Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TEORI SWAMEDIKASI

“ NYERI TENGGOROKAN DAN MULUT ”

DISUSUN OLEH :

Assolychatu Zahro (10115171)


Desy Yustiyani (10115178)
Febri Fitriana S. ( 10115049)
Ima Rosita F. (10115018)
Ni Putu Ayu (10115165)
Ratna Puspita (10115129)
Setyo Agung N. (10115006)
Yuliana Dwi Agustin (10114126)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan atas limpahan
rahmat dan berkahnya yang diberikan kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “NYERI TENGGOROKAN DAN MULUT”. Terima kasih kami
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak.

Disadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam pembahasan makalah ini


dari teknis penulisan sampai dengan pembahasan materi untuk itu besar harapan kami akan
saran dan masukan yang sifatnya mendukung untuk perbaikan ke depannya.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Dosen pembimbing yang
telah memberi arahan untuk membuat Makalah ini dan tidak lupa untuk rekan rekan
mahasiswa kami ucapkan terima kasih semoga apa yang saya susun bermanfaat.

Kediri, 6 April 2018

Penulis,
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus,

bakteri, alergi, trauma, toksin dan lain-lain (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).

Faringitis lazim terjadi di seluruh dunia, umumnya di daerah beriklim musim dingin dan awal

musim semi. Di Amerika Serikat, sekitar 84 juta pasien berkunjung ke dokter akibat infeksi

saluran pernafasan akut pada tahun 1998, dimana 25 juta disebabkan oleh infeksi saluran

pernafasan atas (Aamir Somro, 2011). Menurut National Ambulatory Medical Care Survey,

infeksi saluran pernafasan atas, termasuk faringitis akut, bertanggung jawab untuk 200

kunjungan ke dokter per 1000 penduduk per tahun di Amerika Serikat (Alan L. Bisno, 2001).

Di negara-negara yang berpenghasilan tinggi, faringitis adalah umum pada anak-anak usia 3

hingga 15 tahun. Di Amerika Serikat, rata-rata anak lingkungan usia 5 tahun terinfeksi

faringitis GABHS (Group A Beta Hemolytic Streptococcus) (Aamir Somro, 2011).

Faringitis akut merupakan salah satu klasifikasi dalam faringitis. Faringitis akut

adalah suatu penyakit peradangan tenggorok (faring) yang bersifat mendadak dan cepat

memberat. Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-sama dan dapat

menyerang semua umur. Faringitis akut dapat disebabkan oleh viral, bakteri, fungal dan

gonorea. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman golongan Streptokokus Beta

Hemolitikus, Streptokokus viridians dan Streptokokus piogenes. Penyakit ini juga dapat

disebabkan oleh infeksi virus seperti virus influenza dan adenovirus. Faringitis akut dapat
menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari orang yang

menderita faringitis (Rusmarjonno dan Efiaty Arsyad Soepardi, 2007).

1.1 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan nyeri tenggorokan dan mulut

2. Untuk mengetahui dan memahami terapi swamedikasi yang benar dan baik pada nyeri

tenggorokan dan mulut

3. Untuk mengetahui etiologi nyeri tenggorokan dan mulut

4. Untuk mengetahui patofisiologi dari nyeri tenggorokan dan mulut

5. Untuk menegtahui manifestasi klinik nyeri tenggorokan dan mulut

1.2 Rumusan masalah

1. Apa perbedaan dari nyeri tenggorokan dan mulut ?

2. Bagaimana sifat virus bakteri dari tenggorokan dan mulut?

3. Bagaimana etiologi dari tenggorokan dan mulut?

4. Bagaimana penatalaksanaan tenggorokan dan mulut?

5. Bagaimana terapi non farmakologi dari tenggorokan dan mulut ?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar teori

1. Swamedikasi

Swamedikasi adalah upaya seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa

konsultasi dengan dokter terlebih dahulu (Depkes, 1993), sehingga seseorang tersebut,

dalam hal ini adalah pasien penyakit, menggunakan obat yang dibeli tanpa

menggunakan resep dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi

keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti

demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit,

dan lainnya (Muchid dkk., 2006).

Swamedikasi memiliki posisi penting dalam usaha peningkatan

kesehatan masyarakat. Diperlukan adanya peningkatan penyediaan obat yang

dibutuhkan untuk pengobatan sendiri, sehingga nantinya kemampuan masyarakat

dalam mengatasi masalah kesehatannya dapat ditingkatkan. Swamedikasi dapat

menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan atau medication error karena

keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya, maka dari itu

apoteker dituntut untuk dapat memberi informasi yang tepat kepada masyarakat guna

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti penyalahgunaan obat (Muchid dkk.,

2006).

Menurut Permenkes Nomor 919 Tahun 1993, kriteria obat yang dapat dibeli

tanpa resep dokter adalah sebagai berikut :


a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun,

b. pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risikopada

kelanjutan penyakit,

c. penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan,

d. penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi

di Indonesia, dan

e. obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Melihat kriteria tersebut, golongan obat yang dapat digunakan dalam proses swamedikasi

adalah obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat tradisional, dan suplemen

makanan.

2. Nyeri Tenggorokan

a. Definisi

Nyeri tenggorokan atau Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari

membran mukosa faring atau dapat juga tonsilopalatina. Faringitis akut

biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis

akut atau bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007).

Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau

bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan

hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise

(Vincent, 2004).
b. Etiologi

Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus

(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun

bakteri.

- Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza,

Coxsackievirus, Epstein –Barr virus, Herpes virus.

- Bakteri yaitu, Streptococcus ß hemolyticus group A, Chlamydia, Corynebacterium

diphtheriae, Hemophilus influenzae, Neisseria gonorrhoeae.

- Jamur yaitu Candida jarang terjadi kecuali pada penderita imunokompromis yaitu

mereka dengan HIV dan AIDS, Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan

faktor pencetus atau yang memperberat (Departemen Kesehatan, 2007).

c. Patofisiologi

Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara

langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi

lokal. Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel

sehingga jaringan limfoid superfisial bereaksi dan akan terjadi pembendungan

radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat

hiperemis, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya eksudat

bersifat serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan

dapat melekat pada dinding faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah

dinding faring akan melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau

abu-abu akan didapatkan di dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa

folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau yang terletak
lebih ke lateral akan menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti

Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa

faring akibat sekresi nasal (Bailey, 2006; Adam, 2009).

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan

pelepasan extracelullar toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan

jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Streptococcus ß hemolyticus

group Amemiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada miokard dan

dihubungkan dengan demam reumatik dan kerusakan katub jantung. Selain itu

juga dapat menyebabkan glomerulonefritis akut karena fungsi glomerulus

terganggu akibat terbentuknya kompleks antigenantibodi (Bailey, 2006; Adam,

2009).

d. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme

yang menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala umum

seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu:

- Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan

beberapa hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan

mual.

- Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan

suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.

- Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

- Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya

batuk yang berdahak.

- Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

- Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan

pengobatan bakterial non spesifik.

- Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat

hubungan seksual (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Anda mungkin juga menyukai