Kata Kalimat Serta Paragraf
Kata Kalimat Serta Paragraf
NUR KENCANA
NUR KENCANA
NUR KENCANA
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayat serta taufik-Nya karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kata, Kalimat, serta Paragraf” selesai
tepat pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini, penulis tidak lupa menghaturkan
ucapan terima kasih khususnya kepada,
1. Bapak Asdin Nurdin, S.Pd selaku pembimbing dan dosen mata kuliah Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan arahannya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan;
2. Kedua orang tua yang selalu memotivasi saya untuk maju dan dapat
menyelesaikan makalah ini;
3. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mohon saran dan kritik dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di
kemudian hari. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.
Watampone,
iii
ABSTRAK
NUR KENCANA Kata, Kalimat, serta Paragraf (dibimbing oleh Asdin Nurdin,
S.Pd).
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk: (1) Dapat mengetahui ruang lingkup
kata. (2) Dapat mengetahui ruang lingkup kalimat. (3) Dapat mengetahui ruang
telah dipelajari khususnya pokok pembahasan studi Bahasa dan Sastra Indonesia.
Adapun metode penulisan dalam makalah ini yakni, metode Library Research
yang mencakup (1) Metode secara langsung adalah mengambil pendapat atau data
yang terdapat pada literatur untuk dimasukkan ke dalam karya tulis dan tidak
ikhtisar) pendapat atau data yang terdapat di dalam literatur kemudian memasukkan
Hasil dari pemaparan ini adalah bahwa Kata, Kalimat, serta Paragraf, sangat
penting bagi masyarakat dalam etika berbahasa yang baik dan benar.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat 2
E. Sistematika Penulisan 2
II. PEMBAHASAN 3
A. Kata 3
B. Kalimat 15
C. Paragraf 22
III. PENUTUP 30
A. Kesimpulan 30
B. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di zaman yang semakin berkembang ini menulis telah menjadi sebuah kebutuhan.
Setiap orang tak akan pernah luput dari kebutuhan menulis, entah untuk media iklan,
tugas sekolah, atau karena kegemaranya. Namun, dibalik semua itu menulis
bukanlah hal yang mudah karena banyak hal yang perlu diperhatikan dalam suatu
penulisan agar ide sang penulis dapat tersampaikan dengan baik dalam tulisanya.
Dewasa ini, masih banyak orang yang belum memahami betul mengenai jenis
kata, kalimat, dan paragraf. Oleh karena itu, untuk lebih memahami tentang ruang
lingkupnya maka penulis akan mencoba membahas mengenai penjelasan lengkap
ruang kelingkupan kata, kalimat, dan paragraf.
B. Rumusan Masalah
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan makalah ini adalah:
2. Dapat mengetahui perbedaan dari masing-masing jenis kata, kalimat, dan paragraf.
1
2
D. Manfaat
selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas tiga bab yang mana setiap bab memiliki sub bab.
serta manfaat.
PEMBAHASAN
A. KATA
1. Pengertian Kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri dari satu akar kata tanpa
atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat membentuk frasa, klausa, atau
kalimat.
Kata "kata" dalam bahasa Melayu dan Indonesia diambil dari Bahasa Ngapak
kathā. Dalam bahasa Sanskerta, kathā sebenarnya bermakna "konversasi", "bahasa",
"cerita" atau "dongeng”. Dalam bahasa Melayu dan Indonesia terjadi penyempitan
arti semantis menjadi "kata". Istilah "kata" tidak sulit untuk didefinisikan. Di dalam
artikel ini dicoba untuk menjelaskan konsep ini dengan menyajikan tiga definisi yang
berbeda: definisi menurut KBBI, tata bahasa baku bahasa Indonesia dan definisi yang
umum diberikan di Dunia Barat.
1. Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan atau dituliskan dan
merupakan realisasi kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa;
2. Konversasi bahasa;
3. Morfem atau kombinasi beberapa morfem yang dapat diujarkan sebagai
bentuk yang bebas;
4. Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri dan terdiri dari satu morfem
(contoh kata) atau beberapa morfem gabungan (contoh perkataan).
Definisi pertama KBBI bisa diartikan sebagai leksem yang bisa menjadi lema atau
entri sebuah kamus. Lalu definisi kedua mirip dengan salah satu arti sesungguhnya
3
4
kathā dalam bahasa Sanskerta. Kemudian definisi ketiga dan keempat bisa diartikan
sebagai sebuah morfem atau gabungan morfem.
2. Jenis Kata
Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi empat: kata dasar, kata
turunan, kata ulang, dan kata majemuk. Kata dasar adalah kata yang merupakan dasar
pembentukan kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan pada kata turunan
disebabkan karena adanya afiks atau imbuhan baik di awal (prefiks atau awalan),
tengah (infiks atau sisipan), maupun akhir (sufiks atau akhiran) kata. Kata ulang
adalah kata dasar atau bentuk dasar yang mengalami perulangan baik seluruh maupun
sebagian sedangkan kata majemuk adalah gabungan beberapa kata dasar yang
berbeda membentuk suatu arti baru.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia, kelas kata terbagi menjadi tujuh
kategori, yaitu:
a. Nomina (kata benda) adalah nama dari seseorang, tempat, atau semua benda
dan segala yang dibendakan. Kata benda menurut wujudnya dibagi sebagai
berikut.
1) Kata benda konkret (berwujud) adalah kata benda yang wujud bendanya
kelihatan, tampak dan dapat ditangkap oleh panca indra. Contoh : meja,
kursi, pensil, piring, dan sebagainya.
2) Kata benda abstrak (tak berwujud) adalah kata benda yang wujud
bendanya tidak kelihatan, tidak tampak dan tidak dapat ditangkap oleh
panca indra. Contoh : faham, watak, kelakuan, kesopanan, dan sebagainya.
b. Verba (kata kerja) adalah kata yang menyatakan suatu tindakan atau
pengertian dinamis
1) Kata kerja transitif adalah kata kerja yang membutuhkan kehadiran objek
dibelakangnya. Contoh : menyebabkan (men + sebab + -kan). Kalimatnya:
Serangan hama tersebut menyebabkan kematian 100% pada varietas
hibrida.
Kata kerja transitif dapat dibedakan (terjadinya) kedalam 7 bentuk kata
kerja yaitu :
a) Kata kerja tak berimbuhan. Contoh : minta izin, makan
roti, dan sebagainya.
5
c. Adjektiva (kata sifat) adalah kata keadaan yang lebih khusus karena erat
hubungannya dengan benda yang diterangkan. Contoh,
1) Putih bersih, merah padam, sunyi, gelap, hiruk pikuk, kacau balau, dan
sebagainya;
2) Terbagus, terbaik, tertinggi, kecil, besar, keras, lunak, dan sebagainya;
3) Pemberani, penakut, dermawan, budiman, pemarah, dan sebagainya.
Kata keadaan yang erat hubungannya dengan benda yang
diterangkannya dan sifatnya adalah abadi akan lebih digolongkan sebagai
kata sifat. Contoh :
Api panas, di sini panas adalah sifat yang abadi dari pada api
sehingga panas itu merupakan kata sifat.
Es dingin, disini kata dingin adalah merupakan kata sifat.
6
e. Pronomina (kata ganti) adalah kata yang menggantikan kata benda atau kata
lain yang tidak disebut. Kata ganti menurut sifat dan fungsinya dapat
dibedakan sebagai berikut.
1) Kata Ganti Orang (Pronomina Personalia) adalah kata ganti yang
berfungsi sebagai pengganti orang yang telah disebut atau dikenal.
Adapun jenis-jenis kata ganti orang adalah sebagai berikut:
a) Kata ganti orang ke-I (si pembicara).
(1) Tunggal : aku, saya, daku,
hamba, beta.
(2) Jamak : kami, kita.
b) Kata ganti orang ke-II (orang yang diajak bicara).
(1) Tunggal : engkau, kamu,
Paduka, tuan, yang mulia,
saudara, ibu, bapak dan lain-lain.
(2) Jamak : kamu, kalian,
kamu sekalian, anda sekalian.
c) Kata ganti orang ke-III (orang yang dibicarakan).
(1) Tunggal : dia, beliau, ia.
Untuk orang yang sudah
meninggal yaitu mendiang,
almarhum atau almarhumah.
(2) Jamak : mereka.
2) Kata ganti empunya (Pronomina Possessiva) adalah segala kata yang
menggantikan kata ganti orang dalam kedudukan sebagai pemilik: -ku, -
mu, -nya, kami, kamu, mereka. Dalam fungsinya sebagai pemilik, kata-
kata ini mengambil bentuk ringkas dan dirangkaikan saja di belakang kata
yang diterangkan disebut sebagai bentuk enklitis. Contoh:
Pensilku = pensil aku
Pensilmu = pensil kamu
Apabila bentuk ringkas itu dirangkaikan di depan sebuah kata, disebut
proklitis. Contoh: kupinjam, kau pinjam.
3) Kata ganti penunjuk (Pronomina Demonstrativa) adalah kata yang
menunjuk di mana terdapat sesuatu benda. Dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
a) Kata ganti penunjuk dekat. Contoh : ini, disini, kemari,
kesini.
8
Kata depan yang terpenting dalam bahasa Indonesia adalah yang berikut.
a) Akan. Kata depan akan dapat menduduki beberapa fungsi, antara lain:
(1) Pengantar objek. Contoh:
Ia tidak tahu akan hal itu.
10
4) Interjeksi (Kata seru) adalah merupakan suatu kalimat yang terdiri dari
satu kata, karena sudah jelas menyatakan suatu maksud. Biasanya kata ini
dipergunakan untuk memberi seruan, terutama dalam kalaimat perintah
atau suruhan. Misalnya : ah, oi, hai, wah, cis, gih, aduh, amboi, wow,
aduhai, insyaAllah, masyaAllah, dan sebagainya.
Di samping itu yang jelas di dalam bentuk suatu kalimat perintah atau
suruhan biasanya dipergunakan partikel “lah”.
Contoh :
a) Pulanglah!
b) Pergilah!
c) Pena itu, ambilah!
Dalam bahasa Indonesia dikenal adanya berbagai makna kata yang berhubungan
dengan kata-kata lainnya. Diantaranya adalah jenis kata polisemi, hipernim dan
hiponim, berikut definisi beserta contoh-contohnya.
a. Polisemi
Polisemi adalah kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu
karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata
seperti kata "Kepala" dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala
adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh : "Kepala"
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Kata hipernim dapat
menjadi kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya. Sedangkan hiponim adalah
kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim. Umumnya kata-kata hipernim
adalah suatu kategori dan hiponim merupakan anggota dari kata hipernim.
Contoh :
h) Hipernim : Hantu
Hiponim : Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur
buntung, tuyul, genderuwo, suster ngesot, dan lain-lain.
i) Hipernim : Ikan
Hiponim : Lumba-lumba, tenggiri, hiu, betok, mujaer, sepat, cere, gapih
singapur, teri, sarden, pari, mas, nila, dan sebagainya.
j) Hipernim : Odol
Hiponim : Pepsodent, Ciptadent, Siwak f, Kodomo, Smile up, Close up,
Maxam, Formula, Sensodyne, dll.
k) Hipernim : Kue
Hiponim : Bolu, apem, nastar nanas, biskuit, bika ambon, serabi, donat,
cucur, lapis, bolu kukus, bronis, sus, dsb.
Seorang pembicara disuruh untuk mengulang kalimat yang diberikan secara pelan,
diperbolehkan untuk beristirahat dan mengambil jeda. Sang pembicara maka akan
cenderung memasukkan jeda pada batas-batas kata. Namun metoda ini tidaklah
sempurna, sang pembicara bisa dengan mudah memilah-milah kata-kata yang terdiri
dari banyak suku kata.
b. Keutuhan
Seorang pengguna disuruh untuk mengucapkan sebuah kalimat secara keras dan
lalu disuruh untuk mengucapkannya lagi dan ditambah beberapa kata.
14
Konsep ini pertama kali diusulkan oleh Leonard Bloomfield. Kata-kata adalah
leksem, jadi satuan terkecil yang bisa berdiri sendiri.
d. Batas fonetis
e. Satuan semantis
Seperti pada banyak bentuk bebas yang minimal yang disebut di atas ini, metode
ini memilah-milah kalimat ke dalam kesatuan-kesatuan semantiknya yang paling
kecil. Tetapi, bahasa sering memuat kata yang mempunyai nilai semantik kecil (dan
sering memainkan peran yang lebih gramatikal), atau kesatuan-kesatuan semantik
yang adalah kata majemuk.
B. KALIMAT
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil
yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan.
Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang
bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!)
untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi,
baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P).
Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat
melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di
sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu
hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu).
Kalimat tunggal dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan,
jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh kalimat tunggal:
Selamat sore
Silakan Masuk!
Kapan menikah?
Hei, Kawan...
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan
anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat
tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
15
16
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya
(konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Jenis Konjungsi
Penggabungan Dan
Penguatan/penegasan Bahkan
Pemilihan Atau
Berlawanan Sedangkan
Urutan Waktu Kemudian, lalu, lantas
Contoh:
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena
subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat
unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola
yang terdapat pada induk kalimat.
Jenis Konjungsi
Syarat Jika, kalau, manakala, andaikata, asal (kan)
Tujuan Agar, supaya, biar
Perlawanan (Konsesif) Walaupun, kendati(pun), biarpun
Penyebaban Sebab, karena, oleh karena
Pengakibatan Maka, sehingga
Cara Dengan, tanpa
Alat Dengan, tanpa
Perbandingan Seperti, bagaikan, alih-alih
Penjelasan Bahwa
Kenyataan Padahal
Contoh:
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk
tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina
atau frasa nominal. Misalnya:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat,
dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
20
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek
berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kalimat aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi
dua macam :
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok yang
dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai dengan
umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan argumen atau sudut
pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang sebelumnya dan berhenti
untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari tiga hingga tujuh kalimat semuanya
tergabung dalam pernyataan berparagraf tunggal. Dalam fiksi prosa, contohnya tapi
hal ini umum bila paragraf prosa terjadi di tengah atau di akhir. Sebuah paragraf
dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman, dan dapat terdiri dari satu atau
banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali
orang yang dikutip berganti.
22
23
1. Berdasarkan Jenisnya
a. Narasi
Narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Ciri-
cirinya yakni, ada kejadian, ada pelaku, dan ada waktu kejadian. Contoh:
Anak itu berjalan cepat menuju pintu rumahnya karena merasa khawatir
seseorang akan memergoki kedatangannya. Sedikit susah payah dia membuka pintu
itu. Ia begitu terkejut ketika daun pintu terbuka seorang lelaki berwajah buruk tiba-
tiba berdiri di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia langsung mengayunkan
tinjunya ke arah perut lelaki misterius itu. Ia semakin terkejut karena ternyata lelaki
itu tetap bergeming. Raut muka lelaki itu semakin menyeramkan, bagaikan seekor
singa yang siap menerkam. Anak itu pun memukulinya berulang kali hingga ia
terjatuh tak sadarkan diri.
b. Deskripsi
Perempuan itu tinggi semampai. Jilbab warna ungu yang menutupi kepalanya
membuat kulit wajahnya yang kuning nampak semakin cantik. Matanya bulat
bersinar disertai bulu mata yang tebal. Hidungnya mancung sekali mirip dengan
para wanita Palestina.
c. Eksposisi
atas laporan, aduan, atau keluhan masyarakat tentang persoalan agama, sosial,
budaya, hingga ekonomi. Bisa dikatakan bahwa bahtsul masail sesungguhnya
merupakan cara khas pesantren untuk menyuarakan aspirasi masyarakat melalui
perspektif agama.
d. Argumentasi
e. Persuasi
b. Paragraf Induktif
Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas
tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga
cukup pandai mengarang.
Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup
Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam
kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai
enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya
adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.
2) Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal
yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada
persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang
yang lain. Contoh:
3) Hubungan Kausal
atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola
hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan
sebab-akibat 1 akibat 2.
a) Sebab-Akibat
Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola
sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.
b) Akibat-Sebab
c) Sebab-Akibat-1 Akibat-2
c. Paragraf Campuran
d. Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar
29
Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-
murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah
busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang
makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil
beristirahat dan berkelakar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan dimuka, maka ada beberapa hal yang
dapat penulis simpulkan :
1. Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan
terdiri dari satu atau lebih morfem.
2. Pembagian kelas kata terbagi atas tujuh, yakni nomina (kata benda), verba (kata
kerja), adjektiva (kata sifat), adverbia (kata keterangan), pronominal (kata ganti),
numeralia (kata bilangan), dan kata tugas.
3. Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri
sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
4. Kalimat terbagi atas dua yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
5. Sebuah paragraf (dari bahasa Yunani paragraphos, "menulis di samping" atau
"tertulis di samping") adalah suatu jenis tulisan yang memiliki tujuan atau ide.
6. Paragraf dibagi menurut jenis dan letak kalimat utamanya.
B. Saran
1. Apa yang kita mengerti dan pahami tentang kata, kalimat serta paragraf, sekiranya
dapat kita praktekkan dalam penulisan karya ilmiah agar bahasa kita ini tidak
tercampur dengan kata-kata asing
30
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kbtpfree.blogspot.com/2010/05/kata-kalimat-dan-paragraf.html
2. http://idhambhimaa.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-perbedaan.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
31