuan diet makanan biasa adalah memberikan makanan sesuai

kebutuhan gizi untuk mencegah dan mengurangi keruakan jaringan tubuh.

Tidak ada pantangan secara khusus tetapi makanan sebaiknya diberikan dalam

bentuk yang mudah dicerna. Standar porsi yang berlaku untuk makanan biasa

dan khusus mengacu pada Buku Penuntun Diet tahun 2010 tetapi untuk standar

porsi makanan biasa standar rumah sakit disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan rumah sakit. Nilai gizi makanan biasa pada Buku Penuntun Diet

tahun 2017 adalah energi 2146 kalori, protein 76 gram, lemak 59 gram dan

karbohidrat 331 gram. Pembagian bahan makanan sehari untuk makanan biasa

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Tabel 1
Standar Porsi Makanan Biasa Menurut Penuntun Diet
Waktu Makan Bahan Makanan PenuntunDiet
Pagi Nasi 150 gram
Lauk hewani ( telur/penukar) 50 gram
Sayuran 50 gram
Minyak 5 gram
Snack pagi Kue -
Siang Nasi 250 gram
Lauk hewani (daging/penukar) 50 gram
Lauk nabati (tempe/penukar) 50 gram
Sayuran 75 gram
Minyak 10 gram
Buah/penukar 100 gram
Snack sore Bubur kacang hijau (25 gram) 1 gelas
Sore Nasi 200 gram
Lauk hewani (daging/penukar) 50 gram
Lauk nabati ( tahu/penukar) 50 gram
Sayuran 75 gram
Minyak 10 gram
Sumber: Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit (PPMRS) tahun 2014
Penuntun Diet tahun 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Makanan lunak. Makanan lunak adalah makanan yang memiliki

tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna dibandingkan makanan

biasa. Makanan lunak dapat langsung diberikan kepada pasien atau sebagai

perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa. Makanan lunak diberikan

kepada pasien dengan operasi tertentu, pasien dengan infeksi akut termasuk

saluran cerna, serta kepada pasien dengan kesulitan mengunyah atau menelan,

atau sebagai perpindahan dari makanan cair kental ke makanan lunak. Makanan

ini kurang serat dan vitamin C, maka sebaiknya diberikan untuk jangka waktu

pendek, yaitu selama 1-3 hari saja.

Makanan cair. Makanan cair adalah makanan yang mempunyai

konsistensi cair hingga kental. Makanan ini diberikan kepada pasien yang

mengalami gangguan menelan, mengunyah, dan mencerna makanan yang

disebabkan oleh menurunnya kesadaran, suhu tinggi, rasa mual, muntah, pasca

pendarahan saluran cerna, serta pra dan pasca bedah. Makanan cair terdiri dari

tiga jenis, makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair kental.

Asupan Makanan Pasien

Asupan makanan pada pasien harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi

dalam keadaan sakit. Kebutuhan zat gizi dalam keadaan sakit tergantung jenis dan

berat penyakit serta faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keadaan sehat seperti

umur, gender (jenis kelamin), aktivitas fisik, serta kondisi khusus, yaitu ibu hamil

dan menyusui (Almatsier, 2013). Pasien rawat inap membutuhkan asupan makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

yang adekuat agar kebutuhan dan kecukupan gizi terpenuhi dan terhindar dari

malnutrisi.

Penyelenggaraan makanan di rumah sakit ada perbedaan pengertian

istilah kebutuhan gizi dan kecukupan gizi. Kebutuhan gizi (nutrient

requirements) adalah banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh

seseorang agar hidup sehat. Kecukupan gizi (recommended dietary allowences)

adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang atau

rata-rata kelompok agar hampir semua orang (97,5% populasi) hidup sehat

(Kemenkes RI, 2013). Jika dalam tubuh terjadi ketidakcukupan gizi, maka

dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi. Patogenesis penyakit gizi kurang

(malnutrisi) melalui 5 tahapan, yaitu: pertama ketidakcukupan zat gizi. Jika

ketidakcukupan zat gizi ini berlangsung lama, maka persediaan/cadangan

jaringan akan digunakan untuk memenuhi ketidakcukupan itu. Kedua, apabila

ini berlangsung lama, maka akan terjadi kemerosotan jaringan, yang ditandai

dengan penurunan berat badan. Ketiga, terjadi perubahan biokimia yang dapat

dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Keempat, terjadi perubahan fungsi

yang ditandai dengan tanda yang khas. Kelima, terjadi perubahan anatomi yang

dapat dilihat dari munculnya tanda yang klasik (Supariasa, 2013). Di rumah

sakit, banyak pasien yang mengalami ketidakcukupan zat gizi sebagai akibat

dari rendahnya asupan zat gizi pasien. Pasien yang memiliki asupan makan

yang rendah akan meninggalkan sisa makanan dalam piringnya. Semakin

rendah asupan makan, maka sisa makanan semakin tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Landasan Teori

Sisa makanan merupakan jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien

dari makanan yang disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya. Pasien

menyisakan makanannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disajikan

pada gambar 1 berikut :

Faktor Internal :
1. Usia
2. JenisKelamin
3. LamaPerawatan
4. JenisPenyakit
5. NafsuMakan
6. KebiasaanMakan
7. KeadaanPsikis
8. AktivitasFisik
9. GangguanPencernaan
10. KonsumsiObat

Faktor Eksternal : Sisa Makanan


1. PenampilanMakanan
 Warna
 Bentuk
 Tekstur
 Porsi
 Penyajian
2. Cita RasaMakanan
 Aroma
 TingkatKematangan
 Suhu
3. Sikap PetugasRuangan
4. JadwalMakan
5. LingkunganPerawatan
6. VariasiMenu
7. MutuMakanan
8. Makanan dari Luar RumahSakit

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Modifikasi Moehyi (2014) dalam Umami (2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Teori faktor internal dan eksternal menurut Moehyi (2014) terjadinya sisa

makanan yaitu usia, jenis kelamin, jenis penyakit, lama perawatan, nafsu makan,

kebiasaan makan dan motivasi pasien untuk sembuh (internal). Sedangkan faktor

eksternal meliputi sifat sensorik makanan, variasi menu, waktu pendistribusian

dan adanya makanan dari luar rumah sakit. Penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Umami (2017) yang meneliti tentang faktor eksternal (mutu makanan rumah

sakit dan makanan dari luar rumah sakit), serta faktor internal yaitu usia, jenis

kelamin dan kebiasaan makan pasien dan dampak yang ditimbulkan terhadap

estimasi biaya sisa makan. Pada penelitian kali ini faktor internal tidak akan

diteliti dikarenakan segmentasi yang menjadi responden dalam penelitian ini

adalah pasien yang mendapatkan makanan biasa dan tidak mendapatkan diet

khusus sehingga diasumsikan penyakitnya tidak mengganggu faktor fisik dan

psikis.

Kerangka Konsep

Salah satu indikator pelayanan minimal gizi rumah sakit adalah sisa

makanan. Sisa makanan menunjukkan adanya pemberian makanan yang kurang

optimal. Sehingga sisa makanan dapat dijadikan sebaagai salah satu indikator

untuk mengevaluasi suatu kegiatan penyelenggaraan makanan. Banyaknya sisa

makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor eksternal.

Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi sisa makanan adalah faktor cita

rasa makanan, penampilan makanan dan variasi menu makanan. Berdasarkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

uraian diatas maka kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

Cita Rasa
Makanan

Penampilan
Sisa makanan
Makanan

Variasi Makanan

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif. Desain penelitian menggunakan uji cross tabulation. Penelitian ini

mencoba menggambarkan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi sisa

makanan berdasarkan persepsi pasien dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran. Lokasi tersebut dipilih peneliti karena ditemukan masih

tingginya angka sisa makanan berdasarkan survei awal yaitu sekitar 60% pasien

rawat inap yang menyisakan makanannya dengan berbagai alasan.

Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2018

hingga September 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua pasien rawat inap di kelas I, II,

dan III yang dirawat pada saat peneliti melakukan penelitian dan yang

mendapatkan makanan biasa.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di kelas I, II, dan III

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi,

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Besar sampel ditentukan dengan rumus (Notoadmodjo, 2017) sebagai

berikut :

n= N
1 + N (d2)

Keterangan : N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Galat Pendugaan (0,1)

Berdasarkan data pada survei pendahuluan diketahui bahwa jumlah tempat

tidur pada ruang rawat inap kelas I, II, dan III adalah 94 tempat tidur, maka besar

sampel yang diteliti adalah :

n= N
1 + N (d²)
n= 94
1 + 94 (0,1²)
n= 94
1 + 0,94
n =
941
,94
n = 48 orang (minimal)
n = 48 + 5
n = 53 orang
Besar sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 55 orang, lebih dari

sampel minimal. Sampel dipilih dengan teknik purposive sampel, namun untuk

memenuhi kriteria sampel yaitu sampel dipilih dengan sengaja berdasarkan

kriteria yang ditetapkan oleh peneliti.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Adapun kriteria inklusi adalah :

1. Mendapatkan makanan biasa dengan makanan pokok berupa nasi,lauk

nabati, lauk hewani dansayur

2. Pasien rawat inap dewasa yang berusia sekitar 18-50 tahun, pemilihan

pasien ini dilakukan karena diharapkan pasien dewasa dapatmemberikan

pendapatnya secaralangsung.

3. Telah menjalani perawatan minimal 2 hari, pemilihan pasien inidilakukan

dengan alasan pasien sudah menjalani waktu makan selama 3x di rumah

sakit (pagi, siang danmalam).

4. Pasien mampu berkomunikasi denganbaik

5. Pasien bersedia menjadi sampel

Sedangkan kriteria eksklusi yaitu:

1. Mendapat makanan cair / bubur/saring

2. Pasien anak, karena dianggap belum mampu memberikanpendapatnya

secara langsung

3. Kesadaran tidakbaik

4. Tidak bersedia menjadi sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas yaitu cita rasa makanan, penampilan makanan, variasi

makanan, sedangkan variabel terikat adalah sisa makanan

Defenisi operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kategori


1. Usia Umur responden pada saat Kuesioner 1 =18-29
penelitian dilakukan 2 =30-40
2. Jenis Status gender responden Kuesioner 1 = pria
Kelamin yang telah dimiliki sejak 2 = wanita
lahir dan dapat diketahui
dengan wawancara atau
melihat postur dan
penampilan fisik responden
3. Penampilan Gabungan pendapat Kuesioner 1 = kurang ( jika jumlah
Makanan responden terhadap skor <60%)
keseluruhan makanan yang 2 = cukup ( jika jumlah
disajikan dari aspek warna, skor 60%-80%)
bentuk, tekstur, porsi dan 3 = baik ( jika jumlah
cara penyajian) skor ≥80%)
a. Warna Warna dari makanan yang Kuesioner 1 = tidak menarik jika
Makanan terlihat oleh pasien saat jumlah skor <60%
makanan disajikan 2 = kurang menarik jika
jumlah skor 60%-80%
3 = menarik jika jumlah
skor≥80%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kategori


b. Bentuk Bentuk dari makanan yang Kuesioner 1 = tidak menarik jika
Makanan disajikan seperti potongan jumlah skor <60%
dari bahan makanan yang 2 = kurang menarik jika
kemudian diolah dan jumlah skor 60%-80%
disajikan untuk pasien 3 = menarik jika jumlah
skor ≥80%
c. Porsi Besar volume makanan Kuesioner 1 = tidak sesuai jika
yang disajikan untuk pasien jumlah skor <60%
2 = kurang sesuai jika
jumlah skor 60%-80%
3 = sesuai jika jumlah
skor ≥80%
d. Cara Tanggapan responden Kuesioner 1 = kurang ( jika jumlah
Penyajian terhadap penyajian makanan skor <60%)
dari aspek pemilihan alat 2 = cukup ( jika jumlah
makan, penyusunan skor 60%-80%)
makanan, penghias 3 = baik ( jika jumlah
makanan, kebersihan alat skor ≥80%)
makan dan kelengkapan alat
makan
4. Cita Rasa Gabungan tanggapan Kuesioner 1 = kurang ( jika jumlah
makanan responden terhadap skor <60%)
keseluruhan makanan yang 2 = cukup ( jika jumlah
disajikan dari aspek aroma, skor 60%-80%)
kematangan, tekstur dan 3 = baik ( jika jumlah
suhu skor ≥80%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kategori


a. Aroma Bau yang tercium khas Kuesioner 1 = beraroma tidak
makanan oleh pasien saat sedap jika jumlah skor
makanan disajikan <60%
dihadapannya 2 = beraroma kurang
sedap jika jumlah skor
60%-80%
3 = beraroma sedap jika
jumlah skor ≥80%
b. Kematangan Pendapat pasien mengenai Kuesioner 1 = tidak matang jika
tingkat keempukan, jumlah skor <60%
kerenyahan sesuai dengan 2 = kurang matang jika
jenis masakannya pada saat jumlah skor 60%-80%
sudah dicicipi oleh 3 = matang jika jumlah
responden skor ≥80%
c. Suhu Temperatur dari setiap jenis Kuesioner 1 = tidak sesuai jika
makanan pada makanan jumlah skor <60%
yang disajikan kepada 2 = kurang sesuai jika
pasien jumlah skor 60%-80%
3 = sesuai jika jumlah
skor ≥80%
d. Tekstur Pendapat pasien Kuesioner 1 = tidak sesuai jika
jumlah skor <60%
2 = kurang sesuai jika
jumlah skor 60%-80%
3 = sesuai jika jumlah
skor ≥80%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Kategori


5. Variasi Penilaian responden Kuesioner 1 = tidak bervariasi jika
Makanan terhadap keragaman menu jumlah skor <60%
dan bahan makanan yang 2 = kurang bervariasi
disajikan jika jumlah skor 60%-
80%
3 = bervariasijika
jumlah skor≥80%
a. Variasi menu Pendapat responden Kuesioner 1 = tidak bervariasi jika
mengenai variasi menu jumlah skor <60%
makanan yang disajikan 2 = kurang bervariasi
dihadapan responden setiap jika jumlah skor 60%-
waktu makan 80%
3 = bervariasijika
jumlah skor≥80%
b. Variasi bahan Pendapat responden Kuesioner 1 = tidak bervariasi jika
makanan mengenai variasi bahan jumlah skor <60%
makanan yang 2 = kurang bervariasi
dipergunakan jika jumlah skor 60%-
80%
3 = bervariasijika
jumlah skor≥80%
6. Sisa makanan Dinilai berdasarkan hasil Timbangan 1 = banyak ( >20% sisa
pengukuran peneliti dilihat makanan makanan)
dari berat awal makanan 2 = sedikit ( ≤ 20% sisa
dikurang sisa makanan makanan)
untuk makanan pagi, siang,
malam dan snack

Gambar 3. Defenisi Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data yaitu data

primer dan data sekunder.

Data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan

pasien rawat inap di RSUD H.Abdul Manan Simatupang Kisaran dengan

menggunakan kuesioner. Data primer adalah variabel sisa makanan, cita rasa

makanan, penampilan makanan dan variasi makanan.

Data sekunder. Data sekunder terdiri dari data siklus menu, dan data

pasien rawat inap yang diperoleh dari dokumen instalasi gizi RSUD H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran dan gambaran umum RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran.

Metode Pengukuran

Metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Cita Rasa Makanan. Data mengenai penilaian responden terhadap rasa

makanan ( aroma, kematangan, tekstur dan suhu ) diperoleh dari penilaian

responden melalui kuesioner yang diberi skor 1-3 yaitu :

Skor 1 = tidak sedap/tidak matang dan terlalu matang/tidak sesuai

Skor 2 = kurang sedap/kurang matang/kurang sesuai

Skor 3 = sedap/matang/sesuai

Perhitungan untuk mendapatkan nilai dari masing-masing aspek penilaian

terhadap aroma, kematangan, tekstur dan suhu ditentukan sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Nilai = Total Nilai Skor setiap Kelompok x100%


MakananSkor Nilai Maksimal Aspek

Keterangan :

Total nilai skor : jumlah skor dari masing-masing jenis makanan

berdasarkan waktu makan (pagi/siang/malam)

Skor nilai maksimal aspek : jumlah skor maksimal setiap jenis makanan 3

(skor maksimal) x 3 (jumlah waktu kelompok

makanan) x 5 (jumlah jenis makanan

ditambah 6 (nilai maksimal untuk snack.

Sehingga nilai skor maksimal adalah 51

Nilai dari masing-masing aspek cita rasa makanan terhadap aroma,

kematangan, tekstur dan suhu dikategorikan sebagai berikut :

Tidak sedap/tidak matang dan terlalu matang/tidak sesuai jika skor <60%

Kurang sedap/kurang matang/kurang sesuai jika skor 60%-80%

Sedap/matang/sesuai jika skor ≥80%

Perhitungan untuk mendapatkan nilai cita rasa makanan ditentukan dengan

perhitungan sebagai berikut :

Total Nilai Skor setiap


Nilai = aspekSkor Nilai Maksimal x100%
Komposit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Keterangan :

Total nilai skor setiap aspek : jumlah skor dari setiap aspek cita rasa

(aroma, kematangan, tekstur, suhu)

Skor nilai maksimal komposit : jumlah skor maksimal dari semua aspek

(aroma, kematangan, tekstur, suhu) yaitu 51

(skor nilai maksimal aspek) x 4 (aspek cita

rasa) = 204

Perhitungan ntuk mendapatkan nilai rasa makanan, maka seluruh nilai dari

masing-masing aspek dikompositkan dan dikategorikan sesuai dengan kriteria :

Kurang (Jumlah aspek rasa <60%)

Cukup (Jumlah aspek rasa 60%-80%)

Baik (Jumlah aspek rasa ≥80%)

Penampilan Makanan. Data mengenai penilaian responden terhadap

penampilan makanan (warna, bentuk, porsi dan cara penyajian) diperolehmelalui

kuesioner yang diberi skor 1-3yaitu:

Skor 1 = tidak menarik/tidak sesuai/kurang

Skor 2 = kurang menarik/kurang sesuai/cukup

Skor 3 =menarik/sesuai/baik

Nilai dari masing-masing aspek penampilan makanan terhadap warna,

bentuk, porsi dan cara penyajian dikategorikan sebagai berikut :

Tidak menarik/tidak sesuai/kurang jika skor <60%

Kurang menarik/kurang sesuai/cukup jika skor 60%-80%

Sedap/matang/sesuai jika skor ≥80%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Sedangkan untuk mendapatkan nilai penampilam makanan, maka seluruh

nilai dari masing-masing aspek dikompositkan dan dikategorikan sesuai dengan

kriteria :

Kurang (Jumlah aspek rasa <60%)

Cukup (Jumlah aspek rasa 60%-80%)

Baik (Jumlah aspek rasa ≥80%)

Variasi Makanan. Data mengenai penilaian responden terhadap variasi

makanan (variasi menu dan variasi bahan makanan) diperoleh dari penilaian

respondn melalui kuesioner yang diberi skor 1-3 yaitu :

Skor 1 = tidak bervariasi

Skor 2 = kurang bervariasi

Skor 3 = bervariasi

Nilai dari masing-masing aspek variasi makanan terhadap variasi menu

dan variasi bahan makanan dikategorikan sebagai berikut :

Tidak bervariasi <60%

Kurang bervariasi 60%-80%

Bervariasi ≥80%

Sedangkan untuk mendapatkan nilai variasi makanan maka seluruh nilai

dari masing-masing aspek dikompositkan dak dikategorikan sesuai dengan kriteria

Kurang (Jumlah aspek rasa <60%)

Cukup (Jumlah aspek rasa 60%-80%)

Baik (Jumlah aspek rasa ≥80%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Sisa Makanan. Sisa makanan dilihat dengan menggunakan rumus :

Berat sisa makanan = berat akhir makanan (gr) – berat awal makanan (gr)

Sisa makanan = Berat sisa makananx 100%


Berat awal makanan

dikategorikan menjadi 2 yaitu (PGRS, 2013) :

Sedikit jika ≤20%

Banyak jika ≥20%

Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai

berikut :

Editing. Dilakukan pada saat yang bersamaan setelah pengumpulan data.

Tujuannya adalah untuk memeriksa kelengkapan data.

Coding. Memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing

kategori dan jawaban.

Entry Data. Proses pemasukan data yang telah diberi kode numerik ke

dalam komputer agar dapat diolah dan dianalisa.

Pengolahan Data. Seluruh data yang didapat dan telah dimasukkan ke

dalam komputer, diolah dengan menggunakan program SPSS versi 15.00 dengan

tujuan mendapatkan persentase dari jumlah yang didapat sebagai dasar pembuatan

tabel distribusi frekuensi.

Analisis univariat. Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh

gambaran usia, jenis kelamin, cita rasa makanan (aroma, kematangan, tekstur dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

suhu), penampilan makanan (warna, bentuk, porsi dan cara penyajian) dan sisa

makanan setiap jenis makanan yag disajikan dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dan dianalisa secara deskriptif.

Analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat tabulasi

silang antara masing-masing variabel yaitu variabel independen meliputi cita rasa

makanan (aroma, kematangan, tekstur dan suhu), penampilan makanan (warna,

bentuk, porsi dan cara penyajian ), dan variasi makanan (variasi menu dan variasi

bahan makanan) dengan variabel dependen (sisa makanan). Untuk melakukan

analisis bivariat tersebut, peneliti menggunakan uji statistik Cross Tabulation.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil Penelitian

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manan Simatupang Kisaran adalah

rumah sakit kelas C satu-satunya milik Pemerintah Daerah Kabupaten Asahan yang

merupakan pusat rujukan untuk Kabupaten Asahan, pusat rujukan bagi kota

sekitarnya seperti Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kota

Tanjungbalai. Rumah sakit ini ditetapkan sebagai rumah sakit kelas C pada tahun

1982. Saat ini luas bangunan rumah sakit 7398 m². Luas keseluruhan Rumah Sakit

Umum Daerah H.Abdul Manan Simatupang Kisaran sekitar 30.802 m².

Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manan Simatupang Kisaran

memberikan pelayanan rawat jalan dan juga rawat inap. Didukung dokter spesialis

serta dilengkapi fasilitas pelayanan lainnya relatif cukup baik. Rumah Sakit Umum

Daerah H.Abdul Manan Simatupang Kisaran terletak di Kota Kisaran yang

merupakan Ibukota Kabupaten Asahan ± 1 km dari Kantor Bupati Asahan tepatnya di

Jalan Sisingamangaraja Nomor 310 Kisaran, Kelurahan Kisaran Barat, Kecamatan

Kisaran Barat Kabupaten Asahan-Sumut. Mempunyai kapasitas tempat tidur 187

tempat tidur.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Instalasi Gizi RSUD H.Abdul Manan Simatupang.

Instalasi gizi RSUD H.Abdul Manan Simatupang merupakan salah satu unit

kerja yang melayani makan pasien rawat inap, baik yang mendapatkan pelayanan diet

makanan biasa/standar rumah sakit, maupun yang mendapatkan pelayanan diet

khusus sesuai dengan penyakit yang diderita.

Pengelolaan makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang sebagai rumah

sakit kelas C dilakukan pada Instalasi Gizi yang terdiri dari 21 orang petugas dengan

pembagian tugas mulai dari perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pengolahan dan

penyaluran makanan. Instalasi gizi saat ini dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi

Gizi yang berlatar pendidikan D3 Gizi. Latar belakang pendidikan petugas Instalasi

Gizi yang berjumlah 8 orang yaitu lulusan pendidikan gizi (D3 dan D4) dengan

spesifikasi pendidikan gizi klinik, dan S1 dengan spesifikasi sarjana pertanian. Juru

masak terdiri dari 6 orang yang terdiri dari lulusan SD sampai lulusan SMU dan

pramusaji 7 orang.

Jumlah makanan yang akan diolah berdasarkan permintaan makanan pasien

setiap hari yang dilakukan oleh gizi ruangan kepada bidang administrasi permintaan

makanan pasien. Pengolahan makanan serta pembagian makanan dilakukan di dapur.

Bahan makanan yang akan diolah selama satu hari kepada seluruh pasien terlebih

dahulu dibeli melalui pemesanan kepada pemasok dan diterima oleh tim penerima

bahan makanan. Pada pelaksanaannya, pemotongan bahan makanan maupun

penyajian ke tempat makanan pasien tidak sama banyaknya, hal itu dikarenakan

membutuhkan waktu lama jika harus menimbang masing-masing berat makanan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

juga pembagian porsi ke alat makan belum sama rata karena di RSUD H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran belum ada standar porsi khususnya untuk pasien kelas I,

II, dan III.

Pendistribusian makanan pada seluruh pasien rawat inap di RSUD H.Abdul

Manan Simatupang Kisaran dilakukan dengan cara sentralisasi. Semua makanan yang

telah diolah dibagikan ke tempat alat makan pasien sesuai dengan diet yang telah

ditetapkan. Pembagian makanan ke tempat makanan pasien dilakukan oleh pramusaji

masing-masing ruang inap pasien, kemudian didistribusikan menggunakan trolley.

Pendistribusian makanan setiap harinya dilakukan pada pukul 06.00-07.00 untuk

makan pagi, pukul 11.00-12.00 untuk makan siang dan pukul 16.00-17.00 untuk

makan sore atau makan malam.

Karakterisitik Pasien

Penelitian dilakukan terhadap 55 orang pasien. Adapun karakteristik pasien

yaitu usia, jenis kelamin dan lama rawat inap. Berdasarkan hasil distribusi Tabel 2

dapat dilihat bahwa pasien yang berusia 18-34 tahun memiliki persentase yang lebih

besar yaitu sebesar 56,4% (31 orang). Sedangkan pasien yang berusia 35-50 tahun

memiliki persentase sebesar 43,6% (24 orang). Rata rata usia pasien adalah 33,04

tahun dengan umur pasien termuda adalah 18 tahun, sedangkan umur pasien tertua

adalah 50 tahun. pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 40% (22 orang)

sedangkan pasien perempuan persentasenya sebanyak 60% yaitu 33 orang. pasien

yang menjalani rawat inap kurang dari 3 hari persentasenya sebanyak 52,7%,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

sedangkan pasien yang menjalani rawat inap lebih dari 3 hari memiliki persentase

sebesar 47,3%.

Tabel 2
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden n %
Usia (tahun)
18-34 31 56,4
35-50 24 43,6
Total 55 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 40
Perempuan 32 60
Total 55 100%
Lama Rawat Inap
<3hari 29 52,7
>3hari 26 47,3
Total 55 100%

Gambaran Cita Rasa Makanan

Cita rasa makanan merupakan gabungan nilai penilaian pasien terhadap

aroma, kematangan, tekstur dan suhu makanan. Cita rasa makanan dikategorikan

menjadi 3 kelompok yaitu : kurang, cukup dan baik. Berdasarkan tabel 3, lebih

banyak pasien (60%) berpendapat cita rasa makanan yang disajikan sudah cukup,

27,3% pasien berpendapat cita rasa makanan masih kurang, serta sebagian kecil yaitu

12,7% pasien menyatakan cita rasa makanan baik. Distribusi cita rasa makanan dapat

dilihat pada tabel 3 di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 3
Distribusi Cita Rasa Makanan
Rasa Makanan n %
Kurang 15 27,3
Cukup 33 60
Baik 7 12,7
Total 55 100

Selanjutnya dibawah ini akan dijelaskan lebih rinci mengenai distribusi aspek-

aspek penilaian dari cita rasa makanan yaitu aroma, kematangan, tekstur dan suhu

makanan.

Aroma makanan. Aroma makanan merupakan penilaian pasien terhadap

aroma makanan yang disajikan. Aroma makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok

yaitu tidak sedap, kurang sedap dan sedap. Pada tabel 4 menunjukkan persentase

terbesar pasien yang menilai aroma makanan yang disajikan sudah sedap yaitu

41,8%. Dapat dilihat juga dari tabel dibawah pasien yang menyatakan bahwa aroma

makanan tidak sedap sebesar 32,7% dan persentase terkecil yang menyatakan tidak

sedap sebanyak 25,5%. Distribusi penilaian aroma makanan dapat dilihat pada tabel4

di bawah ini

Tabel 4
Distribusi Penilaian Aroma Makanan
Aroma n %
Tidak Sedap 14 25,5
Kurang Sedap 18 32,7
Sedap 23 41,8
Total 55 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tingkat kematangan makanan. Tingkat kematangan makanan merupakan

penilaian responden terhadap bumbu makanan yang disajikan. Tingkat kematangan

makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu tidak matang/terlalu matang,

kurang matang dan matang. Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat kategori yang memiliki

persentase terbesar (40%) yaitu responden yang menjawab makanan yang disajikan

sudah baik/matang. Sementara itu kategori yang mendapat persentase terkecil

(25,5%) adalah kategori kurang matang, sedangkan untuk kategori tidak

matang/terlalu matang memiliki persentase 34,5%. Distribusi penilaian tingkat

kematangan makanan dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini

Tabel 5
Distribusi Penilaian Tingkat Kematangan Makanan
Tingkat Kematangan n %
Tidak Matang/Terlalu Matang 19 34,5
Kurang Matang 14 25,5
Matang 22 40
Total 55 100

Tekstur makanan. Tekstur makanan merupakan penilaian responden

terhadap tekstur makanan yang disajikan. Tekstur makanan dikategorikan menjadi 3

kelompok yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel 8 dapat

dilihat bahwa cukup banyak responden yang berpendapat tekstur makanan sudah

sesuai (38,2%), selanjutnya 27,3% berpendapat tekstur makanan kurang sesuai dan

34,5% lain yang menyatakan tekstur makanan tidak sesuai. Distribusi penilaian

tekstur makanan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 6
Distribusi Penilaian Tekstur Makanan
Tekstur Makanan n %
Tidak Sesuai 19 34,5
Kurang Sesuai 15 27,3
Sesuai 21 38,2
Total 55 100

Suhu makanan. Suhu makanan merupakan penilaian responden terhadap

suhu makanan yang disajikan. Suhu makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok

yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat

kategori yang memiliki persentase terbesar (40%) yaitu responden yang menjawab

kurang sesuai. Sementara itu kategori yang mendapat persentase terkecil (34,5%)

adalah kategori tidak sesuai. Sedangkan untuk kategori sesuai memiliki persentase

sebesar 25,5%. Distribusi penilaian suhu makanan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah

ini

Tabel 7
Distribusi Penilaian SuhuMakanan
Suhu n %
Tidak Sesuai 19 34,5
Kurang Sesuai 22 40
Sesuai 14 25,5
Total 55 100

Gambaran PenampilanMakanan

Penampilan makanan merupakan gabungan nilai penilaian responden terhadap

warna, bentuk, porsi dan cara penyajian makanan. Penampilan makanan

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, cukup, dan baik. Berdasarkantabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

8, lebih banyak responden (74,5%) atau berjumlah 41 orang berpendapat penampilan

makanan yang disajikan sudah cukup dan 20% atau 11 orang responden yang

berpendapat penampilan makanan yang disajikan masih kurang. Sedangkan 3 orang

atau 5,5% responden menyatakan bahwa penampilan makanan baik. Selanjutnya di

bawah ini akan dijelaskan dengan lebih rinci mengenai distribusi aspek-aspek

penilaian dari penampilan makanan yaitu warna, bentuk, porsi dan cara penyajian

makanan. Distribusi penampilan makanan dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini.

Tabel 8
Distribusi Penilaian Penampilan Makanan
Penampilan Makanan n %
Kurang 11 20
Cukup 41 74,5
Baik 3 5,5
Total 55 100

Warna makanan. Warna makanan merupakan penilaian responden terhadap

warna makanan yang disajikan. Warna makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok

yaitu tidak menarik, kurang menarik dan menarik. Berdasarkan tabel 9, responden

yang berpendapat bahwa warna makanan kurang menarik berjumlah 22 orang atau

jumlah pesentasenya (40%), tidak berbeda jauh dengan responden yang berpendapat

warna makanan tidak menarik berjumlah 20 orang atau 36,4% dan warna makanan

menarik hanya 23,6% atau sebanyak 13 orang. Distribusi penilaian warna makanan

dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Tabel 9
Distribusi Penilaian Warna Makanan
Warna n %
Tidak Menarik 20 36,4
Kurang Menarik 22 40
Menarik 13 23,6
Total 55 100

Bentuk makanan. Bentuk makanan merupakan penilaian responden terhadap

bentuk makanan yang disajikan. Bentuk makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok

yaitu tidak menarik, kurang menarik dan menarik. Berdasarkan tabel 10 terlihat

bahwa responden yang menyatakan bentuk makanan menarik sangat sedikit hanya

berjumlah 9 orang atau persentasinya (16,4%). Sedangkan yang berpendapat bahwa

bentuk makanan tidak menarik dan kurang menarik persentasenya hampir sama yaitu

43,6% atau 24 orang dan 40% atau 22 orang. Distribusi penilaian bentuk makanan

dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10
Distribusi Penilaian Bentuk Makanan
Bentuk n %
Tidak Menarik 24 43,6
Kurang Menarik 22 40
Menarik 9 16,4
Total 55 100

Porsi makanan. Porsi makan merupakan penilaian responden terhadap porsi

makanan yang disajikan. Porsi makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu

tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai. Berdasarkan tabel distribusi porsi makanan

dapat dilihat pada kategori tidak sesuai memiliki persentase terbesar yaitu sebesar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

36,4% atau sebanyak 20 orang, diikuti kategori kurang sesuai dan sesuai memiliki

persentase 32,7% dan 30,9% yaitu 18 dan 17 orang atau sebesar. Distribusi penilaian

porsi makanan dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini

Tabel 11
Distribusi Penilaian Porsi Makanan
Porsi n %
Tidak Sesuai 20 36,4
Kurang Sesuai 18 32,7
Sesuai 17 30,9
Total 55 100

Cara penyajian. Penyajian makanan merupakan penilaian responden

terhadap cara penyajian makanan yang dilakukan oleh petugas distribusi rumah sakit.

Penyajian makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, cukup dan baik.

Berdasarkan tabel 12, responden yang berpendapat bahwa cara penyajian di rumah

sakit ini kurang baik memiliki jumlah persentase 34,5% atau 19 orang. Dua puluh tiga

responden menjawab cara penyajian makanan cukup, kemudian yang menjawab cara

penyajian baik sebanyak 13 orang atau sebesar 23,6%. Distribusi cara penyajian

makanan dapat dilihat pada tabel 12 di bawahini.

Tabel 12
Distribusi Penilaian Penyajian Makanan
Penyajian n %
Kurang 19 34,5
Cukup 23 41,8
Baik 13 23,6
Total 55 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Gambaran Variasi Makanan

Variasi makanan merupakan gabungan nilai penilaian responden terhadap

variasi menu dan variasi bahan makanan yang disajikan kepada pasien. Variasi

makanan dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kurang, cukup dan baik.

Berdasarkan tabel 13, jumlah responden yang berpendapat variasi makanan kurang

sebanyak 21 orang atau 38,2% dan yang berpendapat cukup sebanyak 28 orang atau

50,9%, sedangkan responden yang menjawab baik memiliki persentasi paling sedikit

yaitu 10,9% atau hanya 6 orang. Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan dengan

lebih rinci mengenai distribusi aspek-aspek penilaian dari variasi makanan yaitu

variasi menu dan variasi bahan. Distribusi variasi makanan dapat dilihat pada tabel 13

di bawah ini.

Tabel 13
Distribusi Penilaian Variasi Makanan
Variasi Makanan n %
Kurang 21 38,2
Cukup 28 50,9
Baik 6 10,9
Total 55 100

Variasi menu. Variasi menu makanan merupakan penilaian responden

terhadap variasi menu yang disajikan. Variasi menu dikategorikan menjadi 3

kelompok yaitu tidak bervariasi, kurang bervariasi dan bervariasi. Pada tabel 14

menunjukkan hampir dari separuh responden menilai bahwa variasi menu yang

disajikan tidak bervariasi yaitu sebanyak 25 orang atau 45,5%. Dapat dilihat juga,

responden yang menyatakan bahwa variasi menu kurang bervariasi sebesar 29,1%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

atau sebanyak 16 orang dan yang berpendapat variasi menu bervariasi sebanyak 14

orang atau 25,5%. Distribusi penilaian variasi menu dapat dilihat pada tabel 14 di

bawah ini.

Tabel 14
Distribusi Penilaian Variasi Menu Makanan
Variasi Menu n %
Tidak Bervariasi 25 45,5
Kurang Bervariasi 16 29,1
Bervariasi 14 25,5
Total 55 100

Variasi bahan makanan. Variasi bahan makanan merupakan penilaian

responden terhadap variasi bahan makanan yang disajikan. Variasi bahan makanan

dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu tidak bervariasi, kurang bervariasi dan

bervariasi. Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bawah perbedaan antara penilaian tidak

begitu banyak perbedaan. Kategori kurang bervariasi yang memiliki persentase paling

besar 43,6% atau sebanyak 24 orang. Sementara itu untuk kategori tidak bervariasi

memiliki persentase sebesar 34,5% atau 19 orang dan kategori bervariasi memiliki

persentase sebesar 21,8% atau 12 orang Distribusi penilaian variasi bahan makanan

dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15
Distribusi Penilaian Variasi Bahan Makanan
Variasi Bahan n %
Tidak Bervariasi 19 34,5
Kurang Bervariasi 24 43,6
Bervariasi 12 21,8
Total 55 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Gambaran Sisa Makanan

Gambaran sisa makanan pada penelitian ini merupakan gambaran jumlah

makanan yang tidak habis dikonsumsi oleh pasien dari makanan yang disajikan oleh

rumah sakit menurut jenis makanannya, yang terbagi dalam kategori menurut Depkes

2013 yaitu sedikit jika sisa makanan <20% dan banyak jika sisa makanan >20%.

Sisa makanan menurut waktu makan. Waktu makan pasien dibagi menjadi

tiga yaitu makan pagi pada pukul 07.00, makan siang pada pukul 12.00 dan makan

sore atau malam pada pukul 17.00-18.00.

Sisa makanan pagi. Berdasarkan tabel 16, responden dengan sisa makanan

pagi dengan kategori banyak ternyata lebih banyak yaitu berjumlah 51 orang atau

92,7% daripada responden dengan sisa makanan dengan kategori sedikit sebanyak 4

orang atau 7,3%. Distribusi sisa makanan pagi dapat dilihat pada tabel 16 di bawah

ini.

Tabel 16
Distribusi Sisa Makanan Pagi
Sisa Makanan n %
Sedikit 4 7,3
Banyak 51 92,7
Total 55 100

Sisa makanan siang. Pada tabel 17 responden dengan sisa makanan yang

dihitung saat siang hari dengan kategori banyak berjumlah 52 orang atau 94,5%

sedangkan 4esponden dengan sisa makanan dengan kategori sedikit sebanyak 3 orang

atau 5,5%. Distribusi sisa makanan siang dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Tabel 17
Distribusi Sisa Makanan Siang
Sisa Makanan n %
Sedikit 3 5,5
Banyak 52 94,5
Total 55 100

Sisa makanan malam. Hasil penelitian di tabel 18 menunjukkan bahwa

responden yang menyisakan makanannya banyak pada malam hari berjumlah 50

orang, sedangkan yang sedikit menyisakan makanannya hanya berjumlah 5 orang.

Distribusi sisa makanan malam dapat dilihat pada tabel 18 di bawah ini.

Tabel 18
Distribusi Sisa Makanan Malam
Sisa Makanan n %
Sedikit 5 9,1
Banyak 50 90,9
Total 55 100

Rata-rata sisa makanan. Pada hasil tabel distribusi dibawah menunjukkan

bahwa rata-rata sisa makanan pasien di rumah sakit ini termasuk banyak (>20%) ,

melewati batas yang ditetapkan Depkes 2013. Setelah dilakukan perhitungan, semua

jumlah sisa makanan pasien diatas angka 20% maka dapat dikatakan sisa makanan di

RSUD H.Abdul Manan Simatupang banyak.

Tabel 19
Distribusi Sisa Makanan
Sisa Makanan n %
Sedikit 0 0
Banyak 55 100
Total 55 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Sisa makanan pasien menurut jenis makanan. Makanan yang disajikan di

RSUD H.Abdul Manan Simatupang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk

nabati, sayur, buah dan snack. Berdasarkan tabel 20, sisa makanan di kategorikan

pada jenis makanan yang disajikan, berdasarkan kategori yang ditetapkan Depkes

2013 maka yang memiliki sisa makanan banyak atau diatas 20% yaitu makanan

pokok (nasi dan bubur) 48,9%, lauk nabati (tahu dan tempe) 62,3%, sayur (53,3%)

dan lauk hewani (ayam, telur, ikan) 40,6%. Rata-rata sisa makanan banyak pada jenis

makanan sayur, hal ini dikarenakan menu sayur kurang terasa bumbunya dan lebih

sering ditumis sehingga pasien merasa bosan. Sedangkan untuk kategori buah dan

snack rata-rata pasien selalu menghabiskannya. Sisa makanan menurut jenis makanan

dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini :

Tabel 20
Distribusi Sisa Makanan Menurut Jenis Makanan
Jenis Makanan Rata-rata Rata-rata Sisa Makanan
Berat Awal (g) Sisa Makanan (g) (%)
Nasi/Bubur 220 107,7 48,9
Lauk Hewani 80 32,5 40,6
Tahu/Tempe 30 18,7 62,3
Sayur 80 42,78 53,3
Buah 45 9,8 21,7
Snack 30 4,8 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat tabulasi silang antara variabel

independen dengan variabel dependen pada penelitian ini. Pada analisis digunakan uji

Cross Tabulation. Berikut adalah hasil dari analisis bivariat dari setiap variabel yang

diteliti.

Tabulasi silang cita rasa makanan dengan sisa makanan. Tabel 21

menunjukkan bahwa responden yang memilih cita rasa makanan kurang, cukup, dan

baik, semuanya memiliki sisa makanan yang tergolong banyak. Tabulasi silang antara

cita rasa makanan dengan sisa makanan dapat dilihat pada tabel 21.

Tabel 21
Tabulasi Silang antara Cita Rasa Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Rasa Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Kurang - - 15 27,3 15 27,3
Cukup - - 33 60,0 33 60,0
Baik - - 7 12,7 7 12,7
Total - - 55 100 55 100

Tabulasi silang penampilan makanan dengan sisa makanan. Tabel 22

menunjukkan bahwa responden yang menjawab bahwa penampilan cukup, kurang,

dan baik semuanya memiliki sisa makanan banyak. Tabulasi silang antara penampilan

makanan dengan sisa makanan dapat dilihat pada tabel 22.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Tabel 22
Tabulasi Silang antara Penampilan Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Penampilan Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Kurang - - 11 20,0 11 20,0
Cukup - - 41 74,5 41 74,5
Baik - - 3 5,5 3 5,5
Total - - 55 100 55 100

Tabulasi silang antara variasi makanan dengan sisa makanan. Tabel 23

menunjukkan bahwa responden yang memiliki sisa makanan tergolong banyak

menjawab variasi makanan tidak bervariasi dan kurang bervariasi. Jumlah responden

dengan sisa makanan banyak yang menjawab variasi makanan kurang yaitu 21 orang,

diikuti dengan responden yang menjawab variasi makanan cukup dan baik serta

memiliki sisa makanan banyak berjumlah 28 dan 6 orang. Tabulasi silang antara

variasi makanan dengan sisa makanan dapat dilihat pada tabel 23.

Tabel 23
Tabulasi Silang antara Variasi Makanan dengan Sisa Makanan
Sisa Makanan
Variasi Sedikit Banyak Total
n % n % n %
Tidak Bervariasi - - 21 38,2 21 38,2
Kurang Bervariasi - - 28 50,9 28 50,9
Bervariasi - - 6 10,9 6 10,9
Total - - 55 100 55 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pembahasan

Analisis Univariat

Karakteristik pasien. Karakteristik dalam penelitian ini yaitu umur, jenis

kelamin dan lama rawat inap dari 55 pasien di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

Kisaran. Dari hasil penelitian yang dilakukan, lebih banyak pasien yang datang ke

rumah sakit berusia18-34 tahun yaitu sebesar 56,4% atau 31 orang. Pemilihan umur

ini juga dikarenakan karakter inklusi yang lebih banyak membutuhkan pasien yang

belum berusia terlalu tua agar indra perasa pasien masih berfungsi dengan baik. Indra

perasa yang baik dapat menjamin pasien menjawab pertanyaan kuesioner dengan baik

dan benar.

Pasien berjenis kelamin perempuan dengan jumlah persentase sebesar 60%,

sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki jumlahnya tidak jauh dengan jumlah

pasien perempuan yaitu sebanyak 40%. Hal ini disebabkan penulis lebih banyak

memilih pasien perempuan karena penulis menganggap pasien perempuan lebih

mudah diajak berkomunikasi untuk mejawab kuesioner. Akan tetapi hal ini

bertentangan dengan data penelitian Rijadi yang mengatakan persentase tertinggi

pengunjung rumah sakit adalah laki-laki dan lebih mudah diajak berkomunikasi

(Rijadi, 2012). Lama rawat inap dibagi berdasarkan dua kategori yaitu kurang dari 3

hari dan lebih dari 3 hari. Pemilihan jumlah hari tersebut dibuat untuk memudahkan

penelitian agar menemukan pasien yang bisa menjawab kuesioner dengan valid

karena sudah menjalani rawat inap lebih dari dua hari dan sudah mendapatkan

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
66

makanan di waktu pagi, siang, dan sore dari rumah sakit. Hasil penelitian

menunjukkan pasien dengan lama rawat inap kurang dari 3 hari jumlahnya lebih

banyak 52,7% (29 orang) dibandingkan dengan pasien rawat inap lebih dari 3 hari

47,3% (26 orang).

Sisa makanan. Sisa makanan adalah persentase nilai rata-rata hidangan yang

tidak dikonsumsi yang didapat dari hasil penimbangan berat sisa dan dibandingkan

dengan berat awal dikalikan dengan 100%. Keberhasilan suatu penyelenggaraan

makanan sering dikaitkan dengan adanya sisa makanan. Sisa makanan menunjukkan

adanya pemberian makanan yang kurang optimal, sehingga sisa makanan dapat

dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengevaluasi suatu kegiatan

penyelenggaraan makanan. Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud adalah

sisa makanan di piring (plate waste) karena berhubungan langsung dengan pasien

sehingga dapat mengetahui dengan cepat penerimaan makanan pasien di rumah sakit.

Pada tabel 16 dapat dilihat distribusi jumlah dan persentase sisa makanan

pasien yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu sedikit jika sisa makanan <20% dan

banyak jika sisa makanan >20% (Depkes 2013). Berdasarkan hasil perhitungan

keseluruhan didapatkan bahwa sisa makanan di rumah sakit ini termasuk dalam

kategori banyak. Rata-rata total sisa makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

berdasarkan hasil pehitungan adalah sebesar 30,92%. Hal tersebut menandakan rata-

rata sisa makanan pasien tergolong banyak karena melebihi standar yang ditetapkan

Depkes yaitu 20%. Perbandingan juga dilakukan terhadap waktu makan yaitu pagi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

siang dan malam. Hasil menunjukkan bahwa sisa makanan paling banyak terjadi pada

saat siang hari, dari 55 pasien, 94,4% memiliki sisa makanan banyak sedangkan yang

memiliki sisa makanan sedikit hanya 5,5%. Penilaian terhadap sisa makanan pada

penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia pasien, jenis kelamin

pasien, lama rawat inap, cita rasa makanan, penampilan makanan dan variasi

makanan berdasarkan persepsipasien.

Cita rasa makanan. Menurut Moehyi (2014), rasa makanan adalah rasa yang

ditimbulkan dari makanan yang disajikan. Cita Rasa makanan merupakan gabungan

penilaian pasien terhadap beberapa aspek yaitu aroma, kematangan, tekstur dan suhu

makanan. Cita rasa makanan ditentukan melalui indera perasa dan penciuman. Pada

penelitian ini persentase terbesar adalah pasien yang menyatakan bahwa rasa

makanan yang disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang masih kurang

(69,1%).

Aroma makanan. Aroma makanan merupakan bagian dari cita rasa makanan.

Aroma memegang peranan penting di awal sebelum pasien mengonsumsi makanan

karena memiliki daya tarik sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman

sehingga membangkitkan selera untuk mengonsumsinya. Makanan yang disajikan

oleh rumah sakit memiliki aroma yang berbeda-beda sesuai dengan jenis makanan

dan cara memasaknya. Pada tabel 6 pasien sudah banyak yang menjawab bahwa

aroma makanan yang disajikan sudah sedap (41,8%). Sebanyak 25,5% dan 32,7%

pasien menjawab aroma makanan tidak sedap dan kurang sedap dikarenakan adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

pengaruh aroma pada ruang rawat inap seperti aroma obat yang menyebabkan aroma

makanan tertutupi sehingga pasien berpendapat aroma yang disajikan menjadi kurang

sedap. Selain itu juga berhubungan dengan cara memasak yang lebih sering ditumis

sehingga kurang mengeluarkan aroma dan juga keterbatasan bumbu yang dimasukkan

kedalam masakan berpengaruh terhadap aroma makanan, ini menyebabkan pasien

menilai aroma makanan tidak memuaskan. Beberapa pasien juga berpendapat ikan

gembung yang disajikan pada menu acar ikan gembung mengeluarkan aroma amis,

hal ini menimbulkan banyak pasien tidak menghabiskan lauk hewani tersebut.

Kematangan makanan. Selain aroma makanan, kematangan merupakan

bagian dari cita rasa makanan. Pada penelitian ini sebanyak 40% pasien menjawab

bahwa makanan yang disajikan sudah matang, tapi sebagian besar pasien (25,5%)

menyatakan bahwa makanan yang disajikan kurang matang. Hal ini dikarenakan

persepsi dari masing-masing pasien yang indra perasanya sedang tidak dalam kondisi

normal dan tingkat kematangan makanan rumah sakit tidak sesuai dengan selera

masing-masing pasien. Karena penulis melihat pengolahan makanan di di RSUD

H.Abdul Manan Simatupang sudah cukup baik dan memiliki waktu yang cukup

sehingga hasil makanan diolah dengan baik dan matang.

Tekstur makanan. Aspek cita rasa makanan berikutnya adalah tekstur

makanan. Jenis makanan yang diuji dalam penelitian ini yaitu makanan biasa.

Makanan biasa adalah makanan yang diberikan kepada pasien yang tidak

memerlukan diet khusus berhubungan dengan penyakitnya. Susunan makanannya

sama dengan makanan sehari-hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

tekstur dan aroma yang normal. Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat 21 pasien

menjawab tekstur makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang sudah sesuai

(38,2%). Pasien yang memilih kurang sesuai sebesar 27,3%. Tekstur makanan dinilai

kurang sesuai dilihat apabila dari segi kepadatannya tidak baik sehingga makanan

menjadi tidak enak saat dikunyah. Pada rumah sakit proses pengolahan bahan

makanan belum dilakukan dengan baik sehingga teksturnya tidak memuaskan pasien

terutama pada jenis makanan lauk hewani. Banyak pasien yang mengeluh bahwa

tekstur ikan sering hancur saat makanan disajikan. Hal ini mungkin disebabkan oleh

waktu pemasakan yang terlalu lama dan cara pengolahan dari juru masak yang terlalu

sering mengaduk makanan. Hal ini menandakan bahwa makanan biasa di RSUD

H.Abdul Manan Simatupang belum sesuai dengan makanan biasa yang seharusnya.

Suhu makanan. Aspek cita rasa yang berikutnya adalah suhu makanan. Pada

tabel 9 pasien yang menyatakan bahwa suhu makanan kurang sesuai memiliki

persentase paling besar (40%). Suhu makanan dikatakan sesuai jika makanan panas

disajikan dengan suhu di atas 60 derajat celcius dan makanan dingin disajikan dengan

suhu di bawah 7 derajat celcius (Sullivan, 2014). Sebagian besar pasien menjawab

kurang sesuai karena di RSUD H.Abdul Manan Simatupang distribusi makanan

dilakukan dengan cara sentralisasi yaitu makanan dibagi dan disajikan dalam alat

makan di ruang produksi makanan/dapur, tetapi makanan diolah beberapa jam

sebelum waktu pendistribusian makanan dilakukan sehingga makanan yang akan

disajikan suhunya tidak sesuai atau sudah dingin saat diberikan kepada pasien. Suhu

makanan memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

makanan yang sudah tidak hangat akan mengurangi selera pasien untuk

mengonsumsinya.

Meninggalkan makanan dalam suhu ruang dan jangka waktu yang lama dapat

mempercepat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya dan dalam jumlah tertentu

dapat menimbulkan penyakit. Suhu zona bahaya (danger zone) ini berada dalam

rentang suhu 5ºC - 60ºC (NFSMI, 2014). Resiko terjadinya kontaminasi silang jauh

lebih besar karena banyaknya hidangan yang dimasak atau disiapkan secara

bersamaan. Seringnya, pada saat makanan disajikan untuk banyak orang, sejumlah

besar makanan telah dipersiapkan berjam-jam untuk mendukung pelayanan yang

cepat. Jika selama selang waktu antara penyiapan dan penyajian makanan tersebut

tidak disimpan pada kondisi yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, sebuah

bahaya akan terbentuk. Sehingga sangat penting untuk menyimpan hidangan yang

sudah matang dalam alat penghangat, selain untuk menjaga suhu hidangan tetap

panas, hidangan pun tetap aman untuk dikonsumsi.

Penampilan makanan. Rasa makanan dapat dinilai melalui indra perasa dan

penciuman sedangkan penampilan makanan dapat dinilai melalui indra penglihatan.

Penampilan makanan merupakan gabungan nilai penilaian pasien terhadap warna,

bentuk, porsi dan cara penyajian makanan. Pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

10 bahwa penampilan makanan yang disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

sudah cukup baik (74,5%). Penampilan makanan merupakan kesan pertama yang

dilihat untuk menentukan makanan tersebut menarik untuk dimakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Warna makanan. Warna makanan merupakan bagian dari penampilan

makanan. Pada penelitian ini lebih banyak pasien yang mengatakan bahwa warna

makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang kurang menarik. Hal ini disebabkan

karena warna makanan yang disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang tidak

bervariasi sehingga makanan terlihat tidak menarik. Makanan untuk orang sakit harus

diperhatikan warnanya agar dapat merangsang selera makan pasien danmenimbulkan

kesan menarik untuk dikonsumsi, namun dari keseluruhan aspek penampilan

makanan yang menyatakan kurang menarik yaitu warna makanan (40%) ini karena

makanan yang disajikan oleh rumah sakit kurang beragam sehingga kurang

kombinasi warna.

Bentuk makanan. Selain warna makanan, bentuk makanan merupakan bagian

dari penampilan makanan. Sama halnya dengan warna makanan, bentuk makanan

dapat mempengaruhi seseorang untuk memakan makanan yang disajikan.

Berdasarkan penelitian di Amerika pada anak sekolah dasar menyatakan bahwa

pasien memilih makan berdasarkan bentuk dan kemasan makanan tersebut (Rijadi,

2012). Berdasarkan hasil penelitian, banyak pasien yang berpendapat bahwa bentuk

makanan yang disajikan tidak menarik (43,6%), hanya memiliki sedikit perbedaan,

kategori kurang menarik juga memiliki persentase cukup besar yaitu 40%. Pada

komentar yang diberikan pasien menyatakan bahwa bentuk tempe dan tahu yang

terlalu besar dan hanya berbentuk kotak menjadikan lauk nabati tersebut kurang

menarik. Sebaiknya instalasi gizi lebih menyesuaikan bentuk makanan dengan jenis

makanan yang disajikan, bisa dilakukan inovasi dengan pemotongan bentuk makanan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

yang lebih menarik agar menggugah selera pasien untuk menghabiskan makanannya.

Begitu juga dengan sayur, ada pasien yang mengatakan bahwa bentuk sayur tidak

menarik sehingga pasien kurang tertarik untuk memakan makanan tersebut. Dengan

bentuk makanan yang kurang menarik maka dapat mengurangi penampilan makanan

dan menurunkan selera makan, hal inilah yang menyebabkan 22 pasien menilai

bahwa bentuk makanan yang disajikan oleh rumah sakit masih kurang baik.

Porsi makanan. Aspek penampilan yang berikutnya adalah porsi makanan.

Pada tabel 13 jumlah pasien yang menyatakan bahwa porsi makanan tidak sesuai

berjumlah 20 orang (36,4%). Banyak pasien berpendapat porsi makanan terlalu

banyak pada jenis makanan pokok, tetapi terlalu sedikit untuk jenis makanan lauk

hewani. Hal ini sesuai dengan fakta di lapangan bahwa banyak ditemukannya sisa

makanan berupa makanan pokok (nasi/bubur), karena di RSUD H.Abdul Manan

Simatupang Kisaran belum ada standar porsi yang disediakan oleh rumah sakit

khususnya untuk kelas I, II, III sehingga pendistribusian makanan kepada pasien

berbeda-beda porsinya, ada yang terlalu banyak dan ada yang terlalu sedikit. Besar

porsi yang disajikan kepada masing-masing pasien berbeda-beda sesuai dengan jenis

diet dan jenis penyakit yang diderita oleh pasien. Dalam penelitian ini pasien yang

menjadi sampel adalah pasien yang mendapat diet makanan biasa, yang artinya

pemorsian makanan pada masing-masing alat saji pasien harus sama banyaknya

sesuai dengan AKG untuk diet makanan biasa.

Cara penyajian. Aspek terakhir dari penampilan makanan adalah cara

penyajian makanan. Cara penyajian adalah serangkaian kegiatan pendistribusian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

makanan sesuai dengan porsi dan jenis makanan yang diberikan kepada pasien

(Depkes, 2017). Meskipun makanan diolah dengan cita rasa tinggi, namun apabila

penyajian makanan di rumah sakit tersebut tidak dilakukan dengan baik maka nilai

makanan tersebut kurang berarti. Pada penelitian ini setengah dari jumlah pasien

menyatakan bahwa penyajian makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang

termasuk dalam kategori cukup (41,8%). Sementara pasien yang menyatakan bahwa

cara penyajian makanan kurang dan baik sebesar 34,5% dan 23,6%. Dalam penyajian

makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang terdapat perbedaan alat makan antara

kelas VIP, kelas I, kelas II dan kelas III. Pasien yang berada di kelas VIP dan kelas I

menggunakan alat makan yang terbuat dari melamin dan bagian atasnya dilapisi

dengan plastik, sedangkan pada pasien yang berada di kelas II dan III menggunakan

alat makan yang terbuat dari bahan plastik yang sudah ada penutupnya dan juga

terkadang menggunakan stainless steel.

Variasi makanan. Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan

menu yang akan diolah memenuhi selera konsumen.pasien dan kebutuhan zat gizi

yang memenuhi prinsip gizi seimbang (Depkes RI, 2014). Bervariasi adalah tidak

boleh terjadi pengulangan hidangan yang sama dalam satu siklus menu atau tidak

boleh terjadi metode pemasakan yang sama dalam satu kali makan (Khotimah, 2016).

Perencanaan menu di RSUD H.Abdul Manan Simatupang dilakukan oleh ahli gizi

yang terdapat di Instalasi Gizi dan dibuat untuk menentukan kebutuhan bahan

makanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan makanan di RSUD H.Abdul

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

Manan Simatupang. Pada penelitian ini paling banyak pasien yang berpendapat

bahwa variasi makanan yang disajikan sudah cukup (50,9%). Penilaian variasi

makanan merupakan gabungan penilaian dari beberapa aspek yaitu variasi menu dan

variasi bahan makanan.

Variasi menu. Setiap rumah sakit memiliki siklus menu tersendiri. Siklus

menu adalah satu set menu sehari yang disusun selama jangka waktu tertentu (5,7,10

hari) dan dilaksanakan untuk kurun waktu tertentu (3,6,12 bulan) (Depkes RI, 2017).

Pada penelitian ini lebih dari setengah jumlah pasien menjawab menu yang disajikan

tidak bervariasi (45,5%). Siklus menu yang digunakan oleh RSUD H.Abdul Manan

Simatupang adalah siklus menu 10+1 hari. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan , sebesar 29,1% pasien menyatakan variasi menu kurang bervariasi. Siklus

menu ini dipilih bertujuan untuk menghindari rasa bosan pasien jika pasien berada

dalam rumah sakit dalam jangka waktu yang lama sehingga nafsu makan pasien tetap

tinggi. Siklus menu RSUD H.Abdul Manan Simatupang dapat dilihat di halaman

lampiran.

Variasi bahan makanan. Selain variasi menu ada juga variasi bahan makanan

sebagai salah satu aspek dari variasi makanan. Pada penelitian ini pasien menyatakan

bahwa variasi bahan makanan kurang bervariasi (43,6%) dengan alasan bahan

makanan yang digunakan sangat sering berulang. Seperti penggunaan bahan makanan

wortel, labu siam dan sawi putih yang berulang di berbagai menu meskipun

digunakan untuk menu yang berbeda. Dalam hal ini pasien menilai bahan makanan

yang digunakan sangat sering berulang sehingga membuat cepat bosan denganmenu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

yang disajikan. Hal yang sama juga terjadi pada lauk hewani yang memiliki sisa

makanan sebanyak 40,6%, disebabkan karena menu ikan terlalu sering disajikan

secara berturut turut sehingga pasien merasa bosan. Pengulangan bahan makanan

yang sama oleh instalasi gizi disebabkan oleh beberapa hal, seperti daya simpan yang

tinggi pada beberapa bahan makanan, harga yang murah, dan pengolahan yang

praktis. Variasi bahan makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang memang

masih kurang terutama pada waktu makan pagi hari, dan juga pada buah. Buah yang

disajikan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang untuk pasien rawat inap kelas I, II

dan III terlalu sering pisang.

Selain faktor-faktor diatas ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan

terjadinya sisa makanan seperti faktor eksternal atau faktor dari luar tubuh pasien

contohnya makanan dari luar dan jenis penyakit. Sesuai dengan teori Moehyi (2014)

makanan yang dimakan oleh pasien yang berasal dari luar rumah sakit akan

berpengaruh terhadap terjadinya sisa makanan. Rasa lapar yang tidak segera diatasi

pada pasien yang sedang dalam perawatan, timbulnya rasa bosan karena

mengkonsumsi makanan yang kurang bervariasi menyebabkan pasien mencari

makanan tambahan dari luar rumah sakit atau jajan, sehingga kemungkinan makanan

yang disajikan kepada pasien tidak dihabiskan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Sembiring (2014) di Rumah Sakit Pirngadi Medan yang menyatakan

ada hubungan antara makanan dari luar rumah sakit dengan sisa makanan, pasien

yang sering mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit lebih banyak menyisakan

makanan dan pasien yang tidak sering mengonsumsi makanan dari luar rumah sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

lebih sedikit menyisakan makanan. Jenis penyakit juga bisa menjadi penyebab

terjadinya sisa makanan seperti pasien penderita penyakit lambung, pasien infeksi

daluran pencernaan atau pasien yang sedang hamil biasanya selera makannya

menurun sehingga terjadi sisa makanan.

Analisis Bivariat

Tabulasi silang. Dari hasil analisis bivariat antara rasa makanan, penampilan

makanan dan variasi makanan dengan sisa makanan dapat terlihat bahwa walaupun

ada beberapa pasien yang menjawab bahwa cita rasa, penampilan atau variasi

makanan sudah baik ternyata sisa makanan yang ditemukan di RSUD H.Abdul

Manan Simatupang masih sangat banyak jumlahnya. Fakta di rumah sakit sesuai

dengan hasil penelitian bahwa pasien-pasien yang memiliki sisa makanan banyak

memang menilai bahwa rasa makanan yang disajikan rumah sakit masih kurang baik.

Penilaian rasa makanan terdiri dari akumulasi penilaian beberapa faktor yaitu aroma,

kematangan, tekstur dan suhu makanan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nuryati

(2008) di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara rasa makanan dengan sisa makanan pasien.

Penelitian di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang pada pasien diabetes melitus

menyatakan bahwa seluruh pasien yang memilih cita rasa makanan kurang menarik

memiliki sisa makanan yang banyak (Puspita dan Rahayu, 2010). Begitu juga

penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Tangerang bahwa pasien yag

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

memiliki daya terima kurang menjawab makanan kadang-kadang enak (Sinaga,

2014).

Pada aspek kedua, penampilan makanan yang tidak baik menyebabkan

seseorang menyisakan makanan lebih banyak, sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa persepsi seseorang terhadap penampilan makanan dapat mempengaruhi daya

terima makanannya (Moehyi, 2014).

Hal yang sama juga terjadi pada penelitian tentang sisa makanan di RSUP DR

Hasan Sadikin Bandung menyatakan bahwa pasien yang berpendapat penampilan

makanan yang disajikan tergolong kurang memiliki sisa makanan yang banyak

(Munawar, 2015). Begitu juga dengan penelitian di RS MMC Jakarta menyatakan

bahwa pasien dengan daya terima di bawa 25%, 100% pasien berpendapat bahwa

penampilan makanan yang disajikan kurang (Sarma H, 2013).

Berdasarkan tabel tabulasi silang antara variasi menu dengan sisa makanan

menunjukkan bahwa pasien yang menjawab variasi makanan kurang bervariasi

ataupun bervariasi keduanya memiliki sisa makanan banyak. Penilaian variasi

makanan terdiri dari penilaian variasi makanan dan variasi menu. Menu yang

disajikan kepada pasien setiap harinya haruslah bervariasi agar pasien tidak merasa

bosan untuk mengkonsumsi makanan. selain variasi menu variasi bahan makanan

dalam sebuah menu dapat memberikan kesan yang menarik dan membangkitkan

nafsu makan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Rijadi (2012) dan Aprilina

(2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara variasi makanan

dengan sisa makanan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD H.Abdul Manan

Simatupang, diperoleh kesimpulan bahwa sisa makanan yang ditemukan di rumah

sakit tersebut yaitu rata rata sebanyak 30,92% atau sebanyak 216,46 gr dan termasuk

banyak karena melebihi angka yang ditetapkan oleh PGRS yaitu 20%. Berdasarkan

waktu makan pagi, siang dan malam seluruh pasien memiliki sisa makanan banyak.

Lauk nabati (tahu dan tempe) merupakan jenis makanan yang memiliki sisa makanan

paling banyak 62,3%, sedangkan jenis makanan yang memiliki sisa makanan paling

sedikit adalah buah dan snack. Penilaian pasien terhadap cita rasa dan penampilan

makanan sudah dalam kategori cukup. Gambaran penilaian pasien terhadap variasi

makanan terbanyak mendapat kategori cukup (50,9%) dengan rincian variasi menu

kurang bervariasi (29,1%) dan variasi bahan juga kurang bervariasi (43,6%).

Walaupun beberapa pasien telah memilih kategori baik ataupun cukup dalam aspek-

aspek tertentu, tetapi sisa makanan yang tersisa jumlahnya tetap melebihi standar.

Saran

Bagi instalasi gizi rumah sakit tersebut disarankan agar penampilan makanan

agar ditingkatkan lagi sehingga menjadi lebih menarik terutama pada warna,

penyajian dan bentuk makanan. Warna makanan yang lebih bervariasi akan

membangkitkan selera pasien. Pada aspek bentuk makanan, seperti pada tempe dan

78
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79

tahu yang disajikan masih dalam ukuran besar, hal ini bisa disiasati dengan dipotong

dadu sehingga ukurannya tidak terlalu besar tentunya disesuaikan dengan jenis menu

yang akan dimasak. Untuk meningkatkan rasa makanan, pada saat pemasakan bisa

ditambahkan bumbu atau bahan makanan yang memiliki aroma kuat seperti daun

salam, bawang putih, kunyit dan bumbu lain tetapi kadarnya disesuaikan dengan

standar makanan biasa. Perlu dilakukannya pelatihan ulang terhadap juru masak di

dapur atau penerimaan tenaga kerja khususnya untuk pegawai lulusan tata boga untuk

meningkatkan kualitas makanan dan kualitas makanan di rumah sakit.

Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai sisa makanan pasien terutama pada pasien makanan dengan

diet khusus. Meneliti faktor dan aspek lain terutama faktor internal yang dapat

mempengaruhi sisa makanan pasien sehingga bisa diketahui faktor yang paling

berpengaruh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Daftar Pustaka

Almatsier, S. (2017). Penuntun Diet. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Aritonang, I.(2014). Penyelenggaraan Makanan Manajemen Sistem Pelayanan Gizi


Swakelola dan Jasa Boga di Instalasi Gizi Rumah Sakit. Yogyakarta:
Leutika.

Cannors, P.L., & Rozell, S. B. (2004). Using a Visual Plate Waste Study to Monitor
MenuPerformance.J. Am. Dietetic Assoc. 104, pp=94-96.

Departemen Kesehatan RI. (2017). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta
: Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.

Djamaluddin, M., & Endy,P., Ira,P. (2005). Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa
Makanan pada Pasien dengan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia.

Galetta, GM. (2013). Obesity: Obesity Causes. Diakses September 3, 2018, from
http://www.emedicinehealth.com/obesity/page2_em.htm#Obesity%20Causes
_
Haerani, Y. (2014). Analisis Biaya Sisa Makanan Lunak dan Zat Gizi yang Hilang
Pada Pasien Dewasa Kelas III RSUP DR Hasan Sadikin Bandung.
Diakses Mei 17, 2018, from
http://digilib.esaunggul.ac.id

Hartono, A. (2000). Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Yogyakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

80
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81

Kementerian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Penyelenggaraan Gizi Rumah Sakit.


Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi.

Khan, M. (1987). Food Service Operation. New York : An Avi Book.

Khomsan, A. (2013). Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan (3th ed). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

Komalawati, D., dkk. (2005). Pengaruh Lama Rawat Inap Terhadap Sisa Makanan
Pasien Anak di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Nutrisia. 6
(2). Yogyakarta: Poltekes.

Kurniawati, E. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Sisa


Makanan Narapidana. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (3).

Lisdiana. (2003). Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Ungaran:


Trubus AgriwidyaUngaran.

Hikmawati. (2015). Studi Evaluasi Sisa Makanan Pasien dan Biaya Makanan Pasien
di RSK Dr Tadjuddin Chalid dan RSUD Kota Makassar. Media Gizi
Pangan, XIX, edisi1.
http://mediagizipangan.org/wp-content/uploads/2016/08/15.-JURNAL-
SISA-MAKANAN-PASIEN-.pdf.

Moehyi, S. (2014). Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta:


Bharata.

Notoadmodjo, S. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Nuraini, N. (2016). Suhu Makanan dan Sisa Makanan Pasien Dewasa Diet Lunak di
Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Nuryati, P. (2008). Hubungan Antara Waktu Penyajian, Penampilan dan Rasa


Makanan dengan Sisa Makanan pada Pasien Rawat Inap Dewasa di
Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang. Diakses Mei 6, 2018, from
http://digilib.unimus.ac.id

Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18. (2013). Standar


Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 No. 227. Jakarta : Anonim.

Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78. (2013). Pedoman


Pelayanan Gizi Rumah Sakit : Anonim.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41. (2014). Pedoman Gizi
Seimbang. Yogyakarta: Anonim.

Ratnaningrum, C. (2005). Hubungan Antara Persepsi Pasien dan Sisa Makanan


dengan Diet Biasa yang Disajikan pada Pasien Rawat Inap di RS
Banyumanik Semarang. Skripsi. UniversitasDiponegoro: Semarang.
Diakses Juni 23, 2018, from
http://eprints.undip.ac.id/10364/

Simanjuntak, B.U. (2014). Analisis Manajemen Penyelenggaraan Makanan di


Instalasi Gizi RSUD Lubuk Pakam, Tesis. Universitas Sumatera Utara:
Medan.

Suhardjo. (1989). Sosio Budaya Gizi. Bogor : IPB-PAU Pangan dan Gizi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

Sullivan DH, S Sun, RC Walls. (2014). Protein Energy Undernutrition Among


Elderly Hospitalized Patient a Prospective Study. 281 (21):2013-7.

Supariasa, I.D.N. dkk. (2013). Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Umami, R. (2017). Determinan Sisa Makanan dan Estimasi Biaya Sisa Makanan
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam Lumajang. Skripsi. Universitas
Jember.

Williams,P., & Karen,W. (2011). Plate Waste in Hospital and Strategies for Change.
Journal of Clinical Nutrition and Metabolism, 6 (6) , pp. 235-241.

Wirasmadi, P. (2015). Analisis Jumlah, Biaya dan FaktorPenentu Terjadinya Sisa


Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar. Universitas Udayana Denpasar. Diakses Mei 10, 2018, from
http://erepo.unud.ac.id/8366/1/abc4384fb9b03c61e5401fd38e99595c.pdf

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1
No. Responden :

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SAMPEL


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
JenisKelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan
Umur : tahun
RuangPerawatan/Kelas :
Diagnosa :
LamaHariRawat :
Bersedia untuk mengisi kuesioner yang terlampir sebagai sampel penelitian

tentang “Sisa Makanan Pasien Berdasarkan Cita Rasa, Penampilan dan Variasi

Makanan di RSUD H.Abdul Manan Simatupang Kisaran” yang akan dilakukan oleh

Izhani Isma Zahara.

Kisaran, 2018

( )

84
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85

Lampiran 2

FORMULIR PENILAIAN RASA MAKANAN

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui pendapat anda terhadap rasa

makanan yang disajikan, dilakukan dengan cara pengisian tabel penilaian. Beri angka

pada tabel berikut ini dengan jujur & apa adanya sesuai pendapat anda.

Aspek Penilaian Kelompok Makanan

(Rasa Makanan) Makanan Lauk Lauk Sayur Buah Snack


Pokok Hewani Nabati
P S M P S M P S M P S M P S M P S
a. Aroma

b.Kematangan

c. Tekstur

d.Suhu

Komentar :

Nilai: Keterangan:
1. Tidak sedap/tidakmatang/tidaksesuai P : MenuPagi
2. Kurang sedap/kurangmatang/kurangsesuai S : MenuSiang

3. Sedap/matang/sesuai M : MenuMalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

FORMULIR PENILAIAN PENAMPILAN MAKANAN

Aspek Penilaian Kelompok Makanan

(Penampilan Makanan Lauk Lauk Sayur Buah Snack


Makanan) Pokok Hewani Nabati

P S M P S M P S M P S M P S M P S

a. Warna
Makanan
b.Bentuk
Makanan
c. Porsi

d. Cara
Penyajian
Komentar :

Nilai: Keterangan:
1. Tidakmenarik/tidaksesuai/kurang P : MenuPagi
2. Kurangmenarik/kurangsesuai/cukup S : MenuSiang

3. Menarik/sesuai/baik M : MenuMalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

FORMULIR PENILAIAN VARIASI MAKANAN

Aspek Penilaian Kelompok Makanan

(Variasi Makanan Lauk Lauk Sayur Buah Snack


Makanan) Pokok Hewani Nabati

P S M P S M P S M P S M P S M P S

a. Variasi Menu

b. Variasi Bahan
Makanan

Komentar :

Nilai: Keterangan:
1. Tidakbervariasi P : MenuPagi
2. Kurangbervariasi S : MenuSiang
3. Bervariasi M : MenuMalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5

FORMULIR SISA MAKANAN

Nama Pasien:

Jenis Pagi Siang Malam Total


Makanan Sisa
Makanan
Berat Berat Sisa Berat Berat Sisa Berat Berat Sisa
awal sisa makanan awal sisa makanan awal sisa makanan
Nasi
Lauk
hewani
Lauk nabati
Sayur
Buah
Snack

88
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
MASTER DATA
No Nama Umur Jenis Kelamin Lama Kelas/Ruang Rata-
Rawat rata sisa
makanan
per hari
(gr)
1 Poniran 46 Laki-laki 3 hari Kelas 3, mawar
273
2 Tiar 41 Laki-laki 4 hari Kelas 3, mawar 222.33
3 Rahmad syambudi 25 Laki-laki 2 hari Kelas 2, anyelir 203.33
4 Putri andini 18 Perempuan 3 hari Kelas 3, mawar 262.66
5 Parida wati 44 Perempuan 2 hari Kelas 3, mawar 199
6 Asrul sitorus 42 Laki-laki 2 hari Kelas 3, mawar 210
7 Mujiah 49 Perempuan 2 hari Kelas 3, mawar 260.33
8 Sahri 49 Laki-laki 15 hari Kelas 1, bougenville 192.33
9 Tukiman 38 Laki-laki 3 hari Kelas 3, mawar 183.66
10 Dariah 44 Perempuan 9 hari Kelas 3, mawar 214.33
11 Nurbaiti 33 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 261
12 Parti 41 Perempuan 2 hari Kelas 3, anggrek 232

89
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13 Evi 18 Perempuan 4 hari Kelas 3, anggrek 250
14 Priska 18 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 213.66
15 Puspita sari 25 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 263.33
16 Azizah 25 Perempuan 4 hari Kelas 3, anggrek 198.33
17 Kinanti 18 Perempuan 5 hari Kelas 3, melati 199
18 Rodiah 49 Perempuan 3 hari Kelas 3, melati 224
19 Muzainah 45 Perempuan 4 hari Kelas 3, melati 221
20 Relawati 45 Perempuan 4 hari Kelas 3, melati 204
21 Sadiah 35 Perempuan 3 hari Kelas 3, melati 236.66
22 Sri rahayu 29 Perempuan 4 hari Kelas 3, asoka 201
23 Tomi suganda 43 Laki-laki 4 hari Kelas 3, asoka 272
24 Kijo 35 Laki-laki 4 hari Kelas 2, kecubung 174.66
25 Asnan 42 Laki-laki 4 hari Kelas 2, kecubung 237
26 Abdul roni 30 Laki-laki 3 hari Kelas 2, kecubung 208.66
27 Ulfa 23 Perempuan 4 hari Kelas 1, bougenville 220.33
28 Bambang 28 Laki-laki 2 hari Kelas 1, bougenville 220.66
29 Putra 20 Laki-laki 3 hari Kelas 1, bougenville 201

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30 Arthur 25 Laki-laki 4 hari Kelas 1, bougenville 149
31 Edi 24 Laki-laki 3 hari Kelas 1, flamboyan 248
32 Usman 44 Laki-laki 4 hari Kelas 1, flamboyan 169
33 Panijah 30 Perempuan 2 hari Kelas 2, anyelir 170
34 Marfuah 19 Perempuan 2 hari Kelas 2, anyelir 245
35 Megawati 21 Perempuan 3 hari Kelas 2, anyelir 172.33
36 Yuni 32 Perempuan 4 hari Kelas 2, flamboyan 243.66
37 Hodijah 50 Perempuan 4 hari Kelas 2, flamboyan 219
38 Lina 43 Laki-laki 5 hari Kelas 2, flamboyan 214.33
39 Prayoga 34 Laki-laki 3 hari Kelas 3, asoka 220.33
40 Andika 25 Laki-laki 3 hari Kelas 3, asoka 216.66
41 Armina 21 Perempuan 3 hari Kelas 3, asoka 236.33
42 Yanti 48 Perempuan 4 hari Kelas 3, asoka 202.33
43 Amrul 37 Laki-laki 5 hari Kelas 3, asoka 230.33
44 Asiyah 32 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 168
45 Baskoro 36 Laki-laki 4 hari Kelas 3, anggrek 223.66
46 Rolanda 24 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 249.33

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47 Husein 49 Laki-laki 4 hari Kelas 3, anggrek 249
48 Eva 46 Perempuan 4 hari Kelas 3, anggrek 196
49 Wartini 25 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 219
50 Dina 22 Perempuan 3 hari Kelas 3, anggrek 219.33
51 Juanita 30 Perempuan 4 hari Kelas 3, asoka 237.33
52 Fauzi 24 Laki-laki 4 hari Kelas 3, kecubung 162.33
53 Salman alfarisi 24 Laki-laki 3 hari Kelas 3, kecubung 164.33
54 Nanda 22 Perempuan 5 hari Kelas 3, kecubung 208.33
55 Melly sari 32 Perempuan 2 hari Kelas 3, kecubung 213.33

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No JK UMR LR ARM KMTG TKS SH WRN BTK PRS CP VM VB RM PM VMN SM
1. 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2

2. 1 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2
3. 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2
4. 2 1 1 3 2 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2
5. 2 2 1 2 3 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2
6. 1 2 1 2 1 1 1 2 3 3 2 1 2 3 3 2 2
7. 2 2 1 1 3 3 2 2 2 1 3 3 1 1 2 2 2
8. 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2
9. 1 2 1 1 2 2 3 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2
10 2 2 2 2 1 3 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2
11 2 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 2
12 2 2 1 2 1 3 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2
13 2 1 2 3 2 3 2 1 2 3 1 1 1 3 3 2 2
14 2 1 1 2 3 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2
15 2 1 1 3 3 2 1 3 1 2 1 2 2 1 1 1 2
16 2 1 2 3 2 3 1 2 3 3 1 2 3 1 1 1 2
17 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2
18 2 2 1 2 1 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 2 2
20 2 2 2 1 1 3 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2
21 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2
22 2 1 2 3 3 3 2 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2
23 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 2
24 1 2 2 1 3 3 3 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2
25 1 2 2 2 3 3 1 3 3 3 2 3 3 1 1 1 2
26 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2
27 2 1 2 1 3 2 3 2 3 1 3 1 3 1 1 1 2
28 1 1 1 1 1 1 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2
29 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 3 1 1 1 2
30 1 1 2 3 1 2 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2
31 1 1 1 3 3 3 1 3 2 2 2 3 1 1 1 1 2
32 1 2 2 2 2 1 1 1 2 3 2 1 3 2 3 2 2
33 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 3 2 1 1 1 2
34 2 1 1 1 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 1 1 2
35 2 1 1 2 3 3 2 1 1 3 2 3 2 1 2 2 2
36 2 1 2 3 3 3 2 1 1 2 3 3 1 2 2 2 2
37 2 2 2 2 3 1 2 3 1 2 1 3 3 1 2 2 2

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2
39 1 1 1 3 2 3 2 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2
40 1 1 1 1 2 1 1 3 2 3 2 2 2 1 3 3 2
41 2 1 1 2 1 1 3 1 2 1 1 3 3 2 3 3 2
42 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 3 3 1 1 3 3 2
43 1 2 2 3 3 1 3 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2
44 2 1 1 3 1 2 3 1 1 3 2 2 3 2 2 2 2
45 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2
46 2 1 1 3 1 3 2 2 2 1 3 3 3 1 2 1 2
47 1 2 2 3 1 3 2 1 2 2 1 3 3 2 2 1 2
48 2 2 2 3 3 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2
49 2 1 1 3 3 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 1 2
50 2 1 1 3 1 3 2 2 3 1 2 1 2 1 2 1 2
51 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 3 1 2 1 2 1 2
52 1 1 2 3 1 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 1 2
53 1 1 1 3 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 3 3 2
54 2 1 2 1 3 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2
55 2 1 1 3 3 3 1 3 2 3 2 2 1 1 3 3 2

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keterangan :
 TKS = teksturmakanan 3. Baik
 UMR =Umur 1. Tidaksesuai  VM = variasimenu
1. 18-34tahun 2. Kurangsesuai 1. Tidakbervariasi
2. 35-50tahun 3. Sesuai 2. Kurangbervariasi
 JK = JenisKelamin  SH = suhumakanan 3. Bervariasi
1. Laki-laki 1. Tidak sesuai  VB = variasibahan
2. Perempuan 2. Kurangsesuai 1. Tidakbervariasi
 LR = Lama rawatinap 3. Sesuai 2. Kurangbervariasi
1. < 3hari  WRN = warnamakanan 3. Bervariasi
2. > 3hari 1. Tidak menarik  RM = rasamakanan
 Sisa makanan 2. Kurangmenarik 1. Kurang
1. Sedikit (<20%) 3. Menarik 2. Cukup
2. Banyak (>20%)  BTK = bentukmakanan 3. Baik
 ARM = AromaMakanan 1. Tidak menarik  PM = penampilanmakanan
1. Tidak sedap 2. Kurangmenarik 1. Kurang
2. Kurangsedap 3. Menarik 2. Cukup
3. Sedap  PRS = porsimakanan 3. Baik
 KMTG = Kematangan 1. Tidak sesuai  VMN = variasimakanan
Makanan 2. Kurangsesuai 1. Kurang
1. Tidak matang/terlalu 3. Sesuai 2. Cukup
matang  CP = carapenyajian 3. Baik
2. Kurangmatang 1. Kurang
3. Matang 2. Cukup

96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4

OUTPUT

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 22 40.0 40.0 40.0
Perempuan 33 60.0 60.0 100.0
Total 55 100.0 100.0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 18-34 31 56.4 56.4 56.4
35-50 24 43.6 43.6 100.0
Total 55 100.0 100.0

Lama Rawat Inap

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <3 hari 29 52.7 52.7 52.7
>3 hari 26 47.3 47.3 100.0
Total 55 100.0 100.0

Aroma Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sedap 14 25.5 25.5 25.5
Kurang Sedap 18 32.7 32.7 58.2
Sedap 23 41.8 41.8 100.0
Total 55 100.0 100.0

97
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
98

Kematangan Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Matang/Terlalu
Matang 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Matang 14 25.5 25.5 60.0
Matang 22 40.0 40.0 100.0
Total 55 100.0 100.0

Tekstur Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Sesuai 15 27.3 27.3 61.8
Sesuai 21 38.2 38.2 100.0
Total 55 100.0 100.0

Suhu Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Sesuai 22 40.0 40.0 74.5
Sesuai 14 25.5 25.5 100.0
Total 55 100.0 100.0

Warna Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Menarik 20 36.4 36.4 36.4
Kurang Menarik 22 40.0 40.0 76.4
Menarik 13 23.6 23.6 100.0
Total 55 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

Bentuk Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Menarik 24 43.6 43.6 43.6
Kurang Menarik 22 40.0 40.0 83.6
Menarik 9 16.4 16.4 100.0
Total 55 100.0 100.0

PorsiMakanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Sesuai 20 36.4 36.4 36.4
Kurang Sesuai 18 32.7 32.7 69.1
Sesuai 17 30.9 30.9 100.0
Total 55 100.0 100.0

CaraPenyajian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 19 34.5 34.5 34.5
Cukup 23 41.8 41.8 76.4
Baik 13 23.6 23.6 100.0
Total 55 100.0 100.0

Variasi Menu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bervariasi 25 45.5 45.5 45.5
Kurang Bervariasi 16 29.1 29.1 74.5
Bervariasi 14 25.5 25.5 100.0
Total 55 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

VariasiBahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bervariasi 19 34.5 34.5 34.5
Kurang Bervariasi 24 43.6 43.6 78.2
Bervariasi 12 21.8 21.8 100.0
Total 55 100.0 100.0

RasaMakanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 15 27.3 27.3 27.3
Cukup 33 60.0 60.0 87.3
Baik 7 12.7 12.7 100.0
Total 55 100.0 100.0

Penampilan Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 11 20.0 20.0 20.0
Cukup 41 74.5 74.5 94.5
Baik 3 5.5 5.5 100.0
Total 55 100.0 100.0

Variasi Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 21 38.2 38.2 38.2
Cukup 28 50.9 50.9 89.1
Baik 6 10.9 10.9 100.0
Total 55 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

Sisa Makanan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Banyak 55 100.0 100.0 100.0

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Rasa Makanan * Sisa
Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Penampilan Makanan *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Variasi Makanan * Sisa
Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

Rasa Makanan * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Rasa Kurang 15 15
Makanan Cukup 33 33
Baik 7 7
Total 55 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

Penampilan Makanan * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Penampilan Kurang 11 11
Makanan Cukup 41 41
Baik 3 3
Total 55 55

Variasi Makanan * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Variasi Kurang 21 21
Makanan Cukup 28 28
Baik 6 6
Total 55 55

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sisa Makanan Pagi *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Sisa Makanan Siang *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%
Sisa Makanan Malam *
Sisa Makanan 55 100.0% 0 .0% 55 100.0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

Sisa Makanan Pagi * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 4 4
Pagi Banyak 51 51
Total 55 55

Sisa Makanan Siang * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 3 3
Siang Banyak 52 52
Total 55 55

Sisa Makanan Malam * Sisa Makanan Crosstabulation

Count
Sisa
Makanan Total

Banyak Banyak
Sisa Makanan Sedikit 5 5
Malam Banyak 50 50
Total 55 55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6

Daftar Menu 10 Hari Pasien Diet Makanan Biasa RSUD H.Abdul Manan Simatupang
Kisaran

Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan

Bubur nasi Bubur Nasi


Pagi Dadar telur Pagi Urak-arik telur

Tahu bumbu Tempe opor


semur

Tumis buncis Tumis kacang


panjang

Selingan pagi Ombus-ombus, Selingan pagi Pisang kepok


susu rebus, teh manis
I Nasi putih II Nasi putih

Ayam goreng Tauco ikan cincaru

Tempe bacem Tahu semur


Siang Sop (wortel, Siang Sayur asem
brokoli, arcis, (kacang panjang,
jamur) melinjo, jagung

Pisang barangan Pisang barangan

Nasi putih Nasi putih

Acar ikan tongkol Sambal goreng


ikan mujahir

Tahu goreng Tempe bacem


Malam Malam
Tumis sayuran Sayur manis (sawi
(buncis, wortel, putih, wortel,
udang) udang)

Pisang barangan Pisang barangan

104
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
105

Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan

Bubur Nasi
Pagi Bubur nasi Pagi Dadar telur

Telur semur Sayur


buncis+wortel
Tempe opor

Tumis kacang
panjang

Selingan pagi Kue lapis Selingan pagi Apam susu

III Nasi putih IV Nasi putih

Sambel telur Gulai ayam


bebek

Tempe goreng Tahu goreng


Siang Siang
Opor ayam Sayur urap (daun
ubi, tauge,
kc.panjang, timun)

Pisang barangan Pisang barangan

Nasi putih Nasi putih

Sambal goreng Sambal ikan teri


ikan klotok

Tahu goreng Tempe bacem


Malam Malam
Tumis jipang, Bening bayam
wortel (buncis, wortel,
udang)

Pisang barangan Pisang barangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan

Bubur nasi Bubur nasi

Telur rebus
Pagi Tempe bacem Pagi Telur dadar

Tumis Tahu opor, gulai


wortel+labu siam kacang panjang

Selingan pagi Bubur kacang ijo, Selingan pagi Dadar gulung, teh
teh manis manis

Nasi putih Nasi putih


V VI
Sambal goreng Acar ikan
ikan klotok gembung

Tahu goreng Tahu semur


Siang Siang
Sop (buncis, Urak-arik (wortel,
wortel, arcis) buncis, tauge)

Pisang barangan Pisang barangan

Nasi putih Nasi putih

Tauco ikan Gulai asam ikan


tongkol cincaru

Tahu goreng Tempe mendoan


Malam Malam
Sayur manis Tumis kangkung
(bayam, tauge)

Semangka kuning Pisang barangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan

Bubur nasi Bubur Nasi

Semur telur Dadar telur


Pagi Semur tahu Pagi Tempe bacem

Sup Tumis buncis +


wortel+buncis tempe

Selingan pagi Ombus-ombus, Selingan pagi Kue nagasari, teh


susu manis

Nasi putih Nasi putih


VII VIII
Gulai asam ikan Semur ayam
tongkol

Tempe goreng Tahu goreng


Siang Siang
Tumis jipang, Tumis sawi hijau,
wortel wortel

Pisang barangan Semangka kuning

Nasi putih Nasi putih

Tauco ikan klotok Sambal goreng


ikan teri

Tahu goreng Tempe goreng


Malam Malam
Bening labu Bening bayam
kuning

Pisang barangan Pisang barangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

Menu Waktu Makan Menu Makanan Menu Waktu Makan Menu Makanan

Bubur nasi Bubur Nasi

Telur semur
Pagi Telur rebus Pagi Tempe bacem

Tahu kari Cah buncis+wortel

Tumis kacang
panjang

Selingan pagi Kue tepung turah, Selingan pagi Kue cantik manis,
teh manis teh manis
IX X
Nasi putih Nasi putih

Gulai asam ikan Acar ikan cincaru


gembung

Tempe goreng Tahu goreng


Siang Siang
Capcay (kol, Tumis kangkung
wortel, buncis,
udang)

Pisang barangan Pisang barangan

Nasi putih Nasi putih

Sambal goreng Sambal goreng


ikan klotok senangin bulih

Tahu goreng Tempe mendoan


Malam Malam
Bening labu Sayur jipang,
kuning wortel, arcis

Pisang barangan Pisang barangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai