Anda di halaman 1dari 12

Program Pemberian Suplementasi Gizi Khusus bagi Wanita, Bayi, dan Anak-

anak serta

Terjemahan.
Dari judul asli: “Special Supplemental Nutrition Program for Women, Infants, and
Children and Infant Feeding Practices”

oleh:
Alison Jacknowitz, PhDa, Daniel Novillo, MPPb, Laura Tiehen, PhDc
a
Department of Public Administration and Policy, American University, Washington, DC; bUS Government
Accountability Office, Washington, DC; cEconomic Research Service, US Department of Agriculture,
Washington, DC

ABSTRAK

TUJUAN. Studi ini memeriksa hubungan antara partisipasi Program Suplementasi Gizi Khusus bagi Wanita,
Bayi, dan Anak-anak (WBA) dan kesesuaiannya dengan 4 rekomendasi American Academy of Pediatrics pada
pemberian makanan bayi.

METODE. Kami menggunakan data dari the Early Childhood Longitudinal Study-Birth Cohort, yang
merepresentasikan anak-anak yang lahir pada tahun 2001 secara nasional. Kami mengestimasikan model
regresi untuk mengukur hubungan antara partisipasi program dan kesesuaian dengan rekomendasi American
Academy of Pediatrics pada ASI eksklusif dan introduksi formula bayi, susu sapi, dan makanan padat.

HASIL. Hasil regresi mengindikasikan bahwa partisipasi WBA dihubungkan dengan penurunan poin
persentase-5,9 pada pemberian ASI eksklusif ≥4 bulan dan penurunan poin persentase-1,9 pada pemberian
ASI eksklusif ≥6 bulan. Para ibu yang mengikuti program, memiliki poin persentase-8,5 daripada nonpartisipan
jika dibandingkan dengan rekomendasi the American Academy of Pediatrics dalam menunda pemberian formula
bayi hingga usia 6 bulan. Program bagi para ibu lebih rendah poin persentase-8,5 daripada nonpartisipan jika
dibandingkan dengan rekomendasi the American Academy of Pediatrics dalam menunda pemberian formula bayi
hingga usia 6 bulan. Para ibu yang mengikuti program, memiliki poin persentase 2,5 lebih tinggi dalam
menunda pemberian susu sapi hingga 8 bulan dibandingkan nonpartisipan. Partisipan memiliki poin
persentase 4,5 lebih rendah dalam menunda introduksi makanan padat hingga ≥4 bulan. Akan tetapi, tidak
terlihat perbedaan antara partisipan dan nonpartisipan pada usia bayi 6 bulan.

KESIMPULAN. Hasil tersebut menyarankan bahwa meskipun partisipan program lebih cenderung memberikan
ASI eksklusif daripada nonpartisipan yang memenuhi syarat, program yang menyediakan formula bayi
merupakan pilihan penting bagi ibu yang tidak dapat memberikan ASI secara eksklusif. Program ini
menghadapi tantangan dalam pemberian ASI tanpa insentif dalam mengikuti praktik pemberian makanan bayi
yang direkomendasikan. Perubahan akhir-akhir ini dalam pengusulan pengemasan makanan oleh the US.
rogram Suplementasi Khusus bagi Wanita, Bayi, dan Anak-anak (WBA) menyediakan makanan

P bergizi, konseling gizi, dan penyerahan kepada pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial lainnya
kepada wanita berpendapatan rendah, bayi, dan anak-anak balita. WBA diluncurkan sebagai
program pilot pada tahun 1972 dan telah berkembang dengan melayani sekitar 88.000 partisipan pada
tahun 1974 dan sekitar 8 juta partisipan pada tahun 2005. Dana kongres yang telah disesuaikan bagi
WBA adalah hampir 5 milyar USD selama tahun 2005, dan lebih dari 10,4 juta selama tahun pelantikan,
peningkatan yang dramatis dalam partisipasi dan pengeluaran per partisipan1. Kira-kira seperempat (1,9
juta) partisipan WBA merupakan wanita hamil dan post partus2.

Melalui komposisi dari paket makanan dan ketetapan mengenai konseling gizi, WBA dapat
mempengaruhi keputusan dalam pemberian makanan bayi partisipan. Praktik pemberian makan bayi
merupakan faktor yang menentukan dalam outcome maternal dan kesehatan anak, yang menggaris
bawahi kebutuhan untuk memahami pengaruh WBA kepada mereka. Dengan the Early Childhood
Longitudinal Study-Birth Cohort (ECLS-B), studi ini memeriksa pengaruh partisipasi WBA dalam
kesesuaiannya dengan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP) dalam memperhatikan 4
praktik pemberian makanan bayi: ASI eksklusif yang persisten dan introduksi susu formula bayi, susu
sapi, dan makanan padat.

LATAR BELAKANG

Praktik Pemberian Makanan Bayi yang Direkomendasikan

Di antara berbagai bentuk makanan bayi, ASI adalah yang dipertimbangkan sebagai yang paling
memberi keuntungan dari segi gizi selama periode post partum. ASI mengandung agen imunologis yang
dapat memproteksi bayi dalam melawan penyakit infeksi seperti bakteri meningitis, diare, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA), dan Infeksi Saluran Kemih (ISK). ASI juga memberi efek positif pada kesehatan
maternal, termasuk mempercepat pemulihan berat badan prakehamilan dan menurunkan risiko kanker
payudara dan kanker ovarium. Keuntungan sosial ASI termasuk biaya pemeliharaan kesehatan yang
lebih rendah dan menurunkan biaya program pemerintah seperti Medicaid dan WBA melalui promosi ibu
dan bayi yang lebih sehat.

Dalam pemberian manfaat ASI, the AAP Work Group on Breastfeeding merekomendasikan
pemberian ASI pada 6 bulan pertama kehidupan bayi. AAP mendefinisikan ASI eksklusif sebagai satu-
satunya makanan kepada bayi dan berasal dari ASI, tanpa suplementasi dalam bentuk apapun. Setelah
6 bulan pertama kehidupan, AAP merekomendasikan pemberian ASI secara kontinu, dengan
suplementasi dari sumber gizi lainnya.
Susu formula bayi, meskipun kandungan gizinya tidak selengkap ASI, mengandung nutrien yang
penting bagi outcome kesehatan positif. Kandungan zat besi yang tinggi pada susu formula fortifikasi
membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi, melalui penurunan risiko anemia, yang dapat
mengakibatkan perkembangan abnormal pada fungsi kognitif, sosial, dan keterampilan motorik. Susu
sapi, sebaliknya rendah zat besi dan kadang sulit dicerna bagi bayi usia <9 sampai 12 bulan. AAP
merekomendasikan bayi yang disapih, dan bayi yang tidak mendapatkan ASI, menerima formula yang
difortifikasi zat besi daripada susu sapi. Walaupun kelanjutan ASI diharapkan sampai usia bayi satu
tahun, panduan tersebut memperbolehkan makanan pendamping ASI (PASI) setelah usia 6 bulan,
menunjukkan bahwa bahwa para ibu sebaiknya memperkenalkan susu formula setidaknya pada suia
tersebut. AAP menyarankan secara eksplisit untuk menghindari pemberian susu sapi sampai setidaknya
anak berusia 12 bulan.

The AAP Work Group on Breastfeeding merekomendasikan pengenalan makanan padat pada usia
anak 6 bulan, memberi catatan bahwa makanan padat tidak baik bagi pertumbuhan optimal anak hingga
usia 6 bulan dan bahwa pengenalan mereka dapat menyebabkan penggantian ASI, yang kemudian
berlanjut pada penyediaan proteksi melawan diare dan infeksi saluran pernapasan. Tambahan pula,
beberapa penelitian menyarankan bahwa penundaan pemberian makanan padat hingga bayi berusia 6
bulan menurunkan probabilitas terjadinya reaksi alergi terhadap makanan, seperti asma dan eczema
selama masa kanak-kanak. Ada para ahli, yang termasuk dalam the AAP Committee on Nutrition, yang
mendukung pengenalan dari makanan komplementer kepada bayi berusia 4 hingga 6 bulan yang telah
mengalami perkembangan.

WBA dan Praktik Pemberian Makanan Bayi

WBA menyediakan paket makanan berbeda kepada pasangan ibu/anak, tergantung dari apakah
bayo tersebut mendapatkan ASI atau tidak. Bayi yang tidak mendapat ASI, menerima susu formula bayi
sejak awal kelahiran. Pertimbangan meningkat saat suplai susu formula bayi dapat mengecilkan hati
pemberian ASI diantara partisipan WBA. Untuk itulah, sejak 1990-an, WBA meningkatkan usaha promosi
ASI. Paket makanan WBA juga telah mengalami revisi untuk menurunkan perbedaan nilai pasar paket
yang disediakan bagi partisipan yang memberi ASI dan yang tidak. Seluruh bayi WBA menerima sereal
sejak usia 4 hingga 12 bulan.

*Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa partisipan WBA kurang melakukan ASI, baik dengan
maupun tanpa suplementasi. Studi-studi terakhir menggunakan strategi empiris tercanggih yang
bervariasi, baik perbedaan pemberian ASI berhubungan dengan partisipasi WBA atau karakteristik
lainnya yang diasosiasikan dengan partisipasi WBA.
Tidak seperti studi-studi yang memeriksa hubungan antara partisipasi WBA dan pemberian ASI
yang bermacam-macam, penelitian pada WBA dan praktik pemberian makanan bayi dari rekomendasi
AAP, difokuskan pada perbandingan deskriptif pada partisipan WBA dan nonpartisipan. Akan tetapi
keterbatasan data memaksa kemampuan mereka dalam mengidentifikasi secara cermat siapa yang me

menuhi syarat bagi WBA, yaitu grup yang menjadi pembanding yang penting. Studi juga
memaksa secara luas pada siapa mereka dapat mengontrol sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

Tiga penelitian menemukan bahwa partisipan WBA lebih cenderung tidak memberikan ASI
secara eksklusif daripada nonpartisipan 27-29. Analisis sebelumnya menemukan bahwa pastisipan WBA
berasosiasi dengan besarnya pemberitaan mengenai susu formula bayi 29,30 atau semakin tingginya
\kandungan zat besi yang diatribusikan oleh susu formulasi bayi berfortifikasi zat besi21,29,30. Penelitian
banyak yang menemukan bahwa bayi WBA lebih cenderung tidak mengkonsumsi susu sapi daripada
nonpartisipan yang memenuhi syarat, pada basis pola pemberian makan yang terlaporkan 30-31, dan
analisis asupan gizi21,30-32. Ada satu penelitian yang berbeda, yaitu oleh Ponza et al, yang menemukan
bahwa tidak ada perbedaan pemberian susu sapi pada bayi WBA dan non-WBA usia 7-11 bulan. Mereka
memang menemukan bahwa bayi WBA usia 4-6 bulan lebih banyak yang diberikan susu sapi daripada
bayi non-WBA, meskipun pemberian susu sapi dinilai jarang pada kedua kelompok tersebut. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, bahwa bayi yang tidak memenuhi syarat dalam mendapatkan WBA
dimasukkan ke dalam kelompok bayi non-WBA.

Walaupun penelitian sebelumnya menemukan bahwa partisipan WBA cenderung menunda


pemberian makanan padat kepada bayi hingga berusia 4 bulan 30, penelitian terbaru banyak yang
menemukan bahwa tidak ada perbedaan mengenai hal tersebut antara partisipan WBA dan non
partisipan29,31. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa bayi WBA usia 4-11 bulan cenderung tidak
diberikan makanan padat32, tetapi tidak memungkinkan untuk menentukan apakah perbedaan pada
periode 4-6 bulan itu relevan dengan rekomendasi pemberian makan AAP.

Penelitian sebelumnya menyediakan informasi deskriptif yang bernilai mengenai hubungan


antara partisipan WBA dan rekomendasi praktik pemberian makan bayi. Studi ini berkontribusi pada
beberapa dimensi penelitian ini. Pertama, studi tersebut memeriksa hubungan antara WBA dan 4 praktik
pemberian makan bayi yang menerima perhatian secara signifikan lebih rendah daripada ASI manapun.
Studi ini menggunakan data set representatif nasional terbaru untuk outcome ASI 28. Data ini
menyediakan informasi yang sosioekonomi yang lengkap, sehingga dapat digunakan dalam menentukan
siapa partisipan WBA yang memenuhi syarat dan siapa yang memenuhi syarat namun tidak
berpartisipasi. Akhirnya, diestimasikan model regresi dan kontrol pada berbagai faktor dalam usaha untuk
mengisolasi efek partisipasi WBA dalam kesesuaiannya dengan rekomendasi praktik pemberian makan
bayi.

METODE

DATA SET

Data set yang digunakan pada analisis ini adalah ECLS-B. ECLS-B adalah data set longitudinal
yang dikumpulkan oleh the National Center of Education Statistics. Garis dasar sampel dari 10.688 anak-
anak didesain menjadi representatif nasional untuk anak-anak yang lahir tahun 2001. Data set berisi
sampel anak-anak India-Amerika, Cina, Asia Pasifik lainnya, kembar atau terlahir dengan berat badan
rendah atau sangat rendah. Data awal berisi informasi yang berasal dari sertifikat lahir dan informasi
anak dan orang tua dari survey rumah tangga hingga 9 bulan setelah kelahiran anak.

ECLS-B berisi informasi lengkap mengenai status kesehatan anak, pertumbuhan dan
perkembangan, dan kesiapan memasuki sekolah. Sehubungan dengan studi ini, ECLS-B mengandung
informasi partisipasi WBA, ASI dan praktik pemberian makan bayi lainnya, karakteristik demografi,
pendapatan dan aset, partisipasi pada program asistensi lainnya, dan status kesehatan serta perilaku.

Untuk menganalisis, kami melakukan analisis sampel dari 5.276 orang ibu. Para ibu tersebut
disaring dalam 6 kriteria inklusi, dengan jumlah observasi tidak termasuk dalam kriteria. Pertama, hanya
mengobservasi warga negara Amerika Serikat (86 observasi dikeluarkan). Kedua, hanya memasukkan
ibu biologis (141 obervasi dikeluarkan). Ketiga, para ibu dengan kelahiran multipel akan dianggap
obervasi tunggal (794 observasi dikeluarkan). Keempat, hanya ibu yang memiliki anak usian ≥8 bulan
dan <18 bulan saat dilakukan pengukuran yang diobservasi (96 obervasi dikeluarkan). Kelima, hanya
mengobservasi sampel yang memiliki data yang lengkap untuk variabel relevan, dengan pengecualian
pada bayi kelahiran pertama (773 obervasi dikeluarkan). Ada >200 observasi adalah missing data baik
pada bayi kelahiran pertama; untuk itu, kami memberi nilai 0, sebuah nilai modal, untuk indikator anak
pertama dan memasukkan variabel yang yang memiliki missing data. Terakhir, hanya ibu yang
memenuhi syarat untuk WBA yang diobservasi (3.522 observasi dikeluarkan). Untuk memenuhi syarat,
seorang ibu harus memiliki pendapatan < 185% dari level kemiskinan atau berpartisipasi dalam the Food
Stamp Progam, cash welfare, atau the Medicaid Program. Tambahan pula, ia harus termasuk dalam
golongan wanita rawan gizi. Meskipun ECLS-B tidak memiliki data yang membedakan seorang wanita itu
dalam golongan rawan gizi atau tidak, penelitian menemukan bahwa hampir seluruh individu dengan
pendapatan rendah adalah pada kondisi rawan gizi.

Di antara para ibu yang memenuhi syarat pada analisis sampel, 80,6% berpartisipasi dalam
program WBA, dan 66,7% mulai berpartisipasi sejak masa hamil (tabel 1). Para ibu yang memilih
berpartisipasi sepertinya lebih tidak mendapatkan manfaat daripada yang tidak berpartisipasi. Para ibu
yang mengikuti program WBA terlihat lebih banyak yang berasal dari ras non-Hispanic Black atau Hispanic,
memiliki edukasi yang lebih rendah, lebih muda, belum menikah, berpartisipasi dalam program lainnnya,
dan memiliki pendapatan di bawah level kemiskinan, dibandingkan mereka yang tidak berpartisipasi.

ANALISIS STATISTIK

Kami mengestimasikan probit (probability units) models, dengan variabel tergantung yang
menangkap rekomendasi praktik pemberian makan bayi oleh AAP. Setiap ibu ditanya mengenai pada
usia berapa (dalam bulan) anaknya pertama kali menerima susu formula bayi, susu sapi, atau makanan
padat. ASI eksklusif didefinisikan sebagai penundaan pemberian susu formula bayi, susu sapi dan
makanan padat. Responden survey ini tidak menyediakan informasi mengenai pemberian cairan lain
seperti misalnya air putih atau jus. Meskipun definisi ASI eksklusif tidak seketat seperti yang digunakan
oleh Li et al28 pada analisis the National Immunization Survey, ASI eksklusif dapat membedakan mana ibu
yang konsisten memberikan ASI dan yang tidak. Kami memeriksa pengenalan terhadap makanan padat
(dan ASI eksklusif) pada bayi usia 4 dan 6 bulan karena adanya variasi dalam rekomendasi makanan
komplementer. Kepatuhan dalam rekomendasi susu sapi dinilai pada usia 8 bulan, bukan 12 bulan
karena banyak bayi yang disurvey belum mencapai usia 12 bulan.

Variabel bebas yang primer, yaitu partisipan WBA, didiefiniskan sebagai ibu yang mengikuti
program WBA selama masa hamil, selama 6 bulan setelah melahirkan, atau menerima voucher WBA
untuk mendapatkan makanan atau formula bayi selama 30 hari sebelum survey. Bersama dengan
dikotomi variabel partisipasi WBA, kami memasukkan banyak variabel yang dinilai berhubungan dengan
pengembilan keputusan pemberian makan bayi, yang disebut sebagai control variables (variabel kontrol).
Karakteristik yang dipaparkan pada tabel 1, disebut explanatory variables. Variabel ini termasuk ras ibu
dan etnik (dengan non-Hispanic White sebagai basis), pendidikan ibu (dengan tidak sekolah tinggi diploma
sebagai basis), usia ibu (dengan usia <20 tahun sebagai basis), bahasa ibu (dengan bahasa Inggris
sebagai basis), status pernikahan ibu (dengan status menikah sebagai basis), kehadiran anak lain yang <
5 tahun dan antara 5-17 tahun, apakah ibu tersebut kembar, dan apakah anak yang disurvey merupakan
anak dari ibu yang pertama. Kami juga memasukkan indicator variables untuk tempat kediaman (dengan
kediaman yang berada di the West sebagai basis) dan yang tinggal di area urban.

Kami menandai pengalaman ibu dengan program asistensi lain dengan indicator variable untuk
cash welfare, the Food Stamp Program, atau Medicaid sejak kelahiran anak tersebut atau 2 variabel dalam
kurun waktu tersebut (beberapa kali dalam kurun waktu atau setidaknya dalam banyak waktu dari kurun
waktu tersebut) rumah tangga tersebut menerima cash welfare selama masa kecil ibu (dengan yang tidak
menerima cash welfare sebagai basis). Kami juga memasukkan pendapatan rumah tangga, indicator
variable untuk bekerja pada waktu kapan pun selama kurun waktu 12 bulan sebelum kelahiran bayi. Kami
mengkarakterisasi aset ibu dengan indicator variable untuk kepemilikan rumah, kepemilikan mobil atau
truk, memiliki investasi, dan memiliki tabungan atau akun di bank.

Variabel untuk mendeskripsikan karakteristik terkait kehamilan ibu dan kesehatan secara umum
juga dimasukkan dalam analisis. Kami mengontrol perbedaan pada perawatan prenatal yaitu yang
dibayar oleh Medicaid, dibayarkan pihak lain, atau tidak menerima dari pihak lain sama sekali (dengan
perawatan prenatal yang dibayarkan sebagai asuransi pribadi sebagai basis). Kami juga memasukkan
variabel yang menyatakan jumlah minggu kehamilan ketika sang ibu mengetahui bahwa ia hamil, variabel
yang menyatakan bahwa sang ibu merokok ≥ 100 batang rokok sepanjang hidupnya, dan variabel yang
mengindikasikan apakah sang ibu merokok selama trimester ketiga.

Seluruh regresi probit (probability unit) diukur dengan variabel berat WIRO, yang disediakan data
ECLS-B. Efek marginal yang dievaluasi dengan mean variabel-variabel bebas dipresentasikan. Efek
marginal estimasi dari partisipasi WBA pada analisis regresi yang tidak terukur (disediakan oleh para
penulis apabila diminta) terlihat serupa seperti yang telah dilaporkan. SE disesuaikan untuk membetulkan
heteroskestisitas.

HASIL

Analisis deskriptif menunjukkan bahwa 44% partisipan WBA dan 59% nonpartisipan memberikan
ASI secara eksklusif hingga 1 bulan pertama kelahiran bayi (tabel 2). Tingkat pemberian ASI eksklusif
menurun secara terus menerus setelah bulan pertama kelahiran. Pada bulan ke-4, yang memberi ASI
secara eksklusif adalah 15% partisipan WBA dan 30% nonpartisipan; hanya 10% nonpartisipan yang
mengikuti panduan AAP yaitu memberi ASI eksklusif sampai 6 bulan. Meskipun tingkat pemberian ASI
eksklusif pada data ECLS-B, sangat konsisten dengan laporan the National Immunization Survey28, kami
menemukan tingkat ASI eksklusif yang lebih rendah pada partisipan WBA yang memenuhi syarat. Hal ini
sepertinya disebabkan oleh perbedaan perhitungan WBA yang memenuhi syarat dan WBA partisipan.

Efek marginal estimasi dari praktik pemberian makan bayi oleh partisipan WBA dari analisis
regresi probit dipresentasikan pada tabel 3. Koefisien untuk control variables bagi model ASI eklsklusif
secara umum memberikan tanda-tanda yang diharapkan. Hasil regresi lengkap untuk keempat model
ditampilkan pada lampiran. Analisis regresi dari ASI eksklusif (tabel 3) menunjukkan bahwa partisipan
WBA berhubungan dengan penurunan poin 5,9% dalam kecenderungan memberikan ASI eksklusif ≥4
bulan (P < 0,01) dan penurunan poin 1,9% dalam kecenderungan memberikan ASI eksklusif ≥6 bulan
(P< 0,05). Hubungan negatif antara partisipasi WBA dan ASI eksklusif adalah konsisten dengan hasil
penelitian-penelitian lainnya27,28. Akan tetapi, hasil regresi kami mengindikasikan bahwa magnitude dari
hubungan negatif tersebut menurun ketika kami mengontrol karakteristik lain yang mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif.
Seperti yang ditampilkan pada tabel 2, ibu WBA cenderung melakukan inisiasi susu formula selama
masa 1 bulan pertama bayi (56%, dibandingkan dengan 41% nonpartisipan). Pada bulan ke-6, 88%
partisipan dan 72% nonpartisipan melakukan inisiasi susu formula. Hasil regresi mengindikasikan bahwa
para ibu WBA cenderung lebih rendah 8,5% daripada ibu non-WBA dalam mematuhi rekomendasi AAP
untuk menunda introduksi susu formula hingga usia bayi 6 bulan (tabel 3). Hubungan negatif partisipasi
WBA dan penundaan introduksi susu formula hingga usia bayi 6 bulan adalah konsisten dengan
penelitian-penelitian sebelumnya29,30. Konsisten dengan penemuan kami dalam pemberian ASI eksklusif,
hasil regresi mengindikasikan bahwa hubungan pengukuran antara partisipasi WBA dan pemberian susu
formula adalah jauh lebih kecil saat kami mengontrol explanatory factors lainnya.

Meskipun para ibu WBA lebih cenderung tidak menunda introsuksi susu formula daripada ibu
non-WBA, mereka lebih cenderung menunda pemberian susu sapi. Bukan merupakan hal yang sering
dilakukan baik itu oleh partisipan WBA maupun nonpartisipan untuk menyediakan susu sapi bagi bayi
mereka, dengan <4% para ibu yang memenuhi syarat yang melakukan introduksi susu sapi pada usia
bayi 8 bulan. Hasil regresi menunjukkan bahwa para ibu WBA cenderung menunda pemberian susu sapi
sebesar 2,5% (P <0,01) daripada nonpartisipan (tabel 3). Penemuan bahwa partisipan WBA lebih
cenderung menda pemberian susu sapi ini konsisten dengan penemuan-penemuan sebelumnya21,30-32.

Analisis deskriptif mengilustrasikan bahwa partisipan WBA lebih cenderung cepat mengintroduksi
makanan padat kepada bayi berusia 4 bulan daripada nonpartisipan (tabel 2). Hasil regresi kami
membenarkan analisis deskriptif tersebut. Partisipan WBA cenderung lebih cepat mengintroduksi
makanan padat kepada bayi usia ≥4 bulan sebesar 4,5% daripada nonpartisipan (tabel 3). Penemuan ini
kontras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menghubungkan partisipan WBA dan introduksi
makanan padat sebelum usia 4 bulan29-31. Akan tetapi, perbedaan ini menghilang pada usia bayi 6 bulan
(tabel 3), yang mana hal ini juga konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya29,31.

PEMBAHASAN

Partisipasi WBA adalah berhubungan, tetapi tidak semua, dengan keputusan pemberian makan
pada bayi oleh para ibu yang memenuhi syarat. Partisipan WBA berkaitan dengan rendahnya
kecenderungan pemberian ASI eksklusif dan besarnya kecenderungan introduksi pemberian susu
formula bayi. Dikombinasikan dengan rendahnya kencenderungan introduksi pemberian susu sapi oleh
partisipan WBA, penemuan ini menyimpulkan bahwa susu formula memberikan opsi gizi yang penting
bagi para ibu yang memutuskan untuk memberikan ASI secara parsial, maupun yang tidak memberikan
ASI sama sekali. Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, manfaat susu formula tidak sebaik ASI.
Akan tetapi, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa susu formula merupakan peringkat kedua dalam
memenuhi gizi bayi, dan dari kandungan gizinya superior daripada susu sapi. Tingginya harga susu
formula secara relatif, cenderung menghalangi pemberiannya oleh para ibu dengan penghasilan rendah.
Oleh karena itu, apabila WBA menghentikan penawaran susu formula, maka banyak para ibu yang tidak
menyusui anaknya yang memberikan alternatif bernutrisi lebih rendah, termasuk susu sapi.

Ada pula hubungan negatif yang signifikan antara partisipasi WBA dan kepatuhan rekomendasi
dalam menunda pemberian makanan padat hingga bayi berusia 4 bulan. Akan tetapi, hubungan ini tidak
terlihat saat bayi berusia 6 bulan, dan sebagian besar para ibu yang memenuhi syarat telah
mengintroduksi makanan padat pada usia tersebut.

Keterbatasan penelitian ini penting untuk dikemukakan. Merupakan hal yang sulit dalam
menemukan penyebab para ibu tersebut memutuskan untuk berpartisipasi dalam program pemberian
makan bayi WBA. Beberapa penelitian terbaru mendokumentasikan perbedaan yang besar antara para
ibu yang memenuhi syarat dan yang tidak 20,22,23,24. Meskipun kami telah menyertakan set lengkap dari
control variable, masih ada kemungkinan adanya karakter yang tidak terobservasi yang berhubungan
dengan baik keputusan para ibu dalam berpartisipasi dalam program WBA, maupun praktik pemberian
makan bayinya. Apabila hal tersebut benar, kami akan menghubungkan, seperti contohnya, rendahnya
tingkat ASI eksklusif dalam partisipasi WBA ketika dapat dihubungkan dengan karakteristik lainnya yang
memiliki keterkaitan yang kuat dengan partisipasi WBA.

Dua keterbatasan dari studi ini adalah berhubungan dengan prosedur pengumpulan data.
Pertama, sangat penting untuk tidak menyertakan ibu yang memiliki anak berusia > 18 bulan, sebab kami
tidak dapat memastikan status partisipasi WBA mereka. Kedua, definisi ASI eksklusif kami
memperbolehkan pemberian jus atau air putih, sebab kami tidak mampu menghitung praktik pemberian
makan ini dalam ECLS-B. Maka dari itu, kami mungkin telah melebihkan perhitungan bayi yang
mendapat ASI eksklusif.

Promosi rekomendasi praktik pemberian makan bayi meninggalkan tantangan bagi WBA,
terutama karena partisipan program memiliki karakteristik yang berhubungan dengan menurunnya
kecenderungan kepatuhan rekomendasi praktik pemberian makan bayi. The US Department of Agriculture
Food and Nutrition Service, yang mengurus program tersebut level federal, baru-baru ini mengusulkan revisi
pada paket makanan WBA35, sebagian besar berdasarkan rekomendasi dari the Institute of Medicine36.
Beberapa perubahan pengusulan akan lebih dekat menyamai nilai jual dan nilai gizi dari paket makanan
yang disediakan wanita yang menyusui dan tidak menyusui dan akan menyediakan sereal bayi bagi bayi
berusia 6 bulan, daripada 4 bulan. Perubahan-perubahan ini akan konsisten dengan tujuan dalam
peningkatan kepatuhan pada panduan praktik pemberian makan dari AAP di antara partisipan WBA.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami berterima kasih kepada Steven Putansu atas asistensi penelitian yang baik. Kami juga
berterima kasih kepada partisipan seminar an Economic Research Service dan konferensi the 2006 Food
Assistance and Nutrition Research Program atas komentar mereka.

REFERENSI

1. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. National Level Annual Summary, FY 1974–2005. Alexandria,
VA: US Department of Agriculture; 2006. Available at: www.fns.usda.gov/pd/wisummary.htm. Accessed
September 25, 2006

2. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. Monthly Data: Agency Level, FY 2005. Alexandria, VA: US
Department of Agriculture; 2006. Available at: www.fns.usda.gov/pd/WIC_Monthly.htm. Accessed September 25,
2006

3. Leon-Cava N, Lutter C, Ross J, Martin L. Quantifying the Benefits of Breastfeeding: A Summary of the Evidence.
Washington, DC: Pan American Health Organization; 2002

4. Heinig MJ. Host defense benefits of breastfeeding for the infant: effect of breastfeeding duration and exclusivity.
Pediatr Clin North Am. 2001;48:105–123

5. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CD. Protective effect of breast feeding against infection. BMJ.
1990;300:11–16

6. Dewey KG, Heinig MJ, Nommsen LA. Maternal weight-loss patterns during prolonged lactation. Am J Clin Nutr.
1993;58:162–166

7. Labbok MH. Effects of breastfeeding on the mother. Pediatr Clin North Am. 2001;48:143–158

8. Newcomb PA, Storer BE, Longnecker MP, et al. Lactation and a reduced risk of premenopausal breast cancer. N
Engl J Med. 1994;330:81–87

9. Rosenblatt KA, Thomas DB. Lactation and the risk of epithelial ovarian cancer: WHO Collaborative Study of
Neoplasia and Steroid Contraceptives. Int J Epidemiol. 1993;22:192–197

10. Weimer J. The Economic Benefits of Breast Feeding: A Review and Analysis. Washington, DC: Food and Rural
Economics Division, Economic Research Service, US Department of Agriculture; 2001. Food Assistance and
Nutrition Research Report 13

11. American Academy of Pediatrics, Committee on Nutrition. The use of whole cow’s milk in infancy. Pediatrics.
1992;89:1105–1109

12. American Academy of Pediatrics, Committee on Nutrition. Supplemental foods for infants. In: Kleinman R, ed.
Pediatric Nutrition Handbook. 5th ed. Elk Grove Village, IL: American Academy of Pediatrics; 2004:103–119

13. American Academy of Pediatrics. Policy statement: breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics.
2005;115:496–506

14. Fiocchi A, Assa’ad A, Bahna S. Food allergy and the introduction of solid foods to infants: a consensus document.
Ann Allergy Asthma Immunol. 2006;97:10–21

15. Grantham-McGregor S, Ani C. A review of studies on the effect of iron deficiency on cognitive development in
children. J Nutr. 2001;131:649S–668S
16. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. Legislative History of Breastfeeding Promotion. Alexandria,
VA: US Department of Agriculture; 2006. Available at: www.fns.usda.gov/wic/Breastfeeding/bflegishistory.htm.
Accessed September 25, 2006

17. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. Revisions to the WIC Food Package. Alexandria, VA: US
Department of Agriculture; 2006. Available at: www.fns.usda.gov/wic/benefitsandservices/revisionstofoodpkg-
background.htm. Accessed September 25, 2006

18. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. WIC Food Package. Alexandria, VA: US Department of
Agriculture; 2006. Available at: www.fns.usda.gov/wic/benefitsandservices/foodpkgtable.htm. Accessed
September 25, 2006

19. Fox MK, Hamilton W, Lin B. Effects of Food Assistance and Nutrition Programs on Nutrition and Health, Vol 3, Literature
Review. Washington, DC: Food and Nutrition Service, US Department of Agriculture; 2004

20. Bitler M, Currie J. Does WIC work? The effects of WIC on pregnancy and birth outcomes. J Policy Anal Manage.
2005;24:73–91

21. Rush D, Sloan NL, Leighton J, et al. The National WIC evaluation: evaluation of the Special Supplemental
Nutrition Program for Women, Infants, and Children, part VI: study of infants and children. Am J Clin Nutr.
1988;48:484–511

22. Chatterji P, Bonuck K, Dhawan S, Deb N. WIC Participation and the Initiation and Duration of Breastfeeding. Madison,
WI: Institute for Research on Poverty, University of Wisconsin-Madison; 2002. Institute for Research on Poverty
Discussion Paper 1246–02

23. Chatterji P, Brooks-Gunn J. WIC participation, breastfeeding practices, and well-child care among unmarried, low-
income mothers. Am J Public Health. 2004;94:1324–1327

24. Schwartz JB, Popkin BM, Tognetti J, Zohoori N. Does WIC improve breast-feeding practices? Am J Public Health.
1995;85:729–731

25. Ahluwalia IB, Morrow B, Hsia J, Grummer-Strawn LM. Who is breastfeeding? Recent trends from the Pregnancy
Risk Assessment and Monitoring System. J Pediatr. 2003;142:486–491

26. Ryan AS, Wenjun Z. Lower breastfeeding rates persist among the Special Supplemental Nutrition Program for
Women, Infants, and Children participants. Pediatrics. 2006;117:1136–1146

27. Ryan AS, Wenjun Z, Acosta A. Breastfeeding continues to increase into the new millennium. Pediatrics.
2002;110:1103–1109

28. Li R, Darling N, Maurice E, Barker L, Grummer-Strawn LM. Breastfeeding rates in the United States by
characteristics of the child, mother, or family: the 2002 National Immunization Survey.Pediatrics.2005;115(1)
Available at: www.pediatrics.org/cgi/content/full/115/1/e31

29. Ponza M, Devaney B, Ziegler P, Reidy K, Squatrito C. Nutrient intakes and food choices of infants and toddlers
participating in WIC. J Am Diet Assoc. 2004;104:71–79

30. Burstein N, Fox MK, Puma MJ. Study of the Impact of WIC on the Growth and Development of Children: Field Test: Final
Report, Vol II Preliminary Impact Estimates. Cambridge, MA: Abt Associates;1991

31. Cole N, Fox MK. Nutrition and Health Characteristics of Low Income Populations, Vol II, WIC Participants and
Nonparticipants. Washington, DC: Economic Research Service, US Department of Agriculture; 2004
32. Kramer-Leblanc CS, Mardis A, Gerrior S, Gaston N. Review of the Nutritional Status of WIC Participants. Washington,
DC: Center for Nutrition Policy and Promotion, US Department of Agriculture; 1999

33. Ver Ploeg M, Betson D. Estimating Eligibility and Participation for the WIC Program. Washington, DC: National
Research Council of the National Academies; 2003

34. Gundersen C. A dynamic analysis of the well-being of WIC recipients and eligible non-recipients. Child Youth Serv
Rev. 2005;27:99–114

35. US Department of Agriculture Food and Nutrition Service. Special Supplemental Nutrition Program for Women,
Infants, and Children (WIC): revisions in WIC food packages: proposed rule. Fed Regist. 2006;71:44783–44855

36. Institute of Medicine. WIC Food Packages: Time for a Change. Washington, DC: National Academies Press; 2005

Anda mungkin juga menyukai