Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga dalam rangka
melengkapi salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat/golongan sebagai Pegawai Negeri Sipil penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah dengan judul “PENGARUH 0RAL HYGIENE DENGAN NACL 0,9 % TERHADAP PENURUNAN STADIUM MUKOSITIS
PADA PASIEN KANKER STADIUM III, IV PRO KEMORADIASI DI RSUP PERSAHABATAN TAHUN 2018”.
Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh karena itu penulis
mengharapkan saran sumbangsih kritik yang bersifat membangun dari semua pihak terutama pembaca sekalian demi
kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, arahan, petunjuk dan dukungan dari semua pihak yang
terkait. Oleh sebab itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada semua yang terkait yang telah membantu penulis menulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata penulis menghaturkan do’a semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada semua pihak
yang telah membantu dan memberikan jasanya kepada penulis. Harapan penulis semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan sebagai salah satu persyaratan kenaikan pangkat/golongan Pegawai Negeri Sipil.
Penulis,
O. Rohanah Skep.Ner
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR SKEMA viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ABSTRAK xi
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 RumusanMasalah 4
1.3 TujuanPenelitian 5
1.4 ManfaatPenelitian 6
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Skema 2.1KerangkaTeori 27
Skema 3.1 KerangkaKonsepPenelitian 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Mulut 13
Gambar 2.2Patofisiologis Mucositis 15
Gambar 2.3GradeMucositis 17
DAFTAR LAMPIRAN
FACULTY OF NURSING
AMINAH 2016727051
Title : effect of Oral Hygiene with nacl 0,9 % to Changes Mucositis Stage
in Cancer Stage III,IV with Chemoradiation at Persahabatan Hospital in 2018.
ABSTRACT
MUHAMMADIYAH JAKARTA
AMINAH 2016727051
ABSTRAK
Mukositis sebagai efek samping dari pemberian kemoradiasi yang merupakan respon
peradangan sel efitel mukosa meliputi peradangan mulut, esofagus, dan saluran
pencernaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana pengaruh oral
hygiene NaCl 0,9 % terhadap penurunan stadium mukositis pada pasien kanker stadium
III dan IV pro kemoradiasi. Metode penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen dengan
one group desaign pre test dan post test untuk mengidentifikasi respon oral hygiene
dengan Nacl 0,9% terhadap penurunan stadium mukositis. Hasil penelitan pada 16 sample
yang diambil secara Purpossive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi,
didapatkan ada pengaruh yang signifikan terhadap penurunan stadium mukositis
sebelum dan sesudah oral hygiene dengan larutan NaCl 0,9%, dengan hasil P Value
0.0005. Perbandingan perbedaan proposi stadium mukositis dapat diidentifikasi yaitu dari
hari pertama pre intervensi (T1) dengan hasil Mean 2.56, sedangkan post intervensi hari
ke enam ( T2) dengan hasil Mean 0.69, disimpulkan oral hygiene dengan larutan NaCl 0,9
% secara uji statistik dapat menurunkan stadium mukositis dengan proporsi penurunan
stadium mukositis yang cukup signifikan. Disarankan pula secara ekonomis larutan NaCl
0,9 % dapat digunakan untuk oral hygiene pasien kanker denganmukositis.
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit dimana sel – sel membelah secara abnormal
tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya ( National Cancer Institute,
2009). Kejadian kasus kanker ini di seluruh dunia terus mengalami peningkatan
yang signifikan hal ini dapat dilihat dari prevalensi kanker di seluruh dunia pada tahun 2002
terdata 4,2 juta kasus, pada tahun 2008 terdapat peningkatan kasus kanker menjadi 12,7
juta kasus dan pada tahun 2012 tercatat 14,1 juta kasus kanker baru, dengan 8,2 juta
kematian akibat kanker dan 32,6 juta orang yang hidup dengan kanker (World Health
Organization, 2014). Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
prevalensi penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi yaitu 1,4 per 1000 penduduk
dengan jenis kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara, yang selanjutnya
Banyak alternatif modalitas yang diberikan sebagai terapi kanker yang berkembang saat
ini, salah satunya dengan kemoradiasi (chemoradiosensitizer). Lebih dari 50 % kasus klien
yang telah di diagnosis kanker akan menjalani tindakan kemoradioterapi (Seith, 2011).
Menurut data rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan tahun 2017 bulan
September sampai dengan November tercatat pasien kanker yang menjalani kemoterapi
Sejak era 1970-an kemoradioterapi kanker telah beranjak dari sifat paliatif menuju terapi
kuratif. Hingga saat ini, sekitar 10-15 % dari seluruh klien kanker sembuh
dengan
kemoradioterapi (Desen, 2008; Bertram, 2011). Namun, semua Obat Anti Kanker (OAK)
maupun terapi sinar bersifat mengganggu sel normal (Otto, 2005). Berbeda dengan terapi
dan lokal, sehingga cenderung memiliki potensi efek samping yang lebih luas. Oleh karena
itu penatalaksanaannya sangat berbeda dengan terapi lainnya, karena sifat toksik dan
Efek samping yang mungkin timbul dari penatalaksanaan kemoradioterapi dapat secara
akut sebelum dan selama pelaksanaan kemoradiasi, dan juga dapat terjadi secara kronis
dan menetap setelah penatalaksanaan. Beberapa efek samping yang sering terjadi secara
akut dari proses pengobatan kanker, satu diantaranya adalah mukositis oral (Popa, 2008).
Terjadinya mukositis pada pasien kanker pro kemoradasi adalah karena efek dari obat
kemoradiasi sendiri yang merusak tidak hanya sel kanker tetapi juga merusak sel sehat
terutama lapisan tubuh yang paling halus seperti mulut. Sel endotel, jaringan ikat terpapar
mulut. Hal ini dapat menghambat pembelahan sel pada epitel mukosa yang pada
akhirnya menurunkan onset epitel dan pembaruan dan memicu terbentuknya ulcer pada
Mukositis adalah istilah dalam bidang kesehatan yang digunakan untuk merujuk pada
keluhan mulut yang berkisar pada sensasi nyeri dan kemerahan serta ulserasi mukosa
yang cukup parah dan berdampak pada gangguan pola makan dan minum. Insiden
mukositis bervariasi berdasarkan jenis kanker dan modalitas yang digunakan untuk
oral mukositis akibat kemoradiasi mencapai 30% – 75% dalam setiap siklusnya. Angka
kejadian mukositis pada perempuan 60% dan pada laki-laki 40% (Vokurka, 2005).
Menurut rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan bulan Januari tahun
2018 mencatat angka kejadian mukositis pada pasien kanker pro kemoradiasi mencapai
60% dari total 100% pasien kemoradiasi yang artinya dari 150 pasien dibulan Januari
2018, sebanyak 90 pasien mengalami mukositis. Dari total 90 Pasien kanker pro
Mukositis harus segera ditangani, karena hal ini akan berpengaruh terhadap asupan
nutrisi pasien (Japardi, 2009). Mukositis mempengaruhi aspek fisik dan psikososial pada
klien kanker yang sedang menjalani kemoradioterapi. Sensasi nyeri yang hebat,
kurangnya nafsu makan, mual dan muntah, ketidakmampuan untuk bicara dengan
nyaman, infeksi sekunder, penurunan berat badan serta sulit tidur mempengaruhi
kualitas hidup klien (Cawley & Benson, 2007). Kondisi tersebut berdampak pada
kegagalan terapi dan beban ekonomi, pasien jatuh dalam keadaan depresi, bahkan bisa
berujung pada kematian. Upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi mukositis pada
pasien kemoradiasi, yaitu dengan menjaga kebersihan mulut pasien dengan benar dan
melakukan tindakan oral hygiene dengan menggunakan larutan normal saline (NaCl
Tatalaksana yang selama ini diberikan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan adalah
pemberian minozep yang mengandung chlorhexidine 0,12 %. Obat ini diberikan sesaat
setelah klien mengalami mukositis namun pada hasilnya belum terlalu efektif mencegah
Melihat kecenderungan belum terlalu efektifnya tata laksana dengan anti bakterisid
hygiene dengan menggunakan agen NaCl 0,9% secara mandiri tanpa melibatkan tata
laksana yang lain. Cairan NaCl 0,9 % seperti diketahui tidak mengandung bakteriostatik
dan agen mikroba. Irigasi NaCl 0,9% secara umum diakui kompatibel dengan organ
jaringan dan organ tubuh serta dapat mengekstrak air dari sel bakteri yang bersifat
patogen, yang menyebabkan kerusakan pada struktur sel bakteri tersebut (Purba,
2010). Upaya ini dapat membantu flora oral patogenik dan menurunkan resiko timbulnya
1.2 RumusanMasalah
Mukositis merupakan respon peradangan sel epitel mukosa meliputi peradangan mulut
(stomatitis), esofagus, dan saluran pencernaan. Mukositis juga merupakan efek samping
dari pemberian kemoterapi dan radioterapi pada pasien kanker stadium III, IV. Berbagai
yang maksimal dalam proses penyembuhannya yang ditandai dengan lambatnya proses
perbaikan kondisi mukositis. Hal ini telah menimbulkan keingintahuan dari peneliti untuk
melakukan penelitian tentang oral hygiene dengan NaCl 0,9 % secara mandiri terhadap
penurunan stadium muskositis pada pasien kanker stadium III,IV pro kemoradiasi di RSUP
Persahabatan tahun2018?.
1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 Tujuanumum
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahui adanya pengaruh oral hygiene dengan
NaCl 0,9% terhadap penurunan stadium mukositis pada pasien kanker stadium
1.3.2 Tujuankhusus
tahun2018.
oral hygiene dengan NaCl 0,9% pada pasien kanker stadium III & IV pro
hygiene NaCl 0,9% pada pasien kanker stadium III & IV pro kemoradiasi
di RSUP Persahabatantahun2018.
hygiene NaCl 0,9% pada pasien kanker stadium III & IV pro kemoradiasi
di RSUP Persahabatantahun2018.
1.4 ManfaatPenelitian
1.4.1 Instansipelayanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan tehnik inovatif untuk perawat dalam
melakukan oral hygiene pasien kanker yang mengalami mukositis akibat efek
dalam membuat standar operasional prosedur oral hygiene pada pasien kanker
1.4.2 Manfaatkeilmuan
gambaran dan informasi tentang pengaruh oral hygiene NaCl 0,9 % terhadap
penurunan stadium mukositis pada pasien dengan kanker stadium III,IV pro
kemoradiasi.
1.4.3 ManfaatMetodologi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta dapat
PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan membahas konsep teori terkait judul penelitian, antara lain penyakit
2.1.1 Definisi
Kanker dalam bahasa medis biasa disebut karsinoma yaitu sekelompok penyakit
yang ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol
Kanker juga didefinisikan sebagai pertumbuhan jaringan baru yang bersifat ganas
dengan masa abnormal, tidak berfungsi normal, dan motilitas abnormal atau
disebut dengan neoplasma maligna (Otto, 2005). Sel-sel abnormal yang tumbuh
secara cepat dan tidak terkendali tersebut, kemudian dapat menyerang pada
bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut sebagai
Menurut National Cancer Institute (NCI) tahun 2011 kanker adalah istilah yang
digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan
mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari
terus menerus tidak terbatas dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan
Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kanker adalah
pertumbuhan sel yang abnormal dimana tidak terjadi proses apoptosis dan
melakukan perkembangan diluar kontrol sehingga merusak fungsi dan struktur dari
normalitas sel.
2.1.2 Etiologi
Terbentuknya sel kanker diawali dengan terjadinya kerusakan DNA akibat interaksi
faktor genetik dengan agen perusak. Menurut Price dan Wilson (2016), ACS
(2013a), dan WHO (2014), yang dimaksud dengan agen perusak tersebut yaitu
sebagai berikut:
a. Karsinogen fisik, seperti radiasi yang bersifat mutagenik dari ultraviolet, sinar- X,
c. Karsinogen biologis, seperti infeksi kronis dari jenis Human Papilloma Virus
(HPV), hepatitis B virus (HBV), Hepatitis C virus (HCV), bakteri, dan parasit
lainnya.
2.1.3 Staging selkanker
atau penyebaran kanker pada saat diagnosis. Staging yang tetap sangat penting
dalam menentukan pilihan terapi dan dalam menilai prognosis. Sebuah staging
kanker didasarkan pada ukuran atau luasnya (primer utama) tumor dan ada tidaknya
penyebaran kekelenjar getah bening terdekat atau area lain dari tubuh. Sejumlah
sistem staging yang berbeda digunakan untuk mengklasifikasikan kanker. Jika sel-
sel kanker yang hadir hanya pada lapisan sel yakni sel kanker dikembangkan dan
Salah satu gambaran stadium adalah dengan menggunakan TNM sistem yang
bening atau lymph nodes (N) disekitar tumor, dan apakah sudah menyebar kepada
organ organ tubuh lainnya (M). Stadium dalam TNM system terdiri dari clinical
stage sebelum pengambilan jaringan dan pathologic stage sesudah operasi. Pada
stadium III, kanker sudah berkembang, tergantung jenis kanker dan stadium
2.2 Kemoradiasi
2.2.1 Definisi
merupakan salah satu tehnik penghancuran sel kanker dengan cara penyinaran
Terapi kombinasi ini ditujukan sebagai terapi kuratif dan digunakan secara
jaringan organ yang sehat. Perawatan kombinasi ini juga dimaksudkan untuk
kanker yang tidak terlihat. Terapi ini sering diberikan setelah pembedahan untuk
Cara kerja kemoradiasi yaitu dengan merusak sel kanker dengan cara
operasi ataupun dapat berdiri sendiri tanpa operasi (Aditia Pratama, 2015).
Jenis terapi radiasi dalam terapi modalitas kemoradiasi menurut Fatimah, 2017
antara lain :
a. Radiasi eksternal : adalah suatu jenis radiasi dimana sumber radiasi terletak
diluar tubuh dan mempunyai jarak tertentu dari target / area penyinaran.
Radiasi eksternal diberikan setiap hari (Senin s/d Jumat) selama 2 atau 8minggu.
denganmeminimalkanefekradiasipadajaringannormal.Umumnyadigunak an
pada kanker ginekologi, payudara, bronkus, tumor kepala dan leher, tumor
otak, prostat.
masalah psikhologis)
d. Kesulitanmenelan
e. Mukositis
f. Xerostomia
g. Diare
h. Cystitis
i. Supresi sumsumtulang
c. Kualitashidup
d. Ketersediaan sumberkomunitas
e. Follow uprutin
2.3 Mukositis
Menurut Otto, (2005) dijelaskan tentang anatomi fisiologi membran mukosa sebagai
berikut:
Mukosa oral terdiri dari tiga lapisan yaitu : lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan
dalam. Pembentuk lapisan luar adalah sel epitel skuamosa, sedangkan lapisan
tengah terdiri dari lamina propia, fibrous yang berisi pembuluh darah, nervus dan
Lamina propia dan sel epitel dipisahkan oleh membran basal. Membran basal
berdiferensiasi menjadi berbagai sel epitel skuamosa. Sel-sel ini memiliki masa
hidup diperkirakan 3 sampai 5 hari. Sel epitel skuamosa pada mukosa oral akan
lebih lama akan mengakibatkan ulserasi, sehingga fungsi membran mukosa sebagai
mulut yang normal terdapat juga flora normal yaitu bakteri gram positif, bakteri
2.3.2 Definisi
Mukositis didefinisikan peradangan dan ulserasi oral mukosa dan sub mukosa yang
biasanya terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi untuk kanker (Sonis,
2007).
Tomlinson dan Kline (dalam Isselbachr et al, 2014), mukositis adalah proses
inflamasi pada oral. Mukositis adalah peradangan mukosa mulut dan merupakan
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa mukositis oral adalah
keadaan yang menyebabkan rasa sakit, peradangan atau ulserasi pada lapisan
mulut, yang bisa menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Ulser-ulser ini dapat
menyebar dan berdarah. Rasa sakit yang lebih parah lagi dapat menyebabkan
Efek dari sitotoksik kemoterapi dan paparan lokal dari radiasi dapat mengiritasi
lapisan mukosa yang paling tipis dalam tubuh salah satunya rongga mulut (Otto,
2005).
2.3.4 Manifestasiklinis
Sebagai akibat dari kematian sel dalam reaksi kemoterapi atau radioterapi, lapisan
mucosal mulut manjadi tipis, mudah mengelupas dan kemudian manjadi merah,
meradang dan terbentuk ulser. Ulser tersebut dilapisi oleh suatu gumpalan fibrin
merah disekelilingnya. Ulser ini berukuran 0,5 cm sampai lebih dari 4 cm. Mucositis
banyaknya jaringan yang rusak. Pederita ini sering digambarkan sebagai suatu
sensasi nyala yang disertai dengan kemerahan. Karena rasa nyeri tersebut,
mulut.
permukaan lidah
d. Ulcerative oral mucositis lesions pada labial mukosa and dasar mulut
(Firmana, 2017).
2.3.5 Patofisiologi mukositis
Gambar 2.2
Patofisiologi Mukositis (Sumber : google.com)
Patofisiologi mukositis tidak dijelaskan secara lengkap, tetapi dapat dibagi menjadi
dua, yaitu mukositis langsung dan mukositis tidak langsung (Tomlinson & Kline,
2010). Mukositis langsung terjadi pada sel-sel epitel mukosa mulut yang
Lapisan mukosa rongga mulut yang diyakini sebelumnya akan sangat rentan
perawatan unuk kanker tidak dapat membedakan antara sel-sel sehat dan sel
kanker. Kemoterapi juga biasanya menyebabkan pembelahan pada sel seperti sel
mukosa
mulut dan tenggorokan, sehingga sel menjadi rusak selama pengobatan (Sonis,
2007).
Mukositis terbagi menjadi 4 fase, yaitu fase inflamasi, fase epitel, fase ulserasi,
dan fase penyembuhan. Fase yang pertama adalah fase inflamasi, pada fase ini sel
epitel, endothelial dan jaringan konektif dalam mukosa mulut terkena radikal
interleukin IB, prstglandin, dan faktor nekrosis tumor (TNF). Mediator inflamasi ini
2010).
Pada fase kedua atau fase epitel terjadi penghambatan pembelahan sel epitel pada
mukosa mulut, menyebabkan sel-sel epitel berkurang dan tidak segera diganti oleh
sel epitel yang baru, hal ini menyebabkan terjadinya kerusakan epitel, epitel
menjadi atropi dan terjadi eritema, karena peningkatan vaskularisasi. Pada fase ini
pasien mengalami kesulitan bicara dan menelan, dan ketika mengunyah makanan
mikroba pada permukaan mukosa yang rusak (Sonis, 2007). Pada fase ini luka pada
mukosa menembus epitel sampai lapisan sub mukosa yang menyebabkan rasa
epitel yang baru. Fase ini biasanya terjadi pada hari ke 12 – 16, tetapi tergantung oleh
beberapa faktor yaitu tingkat proliferasi epitel, pembentukan kembali flora normal,
tidak adanya faktor yang mengganggu penyembuhan luka, infeksi dan iritasi mekanis
(Sonis,2007).
Tabel 2.1.
Skala Mukositis World Health Organization (WHO)
Grade Deskripsi
0 Tidak ada perubahan
1 Iritasi mukosa mulut, nyeri, tidak ada ulserasi terbuka, pasien bisa makan dengan
diet normal
2 Eritema (kemerahan), ulser, bisa makan padat
3 Ulser, pasien sangat sensitif saat menelan makanan padat,
membutuhkan makanancair
4 Ulser yang parah, pasien tidak mampu menelan, tidak dianjurkan asupan oral,
diperlukan nutrisi parenteral atau tubefeeding
Gambar 2.3
Grade Mucositis (Sumber : google.com)
2.3.7 Faktor resiko
3) Merokok
4) Alkohol
5) Perawatan kankersebelumnya
6) Fungsi ginjalbiasa
2.3.8 Komplikasi
Adanya rasa sakit atau ulserasi dapat terinfeksi oleh virus, bakteri atau jamur rasa
sakit berlebih dan hilangnya persepsi rasa akan semakin menyulitkan saat makan,
sehingga mengakibatkan turunnya berat badan. Ulserasi merupakan lokasi yang
terinfeksi secara lokal dan dapat sebagai pintu gerbang masuknya mikroorganisme
lain dalam rongga mulut, dalam beberapa kejadian, dapat menyebabkan keracunan
kejadian tersebut dapat berkembang manjadi mukositis oral yang lebih parah lagi
jika tidak ada pembatasan dosis sehingga perawatan kanker pada pasien harus
dimodifikasi. Apabila masalah mukositis ini dibiarkan terus terjadi dan tidak segera
dosis obat, defisiensi nutrisi, dan morbiditas yang signifikan (Scardina, 2010).
Tabel 2.2.
Daftar Agen Kemoterapi yang Berisiko Tinggi Menyebabkan Efek Samping Mukositis
2.3.10 Penatalaksanaanmukositis
inflamasi, anti jamur, maupun obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri yang
ditimbulkan oleh muositis, atau dapat juga diberikan terapi obat- obatan yang dapat
Obat anti fungal yang diberikan pada pasien kanker dengan mukositis diantaranya,
anti inflamasi digunakan untuk menekan peradangan yang terjadi pada mukositis.
Obat anti inflamasi yang sering digunakan adalah allupurinol, prednison dan
kortikosteroid lainnya dan obat anti virus yang digunakan pada mukositis adalah
axyclovir (Kwong,2010).
Selain pemberian anti mikroba, pada mukositis juga diberikan obat-obatan yang
granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), palifermin, zinc, vitamin E dan lalanya
L Glutamin (Harris et al, 2008, Frank- Stomborg & Baird, 1996). Berdasarkan
digunakan tergantung pada skala nyeri pasien. Pada skala nyeri yang ringan jenis
analgesik yang diberikan adalah jenis non steroid anti inflamasi agen sedangkan pada
nyeri hebat dapat digunakan jenis opiat atau narkotik (Tomlinson & Kline,2010).
Terapi non farmakologis pada mukositis yang dilakukan adalah dengan melakukan
oral hygiene. Oral hygiene merupakan cara terbaik untuk menjaga kesehatan,
integritas dan fungsi mulut. Menurut Tomlinson & Kline (2010) oral hygiene dapat
yang tidak menyebabkan iritasi mekanik (Tomlinson & Kline, 2010). Oral Hygiene
yang baik yaitu oral hygiene minimal setelah makan dan sebelum tidur, dan setiap 2
jam sekali bila sudah mengalami mukositis (otto, 2005). Oral hygiene dengan
menyikat gigi sebaiknya menggunakan sikat gigi yang lembut dan dilakukan selama
Sedangkan jika leukosit kurang dari 1000 / mm3, jumlah trombosit kurang dari
50.000 / mm3 oral hygiene dengan cara menyikat gigi dan flossing tidak boleh
Berbagai skala telah digunakan untuk merekam tingkat dan keparahan dari
Pengkajian mulut menggunakan OEG ini yang dinilai meliputi inpeksi (bibir, lidah,
suara, menelan, bibir, lidah, saliva, membran mukosa, gusi, gigi (Scardina, 2010).
Pada pengkajian menggunakan OMRS, hal yang dikaji adalah tipe dan
Pengkajian keadaan mulut pada OMI terdapat jenis yaitu yang pertama terdiri
dari 32 item ( 11 item yang menunjukan artropi, 11 item yang menunjukan ulser,
Meliputi pengkajian tentang suara, membran mukosa, menelan, bibir dan sudut
2.4.1 Definisi
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi,
dan gusi (Clark, 1993 dalam Amalia, Lina, Ryan, dan Made S, 2008).
Oral hygiene dengan NaCl 0,9 % adalah dekontaminasi oral dengan menggunakan
Oral hygiene adalah mempertahankan kebersihan mulut dengan cara menyikat gigi,
flossing dan berkumur untuk mencegah dan mengontrol flak pada gigi,
2.4.2 Tujuan
Menurut Taylor et al (1997 dan Clark 1993 dalam Amalia, Lina, Umi, Ryan dan
Oral hygiene dengan menyikat gigi dilakukan dua kali sehari dianggap sebagai
plak dan akumulasi biofilm dan halitosis (Potter, Perry & Elkin, 2012), sedangkan
Timby, 2009 menganjurkan menyikat gigi dua kali sehari yaitu sesudah makan dan
frekuensi menyikat gigi dua kali sehari dan mouthwashing harus dilakukan setelah
makan.
Menurut Otto (2005) pada pasien dengan kanker yang mengalami mukositis
stadium ringan, frekuensi oral hygiene dapat dilakukan setiap 2 jam sekali pada
siang hari dan 4 jam sekali pada malam hari , sedangkan pada mukositis stadium
lanjut atau sangat parah, dalam hal ini mukositis stadium 3 dan 4, frekuensi oral
hygiene sebaiknya dilakukan setiap jam pada siang hari atau setiap dua jam pada
malam hari.
Tindakan oral hygiene dengan menggunakan larutan normal saline (NaCl 0,9%)
pada penelitian ini dilakukan 4x pada mukositis stadium 1,2 ( sebelum tidur, setelah
makan pagi, siang, sore) dan 6x pada mukositis stadium 3,4 ( sebelum tidur,
setelah makan pagi, siang, sore dan saat bangun siang serta saat bangun pagi). Hal
lebihbaikdilakukansetelahmakandansaatbanguntidur.LarutanNaCl0,9%ini
memiliki kandungan elektrolit Na+dan Cl-, merupakan kation utama dalam cairan
NaCl 0,9 % secara umum diakui kompatibel dengan organ karena osmolaritasnya
308 mOsm/l, yang berfungsi mempertahankan status hidrasi jaringan dan organ
tubuh serta dapat mengekstrak air dari sel bakteri yang bersifat patogen, yang
Tabel 2.3.
Judul Penelitian Terdahulu
Larutan NaClisotonis
Memiliki kandungan Na+danCl-
Na+Merupakan kation utama
cairan ekstraseluler dan Cl-
merupakanbuffer
NaCl 0,9 % tidak
mengandung bakteriostatik dan
tubuh karen osmolaritasnya
mOsm/ yan man dap
mempertahankan status hidrasi
jaringan dan organ tubuh
Dapat mengekstrak air dari sel
b k b p
menyebabkan kerusakan
padastruktur
Pada bab ini penulis akan menjelaskan kerangka konsep, hipotesis penelitian dan definisi
3.1 KerangkaKonsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep
lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep berisi variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahan atas timbulnya variabel terikat (Nursalam, 2017). Variabel
independen dari penelitian ini adalah oral hygiene dengan NaCl 0,9%. Sedangkan variabel
dependen adalah stadium mukositis. Kerangka konsep dalam skripsi ini digambarkan
Skema 3.1
Kerangka
Variabel Variabel
independen dependen
Konsep
oral hygiene
stadium
dengan NaCl 0,9 mukositis
Jenis kelamin
Jeniskanker
Kemoradiasi
Statusgizi
3.2 Hipotesis
Hipotesis yaitu suatu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan pembuktian
untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak, berdasarkan fakta yang
telah dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2017). Hipotesis yang sudah dapat
dibuktikan dalam skripsi ini adalah: Ada pengaruh oral hygiene dengan NaCl 0,9 % terhadap
penurunan stadium mukositis pada pasien kanker stadium III & IV pro kemoradiasi di RSUP
3.3 DefinisiOperasional
cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2017). Adapun definisi operasional
Tabel 3.1.
Definisi Operasional
saliva,
gingiva,gigi.
BAB 4
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan metodologi penelitian terkait judul skripsi yang
Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji
sedemikian rupa sehingga dapat menuntun peneliti untuk dapat memperoleh jawaban
Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimental design dengan one group pre test
dan post test design. Design ini digunakan sesuai dengan tujuan yang sudah dicapai, yaitu
diketahui adanya penurunan stadium mukositis pada pasien kanker stadium III & IV pro
kemoradiasi di RSUP Persahabatan tahun 2018. Metode ini telah dilakukan oleh satu
kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Hal pertama dalam pelaksanaan eksperimen
menggunakan design subyek tunggal ini dilakukan dengan memberikan tes kepada subjek
yang belum diberi perlakuan disebut pre test T1 dan didapatkan hasil stadium mukositis
pasien kanker pro kemoradiasi yang sedang dirawat. Setelah di dapat data pasien yang
memenuhi kriteria inklusi maka dilakukan treatment (X) dengan tehnik oral hygiene
dalam jangka waktu 6 hari dan dilakukan post test hari ke enam/ T2 sehingga diketahui
T2
untuk menentukan seberapa besar perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada sebab
Tabel 4.1
Desain Penelitian One group Pre test – Post test
Keterangan:
X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu oral hygiene dengan NaCl 0,9% T1:
4.2.1Populasi
dibagi menjadi populasi target dan populasi terjangkau. Populasi target adalah
populasi terjangkau adalah bagian populasi target yang dapat dijangkau oleh penulis
. Populasi terjangkau dibatasi oleh tempat dan waktu. Dari populasi terjangkau ini
a. Populasi target : pasien kanker pro kemoradiasi pada bulan Januari 2018
berjumlah 150pasien
b. Populasi terjangkau : pasien kanker stadium III & IV pro kemoradiasi yang dirawat
dengan mukositis (30 pasien) di RSUP Persahabatan ruang Melati Bawah dan
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga
Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek
1) Pasien dengan kanker stadium III & IV pro kemoradiasi yang sedang
/ lebih dan mengalami mukositis. Stadium III ini yang mana sel kanker
telah menyebar ke saluran kelenjar getah bening, dan pada stadium IV, sel
3) Pasien yangkooperatif.
4.2.2.2 Besarsampel
Keterangan :
t = Banyak kelompok
perlakuan r = Jumlah
reflikasi
n =1(r-1)
>15 n = r
>15+1
18 sampel.
Dalam penelitian ini, sampel dari awal tidak ada yang droup out sehingga
dari proses awal sampai dengan akhir jumlah sampel tetap 16 responden.
4.3.2 Waktupenelitian
4.4 EtikaPenelitian
Etika penelitian adalah suatu sistem yang harus dipatuhi oleh peneliti saat melakukan
ancaman, kebebasan dari eksploitasi, keuntungan dari penelitian tersebut, dan resiko
Penulis menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah mengumpulkan data. Setelah setuju dan bersedia
persetujuantersebut.
b. Tanpa nama(Anonimity)
mencantumkan namanya pada lembar kuisioner data, cukup dengan memberi kode
c. Kerahasiaan(Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh penulis, hanya kelompok data tertentu
yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset. Kuisioner dalam penelitian ini
disimpan ditempat yang aman dan pemusnahan kuisioner ditentukan dalam batas
d. Privacy
Identitas responden tidak akan diketahui oleh orang lain sehingga responden dapat
bebas untuk menentukan pilihan, jawaban dari kuosioner tanpa takut di intimidasi dari
pihak lain.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Instrumen penilaian stadium mukositis, yaitu Skala Stadium Mukositis. Instrumen ini
Tabel 4.2.
Oral Mucositis Assesment Scale (OMAS)
Petunjuk
Parameter 1 2 3 Nilai
pengkajian
Suara Mendengarkan Suara normal Suara lebih Sulit berbicara
perubahan suara ketikaberbicar a serak atau mengeluh
responden nyeri,
dengan mengajak tidak
respondenberbica mampuberbicar a
ra
Membran Mengobservasi Membran Terdapat Terdapat ulserasi
mukosa kondisi mukosa lapisan dengan
membran mukosa berwarna putih tanpa / tanpa
merah, ada ulserasi, perdarahan pada
baik lembab dan Membran membran
mukosa buccal, mudah mukosa mukosa
mukosa berwarna lebih
palatum dan merah
mukosalabial
Menelan Menganjurkan Dapat menelan Ada keluhan Tidak mampu
responden secara normal merasa nyeri menelan
untukmenelan / tidakada saat menelan
kesulitan /ada kesulitan
menelan saat menelan
Petunjuk
Parameter 1 2 3 Nilai
pengkajian
Gingiva Menekan bagian Gingival Gingival Gingiva terdapat
gingival dengan berwarna bengkakdenga n perdarahan
ujung spatula merah muda / tanpa spontan
lidah dan dan kemerahan
gunakan penlight kokoh,
untuk menyinari gusi
rongga mulut, tidakbengkak
perhatikan
penampilan
jaringan gingival Terdapat plak
Gigi Mengobservasi Gigi bersihdan pada area Terdapat plak
keadaan gigi tidak ada debris yang terlokalisir dan debris
diantara gigi disepanjanggari s
gigi
Sumber : Modifikasi Oral Mucositis Assesment Scales dari Eilers et al (2004) ; Dodd
(2004); Migliorati et al (2006).
Total nilai : Skor 1-6 (std 1),7-12 (std 2), 13-18 (std 3),19-24 (std 4)
Cara pengisian instrumen dengan memberi tanda cheklist sesuai dengan hasil temuan
pada pasien.
Pada tahap persiapan ini dimulai dengan mengurus surat izin penelitian di Kampus
MuhammadiyahJakarta kemudian
dilanjutkan ke bagian pendidikan dan penelitian RSUP Persahabatan Jakarta. Setelah
kepada kepala ruang rawat Melati Atas dan Melati Bawah RSUP Persahabatan
perawat yang dilibatkan dalam pengambilan data dari intervensi oral hygiene
a. Penulis memilih asisten peneliti sebanyak 2 orang. Asisten peneliti memiliki latar
b. Peneliti yang disini adalah penulis melakukan kegiatan pertemuan dua hari sebelum
penelitian dimulai untuk melakukan persamaan persepsi dan pelatihan dalam pengisian
lembar observasi dan prosedur oral hygiene menggunakan NaCl 0,9 %. Berdasarkan
hasil uji coba pada kedua asisten peneliti pada 3 pasien yaitu dengan menguji
semua jawaban dari kedua asisten peneliti dan dimasukkan ke data, setelah itu
dihitung dengan menggunakan spss didapatkan koefisien kappa sebesar 0,9 atau 90 %
yang berarti tingkat kesesuaian sangat kuat (Dahlan, 2008), maka asisten peneliti
dianggap telah sama persepsi dan mampu melakukan prosedur oral hygiene sesuai
protokol secaramandiri.
Sebelum dilakukan oral hygiene, dilakukan penyiapan larutan NaCl 0,9 %. Larutan
NaCl 0,9% tersebut disimpan di botol botol yang peneliti dapatkan dari apotek, yang
selama 30 menit. Satu botol digunakan untuk satu kali oral hygiene. Botol yang sudah
4.7 TahapanPenelitian
4.3
Tabel Tahapan Penelitian
4.8 PengolahanData
Data yang telah diisi dan dikumpulkan, dikoreksi dulu untuk memastikan telah diisi semua
kemudian dilakukan pengolahan data (Dahlan, 2010). Data yang telah terkumpul
1. Editing
Penulis melakukan editing data untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh
2. Coding
Merubah data dari berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan
Proses pengentrian data dari kuisioner ke program komputer agar dapat dianalisis.
Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan memberikan nilai pada setiap isian. Skor
4. Cleaning
Kegiatan pengecekan kembali data yang di entri ke dalam komputer tidak terdapat
kesalahan. Setelah dipastikan tidak ada kesalahan saat memasukkan data, maka
Setelah proses pengolahan data (editing – cleansing), Penulis melakukan analisis data.
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan
penelitian. Dari analisa, diperoleh gambaran hasil penelitian sesuai dengan yang telah
ditetapkan dan memperoleh kesimpulan secara umum hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu adanya pengaruh oral hygiene dengan NaCl 0,9 % terhadap penurunan
stadium mukositis pada pasien kanker stadium III & IV pro kemoradiasi.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan
variabel independen. Data yang terkumpul dalam penelitian ini diolah dengan
menggunakan mean, standar deviasi, median, minumim dan maksimum. Data yang
menggunakan frekuensi dan presentase saja yaitu status gizi, jenis kanker,
2. AnalisaDependen
Uji statistik yang digunakan adalah uji T (dependen sample T test) dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
PENELITIAN
Bab ini secara khusus menyajikan dan menjelaskan hasil penelitian dan analisa data.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya pengaruh oral hygiene dengan NaCl 0,9 %
terhadap penurunan stadium mukositis pada pasien kanker stadium III, IV pro
Kemoradiasi di RSUP Persahabatan. Data deskriptif, uji hipotesis, uji statistik dan
penyajian hal-hal lain yang ditemukan akan diuraikan dalam bab ini. Penelitian ini
januari s/d 24 Januari 2018 dengan total sampel yang didapat 16 sampel. Hasil penelitian
di sajikan dalam bentuk tabel dan narasi yang didasarkan pada hasil analisis univariat dan
bivariat. Penelitian ini menggunakan uji t dependen untuk melihat seberapa besar
pengaruh oral hygiene terhadap penurunan stadium mukositis pre intervensi oral hygiene
Tabel 5.1.1
Distribusi Frekuensi berdasarkan Usia pada Pasien Kanker Stadium III, IV Pro Kemoradiasi dengan Mukositis di
RSUP Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Tabel 5.1.1 Distribusi usia responden menunjukan bahwa dari total responden 16 pasien
denganpalingbanyakusialansiaawal(46- 55tahun)denganjumlahpasien7pasien(43,8
%).Sedangkanselainitu,respondentergolongpadadewasaawal(26- 35tahun)sebanyak
2 pasien (12,5 %), dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 1 pasien (6,2%) dan lansia akhir
Tabel 5.1.2
Distribusi Frekuensi Terapi Modalitas Kemoradiasi Pada Pasien Kanker Stadium III, IV Dengan Mukositis di
RSUP Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Tabel 5.1.2 diatas menunjukan Karakteristik sampel berdasarkan kombinasi terapi modalitas
Tabel 5.1.3
Distribusi Frekuensi Jenis kanker pada Pasien Kanker Kemoradiasi Stadium III,IV Dengan Mukositis di RSUP
Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Tabel 5.1.3 diatas menunjukan bahwa distribusi frekuensi berdasarkan jenis kanker pada
sampel penelitian yaitu pasien KNF sebanyak 3 pasien (18,8 %), pasien Ca Mammae
Tabel 5.1.4
Distribusi Frekuensi Oral Hygiene pada pasien Kanker Kemoradiasi Stadium III, IV dengan Mukositis di
RSUP Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Jenis
Frekuensi Persentas
Stadium
e
mukositis
Stadium 2 7 43.8
Stadium 3 9 56.2
Total 16 100
Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi Oral Hygiene yang dilakukan responden sesuai standar
yang diterapkan 4x/ hari untuk stadium II dilakukan oleh 7 responden (43.8 %) dan
sebanyak 6x/ hari untuk stadium III dilakukan oleh 9 responden (56.2
%).
Tabel 5.1.5
Distribusi Frekuensi Status Gizi pada Pasien Kanker Kemoradiasi Stadium III, IV dengan Mukositis di RSUP
Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
sampel berdasarkan status gizi, responden dengan status gizi kurang yaitu sekitar 12
pasien (75,0%) dan responden dengan status gizi yang baik sebanyak 4 pasien (25,6
%).
Tabel 5.1.6
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Kanker Stadium III, IV pro kemoradiasi dengan Mukositis di RSUP
Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Tabel 5.1.6 Distribusi frekuensi jenis kelamin pada responden penelitian didominasi oleh
responden perempuan sebanyak 11 pasien (68.8%) dan 5 sampel adalah responden laki
laki(31.2%).
Tabel 5.1.7
Stadium Mukositis pre intervensi (T1) hari ke 1 pada Pasien Kanker Stadium III, IV dengan Kemoradiasi di
RSUP Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
(T1) pre intervensi yang dialami responden adalah stadium II sebanyak 43,8 % (7 pasien),
Tabel 5.1.8
PenurunanStadiumMukositisharikeenam(T2)PostIntervensipadaPasienKankerStadium III & IV pro
Kemoradiasi di RSUP Persahabatan tahun 2018 (n = 16)
Stadium mukositis Post Frekuensi Persentase
Intervensi
stadium 1 11 68.8
bebas mukositis 5 31.2
Total 16 100.0
Tabel 5.1.8 menunjukkan pada saat penilaian di hari ke 6 post intervensi (T2), dari total
Tabel 5.1.9
Perbedaan Nilai Mean, Median, Standar Deviasi Stadium Mukositis Hari Pertama Pre Intervensi dan Stadium
Mukositis Hari Ke Enam Post Intervensi pada Pasien Kanker Stadium III & IV pro Kemoradiasi di RSUP
Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Perbedaan
Stadium Mukositis Stadium Mukositis
Nilai Pre Intervensi danPost
PreIntervensi Post Intervensi
Intervensi
Mean 2.56 0.69
Media 3.00 1.00
n .512 0.47
Std. Deviation 9
Tabel 5.1.9 hasil penelitian menunjukan ada perubahan Mean, Median dan Standar Deviasi
yaitu Mean pre intervensi adalah 2,56 sedangkan Mean post intervensi sebesar 0.69.
Untuk Median pre intervensi sebesar 3.00 dan Median post intervensi sebesar 1.00.
Standar Deviasi pre intervensi sebesar 0.512 sedangkan post intervensi sebesar 0.479.
5.2 Analisa Bivariat
Tabel 5.2.1
PengaruhOralHygienedenganNaCl0,9%TerhadapPenurunanStadiumMukositisHarikeEnam (T2) Post
Intervensi di RSUP Persahabatan Tahun 2018 (n=16)
Dari uji statistik dengan uji t dependent test pada pengaruh oral hygiene dengan NaCl 0,9
% terhadap penurunan stadium mukositis post intervensi hari keenam (T2) didapat
PEMBAHASAN
Pada bab ini menjelaskan pembahasan dan diskusi tentang hasil-hasil penelitian dan
membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya atau teori-teori yang
membahas keterbatasan penelitian dan diakhiri dengan interpretasi dari diskusi hasil
Pada penelitian ini jumlah responden sebanyak 16 pasien, dan semua responden
dilakukan intervensi yang sama yaitu oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan dilakukan
6.1 KeterbatasanPenelitian
Adapun keterbatasan penelitian yang ditemukan pada penelitian ini adalah berkaitan
dengan pengumpulan data ada keterlambatan waktu dalam pengumpulan data dan
rentang batas waktu yang bisa di toleransi, dimana pada saat oral hygiene harus
dilakukan (setelah makan baik makan pagi, siang atau malam, sebelum tidur malam
dan sesudah bangun tidur siang) tetapi pasien enggan untuk melakukan dikarenakan
rasa tidak nyaman ketika membuka mulut, ataupun ada rasa mual bahkan muntah
yang memang dialami pasien sebelumnya sehingga kita sebagai perawat terus
melibatkan keluarga sebagai support system. Hal lain yang menjadi kendala dalam
penelitian ini adalah walaupun sudah dilakukan tes persamaan persepsi sebelum
masih saja ditemukan perbedaan persepsi tentang penetapan stadium mukositis dan
diperlukan proses diskusi ulang untuk menyamakan lagi persepsi tersebut sehingga
6.2.1 Hasil Penelitian menunjukkan bahwa usia responden rerata ada diusia lansia
awal (46-55 tahun) dan ada di rerata lansia akhir. Hal ini sesuai dengan yang di
interaksi faktor genetik dengan agen perusak. Proses ini berlangsung lama
dan bersifat kronis, sehingga dapat disimpulkan jika rerata penyakit kanker
regenerasi sel menjadi menurun sehingga pada kondisi tua rentan terkena
penyakit khususnyainfeksi.
berpengaruh terhadap kerusakan atau lesi superfisial. Hal ini sesuai yang
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Naidu (2004) yang
dan
radiasi ( kemoradiasi) 90% dapat menyebabkan meningkatnya vaskularisasi
daerah yg tipis seperti mukosa mulut sehingga terjadi lesi. Hal ini sesuai juga
kanker tidak dapat membedakan antara sel-sel sehat dan sel kanker.
pengobatan (Sonis,2007).
lembut menjadi rapuh sehingga mudah terjadi ulcer eritema, dan oedema
Hal ini sesuai dengan Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,
prevalensi penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi yaitu 1,4 per 1000
berdasarkan status gizi, responden dengan status gizi kurang yaitu sekitar 12
pasien (75,0%) dan responden dengan status gizi yang baik sebanyak 4
pasien (25,6 %). Menurut Expert guide for Healthcare Professionals (2010)
pada index masa tubuh kurus yang mana pada penelitian ini kita kategorikan
kekurangan berat badan ini diperlukan asupan protein lebih banyak untuk
mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini juga didukung oleh Herriot
nutrisi yang penting diantaranya protein, karbohidrat dan lemak, zinc, vitamin A
danC.
adekuat tetapi nutrisi itu sendiri diperlukan dalam proses penyembuhan lesi.
Hal ini sesuai dengan Mackay and Miller (2003) nutrisi dibutuhkan untuk
sel yg rusak, selain itu pada kondisi malnutrisi proses penyembuhan ulserasi
terhambat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Hashemi et.al (2015) dan
prevalensi penyakit kanker di Indonesia juga cukup tinggi yaitu 1,4 per 1000
perempuan yaitu kanker payudara, yang selanjutnya diikuti oleh kanker serviks
danovarium.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori menurut Seith (2011) bahwa 50
kemoradiasi.
6.2.6 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa frekuensi oral hygiene pada sampel
III sebanyak 36x. Menurut Otto (2005) frekuensi oral hygiene pada stadium II
sebaiknya dilakukan setiap dua jam sekali pada siang hari atau empat jam sekali
pada malamhari.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rubenstein et.al (2004)
bahwa oral hygiene setiap habis makan dan sebelum bangun tidur dapat
hygiene sebanyak 36x. Menurut Otto (2005) pada mukositis stadium III
Pada kondisi mulut yang mengalami mukositis, mulut terasa tidak nyaman,
sehingga seringkali mulut hanya ingin diam dan tidak mau melakukan oral
hygiene. Selain itu pada pasien dengan kanker pro kemoradiasi, aktivitas
pasien disiang hari lebih banyak tertidur dikarenakan efek dari terapi
modalitas yang dijalani. Seperti hasil penelitian dari Rosen et al (2011) yang
kemoterapinya.
Melihat dari intensitas oral hygiene yang sering, dan kendala dari pasien itu
telah ditunjuk dan keluarga pasien itu sendiri guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stadium mukositis pada hari pertama
2,56 dan Median 3,00. Kemudian dilakukan oral hygiene dengan Nacl 0,9 %
selama 6 hari. Pada stadium II dilakukan sebanyak 4 x oral hygiene dan pada
stadium III sebanyak 6x oral hygiene / hari. Observasi hasil post intervensi
Melihat hasil uji statistik diatas dimana terlihat adanya pergeseran stadium
mukositis antara hari pertama pre intervensi (T1) dengan hari keenam post
penurunan stadium mukositis. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli yang
dengan cara menyikat gigi, flossing dan berkumur untuk mencegah dan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Hashemi et.al (2015) dan
Stadium Mukositis
Pada penelitian ini didapatkan bahwa penggunaan larutan NaCl 0,9 % dalam
stadium mukositis.
Pada uji statistik di hari ke enam post intervensi (T2) melalui uji T/ dependent
Sample T test didapatkan hasil P value 0,0005 artinya ada pengaruh oral
Hal ini sesuai dengan patofisiologi dari mukositis pada pasien kanker stadium
III dan stadium IV dengan pro kemoradiasi, Mukositis terjadi pada sel-sel
sel. (Otto, 2005). Lapisan mukosa rongga mulut menjadi luka dikarenakan
pengobatan kanker tidak dapat membedakan antara sel-sel sehat dan sel
kanker.Kemoterapijugabiasanyamenyebabkanpembelahanpadaselsepe rti
sel mukosa mulut dan tenggorokan, sehingga sel menjadi rusak selama
Merujuk pada hal diatas, mukositis pada pasien kanker yang terjadi lebih
invasi bakteri atau virus saja, maka tatalaksana oral hygiene dengan larutan
tanpa bakterisid dan anti mikroba lain dapat diberikan seperti NaCl 0,9 % bisa
diberikan secara mandiri tanpa bantuan agen yang lain. Oral hygiene dengan
bakteri dengan cara menurunkan aktifitas air, dan merusak membran sel (San,
bakteriostatik dan agen mikroba. NaCl 0,9 % secara umum diakui kompatibel
mengekstrak air dari sel bakteri yang bersifat patogen, yang menyebabkan
hygiene pada pasien mukositis. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah
dengan cara mencampur agen NaCl 0,9 % dengan anti bakterisid dan anti
mikroba yang lain, sedangkan peneliti hanya menggunakan agen NaCl 0,9 %
pada pasien kanker bukan hanya dikarenakan invasi virus atau bakteri tetapi
7.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pada uji statistik univariat didapat Hasil Penelitian menunjukkan bahwa usia
responden rerata ada diusia lansia awal (46-55 tahun) dan ada di rerata lansia
berdasarkan status gizi, terbanyak adalah responden dengan status gizi kurang
perempuan.
2. Pada uji statistik didapat adanya perubahan proporsi stadium mukositis pada hari
pertama pre intervensi oral hygiene (T1) dengan hari ke enam post intervensi oral
hygiene (T2) artinya ada penurunan stadium mukositis yang signifikan pada pasien
kanker pro kemoradiasi sebelum dilakukannya intervensi oral hygiene dan setelah
3. Pada penelitian ini di dapat uji statistik yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
oral hygiene dengan NaCl 0,9 % pada pasien kanker stadium III, IV pro kemoradiasi.
Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa bivariat yang mana P Value pada hari ke enam
4. Oral hygiene pada pasien kanker dengan mukositis dapat dilakukan dengan agen
menggunakan agen kumur yang tidak menyebabkan iritasi mekanik . Oral Hygiene
yang baik yaitu oral hygiene minimal setelah makan dan sebelum tidur, dan setiap
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh, maka diajukan saran-saran sebagai berikut
1. Bagi PelayananKeperawatan
ekonomis, mudah di dapat dan murah, selain itu larutan NaCl 0,9 tidak bersifat
iritan jadi tidak akan memperberat mukositisnya. Dan juga perawat perlu melibatkan
dapat menyusun standar prosedur oral hygiene pada pasien kanker pro
stadium mukositis yang terjadi. Larutan NaCl 0.9% juga dapat digunakam sebagai
terapi
komplementer dan propilaksis untuk mencegah keparahan dari stadium mukositis
pada pasien kanker yang menjalani kemoradiasi. Peran perawat yang terpenting
2. Bagi PenelitianKeperawatan
hygiene menggunakan kombinasi NaCl 0,9% dengan madu, karena seperti yang
telah diteliti dan diketahui, agen madu mempunyai khasiat sangat bagus dalam
memperbaiki luka.
3. Bagi PendidikanKeperawatan
Dari hasil penelitian ini, diharapkan pendidikan oral hygiene dengan NaCl 0,9 %
Achmad Fauji et al (2014). Praktik Keperawatan Berbasis Bukti Pada Pasien Kanker.
Agatha, et.al, (2004). Gargling With Providon Iodine Reduced The Transfort of Bacteria
During Oral Intubation. Journal of Anasthesia.
Bertram, G.K. (2011).Basic and Clinical Pharmacology (10th ed.), New York: The McGraw-
Hill Companies Inc.
Bogdanov, S. (2011). Honey as A Nutrient and Functional Food. Bee Product Science, 3 (2),
1-31. Diakses melalui www.bee-hexagone.nettanggal 6
November 2015.
Eilers, J (2011). Nursing interventions and supportive care for the prevention and
treatment of oral mocisitis associated with cancer treatment. Oncology Nursing
Forum, 31(4), 13.
Eilers, J & Eipstein, J (2011) Clinical Update: Prevention and management of Oral Mucositis
in Patients with Cancer... full text at www.nursingoncology.com. Seminars in
Oncology Nursing, 27(4), el-e16. doi: 10.1016/j.soncn.2011.08.001.
Eipstein, j,b., & Schubert , M.M. (2007). Orofharingeal Mucositis in Cancer Therapy: Review of
Pathogenesis, Diagnosis, and Management, European Journal of Oncology
Nursing, 17 (12), 1767 – 1779.
Hashemi A MD et al, (2015). Mouth rinses for the Prevention of Chemoterapy Induced
Oral Mucositis in Children: a Systemic Review.
Kemenkes RI.(2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan.
National cancer international (NCI). (2009). “ Adjuvant and Neoadjuvant Theray For Breast
Cancer “. http://www.cancer.gov/types/breast/adjuvant-fact-
sheet,30November 2015
Otto, E.S. (2005). Pocket Guide to Oncology Nursing. Kansas: Mosby – Year Book, Inc.
Perry, A.G,. & Potter,P.A. (2012). Nursing Intervention & Clinical Skills (5th Edition). St
Louis:lseiver Mosby.
Poppa, (2008). Cancer Therapy Induceed Oral Mucositis . Journal of TMJ, 58 (1-2),pp.
104-107.
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2016). Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Alih Bahasa: B.U. Pudit, H. Hartanto, P. Wulansari, dan D. A. Mahanani: EGC.
Scarduna, Pisano & Messina . (2010). Oral Mucositis Review of Literture. In chillura, A ,
E., dkk.2010.New York : NYSJD.
Seith, T.H. (2011). Critical Care Chemoterapy (7th ed.). Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins.
Tomlinson, D. & Kline, N.F., (2010). Oncology Pediatric Nursing Advanced Clinical
Handbook, Germany Spinger.
Tomlinson dan Kline (dalam Isselbachr et al, 2014). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit
Dalam (Edisi 13) Vol.4. Terjemahan. Alih Bahasa: Asdie, A.H.Jakarta: EGC.
UKCCSG-PONF (2006). Mouth Care for Children and Young People With Cancer.
Evidence-based Guideline Report. UKCCSG-PONF Mouth Care Group
Vokurka et al. (2005). The Comparative Effects of Providone – iodine and normal saline
mouthwases and oralmucosities in Patient After high-dose Chemoterapy and
APBSCT.
Vadhan-Raj, et al.(2010). Single Dose Palifermin Prevents Severe Oral Mucositis During
Multicycle Chemoterapy in Patiens with Cancer: a Randomized Trial. Annal of
Internal Medicine, 153(6), 358-367, doi:10.1059/0003-4819
-153-6-201009210-
00003.
PENJELASAN PENELITIAN
Yth. Responden
NIM :2016727051
dengan judul “Pengaruh Oral Hygiene dengan NaCL 0.9% Terhadap Penurunan Stadium
Mukositis Pada Pasien Kanker Stadium III & IV Pro Kemoradiasi dI RSUP Persahabatan
Tahun 2018.
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh larutan NaCl 0,9 % dalam
menurunkan stadium mukositis pada pasien dengan kanker stadium III &IV.
meningkatkan kualitas asuhan Keperawatan pada pasien dengan kanker stadium III &
IV yang mengalamimukositis.
3. Responden yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah pasien dengan kanker
stadium III dan IV yang mengalami mukositis yang menjalani perawatan di ruang
lembar observasi, penilaian skala stadium mukositis, dan kamera untuk membantu
dokumentasi dari penelitian. Alat bantu kamera ini digunakan penulis setelah
mendapatkan persetujuanresponden.
7. Penulis menjamin bahwa proses penelitian ini tidak akan melakukan tindakan yang
dapat membahayakanresponden.
8. Informasi yang diperoleh dari penelitian akan dijamin kerahasiannya dan hanya akan
9. Semua catatan yang berhubungan dengan penelitian ini akan disimpan ditempat
dariresponden.
11. Responden berhak mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal yang
Demikian penjelasan ini saya sampaikan dengan sebenarnya. Saya sangat menghargai
atas kesediaan dan kerjasama responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Terima kasih.
Lampiran 2
PENGKAJIAN
Peneliti melakukan inpeksi mukosa bibir, membran mukosa, lidah, palatum dan gusi
terhadap adanya ulserasi, inflamsi, dengan bantuan penlight dan tongue spatel
PERSIAPAN
1. Bahan:
2. Caramengemas
PELAKSANAAN
1. CaraMembagikan
Pasien akan menerima botol berisi larutan NaCl 0.9 % selama 6 hari
2. Caramelakukan:
CuciTangan
Bersihkan mulutresponden
Nyalakanstopwatch
Kumur larutan NaCl 0,9 % selama minimal 30 detik ( menggerak- gerakkan larutan
Tekan tombol stop pada stopwatch saat angka sudah menunjukkan 30detik.
setelah berkumur.
EVALUASI
perawatan mulut.
stadium mukositis(OMAS).
Lampiran 3
PENILAIAN STADIUM MUKOSITIS
Nama :
Umur :
DX:
Pre Post
inter interv
vens e nsi Pre
i (H6/ intervensi
No Keterangan / T1 T2) : post
intervensi
Nilai Nilai akhir (H6)
Tgl scor Tgl Scor
e e
1 Suara
1 = suara normal 2 =
suara lebihserak 3 =
sulit bicara,
mengeluhnyeri, tidak
bisabicara
2 Membran mukosa 1
= membran mukosa
berwarna merah,
lembab
2 = membran
mukosa berwarna
lebih merah,
terdapat lapisan
putih tanpa ada
ulserasi
3 = terdapat
ulserasi dengan
atau tanpa
perdarahan
3 Menelan
1 = dapat
menelan normal
/ tidak ada
kesulitan menelan
2= nyeri saat
menelan
,kesulitan saat
menelan
3 = tidak
mampu
menelan
4 Bibir dan sudut mulut
1 = bibir lembut dan
lembab
2 = bibir kering dan
pecah pecah
3 = terdapat
ulserasi dan
perdarahan spontan
pada bibir
5 Lidah
1 = lidah tampak
bersih, lembab,
terlihat papila lidah 2
=
penampilanlidah
kotor danpapila
lidah kurang
terlihat 3 = lidah
melepuh,
menggelembung,
pecah-pecah
6 Saliva
1 = saliva
encer 2 = saliva
kental
3 = tidak ada saliva
Gingiva
7 1 = warna merah
muda. Kokoh, gusi tdk
bengkak
2 = gingiva bengkak,
dengan atau tanpa
kemerahan
3 = gingiva terdapat
perdarahan spontan
Gigi
8 1 = gigi bersih
dan tidak ada
debris
2 = terdapat plak pd
area yang terlokalisir
diantara gigi
3 = terdapat plak
dan
debris
disepanjang
garis gigi
TOTAL NILAI
SCORE
1-6 (I), 7-12 (II), 13-18 (III), 19-24 (IV)
Sumber : Modifikasi Oral Mucositis Assesment Scales dari Eilers et al (2004); Dodd (2004), Migliorati et al
(2006)
NAMA :
UMUR :
DX :
WAKTU
HARI KE 1 TGL HARI KE 2 TGL HARI KE 3 TGL HARI KE 4 TGL HARI KE 5 TGL HARI KE 6 TGL
NO PELAKSAN
AAN
Setelah
30 detik 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
1 bangun
tidur < 30 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
malam
Setelah
30 detik 30 deti 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
4 bangun
< 30 detik < 30 detik < 3 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
tidur siang
30 detik
Setelah 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
5 < 30detik
makan < 30 detik < 3 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
sore
30 detik
Sebelum 30 deti 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
6 < 30detik
tidur < 30 detik < 3 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
malam
Keterangan
7
Petunjukpengisian:beritandacheklist(√)padakotakyangtersedia
Berkumur selama 30 detik beri cheklist pada kotak 30 detik
Berkumurkurangdari30detikbericheklistpadakotak<30detik
Keterangan:jarakantaraperawatanmulutpertamakeberikutnyaminimal1jam(menyesuaikan sesuai
kondisi)
UMUR:
DX
WAKTU
HARI KE 1 HARI KE 2 HARI KE 3 TGL HARI KE 4 HARI KE 5 HARI KE 6 TGL
NO PELAKSAN
TGL TGL TGL TGL
AAN
30 detik
Setelah 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
3 < 30detik
makan < 30 detik < 3 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
sore
30 detik
Sebelum 30 deti 30 detik 30 detik 30 detik 30 detik
4 tidur < 30detik
< 30 detik < 3 detik < 30 detik < 30 detik < 30 detik
malam
Keterangan
5
Petunjuk pengisian : beri tanda cheklist (√) pada kotak yang tersedia
Berkumurselama30detikbericheklistpadakotak30detik
Berkumurkurangdari30detikbericheklistpadakotak<30detik
Keterangan:jarakantaraperawatanmulutpertamakeberikutnyaminimal1jam(menyesuaikan sesuaikondisi)
Lampiran 5
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian dengan judul “Pengaruh Oral Hygiene dengan
Pro Kemoradiasi di RSUP Persahabatan tahun 2018” yang dilakukan oleh Ai Aminah
Jakarta, 12 Desember2017
Responden