Proposal Metpen Edit2
Proposal Metpen Edit2
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Syahvira Septyanarindri
NIM. 072110101039
2.3 ASI
2.3.1 Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mammae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik
pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi selama 6 bulan pertama (Baskoro,
2008). ASI (Air Susu Ibu) merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi. ASI terdiri dari berbagai komponen gizi dan
non gizi. Komposisi ASI tidak sama selama periode menyusui, pada akhir menyusui
kadar lemak 4-5 kali dan kadar protein 1,5 kali lebih tinggi daripada awal menyusui.
Juga terjadi variasi dari hari ke hari selama periode laktasi (Feva, 2006).
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada
bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun penyediaan
energi dalam susunan yang diperlukan. ASI tidak memberatkan fungsi traktus
digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir, serta
menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum. Lagipula ASI memiliki berbagai zat
anti infeksi, mengurangi kejadian eksim atopik, dan proses menyusui menguntungkan
ibunya dengan terdapatnya lactational infertility, hingga memperpanjang child
spacing (Pudjiadi, 2001).
2. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. namun demikian
protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya
terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu unsur whey. Perbandingan protein unsur
whey dan casein dalam ASI adalah 65:35, sedangkan dalam PASI 20:80. Artinya
protein pada PASI hanya sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem
pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar
diabsorpsi. Hal ini yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan
defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang
sukar diserap bila bayi diberikan PASI (Baskoro, 2008).
ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Protein
istimewa lainnya yang hanya terdapat dalam ASI adalah taurin (taurine). Taurin
adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga
penting untuk pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurin sama sekali
(Roesli, 2004).
3. Lemak
Sekitar separuh dari energi air susu ibu berasal dari lemak yang mudah
diserap dibandingkan dengan susu sapi. Hal ini karena adanya enzim lipase dalam
ASI. Kandungan lemak total ASI bervariasi antara ibu satu dengan lainnya. Air susu
yang pertama keluar selama menyusui disebut susu mula(foremilk). Cairan ini
mengandung kira-kira 1-2 % lemak dan tampak encer. Air susu encer ini membantu
memberikan kepuasan kepada bayi yang merasa haus waktu mulai minum air susu
ibu. Air susu berikutnya disebut susu belakang (hindmilk) yang mengandung lemak
paling sedikit tiga atau empat kali lebih banyak dari pada susu mula. Ini memberi
hampir seluruh energi, oleh karena itu merupakan hal yang sangat penting bahwa bayi
harus mendapatkan susu belakang tersebut (Pudjiadi, 2001).
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung
enzim lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak mengandung
enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim,
bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah
terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandingannya
dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat
dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi
(Baskoro, 2008).
4. Laktosa
Zat gizi ini merupakan komponen utama karbohidrat dalam air susu ibu.
Jumlah laktosa dalam ASI tidak banyak bervariasi antar ibu-ibu yang menyusui.
Dibandingkan dengan susu sapi, kandungan laktosa dalam ASI lebih banyak.
Disamping merupakan sumber energi yang mudah dicerna, beberapa laktosa diubah
menjadi asam laktat. Asam ini membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tak
diinginkan dan mungkin membantu dalam penyerapan kalsium dan mineral-mineral
lainnya (Pudjiadi, 2001).
Laktosa juga diperlukan untuk pertumbuhan otak, salah satu produk dari
laktosa adalah galaktosa yang merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang
sedang tumbuh. Para pakar menemukan bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu
jenis mamalia maka ukuran otaknya relatif makin besar. ASI sendiri mengandung
laktosa yang paling tinggi dibandingkan dengan susu mamalia lain (Roesli, 2004).
5. Mineral
Susu ibu mengandung sedikit kalsium dibandingkan dengan susu sapi, tetapi
karena kalsium ASI mudah diserap maka kalsium ASI cukup dapat memenuhi
kebutuhan bayi. Dalam kedua macam air susu itu kandungan zat besinya rendah.
Namun sekitar 7-15% besi dalam ASI dapat diserap, sedangkan dari bahan makanan
lainnya hanya 5-10%. Selain itu simpanan besi pada bayi sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhannya selama berbulan-bulan pertama dalam hidupnya. Air susu
ibu juga mengandung natrium, kalium, fosfor dan khlor yang lebih rendah
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dengan jumlah itu sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi (Pudjiadi, 2001).
6. Vitamin
Apabila makanan ibu cukup seimbang, maka vitamin-vitamin yang
dibutuhkan bayi selama 4-6 bulan pertama dapat dipenuhi dari air susu ibu. Hanya
dijumpai sedikit vitamin D dalam lemak ASI, namun bagi bayi yang mendapatkan air
susu ibu dalam periode yang cukup, jarang menderita riketsia selama memperoleh
sinar matahari yang cukup. Akhir-akhir ini fraksi vitamin D yang larut dalam air
ditemukan. Fungsi substansi ini masih terus dipelajari, namun diperkirakan bahwa zat
tersebut merupakan vitamin A dan vitamin C bervariasi tergantung pada makanan
ibunya (Pudjiadi, 2001).
7. Kandungan Antibodi Dalam ASI
Menurut Sunartyo (2008), bayi yang dilahirkan telah dilindungi oleh zat
antibodi untuk melawan berbagai macam mikroba dan menjaga dari serangan
beberapa macam penyakit, terutama sekali selama 4-6 bulan pertama kehidupannya.
Zat ini dipindahkan oleh ibunya kepada janin melalui plasenta.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bayi yang sejak lahir diberi ASI lebih terjaga
dari penyakit, terutama diare dan mempunyai kemungkinan untuk tumbuh kembang
lebih baik daripada bayi yang diberi susu botol. Perbedaan tersebut disebabkan oleh
hal-hal berikut:
a. ASI lebih bersih, meskipun ASI tidak sepenuhnya steril oleh karena adanya
kemungkinan kontaminasi bakteri dari puting susu, tetapi bakteri ini tidak
mempunyai kesempatan untuk berkembang biak karena ASI segera diminum.
b. Imunoglobulin, terutama imunoglobulin A (IgA) lebih banyak terdapat dalam
kolostrum. IgA tidak dapat diserap oleh usus, tetapi akan bereaksi melawan
bakteri-bakteri tertentu dalam usus. ASI dapat meberikan perlindungan terhadap
kemungkinan penyakit alergi dan sakit perut pada bayi.
c. Laktoferin, adalah suatu protein yang mengikat zat besi agar tidak manfatkan
bakteri-bakteri usus yang berbahaya sebagai media berkembang biak. Oleh karena
itu, pemberian zat besi tambahan kepada bayi harus segera dihindari, karena dapat
mempengaruhi daya perlindugan yang diberikan oleh laktoferin yang terdapat
dalam ASI.
d. Lisozim, merupakan suatu enzim yang terdapat dalam ASI dengan konsentrasi
ribuan kali lebih tinggi daripada dalam susu formula. Enzim ini berguna sebagai
penghancur bakteri-bakteri dalam usus dan juga mempunyai sifat melindungi
terhadap serangan berbagai virus.
e. Sel-sel darah putih, dalam dua minggu pertama ASI mengandung sampai
4000 sel-sel darah putih per milliliter. Sel-sel ini diketahui mampu mengeluarkan
IgA, lisozim, dan interferon yang merupakan suatu senyawa yang berfungsi
menghambat aktivitas beberapa macam virus.
f. Faktor bifidus, suatu karbohidrat yang mengandung nitrogen, yang diperlukan
untuk pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Dalam usus bayi yang diberi
ASI, bakteri ini mendominasi flora bakteri dan memproduksi asam laktat dari
laktosa. Asam laktat ini selain berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri yang
berbahaya dan parasit lainnya, serta membuat feses bayi bersifat asam.
Berbagai penelitian epidemiologik menunjukkan bahwa pemberian ASI pada
bayi mempunyai keuntungan terhadap kesehatan pada umumnya, pertumbuhan,
perkembangan dan pengurangan risiko terkena penyakit akut dan kronik. penelitian
membuktikan bahwa pemberian ASI mengurangi insidens dan atau beratnya diare,
infeksi paru bagian bawah, otitis media, sepsis, meningitis bakterialis, botulism,
infeksi saluran urogenitalis dan enterokolitis nekrotikans (Paramita, 2007).
a) Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia
tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya. Ada
kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk
atau kurus.
b) Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
c) Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak
laki-laki akan lebih cepat.
a) Faktor prenatal
1) Gizi, nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya
kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan
bayi BBLR (berat badan lahir rendah) atau lahir mati. Disamping itu pula
menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya.
b) Faktor persalinan
c) Faktor pascasalin
b) Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.Ovum yang
telah dibuahi dengan cepat akan menjadi suatu organisme, terjadi diferensiasi
yang berlangsung dengan cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.
c) Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu samapai akhir kehamilan.
Masa ini terdiri dari 2 prinsip yaitu:
1) Masa fetus dini yaitu sejak uur kehamilan 9 minggu sampai trimester ke-2
kehidupan intrauterin. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sampurna. Alat tubuh telah terbentuk serta
mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa ini
pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan fungsi-fungsi.
Terjadi transfer Imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta.
Akumulasi asam lemak esensial seri Omega 3 (Decosa Hexanic Acid) dan
Omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dan retina.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan
sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ. Masa neonatal dibagi
menjadi 2 periode:
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf.
Seorang bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit
pertama yang dikenalnya. Pada masa ini, kebutuhan akan pemeliharaan
kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, diperkenalkan
kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan imunisasi sesuai
jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai.
3. Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan).
Pada masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi ekskresi.
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada masa balita.
Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya.
Faktor Sekunder
Pengetahuan ibu
Faktor Primer Pendidikan ibu
Kondisi Ibu
Pekerjaan ibu
Kondisi
2.7 Kerangka Bayi
Konseptual
Kondisi Budaya
2.7.1 Kerangka Konseptual
Perilaku Ibu
dalam
Pemberian ASI
Faktor internal
Tumbuh
Ras/etnik atau Kembang Anak
bangsa
Genetik persalinan
Kelainan
kromosom
Keterangan :
: diteliti
------------ : tidak diteliti
Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini juga terdiri dari dua
kelompok yaitu ibu yang memberikan ASI dan anak usia 1-3 tahun. Kriteria sampel
anak yang berusia 1-3 tahun yang pernah mendapatkan ASI;
1) Anak 1-3 tahun yang kooperatif (tidak tidur, tidak mengantuk dan lelah) saat
dilakukan pemeriksaan DDST;
2) Anak yang ibunya bersedia menjadi responden.
Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional, Cara Pengukuran, Kategori Penilaian dan
Pengukuran serta Skala data
Tindakan ibu
dalam
menyusui
bayinya.
2. Variabel Bebas Wawancara Nominal
a. P Berbagai melalui Pengukuran dilakukan
erilaku ibu macam pola kuesioner dengan pembagian 2 jenis
dalam perilaku perilaku menyusui, yaitu:
pemberian ASI : menyusui. - Perilaku ASI Eksklusif,
yaitu pemberian ASI
saja kepada bayi usia 0-
1) Jenis 6 bulan tanpa diberikan
perilaku tambahan makanan atau
menyusui: minuman lain.
- Perilaku ASI tidak
Eksklusif, yaitu
pemberian ASI kepada
bayi tidak sampai usia 6
bulan disertai pula MP-
ASI, yaitu pemberian
tambahan makanan atau
minuman lain.
Klasifikasi jawaban,
yaitu:
a. Ya
b. Tidak
3. Variabel Terikat
a. Tumbuh Bertambahnya Lembar tes Hasil tes diklasifikasi Rasio
kembang anak ukuran fisik dan dengan dalam : lebih (advanced),
usia 1-3 tahun struktur tubuh DDST normal,
sebagian atau caution/peringatan,
keseluruhan, delayed/keterlambatan,
sehingga dapat No Opportunity/tidak ada
diukur dengan kesempatan.
satuan panjang f. Lebih (advanced): bila
dan berat. Serta anak mampu uji coba
bertambahnya pada sebelah kanan
struktur dan garis umur.
fungsi tubuh g. Normal: bila anak
yang lebih gagal ujicoba pada
kompleks dalam sebelah kanan garis
kemampuan umur atau anak P, F
gerak kasar, atau R pada garis umur
gerak halus, antara persentil 25 dan
bicara dan 75
bahasa serta
sosialisasi dan
h. Caution/peringatan:
kemandirian bila anak gagal (F) atau
pada anak usia menolak (R) tugas
1-3 tahun perkembangan pada
(Depkes, 2005). garis umur persentil 75
dan 90.
i. Delayed/keterlambatan:
bila anak gagal (F) atau
R yang berada sebelah
kiri garis umur.
j. No Opportunity/tidak
ada kesempatan: orang
tua melaporkn anak
tidak ada kesempatan
untuk melakukan test.
(Soetjiningsih, 1998).
Populasi
diukur
Sampel memenuhi
kriteria
Mengumpulkan Data
Mengolah dan
Menganalisis Data
Penyajian Data
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
Pemberian Musik
Pengiring Kerja
DAFTAR PUSTAKA
Subagyo, J. 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.