Bab 1
Bab 1
lembaga penyelenggar pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.[1] Penyusunan perangkat mata pelajaran
ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya
disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini
dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan
dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh
Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala
makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai
yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu
masyarakat yang di cita – citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh
suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Dalam skala mikro,
tujuan kurikulum berhubungan dengan misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih
sempit, seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum. Melalui evaluasi,
dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian –
bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau
belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang
ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai
fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk
melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua jenis,
yaitu tes dan nontes.
Kurikulum dalam pendidikan formal dan non formal memiliki peranan yang sangat
penting untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Terdapat tiga peranan yang sangat
penting yaitu peranan konservatif, peranan kreatif dan peranan kritis/evaluative.
1. Peranan Konservatif
Menekankan bahwa kurikulum itu dapat dijadikan sebagai sarana dan tanggung jawab
sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai dan budaya
yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda yakni siswa.
Filsafat: Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga,
memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan
dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang
berbeda-beda pula.
2. Peranan Kreatif
Sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan hal-hal baru sesuai dengan
tuntunan zaman. Sebab, pada kenyataannya masyarakat tidak bersifat statis, akan
tetapi dinamis yang selalu mengalami perubahan. Dalam rangka inilah kurikulum
memiliki peran kreatif.
Secara umum kurikulum berfungsi untuk membantu peserta didik agar mengembangkan
pribadinya ke arah tujuan pendidikan. Kurikulum disusun secara sistematis dan logis sebagai
pedoman proses belajar mengajar di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sedangkan fungsi kurikulum menurut Alexander Inglis, dalam bukunya “Principle of
Secondary Educations” (1918) mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai Fungsi
Penyesuaian, Fungsi Integrasi, Fungsi Deferensiasi, Fungsi Persiapan, Fungsi Pemilihan, dan
Fungsi Diagnosik
1. Fungsi Penyesuaian (The adjusted or Adaptive Function)
Setiap individu harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan, baik fisik maupun lingkungan
sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis. Oleh
karena itu individu juga harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan beradaptasi secara
dimanis pula sehingga individu memiliki sifat well adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi untuk membentuk individu-individu yang terintergasi atau utuh. Individu
merupakan bagian dari masyarakat yang terintegrasi oleh karena itu individu harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dalam masyarakat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiations Function)
Kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu. Karena pada
dasarnya setiap individu memiliki perbedaan yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.
Diferensiasi akan mendorong individu untuk berfikir secara kritis dan kreatif untuk mendorong
kemajuan sosial dalam masyarakat.
4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi atau mempersiapkan belajar dalam masyarakat. Persiapan ini sangat penting karena di
sekolah tidak memberikan semua yang dibutuhkan ataupun yang menarik bagi siswa.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Kurikulum harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya dalam belajar. Fungsi pemilihan dan
diferensiasi, keduanya saling terkait satu sama lain. Keduanya merupakan kebutuhan bagi
masyarakat sehingga untuk mengembangkan kemampuan dan minatnya kurikulum harus
dibuat secara luas dan fleksibel.
6. Fungsi Diagnostic (The Diagnostic Functions)
Kurikulum harus mampu mengarahkan dan membantu siswa dalam memahami dan menerima
kemuatan atau potensi serta kelemahan yang ada pada dirinya. Apabila siswa sudah mampu
memahami kekuatan dan menerima kelemahannya maka siswa diharapkan dapat
mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan yang dimilikinya. Fungsi ini
merupakan fungsi diagnostik dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang secara
optimal.
Adapun fungsi kurikulum menurut Madjid (2004:3) mengemukakan tiga fungsi kurikulum:
a. Fungsi bagi sekolah yang bersangkutan
Kurikulum berfungsi sebagai alat untuk mencapai seperangkat tujuan pendidikan yang
diinginkan dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pembelajaran.
b. Fungsi bagi tataran tingkat sekolah
Kurikulum berfungsi sebagai pemeliharaan proses pendidikan dan penyiapan tenaga kerja.
c. Fungsi bagi konsumen atau pengguna jasa pendidikan
Kurikulum berfungsi sebagai keikutsertaan dalam memperlancar pelaksanaan program
pendidikan dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan program yang serasi.
Fungsi lain dari kurikulum tidak hanya terkait dengan mereka yang berada di dalam lingkungan
sekolah saja. Tetapi fungsi-fungsi kurikulum juga terkait dengan berbagai pihak diluar
lingkungan sekolah. Kurikulum juga berfungsi bagi para penulis buku bahan ajar, buku
panduan pembelajaran, buku refernsi dan lain sebagainya. Kurikulum juga berfungsi bagi
masyarakat yang terlibat dalam dunia pendidikan bahkan sekarang ini penyusun kurikulum
justru melibatkan berbagai lapisan masyarakat yang memang secara lansung atau tidak
langsung akan turut mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pemberlakuan sebuah kurikulum.
Bagi guru mata pelajaran kurikulum dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan
pembelajaran dikelas. Kurikulum bagi seorang guru diibaratkan kompas, yakni kurikulum
adalah pedoman bagi guru dalam usaha pembelajaran.
D. Kurikulum 2013
Kurikulum ini adalah pengganti kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 memiliki tiga
aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan
perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat
materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan
terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika.