Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai mahluk holistik merupakan satu kesatuan dari sistem biologi,
psikologis, sosial dan spiritual yang saling berhubungan satu sama lain. Jika
terjadi gangguan pada salah satu aspek, maka akibatnya akan berpengaruh
terhadap keseluruhan sistem yang ada pada manusia. Salah satu aspek penting
yang dapat mempengaruhi system lain dalam diri manusia adalah kesehatan jiwa
atau psikologis.
Menurut UU Kesehatan jiwa No. 23 tahun 1992 Pasal 24 Ayat 1 ( Depkes,
1992: 17 ) bahwa kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang
sehat secara optimalbaik intelektual maupun emosional. Dalam mewujudkan jiwa
yang sehat, perlu adanya upaya peningkatan kesehatan jiwa melalui pendekatan
secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar individu senantiasa dapat
mempertahankan kelangsungan hidup terhadap perubahan – perubahanyang
terjadi. Apabila individu tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan yang
terjadi maka dapat menyebabkan gangguan jiwa.
Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan permasalahan dan
hambatan pada individu, salah satunya adalah hambatan dalam hubungan social.
Demensia saat ini merupakan masalah kesehatan yang berskala epidemic,
khususnya dikawasan Negara bekembang. 2/3 penyandang demensia berada di
Asia Tenggara, China, India dan Amerika Latin. Setiap 7 detik ditemukan kasus
demensia baru didunia ( Alzheimer Disease Internasional, 2005 )
Pesatnya pertumbuhan populasi usia lanjut dan meningkatnya usia harapan
hidup, mengakibatkan peningkatan prevalensi demensia.di Indonesia jumlah
lansia sama dengan jumlah balita sekitar 8,3% dari jumlah penduduk. Sehingga
masalah kesehatan menjadi semakin penting. Pada umumnya lasia mengalami

1
penurunan fungsi organ tubuh termasuk penurunan fungsi kognitif yang tidak
sesuai dengan usia yang emngakibatkan penurunan kemampuan dalam melakukan
aktivitas sehari – hari sehingga tidak mandiri lagi.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengangkat kasus ini, dengan
judul “ ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DIMENSIA “

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif
meliputi aspek bio, psiko, sosio dan spiritual pada klien dengan dimensia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan dimensia.
b. Mampu membuat perencanaan keperawatan pada klien dimensia
c. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien dimensia.
d. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada klein dengan dimensia.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatn pada klien dengan
dimensia.

III. METODE PENULISAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah metode
deskriptif yang berbentuk studi kasus
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam membuat karya tulis ini
adalah daftar kepustakaan studi literatur

IV. SISTEMATIKA PENULISAN


Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan sistematika penulisan
sebagai berikut:

2
BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan
dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan asuhan
keperawatan pada klien dengan dimensia.

BAB II: TINJAUAN TEORITIS


Meliputi konsep dasar yang terdiri dari pengertian Dimensia, tanda
dan gejala Dimensia,

BAB III: KESIMPULAN DAN SARAN


Meliputi tentang kesimpulan dan saran yang penulis berikan kepada
berbagai pihak.

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Demensia adalah organik ditandai hilangnya kemampuan intelektual /
kognitif (Burke&Laramie,2000)
Gangguan kognitif yang memperlihatkan kehilangan yang cukup berat
dari kemampuan intelektual untuk berinteraksi dengan lingkungan social
dan aktifitas sehari – hari. ( St. Caroulus, 2000:6 )
Demensia adalah kerusakan daya ingat ( Fortinash&Holoday,1999)
Jadi dapat disimpulkan Demensia adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penurunan kemampuan intelektual / kognitif tanpa adanya
penurunan fungsi kesadaran.

2. Rentang Respon Kognitif

RENTANG RESPON KOGNITIF

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Tegas Ketidaktegasan periodik Ketidakmampuan untuk


memori utuh Mudah lupa membuat keputusan
Kerusakan memori dan
Orientasi lengkap Kebingungan sementara penilaian
Persepsi akurat yang ringan Disorientasi
Perhatian terpokus Kadang salah persepsi Salah persepsi serius
Pikiran koheren Distraksibilitas Ketidakmampuan untuk
Logis Kadang berpikir tidak jelas memfokuskan perhatian
Kesulitan untuk berpikir logis

4
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Respon kognitif pada umumnya merupakan akibat dari gangguan biologis
pada fungsi system saraf pusat. Faktor yang mempengaruhi individu
mengalami gangguan kognitif termasuk :
a. Gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat gizi dasar yang penting lain
nya ke otak yang menyebabkan perubahan vaskular arteriosklerotik,
serangan iskemik sementara, hemoragi serebral dan infark otak kecil
multipel.
b. Degenerasi yang berhubungan dengan penuaan
c. Pengumpulan zat beracun dalam jaringan otak
d. Penyakit Alzaimer
e. Virus Imunodefisiensi manusia (HIV)
f. Penyakit hati kronik
g. Penyakit ginjal kronik
h. Defisiensi vitamin (terutama tiamin)
i. Malnutrisi
j. Abnormalitas genetik.
Gangguan jiwa mayor, seperti Skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan
ansietas, depresi dan juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif.

2. Faktor Presipitasi
Setiap serangan mayor pada otak cenderung mengakibatkan gangguan
fungsi kognitif. Katagori stersornya meliputi :
a. Hipoksia
b. Gangguan metabolik, termasuk hipotirodisme, hipertiroidisme,
hipoglikemia, hipopituitarisme dan penyakit adrenal.
c. Toksisitas dan infeksi
d. Respon yang berlawanan terhadap pengobatan
e. Perubahan struktur otak, seperti tumor atau trauma.

5
f. Kekurangan atau kelebihan sensori.

C. Tanda dan Gejala


a. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari
b. Pelupa
c. Sering mengulang kata – kata
d. Tidak mengenal dimensi waktu
e. Kehilangan daya ingat
f. Cepat marah dan sulit
g. Kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
h. Kurang konsentrasi
i. Kurang kebersihan diri
j. Rentan terhadap kecelakaan : jatuh
k. Mudah terangsang
l. Tremor
m. Kurang koordinasi gerak

Tahapan Demensia
a. Demensia Dini
Demensia dini tidak mudah untuk dikenali, sering diangap sebagai proses
penuaan sesuai usia atau ( Aget Associated Memory Impairment ), atau
tidak disadari sebagai gangguan mental. Tidak jarang keluarga atau yang
bersangkutan menyangkal sesuatu yang dialami penyandang dimensia ini.
Individu berusaha mengkompensasikan defisit kognitif nya dengan
melakukan upaya tertentu agar dapat tampil prima ( menutupi kekurangan
nya ).Peran klinikus untuk mendiagnosis dimensia secara tepat dan
mengidentifikasi penyebab demensia sangat penting karna merupakan
langkah awal terapi.

6
b. Demensia Sedang
Pada tahap ini, gejala demensia sudah nyata menggangu aktifitas harian
dan individu menjadi tidak mandiri lagi. Gejala perilaku dan psikologis
yang menyertai demensia, delusi, agitasi, depresi, insomnia, wandering
dan halusinasi. Untuk berkomunikasi dengan pasien diperlukan
keterampilan tersendiri dan pendekatan khusus seperti pemahaman
terhadap nonverbal gestures dan pengembangan krevitas untuk
menyelesaikan masalah.

c. Demensia Berat
Pada demensia berat individu sudah bergantung sepenuhnya terhadap
perawat. Keterampilan kognitif atau psikomotor dan verbalisasi sangat
terbatas sehingga individu seperti anak kecil. Pemeriksaan rutin komdisi
fisik sangat penting agar segera dapat diketahui bila ada komplikasi
penyakit seperti: Pneumonia dan Dekubitus akibat imobilisasi nya.

D. Mekanisme koping
Cara individu menghadapai secara emosional respons kognitif maladaptif
sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang lalu. Mekanisme koping
yang digunakan mungkin berlebihan ketika individu mencoba beradaptasi
terhadap kehilangan kemampuan kognitif.
Karena gangguan prilaku yang mendasar pada delirium adalah perubahan
kesadaran yang mencerminkan gangguan gangguan biologis yang berat dalam
otak, mekanisme koping psikologispada umumnya tidak digunakan. Dengan
demikian perawat harus melindungi pasien dari bahaya dan mengganti
mekanisme koping individu dengan tetap mengorientasikan pasien dan
mendorongnya menghadapi realitas.
Mekanisme koping yang teramati dari pasien yang mengalami gangguan
kognitif meliputi Regresi, Penyangkalan dan konpensasi.

7
E. Manajemen Demensia Komprehensif
Tatalaksana demensia meliputi pemberian obat dan pengembangan program
aktivitas mental, sosial dan stimulasi kognitif melalui berbagai cara. Beberapa
prinsip tatalaksana demensia yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1. Kualitas hidup penyandang demensia dan pelaku rawatnya
2. Peralakukan pasien sebagai individu yang unik
3. Kemunduran kognitif terjadi perlahan-lahan tidak langsung seluruh
menghilang
secara tiba-tiba
4. Perahatikan juga pelaku rawat sebagai pasien kedua setelah penyandang
5. Pasien geriatri dengan demensia rentan terhadap infeksi, kecelakaan,
abuse
6. Sikap keluarga akan mempengaruhi kondisi demensia

F. Pencegahan Demensia
Pencegahan primer saat ini dijukan pada adukasi agar orang selalu
mengaktifkan fungsi otaknya dengan berbagai cara. Otak berkerja aktif pada
saat individu melakukan aktivitas, bersosilisasi, berfikir kreatif dan
menyelesaikan problem.
Pencegahan tingkat kedua ( sekunder ) dapat dilakukan dengan
pemberian obat kelompok asetil kolin esterase inhibitor seperti donopezil dan
galantamin. Keteraturan dan kesinambungan obat dalam jangka waktu lama
dapat mencegah muncul nya gangguan perilaku dan menurun nya aktivitas
fungsional harian individu.
Pada tingkat Tersier upaya pencegahan perburukan dilakukan dengan
program stimulasi dan aktivitas, latihan orientasi realitas, terapi kenangan dan
penyesuaian lingkungan terhadap pasien. Halusinasi visual dapat di stimulasi
oleh warna lantai putihyang mengkilat karna orang dengan demensia dapat
salah mengimpretrasikan bayangan yang ada di lantai sebagai objek hidup
yang dilihatnya.

8
Delusi paranoid dapat dihindarkan jika ada komunikasi yang baik
dengan penyandang demensia. Setiap tindakan yang akan dilakukan sebaiknya
dijelaskan maksud dan tujuan nya dalam bahasa sederahana yang dapat
dipahami oleh orang demensia. Tidak usah menjadi masalah bila beberapa
saat kemudian ia telah melupakan informasi yang diberikan cukup
ditenangkan, dan katakan segalanya akan berjalan dengan baik.

G. Pohon Masalah

Resiko Cedera : Jatuh

Perubahan Proses pikir : pikun Defisit perawatan diri

Kerusakan Interaksi sosial

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses pikir : Pikun
2. Resiko Cedera : jatuh
3. Defisit perawatan diri
4. Kerusakan Interaksi sosial

I. Rencana Tindakan
1. Perubahan proses pikir : pikun
Tindakan keperawatan
a. Tujuan :
- Pasien mengenal waktu, orang dan tempat
- Pasien dapat melakukan aktifitas sehari – hari secara optimal.

9
b. Tindakan :
- Beri kesempatan bagi pasien untuk mengenal barang milik
pribadinya misalnya tempat tidur, lemari, pakaian dll.
- Beri kesempatan kepada pasien untuk mengenal waktu dengan
mengunakan jam besar, kalender yang mempunyai lembar perhari
dengan tulisan besar.
- Beri kesempatan untuk istirahat dan stimulasi
- Bantu ambulasi bila diperlukan

2. Resiko cedera : jatuh


Tindakan Keperawatan
a. Tujuan
- Pasien terhindar dari cedera
- Pasien dapat mengontrol aktifitas yang dapat mencegah cidera
b. Tindakan
- Jelaskan faktor – faktor resiko yang dapat menimbulkan cedera
dengan bahasa sederhana.
- Ajarkan cara – cara untuk mencegah cedera : bila jatuh jangan
panik tetapi berteriak minta tolong, bila akan ke kamar mandi
jangan terburu - buru.
- Berikan pujian terhadap kemampuan pasien menyebutkan cara –
cara mencegah cedera.

3. Defisit perawatan diri


Tindakan keperawatan
a. Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan sehari – hari se optimal mungkin
b. Intervensi
- Monitor kemampuan melakukan aktivitas sehari – hari
- Dorong aktivitas dan keterampilan yang dapat dilakukan klien

10
- Ikuti jadwal yang pernah dipakai klien
- Dorong klien memutuskan aktivitas yang akan dilakukan
- Jika perlu ajarkan cara berpakaian
- Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya.

J. Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang sudara lakukan,
dapat dilakukan dengan menilai kemampuan pasien dan keluarga.
1. Gangguan proses pikir:pikun
a. Kemampuan pasien:
1) Mampu menyebutkan hari, tanggal dan tahun sekarang dengan
benar
2) Mampu menyebutkan nama porang yang dikenal
3) Mampu menyebutkan pasien berada saat ini
4) Mampu melakukan harian sesuai jadwal
5) Mampu menggungkapkan perasaan nya setelah melakukan
kegiatan
b. Kemampuan keluarga
1) Mampu membantu pasien mengenal waktu, tempat dan orang
2) Menyediakan kalender yang mempunyai lembaran perhari dengan
tulisan besar
3) Membantu pasien melaksanakan kegiatan harian sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat
4) Memberikan pujian setiap kali pasien mampu melaksanakan
kegiatan harian nya.

2. Resiko Cidera
a. Kemampuan pasien :
1) Menyebutkan dengan sederhana faktor-faktor yang menimbulkan
cedera

11
2) Menggunakan cara yang tepat untuk mencegah ciera
3) Mengkontrol aktifitas sesuai dengan kemampuan
b. Kemampuan keluarga
1) Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang dapat membuat pasien
cidera
2) Menyediakan pengaman di dalam rumah
3) Menjauhkan alat-alat listrik dari jangkauan pasien
4) Selalu menemani pasien dirumah
5) Memantau kegiatan harian yang dilakukan pasien..

Contoh Strategi pelaksanaan pada diagnosa Resiko Cedera : Jatuh

Orientasi :
“ Assalamualaikum pak.., nama saya suster….yang kemarin dating kesini, “
Bagaimana keadaan bapak hari ini?, apakah bapak sudah melaksanakan
kegiatan sesuai jadwal? “ Sesuai janji kita 2 hari yang lalu, selama 15 menit
kita akan diskusi tentang cara – cara menghindari cedera atau jatuh pada
bapak.

Kerja :
“ Apakah bapak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas kekamar
mandi “
” Apakah bapak mengalami kesulitan mencari tempat tidur bapak setelah
kembali dari kamar mandi ”
Apakah bapak pernah jatuh?” , jika pasien menjawab iya, jelaskan:
” Pak setiap bapak kekamar mandi, bapak ditemani anggota keluarga yang ada
dirumah. Sewaktu bapak masuk ke kamar mandi ( ajak keluarga ) ” jika bapak
jatuh, bapak jangan panik, tetap ditempat dan teriak minta tolong pada anggota
keluarga yang ada dirumah.

Terminasi :
” Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi?”, coba bapak ulangi apa
yang harus bapak lakukan untuk menghindari jatuh?”, bagus sekali bapak bisa
menyebutkannya.
Sebaiknya mulai dari hari ini bapak melaksanakan hal – hal yang sudah kita
diskusikan. 2 hari lagi suster akan datang untuk melatih kegiatan lain yang
bapak lakukan selain yang sudah ada di jadwal. Assalamualaim”
BAB III

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demensia merupakan suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan


kemampuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan
masalah fisik. Penyakit ini menyebabkan perubahan degenerasi sel otak
terutama di obus temporal.
Pada klien demensia serangan nya terjadi bertahap dalam waktu yang
lama dan progresif. Biasanya terjadi paling banyak pada usia 65 tahun atau
lebih. Pada demensia ditandai dengan daya ingat hilang, gangguan penilaian,
gangguan perhatian, disorientasi, perlakuan sosial yang tidak sesuai, afek
labil, gelisah, agitasi, dan menolak perubahan.
Diagnosa yang dapat digali pada klien dengan demensia diantaranya
perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan metabolik, potensial
cidera berhubungan dengan disorientasi, gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penilaian yang tidak adekuat,
perawatan diri terganggu berhubungan dengan gangguan kognitif
menyebabkan tidak memperhatikan diri dan gangguan interaksi sosial
berhubungan dengan menarik diri.
Tujuan asuhan keperawatannya adalah menuokong klien melakukan
perawatan mandiri seoptimal mungkin. Fokus juga diarahkan pada keluarga
agar tetap memelihara hubungan dengan orang yang mereka cintai. Intervensi
keperawatan untuk demensia ditujukan pada orientasi realitas, stimulus,
dorongan untuk mandiri, sosialisasi.

13
B. Saran.
Klien dengan gangguan kognitif : Demensia sangat membutuhkan
perhatian khusus dalam aktivitas sehari – harinya, oleh karena itu kita sebagai
perawat sangat perlu sekali memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien dan keluarga sehingga resiko cedera tidak terjadi.

14

Anda mungkin juga menyukai