Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk kota Surabaya pada 2017 menurut Dinas Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya berjumlah 3.074.883 jiwa dengan pembagian laki – laki
sebanyak 1.534.438 jiwa dan perempuan 1.540.445 jiwa. Penduduk kota Surabaya
menghasilkan sisa buangan berupa sampah tercatat oleh Profil Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya berdasarkan data pada tahun 2012 dan 2013, volume sampah
yang dihasilkan warga Surabaya mencapai 1.100 ton. Namun memasuki tahun 2014, volume
sampah meningkat menjadi sekira 1.400 ton setiap harinya. Pada aktivitasnya penduduk kota
Surabaya tentu mengkonsumsi listrik, tercatat konsumsi listrik di Kota Surabaya dapat
dikategorikan menurut sektor pemakaian pada: rumah tangga, bisnis, industri, sosial, publik,
dan lainnya. Gambar 3.1 menunjukkan dapat dilihat konsumsi penggunaan energi listrik di
Kota Surabaya pada masing - masing sektor.

Gambar 1.1 Tenaga Listrik Terjual per Kelompok Tarif Tahun 2015

Sumber : PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur, 2015

Terlihat bahwa konsumsi energi listrik yang paling banyak digunakan adalah dari
sektor industri sebesar 35,25%. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyaknya industri yang
masih menggunakan energi listrik dalam proses produksinya. Setelah sektor industri,
konsumsi energi listrik yang paling banyak adalah sektor rumah tangga dan bisnis yang
masing - masing sebesar 33,15% dan 24,27%.
Pada tahun 2016 Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota
Surabaya telah melakukan kajian konversi energidengan melakukan analisis dan peninjauan
ulang tentang potensi energi baru terbarukan yag pernah dilakukan pada tahun 2012 oleh
Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Potensi energi terbarukan yang dianalisa meliputi
surya, potensi energi biomassa (sampah oganik, limbah manusia dan kotoran ternak), potensi
energi air limbah, potensi bioetanol dari sektor pertanian dan potensi biodiesel dari minyak
jelantah.

Potensi Pembangkit Listrik

Tabel 1.1

Sumber : Hasil Analisis dan Perhitungan Rumah Kompos Bratang 2016


Pada Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa reduksi sampah yang dapat dikurangi jika
diterapkan proses gasifikasi ini adalah ± 735 kg per hari. Selain itu total daya potensi energi
yang dihasilkan dari proses gasifikasi ini adalah sebesar ± 49.000 watt (setara dengan 588
kWh/hari atau setara dengan 214.620 kWh/tahun jika dimanfaatkan untuk penerangan selama
12 jam) dan daya yang dihasilkan tersebut dapat membantu mengurangi biaya energi listrik
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Akan tetapi juga perlu diketahui bahwa
pemanfaatan gasifikasi ini tidak berasal dari sampah organik melainkan sampah anorganik
yaitu plastik yang mengandung aluminium. Sampah - sampah anorganik ini berasal dari Depo
Sutorejo dan juga ditambah dengan ranting - ranting pohon yang ada di taman sekitar yang
tidak masuk dalam proses pengomposan.

Tenaga Alternatif Biomass

Sampah adalah material sisa suatu aktivitas yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatu proses. Pemanfaatan limbah sampah tidak hanya dapat dilakukan dengan cara
mendaur ulang sampah menjadi barang kerajinan ataupun barang jadi lainnya melainkan
dapat pula dengan memanfaatkannya sebagai sumber pembangkit listrik. Saat ini sudah
banyak pemanfaatan limbah biomassa atau sampah menjadi suatu pilihan sumber energi
alternatif.

Kota Surabaya sudah mempunyai pembangkit listrik yang berasal dari sampah di TPA
Benowo dan di UPTD Rumah Kompos Bratang dan juga Wonorejo. Analisis perhitungan untuk
besaran potensi energi biomassa yang berasal dari sampah ini akan dibagi menjadi 2 (dua)
bagian yaitu berdasarkan lokasi di UPTD Rumah Kompos yang tersebar di Kota Surabaya
dan di TPA Benowo.

TPA Benowo yang terletak di Kota Surabaya bagian Barat ini merupakan satu -
satunya Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang ada di Kota Surabaya. TPA Benowo juga
merupakan salah satu TPA yang terbesar di Indonesia. Sebelumnya sudah banyak literatur
dan penelitian yang menjelaskan bahwa sampah merupakan salah satu potensi energi baru
terbarukan yang cukup besar potensinya untuk dapat dapat dikembangkan khusunya di kota
- kota besar seperti Kota Surabaya.

Menurut informasi yang didapatkan bahwa TPA Benowo sudah mengembangkan


potensi sampah yang ada untuk dimanfaatkan menjadi energi melalui landfill gas dan
pengembangan proses gasifikasi yang akan segera diaplikasikan. Badan Lingkungan Hidup
Kota Surabaya juga sudah melakukan survei dan wawancara dengan pihak terkait (DKP Kota
Surabaya dan PT. Sumber Organik) di TPA Benowo secara langsung. Untuk hasil yang
didapatkan dapat diketahui bahwa listrik yang terjual ke PT. PLN (Persero) melalui landfill gas
adalah sebesar 1,65 MWh per jam.
Menurut data kajian 2016, diketahui bahwa rata - rata sampah yang masuk ke TPA
Benowo pada tahun 2015 adalah 1.477,65 Ton/hari. Jumlah ini diperkirakan meningkat dari
tahun ketahun seiring dengan pertambahan populasi dan peningkatan perekonomian dan
daya beli masyarakat. Presentase sampah organik di Kota Surabaya adalah sebesar 54,31
% (DKP Kota Surabaya, 2015).

a. Potensi Energi Biomassa dari Limbah Manusia

Pemanfaatan limbah manusia sebagai sumber energi dalam bentuk biogas dapat
menghasilkan gas metana melalui proses fermentasi, dimana gas metana yang dihasilkan
tersebut dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam memproduksi hidrogen dengan proses
reforming (perubahan bentuk molekul dari proses fermentasi sampai menjadi bahan bakar
Biogas), sehingga limbah manusia tersebut yang tadinya merupakan suatu bahan yang tidak
berharga dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dan tentu saja
penggunaannya akan mengurangi ketergantungan akan pemakaian minyak bumi. Dengan
estimasi jumlah di Kota Surabaya adalah sebanyak 2.958.391 jiwa orang (hasil kajian Tahun
2016) maka didapatkan potensi gas metana yang dihasilkan dari perhitungan adalah
2.085.882 m3 per tahun.

b. Potensi Energi Biomassa dari Kotoran Ternak

Indonesia dikenal dengan kekayaan sumber energi fosil yang sangat melimpah.
Namun meskipun sumber energi tersedia melimpah di Indonesia, secara perlahan cadangan
sumber energi tersebut akan habis. Salah satu energi alternatif yang dapat dimanfaatkan ini
adalah dari kotoran ternak. Kota Surabaya memiliki jumlah ternak yang cukup banyak. Hal ini
bisa dilihat dari data Dinas Pertanian Kota Surabaya Tahun 2015 bahwa hewan ternak
tersebut tersebar di beberapa wilayah bagian Kota Surabaya. Selain itu, Kota Surabaya juga
memiliki 2 (dua) Rumah Potong Hewan (RPH) yaitu di RPH Pegirian dan RPH Kedurus.
Kotoran - kotoran hewan ini jika dimanfaatkan secara maksimal akan menjadi sumber energi
alternatif yang cukup besar yaitu Biogas.

Rumus perhitungan untuk mengetahui potensi gas metana dari kotoran ternak ini
dapat menggunakan rumus dari IPCC 2006. Terdapat 2 (dua) rumus perhitungan untuk
mendapatkan gas metana dari kotoran ternak ini yaitu dari fermentasi enterik dan pengelolaan
kotoran ternak. Rumus dari fermentasi enterik ini akan digunakan untuk RPH Kota Surabaya
dan rumus dari pengelolaan kotoran ternak akan digunakan untuk jumlah ternak yang tersebar
di Kota Surabaya.
BAB II

LANDASAN TEORI

Pengertian Sampah

Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh
pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan
prosedur yang benar.(Panji Nugroho, 2013).

Penumpukan sampah disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah volume


sampah yang sangat besar sehingga malebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan
sampah akhir (TPA). Pengelolaan sampah yang terjadi selama ini dirasakan tidak memberikan
dampak positif kepada lingkungan, dan kuranganya dukungan kebijakan dari pemerintah.

http://eprints.polsri.ac.id/1636/3/BAB%202%20.pdf

Jenis dan Sumber Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Proses yang dimaksud adalah merupakan proses yang dilakukan oleh manusia, dalam proses –
proses alam tidak ada sampah, yang ada hanya produk – produk yang tak bergerak. Sampah
dapat berupa pada, cair, dan gas. Sampah yang berupa gas disebut emisi. Emisi biasa juga
dikaitkan dengan polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah banyak dihasilkan oleh aktivitas industry yang
kemudian dikenal dengan istilah limbah. Tidak hanya dari industry, limbah dapat pula dihasilkan
dari kegiatan pertambangan, manufaktur (proses pabrik), dan konsumsi. Hampir semua produk
industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira – kira mirip
dengan jumlah konsumsi.

Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dibagi atas enak yaitu sampah alam, manusia,
konsumsi, nuklir, industri, dan pertambangan. Namun, berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah
organic (dapat diurai atau degradable) dan sampah anorganik (tidak dapat diurai atau
undergradable).
Sampah alam yaitu sampah yang diproduksi di kehidupan liar. Munculnya sampah karena
adanya proses daur ulang yang bersifat alami, contohnya daun – daun kering di hutan yang kelak
akan terurai menjadi tanah. Di luar kehidupan liar, sampah – sampah ini dapat menjadi masalah,
misalnya daun – daun kering di lingkungan permukiman atau perkotaan.

Sampah manusia atau disebut juga human waste adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil – hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin (air seni). Sampah manusia
dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai sarana
perkembangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Salah satu perkembangan
utama pada dialektika manusia adalah pengurangan penularan penyakit melalui sampah
manusia dengan cara hidup yang sehat dengan lingkungan atau sanitasi yang bersih. Sampah
manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.

Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia sebagai pengguna
barang, dengan kata lain sampah konsumsi adalah sampah yang sengaja dibuang oleh manusia
ke tempat sampah. Ini adalah jenis sampah yang umum dikenal oleh manusia. Meskipun
demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah – sampah
yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

Sampah yang sangat berbahaya adalah sampah atau limbah radioaktif yang berasal dari
Sampah nuklir. Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang menghasilkan
uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga manusia. Karena
itu, sampah nuklir disimpan tempat – tempat yang jauh dari sentuhan dan aktivitas manusia
seperti di bekas tambang garam dan dasar laut.

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121-
BAGJA_WALUYA/Pengelolaan_Lingkungan_Hidup_untuk_Tk_SMA/BAB_6_PENGELOLAAN_
SAMPAH.pdf

Golongan Sampah

Penggolongan tersebut di atas lebih lanjut dapat dikelompokkan berdasarkan cara penanganan
dan pengolahannya, yaitu :

- Komponen mudah membusuk (putrescible): sampah rumah tangga, sayuran, buah-buahan,


kotoran binatang, bangkai, dan lain-lain
- Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible): kayu, kertas, kain plastik,
karet, kulit dan lain-lain

- Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible): logam, mineral, dan lain-
lain

- Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible)

- Komponen bervolume kecil dan sulit terbakar (small noncombustible)

- Wadah bekas: botol, drum dan lain-lain

- Tabung bertekanan/gas

- Serbuk dan abu: organik (misal pestisida), logam metalik, non metalik, bahan amunisi dsb

- Lumpur, baik organik maupun non organik

- Puing bangunan

- Kendaraan tak terpakai

- Sampah radioaktif.

http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/diktatsampah-2010-bag-1-3.pdf

Konsep Pemanfaatan Sampah

Secara umum, konsep pemanfaatan sampah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: konsep
pemanfaatan kembali (recycle), penggunaan kembali materi (re-use) dan pemulihan energi
(energi recovery) yang terkandung dalam sampah.

1. Reuse (Menggunakan ulang)


Reuse diartikan sebagai upaya memperpanjang penggunaan suatu produk baik
dalam bentuk semula maupun bentuk yang sudah dimodifikasi. Reuse dapat dilakukan
dengan cara memperbaiki produk yang sudah rusak atau habis masa pakainya, misal
vulkanisir ban. Reuse juga dapat dilakukan dengan menggunakan kemasan suatu produk
untuk digunakan menjadi kemasan produk lain, misalnya botol air mineral yang dipakai
untuk menjadi botol cat. Pelaksanaan reuse tidak mengembalikan produk tersebut ke
industri. Upaya reuse lebih dekat pada upaya mengurangi jumlah sampah.
2. Recycle (Daur ulang)
Sampah yang tidak dapat dipakai lagi mulai masuk ke aliran pengelolaan sampah.
Beberapa jenis sampah seperti plastik dan kertas, dengan suatu teknologi tertentu, dapat
dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku suatu produk. Proses yang mengubah
sampah tersebut menjadi bahan baku industri lain disebut recycle atau daur ulang.
Aktivitas industri recycle terdiri dari 5 kesatuan usaha yang bekerja secara serempak
untuk menghasilkan material daur ulang yang siap menjadi bahan baku kegiatan industri.
Kesatuan usaha tersebut adalah:
a. Pengumpulan dan transportasi: usaha atau kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan dan mengangkut sampah dari berbagai sumber sampah.
b. Material Recovery Facility (MRF): usaha ini adalah suatu bentuk usaha yang
menyediakan fasilitas khusus yang didesain untuk menerima, memisahkan dan
memproses sampah menjadi bahan baku suatu kegiatan industri.
c. Konsolidator dan depot: kegiatan ini berfungsi seperti MRF namun pada
konsolidator tidak terdapat kegiatan pemilahan.
d. Broker material (pengumpul): adalah jenis usaha dengan aktivitas utama membeli
produk usaha daur ulang, khususnya dari MRF dan Konsolidator dan menjualnya
ke industri yang memanfaatkan hasil industri daur ulang tersebut sebagai bahan
baku.
e. Fasilitas pemrosesan: adalah industri penghasil barang-barang yang berbahan
baku dari produk-produk daur ulang
3. Recovery (Pemulihan kembali)
Recovery material atau energi dapat dilakukan melalui berbagai bentuk. Secara
prinsip recycle dan recovery mempunyai kesamaan yaitu mengembalikan kembali
material ke suatu industri sedangkan perbedaannya adalah recycle memerlukan
pemisahan material yang akan didaur ulang dari sampah, sedangkan recovery tidak
memerlukan upaya pemisahan tersebut. Salah satu bentuk konsep recovery adalah
pemanfaatan sampah menjadi energi.
Sampah mengandung material organik dan material anorganik. Energi yang
terkandung dalam fraksi organik dapat dipulihkan melalui suatu pengelolaan yang terpola.
Pemulihan energi dari sampah juga menghasilkan beberapa keuntungan :
a. Kuantitas total dari sampah dapat dikurangi sebanyak 60%-90% tergantung dari
komposisi sampah dan teknologi yang digunakan.
b. Kebutuhan lahan, yang biasanya sukar didapatkan di perkotaan, dapat dikurangi.
c. Biaya transportasi dapat dikurangi secara proporsional.
d. Pencemaran lingkungan berkurang.
Energi dapat dipulihkan dari fraksi organik sampah (biodegradable dan non
biodegradable) melalui dua metoda berikut:
a. Konversi Termokimia: Proses ini melalui dekomposisi material organik secara
termal untuk memproduksi energi panas dan gas.
b. Konversi biokimia : proses ini didasarkan kepada dekomposisi enzimatik dari
material organik oleh aktivitas mikrobiologi untuk memproduksi gas metan atau
alkohol.
Proses konversi termokimia digunakan untuk sampah yang memiliki persentasi
material organik non biodegradable yang tinggi serta kadar air yang rendah. Teknologi
penting yang termasuk dalam kategori ini adalah: insinerasi dan pirolisis/gasifikasi.
Adapun konversi biokimia dipilih untuk sampah yang memiliki persentase material organik
biodegradable yang tinggi dan kadar air tinggi. Teknologi utama kategori ini adalah
anaerobic digestion atau sering juga disebut biometanisasi.
Parameter utama yang menentukan potensi pemulihan energi dari sampah,
termasuk sampah kota, adalah jumlah/ kuantitas sampah dan karakteristik fisik kimia
(kualitas) sampah. Energi aktual yang dihasilkan akan tergantung dari pengolahan
spesifik dan karakteristik yang berkaitan dengan parameter utama diatas. Karakteristik
fisik dimaksud adalah ukuran (size of constituents), kepadatan (density) dan kadar air.
Semakin kecil ukuran sampah akan mempercepat penguraian sampah tersebut. Sampah
dengan kepadatan tinggi mereflesikan kadar organik biodegradable dan kadar air yang
tinggi. Disisi lain kepadatan yang rendah menunjukkan proporsi kehadiran plastik, kertas
dan bahan mudah terbakar lainnya. Kadar air tinggi mengakibatkan fraksi sampah
biodegradable lebih cepat terurai dibandingkan dalam kondisi kering. Hal ini menunjukkan
pula bahwa sampah dengan kadar air yang tinggi tidak cukup layak untuk konversi
termokimia seperti insenerasi dan pirolisis.

http://repository.unpas.ac.id/28369/2/jurnal-p3tkebt.pdf

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)

PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) merupakan pembangkit yang dapat


membangkitkan tenaga listrik dengan memanfaatkan sampah sebagai bahan utamanya, baik
dengan sampah organik maupun anorganik. Mekanisme pembangkitan dapat dilakukan dengan
metode secara pembakaran (thermal) dan secara biologis yaitu dengan cara landfill gastification.

Metode Landfill Gastification

PLTSa Landfill Gastification adalah PLTSa yang memanfaatkan gas metana (CH4) yang
diperoleh dari hasil dekomposisi sampah organik pada landfill area yang telah disediakan.
Teknologi ini merupakan teknologi secara biologis dan tidak menggunakan mekanisme
pembakaran.

Teknologi landfill gas untuk pembangkitan tenaga llistrik merupakan teknologi yang
berwawasan lingkungan dan dapat memperbaiki struktur dan mereklamasi lahan TPA yang telah
digunakan.

Kandungan gas metana (CH4) yang dihasilkan melalui mekanisme pengelolaan sampah
organik dengan sistem landfill gastification adalah;

Gambar 2.1 Proses Landfill Gastification


Metode Thermal

Proses kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Sampah diturunkan kadar airnya dengan cara ditiriskan di dalam ruang hampa udara
selama kurang lebih lima hari.
2. Setelah kadar air tersisa ±45% sampah akan dimasukkan ke dalam tungku
pembakaran untuk dibakar pada suhu 850”C-900”C. Panas dari
hasil pembakaran ini akan memanaskan boiler dan mengubah air dalam boiler
menjadi uap.
3. Uap yang tercipta akan disalurkan ke turbin uap sehingga turbin akan berputar.
Karena turbin dihubungkan dengan generator maka ketika
turbin berputar generator juga akan berputar.
4. Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang nantinya akan
disalurkan ke jaringan listrik milik PLN sementara uap yang melewati turbin akan
kehilangan panas dan disalurkan ke boiler kembali untuk dipanaskan, demikian
seterusnya.

Gambar 2.2 Proses Perubahan Sampah Menjadi Energi dengan Metode Thermal

https://www.academia.edu/11101387/Pembangkit_Listrik_Tenaga_Sampah?auto=download
DAFTAR PUSTAKA (Pendahuluan)

https://surabayakota.bps.go.id/publication/2018/08/21/35de76f19338e3ecd445b838/kota-
surabaya-dalam-angka-2018.html

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp58b6f8df08full.pdf

http://lh.surabaya.go.id/fileupload/ebook/roadmap%20gabung.pdf

Anda mungkin juga menyukai