Anda di halaman 1dari 8

JERE 5 (1) (2016)

Journal of Educational Research and Evaluation


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTORIK SISWA


MATERI SPEAKING DI SMA SEMESTA GUNUNG PATI KOTA
SEMARANG

Abdul Latif Akhmad , Januarius Mujianto, Zaim Elmubarok

Prodi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang
Info Artikel Abstrak
________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen penilaian psikomotorik siswa
Diterima 19 Maret 2016 materi speaking di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah mix method dengan modifikasi
Disetujui 17 Juni 2016 menjadi 2 tahapan yaitu tahap pendahuluan dan tahap pengembangan. Pengumpulan data melalui
Dipublikasikan 15 wawancara dan lembar observasi, keabsahan data berupa triangulasi. Alat pengumpulan data
Agustus 2016 kuantitatif menggunakan validasi 3 Expert Judgment dianalisis menggunakan formula Aiken,
________________ analisis validitas konstruk Exploratory Factor Analysis (EFA), reliabilitas instrumen dianalisis
Keywords: menggunakan Alpha Cronbach, dan uji kepraktisan menggunakan uji kuantitatif sederhana. Hasil
Speaking, student’s validitas instrumen Expert Judgment menunjukkan validitas ≥ 0,30 bahwa seluruh butir item valid.
psychomotoric assessment, Hasil validitas uji skala kecil dengan menggunakan daya beda menunjukkan 22 butir yang
the development of diujicobakan terdapat 15 butir dinyatakan valid. Pada uji skala luas nilai KMO sebesar 0,788
instrumen, (>0,50). Berdasarkan muatan faktor kelimabelas item memiliki nilai >0,50 maka dapat dikatakan
keseluruhan item valid. Hasil reliabilitas uji skala kecil 0,651 dan pada uji skala luas 0,769. Hasil
____________________
uji kepraktisan menunjukkan bahwa instrumen yang dikembangkan sangat praktis. Pengembangan
buku pedoman penilaian psikomotorik speaking siswa SMA diperuntukkan untuk guru bahasa
Inggris SMA. Kesimpulan bahwa instrumen penilaian psikomotorik siswa materi speaking
memiliki validitas, reliabilitas dan kepraktisan yang baik sehingga dapat digunakan sebagai
instrumen penilaian psikomotorik siswa materi speaking di SMA.

Abstrac
_____________________________________________________________
The purpose of this study is to develop assessment of student’s psychomotor instruments in speaking class in
senior high school (SHS). Mix method is used and modified into two stages, namely the preliminary and
development. Data collection is done through interviews and observation, the data legality with triangulation.
Quantitative data collection tool uses validation of 3 Experts analyzed using Aiken’s V, Exploratory Factor
Analysis (EFA), the reliability using Cronbach Alpha and the practicality using a simple quantitative test. The
validity of instruments shows ≥ 0.30, that the whole items is valid. Validity in small scale test using power
differential shows there are 15 items declared valid. The broad scale testing KMO value 0.788 (> 0.50). Based
on the factor loadings 15 items have a value > 0.50 then the whole item is valid. The results of the reliability
test on a small scale 0.651 and on vast scale test 0.769. Practicality test shows that a very practical. The
development of speaking handbook is purposed for English teacher in SHS. The conclusion is that the
instrument developed has a good validity, reliability and practicality, therefore it can be used as an assessment
of student’s speaking psychomotor instruments in SHS.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: P-ISSN 2252-6420
Kampus Pascasarjana Unnes, Jalan Kelud Utara III Semarang 50237
E-ISSN 2503-1732
E-mail: abdlatmad@gmail.com

41
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

PENDAHULUAN guru masih berpotensi untuk melakukan


penilaian yang cenderung subjektif.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran Kecenderungan subjektif inilah yang
mengharuskan seorang guru untuk dapat dikhawatirkan membuat proses penilaian
menguasai beberapa kompetensi khususnya keterampilan speaking tidak dapat
terkait dengan penilaian. Hal ini penting menggambarkan kondisi siswa secara autetik,
dikarenakan penilaian merupakan bagian sementara dalam mata pelajaran bahasa Inggris
integral dalam proses pembelajaran yang mana ada keterampilan speaking, reading, listening
harus dipenuhi demi tercapainya tujuan dan writing. Penilaian empat keterampilan
pendidikan nasional. Sesuai dengan tujuan tersebut diperlukan dalam rangka mencapai
pendidikan nasional yang tercantum dalam tujuan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat
undang-undang Sisdiknas no 20 tahun 2003, SMA yaitu agar siswa tidak hanya mampu
tujuan pendidikan adalah upaya mencetak berwacana dalam bahasa Inggris di lingkungan
generasi yang cakap dalam ilmu pengetahuan, sehari-hari, baik di dalam lingkungan keluarga,
sikap spiritual dan sosial, serta keterampilan. sekolah maupun masyarakat, tetapi juga agar
Seiring dengan penerapan kurikulum siswa dapat mengakses informasi baik ilmiah
yang diberlakukan pada saat ini, Pemerintah maupun non ilmiah dalam bahasa Inggris.
memunculkan PP No 23 Tahun 2016 tentang Dalam penilaian, guru seharusnya
Standar Penilaian Pendidikan yang merupakan memposisikan diri sebagai fasilitator siswa agar
pembahasan kriteria mengenai lingkup, tujuan, siswa dapat aktif di kelas. Tugas guru lebih
manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan banyak mengamati dan membimbing hal-hal
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang ditanyakan siswa, sehingga acuannya
yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian bukan pada kemampuan guru, tetapi pada
hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar standar penilaian yang ditetapkan pemerintah.
dan pendidikan menengah. Walaupun sudah Akan tetapi belum adanya bentuk instrumen
demikian diatur dalam pemendikbud tersebut yang baku dari pemerintah menuntut guru
namun pelaksanaan di lapangan masih belum supaya kreatif untuk mampu mengembangkan
sesuai dengan harapan. instrumen secara mandiri. Oleh karena itu sering
Berdasarkan observasi awal yang terjadi subjektifitas penilaian dikarenakan guru
dilakukan peneliti di SMA Semesta, peneliti belum mampu membuat instrumen penilaian
memperoleh permasalahan terkait banyak guru masing masing aspek baik afektif, kognitif
yang dalam proses mengajar belum maupun psikomotorik yang valid dan reliabel.
melaksanakan penilaian yang disertai dengan Penilaian yang dilaksanakan tanpa
perangkat pembelajaran yang lengkap. Selain memperhatikan kaidah-kaidah dan standar
observasi, wawancara juga dilakukan peneliti penilaian akan berakibat pada hasil penilaian
dengan beberapa guru, mereka mengaku masih yang tidak merepresentasikan capaian
belum menyiapkan rubik dalam proses penilaian kompetensi peserta didik secara akurat, sehingga
yang diterapkan, terutama aspek psikomotorik tidak reliabel dan diragukan kevalidannya.
dan afektif dalam pelajaran bahasa Inggris Penilaian yang tidak reliabel dan tidak valid
kajian speaking. akan memberikan informasi yang salah terhadap
Selama ini, pembelajaran bahasa Inggris kualitas proses belajar mengajar dan pada
materi speaking yang berjalan di SMA Semesta akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan
dilakukan oleh guru dengan menilai aspek tercapai.
psikomotorik menggunakan lembar pengamatan Brown dan Yule (Nunan, 1989; 26)
yang terdiri dari nama dan nilai tanpa disertai berpendapat bahwa speaking adalah
dengan rubik penilaian yang spesifik, sehingga menggunakan bahasa lisan yang terdiri dari

42
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

ucapan yang pendek, tidak utuh atau terpisah- masih belum cukup baik. Ketiadaan instrumen
pisah dalam lingkup pengucapan. Pengucapan yang baik inilah yang kemudian mendorong
tersebut sangat erat berhubungan dengan peneliti untuk mengembangkan instrumen
hubungan timbal balik yang dilakukan antara penilaian psikomotorik siswa materi speaking
pembicara satu dengan pendengar. Bailey yang valid, reliabel dan praktis untuk dipakai di
(Nunan, 2003: 48) menyatakan bahwa berbicara SMA Bilingual Semesta kota Semarang dimana
adalah keterampilan lisan yang terdiri dari penelitian ini dilaksanakan.
menghasilkan ungkapan-ungkapan kebahasaan
yang sistematis untuk menyampaikan makna. METODE
Terkait dengan psikomotorik siswa SMA,
speaking merupakan sebuah keterampilan Penelitian pengembangan merupakan
psikomotorik yang dapat teramati secara kasat penelitian yang bertujuan untuk
mata meliputi kompetensi gramatikal, mengembangkan dan menghasilkan suatu
kompetensi discourse, kompetensi produk dalam hal ini adalah instrumen.
sosiolinguistik, dan kompetensi strategi Beberapa model pengembangan instrumen yang
(Richards & Renandya, 2002). dapat dijadikan pedoman antara lain model
Pentingnya pemahaman guru tentang pengembangan Thiagarajan, model Dick &
penilaian merupakan aspek yang penting dalam Carey, dan model Kemp. Menurut Thiagarajan,
proses penilaian itu sendiri. Sehingga tidak akan Semmel & Semmel dalam Saud (2014:1035)
terjadi kesalahan baik dari segi pendekatan, model pengembangan 4-D terdiri atas empat
metode maupun teknik penilaian. Sebagai tahapan yaitu: tahapan
contoh, bahasa Inggris merupakan mata pendahuluan/pendefinisian (define), tahapan
pelajaran yang mencakup materi praktik perencanaan (design), tahapan pengembangan
disamping teori, sehingga cocok untuk menilai (develop), dan tahapan desiminasi (disseminate).
menggunakan performance asseessment Tahap define mencakup kegiatan studi pustaka
(penilaian unjuk kerja). Performance assessment dan survei lapangan untuk keperluan identifikasi
adalah penilaian yang mengharuskan peserta masalah dan analisis kebutuhan, tahap design
didik melakukan dan mendemonstrasikan hasil mencakup kegiatan perancangan produk awal,
dari pengetahuan yang didapat berdasarkan tahap develop mencakup kegiatan vali¬dasi
kriteria yang ditetapkan. performance pakar, revisi produk, uji coba satu-satu dan
assessment lebih menekankan pada kelompok kecil, sedangkan tahap disseminate
keterampilan (Gronlund, 1977 : 87). Penekanan mencakup kegiatan sosialisasi lapangan dan
keterampilan diperlukan sebagai pengalaman revisi produk akhir.
belajar peserta didik agar dapat diaplikasikan Metode pengembangan yang digunakan
dalam pemecahan masalah kehidupan (Nicaise, dalam pengembangan instrumen psikomotorik
2000 : 90). Sehingga berdasarkan dua pendapat ini juga menggunakan teori pengembangan
tersebut proses penilaian psikomotorik speaking instrumen yang dikemukakan oleh Djemari
dalam penelitian ini dilakukan dengan model Mardapi (2008:108), yang mana menggunakan
penilaian unjuk kerja. sepuluh langkah sebagai berikut: (1)
Selama ini guru dalam menilai menentukan spesifikasi, (2) menulis instrumen,
keterampilan speaking sudah menggunakan (3) menentukan skala instrumen, (4)
instrumen, tetapi instrumen tersebut hanya berisi menentukan sistem pensekoran, (5) mentelaah
nama siswa dan kolom nilai tanpa ada kriteria instrumen, (6) melakukan uji coba, (7)
keterampilan seperti apa yang dapat menganalisis instrumen, (8) merakit instrumen,
menjelaskan besarnya nilai dari guru. Oleh (9) melaksanakan pengukuran, (10) menafsirkan
karena itu instrumen yang dibuat oleh guru hasil penelitian.

43
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

Kedua teori pengembangan tersebut HASIL DAN PEMBAHASAN


kemudian dimodifikasi sesuai keperluan
penelitian menjadi dua tahap yaitu tahap Hasil penelitian di SMA Semesta Gunung
pendahuluan dan tahap pengembangan. Tahap Pati menunjukkan bahwa terdapat instrumen
pendahuluan meliputi (1) penyiapan data untuk untuk menilai aspek psikomotorik namun
menyusun instrumen penilaian psikomotorik; (2) instrumen tidak disertai rubik penilaian sehingga
kompetensi inti dan kompetensi dasar, dan 3) skor yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
melakukan analisis standar kompetensi, subjektifitas penilai. Selain itu instrumen yang
kompetensi dasar dan (4) menyusun kisi-kisi;. ada dalam RPP juga tidak disertai petunjuk
Tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan penggunaan sehingga guru tidak memakai
mencakup (1) menyusun butir; (2) menyusun instrumen tersrbut untuk menilai psikomotor
pedoman pensekoran / pedoman penilaian yang speaking tetapi lebih memilih menggunakan
dapat berupa lembar daftar periksa observasi lembar penilaian yang dibuat secara mandiri
dan skala penilaian; dan (3) melakukan telaah oleh guru.
butir, pedoman pensekoran, validitas, reliabilitas Adapun teknik penilaian insturmen
dan kepraktisan instrumen. Instrumen dinilai penilaian psikomotorik speaking siswa di SMA
kelayakannya agar dapat digunakan untuk Semesta Gunung Pati disajikan pada Tabel 1.1
mengumpulkan data yang otentik. Apabila telah berikut ini:
dinyatakan layak setelah melakukan telaah soal Tabel 1. Teknik Penilaian Psikomotorik
dan pedoman pensekoran maka instrumen siap Speaking di SMA Semesta
digunakan, tetapi jika tidak layak maka kembali Aspek yang Teknik Waktu
untuk menyusun butir. N diamati penilaian penilaian
Instrumen dapat dikategorikan sebagai o
instrumen yang baik apabila memenuhi Pengucapan, Kegiatan inti
beberapa kriteria seperti valid, reliabel dan 1 isi dan penutup
praktis. Arikunto (2012:74) menyatakan dengan Tes
lebih detail bahwa sebuah tes dapat dikatakan Kelancaran, praktik Kegiatan inti
baik apabila memenuhi syarat yaitu validitas, 2 ekspresi dan penutup
reliabilitas, objektvitas, prakatibilitas dan
ekonomis. Widoyoko (2014:98-102) Tabel 1 menunjukkan bahwa aspek yang
mengungkapkan bahwa karakteristik tes yang diamati pada materi speaking meliputi tiga jenis
baik memenuhi syarat validitas, reliabilitas, acuan yaitu vocabulary (kosakata), grammar
objektivitas dan ekonomis, lebih lanjut (tata bahasa) dan fluency (kelancaran). Ketiga
Widoyoko (2014:101) mengungkapkan untuk aspek tersebut terdapat dalam silabus, tetapi
mengindari subjektivitas dalam penilaian, maka rubik dari masing-masing aspek tidak
penilaian harus dilakukan secara terus menerus, dicantumkan dalam instrumen penilaian ketika
menyeluruh dan praktis. melakukan penilaian atau evaluasi. Hal tersebut
Peneliti menerapkan syarat-syarat dibuktikan dengan tidak adanya instrumen
instrumen penilaian yang baik di atas dan khusus untuk menilai psikomotorik speaking
memodifikasi instrumen yang telah ada supaya siswa pada RPP yang dikembangkan oleh guru
disesuaikan dengan rumusan masalah dan bahasa Inggris di SMA Semesta Gunung Pati.
tujuan penelitian untuk melengkapi teori terkait Pada akhirnya, penilaian bersifat subjektif dan
dengan penelitian, diantaranya uji validitas, tidak mengamati speaking siswa seperti yang
reliabilitas dan kepraktisan instrumen yang tercantum dalam silabus.
dikembangakan. Pengembangan instrumen yang dilakukan
dalam penelitian ini secara garis besar terbagi ke
dalam dua tahapan penting yaitu: tahap

44
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

pendahuluan dan tahap pengembangan. Tahap jumlah butir sebanyak 22 butir dapat digunakan
pendahuluan berisi penentuan spesifikasi untuk melakukan uji coba skala kecil.
instrumen dan desain instrumen, sedangkan Pengestimasian daya beda butir dilakukan
tahap pengembangan berisi terkait validasi pada uji coba skala kecil. Analisis yang
desain, uji validitas isi, validitas konstruk digunakan adalah menghitung korelasi skor
reliabilitas dan uji kepraktisan instrumen. butir dengan skor total dengan mengunakan
Nilai validitas, daya beda dan reliabilitas formula correlation product moment pearson.
instrumen diperoleh melalui analisis skor hasil Butir yang memiliki koefisien korelasi rxy > 0,20
telaah instrumen oleh para ahli, uji coba skala dan berkategori “cukup” akan diterima dan
kecil dan uji coba skala luas. Validitas oleh para sebaliknya apabila rxy ≤ 0,20 maka butir akan
validator merupakan validitas isi suatu ditolak. Hasil perhitungan daya beda butir
instrumen, sedangkan validitas konstruk instrumen psikomotorik speaking pada uji coba
diperoleh melalui analisis faktor exploratori skala kecil dapat teramati bahwa pada instrumen
dengan menggunakan program SPSS 16. Daya psikomotorik speaking jumlah butir yang
beda instrumen dianalisis hanya pada skor hasil diterima sebanyak 15 butir yang diambil dari
uji coba instrumen skala kecil, reliabilitas butir yang berkategori “cukup”, “baik” dan
instrumen diestimasi baik pada hasil uji coba “baik sekali”. Sedangkan sisanya sebanyak 7
instrumen skala kecil maupun luas Perhitungan butir yang berkategori “jelek” ditolak. Hal ini
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan berarti bahwa sebanyak 15 butir diikutsertakan
formula alpha pada skala kecil dan pada skala dalam uji coba skala luas dan sebanyak 7 butir
luas. tidak disertakan dalam uji coba skala luas.
Validasi instrumen oleh para ahli adalah Reliabiltas pada uji coba skala kecil
melalui hasil pengisian angket berupa skor yang diestimasi dengan koefisien Cronbach Alpha.
dianalisis menggunakan formula Aiken V pada Adapun koefisien reliabilitas instrumen
instrumen psikomotorik speaking. Para ahli penilaian psikomotorik speaking yang
yang menjadi validatior sebanyak tiga orang, dikembangkan adalah sebesar α = 0,651. Jelas
dimana tiga orang tersebut merupakan dosen bahwa, angka yang didapatkan dari SPSS 16
UNNES yang bergelar doktor dalam bidang menunjukkan bahwa konstruk dari instrumen
pendidikan sekaligus ahli dalam bidang yang dikembangkan memberikan nilai di atas
pengembangan instrumen, ahli evaluasi dan ahli yang dipersyaratkan menurut kriteria Nunnally
bahasa Inggris. (Ghozali, 2013), yakni, 0,6, yang berarti
Hasil analisis validasi dengan formula konstruk instrumen yang dikembangkan pada
Aiken’s V pada instrumen penilaian skala kecil dikatakan tinggi derajat
psikomotorik speaking menunjukkan bahwa 22 reliabilitasnya. Sedangkan hasil perhitungan
butir instrumen masing-masing memiliki yang didapatkan pada uji coba skala luas
koefisien Aiken ( > 0,30). Berdasarkan skor menunjukkan bahwa koefisien reliabilitasnya α
tersebut dapat disimpulkan bahwa semua butir sebesar = 0,769 dan berkategori “tinggi”.
lolos (layak) dan dapat dipakai pada uji coba Terlihat bahwa instrumen unjuk kerja memiliki
skala kecil dikarenakan seluruh validator konsistensi yang sangat baik karena angka
menyetujui instrumen penilaian psikomotorik reliabilitas yang semakin meningkat dari 0, 651
speaking yang terdiri dari 22 butir untuk menjadi 0,769.
digunakan dalam pengambilan data pada uji Validitas konstruk instrumen dilakukan
coba skala kecil. Dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui faktor-faktor yang terbentuk
bahwa pada tahap validasi instrumen oleh para dari beberapa dimensi psikomotorik speaking
ahli, instrumen yang dikembangkan dengan siswa dan prosentase yang mampu diungkap,
diperoleh melalui analisis faktor eksploratori

45
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

dengan menggunakan olah data SPSS versi 16. eigenvalues di atas 1 ada 2 component. Artinya,
Dengan analisis faktor atau komponen, peneliti bahwa 15 butir indikator tersebut dapat
mengidentifikasi suatu struktur dan kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok faktor.
menentukan sapai seberapa besar variabel Komponent 1 mempunyai nilai 7,860 dan
adapat dijelaskan oleh setiap dimensi. Setelah mampu menjelaskan varians sebesar 52,400%
dimensi dan penjelasan setiap variabel dan komponen 2 mempunyai nilai 1,340 dan
diketahui, maka dua tujuan utama analisis mampu menjelaskan varians sebesar 8,932%.
faktorndapat dilakukan yaitu ringkasan data dan Terlihat bahwa pada kedua faktor yang
reduksi data (Ghozali 2016:377). terbentuk, nilai yang diperoleh > 1 yang
Santoso (2014:60) menyatakan, beberapa artinya, kedua faktor dinyatakan berkorelasi
nilai penting yang perlu diperhatikan dalam dengan butir instrmen dan kedua butir mampu
menginterpretasi output analisis faktor menjelaskan sebesar 61,332%. Dengan
eksploratori adalah harga, KMO and Bartlett’s demikian, analisis faktor dapat dilanjutkan
Test, Anti Image Matrix, Rotated Component karena nilai Total Variance Explained sudah
Matrix, Component Transformation Matrix, mencukupi yakni > 60% (Santoso, 2014:114).
Scree Plot dan Total Variance Exsplained. Secara keseluruhan hasil Total Variance
Pada instrumen psikomotorik speaking, Explained dapat didigambarkan dalam Gambar
analisis faktor exploratori dengan bantuan SPSS 1. Secara keseluruhan hasil Total Variance
versi 16, menghasilkan beberapa output yang Explained dapat didigambarkan dalam Gambar
harus diinterpretasikan. Angka KMO and 1 dibawah ini.
Bartlett's Test sebesar 0,788. Berdasarkan nilai
tersebut keseluruhan butir instrumen
menunjukan nilai KMO telah memenuhi kriteria
yaitu ≥ 0,5. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa hasil analisis instumen pada uji coba
skala luas atau uji coba tahap II ini sudah
memenuhi kriteria dan syarat untuk dianalisis
lebih lanjut menggunakan analisis faktor
menggunakan program SPSS 16. Langkah
selanjutnya adalah menganalisis korelasi antara Gambar 1. Screen Plot
butir-butir instrumen. Pada kolom anti image Jika pada total variance explained
terlihat bahwa nilai korelasi butir 1 = 0,825, menjelaskan jumlah faktor yang terbentuk
butir 2 = 0,744, butir 3 = 0,850, butir 4 = 0,773, dengan perhitungan angka, maka scree plot
butir 5 = 0,878, butir 6 = 0,830, butir 7 = 0,758, menampilkan angka dalam bentuk grafik.
butir 8 = 0,737, butir 9 = 0,812, butir 10 = 0,704, Output SPSS pada gambar 1, pada sumbu X
butir 11 = 0,741, butir 12 = 0,760, butir 13 = component number dari 1 ke 2, arah garis
0,864, butir 14 = 0,841, butir 15 = 0,689. Oleh menurun cukup tajam, kemudian mulai dari
karena semua nilai korelasi tiap butir secara angka 2 ke 3, 4, 5 dan seterusnya garis sudah
keseluruhan mendapatkan angka yang lebih mulai landai, dan semua faktor setelah titik 2
besar dari 0,5 sehingga, analisis faktor dapat sudah di bawah angka satu sumbu Y eigenvalue.
diteruskan dengan mengikutsertakan semua Hal ini menunjukkan bahwa dua faktor yang
butir. terbentuk paling bagus untuk meringkas 15 butir
Dalam analisis EFA penelitian ini instrumen psikomotorik speaking yang
terdapat 2 komponen yang terbentuk dan dapat dikembangkan (Santoso 2014:84).
mewakili jumlah indikator. Dari 15 butir yang Rotated Component Matrix adalah
dianalisis ternyata yang mempunyai nilai initial output yang menggambarkan tentang

46
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

pengelompokan butir-butir pada instrumen yaitu studi pendahuluan dan studi


psikomotorik speaking menjadi beberapa faktor. pengembangan. Studi pendahuluan dilakukan
Dalam penelitian ini kelimabelas butir melalui metode kualitatif yang meliputi
instrumen setelah diekstraksi menjadi dua observasi, wawancara, dokumentasi dan kajian
kelompok inti. Untuk komponen yang terbentuk pustaka, sedangkan pada studi pengembangan
pada faktor 1, butir terdiri dari butir 1, 3, 4, 6, dilakukan dengan metode kuantitatif meliputi
11, 12 dan 14, sedangkan pada faktor 2 terdiri uji validitas, uji reliabilitas dan uji kepraktisan
dari butir 2, 5, 7, 8, 9, 10, 13 dan 15. Dengan instrumen.
demikian, kelimabelas butir instrumen yang Hasil uji validitas instrumen baik validitas
telah direduksi terbentuk menjadi dua faktor. isi maupun validitas konstruk menunjukkan
Untuk faktor satu diberi nama “Kompetensi kriteria yang memadai dan memenuhi standar
Tindak Tutur” dan faktor dua dengan nama minimal yang ditentukan pada masing-masing
grammar “Kompetensi Tata Bahasa”. uji.
Tahap uji kepraktisan instrumen yang Selanjutnya, reliabilitas instrumen
dilakukan terhadap 3 orang guru bahasa Inggris psikomotorik speaking berada pada kategori
sebagai calon pengguna instrumen diperoleh “tinggi” pada uji coba instrumen pada skala
angka kepraktisan sebesar 143 dan berkategori kecil dan uji skala luas menunjukkan
sangat praktis. Penentuan rentang skor dan menunjukan bahwa hasil pengembangan
kriteria kepraktisan menggunakan statistik instrumen penilaian yang dihasilkan sudah
sederhana yaitu dengan mencari skor maksimal, reliabel dikarenakan koefisien instrumen telah
minimal dan jumlah pilihan respon pada hasil memenuhi kriteria reliabilitas minimal.
pengisian angket kepraktisan yang telah dibuat. Total prosentase varian psikomotorik
Dikarenakan jumlah butir angket kepraktisan speaking yang mampu diungkap oleh instrumen
sebanyak 11 butir, penilai sebanyak 3 orang dan penilaian psikomotorik speaking yang
pilihan respon adalah 5 pilihan (1 s.d 5), maka dikembangkan adalah sebesar 61,33%.
diperoleh skor minimal sebesar 33 dan skor Komponen ini dihasilkan oleh dua komponen
maksimal 165. Nilai total 143 terletak pada (faktor) pengelompokan dimensi psikomotor
kategori “sangat praktis”. Oleh karena itu, hasil yang terbentuk. Kedua komponen tersebut
dari uji kepraktisan instrumen menunjukkan kemudian diberi nama masing-masing, yaitu
bahwa instrumen penilaian psikomotorik siswa komponen 1 dengan nama “Kompetensi Tindak
yang dikembangkan di SMA dinyatakan “sangat Tutur”, sedangkan komponen 2 dengan nama
praktis”. “Kompetensi Tata Bahasa”.
Hasil estimasi kepraktisan instrumen
KESIMPULAN menunjukkan kriteria “Sangat Praktis” sehingga
dapat disimpulkan bahwa instrumen penilaian
Berdasarkan hasil penelitian psikomotorik dinyatakan praktis dan dapat
pengembangan dan pembahasan yang dipakai untuk menilai kemampuan
dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan psikomotorik speaking siswa SMA.
bahwa instrumen penilaian psikomotorik Hasil pengembangan instrumen berupa
speaking yang digunakan guru selama ini di produk yang berupa instrumen penilaian
SMA Semesta Gunung pati, Kota Semarang psikomotorik speaking siswa SMA yang
belum teruji. Oleh karena itu diperlukan dilengkapi rubik penilaian dan buku panduan.
pengembangan instrumen yang baik dari segi Buku panduan yang dihasilkan dalam penelitian
validitas, reliabilitas dan kepraktisannya. ini berisi tentang prosedur penggunaan
Langkah pengembangan instrumen yang instrumen penilaian, sistem penskoran hingga
dilakukan dikelompokkan menjadi dua langkah cara menggunakan instrumen penilaian

47
Abdul Latif Akhmad, dkk / Journal of Educational Research and Evaluation 5 (1) (2016)

psikomotorik speaking siswa SMA yang Nunan, D. 2003. Practical English Language
dikembangkan. Teaching. New York: Mc.Graw-Hill
Companies.
Richards, J.C. & Renandya, W.A. 2002.
DAFTAR PUSTAKA
Methodology in Language Teaching: An
Anthology of Current Practices. New York:
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
Cambridge University Press.
Edisi ke-2. Jakarta: Bumi Aksara.
Santoso, S. 2014. Menguasai Statistik Multivariat.
Brown, H. D.. 2004. Language Assessment:
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Principles and Classroom Practices. New
Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974.
York: Pearson Education Company.
Instructional Development for Training
Gronlund, N.E. 1977. Constructing Achievement
Teachers of Expectional Children.
Test, second edition. USA: Prentice Hall, Inc.
Minneapolis, Minnesota: Leadership Training
Gronlund, N.E. & Linn, R.L. 1990. Measurement
Institute/Special Education, University of
and evaluation in teaching. NewYork:
Minnesota.
Macmillan Publishing.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
Mardapi. D. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes
2003 tentang SISDIKNAS.
Dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Widoyoko, S. E. P. 2014. Evaluasi Program
Press.
Pembelajaran. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Nunan, D. 1989. Designing Task for the
Communicative Classroom. Cambridge:
Cambridge University Press.

48

Anda mungkin juga menyukai