Anda di halaman 1dari 38

TUGAS AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

PADA NY ” D ” DENGAN

DIABETES MILITUS TIPE 2 DI RUANG DAHLIA 1 DI RSUD

JOMBANG

OLEH :

NURAINUN

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2020
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN INTEGRITAS KULIT

PADA NY ” D ” DENGAN DIABETES MILITUS TIPE 2 DI RUANG

DAHLIA 1 DI RSUD JOMBANG

Dianjurkan untuk dipert-anggungjawabkan Di Hadapan Dewan Penguji

guna memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan Pada

Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto

OLEH :

NURAINU

NIM. 17.031

AKADEMI KEPERAWATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2020
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawa ini :

Nama : NURAINU

Nim : 17.031

Tempat tanggal lahir : Mojokerto,09 November 1997

Institusi : Akademi Keperawatan Dian Husada Mojoketo

Menyatakan bahwa bahwa Tugas Akhir yg berjudul “ Asuhan Keperawatan pada

pasien Diabetes Militus Tipe 2 dengan ganggun integritas kulit Diruang Dahlia 1

Di RSUD jombang “ adalah bukan Tugas Akhir orang lain baik sebagaian maupun

keseluruhan , kecuali dalam bentuk kutipan yang telah di sebutkan sumbernya .

Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

Pernyataan ini tidak benar ,saya bersedia mendapat sanksi akademis.

Mojokerto, ......... 2020

NURAINU
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir oleh : NURAINUN

NIM : 17031

Judul : Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Militus

Tipe 2 dengan ganggun integritas kulit Diruang Dahlia 1 Di RSUD jombang

penelitian ini di setujui untuk diajukan di hadapan dewan penguji sidang Tugas

Akhir tanggal ...........2020

Oleh

Pembimbing I pembimbing II

( Soetomo.S.Kep.,Ns.,M.Kes) (....................................................)

NPP.10.02.023 NPP.

Mengetahui

Direktur

( Edy Siswantoro S.Kep.,Ns.,M.M.Kes.,M.Kep)

NPP: 10.02.046
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir Oleh :

Nama : NURAINU

NIM : 17.031

Judul : Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Militus Tipe 2 dengan ganggun

integritas kulit Diruang Dahlia 1 Di RSUD jombang

Telah di uji dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Sidang Tugas Akhir Pada

tanggal ..........

Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : ................................................... ........................

Anggota : 1. ............................................... ........................

2................................................. ........................
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan,dengan Rahmat dan hidayahnya Maka

proposal Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes

Militus Tipe 2 dengan ganggun integritas kulit Diruang Dahlia 1 Di RSUD

jombang” telah tersusun untuk Memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada

Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto Ucapan terimakasih penulis

ucapkan sebesar – besasrnya Kepada :

1. Edi Siswantoro, S.Kep.,Ners.,M.M Kes.,M.Kep selaku Direktur Akademi

Keperawatan Dian Husada Mojokerto memberikan izin untuk melakukan

penelitian Dalam menyelesaikan proposal tingkat akhir

2. SOETOMO S.Kep.,Ns., M.Kes selaku pembimbing I yang selalu memberikan

arahan yang sangat bermanfaat untuk menyelesaikan tugas akhir

3. Lutfia Nuraini ,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II Selalu

memberikan motivasi serta pengarahan yang sangat amat berharga guna

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik

3. Kedua orang tua tercinta atas segala do’a yg di panjatkan, maupun dukungan

secara materil

Penulis berusaha untuk dapat meneyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini

Dengan sebaik – baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih

banyak kekurangan . oleh karena itu demi kesempurnaan , penulis mengharapkan

adanya kritik dan saran dari semua pihak ,untuk menyempurnakanya .


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wold Healt Organization ( WHO) Merumuskan bahwa Diabetes Mellitus

atau kencing manis merupakan suatu perkumpulan masalah anatomi dan

kimiawi dari sejumlah faktor di mana di tempati defisiensi insulun absolute

atau relatif dan gangguan perkusi jaringan fungsi insulin ( gustian,2010).

Penyakit diabetes melitus atau kencing manis yang sering kali juga di sapa

“penyakit gula “ karena jumlah konsentrasi gula dalam darah melebihi batas

keadaan normal masalah keperawatan pada diabetes melitus sering muncul

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu ( Prof.DR.Sidartawan

Soegondo,dkk,2017).

Badan Federasi diabetes internasional (IDF) Menyatakan pada tahun 2016

dari 7,2 miliar penduduk dunia terdapat 415 juta orang dewasa berusia 20-79

tahun yang menyandang diabetes melitus, termasuk 193 juta jiwa yang tidak

terdiagnosis. 318 juta orang dewasa di masa depan di perkirakan memiliki

gangguan toleransi glukosa yang membuat mereka resiko tinggi karena

penyakit ini. Jika tidak di hentikan, pada tahun 2040 akan ada 642 juta jiwa

hidup dengan penyakit ini. Data terbaru di tahun 2015 yang di tunjukkan pleh

perkumpulan wndokrinologi (PERKENI) Menyatakan bahwa jumlah penderita

diabetes di indonesia telah mencapai 9,1 juta jiwa. Sementara provinsi jawa

timur masuk 10 besar prevalensi penderita diabtes melitus di indonesia

melewati urutan kesembilan dengan prevalensi 6,8% (Kominfo jatim,2015)

1
2

Menurut Mary Barado ( 2011), Diabetes Melitus terjadi apabila jumlah

dalam fungsi insulin mengalami defiensi ( kekurangan) insuline, hiperglikemi kan

timbul dan menjadi diabetes. Kekurangan insulin dikatakan relatif apabila pankreas

menghasilkan insulin dalam jumlah normal, tetapi insulin tidak efektif (DM Tipe2)

.pada diabetes tipe 2 terdapat 2 masalah utama berhubungan dengan insulin, yaitu :

resistensi insulin gangguan sekresi insulin. Diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol

dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dimana sindrom hiperglikemik

hiperosmoler nonketotik, jika gejalahnya dialami pasien,gejalah tersebut sering

bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,poliuria, polidipsia,luka

pada kulit yang lama sembuh, padangan kabur jika kadar glukosanya sangat tinggi

(Brunner and Suddarrth 2011).

Penderita, keluarga, dokter dan petugas kesehatan yang lainnya harusnya

saling bekerja sama mendukung dalam mengendalikan kadar gula darah pada

penderita diabetes agar pasien mampu mengendalikan gula darahnya sehingga

meningkatkan usia harapan hidupanya yang tinggi serta berkomitmen yang kuat

untuk menjalani diet dan pengobatan (Badawi,2016).

Pengobatan diabetes melitus atau bisa disebut dengan pengendalian diabetes terdiri

dari 4 pilar penting yang perlu di jalankan agar penderita dapat hidup sehat. Empat

hal yang perlu di perhatikan adalah “pilar pengendalihan diabetes “ yang terdiri dari

edukasi , peraturan makan ( diet), olaraga / gerak badan dan memberikan obat

penurun gula ( karidi, 2015).


1.2 Rumusan Masalah

“ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien diabetes militus Tipe 2 di ruang

Dahlia 1 Di RSUD Jombang ? “

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini agar mahasiswa mengembangkan ilmu

keperawatan serta penerapan di pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan interitas kulit diabetes melitus tipe 2

di RSUD Jombang

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian data pasien Diabetes Melitus Tipe 2

2) Mengidentifikasi diagnosa dan masalah pada Diabetes Melitus.

3) Menyusun serta merencana asuhan keperawatan.

4) Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai rencana keperawatan.

5) mengevaluasi hasi asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang

ditetapkan.

1.4 Manfaat Tugas Akhir

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Manfaat penyusun tugas akhir ini untuk acuhan mahasiswa dalam menunjang

pembuatan karya tulis ilmia yang nantinya akan di jadikan alat bukti serta

syarat sidang kelulusan pada saat pembuatan tugas akhir.


1.4.2 Bagi Responden

Memberikan pengertian atau pengetahuan serta masukan pada klien kita

tentang cara menangani, merawat, mencegah kekambuhan dan berkomunikasi

kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan nutrisi kebutuhan kurang

dari tubuh.

1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan

Sebagai salah satu bahan pokok untuk melakukan inovasi dalam berbagai

aspek dan ruan lingkup bidang keperawatan yang terutama yaitu dibidang ilmu

kesehatan medikal bedah serta sebagai salah satu aspek pendukung dalam

melakukan pengkajian asuhan keperawatan medikal bedah.

1.4.4 Bagi Peneliti

Agar kedepannya kesempurnaan penulisan makalah ini dapat tercapai dan di

laksanakan tentunya perlu untuk penulis selanjutnya untuk mengkaji ulang

adanya kekeliruan dalam penyusunan makalah ini dapat di benarkan sebagai

mestinya.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes mellitus adalah penyakit yang di tandai oleh tingginya kadar gula dalam

Darah. Pada dasarnya hal ini terjadi karena tubuh “ kekurangan” disini bisa berupa

jumlah insulin yang memang kurang atau jumlahnya cukup tetapi kerjanya kurang baik

( kariadi 2016)

Diabetes mellitus adalah gangguan hiperglikemia ( kenaikan kadar glukosa

serum) Yang disebabkan oleh ketidak adekuratan insulin, kasus eksterem definisi

insulin dari Menyebabkan ketoasidosis diabetic, diabetes mellitus di tandai dengan

poliuria, Polifagia, polidipsia dan penurunan berat badan yang di sertai dengan

peningkatan glukosa plasma ( tucker, canobbio wells 2017)

Diabetes melitus tipe 2 merupakan bentuk penyakit diabetes yang berkaitan

dengan retensi insulin dan di sertai gangguan sekresi insulin dengan derajat yang

bervariasi ( Saputra,2012)

Diabetes melitus tipe 2 merupakan meningkatnya kadar gula dalam darah

seseorang yang tinggi. Meningkatnya kadar gula di karenakan glukosa sulit masuk ke

dalam sel yang disebabkan tubuh tidak bisa memproduksi insulin sama sekali (

Sudarmoko, A.,2010).

7
2.1.2 Etiologi Diabetes Mlilitus

1) Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini

terjadi karena DNA pada orang diabetes melitus ikut di informasikan pada gen

berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

2) Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologi yang secara dramatis

menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurun ini akan berisiko pada

penurunan fungsi endokrin pancreas untuk memproduksi insulin.

3) Gaya Hidup Stress

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat saji

yang kaya pengawet,lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap

kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan

meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakhibat pada kenaikan

kerja pencreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga

berdampak penurunan insulin.

4) Obesitas

Obesitas mengakhibatkan sel – sel beta pancreas mengalami hipertropi yang

akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi

pancreas disebabkan oleh peningkatan beban metabolisme glukosa pada

penderita untuk mencukupi energinya sel yang terlalu banyak.

8
5) Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan resiko terkena

diabetes. Malnutrisi dapat merusak pancreas, sedangkan obesitas meningkatkan

gangguan kerja atau retensi insulin.pola makan yang tidak teratur dan cenderung

terlambat juga berperanan pada ketidak stabilan kerja pankreas .

6) Defisensi insulin

Kurangnya insulin berakhibat pula pada berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel

–sel yang mengakhibatkan naiknya gula darah.

2.1.4 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen

sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat

menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%

sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan

mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang

menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut

glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine

yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan

merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus

sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.roduksi insulin yang

kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-

sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi

9
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien

akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.

Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam

darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan

meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui

urine bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan

terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,2010).

2.1.5 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang di lakukan menurut Barbara Bates 1997, antara lain :

1. Status penampilan kesehatan yang sering muncul adalah kelemahan fisik

2. Tingkat kesadaran : normal, latergi ,stupor,koma ( tergantung kadar gula

yang di miliki dan kondisi fisiologis untuk melakukan kompensasi kadar

gula darah

3. Tanda- tanda vital

Frekuensi nadi dan tekakan darah : ( terjadi kekurangan energi sel sehingga jantung

melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman ), hipertensi ( karena

karena peningkatan viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi peningkatan

tekanan pada dinding pembuluh darah dan resiko terbentuknya plak pada pembuluh

darah) (kondisi ini terjadi pada fase diabetes melitus yang sudah lama atau penderita

yang memang mempunyai riwayat hipertensi).

Suhu tubuh : demam ( pada penderita dengan komplikasi infeksi pada luka atau

pada jaringan yang lain) ,hipotermi ( pada penderita yang tidak mengalami infeksi

atau penurunan metabolik akhibat menurunnya masukan nutrisi secara drastis).

10
4. Berat badan melalui penampilan atau pengukuran : kurus ramping ( pada

Diabetes melitus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi). Gemuk

Padat,gendut ( pada fase awal penyakit penderita lanjutan dengan

pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol

5. Kulit :

Warna : perubahan – perubahan pada melanin,kerotenemia ( pada penderita

yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakhibat luka

sehingga menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman sekitar

luka ( Riyadi,sukarmin 20010). Daerah yang sering terkena adalah

ekstremitas bawah tungkai dan kaki(Bilota 2011).

6. Mata dan kepala

1. Kepala

Rambut : termasuk kuantitas , penyebaran dan tekstur kasar

Kulit kepala : termasuk benjolan atau lesi , antara lain : kista pilar dan

psoriasis ( yang rentan terjadi pada penderita diabetes melitus karena

penurunan anti body ).

2. Mata :

Yang perlu di kaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman pandang dari

masing – masing mata ( ketajaman menghilang).

3. Telinga

daun telinga di lakukan inspeksi : masih simetris antara kanan dan kiri

Pendengaran : pengkajian ketajaman pendengaran terhadap

11
Bisikan atau tes garputala dapat mengalami penurunan.

7. Hidung

Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan kecuali ada infeksi skunder

seperti influenza.

8. Mulut

Inspeksi : bibir sianosis,pucat ( apabila mengalami asidosis atau penurunan

perfusi jaringan pada stadium lanjut) (Riyadi,Sukarmin 2011)

Mukosa oral : kering ( dalam kondisi dehidrasi akhibat diurisis osmosis)

(Bilota 2011).

9. Leher

Pada inspeksi jarang tampak distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar

limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik.

10. Dada

Inspeksi : deformitas atau asimetris

Palpasi : adanya nyeri tekan , ekspansi pernafasan.

Perkusi : penderita normal area paru terdengar sonor

Aulkustasi : bunyi nafas vaskuler , bronkovesikuler ( dalam kondisi tanpa

penyerta penyakit lain).

11. Abdomen

Inspeksi

Pada kulit apakah ada strie dan simetris adanya pembesaran organ ( pada

penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau hepatomegali dan

splenomegali).
12

Auskultasi

Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan

peristaltik.

Perkusi

Perkusi abdomen terhadap dan pola tympani serta kepekaan.

Palpasi

Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan / masa.

12. Genetalia

Penis : pada inspeksi apakah ada timosis pada prepusium dan apakah ada

hipospadia pada meatus uretra , apakah ada kemerahan pada kulit skortum

( Riyadi , Sukarmin 2011) . impotensi ,rabas vagina dan kerentanan

terhadap infeksi vagina (tucker 2012).

13. Sistem neurosensory

Penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala seperti :

1) Pusing

2) Sakit kepala ( Riyadi, Sukarmin 2011)

3) Kesemutan , kebas kelemahan otot , perestesia

4) Penurunan sensasi nyeri suhu pada ekstremitas distal.

5) Gangguan pengelihatan, pandnagan kabur ( Tucker 2012).


13

2.1.6 pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes melitus antara lain :

1) Gula darah puasa ( GDA) 70-110 mg/dl paling sedikit dalam dua kali

Pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl di sertai gejalah klasik hiperglikemia,atau

IGT 115-140 mg/dl

2) gula darah 2 jam post prodial > 140 mg/dl digunakan untuk skrining atau

evaluasi pengobatan bukan untuk diagnostic

1) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl di gunakan untuk skrining bukan untuk

Diagnostic.

2) Tes toleransi kortison glukosa.

Digunakan jika TTKG tidak bermakna, kortison menyebabkan peningkatan

kadar gula darah abnormal dan menurunkan penggunaan gula darah perifer

pada orang berpredisposisi menjadi diabetes militus kadar glukosa darah

140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai positif.

2.1.7 Diagnosa Banding

Dokter akan melakukan diagnosis dugaan terlebih dahulu yaitu ,berdasarkan

keluhan atau gejalah khas yang dialami seseorang setelah melakukan

pemeriksaanlanjutan untuk memastikan seseorang tersebut menderita DM

atau tidak. Diagnosis ini disebut dengan “Diagnosis pasti”. Setelah itu ,

dokter akan memutuskan bahwa seseorang tersebut telah menderita DM jika

memenuhi kriteria sebagai berikut :


14

1. Seseorang menderita gejala khas beserta keluhan , seperti di sebutkan diatas

di tambah dengan kadar glukosa darah sewaktu lebih besar sama dengan

200 mg/dl.

2. Seseorang memiliki kadar glukosa darah puasa lebih besar atau sama

dengan 126 mg/dl sebanyak 2 kali pemeriksaan pada saat yang berbeda.

Jika seseorang pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu masih meragukan

, maka perlu di lakukan tes toleransi glukosa oral dengan tujuan untuk

meastikan diagnosis (Nattya Lakshinta 2012)

2.1.5 Prognosis

Pathogenesis diabetes melitus tipe 2 di tandai dengan adanya resistensi

insulin perifer , gangguan “hepatic glucose prodution (HGP)” , ada

penurunan fungsi cell B, yang akhirnya akan menuju ke kerusakan total sel

B. Pada stadium prediabetes mula-mula timbul resistensi insulin yang

kemudian di susul oleh peningkatan sekresi insulin untuk mengkonpensasi

kadar glukosa darah tetap normal. Lama kelamaansel beta akan tidak

sanggup lagi mengkonpensasi kadar glukosa darah dan fungsi sel beta

semakin menurun. Saat itulah daignosis diabetes ditegakkan. Ternyata

menurunan fungsi sel beta itu berlangsung secara progresif sampai akhirnya

sama sekali tidak mampu lagi mengekstresikan insulin. Suatu keadan

menyerupai diabetes tipe 1 kadar glukosa darah semakin meningkat. (

Prof.DR.dr.Sidartawan Soegondo dkk.1995).

15
2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Militus

1. Obat

Obat – obatan hipoglikemik Oral (OHO) :

1.) Golongan sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pancreas untuk

mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila

sel-sel beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi

kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran

glikagon. Indikasi pemberian obat golongan sulfoniluria adalah :

bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan

ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari , bila tidak ada stress akut,

seperti infeksi berat /perasi.

2.) Golongan biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.Golongan biguanid

dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan istimewanya tidak

pernah menyebabkan hipoglikemia.

3.) Alfa glukosidase inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam saluran

cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan Menurunkan

hiperglikemia post pradial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan

terjadinya hipoglikemia dan tidak berpengaruh pada akar insulin. Alfa glukosidase

inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin jika di biarkan bersamaan

pada orang normal

16
4.) Insulin sensitizing agent

Obat ini mempunyi efek farmakologi meningkatkan sensitifitas sebagai

masalah akhibat resistensi insuline tanpa menyebabkan hipoglikemia.

5.) Insulin Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis

Yang penting menurut cara kerjanya ,diantaranya adalah:

Yang kerjanya cepat : RI( Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam

contoh obatnya Actrapid

Yang kerjanya sedang : NPN, dengan masa kerja 6 – 12 jam.

Yang kerjanya lambat : PZI ( Protamme Zinc Insulin ) massa kerjanya 18-

24 jam

2. Pengaturan makanan (Diet)

Pengaturan makan merupakan pilar terpenting bagi pengobatan diabetes.

Pada umumnya , diet diabetes itu diatur berdasarkan 3J, yaitu jumlah ,jenis,

dan jadwal.

Jumlah.

Pada umumnya, pengaturan jumlah makanan di buat berdasarkan tinggi

badan, berat badan , jenis aktivitas dan juga umur . berdasarkan hal ini ,

akan di hitung dan di tentukan jumlah kalori untuk masing – masing.

Jenis

Mengenai jenis makanan, pada umumnya penyusunan makanan akan

menyangkut zat gizi sebagai berikut :

17
(1) Karbohidrat : gula murni , gula kompleks

(2) Lemak

Lemak jenuh yang terdapat pada lemak hewani dan beberapa macam

makanan lain seperti minyak dari bahan kelapa. Juga di batasi asupan

kolesterol,yang biasanya hanya terdapat pada bahan hewani terutama

pada kuning telur dan jeroan hewan.

(3) Buah- buahan dan sayuran

dapat diperbaiki. Pada beberapa penderita, pengurangan jumlah total energi

waktu puasa dapat menormalkan kadar gula darah. Berbagai metode untuk

menurunkan berat badan telah dipelajari dan di tetapkan. Penderita harus

diberi penyuluhan tentang hubungan antara intake makanan dan kontrol dari

diabetes.Semua penderita diabetes tipe 2 harus mengurangi lemak dan

kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak tak jenuh.Penatalaksaan

makanan untuk penderita diabetes melitus harus Memperhatikan beberapa

hal yaitu prinsip, tujuan , dan syarat diet : dasar penyusunan diet ,komposisi

dab indikasi diet , pengguanan diet dan pencernaan diet.

Latihan

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih

½jam yang sifatnya sesuai CRIPE ( Continous Ryhmical

IntensityProgressive Endurance.) Latihan dilakukan terus menerus tanpa

berhenti ,otot yang teratur akan merangsang peningkatan aliran darah dan

18
penarikan glukosa kedalam sel. Olaraga yang teratur akan memperbaiki

sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh

darah sehingga membantu masuknya glukosa kedalam sel. ( sujono Riyadi

&sukarmin 2008).

Obat terapi

1.Tamblet OAD ( anti diabetes )

2.Insulin.

3. Cangkok pankreas .

Pendekakatan terbaru untuk cangkok pankreas adalah segmental dari donor

hidup saudarah kembar identik

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang terdapat terjadi diabetes melitus adalah :

Komplikasi diabetes melitus di klarifikasi menjadi akut dan kronis. Yang

akut adalah hipoglikemia, diabetes ketodosis , hiperglikemi hyperosmolar

diabetes ketodosis . yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah

retinopati ,diabetic,neuropati,dislipidemia,dan hipertensi.

1. Komplikasi yang bersifat akut

Koma hipoglikemia

Koma hipoglikemia terjadi karena pekaian obat-obatan diabetic yang

melebihi dosis yang dianjurkan sehingga terjadi penurunan glukosa dalam

darah. Glukosa yang ada sebagian besar di fasilitasi untuk masuk ke dalam

sel.

19
Koma hiperosmolar nonketotik

Koma ini sering terjadi karena penurunan komposisi cairan intrasel dan

ekstrasel karena banyak diekskresi lewat urine.

2. Komplikasi yang bersifat kronik

1) Neuropati

Neuropati diabetic terjadi pada 60-70% individu DM.neuropati diabetic

yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

2) Dislipidemia

50% individu dengan DM mengalami dislipidemia.ada peningkatan

kolensterol (low density lipoprotrin) atau trgelsida yang bisa

memangakhibatkan ateroskleresis. Karena resistensi insulin,profil

lipid pasien dengan diabetes melitus tipe 2 adalah hipertrigliseridemia

dan hiperkolestrolemia.

3) Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah

glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar di kedua ginjal yang

di sebut sindrom kommelstiel-wilson. Atau lesi sindrom kommelstiel-

wilson di temukan pada diabetes melitus sekitar 10-35% pasien

diabetes melitus pada penderita ini memiliki faktor paling cepat

timbulnya nefropati diabetic.

20
2.1.8 Penatalaksanaan

Obat – obatan hipoglikemik Oral (OHO) :

1) Golongan sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pancreas untuk

mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfonuria hanya bekerja bila sel-sel

beta utuh, menghalangi pengikatan insulin, mempertinggi kepekaan

jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran glikagon. Indikasi

pemberian obat golongan sulfoniluria adalah :

bila berat badan sekitar ideal kurang lebih 10% dari berat badan

ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40 u/hari , bila tidak ada stress

akut, seperti infeksi berat /perasi.

2) Golongan biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.Golongan

biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi normal dan

istimewanya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.

3) Alfa glukosidase inhibitor

Obat ini berguna menghambat kerja insulin alfa glukosidase di dalam

saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan

Menurunkan hiperglikemia post pradial. Obat ini bekerja di lumen usus

dan tidak menyebabkan terjadinya hipoglikemia dan tidak berpengaruh

pada akar insulin. Alfa

21
glukosidase inhibitor dapat menghambat bioavailabilitas metformin jika di

biarkan bersamaan pada orang normal.

1. Pengaturan makanan (Diet)

Pengaturan makan merupakan pilar terpenting bagi pengobatan

diabetes. Pada umumnya , diet diabetes itu diatur berdasarkan 3J,

yaitu jumlah ,jenis, dan jadwal.

a. Jumlah.

Pada umumnya, pengaturan jumlah makanan di buat berdasarkan tinggi

badan, berat badan , jenis aktivitas dan juga umur . berdasarkan hal ini ,

akan di hitung dan di tentukan jumlah kalori untuk masing – masing.

b. Jenis

kolesterol,yang biasanya hanya terdapat pada bahan hewani terutama pada

kuning telur dan jeroan hewan.

2. Buah- buahan dan sayuran

dapat diperbaiki. Pada beberapa penderita, pengurangan jumlah total

energi waktu puasa dapat menormalkan kadar gula darah. Berbagai

metode untuk menurunkan berat badan telah dipelajari dan di tetapkan.

Penderita harus diberi penyuluhan tentang hubungan antara intake

makanan dan kontrol dari diabetes.Semua penderita diabetes tipe 2 harus

mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak

tak jenuh.

22
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe 2

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas pasien

1) usia

Umumnya manusia mengalami peruban fisiologi secara drastis

menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes melitus sering

muncul setelah memasuki usia tersebut terutama setelah seseorang

memasuki usia 45 tahun terlebih pada orang dengan overweight.

2) pendidikan dan pekerjaan

Pada orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai pola

hidup dan pola makan yang salah. Cenderung untuk mengkonsumsi

makanan yang berlebihan, serta tingginya konsumsi makanan yang

berat serta aktifitas sisik sedikit oleh karna itu penyakit ini biasanya

banyak di alami pegawai kantoran, bos perusahaan dan pejabat

pemerintah.

3) keluhan utama

Penderita biasanya datang dengan keluhan menonjol badan terasa

sangat lemas sekali di sertai pengelihatan yang kabur. Meskipun

muncul keluhan banyak kencing (poliuria) kadang penderita belum

tahu kalau itu salah satu tanda penyakit diabetes melitus.

4) Riwayat penyakit

Riwayat penyakit ini biasanya yang dominan adalah munculnya

sering buang air kecil ( poliuria), sering lapar dan haus (polidipsi dan
23

polifagia, sebelumnya penderita mempunyai berat badan yang

berlebih. Biasanya penderita belum menyadari kalau itu merupakan

perjalann penyakit diabetes melitus. Penderita baru tahu kalau sudah

memeriksakan diri di pelayanan kesehatan.

5). Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit yang dapat menajadi pemicu timbulnya diabetes melitus

dan perlu di lakukan pengkajian diantaranya : penyakit pankreas,dan

gangguan penerimaan insulin,gangguan hormonal

6) Riwayat Penyakit Keluarga

Diabetes melitus dapat menurun silsilah keluarga yang mengidap

diabetes, karena kelainan gen yang mengakhibatkan tubuhnya tak

dapat menghasilkan insulin dengan baik akan di sampaikan

informasinya pada keturunan berikutnya (Vitahealht, 2016)

2.2.2 Pola ADL ( Activity Daily Living )

1) Pola nutrisi dan Metabolik

adanya keluhan ingin selalu makan tetapi berat badan nya justru turun

karena glukosa tidak dapat di tarik ke dalam sel dan terjadi penurunan

massa sel. Pada pengkajian pasien mengalami penurunan nafsu makan

, sehingga ada kensenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan

kasus di sebabkan pasien menderita gastritis.


24

2). Pola Eliminasi

eliminasi buang air kecil ( BAK) akan di jumpai jumlah urine yang banyak

baik secara frekuwensi maupun volumenya ( pada frekuensinya biasanya >

10x/hari , sedangkan volume mungkin tercapai 2500-3000 cc/ hari )

3) Pola Aktivitas dan Latihan

Penderita dengan Diabetes Melitus akan mengalami penurunan gerak karena

kelemahan fisik , kram otot dan penurunan tonus otot. dalam beraktivitas

terbatas, selama masuk RS hanya berbaring lemah di tempat tidur.

4) Pola Istirahat Tidur

Sering muncul perasaan tidak enak efek dari gangguan yang bersifat sistemik

yang berdampak pada gangguan tidur ( insomnia). Penderita juga sering

terbangun karena frekuensi kencing yang meningkat pada malam hari. rata-

rata tidur penderita pada malam hari 4-5 jam. Pada pengkasian ini juga dapat

dilihat penampilan wajah sayup mata merah dengan verbalisasi keluhan rasa

kantuk.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

cukupan insulin atau penurunan masukan oral (Riadi Sukimin,2008)

2. nyeri akut (kaki) berhubungan dengan agen fisik, resiko infeksi berhubungan

dengan ketidak adekuatan sistem kekebalan tubuh ( sujono Riyadi,2008).

3. kerusakan infeksi berhubungan dengan integritas kulit berhubungan dengan

sirkulasi dan sensasi pada eksttermitas distal.( nic noc,2012).


25

4. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ( Tucher dkk,

2007).

2.2.4 Intervensi keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan sistem kekebalan

tubuh.

Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di

harapkan tidak terjdi infeksi.

Kriteria hasil :

(1) Pasien bebas dari tanda – tanda dan gejalah infeksi.

(2) Pasien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

(3) Jumlah leokosit dalam batas normal.

(4) Pasien menunjukkan prilaku hidup sehat

Intervensi :

Monitoring tanda gejalah sistemik dan lokal.

Rasional : memastikan kondisi pasien pada periode peradangan atau

sudah terjadi infeksi.

Dorong masukkan nutrisi , masukan cairan , istirahat yang cukup.

Rasional: Menjaga adekuatan sistem kekebalan tubuh .

inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan , panas ,

Drainase.

Rasional : Mendeteksi dini tanda- tanda infeksi.


28

instruksikan pasien untuk minum Antibiotik sesuai resep.

Rasional : Menjaga keadekuatan sistem kekebalan tubuh.

Ajarkan pasien dan keluarga mengenali tanda dan gejalah infeksi, laporkan

kecurigaan infeksi

Rasional : Mendeteksi dini tanda-tanda infeksi.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

cukupan insulin atau penurunan masukan oral.

1)Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di

harapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.

2) Kriteria hasil :

Badan pasien tidak lemas lagi

BB pasien berangsur dapat kembali normal

Tanda – tanda vital dalam batas normal (mendekati aman nadi 80 – 90

x/menit ,tekanan darah 100-140/ 80-90 Mmhg , suhu tubuh 36,5 – 37’C,

respiratory rate 20- 22x/menit)

Pasien bisa beraktivitas

GDA dalam batas normal ( < 140 mg/dl)


29

Intervensi :

Pertahankan hubungan terapeutik dengan klien dan keluarga

R/ Agar px berkooperatif dalam tindakan yang akan di lakukan

Observasi tanda – tanda vital

R/ Mengetahui perkembangan yang telah di capai oleh pasien

Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh

R/ penjelasan yang benar menambah pengetahuan pasien

Anjurkan pasien untuk mematuhi program diit yang di berikan

R/ diit yang benar akan membantu menurunkan kadar gula darah pasien

Kolaborasi dengan dokter dalam mrmberikan program diit serta terapi oral.

R/ merupakan peran interdependen perawat

3. nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.

Tujuan : nyeri pada pasien dapat berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

Pasien melaporkan nyeri berkurang / hilang dalam 48 jam

Ambulasi secara normal menahan beban berat badan sempurna saat pulang.

Ekspresi wajah pasien tidak terlihat meringis kesakitan.

Nadi 80-84x/menit.

Skala nyeri 0 atau 1 ,2 atau 3


30

Intervensi :

Tentukan karakteristik nyeri berdasarkan dikripsi pasien.

R/ menetapkan dasar untuk mengkaji perbaikan / perubahan pada

nyeri

Letakkan ayunan kaki di atas tempat tidur / anjurkan untuk menggunakan

pakaian tidur yang longgar saat bangun.

R/ Menghindari tekanan langsung pada area cidera yang dapat

mengakhibatkan vasokontriksi / peningkatan nyeri.

Kaji TTV

R/ peningkatan kedalaman pernafasan sebagai salah satu indikasi

peningkatan benda keton dalam tubuh

Kolaborasi pemberian analgetik per oral stiap 8 jam sesuai kebutuhan

R/ menurunkan ambang nyeri yang dialami oleh pasien melalui serbut

syaraf.

Anjurkan pasien untuk memulai akitvitas tidak tergesa dan mendadak .

R/ meningkatkan rasa perhatian terhadap benda di sekeliling dan

Mengurangi kekuatan otot.

4. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi

dan Sensasi pada ektrimitas distal.

Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di

harapkan tidak terdapat pembekakan pada luka.


31

1) Kriteria hasil :

Pasien mengungkapkan pemahaman tentang resiko dan tindakan untuk

menghindari cedera.

Pasien dapat mempraktekkan keperawatan kulit dan kaki secara rutin.

Pasien dan keluarga dapat mengenali tanda awal lesi dan infeksi kulit.

2) Intervensi :

Beritahu pasien tentang resiko cedera dan kemungkinan penyembuhan luka

yang lama.

Rasional : meningkatkan pemahaman pasien tentang resilko cidera.

Anjurkan pasien agar tidak berjalan dengan telanjang kaki

Rasional : untuk menimalkan trauma pada kaki

Meminimalkan lingkungan yang berbahaya

Rasional : mencegah terjadinya resiko

Observasi tanda dan gejala awal terjdi infeksi

Rasional : mendeteksi dini tanda- tanda infeksi

Dorong upaya meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas

Rasional : sirkulasi pada ekstremitas tetap terjaga


32

2.2.5 Implementasi

Implementasi adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan ,

beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam implementasi adalah :

1) Validasi rencana sesuai dengan masalah / kebutuhan klien

2) Kemampuan interpersonal , intelektual, teknikal yang dimiliki perawat sesuai

dengan tindakan keperawatan.

3) Tindakan keperawatan aman bagi klien.

4) Dokumentasi semua tindakan yang telah di laksanakan.

2.2.6 Evaluasi

Hasil yang di tetapkan :

1 Resiko infeksi berkurang

Mengatakan pentingnya memantau glukosa darah secara teratur.

Menjelaskan cara infeksi mempengaruhi glukosa darah.

Menyebutkan tanda dan gejalah infeksi.

2. ada tanda Nutrisi yang adekuat , dapat mempertahankan berat badan dan

dapat memilih makanan , jumlah dan distribusi makanan yang cocok.

3. kelelahan berkurang dan mengatakan tidak merasa lelah.

4. rasa takut / cemas berkurang.

mengatakan bahwa rasa takut / cemas berkurang.

menyebutkan kelompok pendukung yang ada dan menetapkan niat untuk

masuk ke kelompok tersebut.Memperoleh pengetahuan yang cukup tentang

penyakit yang sedang di derita.


33

Mampu menjelaskan dengan benar proses penyakit diabetes mellitus

Mendemontrasikan dengan benar cara memberikan suntikan insulin sendiri dan

memakai daerah suntikan secara bergantian,Mampu menjelaskan dengan benar

hipoglikemia , tanda dan gejala serta penangannya, Mampu menyebutkan dosis ,

waktu dan efek obat hipoglikemik oral dengan benar(Baradero dkk 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M. Dkk. ( 2009) . klien gangguan endokrin : seri Asuhan

Keperawatan . Jakarta : Penerbit Buku kedoteran ECG.

Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar : Rikesdas 2013. Jakarta : Badan

Penelitian dan pengembangn Kesehatan.

Sudarmoko , A. (2010) . Tetap Tersenyum Melawan Dibetes. Yogyakarta : Atama

Media Press.

Hartono , A. ( 2012) . Medikal Bedah Endokrin. Tanggerang Selatan: Binarupa

Aksara Publisher.

Kariadi, S. H. (2009) . Diabetes Melitus : Panduan Lengkap Untuk

Diabetes, Keluarganya, dan Profesional Medis. Cet.1. Bandung: Qanita

Lakshinta, Nattaya . ( 2012) . Anak Aktif, Bebas Diabetes. Yogyakarta: Javalitera.

Mahendra, B.dkk. (2008) . Care Your Self, Diabetes Mellitus. Jakarta : Penebar

Plus

Soegondo, S.dkk. (2009) . Hidup Sehat Secara Mandiri Dengan Diabetes Mellitus

Terpadu. Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai