Anda di halaman 1dari 10

http://kesehatan.kompasiana.

com/kejiwaan/2014/08/14/hari-remaja-
internasional-23-juta-remaja-mengalami-gangguan-mental-
emosiona-di-indonesia-668464.html

2,3 Juta Remaja Mengalami Gangguan Mental Emosiona

di Indonesia.

Masa remaja merupakan salah satu masa yang sangat penting dalam siklus hidup manusia
dimanaterjadi perubahan yang sangat dramatis baik perubahan fisik, seksual, psikologis maupun
mental. Remaja merupakan kelompok populasi yang besar yaitu 20 % dari Populasinya. Secara
fisik remaja relative sehat karena sudah tidak mudah menderita penyakit infeksi seperti masa
kanak-2 dulu dan belum terlalu berisiko mengalami penyakit degenerative seperti orang tua.
Meskipun demikian kelompok remaja sangat berisiko mengalami masalah kesehatan yang
berhubungan dengan perilaku, seperti masalah seksual, kesehatan reproduksi, merokok,
penyalahgunaan obat / narkoba, kekerasan dan kecelakaan. Menurut WHO, sepertiga masalah
kesehatan pada dewasa berhubungan dengan kondisi atau perilaku yang dialami pada masa
remaja sekitar 45% kasus baru HIV dialami kelompok usia 15-24 tahun. Setiap tahun sekitar 16
juta remaja putri melahirkan, yang merupakan 11 % dari totalkelahiran. Kehamilan dan
persalinan remaja akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian, baik pada ibu maupun
bayinya. Sekitar 20 % remaja akan mengalami gangguan mental seperti depresi, gangguan mood
dan substance abuse.

Itu kata WHO……!! BAGAIMANA KONDISI SEBENARNYA DI INDONESIA ???

Di dalam menggambarkan kondisi masalah kesehatan remaja di Indonesia, dilakukan


analisis sederhana yaitu Tren, deskripsi ataupun estimasi jumlah kasus / kejadian. Sumber data
diambil dari Dirjen P2PL Badan Narkotika Nasional (BNN), Riskesdas dan Pusdatin
Kementerian Kesehatan.

Sebenarnya cukup banyak aspek yang akan digambarkan namun dalam analisis di bawah,
akan dilakukan pada aspek penyakit HIV-Aids, Narkoba, KEK pada kehamilan, Kependekan dan
Kekurusan, Gangguan Mental Emosional.

a. TREN HIV-AIDS

Jumlah kejadian kasus HIV pada remaja usia 15 – 24 th dari tahun ke tahun cenderung
meningkat, sedangkan kasus AIDS ada kecenderungan menurun dan demikian pula dengan
kematian remaja akibat Aids. Seperti pada diagram di bawah.
Dari gambaran di atas terlihat bahwa peningkatan jumlah kasus HIV pada remaja meningkat
tajam pada tahun 2013, sedangkan kasus Aids menurun. Hal ini menunjukkan perlunya
peningkatan kewaspadaan terhadap PERILAKU remaja yang menjurus ke risiko tertular HIV,
dan adanya gambaran keberhasilan program pemberian ARV untuk memperpanjang masa
terjadinya Aids dari penderita tertular HIV, oleh karenanya dengan gerakan simultan
peningkatan kewaspadaan dini perilaku remaja dan pelayanan pemberian ARV akan dapat
mengurangi kejadian HIV-AIDS di Indonesia.

a. NARKOBA

Kejadian kasus Narkoba pada usia remaja, terlihat kecenderungan meningkat proporsinya
dari tahun ke tahun. Hal ini tergambar dari peningkatan persentase tersangka Narkoba yang
ditahan seperti di bawah ini.

Grafik di atas menunjukkan tren peningkatan tersangka narkoba pada usia remaja, dimana terjadi
peningkatan tajam pada tahun 2012 dari tahun 2011. Tentunya fenomena ini memberikan sinyal
kewaspadaan pada perilaku pergaulan remaja di Indonesia. Penggunaan narkoba sangat erat
kaitannya dengan kejadian kasus HIV-Aids.

a. Gangguan Mental Emisional (GME)

GME adalah identic dengan distress psikologik. Kondisi ini merupakan keadaan yang
mengindikasikan seseorang sedang mengalami perubahan psikologis. GME dapat dialami semua
orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula. Hanya saja bisa menjadi berlanjut
jika tidak ditangani secara serius. Hasil Riskesdas th 2013 mendapatkan GME pada usia Remaja
sebesar 5,6 %. Apabila pada tahun 2013 terdapat remaja usia 15-24 th sebanyak 42.612.927 jiwa,
maka secara absolut di Indonesia terdapat sekitar 2.386.323 jiwa remaja yang mengalami GME.
Sebuah jumlah yang cukup besar. Oleh karenanya menjadi tantangan yang cukup berat bagi
Pelayanan Kesehatan Remaja saat ini.
GME pada kelompok usia remaja per Provinsi dalam Riskesdas tidak dihitung, akan
tetapi jika di asumsikan angak Nasional 5,6 % GME tersebut merupakan rata-rata dan dapat
ditarik ke level provinsi, maka secara absolut jumlah remaja yang mengalami GME menurut
provinsinya seperti pada table di bawah.
No. Provinsi Jumlah Penduduk Estimasi Remaja
Remaja alami GME
1. Aceh 915.617 51.274
2 Sumatera Utara 2.449.366 137.164
3 Sumatera Barat 851.644 47.692
4 Riau 1.122.645 62.868
5 Jambi 903.134 50.575
6 Sumatera Selatan 1.472.699 82.471
7 Bengkulu 332.028 18.593
8 Lampung 1.388.738 77.769
9 Bangka Belitung 242.492 13.579
10 Kepulauan Riau 352.917 19.763
11 DKI Jakarta 1.901302 106.472
12 Jawa Barat 7.879.142 441.231
13 Jawa Tengah 5.105.739 285.921
14 DI Yogyakarta 598.078 33.492
15 Jawa Timur 5.902.446 330.536
16 Banten 2.220.831 124.366
17 Bali 604.216 33.836
18 Nusa Tenggara Barat 842.474 47.178
19 Nusa Tenggara Timur 822.604 46.065
20 Kalimantan Barat 814.879 45.633
21 Kalimantan Tengah 427.280 23.927
22 Kalimantan Selatan 690.906 38.690
23 Kalimantan Timur 693.913 38.859
24 Sulawesi Utara 372.232 20.844
25 Sulawesi Tengah 470.478 26.346
26 Sulawesi Selatan 1.464.060 81.987
27 Sulawesi Tenggara 436.930 24.468
28 Gorontalo 95.228 5.332
29 Sulawesi Barat 216.726 12.136
30 MALUKU 295.001 16.520
31 Maluku Utara 200.649 11.236
32 Papua Barat 241.125 13.503
33 Papua 625.144 35.008

Dari table di atas terlihat bahwa remaja yang mengalami GME secara absolut mulai dari 5 ribuan
hingga mencapai 400 an ribu. Seperti di Jawa Barat, Jawa Timur yang memang mempunyai
populasi yang besar.

a. HAMIL KONDISI KEK

Kekurangan Energi Kronis (KEK) sangat rawan pada remaja yang hamil. Ukuran KEK
dilakukan dengan menggunakan Lingkar Lengan Atas (Lila) dimana batasannya adalah kurang
dari23,5 cm. Gambaran di bawah adalah prevalensi KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) usia
15-59 tahun.
Diagram diatas menunjukkan bahwa keadaan KEK pada wanita hamil berusia remaja, jauh lebih
tinggi dibandingkan pada wanita usia diatasnya yaitu kelompok usia 25 tahun ke atas. Seperti
pada kelompok usia 15-19 th KEK pada bumil sebesar 38,5 % dan pada kelompok usia 20-24 th
bumil sebesar 30,1 %. Apabila dilihat secara absolut, maka dilakukan penghitungan dengan
pendekatan estimasi jumlah Bumil.

Pada tahun 2013, estimasi penduduk WUS (15-49 th) sebesar 68.133.634 orang, ibu
hamil sebanyak 5.212.568 orang. Penduduk wanita remaja usia 15-24 th sebesar 11.183.034
orang, sehingga secara estimasi diperkirakan remaja wanita usia 15-24 tahun yang hamil sekitar
21.183.034/ 68.133.634 * 5.212.568 adalah 1.620.609 orang.

Apabila pada kondisi KEK usia remaja sebesar 38,5 % , maka jumlah ibu hamil yang
KEK usia 15-19 th sebanyak= 0,385 * 1.620.609/2 = 311.967 ibu hamil. Sedangkan ibu hamil
yang KEK usia 20-24 th sebanyak : 0,301*1.620.609 = 243.901 ibu hamil.

a. Status Gizi “Pendek”

Prevalensi Gizi pada remaja terbagi dalam 2 kelompok umur yaitu kelompok usia 13 – 15
tahun dan kelompok usia 16 – 18 tahun. Secara Nasional prevalensi Status gizi PENDEK pada
kelompok usia 13-15 tahun sebesar 45,1 %. Sedangkan untuk kelompok usia 16-18tahun
proporsinya sebesar 31,4 %.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa prevalensi Status gizi PENDEK pada kelompok usia 13-
15 tahun terbanyak di Provinsi NTT (55,5%) sedangkan untuk kelompok usia 16-18 tahun
terbanyak di provinsi Gorontalo (49,7 %).

a. Status Gizi “KURUS”

Prevalensi Gizi pada remaja terbagi dalam 2 kelompok umur yaitu kelompok usia 13 – 15
tahun dan kelompok usia 16 – 18 tahun. Secara Nasional prevalensi Status gizi KURUS pada
kelompok usia 13-15 tahun sebesar 11,1 %. Sedangkan untuk kelompok usia 16-18tahun
proporsinya sebesar 9,4 %.
Gambaran diatas menunjukkan bahwa prevalensi Status gizi PENDEK pada kelompok usia 13-
15 tahun terbanyak di Provinsi NTT (55,5%) sedangkan untuk kelompok usia 16-18 tahun
terbanyak di provinsi Gorontalo (49,7 %).

PERLU DIRENUNGKAN…!!
Dengan memperhatikan situasi beberapa masalah kesehatan Remaja di atas, maka perlu
direnungkan mengenai beberapa hal, yaitu:

1. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2014, pasal 8 disebutkan: (1) setiap perempuan
berhak mendapatkan yankes ibu untuk mencapai hidup sehat dan mampu melahirkan generasi
yang sehat dan berkualitas serta mengurangi AKI (2) Yankes ibu dilakukan sedini mungkin
dimulai dari REMAJA sesuai perkembangan MENTAL dan FISIK. (4) Yankes Ibu sebagaimana
dimaksudkan dilaksanakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.

2. Di dalam PP tersebut juga menegaskan, dalam rangka menjamin kesehatan ibu, pasangan yang sah
mempunyai peran untuk meningkatkan kesehatan ibu secara optimal. Peran pasangan itu
meliputi, salah satunya: Mencegah infeksi menular seksual HIV dan AIDS.

3. Peraturan Mendagri No. 19 tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di
Posyandu, pasal 5 ayat 2 mengatakan pengintegrasian layanan social dasar di Posyandu meliputi,
salah satunya: Kesehatan reproduksi Remaja., yang melipti Penyuluhan, Konseling, Informasi
dan advocacy kespro remaja.

1. Salah satu indicator program kunci Kesehatan remaja adalah “Persentase Kab/Kota yang memiliki
minimal 4 Puskesmas yang mampu laksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja dengan
Target 2013 adalah 70 %, akan tetapi realisasinya mencapai: 81,69 %.

Dengan membandingkan apa yang semestinya dilakukan sesuai dengan payung peraturannya dan
kenyataan pelaksanaan program yang sudah sesuai dengan targetnya, AKAN TETAPI dampak
yang dihasilkan masih cukup tingginya dan besarnya permasalahan yang muncul di kelompok
remaja, seperti:

a. adanya 2,3 Juta Remaja mengalami GME

b. Tren penderita HIV remaja meningkat tajam.

c. Masih ada 200 an ribu hingga 300 an ribu Remaja Hamil dengan KEK

d. Tren Tersangka Narkoba remaja meningkat

e. Prevalensi Gizi PENDEK dan KURUS remaja masih cukup tinggi

Pertanyaan yang muncul ada

1. Alimul, A.H. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika
2. Alimul, A.H. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka
Cipta
4. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka
5. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
6. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
7. Prawirohardjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
8. Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM
9. Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Press
10. Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogyakarta : Fitramaya
11. Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika
12. Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis.
Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat
13. Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
14. Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogyakarta : Muha Medika
15. Anonym. 2011. Upah Minimum Regional (http://Informasi Upah Minimum Regional
(UMR) Jombang Tahun 2010,2011.com/)
16. Rochjati,Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : FK UNAIR
17. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Keidupan. Jogyakarta : Muha Medika

Badan pusat statistic:


http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=30&notab
=36

1995
Indikator Terpilih Perkotaan +
Perkotaan Pedesaan
Pedesaan
% dari Perempuan Usia Hamil yang
78,98 74,21 76,04
Ternutrisi dengan Baik

Anda mungkin juga menyukai