PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dngan dengan panjang 1-4Um dan tebal
0,3-0,6/Um. Bakteri ini dapat meniular lewat percikan dahak yangkeluar saat batuk, bersin
10-15 orang setiap tahunnya, penyakit TB paru erat erat aitannya dengan sanitasi
lingkungan rumah, perilaku, tingkat pendidikan dan jumlah penghasilan keluarga.
tuberculosis, dimana bakteri ini dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai beberapa hari
hingga berminggu-minggu tergantung ada tidaknya sinar matahari,
asimtomatik, tanda dan gejala umum yang timbul termasuk kehilangan berat badan,,
letargi, anoreksia, dan demam ringan biasanya muncul pada sore hari, hal ini merupakan
tanda dan gejala umuminfeksi kronik. Batuk dengan sputum purulent lebih sering dalam
waktu beberapa minggu atau bulan. Berkeringat pada malam hari dan ansietassering
terjadi (Angga, 2010)
Angka prevalensi TBC Indonesia menurut (Depkes, 2014) terdapat 297 per
100.000 penduduk Indonesia. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama
pemerintah di bidang kesehatan selainpenurunan stunting dan peningkatan cakupan muu
imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini adalah dunia bebas tuberkolosis, nol
kematian, penyakit dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC. Penemuan kasus
Tuberkolosis di Kalimantan Timur juga cukup tinggi pada setiap tahunnya kasus TBC
mencapai 2.250-2.400 penderita atau mencapai 32,5%jumlah penderita dideluruh
Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur (KaltimProv, 2015).
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TB Paru ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi.
Tuberkulosis atau yang dikenal juga sebagai TB atau TBC adalah penyakit
menular yang berpotensi serius memengaruhi paru-paru. Bakteri yang menyebabkan
Tuberkulosis menyebar dari satu orang ke orang lain melalui partikel di udara yang
terpapar bakteri ketika seorang penderita batuk dan bersin. Orang dengan
Setelah langka di negara maju, infeksi Tuberkulosis mulai meningkat pada tahun
1985, sebagian karena munculnya HIV, virus yang menyebabkan AIDS. HIV
melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga tidak dapat melawan
kuman TB. Di Amerika Serikat, karena program kontrol yang lebih kuat, Tuberkulosis
mulai menurun lagi pada tahun 1993, tetapi tetap menjadi perhatian.
B. Etiologi.
udara. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang yang terkena tuberkulosis batuk, bersin,
C. Patofisiologi.
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan
3
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan
kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain
yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas
kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke
laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan
nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus
pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.
Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat
4
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-
organ tubuh.
D. Komplikasi.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan
dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan
pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan
menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.
Pada stadium dini penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala
yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (
menghasilkan sputum ).
3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah
paru.
4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
Positif jika ditemukan mikobakterium tuberkulosis dalam stadium aktif pada
perjalanan penyakit.
5
2. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer patch)
Reaksi positif (area indurasi > 10 mm timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen
intra kutan) menunjukkan telah terjadinya infeksi dan dikeluarkannya antibodi
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan
paru.
G. Penatalaksanaan
1. Penyuluhan
2. Pemberian obat-obatan :
OAT (obat anti tuberkulosa)
3. Vitamin
H. Klasifikasi
6
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial
I. Pengobatan
Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan
dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2
RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat ( milier
) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH.
panjang 12 – 18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.
7
Kanamisin ( K ), Para-Amino-Salicylic Acid ( P ),Tiasetazon ( T ), Etionamide,
Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin, Sifrofloksasin, Norfloksasin,
Klofazimin dan lain-lainl. Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak
sekuat yang tingkat satu dan beberapa macam yang teakhir yaitu golongan
aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap eksperimental.
yakni 85 % karena :
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama : Ny. S
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Lama bekerja :-
Pasien dibawa ke IGD pada tanggal 15/12/2019 dengan keluhan sesak napas,
didapatkan hasil pengkajian yaitu keluhan tambahan saat masuk rumah sakit
sesak, nyeri dada sebelah kanan saat menarik napas. Pada tanggal 15/12/2019
pukul 22.00 pasien dibawa ke ruang seruni untuk dirawat inap. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapat diagnosa medik yaitu TB paru, dan DM tipe 2.
9
3. Riwayat penyakit dahulu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memang memiliki riwayat penyakit TB
paru on treatment 6 bulan dan mengkonsumi obat OAT selama 6 bulan namun
bulan ini pasien kembali kekambuhan TB paru dan kembali dilakukan perawatan
di RS. Pasien juga memiliki riwayat penyakit DM namun pemberian insulin sudah
dihentikan karena gula darah pasien sudah cukup stabil.
Genogram :
Kedua orang tua Ny. S sudah meninggal, begitu juga dengan kedua orang
tua suami Ny. S sudah meninggal. Ny. S memiliki saudara dengan jumlah 12 orang,
terdiri dari : 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Ny. S memiliki 6 orang anak
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah
dilakukan :
telah dilakukan (mengambil sampel lab), tindakan yang telah dilakukan mengukur
ttv, memasang oksigen nasal kanul 4 Lpm, memasang infus, mengambil sampel
lab.
III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)
10
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Program diit RS: Diit cair DM 6 x 200 cc
3. Intake cairan: Keluarga pasien mengatakan Ny. M hanya minum 300-400 ml/ hari
dengan pemberian cairan infus RL 1000 cc dari cairan infus / hari.
4. Pola eliminasi
Sebelum dirawat di rumah sakit BAB kadang 2 hari sekali, dan selama dirawat
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi/ROM √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total
6. Oksigenasi :
Pasien mengalami sesak napas dan pasien menggunakan nasal kanul 4 Lpm
11
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengalami gangguan tidur,
lama tidur 7-8 jam. Saat dirawat di rumah sakit pasien mengatakan sulit tidur,
sering terbangun dengan sendirinya, ketika bangun pasien sulit untuk memulai
tidur kembali dan lama tidur pasien hanya 2-3 jam dalam sehari. Pasien
mengatakan ketika bangun tidur tubuh terasa capek dan lemas.
8. Pola persepsual
pahit.
penyakitnya.
Pasien mengatakan tidak hamil lagi, tidak ada menstruasi lagi dan tidak
menggunakan kontrasepsi.
12
Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena kondisi saat
ini tidak memungkinkan.
Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. S saat ini hanya dapat beribadah (sholat)
di atas tempat tidur (berbaring), serta berdzikir.
1. Tanda-tanda Vital
BB/TB : 45 / 150
2. Kepala :
- Inspeksi: bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, warna rambut
hitam dan terdapat uban, kulit kepala bersih, tidak ada lesi.
- Inspeksi: Bentuk hidung simetris, hidung tampak bersih, septum ada dan
13
- Mulut tampak kurang bersih, warna gigi kekuningan, terdapat karies pada
gigi, gigi atas obentuk bibir simetris, mukosa mulut lembab
- Gigi pasien tampak sedikit kuning dan terdapat karies gigi, tidak
menggunakan gigi palsu, gigi atas bagian depan patah 3 gigi dan gigi
bagian bawah patah 2 gigi.
- Inspeksi: leher tampak bersih, tidak ada lesi dan tidak tampak massa pada
leher.
- Palpasi: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran tiroid dan
7. Respiratori :
a. Dada : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama pada saat
bernapas, tidak ada lesi, tidak ada benjolan dan massa pada dada, tidak ada
nyeri tekan.
h. Sianosis : (ya/tidak)
e. frekuensi : 78x/menit
f. irama : reguler
g. Kualitas : sedang
h. murmur : tidak ada
14
9. Nyeri dada, intensitas : Ada nyeri dada saat inspirasi, terasa seperti tertekan
10. Pusing : tidak ada
11. Sianosis : tidak ada
14. Neurologis :
b. Sakit kepala: tidak ada lokasi nyeri : tidak ada frekuensi : tidak ada
d. Pupil : isokor/unisokor
e. Reflek cahaya : normal
j. Koordinasi ekstermitas :
- MMT
5 5
5 5
Tangan kanan : 5
Tangan kiri : 5
Kaki kanan : 5
Kaki kiri : 5
- Paralisis, lokasi : tidak ada
15
l. Integument :
- Warna kulit: Kemerahan/pucat/Sianosis/Jaundice/Normal
- Kelembaban : Lembab/kering
m. Abdomen :
- Nyeri tekan : tidak ada
- ukuran/lingkar perut: 63 cm
n. Musculoskeletal :
- Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada
o. Seksualitas :
- Aktif melakukan hubungan seksual : Pasien tidak bersedia untuk dikaji.
kontrasepsi lagi.
Wanita :
- Usia menarche : 12 tahun
- Durasi : 7 hari
- Periode menstruasi terakhir : usia 45 tahun
16
- PAP smear terakhir: Tidak pernah
V. Program terapi :
Obat oral:
1. Codein 3x1 tablet
Intra Vena:
Inhalasi:
Hasil Laboratorium
Tanggal: 16/12/2019
17
PDW 15.2 ____(__)__*__ 9.0-13.0 fL
MPV 7.6 ____(_*_)____ 7.2-11.1 fL
P-LCR 11 __*__(__)____ 15-25 %
PCT 0.38 ____(_*_)____ 0.15-0.40 %
Neutrofil# 19.1 ____(__)__*__ 1.5-7.0 10⌃3/µL
Neutrofil% 67 ____(_*_)____ 40-74 %
Limfosit# 5.77 ____(__)__*__ 1.00-3.70 10⌃3/µL
Limfosit% 20 ____(_*_)____ 19-48 %
Monosit# 3.37 ____(__)__*__ 0.16-1.00 10⌃3/µL
Monosit% 12 ____(__)__*__ 3-9 %
Eosinofil# 0.02 ____(_*_)____ 0.00-0.80 10⌃3/µL
Eosinofil% 0 ____(_*_)____ 0-7 %
Basofil# 0.1 ____(_*_)____ 0.0-0.2 10⌃3/µL
Basofil% 0 ____(_*_)____ 0-1 %
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 333 ____(__)__*__ 70-140 mg/dL
Ureum 31.4 ____(_*_)____ 19.3-49.2 mg/dL
Creatinin 1.1 ____(_*_)____ 0.5-1.1 mg/dL
ELECTROLYTE: -
Natrium 131 __*__(__)____ 135-155 mmol/L
Kalium 4.5 ____(_*_)____ 3.6-5.5 mmol/L
Chloride 94 __*__(__)____ 98-108 mmol/L
Keterangan Klinis: Gastropati + DM Type 2
18
B. Analisa Data
DO :
Pasien menggunakan
oksigen nasal kanul 4 lpm
RR : 33 x/menit
Pasien bernapas
menggunakan otot bantu
pernapasan.
Terdengar bunyi napas
tambahan (ronchi) pada
paru sebelah kanan.
2. DS : Krisis situasi akibat Ansietas
Pasien mengatakan panik perubahan status
ketika sesak kesehatan
Pasien mengatakan susah
tidur
Pasien mengatakan gelisah
ketika sesak
DO :
Kontak mata pasien yang
buruk/ tidak fokus ketika
diajak berbicara
Pasien melihat sepintas
Ekspresi wajah pasien
tampak tegang
Pasien sering memegang
kepala ketika diajak
berbicara.
3. DS : Agen cedera bioligis : Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri infeksi
dada saat bernapas.
DO :
P : Nyeri terkadang timbul
pada saat istirahat
Q : Nyeri seperti ditekan
19
R : Dada sebelah kanan
S : 3 nyeri ringan
T : < 5 menit
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan
kardiologi.
Keterangan : 5. Monitor jumlah
20
dari kisaran normal sekret berlebih.
(3) Deviasi sedang dari 7. Posisikan segmen paru
kisaran normal yang akan dilakukan
dengan menggunakan
untuk mengeluarkan
napas dalam.
12. Anjurkan pasien batuk
Aromatherapi, musik,
21
dengan gelisah pre op. sebagai berikut : yang disukai pasien.
Domain 9 : 1. Perasaan gelisah 3. Pilih musik-musik
Koping/Toleransi Stres dengan skala (4) tertentu yang
kewaspadaan yang
memperingatkan
bahaya dan
memampukan individu
untuk bertindak
menghadapi ancaman.
22
dan emosional tidak metode non analgesik mengkaji
menyenangkan yang untuk mengurangi pengalaman nyeri
muncul akibat nyeri dengan skala (4) dan bagaimana nyeri
diantisipasi atau
diprediksi dan
23
E. Catatan Perkembangan Pasien
24
selama dan setelah tindakan. tiba-tiba saat istirahat
10. Pemberian terapi inovasi Q : Ditekan
tambahan : Aromatherapi, R : Dada
Dinas Sore DS : DS :
sambil menutup
mata saat
25
diberikan terapi
RR 22 x/menit
Spo2 98%
26
Catatan Perkembangan Hari Kedua, Kamis 19 Desember 2019
Pre Post
Dinas Pagi DS : DS :
Intervensi dilakukan pada pukul Pasien mengatakan Pasien
10.00 WITA sesak sudah tidak mengatakan lebih
fisioterapi dada
Pengeluaran
sputum ± 2 cc
RR : 24
Dinas Sore DS : DS :
Intervensi dilakukan pada pukul Pasien mengatakan Pasien
18.00 WITA sesak sudah tidak mengatakan ketika
27
sesak bernapas lebih
Intervensi diberikan 2 x 24 jam. Pasien mengatakan segar saat
ketika batuk dahak menghirup
1. Memonitor status respirasi
lebih mudah untuk aromatherapy, dan
2. Menepuk dada dengan
dikeluarkan lebih nyaman.
teratur dan cepat dengan
Pasien
menggunakan telapak
DO : mengatakan lebih
tangan yang dikuncupkan
Kesadaran umum mudah untuk
diatas area yang ditentukan
komposmentis mengeluarkan
selama 3-5 menit.
TTV dahaknya.
3. Menggetarkan dengan cepat
TD : 120/80 mmhg
dan kuat dengan telapak
N : 76 x/menit DO :
tangan.
RR : 21 Pasien tampak
4. Menginstruksikan pasien
Temp : Temp : 36°C terlihat lebih
untuk mengeluarkan nafas
Tidak terdapat bunyi tenang, rileks, dan
dengan teknik napas dalam.
nafas tambahan nyaman saat
5. Menganjurkan pasien batuk
diberikan terapi
selama dan setelah tindakan.
RR : 19
6. Pemberian terapi inovasi
Spo2 98%
tambahan : Aromatherapi,
28
F. Evaluasi Keperawatan
karaktersitik sputum.
A:
6. Menentukan segmen paru
Masalah ketidakefektifan
mana yang berisi sekret
bersihan jalan napas belum
berlebih.
teratasi.
7. Memposisikan segmen paru
menit \.
29
tangan.
11. Menginstruksikan pasien untuk
mengeluarkan nafas dengan
tambahan : Aromatherapi,
music, relaksasi napas dalam.
2 1. Mempertimbangkan minat S:
Pasien mengatakan
klien dengan pada musik.
menyukai musik, dan saat
2. Mengidentifikasi musik yang
mendengarkan musik
disukai pasien.
pasien lebih rileks dan
3. Meilih musik-musik tertentu
ingin tertidur
yang mewakili musik yang
O:
disukai pasien.
1. Perasaan gelisah dengan
4. Membantu individu untuk
skala (4)
menentukan posisi yang
2. Wajah tegang dengan
nyaman
skala (3)
5. Menghindari menghidupkan
3. Serangan panik dengan
musik dan dibiarkan dalam
skala (4)
waktu yang lama.
P:
Lanjutkan intervensi no
1,2,3,4,5,6
30
2. Mengobservasi respons non sudah sangat berkurang
verbal klien yang terkadang saja timbul
menunjukkan rasa
ketidaknyamanan. O:
3. Menggunakan komunikasi 1. Mengenali faktor dan
Lanjutkan intervensi no
1,2,3,4,5,
31
Hari/Tgl No Implementasi Evaluasi
Dx
Kamis, 1 Fisioterapi Dada S:
19/112019 Pasien mengatakan lebih
1. Memonitor status pernapasn
mudah untuk
2. Menentukan segmen paru
mengeluarkan dahaknya.
mana yang berisi sekret
Pasien merasa sangat
berlebih.
nyaman ketika dilakukan
3. Memposisikan segmen paru
terapi.
yang akan dilakukan fisioterapi
dada.
O:
4. Mengguunakan bantal untuk 1. Frekuensi pernapasan
menit. A:
6. Mengetarkan dengan cepat Masalah ketidakefektifan
tangan. teratasi.
tambahan : Aromatherapi,
music, relaksasi napas dalam.
2 1. Mempertimbangkan minat S:
Pasien mengatakan ingin
klien dengan pada musik.
tertidur saat
2. Mengidentifikasi musik yang
32
disukai pasien. mendengarkan musik.
3. Meilih musik-musik tertentu O:
yang mewakili musik yang 1. Perasaan gelisah dengan
menunjukkan rasa O:
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
34