Anda di halaman 1dari 7

29

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain cross sectional yaitu untuk mempelajari dinamika

kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, menggunakan pendekatan

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Penelitian dilakukan di Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2020.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemulung yang

tergabung sebagai anggota yang tergabung dalam satu kelompok pengepul yang

berjumlah 27 orang.

Sampel. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan total

sampling yaitu pengambilan sampel yang sama dengan jumlah populasi yang ada.

Total sampling digunakan karena jika jumlah populasi kurang dari 100 maka

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiyono, 2011).

Berdasarkan hal tersebut maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

27 orang. Untuk menentukan pekerja yang akan dijadikan sampel digunakan

teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana.

Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini adalah dengan

mengundi anggota populasi (lottery technique) atau teknik undian, dengan


30

memberi nomor pada setiap anggota populasi dan ditulis disepotong kertas kecil

lalu dimasukkan ke dalam kotak atau gelas yang diberi lubang kecil, setelah itu

kotak atau gelas dikocong dan diambil satu potong disetiap pengocokan, nomor

yang tertulis disepotong kertas yang jatuh terpilih sebagai sampel, dilakukan

sampai pengocokan ke-30.

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel penelitian. Variabel dalam penelitian ini yaitu :

Variabel independen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masa

kerja pada pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun Kecamatan

Medan Marelan.

Variabel dependen. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan

fungsi indra penciuman pada pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Defenisi operasional. Defenisi operasional dalam penelitian ini sebagai

berikut :

Masa Kerja. Masa kerja adalah waktu bekerja yang terhitung sejak

pertama kali mulai bekerja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Terjun sampai

tahun dilaksanakan penelitian dalam satuan tahun.

Penurunan fungsi indra penciuman. Penurunan fungsi indra penciuman

adalah penurunan kemampuan indera penghidu untuk mendeteksi bau dan pada

tahap lanjut dapat berupa hilangnya kemampuan untuk mencium bau. Penurunan

fungsi indera penciuman disebabkan oleh kerusakan pada syaraf olfaktori atau
31

reseptor bau sehingga bau yang diterima dari reseptor tidak sepenuuhnya

diteruskan ke otak (Tjokroprawiro A, 2016).

Tabel 1

Defenisi Operasional

Skala
Varibel Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Masa Kerja Lembar Identitas Median Ordinal
Penurunan fungsi Lembar 1. Skor 6> = Normosmia Ordinal
indera penciuman Pemeriksaan 2. Skor 6-5 = Hiposmia ringan
CCCRC 3. Skor 4-5 = Hiposmia sedang
4. Skor 2-3 = Hiposmia berat
5. Skor 2< = Anosmia

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yang

diperoleh dari pemeriksaan kemosensoris penghidu yaitu pemeriksaan dengan

menggunakan odoran tertentu untuk merangsang sistem penghidu yang dilakukan

kepada pemulung yang terpilih sebagai sampel. Pemeriksaan kemosensori yang

digunakan adalah tes The Connectitut Chemosensory Clinical Research Center

(CCCRC) (Effy, 2014).

Metode Pengukuran

Masa kerja. Masa kerja diukur dengan cara menanyakan kepada

responden mencatatnya di lembar pemeriksaan dan disajikan dalam bentuk

median

Penurunan fungsi indera penciuman. Penurunan fungsi indera

penciuman diukur melalui pemeriksaan kemosensoris menggunakan tes The

Connectitut Chemosensory Clinical Research Center (CCCRC) yang terdiri dari 2

bagian pemeriksaan yaitu tes ambang batas dan tes identifikasi. Tes CCCRC
32

menggunakan larutan butanol 4% dan diencerkan dengan aquades dengan

perbandingan 1:3, sehingga didapat 8 pengenceran dengan menggunakan odoran

kopi, coklat, vanila, bedak talk, sabun, oregano, dan napthalene. Nilai ambang dan

identifikasi dikalkulasikan dan dinilai sesuai skor CCCRC, (Toledano A, 2009)

Tes dimulai dari pengenceran terkecil, dan untuk menghindari bias pasien

disuruh menentukan mana yang berisi odoran tanpa perlu mengidentifikasikannya.

Ambang penghidu didapat bila jawaban betul 4 kali berturut-turut tanpa kesalahan.

Pemeriksaan dikerjakan bergantian pada hidung kiri dan kanan, dengan menutup

hidung kiri bila memeriksa hidung kanan atau sebaliknya. Kemudian dilakukan

tes identifikasi penghidu, dengan menggunakan odoran kopi, coklat, vanila, bedak

talk, sabun, oregano, dan napthalene.

Alat dan bahan. Alat dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini

ialah sebagai berikut.

Alat. Adapun alat yang digunakan dalam tes CCCRC yaitu:

1. Labu erlenmeyer 100 ml.

2. Botol tetes 30 ml

3. Spuit 10 ml

Bahan. Bahan yang dibutuhkan dalam tes CCCRC ini adalah larutan n-

butanol 4% dan Aquades. Dalam tes ini juga diperlukan larutan odoran berupa

odoran kopi, coklat, vanila, bedak talk, sabun, oregano, dan napthalene yang

merupakan bahan-bahan yang sering digunakan dalam masyarakat Indonesia.

(Effy, 2011).
33

Prosedur pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan dimulai dengan tes

ambang batas dan dilanjutkan dengan tes identifikasi. Adapun prosedur

pemeriksaannya adalah:

Tes ambang batas. Tes ambang batas menggunakan pengenceran n-

butanol dengan Aquades dan odoran tertentu. Larutan uji yang telah disiapkan lalu

disajikan dalam botol-botol tetes berkapasitas 30 ml yang mengandung 20 ml

larutan. Penutup botol memiliki alat tetes yang nantinya akan diletakkan dekat di

lubang hidung sebelah kiri dan dilanjutkan ke sebelah kanan. Ketika tes dilakukan,

peneliti akan meletakkan ujung alat tetes ke dekat lubang hidung yang ditentukan

dan responden mencium odoran yang telah diberikan. Pada setiap tes ambang

batas digunakan dua botol larutan uji, satu botol berisi larutan dengan odoran dan

satu botol tanpa odoran.

Pengujian dimulai dengan konsentrasi terendah. Responden menerima

botol dengan larutan odoran bersama dengan larutan tanpa odoran dan harus

memutuskan mana yang berbau lebih kuat. Pengujian dilakukan sampai pasien

dapat menjawab dengan benar sebanyak 4 kali berturut-turut dan ketika responden

menjawab salah maka langsung dilanjutkan dengan larutan yang konsentrasinya

lebih tinggi sampai pasien dapat menjawab dengan benar sebanyak empat kali

berturut-turut

Tes identifikasi. Responden menerima tes identifikasi setelah tes ambang

batas selesai dilakukan. Alat yang diperlukan adalah terdiri dari tujuh botol tetes

30 ml larutan odoran 4% n-butanol dan aquades dengan perbandingan 1:3. Odoran


34

yang akan dilarutkan adalah odoran yang familiar dengan masyarakat pada

umumnya. Odoran tersebut antara lain ialah: kopi, coklat, vanila, bedak talk,

sabun, oregano, dan napthalene. Ketujuh odoran disajikan dalam urutan tidak

teratur. Untuk membatasi rangsangan pada satu lubang hidung, responden

menutup lubang hidung yang tidak digunakan untuk tes.

Ketika disajikan satu odoran disajikan, peserta mencari namanya dari 20

daftar item yang ditempatkan pada lembar yang disedialkan oleh peneliti. Daftar

berisi nama-nama dari ketujuh odoran dan tiga belas odoran lain yang berfungsi

sebagai pengacau. Selain menyebutkan nama-nama odoran yang disediakan di

lembar, responden juga dapat menjawab dengan jawaban “tidak berbau” atau

“tidak tahu”. Peneliti memberikan umpan balik korektif setiap kali peserta

menunjukkan beberapa bukti berfungsi tetapi tetap melakukan kesalahan. Peneliti

juga menyajikan kembali odoran yang dijawab salah agar dicium kembali oleh

responden namun urutanya tidak teratur. Jawaban yang benar pada tes yang kedua

membatalkan kesalahan sebelumnya. Hal ini memungkinkan peserta untuk

memperbaiki kesalahan dan dengan demikian mengurangi kemungkinan

kesalahan kognitif. Dalam kasus seperti itu, percobaan pertama berfungsi sebagai

latihan saja (Toledano A, 2009)

Skor dari test yang dilaksanakan ditulis dalam lembar pemeriksaan

CCCRC. Selanjutnya nilai tes ambang batas dan nilai tes identifikasi

dikalkulasikan dan dinilai sesuai skor CCCRC.yaitu:

1. 6,0 – 7,0 = Normosmia (Normal)

2. 5,0 – 5,75 = Mild Hyposmia (Hiposmia ringan)


35

3. 4,0 – 4,75 = Moderate Hyposmia (Hiposmia sedang)

4. 2,0 – 2,75 = Severe Hyposmia (Hiposmia Berat)

5. 0 – 1,75 = Anosmia

Metode Analisis Data

Univariat. Analisa data variable dependen dan independen yang akan

ditampilkan dalam bentuk table distribusi frekuensi.

Bivariat. Analisa data yang dilakukan dengan melihat hubungan variable

dependen dan independen. Hasil dari penelitian diolah dengan perangkat

komputer menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Analisa

data dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan α (0,05). Ho

diterima jika p>α berarti tidak ada hubungan dan Ho ditolak jika p<α maka

terdapat hubungan.

Anda mungkin juga menyukai