Anda di halaman 1dari 27

The Silent Killer....Take Your Life in Short Time....

Mengacu definisi yang dikeluarkan oleh OSHA 1910.146 dalam


OSHA Glossary of Confined Space Terms and Definitions
Confined space means a space that:

1. Is large enough and so configured that an employee can bodily enter and
perform assigned work; and
2. Has limited or restricted means for entry or exit (for example, tanks, vaults, and
pits are spaces that may have limited means of entry.); and
3. Is not designed for continuous employee occupancy.

Dari pendekatan definisi diatas saya coba interpretasikan sebagai suatu tempat yang
memiliki konfigurasi yang cukup luas untuk seseorang melakukan aktifitas/melakukan
pekerjaan didalamnya tetapi dengan ruang akses keluar masuk yang terbatas dalam
konteks "baik pekerja, peralatan dan perlengkapannya yang masuk-keluar terbatas" dan
didesain untuk pekerjaan yang sifatnya "temporary" atau sementara.

Jenis-Jenis Ruang Terbatas : Tangki, Vessels/Bejana, Manholes, Sewer, Silo,


Hood/Hoppers, Bungker, Pipa, Selokan/ Parit, Terowongan, saluran pipa, Lubang dengan
kedalaman min 1,5 m

Penggolongan Kategori di Ruang Terbatas dibagi menjadi 3 Kategori


diantaranya adalah :

Tahapan Pengendalian HOC Pada Pekerjaan di Ruang Terbatas :


Berdasarkan "PTW System" Sistem Ijin untuk Bekerja maka Confined Space
dibedakan menjadi CS with PTW and CS Without PTW

Perlunya Ijin Kerja ketika melakukan Pekerjaan di Ruang Terbatas agar :

 Memberikan informasi dan instruksi tertulis mengenai keadaan berbahaya yang


harus dihindari, petugas dan peralatan pelindung keselamatan yang diperlukan.
 Menjamin adanya persiapan yang benar sebelum pekerjaan dimulai.
 Membatasi jenis pekerjaan dimana pembatasan tersebut akan mempengaruhi
kebutuhan untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan.
 Memberikan pemberitahuan yang cukup kepada semua pihak yang terlibat dalam
pekerjaan tersebut.
 Membagi tanggung jawab dengan semua pihak menandatangani untuk
memastikan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja dan lindungan lingkungan
pada pekerjaan tersebut telah disetujui.

Tugas dan Tanggung Jawab :


Supervisor

 Meyakinkan kecukupan proteksi tersedia untuk pekerja yang masuk dengan


melakukan pemeriksaan LOTO dan semua bahaya sudah terisolasi dengan aman
 Mendukung petugas penunggu luar yang berwenang dalam pengendalian masuk
ruang tertutup
 Bertanggung jawab terhadap proses kegiatan bekerja di ruang terbatas baik
sebelum masuk, pada saat berada didalam maupun setelah selesai
 Meyakinkan semua personil yang terlibat memahami dan peduli terhadap bahaya
dan risiko yang terkait dengan ruang tertutup
 Mencegah orang tidak berwenang masuk kedalam ruang terbatas

Attendant

 Memantau entrans saat pekerjaan berjalan dan saat masuk dan keluar serta
meyakinkan keselamatan mereka, Attendant tidak boleh meninggalkan
posnya apapun alasannya saat pekerja ada di dalam kecuali diganti oleh
attendant yang berkualifikasi
 Memantau kondisi atmosfer dalam ruang sebelum dan saat orang masuk
 Memantau jalan masuk/keluar dari ruang tertutup
 Menjadi pembantu tanggap darurat bila diperlukan
 Menilai bahaya di dalam dan sekitar ruang, dan melakukan tindakan pada waktu
yang sama
 Menjaga catatan dari keperluan pekerjaan ruang tertutup, seperti hasil pengujian
udara, personil yang masuk/keluar, dll.

Enterance

 Pekerja dimana secara fisik masuk kedalam ruang tetutup untuk melaksanakan
pekerjaan.
 Memastikan bahwa ruang tertutup tersebut telah diventilasi, diisolasi,
dikosongkan, atau membuat aman untuk masuk
 Segera keluar ruang, tanpa bertanya, sesuai peringatan attendant, tidak peduli
alasannya
 Mengikuti semua aturan dan prosedur keselamatan yang diterapkan
 Mampu melakukan isolasi terhadap sumber –sumber energi yang teridentifikasi
sebelum melakukan pekerjaan
 Memahami pekerjaan yang akan dilakukan dan prosedur yang diterapkan untuk
pekerjaan tersebut

Potensi Bahaya di Ruang Terbatas :

1. Kekurangan dan Kelebihan Oksigen


2. Bahan Mudah Terbakar dan Meledak (Uap atau Debu dalam konsentrasi yang
cukup)
3. Bahan Beracun (Gas, Uap dan Fumes)
4. Perangkap / Engulfment (Substansi cair atau padat yang tersimpan)
5. Sumber –Sumber Energi (Energi Mekanis dan Elektrik dari suatu peralatan atau
sumber panas lainnya yang tidak terkendali)

Identifikasi udara dan gas berbahaya di Ruang Terbatas


O2(Oxygen) : < 19.5 Berdampak Pada Kesehatan, >23.5 Dapat dengan mudah Terbakar,
Normal : 19%-23.5%.
Oksigen Defisiensi (Asphyxian)
Aspiksia Fisik dan Aspiksia Kimia
Kurangnya oksigen dalam Ruang Terbatas dapat diakibatkan oleh konsumsi atau
perpindahan.
Konsumsi oxygen dapat terjadi selama : Pembakaran unsur flammable, Proses bakterial,
seperti dalam proses fermentasi, Reaksi kimia seperti dalam pembentukan
karat, konsentrasi oksigen dapat menurun karena intrusi nitrogen, las, grinding, oksidasi,
sandblasting atau coating.

Volume Oksigen di udara lebih dari 23,5%.


1.Memicu kebakaran dan peledakan
2.Jangan pernah menggunakan O2 murni untuk ventilasi.
3.Jangan menyimpan tanki gas bertekanan
Bahan Mudah terbakar dan Meledak
1) Lower Explosive Limit (LEL) : Jumlah prosentase minimun gas yang dibutuhkan untuk
penyalaan
2) Upper Explosive Limit (UEL) : Jumlah presentase maksimum gas yang dibutuhkan untuk
penyalaan

Untuk proses pembakaran, udara harus terdapat minimal konsentrasi gas mudah
terbakar atau menguap. Jumlah (persentase volume) uap atau gas yang dapat terbakar
(flammable gas) dalam udara akan terbakar bila ada percikan api, diantara Lower
Explosive Limit ( LEL) dan Upper Explosive Limit (UEL) Konsentrasi tersebut berada diatas
5% LEL dan dibawah 10% UEL CH4 Methane, maka pembakaran akan terjadi jika
terdapat sumber pembakaran , seperti pencetus panas Jika campuran gas terbakar
didalam confined space menjadi sangat berbahaya karena keterbatasan ruang untuk
evakuasi level oksigen akan turung dengan cepat, Asap akan terkumpul didalam ruangan
tersebut , Panas akan naik dengan cepat dan menyulitkan untuk evakuasi.

Untuk masing -masing jenis Gas (LEL-UEL)


Konsentrasi Paparan Gas
Time Weighted Average (TWA)
Nilai Ambang Batas suatu zat selama 8 jam sehari dalam 40 jam kerja per minggu,
dimana diyakini bahwa hampir semua pekerja yang terpapar berulang – ulang tidak akan
menderita efek yang merugikan
Short Term Exposure Limit (STEL)
Konsentrasi suatu zat dimana para pekerja diijinkan terpapar secara terus menerus
dalam waktu yang singkat tanpa mengalami Iritasi;Kerusakan jaringan yang tidak bisa
pulih kembali, Paparan pada STEL tidak boleh lebih dari 15 menit dan tidak boleh diulangi
lebih dari 4 kali setiap hari, dengan selang waktu istirahat tidak boleh kurang dari 60
menit.
Peak Exposure Limit / TLV
Batas maksimum konsentrasi suatu zat yang dianggap tidak akan mempengaruhi kondisi
seseorang (aman) yang secara analitis dapat dipraktekkan, yaitu tidak melampaui 15
menit. Konsentrasi ini tidak boleh dilampaui selama paparan kerja bagi zat – zat yang
dapat menyebabkan iritasi dengan segera.

Contoh Jenis gas dengan TLV -TWA, TLV-STEL

Pengenalan Gas Berbahaya dalam Ruangan Terbatas


1. H2S (Hydrogen Sulfide)
H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari 2 unsur Hidrogen
dan 1 unsur Sulfur. Satuan ukur gas H2S adalah ppm ( part per milion ) atau %

Sifat Fisik dari H2S (Hydrogen Sulfide)

 Berbau seperti telur busuk pada konsentrasi 0,13 – 30 ppm


 Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit ) 4.3%
sampai UEL ( Upper Explosive Limite ) 46% dengan nyala api berwarna biru pada
temperature 500 0F (260 0C)
 Berat jenis gas H2S sekitar 20 % lebih berat dari udara dengan perbandingan berat
jenis H2S : 1.189 dan berat jenis udara : 1 ( 150C , 1 atm
 H2S dapat larut (bercampur) dengan air ( daya larut dalam air 437 ml/100 ml air
pada 0 0C; 186 ml/100 ml air pada 40 0C ).

Karakteristik gas H2S diantaranya adalah

 Merupakan jenis gas beracun dan Tidak berwarna


 Gas yang bisa terbakar / Flammable gas dengan nyala api biru, menghasilkan gas
SO2
 Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara, sehingga gas H2S akan cenderung
terkumpul di tempat / daerah yang rendah
 H2S bersifat korosif sehingga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam.
Batas kontaminasi H2S adalah nilai ambang batas yang dimaksudkan sebagai pedoman
standar paparan H2S untuk dapat bekerja dengan selamat.Menurut ACGIH , TLV-TWA
/ Threshold Limit Value-Time Weighted Average : TLV – TWA H2S : 10 ppm, TLV –
STEL (Treshold Limit Value – Short Term Exposure Limit ) : TLV – STEL H2S : 15 PPM

American National Standards Institute (ANSI Standard No. Z37.2 1972)

2.CH4 (Methane)
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan rumus
kimia CH4, Pada suhu ruangan dan tekanan standar metana adalah gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau, serta tidak beracun dan bersifat SANGAT MUDAH TERBAKAR

Metana mempunyai titik didih −161 °C (−257.8 °F) pada tekanan 1 atmosfer. Sebagai
gas, metana hanya mudah terbakar bila konsentrasinya mencapai 5-15% di udara.
Metana yang berbentuk cair tidak akan terbakar kecuali diberi tekanan tinggi (4-5
atmosfer).
3. C0 (Karbon Monoksida)
Carbon Monoxide dapat terbentuk pada pembakaran yang tidak sempurna dari
material/bahan bakar yang mengandung carbon :Gas ini tidak berwarna, Tidak
berbau, Lebih ringan dari masa jenis udara, Sangat beracun dan bersifat sangat mudah
terbakar, Pengaruh hemoglobin yang ekstrim – 200 hingga 300 kali dari oksigen.
Mengganti oksigen dan menyebabkan gangguan pernafasan

konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar
0,5%

Pengenalan Gas Berbahaya dalam Ruangan Terbatas


Bahaya Fisik Terkait dengan Pekerjaan di Ruang Terbatas
Kebisingan
NAB 85 dBA untuk paparan 8 jam terus menerus
Kebisingan lebih dibolehkan namun dalam waktu yang lebih
Setiap kenaikan 3 dBA tingkat suara, paparan waktu harus dikurangi 50%.
Pengurangan kemampuan dengar – berdampak dalam waktu yang lama
Tersedia Program Konservasi Pendengaran

Heat Stress

Sumber – Sumber Energy yang berbahaya


Saat terdapat sumber energi berbahaya yang berpotensi mempengaruhi konsentrasi
tingkat atmosphere diruang terbatas (confined space), maka proseure isolasi harus di
lakukan.

Tujuannya :
Mencegah masuknya material-material secara tidak sengaja ke dalam confine space
melalui pipa, saluran udara(ventilasi), saluran pembuangan, ban berjalan (conveyor).
Mencegah pengaktifan atau penggunaan peralatan yang dapat menimbulkan resiko bagi
kesehatan dan keselamatan bagi orang yang sedang berkerja didalam ruang terbatas.
Jenis – jenis Energi :Panas, Listrik , Tekanan dan Mekanikal

Pengujian Udara dalam Ruang Tertutup Harus Dilakukan:


Sebelum masuk bila ruangan kosong
Setelah diventilasi selama 10 menit (Bila ventilasi diperlukan)
Minimal setiap jam dimana ijin kerja diperlukan untuk ruang tertutup
Atau lebih kerap, bilamana kondisi atau untuk jaminan karena keraguaN

Typical Confined Space, Vertical Access/ Ruang Tertutup Tipikal, Tempat masuk
vertikal
a) Pipa pengambilan contoh harus dapat mencapai dasar ruang terbatas (within 1 inch
dari dasar)
b) Instrumen harus mengambil contoh setiap ketinggian
c) Instrument reading: 19.5% – 23.5% O2; LEL below 0% and ½ of TLV / PEL on each
level

Irregular Shaped Confined Spaced Ruang tertutup tidak beraturan)


Teknik pengambilan sampling sama dengan tipe tipikal. Petugas Kompeten masuk ke
dalam tanki dengan membawa instrumen untuk melakukan pengujian seluruh tempat
(ruang)
Confined Space with Baffels (Ruang tertutup dengan Penyekat) Cara sampling
sama dengan tipe tipikal. Tetapi tipe seperti ini tidak dirancang untuk dapat diventilasi
degan baik, Petugas Kompeten harus memasuki setiap kompartemen setelah
dibebaskan, dan melakukan pengujian segmen berikutnya

Pendeteksian Gas Dengan Menggunakan Gas Detektor


Detektor gas digunakan untuk mendeteksi gas atau uap dan memberikan tanda alarm
jika gas/uap tersebut mencapai level tertentu atau (Early Warning)

Gas yang umum dideteksi:


Oksigen (O2 )
Hydrogen Sulfida (H2S )
Carbon monoksida (CO)
Gas yang mudah menyala (Methane- CH4)
komponen utama : (3 Main Components)
Sensor, Pemancar (Transmitter) dan Modul kendali (Control Module)

Kalibrasi Unit (Unit Calibration)


Kalibrasi udara murni (Fresh Air Calibration)
Kalibrasi pengaturan posisi “nol”(Zero Adjustment Calibration)
Kalibrasi penyesuaian jangka waktu(Span Adjustment Calibration)
Ingat: Detektor gas HARUS dikalibrasi
sebelum digunakan
Alat bantu Pernafas di dalam Ruang Terbatas
Self Contained Breathing Apparatus (SCBA)
JENIS SCBA
1. Open Circuit (sirkulasi terbuka)Sistem kerja SCBA Open Circuit adalah operator
menghirup udara yang ada di dalam tabung bertekanan dan menghembuskan nafas
keluar melalui katup yang ada pada masker, sistem ini seperti manusia bernafas dengan
normal namun sumber udara bukan dari udara bebas melainkan dari udara yang telah
disimpan dalam tabung bertekanan. Secara umum SCBA terdiri dari 4 bagian utama yaitu
: Cylinder (tabung), Back Plat, Lung Demand Valve (LDV), dan Full Face Mask.

2. Close Circuit (sirkulasi tertutup) SCBA type Close Circuit atau dikenal juga dengan
CCBA (Close Circuit Breathing Apparatuss). Sistem kerja dari alat ini adalah operator
bernafas menggunakan udara yang ada dalam unit CCBA kemudian nafas yang
mengandung CO2 dihembuskan masuk kembali kedalam alat tersebut dan diolah di
absorber menjadi O2, selanjutnya O2 tersebut di hirup kembali oleh operator dan
hembusan nafas masuk kembali ke alat begitu seterusnya hingga bahan kimia yang ada
di dalam absorber tidak dapat lagi mengubah CO2 menjadi O2.

PERHITUNGAN WAKTU PENGGUNAAN SCBA


Rumus pengunaan waktu SCBA sebagai berikut :Waktu penggunaan = volume botol
(liter) x preasure (bar) / 40 liter/menit (40 liter/menit adalah kebutuhan udara rata-rata
seseorang pada saat bekerja berat) contoh : diketahui volume botol 9 liter dan tekanan
300 bar, maka = 9 x 300 / 40 = 2700 / 40 = 67,5 menit. waktu penggunaan SCBA secara
optimum adalah hasil perhitungan dikurangi 10 menit sebagai waktu sebelum pemakaian
masker dan 10 menit waktu cadangan, sehingga dari contoh tersebut maka waktu
optimumnya adalah 47,5 menit.
Bekerja di Atas Ketinggian / Working at Height
Bekerja di Atas Ketinggian,
Merupakan suatu kegiatan /aktifitas yang dikategorikan sebagai "Class 1 Risk Activities",
Berdasarkan laporan Labour Force Survey (LFS2) UK, Salah satu penyebab terjadinya
kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan kematian adalah terjatuh dari
atas ketinggian (31%) dan sebagian besar terjadi pada pekerja bidang konstruksi
(11%).Lihat selengkapnya http://www.hse.gov.uk/statistics/causinj/kinds-of-
accident.htm dan sebagai informasi pada tahun 2007 Indonesia merupakan negara
peringkat 2 setelah Cina pada kecelakaan yang berupa jatuh dari atas ketinggian dengan
7 Kematian per hari.

Dasar Hukum serta Referensi terkait dengan pekerjaan WAH : (Anda Bisa
Tambahkan Sendiri Referensi terkait dengan WAH )
a) Permenakertrans No Per 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan
b) Permenaker No Per 05/Men/1985 Tentang pesawat angkat dan angkut Pasal 35 s/d
48
c) DJPPK Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No KEP.
45/DJPPK/IX/2008 Pedoman K3 Bekerja di Ketinggian dengan menggunakan akses tali
(Rope Access)
d) UU No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
e) EN Standard/CEN Standard/CE Standard : EN-12277 : Harnesses, EN-12492 :
Helmets, EN-12275 : Connectors, EN-12276 : Frictional Anchors.
f) OSHA PART 1910, BS 1139 Metal Scaffolding, AS/NZS 1576 Scaffolding
g) ANSI Z133.1: Arboriculture safety requirement for pruning,repairing, maintaining, and
removing trees

Bekerja di Atas Ketinggian adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan object
dalam hal ini adalah pekerja yang mempunyai resiko jatuh dari atas ketinggian yang
apabila diukur dari base elevation/lantai dasar ke titik jatuh 1.8 meter.

Sehingga menurut pendapat saya suatu kegiatan dianggap sebagai pekerjaan di atas
ketinggian harus memenuhi beberapa persyaratan :
a) Harus terdapat seseorang yang melakukan pekerjaan + memiliki potensi risiko
terjatuh dari Atas Ketinggian
b) Terdapat Lantai dasar/ Base Elevation
c) Terdapat Jarak Jatuh---Syaratnya harus ada Nilainya : 1.8 meter ( Biasanya untuk
jarak jatuh refer kepada persyaratan dan ketetapan prosedur dari perusahaan)

Contoh Pekerjaan “Work at Height” : Mendirikan Scaffolding ketinggian ≥ 1.8 m


high, Bekerja di atas atap bangunan, Bekerja di atas container, Erection Konstruksi
Baja, Bekerja di bibir galian – Ketinggian ≥ 1.8 m, Bekerja di atas formwork - Ketinggian
≥ 1.8 m, Pemasangan cladding dan roofing, Pekerjaan pemasangan Mechanical dan
Electrical dsb.

Peralatan Bekerja di Atas Ketinggian : Scaffolding, Boom Lift/Main Lift e.g JLG 450A
SWL 220 Kg, Tangga, Gondola, Main Cage with Crane, Scissor Lift dll.

Persyaratan Ketika akan bekerja di Atas Ketinggian :


1) Pekerja harus dalam kondisi fit sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas
ketinggian dan tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
2) Semua pekerja sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas ketinggian harus sudah
mendapat pelatihan “Bekerja di Ketinggian”
3) Prosedure kerja aman (JSEA) harus dibuat oleh semua pekerja yang terlibat dalam
bekerja di ketinggian & semua pekerja yang harus berpartisipasi dalam rumusan JSEA.
4) Semua peralatan Penahan dan Pencegah Jatuh serta Peralatan Pendukung
harus dalam kondisi baik dan sudah diinspeksi sebelum digunakan
5) Semua peralatan pendukung (EWP, Scaffold, Ladders, dll) sesuai dengan persyaratan
standard, dan dididirikan atau dioperasikan oleh orang yang berkompeten

Gangguan Kesehatan ketika bekerja di atas ketinggian :


Hipoksia (Hypokxia), Dekompresi, Bends, Chokes,Sinusitis Kronik, Gangguan
Penglihatan, Barodontalgia, gangguan proses mental dan pisikologi

Berikut adalah faktor – faktor umum yang berkontribusi pada risiko seseorang
terjatuh dari atas ketinggian :
a) People (Manusia)--- Kurang Pengetahuan, Keahlian dan kemampuan terbatas, Kondisi
tidak fit untuk bekerja, lelah, mengambil jalan pintas, berprilaku tidak aman.
b) Environment (Lingkungan)----Kondisi cuaca, permukaan licin dan berserakan dan
tidak bersih, jenis pekerjaan berpindah-pindah, kondisi peralatan dan perlengkapan
mekanik dsb.
C) Equipment (Peralatan) + Procedure (Prosedur) + Organization (Organisasi) ---
Peralatan Pencegah , penahan jatuh serta pendukung Tidak Standart dan kondisi tidak
aman untuk digunakan, Kesalahan Penggunaan alat/ Ketidaksesuaian pengunaan
Alat, Tidak adanya prosedur baik SOP atau PI, JSEA dan penilaian risiko, Tidak
disosialisasikannya SOP atau PI, JSEA dan penilaian risiko, Tidak tersedianya / tidak
memiliki kecukupan pengawas yang handal, Tidak tersedianya pelatihan untuk para
pekerja dan tidak memiliki departemen pelatihan, Kurangnya finansial dalam
mendukung program pelatihan / proses pembelian barang dan peralatan

Apakah Risiko dan impact dari bekerja diatas ketinggian dan bagaimana proses
jatuh? Risiko yang paling umum pada saat bekerja di atas ketinggian
adalah jatuh dari atas ketinggian atau tertimpa material dari atas ketinggian.

Jatuh Adalah terlepas dan terhempas dari ketinggian ke bawah dengan cepat, baik ma
sih dalam pergerakan turun maupun sudah sampai ke tanah.

100 Kg Pekerja Jatuh dari Atas Ketinggian menghasilkan 12kN / 1212 Kg (


1kN=101.31Kg) atau 12 Kali dari berat badan pekerja tersebut, tetapi perlu diIngat
Kecepatan Tubuh Jatuh, pada dasarnya berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh berat
pekerja, Jarak Jatuh, Gaya gravitasi (9,813m/s2), Faktor Kecepatan angin dll. artinya
kalo dalam 1 detik saja jarak jatuh bisa sepanjang 5 meter maka apabila dipengaruhi
faktor-faktor diatas maka kecepatan jatuhnya akan bertambah bisa 2kali atau bahkan
lebih.

Impact yang dihasilkan berdasarkan percobaan pada mayat :


Apakah seseorang bisa terjatuh ketika bekerja diatas ?
Jawab : Disini saya akan menjawab dengan menggunakan 3 Pendekatan sistem yang
digunakan
a) Seseorang ketika bekerja diatas ketinggian boleh jatuh asalkan tidak terhempas
pada permukaan/ Lantai kerja ini yang saya sebut dengan Fall Arrest System/
Sistem Penahan Jatuh sistem kendali yang biasa digunakan ( Full Body Harness, Safety
Nets, Catch Platform). dan perlu diperhatikan potential risk lainnya dari sistem ini seperti
Pudullum effect/ Efek ayun apabila pemilihan spot different pada anchorage pointnya
tidak tepat

b) Seseorang sama sekali tidak boleh jatuh artinya sebelum pekerja tersebut mencapai
ke titik jatuh (Edge Fall Point) maka pekerja tersebut sudah dicegah ini yang saya sebut
dengan Fall Restraint System/ Sistem Pencegah Jatuh, sistem kendali yang
digunakan biasanya ( Handrail, Warning Line System, Safety watcher, Full Body Harness
dengan One Single Lanyard, Penggunaan sistem Rigid Track / Wire Rope Traditional
system, Roof Brackets and Slide Guards). Pencegahan jatuh tidak hanya mencegah
kematian tetapi juga cidera serius dari risiko jatuh dari atas ketinggian.

C) Positioning System Devices merupakan sistem yang digunakan untuk mendukung


tubuh anda dan biasanya terlihat perbedaaan posisi dari D-ring atau Dorsal D yaitu kalo
untuk Fall Arrest System/ Sistem Penahan Jatuh/ Restraint System/ Sistem Pencegah
Jatuh posisi D-ring berada di Back on the Neck / Bagian Belakang leher sedangkan
di Positioning System Devices berada di in front your body dibagian depan tubuh biasanya
sistem ini digunakan untuk di pekerjaan di bagian vertical kolom. Alat yang biasa
digunakan adalah Ascender dan descender IDP 20, Rope Grab & Life Line)

Personal fall-arrest system/ sistem penahan jatuh pribadi


Sistem ini terdiri dari 3 Komponen utama diantaranya adalah :
1.Anchorage Connector (Konektor)
2.Body Wear (Alat yang dipakai di Tubuh)
3.Connecting Device (Peralatan Penghubung)

Atau dengan mudah anda dapat mengingat :

Peraturan A.B.C
Anchorage/Anchorage Connector
Anchorage: Sering disebut sebagai titik tie-off (Ex: I-beam, rebar, perancah, Lifeline, dll)

Dibagi menjadi 2 Ada Anchorage point & Anchorage Connector

Anchorage point/ titik tie off


Merupakan posisi yang terletak pada struktur independen dimana pengikat jatuh
atau talinya diikatkan dengan aman.

a)Anchor points harus mampu menahan gaya sekitar dari 5000 Pounds / 2267 Kilogram
per pekerja yang terkait.
b)Anchorages untuk personal fall arrest
systems harus memiliki kekuatan yang mampu mendukung beban statis sekurang-
kurangnya: (a) 3.600 lbf (16 kN) ketika ada sertifikasi, atau (b)
5.000 lbf (22,2 kN) tanpa adanya sertifikasi
c)Anchorpoints tersebut harus ditentukan agar membatasi sehingga jatuh tdk
lebih dari 6 meter

Supervisor harus dapat memastikan posisi penempatananchorage point


sehingga potensi risiko terjadinya Swing Down dan Swing Back dapat dihindari

Anchorage Connector:Digunakan menjadi satu bagian dengan perangkat yang


menghubungkan ke anchorage (Ex: cross-arm strap,beam anchor , D-bolt , hook anchor,
dll)

Body Wear
Body wear Alat yang dipakai atau digunakan untuk penangkapan jatuh adalah Full Body
Harness,

Terdapat Dorsal-D atau D-ring : Minimum berbahan zinc plated, forged alloy steel &
Telah di uji 3.600 lbf (16 kN) dengan Kekuatan putus minimum adalah 5.000 lbf (22,2
kN).

Harness rated for 1,800 pounds of arresting forces

Buckles and adjusters


Terbuat dari bahan baja yang telah ditempa, Kekuatan putus minimum adalah 4.000 lbf
(17,8 kN).

Connection Device/ Peralatan penghubung


Sebuah peralatan /perangkat yang digunakan untuk menghubungkan Anchorage
Connector dengan body wear contohnya (shock-absorbing lanyard, fall limiter, self-
retracting lifeline, rope grab, etc.)
Lanyard (Tali Pengikat)
Lanyard adalah komponen yang fleksibel yang memmungkinkan koneksi antara harness
dan anchorage dan shock absorber ( penyerap energi) (AS/NZS 1891.1 Clause
1.4.8). Polyester webbing is 1.75 in (44 mm) lebar nominal dengan kekuatan putus 6000
lbf (24.5 kN) ketika baru

Shock Absorber
Absorber Energi Sebuah perangkat ditempatkan secara tunggal dengan horisontal
lifeline untuk menyerap energi dan mengurangi kekuatan di garis memanjang ketika
anda terjatuh. (AS / NZS 1891,2 Ayat 1.3.83) lanyards (yang hanya dapat digunakan
untuk menahan diri) Panjang : 1 mtr / 1,1 mtr

Snaphook

Sebuah konektor menempel pada line atau lanyard terdiri dari hook berbentuk kait
dengan self closing atau self locking gate yang dirancang untuk menerima titik lampiran
yang kompatibel. (AS / NZS 1891,1 Klausal1.4.17), Auto Locking & Self Locking Snap
Hook
Carabiner
Sebuah konektor memiliki spring loaded gate dimuat dengan mekanisme penguncian
sekunder dirancang untuk menghubungkan ke konektor lain atau titik sambungan. (AS /
NZS1891,1 Klausul 1.4.71). Secara umum, bagian-bagian carabiner bisa dibedakan
menjadi Gate, Frame Ujung Atas, Frame Ujung Bawah, Spine Frame

Tipe Carabiner
Berdasarkan bentuknnya: Carabiner Oval, Carabiner “D”, Carabiner Asymmetrical “D”,
Carabiner Pear
Berdasarkan pilihan bentuk gerbang (gate), carabiner dapat dibedakan
menjadi: Carabiner Dengan Gerbang (Gate) Lurus, Carabiner Bent Gate, Locking
Carabiner, Wire Gate Carabiner

Perhitungan Jarak Jatuh aman

Catatan
A :Jatuh Bebas (PL)
B : Jarak Perlambatan
AB :Total Jarak Jatuh
C :Tinggi Pekerja
D : Jarak Minimum yang disyaratkan
E : Jarak Sisa

Panjang lanyard:
Yang terpendek = 4 feet.
Yang terpanjang = 6 feet

1 Feet = 30 Cm

Cara menghitung jarak jatuh aman : A + B (if any) + C + D + E

Contoh tinggi titik jatuh ke lantai dasar 4 Mtr maka jarak jatuh yang aman dengan
menggunakan full body harness adalah?
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 8 feet = 180 cm = 1.8 mtr
c) Panjang absorber : 1.0 mtr
d) Jarak Sisa atau Safety Factor : 1.0 mtr
Total : 1.6+1.8+1.0+1.0 = 5.4 mtr

Artinya jika seharusnya jarak jatuh aman 5.4 mtr tetapi kondisi jarak jatuhnya 4 mtr
maka yang ada pastinya anda terhempas pada permukaan jadi bagaimana solusinya :
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 4 feet = 120 cm = 1.2 mtr ( Ganti dengan yang 4 feet)
c) Panjang absorber : 1.0 mtr
d) Jarak Sisa atau Safety Factor : 1.0 mtr (Minimum : 0.5 mtr)
Total : 1.6+1.2+1.0+0.5 = 4.3 mtr

Masih belum aman ada overlap 30 cm, Jadi tidak usah pakai absorber
a) Tinggi Pekerja : rata2 saya ambil 160 cm = 1.6 mtr
b) Panjang Lanyard : 4 feet = 120 cm = 1.2 mtr ( Ganti dengan yang 4 feet)
c) Jarak Sisa atau Safety Factor : 0.5 mtr (Minimum : 0.5 mtr)
Total : 1.6+1.2+0.5 = 3.3 mtr Aman,,,,,,
tapi bagaimana kalo jaraknya jatuhnya 3 mtr?
Artinya Full body harness bukan satu-satunya alat perlindungan yang digunakan untuk
bekerja di atas ketinggian.

Ada pertanyaan, mas kenapa shock absorbernya dihilangkan?


Jarak Potensi jatuh harus dihitung untuk menentukan jenis menghubungkan perangkat
yang akan digunakan, biasanya, di bawah 18-1/2 ft (5.6m) selalu menggunakan self-
retracting lifeline dan lebih dari 18-1/2 ft. (5.6m), menggunakan shock-absorbing
lanyard atau self-retracting lifeline/fall limiter. artinya kalo kondisinya dibawah 5.6 mtr
shock absorber tidak menjadi kewajiban untuk digunakan.

Bagaimana jika traditional wire rope ?


Catatan
A:Jatuh Bebas ( PL)(4Feet atau 1.2 mtr)
B:Jarak Perlambatan (1 mtr absorber )
C:Tinggi Pekerja (1.8 mtr – Menyesuaikan )
D: Jarak Sisa ( 1 mtr )
E: Defleksi Anchor

Panjang lanyard:
Yang terpendek = 4 feet.
Yang terpanjang = 6 feet
1 Feet = 30 Cm
Shock Load absorber<6kn

Shock Load without absorber>8–10 Kn


Nilai Ambang Batas (NAB)/Threshold Limit Value atau seringkali dikenal sebagai Nilai Batas Pajanan
(NBP)/Occupational Exposure Value adalah Standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai
kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) yang dapat diterima tenaga
kerja tanoa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Permenakertrans No.13/MEN/X/2011
tentang NAB Faktor fisika& Faktor Kimia di tempat kerja).

Di beberapa negara NAB/NBP telah diatur, diantaranya adalah

 Di Indonesia terdapat NAB berdasarkan SNI 19-0232-2005 &


Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB Faktor fisika& Faktor Kimia di tempat
kerja;
 Di Amerika terdapat ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists)
TLVs (Threshold Limit Values); NIOSH (National Institute for Occupational Safety & Health)
RELs (Recommended Exposure Limits) & OSHA (Occupational Safety & Health
Administration) PELs (Permissible Exposure Limits);
 Di UK terdapat UK Workplace Exposure Limit EH40/2005;
 Di Australia terdapat Exposure Standards for Atmospheric Contaminants in the occupational
environment – NOHSC 1995;
 Di German terdapat MAK (Maximale Arbeitsplatzkonzentrationen)& BAT (Biologische
Arbeitsstofftoleranzwerte).

NAB tertimbang rata-rata 8 jam (Thershold Limit Value – Time Weighted Average TLV-TWA), NAB-
Pajanan singkat yang diperkenankan (TLV-Short Term Exposure Limit- TLV-STEL 15 Menit),serta
NAB-Konsentrasi tertinggi yang diperkenankan (TLV Ceiling), NAB/NBP menggunakan satuan
mg/m3 atau ppm.

Di Indonesia batas pajanan dikenal dengan NAB zat kimia di udara tempat kerja yang mengacu pada
SNI 19-0232-2005.Standar ini memuat tentang NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted
Average) zat kimia di udara tempat kerja, dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia
sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Standar ini terdapat 3 jenis NAB :

1. NAB rata-rata tertimbang waktu (Time Weighted Average) zat kimia di udara tempat kerja,
dimana terdapat tenaga kerja yang dapat terpapar zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari
8 jam/hari atau 40 jam/minggu.
2. NAB kadar tertinggi yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak
boleh dilampaui meskipun dalam waktu sekejap.
3. NAB paparan singkat yang diperkenankan : kadar zat kimia di udara tempat kerja yang tidak
boleh dilampaui agar tenaga kerja yang terpapar pada periode singkat yaitu tidak lebih dari 15
menit, masih dapat menerimanya tanpa mengakibatkan iritasi, kerusakan jaringan tubuh dan
terbius.

Karsinogen berdasarkan standar ini dibagi menjadi 5 yaitu :

1. A-1 : Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
2. A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human carcinogen);
3. A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
4. A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia
ataupun binatang;
5. A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Contoh nilai NAB untuk BTX pada standar ini :
1. Benzen : 32 mg/m3 atau 10 bds (ppm); A2
2. Toluen : 188 mg/m3 atau 50 bds (ppm); A4
3. Xylen: 434 mg/m3 atau 100 bds (ppm); A4

ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygienists),


TLVs (Threshold Limit Values);
TLV didalam ACGIH didefinisikan sebagai Nilai Ambang Batas yaitu konsentrasi di udara bahan kimia
yang merepresentasikan kondisi dimana hampir seluruh pekerja dapat terpajan berulang kali, hari
demi hari pada keseluruhan waktu kerja dalam kehidupannya, tanpa timbulnya efek kesehatan yang
merugikan. TLV disusun untuk melindungi pekerja dewasa normal dan sehat. Terdapat 3 kategori TLV
pada TLV-ACGIH ini, yaitu:

1. TLV-TWA (Thershold Limit Value-Time Weighted Average), Konsentrasi rata-rata tertimbang


waktu untuk 8 jam kerja atau 40 jam perminggu tanpa adanya efek kesehatan yang merugikan.
2. TLV-STEL (Thershold Limit Value- Short Term Exposure Limit), Nilai ambang batas untuk
pajanan 15 menit yang tidak boleh dilampau pada setiap waktu selama hari kerja, meskipun
8 jam TWA mendekati (TLV-TWA) Maksimum terjadinya STEL adalah 4 kali dalam sehari &
Terdapat jangka waktu 60 menit diantaranya, meskipun konsentrasinya tidak melebihi TLV-
TWA amaka konsentrasi STEL tidak boleh melebihi 5 kali nilai TLV-TWAnya.
3. TLV – Ceiling ((Thershold Limit Value-Ceiling), Konsentrasi tertinggi yang tidak diperkenankan
tercapai pada setiap bagian pajanan kerja.

Karsinogen berdasarkan standar ini dibagi menjadi 5 yaitu :

1. A-1 :Zat Kimia yang terbukti karsinogen untuk manusia (confirmed human carcinogen);
2. A-2 : Zat Kimia yang diperkirakan karsinogen untuk manusia (suspected human carcinogen);
3. A-3 : Zat Kimia yang terbukti bersifat karsinogen terhadap binatang percobaan;
4. A-4 : Zat Kimia yanag belum cukup bukti untuk diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia
ataupun binatang;
5. A-5 : Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.

OSHA (Occupational Safety & Health Administration)


PELs (Permissible Exposure Limits)
OSHA PELs adalah konsentrasi rata-rata tertimbang waktu (TWA) yang tidak boleh
tercapai selama 8 jam kerja atau 40 jam perminggu. STEL atau ST adalah konsentrasi
15 menit yang tidak boleh tercapai. C atau disebut Ceiling concentrations adalah
konsentrasi tertinggi yang ditetapkan oleh OSHA yang tidak diperkenankan tercapai.

Benzene : TWA = 1 ppm, ST = 5 ppm;


Toluen : TWA = 100 ppm, Ceiling = 300 ppm
Xylen : TWA = 100 ppm (435 mg/m3)

NIOSH (National Institute for Occupational Safety& Health)


RELs (Recommended Exposure Limits)
NIOSH RELs, TWA Menujukkan konstrasi rata-rata tertimbang waktu hingga 10 jam kerja selama 40
jam perminggu. STEL atau disingkat ST adalah konsentrasi pajanan selama 15-menit yang tidak boleh
tercapai selama hari kerja. Nilai ambang batas tertinggi atau Ceiling REL disingkat C merupakan
konsentrasi tertinggi yang tidak diperkenankan tercapai. NIOSJ juga mengeluarkan nilai IDLH
(Immediately Dangerous to Life or Health). Tujuan dari NIOSH mengeluarkan nilai IDLH ini adalah
untuk menentukan konsentrasi di udara dimana pekerja dapat melarikan diri tanpa mengalami luka
maupun dampka kesehatan yang merugikan yang bersifat irreversibel jika pajanan terjadi pada
kondisi adanya kegagalan pada perangkat perlindungan pernafasan. Nilai IDLH ditentukan
berdasarkan efek yang mungkin timbul sebagai dampak dari pajanan 30 menit. Namun periode 30
menit ini bukan berarti pekerja dapat bekerja pada kondisi tersebut, melainkan hanya untuk melarikan
diri, dan berbagai usaha harus dilakukan untuk dapat keluar dari lokasi tersebut secepatnya.

Benzene : TWA = 0,1 ppm, ST = 1 ppm, Ca = Carcinogen;


Toluen : TWA = 100 ppm (375 mg/m3), ST = 150 ppm (560 mg/m3)
Xylen : TWA = 100 ppm (435 mg/m3), ST = 150 ppm (655 mg/m3)

UK Workplace Exposure Limit EH40/2005


Terdapat 2 klasifikasi, yaitu WEL-TWA (batas pajanan periode 8 jam) & WEL-STEL : Batas pajanan
periode pendek selama 15 menit. Satuan yang digunakan untuk batas pajanan mg/m 3 dan atau ppm.
Temperatur yang digunakan untuk konversi adalah 20˚C, dengan tekanan 760 mmHg. Rumus untuk
mengkonversi dari ppm menjadi mg/m3 adalah :
WEL dalam mg m-3 = (WEL dalam ppm x Berat Molekular)/ 24,06.

Temperatur yang digunakan adalah 20˚C, Berbeda dengan TLV-ACGIH yang menggunakan
temperature 25˚C, hal ini karena perbedaan temperatur standar yang digunakan pada kedua negara
ini. Notasi lain yang digunakan pada WEI adalah Carc & Sen. Jika pada TLV-ACGIH terdapat BEIs,
maka pada WEL terdapat BMGV (Biological Monitoring Guidance Values) yaitu nilai suatu bahan yang
telah ditentukan nilai panduan monitoring biologisnya.

Thank you in advance for your kind attention & if any comment are welcome.

Have a safe day's & keep working safely.


Pengertian APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau Fire Extinguisher
Berdasarkan Permenakertrans No. 04/Men/1980 Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, (1) APAR ialah alat
yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadinya
kebakaran.

Sedikit Flash back tentang kebakaran merupakan proses reaksi kimia antara bahan bakar (fuel), oksigen
dari udara (O2) dan sumber panas (Heat). sehingga penyalaan dapat terjadi jika ada 3 unsur tersebut yang
umumnya dikenal segi tiga api (Fire Triangle) akan tetapi terdapat pula konsep (Fire Hexagonal) dengan
menambah unsur ke-4 yaitu reaksi berantai (Chain Reaction) sebagai syarat suatu terjadinya suatu proses
kebakaran. Perlu di ingat bahwa proses penyalaan suatu bahan bakar ditentukan oleh tiga faktor utama
diantaranya adalah Titik Nyala (Flash Point), Batas Nyala (Flammable Range) dan Titik Nyala Sendiri (Auto
ignition).

Apa itu (Fire Rating) ? Kemampuan alat pemadam untuk memadamkan kebakaran yang diberi kode huruf
dan angka contohnya 2A 10B, 3A 15B, 4A 20B dsb. Huruf menunjukkan kelas kebakaran & Nomor
menunjukkan ukuran besarnya api yang dapat dipadamkan.

Bagaimna menentukan (Fire Rating), Tentunya penentuan (Fire Rating) berdasarkan hasil pengujian yang
disesuaikan dengan kelas kebakarannya yaitu A,B,C & D (Coba kembali dilihat mengenai Penggolongan
Kebakaran) - Permenakertrans No. 04/Men/1980 Bab I Ketentuan Umum Pasal 2 yaitu A. Kebakaran
bahan padat kecuali logam (Golongan A); B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar
(Golongan B); C. Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C) & D. Kebakaran logam (Golongan
D).

Untuk kebakaran Golongan A, Pengujian dilakukan dengan membakar tumpukan kayu (Material kelas A)
dengan Volume tertentu yang kemudian dibakar selama 10 Menit, Untuk kebakaran Golongan
B, Pengujian dilakukan dengan menggunakan bahan bakar jenis premium (fuel gas) yang dibakar dalam
bak dengan luas tertentu selama 3 menit, Untuk kebakaran Golongan C, Pengujian dilakukan dengan
menggunakan instalasi listrik ber tegangan 10.000 volt & Untuk kebakaran Golongan D tidak dilakukan
pengujian tertentu.

Rating APAR - Kebakaran Golongan A,


Maksud dari Rating 1-A adalah kemampuan APAR tersebut setara dengan APAR berisi air 1-1.25 Galon.
Contoh Rating 2-A menjelaskan bahwa media pemadam tersebut setara dengan 2.5 galon air dan mampu
memadamkan 2X APAR Rating 1-A pada kelas yang sama. Perlu di ingat bahwa bahan bakar yang
digunakan dalam pengujian ini adalah kayu yang disusun dengan konfigurasi tertentu. untuk standar
rating sendiri tentunya bervariasi - UL Rating -Amerika 1A- 40-A sedangkan (CEN/ Rating Commite de
Normalization) ada yang mulai dari 3A sampai dengan 55-A. Jadi Jangan Bingung Lagi jika rating APAR
40-A maka APAR tersebut memiliki kemampuan memadamkan kebakaran Golongan A yang setara
dengan 40 x 1.25 US galon air = 50 U.S galon Air.
Rating APAR - Kebakaran Golongan B,
Maksud dari Rating 1-B adalah kemampuan APAR tersebut untuk memadamkan kebakaran golongan-B
seluas 1 ft2 oleh seseorang yang belum Ahli, dimana beberapa pendapat mengatakan seseorang yang
belum ahli dianggap memiliki 40% kemampuan dari seseorang yang ahli. Perlu di ingat bahwa bahan
bakar yang digunakan dalam pengujian ini bahan bakar cair. untuk standar rating sendiri tentunya
bervariasi UL Rating - Amerika : 1-B sampai 640-B & CEN/ Rating Commite de Normalization) ada yang
mulai dari 8-B sampai dengan 233-B. Jadi Jangan Bingung Lagi jika rating APAR 40-B maka luas kebakaran
golongan B yang dapat dipadamkan oleh personal yang belum ahli adalah seluas 40 ft2.

Penempatan APAR
Hampir kebanyakan dari praktisi didalam menentukan jumlah APAR mengabaikan Rating APAR padahal
Rating APAR ini sangat penting untuk merancang kebutuhan & penempatan APAR disuatu area atau
ruangan/ fasilitas. Untuk Referensi peraturan di Indonesia dapat merujuk Permenakertrans
No.04/Men/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR.

NFPA 10 Menetapkan standar jumlah Alat Pemadam berdasarkan klasifikasi hunian :


Contoh :
Bangunan dengan ukuran 150 x 450 ft ( 46 x 137 mtr) dengan luas area lantai 67,500 ft2 (6270 m2).
dengan menggunakan dasar luas lantai 11,250 ft2, kebutuhan APAR dapat dihitung sebagai berikut
: Kebutuhan APAR : 67,500 ft2/ 11,250 ft2 = 6 Maka Lihat tabel diatas, Jadi berdasarkan perhitungan
maka dibutuhkan APAR untuk bahaya kebakaran ringan, bahaya kebakaran sedang, bahaya kebakaran
besar masing-masing 6 buah. dimana 6 buah untuk APAR Rating 4-A untuk bahaya kebakaran ringan, 6
buah untuk APAR Rating 10-A untuk bahaya kebakaran sedang, 6 buah untuk APAR Rating 20-A untuk
bahaya kebakaran besar. Akan tetapi, Penempatan APAR juga perlu diperhatikan contoh persyaratan
penempatan APAR pada Permenakertrans No.04/Men/1980 Bab II Pemasangan Pasal 4 (5) Jarak antara
alat pemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15
meter. maka jika jumlah APAR tidak dapat memenuhi jarak minimal tersebut maka jumlah APAR tentunya
harus di tambah dengan cara menurunkan perhitungan dengan basis 2A dengan luas 6000 ft2 dimana :
Kebutuhan APAR 67,500 ft2/ 6,000 ft2 = 12 Maka lihat lagi tabel diatas. maka dibutuhkan APAR 12 buah
untuk APAR Rating 2-A untuk bahaya kebakaran ringan, 12 buah untuk APAR Rating 4-A untuk bahaya
kebakaran sedang, 12 buah untuk APAR Rating 6-A untuk bahaya kebakaran besar.

Jenis APAR yang sering digunakan :

1. Alat Pemadam Air Bertekanan dimana APAR jenis ini tersedia dalam ukuran 2.5 galon (9.5) liter dengan
nilai kemampuan pemadaman 2A, APAR ini mempunyai kemampuan hanya untuk kelas A, APAR ini
biasanya bertekanan sampai dengan 100 psi, Berat APAR ini sekitar 35 lb dalam keadaan penuh dengan
daya semprot efektif kira-kira 40 feet (9-10 meter) dengan waktu pemakaian sekitar 1 menit. Rating APAR
dengan berat 10 liter - 2A & 15 liter- 3A
2. Alat Pemadam Api Karbondioksida (CO2 -Carbon Dioxide) dimana APAR jenis karbondioksida
tersedia dalam ukuran dari (1.2 kg - 9.1 kg) 2.5 - 20 lb yang dapat dijinjing dan (23 kg - 68 kg) 50 -150 lb
untuk yang menggunakan roda. Biasanya untuk yang diangkat nilai ratingnya antara 1 - 10B:C dan untuk
yang menggunakan roda dari 10 - 20B:C, Tipe APAR ini berisi CO2 dibawah tekanan uapnya ( vapour
density) Lama penyemprotan sekitar 8-30 detik dengan jarak penyemprotan sekitar 3-8 feet atau 1-2.4
meter. Rating APAR dengan berat 2 Kg - 1B,1C & 10 Kg - 2B,2C.
3. Alat Pemadam Api Bubuk Kimia Kering, APAR ini tersedia dalam 2 jenis yaitu bertekanan (pressurized)
dan penekan (cartridge), APAR bertekanan (pressurized) didalamnya sudah diberi tekanan dengan
menggunakan gas yang berfungsi untuk menekan media pemadam agar keluar dari tabung, gas yang biasa
digunakan biasanya jenis nitrogen yang bersifat iner dan tidak merusak bahan sedangkan penekan
(cartridge) didalam tabung terdapat gas berisi CO2 bertekanan tinggi , dimana pada saat
dioperasikan gas dari tabung ini akan terbuka sehingga gas memasuki tabung dan menekan media
pemadam hingga keluar. Rating APAR Berat 0.5 Kg - 1B,C, 1 Kg - 2B,C , 2 Kg - 4B,C , 5 Kg - 7B,C, 15 Kg -
20B,C.
4. Alat Pemadam Api Busa, APAR ini ada 2 macam yaitu AFFF (Aqueous Film Forming Foam) dan Busa
Kimia. APAR AFFF berukuran 2.5 galon dengan kemampuan 3A:20B dan 33 galon dengan kemampuan
20A:160B. Media pemadam adalah campuran Aqueous Film Forming dengan air yang akan membentuk
busa mekanis bila disemprotkan melalui (nozzle).
Bagaimana Cara WELDING HABITAT:
1. Mengisolasi Area Kerja dengan memasang Ruangan Kedap Udara yang terbuat dari
bahan yang tidak mudah terbakar.
2. Menyediakan Positive Pressure (Tekanan Positive) di bagian dalam ruangan sehingga
tidak akan ada udara yang mengandung Gas Hydrocarbon yang bisa masuk kedalam area
pekerjaan panas (Misal Welding).

3. Cara memberikan Positive Pressure adalam menyedialan Inlet Blower dengan


memasukkan udara segar kedalam Ruangan Kerja dimana fungsinya adalah untuk
memberikan sirkulasi udara, meyakinkan ketersediaan OKSIGEN untuk pekerja
didalamnya, Mendorong Asap Pengelasan dll keluar dari Ruangan Kerja dan seperti
nomor 2 diatas yaitu untuk mencegah Gas Hydrocarbon masuk ke Ruangan Kerja.

4. Juga disediakan Outlet untuk membuang Gas dari dalam Chamber

5. Disediakan Manometer (Pressure Gauge) untuk mengecheck Tekanan Udara didalam


Ruangan Welding Habitat dan meyakinkan ada tekanan Positive Tadi.

6. Disediakan Gas Detector untuk mengecheck dan meyakinkan bahwa di dalam Ruangan
Welding habitat tersebut benar-benar Free dari Gas Hydrocarbon yang mudah terbakar
tadi.

Anda mungkin juga menyukai