Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM

DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK – BM


DI KOTA SALATIGA
Sri Muryani, Entri Sulistari, Alex D Ch Mirakaho
Progdi Pendidikan Ekonomi
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum merupakan langkah awal dari serangkaian
kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat terpadu dan berkelanjutan. Penelitian ini
bermuara pada pengembangan model-model pembelajaran untuk SMK khususnya SMK –
Bisnis Manajemen. Hasil penelitian diharapkan memiliki makna strategis dalam pengembangan
mutu pendidikan di SMK dan Program Studi Pendidikan Ekonomi penghasil guru SMK.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan mengembangkan kurikulum dalam
implementasi KTSP dikalangan Guru SMK di Kota Salatiga. Hasil pengembangan kurikulum
berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Diskripsi pengembangan
kurikulum dinilai berdasarkan; (1) Kesesuaian langkah dan pemahaman urgensi pengembangan
kurikulum, (2) Kelengkapan perangkat dokumen hasil pengembangan, dan (3) Ketepatan dan
kesesuaian isi dokumen hasil pengembangan kurikulum. Diskripsi kemampuan mengembangkan
dinyatakan secara kuantitatif dalam lima tingkatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)
dalam hal kesesuaian langkah dan pemahaman urgensi pengembangan kurikulum pada umumnya
guru-guru sudah melaksanakan pengembangan kurikulum sesuai dengan langkah pengembangan
yang seharusnya, hasilnya lengkap, namun kurang dalam hal pemahaman terhadap urgensi
pengembangan kurikulum baik secara menyeluruh maupun setiap langkah dari setiap proses.
(2) dalam hal ketepatan dan kejelasan isi Silabus dan RPP guru-guru pada umumnya hanya
mampu mengembangkan kurikulum pada kategori rendah. Hasil penelitian tersebut memberikan
gambaran bahwa, kekurangpahaman guru terhadap urgensi pengembangan kurikulum telah
berdampak pada rendahnya kemampuan guru dalam mengembangkan Silabus dan RPP.
Demikian halnya, lengkapnya hasil pengembangan kurikulum yang tidak diikuti dengan
ketepatan dan kejelasan Silabus dan RPP, juga memberikan gambaran bahwa dalam
mengembangkan kurikulum guru hanya sekedar untuk memenuhi kepentingan administratif
dibanding dengan kepentingan pengembangan kualitas pembelajaran yang bermuara pada
pengembangan profesionalitas.
Kata Kunci: KTSP, Pengembangan Mutu Pendidikan, Profesionalitas Guru

PENDAHULUAN tersebut bertujuan untuk mewujudkan kuri-


Kurikulum merupakan salah satu kom- kulum yang sesuai dengan tuntutan dan ke-
ponen yang sangat penting dalam penyeleng- butuhan masyarakat, guna mengantisipasi
garaan pendidikan. Kurikulum digunakan perkembangan jaman, serta memberikan acuan
sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan dan bagi penyelenggaraan pembelajaran di satuan
sekaligus indikator mutu pendidikan. Indonesia pendidikan. Kurikulum terbaru yang dikem-
tercatat lima kali merevisi kurikulum pendidik- bangkan adalah Kurikulum Tingkat Satuan
an dasar dan menengah. Revisi kurikulum Pendidikan (KTSP) suatu model pengelolaan

134
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum dalam implementasi KTSP di kalangan guru SMK – BM (Sri Muryani, dkk)

kurikulum yang dirancang mengikuti potensi masyarakat terpadu dan berkelanjutan, yang
dan karakteristik daerah, kondisi sosial budaya bermuara pada penelitian pengembangan untuk
masyarakat setempat, dan peserta didik. KTSP model-model pembelajaran yang tepat di SMK
diberlakukan pada jenjang pendidikan dasar khususnya SMK – Bisnis Manajemen. Hasil
dan menengah mulai tahun ajaran 2006/2007 penelitian ini diharapkan memiliki makna
menggantikan kurikulum 2004. Kurikulum ini strategis dalam pengembangan mutu pendidik-
disusun oleh satuan pendidikan dengan an di SMK dan Program Studi Pendidikan
mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Ekonomi penghasil guru SMK.
Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman Untuk mencapai tujuan penelitian, maka
pada panduan yang disusun oleh Badan Standar yang menjadi obyek penelitian adalah guru
Nasional Pendidikan (BSNP). matapelajaran adaftif dan produktif SMK
Guru merupakan faktor penting yang Bisnis dan Manajemen di Kota Salatiga,
besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil sampel penelitian diambil 30 persen dari
belajar, bahkan sangat menentukan berhasil- jumlah guru yang ada yaitu sebanyak 60 orang.
tidaknya peserta didik dalam belajar. Pe- Data yang dikumpulkan berupa data proses
ngembangan KTSP menuntut guru semakin pengembangan kurikulum, dan data hasil
kreatif, karena mereka harus merencanakan pengembangan kurikulum yang berupa Silabus
sendiri materi pelajarannya untuk mencapai dan RPP.
kompetensi yang telah ditetapkan. Guru perlu Selanjutnya kemampuan mengembang-
memperhatikan perbedaan individual peserta kan kurikulum didiskripsikan dari tiga indi-
didik, agar KTSP dapat dikembangkan secara kator, yaitu: 1) Kesesuaian langkah, pemaham-
efektif, serta dapat meningkatkan kualitas an urgensi, dan gambaran proses yang dilaku-
pembelajaran. kan oleh guru dalam mengembangkan kuri-
Berdasarkan penelitian awal terhadap kulum, 2) Kelengkapan perangkat dokumen
pelaksanaan pengembangan kurikulum dalam hasil pengembangan kurikulum, dari setiap
implementasi KTSP ditemukan adanya gejala item yang ada di silabus dan RPP, 3) Ketepatan
masalah yang berupa variasi kemampuan guru dan kesesuaian isi dokumen hasil pengembang-
dalam mengembangkan kurikulum. Mengingat an kurikulum. Masing-masing indikator
bahwa kurikulum merupakan acuan penye- dinyatakan dalam lima tingkatan kemampuan
lenggaraan pendidikan sekaligus sebagai
indikator mutu pendidikan dan guru menjadi TINJAUAN PUSTAKA
ujung tombak dalam pencapaian kurikulum, Hakekat Kurikulum
maka variasi kemampuan guru dalam me-
ngembangkan kurikulum juga mengakibatkan Menurut Nasution (2008: 5), kurikulum
variasi mutu pendidikan. Oleh karena itu, adalah suatu rencana yang disusun untuk me-
sebagai langkah awal dalam memecahkan per- lancarkan proses berlajar mengajar di bawah
masalahan tersebut akan dilakukan penelitian bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau
terhadap kemampuan mengembangkan kuri- lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
kulum dikalangan guru. Adapun penelitian ini Kurikulum juga diartikan sebagai peristiwa-
bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
mengembangkan kurikulum dalam implemen- sekolah, jadi selain kegiatan kulikuler yang
tasi KTSP di kalangan Guru SMK di Kota formal juga kegiatan yang tak formal. Nana
Salatiga. Hasil penelitian diharapkan dapat Sudjana (2005: 4), mengartikan bahwa
dimanfaatkan sebagai langkah awal dari se- kurikulum adalah program dan pengalaman
rangkaian kegiatan penelitian dan pengabdian belajar serta hasil-hasil belajar yang di

135
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 134-144

harapkan yang diformulasikan melalui ini, memberikan kewenangan pada setiap


pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara satuan pendidikan untuk mengembangkan
sistematis, diberikan kepada siswa di bawah kurikulum mengikuti potensi dan karakteristik
tanggungjawab sekolah untuk membantu daerah, kondisi sosial budaya masyarakat se-
pertumbuhan atau perkembangan pribadi dan tempat, dan peserta didik. Walaupun demikian,
kompetensi sosial anak didik. Kurikulum sebagai pengikat agar kurikulum yang dikem-
adalah alat atau saran untuk mencapai tujuan bangkan oleh daerah/satuan pendidikan tetap
pendidikan melalui proses pengajaran. Pasal 1 memiliki warna yang sama, kurikulum yang
Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem dikembangkan tetap bertitik tolak pada Standar
Pendidikan Nasional, dikemukakan juga Pendidikan Nasional (SNP/PP. No. 19 Tahun
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional).
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan KTSP diberlakukan pada jenjang pendi-
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai dikan dasar dan menengah mulai tahun ajaran
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembe- 2006/2007 menggantikan kurikulum 2004
lajaran untuk mencapai tujuan pendidikan (Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK),
tertentu. B. Bara, Ch (2008) dalam Nana dengan ketentuan-ketentuan yang tertuang
Syaodih (2010: 45), mengklasifikan konsep dalam peraturan pemerintah sebagai pengikat
kurikulum ke dalam empat jenis pengertian sebagai berikut (Depdiknas, 2007):
yang meliputi: 1) kurikulum sebagai produk; a. Pengembangan dan penetapan kurikulum
2) kurikulum sebagai program; 3) kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan mene-
sebagai hasil yang diinginkan, dan 4) kuri- ngah memperhatikan panduan penyusunan
kulum sebagai pengalaman belajar bagi peserta kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar
didik. dan menengah yang disusun Badan Standar
Nasional Pendidikan (Pasal 1 ayat 3 Permen
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Diknas Nomor 24 Tahun 2006).
(KTSP) b. Satuan pendidikan dasar dan menengah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model
(KTSP), merupakan suatu model pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar
kurikulum yang dirancang mengikuti potensi dan menengah yang disusun oleh BSNP
dan karakteristik daerah, kondisi sosial budaya (Pasal 1 ayat 4 Permen Diknas Nomor 24
masyarakat setempat, dan peserta didik. Tahun 2006).
Kurikulum ini lahir sejalan dengan kebijakan c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar
makro pemerintah, yakni otonomi daerah dan menengah oleh kepala satuan pendi-
sehingga pusat-pusat kekuasaan dilimpahkan dikan dasar dan menengah setelah mem-
kewenangannya kepada daerah kota dan perhatikan pertimbangan dari Komite
kabupaten, termasuk kebijakan pendidikan Sekolah atau Komite Madrasah (Pasal 1
(Mulyasa, 2009: 1). Kebijakan pendidikan yang ayat 5 Permen Diknas Nomor 24 Tahun
semula dilakukan secara sentralisasi berubah 2006).
menjadi desentralisasi, yang menekankan d. Satuan pendidikan dasar dan menengah
bahwa pengambilan kebijakan pendidikan ber- yang belum melaksanakan uji coba kuri-
pindah dari pemerintah pusat ke pemerintah kulum 2004, melaksanakan Peraturan
daerah. Ini berarti bahwa kewenangan penye- Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
lenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
dasar dan menengah berada dalam kewenang- Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
an Pemerintah Kota dan Kabupaten. Kebijakan
136
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum dalam implementasi KTSP di kalangan guru SMK – BM (Sri Muryani, dkk)

dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktuali-
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendi- sasikan. Kompetensi yang dimaksud meliputi:
dikan Dasar dan Menengah secara bertahap kompetensi pedagogik, kompetensi kepri-
dalam jangka waktu paling lama tiga tahun, badian, kompetensi sosial, dan kompetensi
dengan berbagai tahapan. profesional, yang bersifat holistik. Dalam hu-
bungannya dengan pengembangan kurikulum,
Sebagai model pengembangan kuri-
pasal 3 butir 4 diuraikan tentang kompetensi
kulum, KTSP dapat memberikan peluang yang
pedagogik yaitu kemampuan Guru dalam
lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
pengelolaan pembelajaran peserta didik, se-
mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kurang-kurangnya meliputi: pemahaman
kebutuhan. Hal ini terjadi karena; 1) lahirnya
wawasan atau landasan kependidikan; pema-
KTSP untuk mempertegas kurikulum sebelum-
haman terhadap peserta didik; pengembangan
nya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik.
kurikulum atau silabus; perancangan pembela-
KTSP akan diberlakukan kepada sekolah yang
jaran; pelaksanaan pembelajaran yang men-
sudah siap dan memiliki daya dukung yang
didik dan dialogis; pemanfaatan teknologi
memadai; 2) diberlakukan di sekolah dengan
pembelajaran; evaluasi hasil belajar; dan pe-
penyesuaian kondisi lokal; 3) mendorong ter-
ngembangan peserta didik untuk mengaktua-
wujudnya otonomi sekolah dalam penyeleng-
lisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
garaan pendidikan; 4) mendorong para guru,
Berdasarkan butir-butir tentang kompe-
kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah
tensi pedagogik yang disyaratkan sebagai
untuk semakin meningkatkan kreativitasnya
indikator guru professional, guru harus mampu
dalam menyelenggarakan program pendidikan;
mengelola pembelajaran didik, dalam bentuk
5) KTSP sangat memungkinkan bagi setiap se-
mulai penguasaan wawasan kependidikan yang
kolah untuk mengembangkan sesuai dengan ka-
berupa hakekat pendidikan di Indonesia di
rakteristik situasi sekolah (Mulyasa, 2009: 26).
dalamnya mencakup landasan kebijakan
Pengembangan Kurikulum pendidikan termasuk KTSP, sampai dengan
bagaimana mengaktualisasikannya.
Pengembangan kurikulum merupakan
Penerapan KTSP dalam sistem pen-
wujud dari tuntutan kompetensi profesional
didikan Indonesia tidak sekedar pergantian
guru sebagaimana disyaratkan dalam Permen
kurikulum, tetapi menyangkut perubahan
No. 74 Th 2008 tentang guru (Pasal 3, butir
secara mendasar dalam sistem pendidikan.
4). Dalam Peraturan Pemerintah tersebut,
Penerapan KTSP menuntut perubahan para-
diuraikan tentang siapa guru profesional, kom-
digma dalam pembelajaran dan persekolahan,
petensi yang disyaratkan, dan penjabaran
karena dengan penerapan KTSP tidak hanya
masing-masing kompetensi. Pasal 1, butir 1
menyebabkan perubahan konsep, metode, dan
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
strategi guru dalam mengajar, tetapi juga
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen
utama mendidik, mengajar, membimbing, me-
guru, sekolah, dan stakeholder pendidikan.
ngarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasi-
peserta didik pada pendidikan anak usia dini
litator dan mediator yang membantu agar
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
proses belajar siswa berjalan dengan baik.
pendidikan menengah. Dalam melaksanakan
Perhatian utama pada siswa yang belajar, bukan
tugas profesionalnya, guru dituntut memiliki
pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi
kompetensi yang merupakan seperangkat

137
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 134-144

fasilitator atau mediator begitu berarti, guru dalam skenario pembelajaran, dan penilaian
harus: 1) menyediakan pengalaman belajar kedalam instrumen penilaian; 7) Melaksanaan
yang memungkinkan siswa bertanggung jawab RPP; dan 8) Melakukan evaluasi, perbaikan
dalam membuat rancangan dan proses; 2) RPP, dan perbaikan pelaksanaannya secara
menyediakan atau memberikan kegiatan- berkelanjutan.
kegiatan yang merangsang keingin tahuan
siswa dan membantu mereka untuk meng- METODE
ekspresikan gagasan-gagasannya, menyedia- Penelitian ini merupakan penelitian
kan sarana yang merangsang siswa berpikir diskriptif kuantitatif, dimaksudkan untuk
secara produktif, menyediakan kesempatan dan mendiskripsikan secara sistematis mengenai
pengalaman konflik; 3) memonitor, meng- kemampuan guru dalam mengembangkan
evaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran kurikulum pada Sekolah Menengah Kejuruan-
siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan Bisnis Manajemen (SMK-BM) di Kota
mempertanyakan apakah pengetahuan siswa Salatiga. Obyek penelitiannya adalah guru
berlaku untuk menghadapi persoalan baru. matapelajaran adaftif dan produktif, sampel
Beserta komponen yang lainnya, guru harus diambil secara acak proporsional dari setiap
mampu memilih dan menekankan kompetensi sekolah sebesar 30 persen dari jumlah guru
yang menunjang dan bermanfaat bagi peserta yang ada atau sebanyak 60 guru,.
didik. Oleh karena itu, dalam pengembangan Kemampuan mengembangkan didis-
kurikulum guru dituntut mampu menganalisis kripsikan berdasarkan 3 indikator, yaitu: (1)
kompetensi yang akan diwujudkan melalui Kesesuaian langkah dan pemahaman urgensi
proses pembelajaran. pengembangan kurikulum, (2) Kelengkapan
Secara sederhana proses pengembangan perangkat dokumen hasil pengembangan, dan
kurikulum dalam implementasi KTSP diru- (3) Ketepatan dan kesesuaian isi dokumen hasil
muskan dalam delapan langkah sebagai pengembangan kurikulum. Diskripsi kemam-
berikut: 1) Menganalisis Standar Kompetensi puan mengembangkan kurikulum dinyatakan
Lulusan (SKL) Satuan Pendidikan; 2) Meng- secara kuantitatif dalam 5 (lima) tingkatan,
analisis SKL matapelajaran yang diampu; 3) yaitu: Sangat Memadai, Memadai, Cukup,
Menganalisis perilaku dan materi yang tertuang Kurang, dan Sangat Kurang.
dalam Standar Kompetensi (SK); 4) Meng-
analisis perilaku dan materi yang tertuang pada HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kompetensi Dasar (KD), mengembangkan 1. Kesesuaian langkah, pemahaman urgensi,
materi pokok dalam organisasi materi secara dan gambaran proses yang dilakukan oleh
sistematis, mengembangkan perilaku dan guru dalam mengembangkan kurikulum.
materi dalam bentuk indikator pencapaian KD, a. Hasil penelaahan terhadap langkah dan pe-
merancang pengalaman pembelajaran untuk mahaman urgensi langkah pengembangan
mencapai indikator, penilaian, dan waktu yang kurikulum. Pada umumnya guru melaksana-
diperlukan; 5) Menuangkan hasil analisis SK kan 8 langkah pengembangan kurikulum,
dan KD ke dalam format Silabus; 6) Mengem- namun umumnya guru kurang memahami
bangkan Silabus ke dalam RPP berupa pe- urgensi langkah pengembangan kurikulum.
ngembangan materi menjadi media, penga- Hal ini ditunjukkan dari data langkah me-
laman belajar menjadi strategi, pendekatan, ngembangkan kurikulum, sebanyak 86.25
metode, media, alat, dsbnya, indikator ke persen guru melaksanakan 8 langkah pe-
dalam tujuan pembelajaran, tujuan belajar ke ngembangan kurikulum, namun hanya

138
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum dalam implementasi KTSP di kalangan guru SMK – BM (Sri Muryani, dkk)

21.67 persen yang memahami urgensi persen guru mencantumkan eksplorasi,


langkah pengembangan kurikulum. dan masing-masing 98 persen guru men-
b. Hasil penelaahan terhadap proses mengem- cantumkan elaborasi dan konfirmasi,
bangkan kurikulum, pada umumnya proses Pada kegiatan akhir: hanya 67 persen
mengembangkan kurikulum dilakukan guru yang mencantumkan kesimpulan,
secara kelompok dalam forum musyawarah dan 75 persen guru mencantumkan tindak
guru mata pelajaran (MGMP). Hal ini lanjut sebagai kegiatan penutup dan
ditunjukkan dari data proses pengembangan skenario pembelajaran.
kurikulum sebagai berikut: sebanyak 36.55 - Komponen penilaian: 98 persen guru
persen guru melakukan sendiri, 54.07 mencantumkan alat, 95 persen men-
persen guru mengerjakan secara kelompok, cantumkan bentuk, 79 persen guru
11.03 persen melakukan sendiri dan secara mencantumkan instrumen, 85 persen
kelompok, dan 12.23 persen mengambil guru mencantumkan kunci jawaban,
dari buku. dan hanya 61 persen guru yang men-
2. Kelengkapan perangkat dokumen pengem- cantumkan bobot penilaian. Untuk
bangan kurikulum, dari setiap item yang ada komponen evaluasi pelaksanaan RPP,
di silabus dan RPP. tidak satupun guru yang mencan-
a. Hasil penelitian kelengkapan perangkat tumkan format evaluasi pelaksanaan
silabus. Semua guru mencantumkan secara RPP.
lengkap identitas silabus, kompetensi dasar, 3. Ketepatan dan kesesuaian isi dokumen pe-
indicator, materi pokok, kegiatan/penga- ngembangan kurikulum.
laman pembelajaran, alat penilaian, alokasi a. Kemampuan mengembangkan silabus
waktu, dan sumber belajar. Hanya 2 persen secara tepat dan sesuai, pada umumnya
guru yang tidak mencantumkan bentuk berada kategori cukup, hal ini ditunjukkan
penilaian, dan 4 persen guru yang tidak dari 17 item indikator pengembangan sila-
mencantumkan instrumen penilaian. bus empat item berada kategori memadai,
b. Hasil penelitian kelengkapan RPP. dua item pada kategori kurang, dan 11 item
- Semua guru mencantumkan identitas pada kategori cukup.
RPP, komponen kompetensi dasar, dan b. Kemampuan mengembangkan RPP secara
sumber belajar; tepat dan sesuai
- 91 persen sampai 98 persen guru men- b.1 Kemampuan mengembangkan RPP
cantumkan komponen Indikator, Tujuan secara tepat dan sesuai berdasarkan
pembelajaran, pendekatan/metode, peni- kejelasan rumusan rancangan.
laian, dan tanda tangan yang berwenang - Kemampuan mengembangkan iden-
hampir seluruh guru mencantumkan titas, pada umumnya guru mampu
secara lengkap; menyajikan secara memadai, kecuali
- Komponen media pembelajaran hanya dalam mencantumkan alokasi waktu;
dicantumkan oleh 61 persen guru, - Kemampuan mengembangkan indi-
- Komponen skenario pembelajaran; kator, pada umumnya berada kategori
Kegiatan awal: sebanyak 77 persen guru cukup untuk ketepatan indikator,
yang mencantumkan pengkondisian, 77 kesesuaian indikator, dan keterpa-
persen guru mencantumkan apersepsi, duan antar perilaku secara terinte-
dan 61 persen guru yang mencantumkan grasi. Sementara itu, pada urutan peri-
motivasi, Kegiatan inti: sebanyak 75 laku secara logis berada pada kategori

139
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 134-144

kurang. Dengan demikian, maka pada kategori kurang dalam merumuskan


umumnya kemampuan guru me- kegiatan konfirmasi; 3) Dalam meru-
ngembangkan indikator pada umum- muskan skenario kegiatan akhir, pada
nya berada pada kategori cukup. umumnya guru berada pada kategori
- Kemampuan mengembangkan tujuan tidak mampu dalam hal merumuskan
pembelajaran, pada umumnya ke- kegiatan menyimpulkan, dan pada
mampuan guru berada pada kategori kategori kurang dalam hal membuat
kurang dalam hal kelengkapan tujuan rumusan tindak lanjut.
berdasar-kan ABCD, dan keterukuran b.2 Kemampuan mengembangkan RPP
tujuan. Sementara itu dalam hal secara tepat dan kesesuaian cara yang
kesesuaian tujuan dengan indikator digunakan pada setiap kegiatan dalam
berada pada kategori cukup. skenario pembelajaran menunjukkan:
- Kemampuan guru mengembangkan - Ketepatan cara yang digunakan pada
Materi, pada umumnya guru hanya kegiatan awal; pada umumnya guru
mampu mengembangkan materi pada berada pada kategori tidak mampu
kategori cukup dalam ketepatan ma- merancang cara yang tepat dalam
teri, penjabaran materi pokok, kerun- kegiatan awal, baik dalam hal pe-
tutan, dan keakuratan materi. nyiapan mental, membangun persep-
- Kemampuan mengembangan Kon- si, maupun membangun motivasi.
disi Pembelajaran, pada umumnya, - Ketepatan cara yang digunakan pada
guru mampu pada kategori cukup ke-giatan inti: pada umumnya guru
dalam hal memilih metode pembela- berada pada kategori tidak mampu
jaran, ketepatan dan kelengkapan merancang ketepatan cara meng-
sumber belajar, sementara itu dalam eksplorasi, pada kategori cukup dalam
ketepatan media dan alat pada umum- hal ketepatan cara elaborasi, dan kate-
nya guru tidak mampu mengembang- gori kurang dalam hal cara konfir-
kan. Kemampuan melengkapi sum- masi.
ber pembelajaran, pada umumnya - Ketepatan cara yang digunakan pada
guru hanya mampu melengkapi sum- kegiatan akhir: pada umumnya guru
ber belajar pada kategori cukup. berada pada kategori tidak mampu
- Kemampuan guru membuat rancang- dalam hal merancang cara menyim-
an skenario pembelajaran, menunjuk- pulkan, dan kategori kurang dalam hal
kan: 1) Dalam merumuskan skenario ketepatan cara tindak lanjut.
kegiatan awal, pada umumnya guru c. Kemampuan guru membuat rancangan
berada pada kategori kurang mampu Evaluasi (penilaian).
merancang penyiapan mental dan Pada umumnya kemampuan guru dalam
membangun persepsi, dan pada kate- hal merancang evaluasi berada pada
gori tidak mampu dalam hal mem- kategori cukup dalam hal ketepatan me-
bangun motivasi; 2) Dalam merumus- nentukan alat evaluasi, bentuk alat eva-
kan skenario kegiatan inti, pada luasi, dan instrumen evaluasi. Sementara
umumnya guru berada pada kategori itu dalam hal kesesuaian kriteria kemam-
tidak mampu dalam hal merumuskan puan guru berada pada kategori tidak
kegiatan eksplorasi, kategori cukup mampu.
dalam merumuskan elaborasi, dan

140
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum dalam implementasi KTSP di kalangan guru SMK – BM (Sri Muryani, dkk)

Hasil penelitian ditemukan bahwa pada SKL satuan pendidikan merupakan


umumnya guru-guru melakukan pengembang- gambaran tujuan tingkat tinggi pada satuan
an kurikulum sesuai dengan langkah yang pendidikan yang mengintegrasikan dan muara
seharusnya, menghasilkan silabus dan RPP seluruh tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
secara lengkap sesuai format, namun guru SKL satuan pendidikan merupakan cermin
kurang memahami urgensi pengembangan wawasan kependidikan yang harus dimiliki
kurikulum. Pemahaman urgensi pengembang- guru sebagaimana disyaratkan dalam guru
an kurikulum, merupakan faktor utama guru professional (Permen 74 Th 2008 pasal 3 butir
dalam mewujudkan kedudukannya sebagai 4 tentang kompetensi pedagogik). Hasil
guru professional. Sebagaimana dikemukakan penelitian yang menunjukkan hanya sedikit
di atas, bahwa pengembangan kurikulum meru- guru yang memahami urgensi analisis SKL
pakan titik awal yang harus dilakukan oleh guru menjadikan sebagian besar guru berkonsentrasi
sebagai bagian dari profesionalitasnya. Artinya, mengembangkan kurikulum hanya dalam
semua proses pembelajaran akan menjadi bentuk RPP. Penyusunan RPP yang tidak
terarah dan terpadu mengarah pada tujuan pen- dilandasi dengan penguasaan wawasan tujuan
didikan secara kelembagaan, bahkan secara yang lebih tinggi, berakibat pada guru hanya
nasional jika guru mampu mengembangkan ditujukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
kurikulum dengan baik. Dengan kata lain, yang terbatas (sebatas pencapaian kompetensi
kemampuan guru mengembangan kurikulum dasar).
menentukan berhasil tidaknya pencapaian Demikian halnya, proses analisis SKL
tujuan pendidikan. sampai dengan penyusunan Silabus yang
Merujuk pada 8 (delapan) langkah pe- dilakukan pada forum MGMP, juga menunjuk-
ngembangan kurikulum dan pemahaman kan adanya ketergantungan guru pada ke-
urgensi dari setiap langkah pengembangan, lompok. Rendahnya pemahaman para guru
hasil penelitian menunjukkan bahwa konsen- terhadap urgensi dari setiap langkah pengem-
trasi utama para guru dalam melaksanakan bangan kurikulum, juga menjadikan kurang
tugas tersebut adalah pada pengembangan RPP dikuasainya RPP sebagai hasil pengembangan
(98.33%), sementara itu analisis SKL satuan kurikulum.
pendidikan mendapat perhatian yang paling Berdasarkan pada hasil penelitian ter-
rendah (56.67%). Dalam hal pemahaman hadap delapan proses pengembangan kuri-
urgensi pengembangan kurikulum, hanya kulum, dapat diartikan bahwa guru dalam
sedikit guru yang memahami urgensi pada mengembangkan kurikulum hanya sekedar
aspek pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Hal untuk memenuhi persyaratan administrasi
ini ditunjukkan, hanya 2 guru (3.33%) yang sekolah, memenuhi kegiatan rutin sehari-hari,
memahami urgensi analisis SKL satuan pen- dan kurang memperhatikan kepentingan
didikan, hanya 5 guru (8.33%) memahami profesionalitas.
urgensi analisis SKL mata pelajaran, dan hanya Hasil penelitian terhadap kelengkapan
9 guru (15%) yang memahami urgensi analisis perangkat silabus dan RPP hasil pengembangan
SK. Selanjutnya hasil penelitian juga menun- kurikulum menunjukkan, pada umumnya guru
jukkan bahwa dalam proses mengembangkan membuat secara lengkap terhadap keseluruhan
kurikulum (analisis SKS satuan pendidikan unsur-unsur yang harus ada di dalam silabus
sampai dengan penyusunan silabus) umumnya dan RPP. Lengkapnya unsur hasil pengembang-
dilakukan secara kelompok pada kegiatan an dalam silabus, bisa terjadi karena dalam
MGMP. langkah pengembangan kurikulum umumnya

141
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 134-144

dilakukan secara kelompok dalam forum merupakan interaksi edukatif kearah mana
MGMP, sudah tersedia format yang baku yang pembelajaran ditujukan. Dengan kata lain,
memudahkan guru untuk mengisi, demikian pembelajaran yang terjadi tidak mengarah
pula bahwa guru diperbolehkan untuk mencon- pada tujuan sebagaimana yang dirancang pada
toh silabus guru lain. Tersedianya format baku, kurikulum satuan pendidikan bahkan tujuan
dan diperbolehkannya guru mencontoh silabus pendidikan yang lebih tinggi.
guru lain berimplikasi kepada mudahnya guru Oleh karena itu, sesuai dengan tuntutan
mengisi format silabus yang disediakan. Oleh guru professional sebagaimana dinyatakan
karena itu, lengkapnya perangkat Silabus dan dalam Permen No 74 Th 2008, secara khusus
RPP yang dihasilkan oleh guru, belum bisa pasal 3 butir 4 yang mensyaratkan guru me-
digunakan sebagai indikator kemampuan guru nguasai wawasan terhadap hakekat pendi-
mengembangkan kurikulum. Bisa saja terjadi dikan di Indonesia yang mencakup landasan
guru yang yang tidak memahami urgensi kebijakan pendidikan termasuk KTSP, sampai
pengembangan kurikulum dapat mengisi dengan bagaimana mengaktualisasikannya,
silabus dan RPP secara lengkap. hendaknya hasil penelitian ini dapat digunakan
Hasil penelitian terhadap kemampuan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan
guru mengembangkan kurikulum dalam dalam mewujudkan kompetensi professional
bentuk Silabus dan RPP dari sisi ketepatan dan guru.
kesesuaian isi menunjukkan pada umumnya
guru hanya mampu mengembangkan pada KESIMPULAN
kategori cukup, kurang, dan bahkan tidak Berdasarkan tujuan penelitian dan
mampu. temuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan
Ketepatan dan kesesuaian isi hasil diskripsi kemampuan mengembangkan kuri-
pengembangan kurikulum mencerminkan kulum dalam implementasi KTSP di kalangan
kemampuan guru yang sesungguhnya dalam Guru SMK di Kota Salatiga sebagai berikut:
mengembangkan kurikulum. Hal ini hanya 1. Berdasarkan langkah dan pemahaman
bisa dilakukan oleh guru yang benar-benar urgensi pengembangan kurikulum, pada
menguasai dan memahami urgensi setiap umumnya: guru-guru melaksanakan pe-
pengembangan kurikulum, termasuk di ngembangan kurikulum sesuai dengan
dalamnya pengembangan RPP yang merupa- langkah-langkah yang seharusnya, dalam
kan muara hasil pengembangan kurikulum melaksanakan pengembangan umumnya
pada tataran riil. dilakukan secara kelompok (dalam forum
Hasil penelitian menggambarkan bahwa MGMP), namun hanya sedikit guru yang
pada umumnya guru-guru SMK kurang mema- memahami urgensi terhadap makna pe-
hami setiap urgensi pengembangan kurikulum, ngembangan kurikulum, baik secara me-
nampak jelas pada ketidak mampuan guru nyeluruh maupun setiap langkah pengem-
merancang skenario pembelajaran baik pada bangan.
kejelasan rumusan, maupun ketepatan cara 2. Berdasarkan kelengkapan perangkat doku-
yang digunakan. Skenario pembelajaran men hasil pengembangan kurikulum dan
merupakan esensi perwujudan pengembangan kelengkapan butirnya, pada umumnya guru-
kurikulum dalam pencapaian tujuan pembela- guru membuat perangkat dokumen pe-
jaran. Ketidak mampuan guru dalam meran- ngembangan secara lengkap sesuai butir-
cang skenario pembelajaran, bisa menjadikan butir yang ada pada format silabus dan RPP.
interaksi pembelajaran yang terjadi bukan

142
Identifikasi kemampuan mengembangkan kurikulum dalam implementasi KTSP di kalangan guru SMK – BM (Sri Muryani, dkk)

3. Berdasarkan kesesuaian dan ketepatan isi pengembangan profesionalitas guru, maka


dokumen hasil pengembangan kurikulum, berdasarkan hasil penelitian tersebut direko-
pada umumnya guru: mendasikan beberapa hal berikut:
a. Dalam mengembangkan Silabus hanya 1. Rendahnya kemampuan guru dalam me-
mampu mengembangkan pada kategori ngembangkan kurikulum secara khusus
cukup pada ketepatan dan kesesuaian isi yang
b. Dalam mengembangkan RPP, pada kategori disebabkan karena kurangnya pemahaman
cukup dalam hal mengembangkan kegiatan guru terhadap urgensi pengembangan
mengembangkan indikator, tujuan pembe- kurikulum. Oleh karena itu, Kepala Sekolah
lajaran, materi pembelajaran, melengkapi sebagai pemangku kepentingan tertinggi
sumber, dan memilih metode. Pada kategori membuat agenda kerja rutin: khusus kegiat-
kurang pada kejelasan rancangan kegiatan an pengembangan kurikulum, memonitor
awal, kegiatan inti, maupun kegiatan akhir. pelaksanaannya, bahkan setiap melaksana-
Pada kegiatan awal, guru kurang mampu kan hasil pengembangan kurikulum didoku-
merancang penyiapan kondisi mental dan mentasikan secara kelembagaan sebagai
membangun persepsi, bahkan guru tidak bahan penelitian.
mampu membangun motivasi. Pada kegiat- 2. Pemahaman urgensi pengembangan kuri-
an inti, guru tidak dan kurang mampu me- kulum merupakan kunci keberhasilan me-
rancang kegiatan ekplorasi dan konfirmasi, ngembangkan kurikulum pada tataran pe-
dan hanya mampu secara cukup pada rencanaan dan sekaligus pada tataran pelak-
kegiatan elaborasi. Pada kegiatan akhir, sanaan. Lemahnya pemahaman urgensi
guru juga tidak dan kurang mampu dalam pengembangan kurikulum di kalangan guru
merumuskan kegiatan menyimpulkan dan SMK menjadi titik tolak ketidak mampuan
tindak lanjut. Dalam hal ketepatan cara yang guru mengembangkan kurikulum pada
digunakan dalam setiap rancangan skenario tataran interaksi edukatif, hendaknya di
pembelajaran, umumnya guru tidak mampu dalam forum MGMP diisi dengan kegiatan
mengembangkan cara yang tepat dalam yang mengisi konten tentang bagaimana
kegiatan awal, kegiatan inti, maupun pada mengembangkan kurikulum.
kegiatan akhir. Untuk kemampuan meran- 3. Mengingat pengakuan pemerintah bahwa
cang evaluasi, guru hanya mampu meran- jabatan guru sebagai jabatan professional
cang pada kategori cukup, bahkan dalam hal memiliki konsekuensi, semua aktivitas guru
menetapkan kriteria penilaian pada umum- harus mengarah pada pengembangan
nya guru berada pada kategori tidak mampu. professional. Oleh karena itu hendaknya,
Secara umum, hasil penelitian tersebut pengakuan profesionalitas tersebut menjadi
dapat diinterpretasi bahwa pada umumnya bagian tanggungjawab guru untuk terus
guru melakukan pengembangan kurikulum menerus memperbaiki diri.
masih sebatas kepentingan administratif
dibanding dengan kepentingan kualitas DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran yang bermuara pada pengem- Depdiknas. 2007. Materi sosialisasi dan
bangan profesionalitas. Pelatian Kurikulum Tingkat Satuan
SARAN Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdiknas.
Mengingat pentingnya pengembangan Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum
kurikulum sebagai bagian dari tuntutan Tingkat Satuan Pendidikan – Kemandirian

143
Satya Widya, Vol. 29, No.2, Desember 2013: 134-144

Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Sudjana, N. 2005.Pembinaan dan Pengembangan
Aksara. Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar
Nasution, S. 2008. Kurikulum dan Pengajaran. Baru.
Bandung: Bumi Aksara. Syaodih, Nana. 2010.Pengembangan Kurikulum-
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
tentang Standar Pendidikan Nasional. Rosdakarya.

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008


tentang Guru.

***

144

Anda mungkin juga menyukai