Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Is large enough and so configured that an employee can bodily enter and
perform assigned work; and
2. Has limited or restricted means for entry or exit (for example, tanks, vaults, and
pits are spaces that may have limited means of entry.); and
3. Is not designed for continuous employee occupancy.
Dari pendekatan definisi diatas saya coba interpretasikan sebagai suatu tempat yang
memiliki konfigurasi yang cukup luas untuk seseorang melakukan aktifitas/melakukan
pekerjaan didalamnya tetapi dengan ruang akses keluar masuk yang terbatas dalam
konteks "baik pekerja, peralatan dan perlengkapannya yang masuk-keluar terbatas" dan
didesain untuk pekerjaan yang sifatnya "temporary" atau sementara.
Attendant
Memantau entrans saat pekerjaan berjalan dan saat masuk dan keluar serta
meyakinkan keselamatan mereka, Attendant tidak boleh meninggalkan
posnya apapun alasannya saat pekerja ada di dalam kecuali diganti oleh
attendant yang berkualifikasi
Memantau kondisi atmosfer dalam ruang sebelum dan saat orang masuk
Memantau jalan masuk/keluar dari ruang tertutup
Menjadi pembantu tanggap darurat bila diperlukan
Menilai bahaya di dalam dan sekitar ruang, dan melakukan tindakan pada waktu
yang sama
Menjaga catatan dari keperluan pekerjaan ruang tertutup, seperti hasil pengujian
udara, personil yang masuk/keluar, dll.
Enterance
Pekerja dimana secara fisik masuk kedalam ruang tetutup untuk melaksanakan
pekerjaan.
Memastikan bahwa ruang tertutup tersebut telah diventilasi, diisolasi,
dikosongkan, atau membuat aman untuk masuk
Segera keluar ruang, tanpa bertanya, sesuai peringatan attendant, tidak peduli
alasannya
Mengikuti semua aturan dan prosedur keselamatan yang diterapkan
Mampu melakukan isolasi terhadap sumber –sumber energi yang teridentifikasi
sebelum melakukan pekerjaan
Memahami pekerjaan yang akan dilakukan dan prosedur yang diterapkan untuk
pekerjaan tersebut
Untuk proses pembakaran, udara harus terdapat minimal konsentrasi gas mudah
terbakar atau menguap. Jumlah (persentase volume) uap atau gas yang dapat terbakar
(flammable gas) dalam udara akan terbakar bila ada percikan api, diantara Lower
Explosive Limit ( LEL) dan Upper Explosive Limit (UEL) Konsentrasi tersebut berada diatas
5% LEL dan dibawah 10% UEL CH4 Methane, maka pembakaran akan terjadi jika
terdapat sumber pembakaran , seperti pencetus panas Jika campuran gas terbakar
didalam confined space menjadi sangat berbahaya karena keterbatasan ruang untuk
evakuasi level oksigen akan turung dengan cepat, Asap akan terkumpul didalam ruangan
tersebut , Panas akan naik dengan cepat dan menyulitkan untuk evakuasi.
2.CH4 (Methane)
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus
kimia CH4, Pada suhu ruangan dan tekanan standar metana adalah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau, serta tidak beracun dan bersifat SANGAT MUDAH TERBAKAR
Metana mempunyai titik didih −161 °C (−257.8 °F) pada tekanan 1 atmosfer. Sebagai
gas, metana hanya mudah terbakar bila konsentrasinya mencapai 5-15% di udara.
Metana yang berbentuk cair tidak akan terbakar kecuali diberi tekanan tinggi (4-5
atmosfer).
3. C0 (Karbon Monoksida)
Carbon Monoxide dapat terbentuk pada pembakaran yang tidak sempurna dari
material/bahan bakar yang mengandung carbon :Gas ini tidak berwarna, Tidak
berbau, Lebih ringan dari masa jenis udara, Sangat beracun dan bersifat sangat mudah
terbakar, Pengaruh hemoglobin yang ekstrim – 200 hingga 300 kali dari oksigen.
Mengganti oksigen dan menyebabkan gangguan pernafasan
konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar
0,5%
Heat Stress
Tujuannya :
Mencegah masuknya material-material secara tidak sengaja ke dalam confine space
melalui pipa, saluran udara(ventilasi), saluran pembuangan, ban berjalan (conveyor).
Mencegah pengaktifan atau penggunaan peralatan yang dapat menimbulkan resiko bagi
kesehatan dan keselamatan bagi orang yang sedang berkerja didalam ruang terbatas.
Jenis – jenis Energi :Panas, Listrik , Tekanan dan Mekanikal
Typical Confined Space, Vertical Access/ Ruang Tertutup Tipikal, Tempat masuk
vertikal
a) Pipa pengambilan contoh harus dapat mencapai dasar ruang terbatas (within 1 inch
dari dasar)
b) Instrumen harus mengambil contoh setiap ketinggian
c) Instrument reading: 19.5% – 23.5% O2; LEL below 0% and ½ of TLV / PEL on each
level
2. Close Circuit (sirkulasi tertutup) SCBA type Close Circuit atau dikenal juga dengan
CCBA (Close Circuit Breathing Apparatuss). Sistem kerja dari alat ini adalah operator
bernafas menggunakan udara yang ada dalam unit CCBA kemudian nafas yang
mengandung CO2 dihembuskan masuk kembali kedalam alat tersebut dan diolah di
absorber menjadi O2, selanjutnya O2 tersebut di hirup kembali oleh operator dan
hembusan nafas masuk kembali ke alat begitu seterusnya hingga bahan kimia yang ada
di dalam absorber tidak dapat lagi mengubah CO2 menjadi O2.
Dasar Hukum serta Referensi terkait dengan pekerjaan WAH : (Anda Bisa
Tambahkan Sendiri Referensi terkait dengan WAH )
a) Permenakertrans No Per 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan
b) Permenaker No Per 05/Men/1985 Tentang pesawat angkat dan angkut Pasal 35 s/d
48
c) DJPPK Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No KEP.
45/DJPPK/IX/2008 Pedoman K3 Bekerja di Ketinggian dengan menggunakan akses tali
(Rope Access)
d) UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
e) EN Standard/CEN Standard/CE Standard : EN-12277 : Harnesses, EN-12492 :
Helmets, EN-12275 : Connectors, EN-12276 : Frictional Anchors.
f) OSHA PART 1910, BS 1139 Metal Scaffolding, AS/NZS 1576 Scaffolding
g) ANSI Z133.1: Arboriculture safety requirement for pruning,repairing, maintaining, and
removing trees
Bekerja di Atas Ketinggian adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan object
dalam hal ini adalah pekerja yang mempunyai resiko jatuh dari atas ketinggian yang
apabila diukur dari base elevation/lantai dasar ke titik jatuh 1.8 meter.
Sehingga menurut pendapat saya suatu kegiatan dianggap sebagai pekerjaan di atas
ketinggian harus memenuhi beberapa persyaratan :
a) Harus terdapat seseorang yang melakukan pekerjaan + memiliki potensi risiko
terjatuh dari Atas Ketinggian
b) Terdapat Lantai dasar/ Base Elevation
c) Terdapat Jarak Jatuh---Syaratnya harus ada Nilainya : 1.8 meter ( Biasanya untuk
jarak jatuh refer kepada persyaratan dan ketetapan prosedur dari perusahaan)
Peralatan Bekerja di Atas Ketinggian : Scaffolding, Boom Lift/Main Lift e.g JLG 450A
SWL 220 Kg, Tangga, Gondola, Main Cage with Crane, Scissor Lift dll.
Berikut adalah faktor – faktor umum yang berkontribusi pada risiko seseorang
terjatuh dari atas ketinggian :
a) People (Manusia)--- Kurang Pengetahuan, Keahlian dan kemampuan terbatas, Kondisi
tidak fit untuk bekerja, lelah, mengambil jalan pintas, berprilaku tidak aman.
b) Environment (Lingkungan)----Kondisi cuaca, permukaan licin dan berserakan dan
tidak bersih, jenis pekerjaan berpindah-pindah, kondisi peralatan dan perlengkapan
mekanik dsb.
C) Equipment (Peralatan) + Procedure (Prosedur) + Organization (Organisasi) ---
Peralatan Pencegah , penahan jatuh serta pendukung Tidak Standart dan kondisi tidak
aman untuk digunakan, Kesalahan Penggunaan alat/ Ketidaksesuaian pengunaan
Alat, Tidak adanya prosedur baik SOP atau PI, JSEA dan penilaian risiko, Tidak
disosialisasikannya SOP atau PI, JSEA dan penilaian risiko, Tidak tersedianya / tidak
memiliki kecukupan pengawas yang handal, Tidak tersedianya pelatihan untuk para
pekerja dan tidak memiliki departemen pelatihan, Kurangnya finansial dalam
mendukung program pelatihan / proses pembelian barang dan peralatan
Apakah Risiko dan impact dari bekerja diatas ketinggian dan bagaimana proses
jatuh? Risiko yang paling umum pada saat bekerja di atas ketinggian
adalah jatuh dari atas ketinggian atau tertimpa material dari atas ketinggian.
Jatuh Adalah terlepas dan terhempas dari ketinggian ke bawah dengan cepat, baik ma
sih dalam pergerakan turun maupun sudah sampai ke tanah.
b) Seseorang sama sekali tidak boleh jatuh artinya sebelum pekerja tersebut mencapai
ke titik jatuh (Edge Fall Point) maka pekerja tersebut sudah dicegah ini yang saya sebut
dengan Fall Restraint System/ Sistem Pencegah Jatuh, sistem kendali yang
digunakan biasanya ( Handrail, Warning Line System, Safety watcher, Full Body Harness
dengan One Single Lanyard, Penggunaan sistem Rigid Track / Wire Rope Traditional
system, Roof Brackets and Slide Guards). Pencegahan jatuh tidak hanya mencegah
kematian tetapi juga cidera serius dari risiko jatuh dari atas ketinggian.
Peraturan A.B.C
Anchorage/Anchorage Connector
Anchorage: Sering disebut sebagai titik tie-off (Ex: I-beam, rebar, perancah, Lifeline, dll)
a)Anchor points harus mampu menahan gaya sekitar dari 5000 Pounds / 2267 Kilogram
per pekerja yang terkait.
b)Anchorages untuk personal fall arrest
systems harus memiliki kekuatan yang mampu mendukung beban statis sekurang-
kurangnya: (a) 3.600 lbf (16 kN) ketika ada sertifikasi, atau (b)
5.000 lbf (22,2 kN) tanpa adanya sertifikasi
c)Anchorpoints tersebut harus ditentukan agar membatasi sehingga jatuh tdk
lebih dari 6 meter
Body Wear
Body wear Alat yang dipakai atau digunakan untuk penangkapan jatuh adalah Full Body
Harness,
Terdapat Dorsal-D atau D-ring : Minimum berbahan zinc plated, forged alloy steel &
Telah di uji 3.600 lbf (16 kN) dengan Kekuatan putus minimum adalah 5.000 lbf (22,2
kN).
Shock Absorber
Absorber Energi Sebuah perangkat ditempatkan secara tunggal dengan horisontal
lifeline untuk menyerap energi dan mengurangi kekuatan di garis memanjang ketika
anda terjatuh. (AS / NZS 1891,2 Ayat 1.3.83) lanyards (yang hanya dapat digunakan
untuk menahan diri) Panjang : 1 mtr / 1,1 mtr
Snaphook
Sebuah konektor menempel pada line atau lanyard terdiri dari hook berbentuk kait
dengan self closing atau self locking gate yang dirancang untuk menerima titik lampiran
yang kompatibel. (AS / NZS 1891,1 Klausal1.4.17), Auto Locking & Self Locking Snap
Hook
Carabiner
Sebuah konektor memiliki spring loaded gate dimuat dengan mekanisme penguncian
sekunder dirancang untuk menghubungkan ke konektor lain atau titik sambungan. (AS /
NZS1891,1 Klausul 1.4.71). Secara umum, bagian-bagian carabiner bisa dibedakan
menjadi Gate, Frame Ujung Atas, Frame Ujung Bawah, Spine Frame
Tipe Carabiner
Berdasarkan bentuknnya: Carabiner Oval, Carabiner “D”, Carabiner Asymmetrical “D”,
Carabiner Pear
Berdasarkan pilihan bentuk gerbang (gate), carabiner dapat dibedakan
menjadi: Carabiner Dengan Gerbang (Gate) Lurus, Carabiner Bent Gate, Locking
Carabiner, Wire Gate Carabiner
Catatan
A :Jatuh Bebas (PL)
B : Jarak Perlambatan
AB :Total Jarak Jatuh
C :Tinggi Pekerja
D : Jarak Minimum yang disyaratkan
E : Jarak Sisa
Panjang lanyard:
Yang terpendek = 4 feet.
Yang terpanjang = 6 feet
1 Feet = 30 Cm
Contoh tinggi titik jatuh ke lantai dasar 4 Mtr maka jarak jatuh yang aman dengan
menggunakan full body harness adalah?
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 8 feet = 180 cm = 1.8 mtr
c) Panjang absorber : 1.0 mtr
d) Jarak Sisa atau Safety Factor : 1.0 mtr
Total : 1.6+1.8+1.0+1.0 = 5.4 mtr
Artinya jika seharusnya jarak jatuh aman 5.4 mtr tetapi kondisi jarak jatuhnya 4 mtr
maka yang ada pastinya anda terhempas pada permukaan jadi bagaimana solusinya :
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 4 feet = 120 cm = 1.2 mtr ( Ganti dengan yang 4 feet)
c) Panjang absorber : 1.0 mtr
d) Jarak Sisa atau Safety Factor : 1.0 mtr (Minimum : 0.5 mtr)
Total : 1.6+1.2+1.0+0.5 = 4.3 mtr
Masih belum aman ada overlap 30 cm, Jadi tidak usah pakai absorber
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 4 feet = 120 cm = 1.2 mtr ( Ganti dengan yang 4 feet)
c) Jarak Sisa atau Safety Factor : 0.5 mtr (Minimum : 0.5 mtr)
Total : 1.6+1.2+0.5 = 3.3 mtr Aman,,,,,,
tapi bagaimana kalo jaraknya jatuhnya 3 mtr?
Artinya Full body harness bukan satu-satunya alat perlindungan yang digunakan untuk
bekerja di atas ketinggian.
Panjang lanyard:
Yang terpendek = 4 feet.
Yang terpanjang = 6 feet
1 Feet = 30 Cm
Shock Load absorber<6kn
NAB tertimbang rata-rata 8 jam (Thershold Limit Value – Time Weighted Average TLV-TWA), NAB-
Pajanan singkat yang diperkenankan (TLV-Short Term Exposure Limit- TLV-STEL 15 Menit),serta
NAB-Konsentrasi tertinggi yang diperkenankan (TLV Ceiling), NAB/NBP menggunakan satuan
mg/m3 atau ppm.
Di Indonesia batas pajanan dikenal dengan NAB zat kimia di udara tempat kerja yang mengacu pada
SNI 19-0232-2005.Standar ini memuat tentang NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted
Average) zat kimia di udara tempat kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia
sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Standar ini terdapat 3 jenis NAB :
1. NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara tempat kerja,
dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari
8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
2. NAB kadar tertinggi yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak
boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap.
3. NAB paparan singkat yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak
boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15
menit, masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh dan
terbius.
1. A-1 : Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
2. A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human carcinogen);
3. A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
4. A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia
ataupun binatang;
5. A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Contoh nilai NAB untuk BTX pada standar ini :
1. Benzen : 32 mg/m3 atau 10 bds (ppm); A2
2. Toluen : 188 mg/m3 atau 50 bds (ppm); A4
3. Xylen: 434 mg/m3 atau 100 bds (ppm); A4
1. A-1 :Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
2. A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human carcinogen);
3. A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
4. A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia
ataupun binatang;
5. A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Temperatur yang digunakan adalah 20˚C, Berbeda dengan TLV-ACGIH yang menggunakan
temperature 25˚C, hal ini karena perbedaan temperatur standar yang digunakan pada kedua negara
ini. Notasi lain yang digunakan pada WEI adalah Carc & Sen. Jika pada TLV-ACGIH terdapat BEIs,
maka pada WEL terdapat BMGV (Biological Monitoring Guidance Values) yaitu nilai suatu bahan yang
telah ditentukan nilai panduan monitoring biologisnya.
Thank you in advance for your kind attention & if any comment are welcome.
Sedikit Flash back tentang kebakaran merupakan proses reaksi kimia antara bahan bakar (fuel), oksigen
dari udara (O2) dan sumber panas (Heat). sehingga penyalaan dapat terjadi jika ada 3 unsur tersebut yang
umumnya dikenal segi tiga api (Fire Triangle) akan tetapi terdapat pula konsep (Fire Hexagonal) dengan
menambah unsur ke-4 yaitu reaksi berantai (Chain Reaction) sebagai syarat suatu terjadinya suatu proses
kebakaran. Perlu di ingat bahwa proses penyalaan suatu bahan bakar ditentukan oleh tiga faktor utama
diantaranya adalah Titik Nyala (Flash Point), Batas Nyala (Flammable Range) dan Titik Nyala Sendiri (Auto
ignition).
Apa itu (Fire Rating) ? Kemampuan alat pemadam untuk memadamkan kebakaran yang diberi kode huruf
dan angka contohnya 2A 10B, 3A 15B, 4A 20B dsb. Huruf menunjukkan kelas kebakaran & Nomor
menunjukkan ukuran besarnya api yang dapat dipadamkan.
Bagaimna menentukan (Fire Rating), Tentunya penentuan (Fire Rating) berdasarkan hasil pengujian yang
disesuaikan dengan kelas kebakarannya yaitu A,B,C & D (Coba kembali dilihat mengenai Penggolongan
Kebakaran) - Permenakertrans No. 04/Men/1980 Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 yaitu A. Kebakaran
bahan padat kecuali logam (Golongan A); B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
(Golongan B); C. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C) & D. Kebakaran logam (Golongan
D).
Untuk kebakaran Golongan A, Pengujian dilakukan dengan membakar tumpukan kayu (Material kelas A)
dengan Volume tertentu yang kemudian dibakar selama 10 Menit, Untuk kebakaran Golongan
B, Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan bakar jenis premium (fuel gas) yang dibakar dalam
bak dengan luas tertentu selama 3 menit, Untuk kebakaran Golongan C, Pengujian dilakukan dengan
menggunakan instalasi listrik ber tegangan 10.000 volt & Untuk kebakaran Golongan D tidak dilakukan
pengujian tertentu.
Penempatan APAR
Hampir kebanyakan dari praktisi didalam menentukan jumlah APAR mengabaikan Rating APAR padahal
Rating APAR ini sangat penting untuk merancang kebutuhan & penempatan APAR disuatu area atau
ruangan/ fasilitas. Untuk Referensi peraturan di Indonesia dapat merujuk Permenakertrans
No.04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR.
1. Alat Pemadam Air Bertekanan dimana APAR jenis ini tersedia dalam ukuran 2.5 galon (9.5) liter dengan
nilai kemampuan pemadaman 2A, APAR ini mempunyai kemampuan hanya untuk kelas A, APAR ini
biasanya bertekanan sampai dengan 100 psi, Berat APAR ini sekitar 35 lb dalam keadaan penuh dengan
daya semprot efektif kira-kira 40 feet (9-10 meter) dengan waktu pemakaian sekitar 1 menit. Rating APAR
dengan berat 10 liter - 2A & 15 liter- 3A
2. Alat Pemadam Api Karbondioksida (CO2 -Carbon Dioxide) dimana APAR jenis karbondioksida
tersedia dalam ukuran dari (1.2 kg - 9.1 kg) 2.5 - 20 lb yang dapat dijinjing dan (23 kg - 68 kg) 50 -150 lb
untuk yang menggunakan roda. Biasanya untuk yang diangkat nilai ratingnya antara 1 - 10B:C dan untuk
yang menggunakan roda dari 10 - 20B:C, Tipe APAR ini berisi CO2 dibawah tekanan uapnya ( vapour
density) Lama penyemprotan sekitar 8-30 detik dengan jarak penyemprotan sekitar 3-8 feet atau 1-2.4
meter. Rating APAR dengan berat 2 Kg - 1B,1C & 10 Kg - 2B,2C.
3. Alat Pemadam Api Bubuk Kimia Kering, APAR ini tersedia dalam 2 jenis yaitu bertekanan (pressurized)
dan penekan (cartridge), APAR bertekanan (pressurized) didalamnya sudah diberi tekanan dengan
menggunakan gas yang berfungsi untuk menekan media pemadam agar keluar dari tabung, gas yang biasa
digunakan biasanya jenis nitrogen yang bersifat iner dan tidak merusak bahan sedangkan penekan
(cartridge) didalam tabung terdapat gas berisi CO2 bertekanan tinggi , dimana pada saat
dioperasikan gas dari tabung ini akan terbuka sehingga gas memasuki tabung dan menekan media
pemadam hingga keluar. Rating APAR Berat 0.5 Kg - 1B,C, 1 Kg - 2B,C , 2 Kg - 4B,C , 5 Kg - 7B,C, 15 Kg -
20B,C.
4. Alat Pemadam Api Busa, APAR ini ada 2 macam yaitu AFFF (Aqueous Film Forming Foam) dan Busa
Kimia. APAR AFFF berukuran 2.5 galon dengan kemampuan 3A:20B dan 33 galon dengan kemampuan
20A:160B. Media pemadam adalah campuran Aqueous Film Forming dengan air yang akan membentuk
busa mekanis bila disemprotkan melalui (nozzle).
Bagaimana Cara WELDING HABITAT:
1. Mengisolasi Area Kerja dengan memasang Ruangan Kedap Udara yang terbuat dari
bahan yang tidak mudah terbakar.
2. Menyediakan Positive Pressure (Tekanan Positive) di bagian dalam ruangan sehingga
tidak akan ada udara yang mengandung Gas Hydrocarbon yang bisa masuk kedalam area
pekerjaan panas (Misal Welding).
6. Disediakan Gas Detector untuk mengecheck dan meyakinkan bahwa di dalam Ruangan
Welding habitat tersebut benar-benar Free dari Gas Hydrocarbon yang mudah terbakar
tadi.