Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi, membuat kita tak lepas dari yang namanya
gadget, internet dan teknologi lainnya. Hal ini juga dialami di dalam dunia
pendidikan kita, di mana proses pembelajaran yang ada di sekitar kita tak jauh dari
ponsel, notebook, dan internet. Manfaat adanya teknologi memang sangat besar
dan tidak bisa kita pungkiri kita membutuhkan teknologi dalam dunia pendidikan.

Tantangan pendidikan abad 21, menurut PBB adalah membangun


masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society) yang memiliki (1)
keterampilan melek TIK dan media (ICT and Media literacy skill), (2) keterampilan
berfikir kritis (kritical thinking skills), (3) keterampilan memecahkan masalah
(problem solving skills), (4) keterampilan berkomunikasi efektif (effective
communication skills), dan (5) keterampilan bekerja sama secara kolaboratif
(collaborative skills). Kelima karakteristik ini menurut PBB dapat dibangun
memalui pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran.

Dalam konteks kemampuan menggunakan TIK di masyarakat, UNESCO


mengemukakan beberapa alasan untuk mengembangkan penggunaan TIK dalam
sistem pendidikan , yaitu untuk mengembangkan atribut pengetahuan-masyarakat
untuk siswa, termasuk pengembangan keterampilan berfikir tingkat tinggi, belajar
keterampilan sepanjang hayat, dan kemampuan berfikir dengan kritis,
mengkomunikasikan dan mengkolaborasikan, mengakses, mengakses dan
mensintesis informasi

TIK memiliki potensi yang sangat besar sebagai alat atau sarana dalam
membangun keterampilan tersebut dalam proses pembelajaran. Dalam kurikulum
13, Mata pelajaran TIK akan diintegrasikan ke dalam semua mata pelajaran.
Menurut pemerintah pengintegrasian ini dilakukan karena penting, serta
menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat.

1
Namun, mengintegrasikan sesuatu yang baru ke dalam kurikulum merupakan
hal tidak mudah dan sederhana. Tidak hanya dibutuhkan kebijakan yang kuat di
tingkat lokal atau sekolah, strategi penerapannya harus baik dan disepakati oleh
seluruh stakeholders sekolah, salah satunya dengan melibatkan secara intens peran
kepala sekolah dan guru untuk terus melakukan upaya dan proses integrasi tersebut.
Selain itu, komitmen terhadap kebijakan ini juga memerlukan kebebasan guru
dalam berkreasi, terutama dengan menggunakan lokalitas kemampuan sekolah itu
sendiri.

Menurut Jonathan Savage dan William Evans (2015), terdapat 3 dimensi


kurikulum yaitu dimensi personal guru (teacher personal dimension), dimensi
politik (political dimension), aspek pedagogis (pedagogical dimension). Dari
pendapat ini dapat disimpulkan bahwa peran guru sangatlah penting dalam
perkembangan kurikulum, yang muaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan.

Peningkatkan kualitas pendidikan tidak bisa lepas dari proses pembelajaran.


Proses pembelajaran adalah kegiatan pokok dalam pendidikan. Perlu dilakukan
pembaharuan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan yaitu diawali dengan
proses perencanaan pembelajaran. Nana Sudjana (2000;61) mengatakan bahwa
perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang
tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang.

Lukmanul Hakiim (2009: 238) mengemukakan bahwa “Perencanaan


pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam kelas untuk mencapai tujuan.” Stenhouse (dalam Lukmanul Hakiim, 2009:
1) berpendapat bahwa perencanaan pembelajaran merupakan suatu ide dari orang
yang merancangnya, tentang bentuk-bentuk pelaksanaan proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan.

Berkaitan dengan pengintegrasian TIK dalam mata pelajaran, guru dituntut


untuk mampu mengintegrasikan TIK dalam proses pembelajaran. Artinya guru
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Jika pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tidak
membuat siswa menjadi aktif, dan guru mengajar walaupun sudah menggunakan

2
slide presentasi namun masih dominan dirinya, maka sia-sialah teknologi di
integrasikan ke dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya model
pengitegrasian TIK ke dalam mata pelajaran pada kurikulum 2013 yang dapat
membantu guru dalam merencanakan pembelajaran.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengembangan


Model Integrasi TIK ke Dalam Mata Pelajaran di SMP Negeri 1 Secang dalam
penerapan Kurikulum 2013?

1.3. Tujuan Pengembangan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model Integrasi TIK ke
Dalam Mata Pelajaran di SMP Negeri 1 Secang. Model ini diharapkan dapat
membantu penerapan Kurikulum 13 secara lebih baik.

1.4. Manfaat Pengembangan


1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini dengan pengembangan model integrasi


TIK ke dalam mata pelajaran di SMP Negeri 1 Secang diharapkan dapat
mengoptimalkan implementasi Kurikulum 13 oleh guru mata pelajaran. Sehingga
proses pembelajaran dapat berjalan sesuai harapan dari pemberlakuan kurikulum
2013

1.4.2. Manfaat Praktis

Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat:

a. Bagi sekolah, menjadi pedoman pengintegrasian TIK ke dalam mata


pelajaran.
b. Bagi Guru, dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan perangkat
pembelajaran yang terintegrasi TIK.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Model

2.1.1. Pengertian Model

Menurut Stephen (1996) model merupakan abstraksi dari kenyataan dan


merupakan representasi dari beberapa fenomena di dunia nyata. Sagala (2006)
mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan kegiatan. Pengertian model menurut pribadi (2009) adalah
sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir. Sebuah model biasanya
menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan Model menurut
Supriyono (2011) merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran
yang diperoleh dari beberapa system.

Penelitian bertujuan untuk menemukan model (kerangka konseptual) yang


dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan yang sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Sagala (2006). Spesifikasi produk yang
diharapkan pada penelitian ini adalah sebuah model yang dapat digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun strategi pembelajaran yang sesuai dengan yang
diharapkan dalam kurikulum 13 terutama yang berkaitan dengan penggunaan TIK.

2.1.2. Pengertian Pengembangan Model


Menurut Kemp (1999) pengembangan model merupakan suatu lingkaran
yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan
aktivitas revisi. Adimiharja dan Hikmat dalam Sugiarta (2007) mengartikan
pengembangan model sebagai proses rekayasa desain konseptual dalam upaya
peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, melalui penambahan
komponen pembelajaran yang dianggap dapat meningkatkan pencapaian tujuan
yang hendak di capai, baik tujuan proses maupun hasil.

4
Pengembangan model menurut Richey dan klein (2007) diartikan sebagai
proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang berkaitan
dengan desain belajar sistemik, pengembangan dan evaluasi proses dengan maksud
menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan produk pembelajaran dan non
pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan yang sudah ada.
Pengembangan model yang di gunakan dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Richey dan klein (2007) yang menyatakan bahwa pengembangan model
merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik yang
berkaitan dengan desain belajar sistemik, pengembangan dan evaluasi proses
dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan produk
pembelajaran dan non pembelajaran yang baru atau model peningkatan
pengembangan yang sudah ada. Penelitian ini mengembangkan model baru dalam
proses pengintegrasian TIK ke dalam mata pelajaran sebagai upaya
pengimplementasian kurikulum 13 secara utuh.

2.1.3. Langkah-langkah Pengembangan Model

Menurut Borg & Gall (2003:772), penelitian pengembangan adalah


penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-
produk yang digunakan dalam pendidikan. Rangkaian tahap yang harus dilakukan
seperti diungkapkan Borg and Gall (2003), yaitu penelitian awal dan pengumpulan
informasi, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba produk awal, revisi
produk utama, uji coba produk utama, revisi produk operasional, uji coba produk
operasional, revisi produk final, dan diseminasi dan implementasi.

Penelitian ini hanya akan dilakukan sampai langkah ke tujuh berdasarkan


langkah-langkah pengembangan Borg and Gall. Tiap-tiap langkah pengembangan
Borg and Gall dijelaskan seperti berikut:

5
1. Melakukan penelitian pendahuluan (pra survei) dan pengumpulan data awal
termasuk literatur, observasi kelas, identifikasi permasalahan, dan
merangkum permasalahan
2. Melakukan perencanaan, hal penting dalam perencanaan adalah pernyataan
tujuan yang harus dicapai produk yang akan dikembangkan
3. Mengembangkan jenis/bentuk produk awal meliputi: penyiapan materi
pembelajaran, penyusunan buku pegangan, dan perangkat evaluasi.
4. Melakukan uji coba tahap awal, yaitu evaluasi pakar bidang desain
pembelajaran, teknologi informasi, dan multimedia.
5. Melakukan revisi terhadap produk utama, berdasarkan masukan dan saran-
saran dari hasil uji lapangan awal
6. Melakukan uji coba lapangan, digunakan untuk mendapatkan evaluasi atas
produk. Angket dibuat untuk mendapatkan umpan balik dari siswa yang
menjadi Objek Uji Coba penelitian.
7. Melakukan revisi terhadap produk operasional, berdasarkan masukan dan
saran-saran hasil uji lapangan dan praktisi pendidikan.
8. Melakukan uji lapangan operasional
9. Melakukan perbaikan terhadap produk akhir, berdasarkan pada uji lapangan
10. Melakukan desiminasi dan implementasi produk, serta menyebarluaskan
produk.

6
Research and Develop
Planning
information preliminary
collecting form of product

Operational Operational field Preliminary field


product revision testing testing

Main field Main product Final product


testing revision revision

Dessimination
and
implementation

Gambar 2.1 Langkah-langkah pengembangan Borg and Gall (2003)

2.1.4. Model Integrasi

Menurut Robin Fogarty terdapat 10 model integrasi yaitu model terpisah


(fragmented), keterkaitan / keterhubungan (connected), berbentuk sarang (nested),
dalam satu rangkaian (sequenced), terbagi (shared), bentuk jaring laba- laba
(webbed), dalam satu alur (threaded), terpadu (integrated), tenggelam (immersed),
membentuk jejaring (networked).

1. Model Penggalan (Fragmented)


Ciri utama dari model fragmented ditandai oleh pemaduan yang hanya terbatas
pada satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa.
Dalam proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara
terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

7
2. Model Keterhubungan (Connected)
Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran
dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir
pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat
dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan
butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk
kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman,
keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara
otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses
pembelajarannya secara terpadu.
Kelebihan yang diperoleh dalam model connected ini adalah adanya hubungan
antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang
lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan
untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap. Kekurangan dalam model ini, model ini belum
memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan
bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
3. Model Sarang (Nested)
Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan
jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada
pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran
pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir
logis, menentukan ciri bentuk dan makna kata-kata dalam puisi, membuat
ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran berbagai bentuk penguasaan konsep
dan keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran.
Keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi dan berpikir logis dalam
hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan yang tergarap saat siswa memakai
kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang puisi. Penanda terkuasainya

8
keterampilan tersebut dalam hal ini ditunjukkan oleh kemampuan mereka
dalam membuat ungkapan dan mengarang puisi.
Kelebihan model ini yaitu guru dapat memadukan beberapa keterampilan
sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran, memberikan perhatian pada
berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan
penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara
luas. Kekurangannya adalah apabila taanpa perencanaan yang matang
memadukan beberapa keterampilan yang menjadi targget dalam suatu
pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi
kabur.
4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antar mata
pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah misalnya,
topik pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat
dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan
sosial masyarakat pada periode tertentu maupun topik yang menyangkut
perubahan makna kata. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya
pada alokasi jam yang sama.
Kelebihannya yaitu dengan menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit,
guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti
urutan yang dibuat penulis dalam buku teks, membantu siswa memahami isi
pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
Sedangkan kekurangannya yaitu diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan
fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan
sesuai peristiwa terkini.
5. Model Bagian (Shared)
Model shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya
“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat
bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan
sebagainya.

9
Kelebihannya yaitu lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah
awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin
ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih
akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
Sedangkan kekurangannya yaitu model integrasi antar dua disiplin ilmu
memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk
menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan
dialog dan percakapan yang mendalam.
6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan
pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum
adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik
perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena
adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa.
Sedangkan kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema.
Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang
bermanfaat bagi siswa, dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga
materi atau konsep menjadi terabaikan.
7. Model Galur/ benang(Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya,
melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya.
Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.
Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum
yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran
tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa
yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi.
Sedangkan kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu

10
ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami
keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya.
8. Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran
yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik
evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat
muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu,
misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang
merupakan bagian mata pelajaran.
Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat
dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam
hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai
mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini
sangat baik dikembangkan di SD.
Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling
menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran.
Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang
lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara
eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model
ini juga mendorong motivasi murid. Sedangkan kekurangan yaitu model ini
sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya
diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut
dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan
merencanakan dan mengajar bersama.
9. Model Celupan/Terbenam (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan
medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan
pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

11
Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata
pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan
belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata
pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kekurangan dari model
ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk
mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar.
10. Model Jaringan (Networked)
Terakhir, model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan
studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena
adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi
siswa. Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan
pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit
sasarannya. Sedangkan kekurangannya adalah kemungkinan motivasi siswa
akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja
karena mendapat hambatan dalam mencari sumber. (sumber: Robin Fogarty.
2009. How to Integrate the Curricula. Third Edition)

12
Gambar 2.2 10 model integrasi Robin Fogarty (2009:13)

Model pengembangan yang akan peneliti gunakan dari 10 model integrasi


Robin Fogarty adalah model integrated. Model ini di pilih karena peneliti ingin
mengembangkan model integrasi yang memadukan antara mata pelajaran TIK
dengan mata pelajaran lain dalam kurikulum 2013.

2.1.5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Hamdan Husein Batubara (2017: 8-9), menyatakan Teknologi Informasi


dan Komunikasi (TIK) atau dalam bahasa Inggris Information and Communication
Technologies terdiri dari tiga kata yang berbeda, yaitu teknologi, informasi, dan
komunikasi. Teknologi berarti penerapan suatu alat, mesin, material dan proses
yang menolong manusia untuk menyelesaikan masalahnya, informasi adalah hasil
pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian sekelompok data yang memberi nilai
pengetahuan bagi penggunanya, dan komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi
hubungan saling mempengaruhi di antara keduanya.

Pengertian ini menunjukkan bahwa TIK adalah istilah umum yang


mencakup seluruh perangkat teknologi yang bisa digunakan sebagai alat mengolah,
menyimpan, dan menyajikan informasi. Seperti: radio, televisi, telepon seluler,

13
komputer dan jaringan perangkat keras dan perangkat lunak, sistem satelit dan
sebagainya. Pengertian teknologi informasi dan komunikasi juga menekankan
peran komunikasi terpadu yang mengintegrasikanperangkat telekomunikasiuntuk
mengakses, menyimpan, mengirimkan, dan memanipulasi informasi

Degeng (2004) melihat kualitas pembelajaran dari dua segi yaitu segi proses
dan hasil pembelajaran. Sedangkan upaya untuk memperbaiki kualitas proses
pembelajaran mengarah kepada munculnya prakarsa baik dari peserta didik maupun
tenaga pendidik

Berkaitan dengan proses pembelajaran seperti apa yang disampaikan oleh


Degeng (2004), maka Miarso (2004) mengatakan faktor yang berpengaruh atau
mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan, salah satu diantaranya adalah penggunaan atau
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. TIK dalam pembelajaran dikenal dengan teknologi pendidikan,
UNESCO secara resmi menggunakan istilah ICT yang kemudian diadopsi kedalam
bahasa indonesia menjadi teknologi informasi dan komunikasi atau TIK (Surjono,
2010)

2.1.6. Mata Pelajaran dalam Kurikulum 13

Pada permen no 35 tahun 2018, mata pelajaran yang terdapat dalam


kurikulum 2013 seperti dikelompokkan atas

a. Mata pelajaran umum kelompok A, dan


b. Mata pelajaran kelompok B.

Mata pelajaran kelompok A terdiri atas :

a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,


b. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
c. Bahasa Indonesia,
d. Matematika,
e. Ilmu Pengetahuan Alam,
f. Ilmu Pengetahuan Sosial, dan

14
g. Bahasa inggris.

Sedangkan mata pelajaran umum kelompok B adalah :

a. Seni Budaya,
b. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan kesehatan,
c. Prakarya dan/atau Informatika, dan
d. Muatan Lokal.

2.2. Penelitian yang relevan

Penelitian pengembangan ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Ghery Priscylio dan sjaiful Anwar (2019) dengan judul “Integrasi Bahan Ajar Ipa
Menggunakan Model Robin Fogarty untuk Proses Pembelajaran IPA di SMP” pada
penelitian peneliti mengintegrasikan bahan ajar IPA menggunakan model Robin
Fogarti menggunakan semua model yang ada.

Tiap tipe keterpaduan menghasilkan bahan ajar IPA yang berbeda. Bahan ajar
yang dihasilkan dapat digunakan dalam pembelajaran IPA terpadu di SMP dengan
menyesuaikan model pembelajaran yang akan digunakan. Perlu penguasaan konsep
IPA yang baik dalam penyusunan bahan ajar IPA terpadu untuk setiap tipe nya.
Sebelum mengembangkan bahan ajar IPA terpadu dengan menggunakan salah satu
tipe keterpaduan.

2.3. Kerangka Pikir

Manfaat dari pengembangan model integrasi TIK ke dalam mata pelajaran


adalah untuk mempermudah guru dalam membuat perencanaan pembelajaran
dengan memasukkan TIK sebagai media pembelajaran yang digunakan oleh guru
maupun sebagai alat belajar bagi siswa sehingga dapat meningkatkan mutu
pembelajaran.

15
Perencanaan
pembelajaran Belum
Tupoksi Guru dengan berjalan
mengintegrasi dengan baik
kan TIK

Meningkatnya Pengembangan
TIK ter-
mutu model integrasi
integrasi
pembelajaran TIK ke dalam
dengan baik
mata pelajaran

Gambar 2.3 10 Kerangka Pikir

2.4. Hipotetik Penelitian

Melalui pengembangan integrasi TIK ke dalam mata pelajaran pada


kurikulum 2013 ini dapat membantu memperbaiki implementasi kurikulum 2013
di sekolah melalui:

1. Penguasaan Kompetensi Profesional Guru secara menyeluruh dengan


mampu mengikuti perkembangan jaman terutama perkembangan
teknologi untuk dapat digunakan dalam pembelajaran.
2. Peningkatkan kompetensi profesional guru yang berdampak pada
prestasi peserta didik.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Model Pengembangan

Penelitian pengembangan model integrasi TIK ke dalam mata pelajaran


dalam kurikulum 2013 ini merupakan penelitian Research and Development (R&D)
atau penelitian pengembangan. Menurut Borg & Gall (2003:772), penelitian
pengembangan adalah penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan dan
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian pengembangan seperti


diungkapkan Borg and Gall (2003), yaitu penelitian awal dan pengumpulan
informasi, perencanaan, pengembangan produk awal, uji coba produk awal, revisi
produk utama, uji coba produk utama, revisi produk operasional, uji coba produk
operasional, revisi produk final, dan diseminasi dan implementasi.

3.2. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan penelitian ini mengacu pada model pengembangan


Research and Development (R&D) Borg and Gall namun hanya sampai tahap ke
tujuh (7). Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya pada penelitian ini.
Sukmadinata dalam Abdurahim (2011) menyatakan bahwa dalam penelitia dan
pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final, tanpa pengujian
hasil.

17
Gambar 3.1 10 Prosedur Pengembangan

18
3.3. Desain Ujicoba produk
3.3.1. Desain Uji Coba

Pengujian produk sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas


model yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu dilakukan uji coba kepada sasaran
produk yang dikembangkan. Sebelum diujicobakan, model integrasi TIK ke dalam
mata pelajaran divalidasi terlebih dahulu oleh ahli materi, kemudian dilakukan
revisi. Produk yang telah direvisi kemudian diujicobakan kembali kepada subjek
uji coba

3.3.2. Subjek Uji Coba

Untuk subjek penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran di SMP
Negeri 1 Secang sebagai lokasi penelitian dilakukan. SMP Negeri 1 Secang
beralamat di JL. Raya Semarang Secang Kabupaten Magelang

3.3.3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data meliputi studi dokumen, observasi, wawancara ,


angket, dan Focus Group Discussion (FGD).

3.3.3.1. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan dokumen yaitu profil


sekolah, Visi dan Misi Sekolah, Jumlah guru mata pelajaran, Sarana dan Prasarana
Sekolah yang mendukung pelaksanaan integrasi TIK, Silabus, dan RPP. Instrumen
penelitian yang digunakan yaitu daftar dokumen.

3.3.3.2. Observasi

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi partisipatif


pasif menggunakan instrument berupa lembar observasi pada saat guru mata
pelajaran melaksanakan proses pembelajaran. Observasi dilakukan untuk
mengamati proses belajar mengajar di dalam kelas untuk mengetahui penerapan
integrasi TIK dalam mata pelajaran.

19
3.3.3.3. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan yaitu wawancara semi terstruktur. Peneliti


menggunakan instrument saat bertemu langsung dengan nara sumber. Dengan
wawancara ini, peneliti akan mendapatkan data yang dapat dipergunakan untuk
menganalisis hambatan-hambatan dalam penerapan interasi TIK ke dalam mata
pelajaran.

3.3.3.4. FGD (Focus Group Discussion)

FGD dihadiri oleh kepala sekolah, wakasek, kaur Kurikulum dan


perwakilan guru mata pelajaran di SMP Negeri 1 Secang. Dalam FGD banyak
pedapat tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
sekolah dalam pelaksanaan integrasi TIK ke dalam mata pelajaran.

3.3.4. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan menggunakan SWOT yaitu dengan


menggunakan teknik analisis matrik IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan
analisis matrik EFAS (External Factor Analysis Summary) dan analisis matrik
SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats). Analisis SWOT dilakukan
untuk menyusun langkah dalam mengatasi kelemahan, kekuatan, peluang dan
ancaman dari pelaksanaan integrasi TIK ke dalam mata pelajaran.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sudjana, Nana. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar
Baru Algensindo

Lukmanul Hakim, 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV. Wacana Prima

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 35


Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Fogarty, R. 2009. How to integrate the curricula.

Batubara, Hamdan Husein. 2017. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Degeng, Nyoman Sudana. (2004). Teori Pembelajaran, Malang, Jawa Timur: UM


Press

Miarso, Yusuf Hadi. (2004), Menyemai Benih Teknologi Penddikan,


Jakarta:Kencana

Surjono, Herman Dwi. (2010). Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran, Makalah, Disajikan dalam
seminar MGMP Terpadu SMP/MTs Kota Magelang

Walter R. Borg & Meredih D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction.


New York: Longman.

https://mediaindonesia.com/read/detail/105735-integrasi-literasi-media-ke-dalam-
kurikulum diakses pada 30 Juli 2019

Widoyoko Eko Putro, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Priscylio, Ghery. Anwar, Syaiful. 2019. Integrasi Bahan Ajar IPA menggunakan
Model Robin Fogarty untuk proses pembelajaran IPA di SMP. Tesis:
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Indonesia

21
Wiyono, Kateng, .Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis ICT pada
Implementasi Kurikulum 2013. Universitas Sriwijaya. Indonesia

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :


Alfhabeta.

22
LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DAFTAR DOKUMEN

Tidak
No Nama Dokumen Ada Keterangan
Ada
1 Profil Sekolah
2 Visi dan Misi Sekolah
Jumlah Guru Mata
3
Pelajaran
Sarana dan Prasarana
Sekolah yang
4 mendukung
pelaksanaan integrasi
TIK
5 Silabus
6 RPP

23
LAMPIRAN 2 LEMBAR OBSERVASI

Nama Kegiatan : Observasi di Kelas


Mata Pelajaran :
Tempat : SMP Negeri 1 Secang
Tanggal : Februari 2019
Hasil Observasi :
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….
…………………………………………………………………….

Observer,

Wisnu Fajar Magna


Peneliti

24
LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 3.1 PEDOMAN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

1. Sejak kapan penerapan kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Secang?


JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Apakah penerapan kurikulum 2013 mengalami kendala pada penerapannya di
SMP Negeri 1 Secang?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Apakah guru Sudah menerapkan Integrasi TIK di dalam mata pelajaran?


JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Apakah ada pelaporan perencanaan pembelajaran rutin secara Administrasi
yang dilaporkan kepada kepala sekolah? Jika ada jangka waktunya berapa
lama?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

5. Apakah proses pembelajaran sudah benar-benar menerapkan kurikulum 2013??


JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

25
LAMPIRAN 3.2 WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN

1. Apakah guru mata pelajaran mengalami kesulitan dalam implementasi


kurikulum 2013?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Apakah guru mata pelajaran tahu bahwa dalam kurikulum 2013 TIK terintegrasi
dalam mata pelajaran ?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Apakah guru mata pelajaran mengalami kendala dalam penerapan kurikulum


2013 yang mengintegrasikan TIK di dalam mata pelajaran?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

4. Apakah komunikasi guru Mata Pelajaran dengan Guru TIK dalam perencanaan
pembelajaran yang terintegrasi TIK berjalan dengan baik?
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

5. Bagaimana guru TIK membantu guru mata pelajaran dalam proses


pembelajaran!
JAWABAN:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

26

Anda mungkin juga menyukai