Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubercolosis Paru adalah suaru penyakit yang disebabkan oleh mycrobakteium

tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dngan dengan panjang 1-4Um dan tebal
0,3-0,6/Um. Bakteri ini dapat meniular lewat percikan dahak yangkeluar saat batuk, bersin

atauberbicara karena penularannya melalui udara yang terhirup saat bernapas.


Diperkirakan satuorang menderita TB paru BTA positif yang tidak diobati akan menular

10-15 orang setiap tahunnya, penyakit TB paru erat erat aitannya dengan sanitasi
lingkungan rumah, perilaku, tingkat pendidikan dan jumlah penghasilan keluarga.

Sanitasi lingkungan rumah sangat mempengaruhi keberadaan bakteri mycrobakterium

tuberculosis, dimana bakteri ini dapat hidup selama 1-2 jam bahkan sampai beberapa hari
hingga berminggu-minggu tergantung ada tidaknya sinar matahari,

ventilasi,kelembaban,suhu, lantai, dankeppadatan penghuni rumah. TB paru ini cenderung

asimtomatik, tanda dan gejala umum yang timbul termasuk kehilangan berat badan,,

letargi, anoreksia, dan demam ringan biasanya muncul pada sore hari, hal ini merupakan
tanda dan gejala umuminfeksi kronik. Batuk dengan sputum purulent lebih sering dalam

waktu beberapa minggu atau bulan. Berkeringat pada malam hari dan ansietassering
terjadi (Angga, 2010)

Angka prevalensi TBC Indonesia menurut (Depkes, 2014) terdapat 297 per

100.000 penduduk Indonesia. Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama
pemerintah di bidang kesehatan selainpenurunan stunting dan peningkatan cakupan muu

imunisasi. Visi yang dibangun terkait penyakit ini adalah dunia bebas tuberkolosis, nol

kematian, penyakit dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC. Penemuan kasus

Tuberkolosis di Kalimantan Timur juga cukup tinggi pada setiap tahunnya kasus TBC
mencapai 2.250-2.400 penderita atau mencapai 32,5%jumlah penderita dideluruh
Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur (KaltimProv, 2015).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TB Paru ?

2. Apa etiologi, menifestasi klinis, dan komplikasi dari TB Paru ?

3. Bagaimana patofisiologi dan pemeriksaan penunjang TB paru ?

4. Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien dengan TB Paru ?


C. Tujuan

1. Mengetahui definisi TB paru


2. Mengetahui etiologi, menifestasi klinis dan komplikasi TB Paru

3. Mengetahui patofisiologi dan pemeriksaan penunjang TB paru


4. Mengetahui Asuhan Keperawatan Pasien dengan TB Paru

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi.

Tuberkulosis atau yang dikenal juga sebagai TB atau TBC adalah penyakit
menular yang berpotensi serius memengaruhi paru-paru. Bakteri yang menyebabkan

Tuberkulosis menyebar dari satu orang ke orang lain melalui partikel di udara yang
terpapar bakteri ketika seorang penderita batuk dan bersin. Orang dengan

Tuberkulosis aktif harus mengonsumsi beberapa jenis obat selama berbulan-bulan

untuk membasmi infeksi dan mencegah perkembangan resistensi antibiotik.

Setelah langka di negara maju, infeksi Tuberkulosis mulai meningkat pada tahun

1985, sebagian karena munculnya HIV, virus yang menyebabkan AIDS. HIV
melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga tidak dapat melawan

kuman TB. Di Amerika Serikat, karena program kontrol yang lebih kuat, Tuberkulosis

mulai menurun lagi pada tahun 1993, tetapi tetap menjadi perhatian.

B. Etiologi.

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri yang menyebar antar manusia melalui

udara. Hal ini dapat terjadi ketika seseorang yang terkena tuberkulosis batuk, bersin,

berbicara atau meludah.

C. Patofisiologi.

Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran

pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil

tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara


sel. Sel efektorya adalah makrofag, sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah sel

imunoresponsifnya. Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya

diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan

tidak menyebabkan penyakit.

3
Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit
bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama

leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi
dan timbul gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau

berkembang-biak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang

dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari .

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti

keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang

terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan

granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.


Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya

kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain

yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas

kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari
dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat

terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke

laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan

nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus
pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan

meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga

bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui

saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.

Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat

4
menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-
kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal

sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran


hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan

tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-

organ tubuh.

D. Komplikasi.

Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan

dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan

pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan
menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.

E. Tanda dan gejala.

Pada stadium dini penyakit TBC biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala
yang khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :

1. Demam : sub fibril, fibril ( 40 – 410C ) hilang timbul.

2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang /

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (
menghasilkan sputum ).

3. Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah

paru.

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri

otot dan keringat di waktu di malam hari.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Kultur sputum
Positif jika ditemukan mikobakterium tuberkulosis dalam stadium aktif pada

perjalanan penyakit.

5
2. Skin test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer patch)
Reaksi positif (area indurasi > 10 mm timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen
intra kutan) menunjukkan telah terjadinya infeksi dan dikeluarkannya antibodi

tetapi tidak menunjukkan aktifnya penyakit.


3. Elisa/Western Blot

Dapat menunjukkan adanya virus HIV.


4. Rontgen dada

Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium
dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan

perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.

5. Pemeriksaan histologi/kultur jaringan

Positif bila terdapat mikobakterium tuberkulosis.

6. Analisa gas darah (BGA)


Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan

paru.

7. Pemeriksaan fungsi paru

Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang rugi, meningkatnya rasio residu


udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat

infiltrasi parenkim/fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat

dari tuberkulosis kronis).

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum pada pasien TB yaitu :

1. Penyuluhan

2. Pemberian obat-obatan :
OAT (obat anti tuberkulosa)

3. Vitamin

4. Konsultasi secara teratur

H. Klasifikasi

Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan


riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu

faktor determinan untuk menetapkan strategi terapi.


Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:

6
1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:
a. Dengan atau tanpa gejala klinik
b. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong

biakan positif 1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.


c.Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

2. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

a. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif


b. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

3. Bekas TB Paru dengan kriteria:

a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative

b. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
c. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial

foto yang tidak berubah.

d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

I. Pengobatan

Sejak ditemukannya obat-obat anti TB dan dimulainya dengan monotherapi,

kemudian mulai timbul masalah resistensi terhadap obat-obat tersebut, maka

pengobatan secara paduan beberapa obat ternyata dapat mencapai tingkat


kesembuhan yang tinggi dan memperkecil jumlah kekambuhan.

Paduan obat jangka pendek 6 – 9 bulan yang selama ini dipakai di Indonesia dan

dianjurkan juga oleh WHO adalah 2 RHZ/4RH dan variasi lain adalah 2 RHE/4RH, 2

RHS/4RH, 2 RHZ/4R3H3/ 2RHS/4R2H2, dan lain-lain. Untuk TB paru yang berat ( milier
) dan TB Ekstra Paru, therapi tahap lanjutan diperpanjang jadi 7 bulan yakni 2RHZ/7RH.

Departemen Kesehatan RI selama ini menjalankan program pemberantasan TB Paru

dengan panduan 1RHE/5R2H2.


Bila pasien alergi/hipersensitif terhadap Rifampisin, maka paduan obat jangka

panjang 12 – 18 bulan dipakai kembali yakni SHZ, SHE, SHT, dan lain-lain.

Beberapa obat anti TB yang dipakai saat ini adalah :


1. Obat anti TB tingkat satu

Rifampisin ( R ), Isoniazid ( I ), Pirazinamid ( P ), Etambutol ( E ), Sterptomisin ( S ).


2. Obat anti TB tingkat dua

7
Kanamisin ( K ), Para-Amino-Salicylic Acid ( P ),Tiasetazon ( T ), Etionamide,
Sikloserin, Kapreomisin, Viomisin, Amikasin, Ofloksasin, Sifrofloksasin, Norfloksasin,
Klofazimin dan lain-lainl. Obat anti TB tingkat dua ini daya terapeutiknya tidak

sekuat yang tingkat satu dan beberapa macam yang teakhir yaitu golongan
aminoglikosid dan quinolon masih dalam tahap eksperimental.

Belakangan ini WHO menyadari bahwa pengobatan jangka pendek tersebut


baru berhasil bila obat-obat yang relatif mahal ( R & Z ) tersedia sampai akhi masa

pengobatan. Di beberapa negara berkembang, pengobatan jangka pendek ini


banyak yang gagal mencapai angka kesembuhan yang ( cure rate ) ditargetkan

yakni 85 % karena :

1.Program pemberantasan kurang baik

2.Buruknya kepatuhan berobat

Hal ini menyebabkan :


1.Populasi TB semakin meluas

2.Timbulnya resistensi terhadap bermacam obat.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
I. Identitas diri klien

Nama : Ny. S
Umur : 63 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Wiratama


Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Lama bekerja :-

Tanggal masuk RS : 15/12/2019

Tanggal pengkajian : 16/12/2019

Sumber informasi : Pasien, keluarga dan Rekam medik

II. Riwayat penyakit

1. Keluhan utama saat masuk RS :


Sesak napas

2. Riwayat penyakit sekarang :

Pasien dibawa ke IGD pada tanggal 15/12/2019 dengan keluhan sesak napas,

didapatkan hasil pengkajian yaitu keluhan tambahan saat masuk rumah sakit

sesak, nyeri dada sebelah kanan saat menarik napas. Pada tanggal 15/12/2019
pukul 22.00 pasien dibawa ke ruang seruni untuk dirawat inap. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapat diagnosa medik yaitu TB paru, dan DM tipe 2.

9
3. Riwayat penyakit dahulu :
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memang memiliki riwayat penyakit TB

paru on treatment 6 bulan dan mengkonsumi obat OAT selama 6 bulan namun
bulan ini pasien kembali kekambuhan TB paru dan kembali dilakukan perawatan

di RS. Pasien juga memiliki riwayat penyakit DM namun pemberian insulin sudah
dihentikan karena gula darah pasien sudah cukup stabil.

Genogram :

Kedua orang tua Ny. S sudah meninggal, begitu juga dengan kedua orang
tua suami Ny. S sudah meninggal. Ny. S memiliki saudara dengan jumlah 12 orang,

terdiri dari : 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Ny. S memiliki 6 orang anak

terdiri dari 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.

4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah

dilakukan :

Pasien di diagnosa TB Paru dan DM tipe II, pemeriksaan penunjang yang

telah dilakukan (mengambil sampel lab), tindakan yang telah dilakukan mengukur
ttv, memasang oksigen nasal kanul 4 Lpm, memasang infus, mengambil sampel

lab.

III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien)

1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan (Pengetahuan tentang penyakit/perawatan)

Keluarga pasien mengatakan cukup mengetahui tentang penyakit yang dialami


pasien Ny. M dan keluarga pasien juga cukup mengetahui bagaimana untuk

memelihara kesehatan Ny. S. Ny. S mengatakan rutin minum obat TB selama 6


bulan.

10
2. Pola nutrisi/metabolik
a. Program diit RS: Diit cair DM 6 x 200 cc

b. Intake makanan: Keluarga pasien mengatakan diit cair DM Ny. M rata-rata


tidak habis diperkirakan hanya 100-150 cc sekali makan.

3. Intake cairan: Keluarga pasien mengatakan Ny. M hanya minum 300-400 ml/ hari
dengan pemberian cairan infus RL 1000 cc dari cairan infus / hari.

4. Pola eliminasi

a. Buang air besar :

Sebelum dirawat di rumah sakit BAB kadang 2 hari sekali, dan selama dirawat

di rumah sakit belum ada BAB.

b. Buang air kecil


Pasien terpasang DC (Dower Chateter). Urine tampung 500 ml

5. Pola aktifitas dan latihan :

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi/ROM √

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:

tergantung total

6. Oksigenasi :

Pasien mengalami sesak napas dan pasien menggunakan nasal kanul 4 Lpm

7. Pola tidur dan istirahat


(lama tidur, gangguan tidur, perasaan saat bangun tidur)

11
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengalami gangguan tidur,
lama tidur 7-8 jam. Saat dirawat di rumah sakit pasien mengatakan sulit tidur,
sering terbangun dengan sendirinya, ketika bangun pasien sulit untuk memulai

tidur kembali dan lama tidur pasien hanya 2-3 jam dalam sehari. Pasien
mengatakan ketika bangun tidur tubuh terasa capek dan lemas.

8. Pola persepsual

(penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi)


- Penglihatan: pasien mengatakan penglihatan kabur dengan jarak 2 meter.

- Pendengaran: pendengaran baik, pasien dapat mendengar dengan jelas.

- Pengecapan: pengecapan baik, Pasien dapat membedakan rasa manis, asin,

pahit.

- Sensasi: sensasi baik, pasien dapat merasakan rangsang dicubit, diraba,


ditepuk, dingin dll dengan baik.

9. Pola persepsi diri

(pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri)


Pasien mengatakan hanya dapat berusaha berobat dan berharap sembuh dari

penyakitnya.

10. Pola seksualitas dan reproduksi


(fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll)

Pasien mengatakan tidak hamil lagi, tidak ada menstruasi lagi dan tidak

menggunakan kontrasepsi.

11. Pola peran hubungan

(komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan)

Keluarga pasien mengatakan Ny. S masih menjalin hubungan baik dengan


keluarga terdekat maupun orang lain. Pasien dijaga oleh suami dan anaknya.

Pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS kelas II.

12. Pola managemen koping-stress

(perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini)

12
Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena kondisi saat
ini tidak memungkinkan.

13. System nilai dan keyakinan


(pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll)

Keluarga pasien mengatakan bahwa Ny. S saat ini hanya dapat beribadah (sholat)
di atas tempat tidur (berbaring), serta berdzikir.

IV. Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda Vital

TD : 100/70 mmHg RR : 33 x/m N : 78 x/m S : 36,10C

BB/TB : 45 / 150

2. Kepala :
- Inspeksi: bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata, warna rambut

hitam dan terdapat uban, kulit kepala bersih, tidak ada lesi.

- Palpasi: tidak ada benjolan dan luka tekan pada kepala.

3. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengaran)


a. Penglihatan
- Berkurang - Ganda - Kabur - Buta/gelap

- Menggunakan alat bantu kaca mata: Ya/Tidak

- Sclera ikterik : (ya/tidak)


- Konjungtiva : (anemis/tidak anemis)

- Nyeri : (Ya /tidak) Intensitas : tidak ada


- Kornea : jernih/keruh/berbintik

- Alat bantu : tidak ada lensa/lensa kontak/kaca mata


b. Pendengaran

- Normal / Berdengung / Berkurang / Alat bantu / Tuli

Keluhan lain : Tidak ada


4. Hidung :

- Inspeksi: Bentuk hidung simetris, hidung tampak bersih, septum ada dan

berada di tengah, tidak ada polip, tidak ada lesi.


- Palpasi: tidak ada massa dan tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut/gigi/lidah :

13
- Mulut tampak kurang bersih, warna gigi kekuningan, terdapat karies pada
gigi, gigi atas obentuk bibir simetris, mukosa mulut lembab
- Gigi pasien tampak sedikit kuning dan terdapat karies gigi, tidak

menggunakan gigi palsu, gigi atas bagian depan patah 3 gigi dan gigi
bagian bawah patah 2 gigi.

- lidah simetris, tampak kurang bersih.


6. Leher :

- Inspeksi: leher tampak bersih, tidak ada lesi dan tidak tampak massa pada
leher.

- Palpasi: tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran tiroid dan

pembesaran kelenjar getah bening.

7. Respiratori :

a. Dada : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada sama pada saat
bernapas, tidak ada lesi, tidak ada benjolan dan massa pada dada, tidak ada

nyeri tekan.

b. Batuk : ya/tidak, produktif/tidak produktif

Karakteristik sputum : Warna : kuning sedikit lebih kental.


c. Bunyi napas : vesikuler/lainnya, jelaskan: terdengar bunyi napas tambahan

ronchi pada paru sebelah kanan

d. Sesak napas saat : Ekspirasi / Inspirasi / Istirahat / Aktivitas

e. Tipe pernapasan: Perut / Dada/ Biot / Kusmaul / Cynestokes


f. Frekuensi napas : 28x/menit

g. Penggunaan otot-otot asesori : (ya/tidak), napas cuping hidung : Ya

h. Sianosis : (ya/tidak)

i. Keluhan lain : tidak ada keluhan lain


8. Kardiovaskuler :

a. Riwayat hipertensi : Tidak ada

b. masalah jantung : tidak ada masalah


c. Demam rematik : tidak ada masalah

d. Bunyi jantung : S1 dan S2 normal

e. frekuensi : 78x/menit
f. irama : reguler

g. Kualitas : sedang
h. murmur : tidak ada

14
9. Nyeri dada, intensitas : Ada nyeri dada saat inspirasi, terasa seperti tertekan
10. Pusing : tidak ada
11. Sianosis : tidak ada

12. Capillary refill : <2 detik


13. Riwayat keluhan lain : tidak ada masalah

a. Edema, lokasi : tidak ada grade : tidak ada


b. Hematoma, lokasi : tidak ada

14. Neurologis :

a. Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak ada

b. Sakit kepala: tidak ada lokasi nyeri : tidak ada frekuensi : tidak ada

c. GCS : Eye: 4 Verbal : 5 Motorik : 6

d. Pupil : isokor/unisokor
e. Reflek cahaya : normal

- Sinistra : normal (+)

- Dextra : normal (+)

f. Bicara : Pasien berbicara komunikatif, kesadaran komposmentis.


g. Keluhan lain :

- Kesemutan : tidak ada.

- Bingung : Tidak ada

- Tremor : Tidak ada


- Gelisah : Tidak ada

- Kejang : tidak ada

j. Koordinasi ekstermitas :

- MMT
5 5

5 5

Tangan kanan : 5
Tangan kiri : 5

Kaki kanan : 5

Kaki kiri : 5
- Paralisis, lokasi : tidak ada

- Plegia, lokasi : tidak ada


k. Keluhan lain : tidak ada keluhan pada bagian ekstermitas.

15
l. Integument :
- Warna kulit: Kemerahan/pucat/Sianosis/Jaundice/Normal
- Kelembaban : Lembab/kering

- Turgor : elastis/tidak elastis


- Keluhan lain : Tidak ada keluhan lain

m. Abdomen :
- Nyeri tekan : tidak ada

- Lunak/keras : tidak ada


- Massa : tidak ada

- ukuran/lingkar perut: 63 cm

- Bising usus : 14x/menit

- Keluhan lain : tidak ada

n. Musculoskeletal :
- Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada

- Kaku sendi, lokasi : Tidak ada

- Bengkak sendi, lokasi : Tidak ada

- Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : Tidak ada


- Alat bantu, jelaskan : tidak ada

- Pergerakan terbatas, jelaskan : tidak ada

- Keluhan lain, jelaskan : Tidak ada

o. Seksualitas :
- Aktif melakukan hubungan seksual : Pasien tidak bersedia untuk dikaji.

- Penggunaan alat kontrasepsi : pasien mengatakan tidak menggunakan

kontrasepsi lagi.

- Masalah/kesulitan seksual : Pasien tidak bersedia untuk dikaji.


- Perubahan terakhir dalam frekuensi : Pasien tidak bersedia untuk dikaji.

Wanita :
- Usia menarche : 12 tahun

- Lamanya siklus : 28 hari

- Durasi : 7 hari
- Periode menstruasi terakhir : usia 45 tahun

- Menopause : usia 45 tahun


- Melakukan pemeriksaan payudara sendiri : Tidak pernah

16
- PAP smear terakhir: Tidak pernah

V. Program terapi :

Obat oral:
1. Codein 3x1 tablet

2. Nac 3x1 tablet


3. Allafurinal 1x1 tablet

Intra Vena:

1. NaCL 0,9% 500 ml kecepatan 20 Tpm

2. Ceftriaxone 2x1 vial


3. Syringe pump vascon (Norepineprine) 0,1 mg
SubCutan:

1. Novorapid 3x15 unit

2. Levemir 0-0-10 unit

Inhalasi:

1. Nebu Ventolin 3x1

Hasil pemeriksaan penunjang dan laboratorium

(dimulai saat anda mengambil sebagian kasus kelolaan, cantumkan tanggal

pemeriksaan, dan kesimpulan hasilnya)

Hasil Laboratorium
Tanggal: 16/12/2019

Pemeriksaan Hasil Grafik Nilai Rujukan Unit


HEMATOLOGI
Leukosit 28.37 ____(__)__*__ 4.80-10.80 10⌃3/µL
Eritrosit 3.26 __*__(__)____ 4.20-5.40 10⌃6/µL
Hemoglobin 10.0 __*__(__)____ 12.0-16.0 g/dL
Hematokrit 29.3 __*__(__)____ 37.0-54.0 %
MCV 89.9 ____(_*_)____ 81.0-99.0 fL
MCH 30.8 ____(_*_)____ 27.0-34.0 pg
MCHC 34.2 ____(_*_)____ 33.0-37.0 g/dL
PLT 498 ____(__)__*__ 150-450 10⌃3/µL
RDW-SD 47.2 ____(__)__*__ 35.0-47.0 fL
RDW-CV 14.3 ____(_*_)____ 11.5-14.5 %

17
PDW 15.2 ____(__)__*__ 9.0-13.0 fL
MPV 7.6 ____(_*_)____ 7.2-11.1 fL
P-LCR 11 __*__(__)____ 15-25 %
PCT 0.38 ____(_*_)____ 0.15-0.40 %
Neutrofil# 19.1 ____(__)__*__ 1.5-7.0 10⌃3/µL
Neutrofil% 67 ____(_*_)____ 40-74 %
Limfosit# 5.77 ____(__)__*__ 1.00-3.70 10⌃3/µL
Limfosit% 20 ____(_*_)____ 19-48 %
Monosit# 3.37 ____(__)__*__ 0.16-1.00 10⌃3/µL
Monosit% 12 ____(__)__*__ 3-9 %
Eosinofil# 0.02 ____(_*_)____ 0.00-0.80 10⌃3/µL
Eosinofil% 0 ____(_*_)____ 0-7 %
Basofil# 0.1 ____(_*_)____ 0.0-0.2 10⌃3/µL
Basofil% 0 ____(_*_)____ 0-1 %
KIMIA KLINIK
Glukosa Sewaktu 333 ____(__)__*__ 70-140 mg/dL
Ureum 31.4 ____(_*_)____ 19.3-49.2 mg/dL
Creatinin 1.1 ____(_*_)____ 0.5-1.1 mg/dL
ELECTROLYTE: -
Natrium 131 __*__(__)____ 135-155 mmol/L
Kalium 4.5 ____(_*_)____ 3.6-5.5 mmol/L
Chloride 94 __*__(__)____ 98-108 mmol/L
Keterangan Klinis: Gastropati + DM Type 2

18
B. Analisa Data

No Data Penunjang Kemungkinan Masalah Keperawatan


Penyebab
1. DS : Obstruksi jalan napas Ketidakefektifan
 Pasien mengatakan sesak bersihan jalan napas
napas saat menarik napas.

DO :
 Pasien menggunakan
oksigen nasal kanul 4 lpm
 RR : 33 x/menit
 Pasien bernapas
menggunakan otot bantu
pernapasan.
 Terdengar bunyi napas
tambahan (ronchi) pada
paru sebelah kanan.
2. DS : Krisis situasi akibat Ansietas
 Pasien mengatakan panik perubahan status
ketika sesak kesehatan
 Pasien mengatakan susah
tidur
 Pasien mengatakan gelisah
ketika sesak

DO :
 Kontak mata pasien yang
buruk/ tidak fokus ketika
diajak berbicara
 Pasien melihat sepintas
Ekspresi wajah pasien
tampak tegang
Pasien sering memegang
kepala ketika diajak
berbicara.
3. DS : Agen cedera bioligis : Nyeri akut
 Pasien mengatakan nyeri infeksi
dada saat bernapas.

DO :
 P : Nyeri terkadang timbul
pada saat istirahat
 Q : Nyeri seperti ditekan

19
 R : Dada sebelah kanan
 S : 3 nyeri ringan
 T : < 5 menit

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan osbtruksi jalan


napas
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi akibat perubahan status
kesehatan

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : infeksi

D. Rencana Keperawatan

No NANDA NOC NIC

1. Ketidakefektifan Status Pernapasan : Fisioterapi Dada

bersihan jalan napas Ventilasi 1. Kenali ada tidaknya

berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan kontra indikasi

osbtruksi jalan napas. keperawatan status dilakukannya


pernafasan adekuat fisioterapi dada.

dengan kriteria sebagai 2. Lakukan fisioterapi

berikut : dada minimal dua jam

1. Frekuensi pernapasan setelah makan.


dengan skala (4) 3. Jelaskan tujuan dan
2. Irama pernapasan prosedur tindakan

dengan skala (4) fisioterapi dada

3. Penggunaan otot kepada pasien.

bantu pernapasan 4. Monitor status


dengan skala (4) respirasi dan

kardiologi.
Keterangan : 5. Monitor jumlah

(1) Deviasi berat dari karaktersitik sputum.


kisaran normal 6. Tentukan segmen paru

(2) Deviasi cukup berat mana yang berisi

20
dari kisaran normal sekret berlebih.
(3) Deviasi sedang dari 7. Posisikan segmen paru
kisaran normal yang akan dilakukan

(4) Deviasi ringan dari fisioterapi dada.


kisaran normal 8. Gunakan bantal untuk

(5) Tidak ada deviasi dari menopang posisi


kisaran normal pasien.

9. Tepuk dada dengan


teratur dan cepat

dengan menggunakan

telapak tangan yang


dikuncupkan diatas
area yang ditentukan

selama 3-5 menit \.

10. Getarkan dengan

cepat dan kuat dengan


telapak tangan.

11. Instruksikan pasien

untuk mengeluarkan

nafas dengan teknik

napas dalam.
12. Anjurkan pasien batuk

selama dan setelah


tindakan.

13. Pemberian terapi


inovasi tambahan :

Aromatherapi, musik,

relaksasi napas dalam.

2. Ansietas berhubungan Tingkat kecemasan Terapi Musik

dengan krisis situasi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertimbangkan


akibat perubahan status keperawatan, kecemasan minat klien dengan

kesehatan. pasien dapat berkurang pada musik.

Ansietas berhubungan dengan kriteria hasil 2. Identifikasi musik

21
dengan gelisah pre op. sebagai berikut : yang disukai pasien.
Domain 9 : 1. Perasaan gelisah 3. Pilih musik-musik
Koping/Toleransi Stres dengan skala (4) tertentu yang

Kelas 2 : Respons 2. Wajah tegang mewakili musik yang


Koping dengan skala (4) disukai pasien.

Definisi : Perasaan tidak 3. Serangan panik 4. Bantu individu untuk


nyaman atau dengan skala (4) menentukan posisi

kekhawatiran yang yang nyaman


samar disertai respons 5. Hindari

ototm (sumber sering Keterangan : menghidupkan

kali tidak spesifik atau (1) Berat musik dan dibiarkan


tidak diketahui oleh (2) Cukup berat dalam waktu yang
individu) perasaan takut (3) Sedang lama.

yang disebabkan oleh (4) Ringan 6. Pastikan bahwa

antisipasi terhadap (5) Tidak ada volume musik

bahaya. Hal ini adekuat dan tidak


merupakan isyarat terlalu keras.

kewaspadaan yang

memperingatkan

individu akan adanya

bahaya dan
memampukan individu

untuk bertindak
menghadapi ancaman.

3. Nyeri akut berhubungan Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri

dengan agen cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji nyeri secara


fisik (fraktur femur). keperawatan, nyeri komprehensif.

Domain 12 : terkontrol dengan kriteria 2. Observasi respons

Kenyamanan hasil sebagai berikut : non verbal klien yang

Kelas 1 : Kenyamanan 1. Mengenali faktor dan menunjukkan rasa

Fisik penyebab nyeri ketidaknyamanan.


Definisi : dengan skala (4) 3. Gunakan komunikasi
Pengalaman sensorik 2. Menggunakan terapeutik untuk

22
dan emosional tidak metode non analgesik mengkaji
menyenangkan yang untuk mengurangi pengalaman nyeri
muncul akibat nyeri dengan skala (4) dan bagaimana nyeri

kerusakan jaringan pasien tersebut.


actual atau potensial Keterangan : 4. Pastikan perawatan

atau yang digambarkan (1) Tidak pernah analgesik bagi pasien


sebagai kerusakan ditunjukkan dilakukan dengan

(international (2) Jarang ditunjukkan pemantauan yang


association for the study (3) Kadang-kadang ketat.

of pain); awitan yang ditunjukkan 5. Ajarkan penggunaan

tiba-tiba atau lambat (4) Sering ditunjukkan teknik non


dari intensitas ringan (5) Secara konsisten farmakologi. (Terapi
hingga berat, terjadi ditunjukkan relaksasi napas

konstan atau berulang dalam, dan

tanpa akhir yang dapat aromatherapy).

diantisipasi atau
diprediksi dan

berlangsung kurang dari

dari tiga 3 bulan.

23
E. Catatan Perkembangan Pasien

Catatan Perkembangan Hari Pertama, Rabu 18 Desember 2019


Pre Post
Dinas Pagi DS : DS :
Intervensi dilakukan pada pukul  Pasien mengatakan  Pasien

10.00 WITA masih sedikit sesak, mengatakan lebih


dan agak sulit untuk rileks, nyaman, dan

Intervensi diberikan 2 x 24 jam. mengeluarkan dahak segar ketika

 Pasien mengatakan bernapas karena


1. Mengenali ada tidaknya
masih sedikit sesak, menghirup
kontra indikasi dilakukannya
dan agak sulit untuk aromatherapy.
fisioterapi dada.
mengeluarkan dahak DO :
2. Monitor status respirasi
 Pasien mengatakan  Pasien
3. Melakukan fisioterapi dada
nyeri sudah sangat mengatakan
minimal dua jam setelah
berkurang terkadang sempat ingin
makan.
saja timbul tertidur saat
4. Menjelaskan tujuan dan
 Pasien mengatakan dilakukan terapi
prosedur tindakan fisioterapi
sempat panik ketika  Pasien batuk
dada kepada pasien.
sekitar jam 7 pasien sebanyak 2x ketika
5. Menentukan segmen paru
kembali sesak dilakukan
mana yang berisi sekret
DO : fisioterapi dada
berlebih
 Keadaan umum  Pengeluaran
6. Menepuk dada dengan
composmentis sputum ± 5 cc
teratur dan cepat dengan
 Pasien tampak lemah  Pada saat
menggunakan telapak
 TTV : dilakukan terapi
tangan yang dikuncupkan
TD : 100/70 mmHg pasien tampak
diatas area yang ditentukan
N : 78 x/menit menikmati terapi
selama 3-5 menit \.
RR : 28x /menit yang dilakukan
7. Getarkan dengan cepat dan
Temp : 36°C dengan rileks
kuat dengan telapak tangan.
 Tidak terdapat bunyi sambil menutup
8. Menginstruksikan pasien
napas tambahan mata
untuk mengeluarkan nafas
 RR : 24
dengan teknik napas dalam.
Skala nyeri
9. Menganjurkan pasien batuk
P : Jika menarik napas,

24
selama dan setelah tindakan. tiba-tiba saat istirahat
10. Pemberian terapi inovasi Q : Ditekan
tambahan : Aromatherapi, R : Dada

music, relaksasi napas dalam. S : 1-2 nyeri ringan


11. Mengkaji nyeri T : < 3 menit

Dinas Sore DS : DS :

Intervensi dilakukan pada pukul  Pasien mengatakan  Pasien


18.00 WITA sesak sudah sangat mengatakan ketika

berkurang, tapi bernapas lebih

Intervensi diberikan 2 x 24 jam. masih batuk segar saat


 Pasien mengatakan menghirup
1. Memonitor status respirasi
sudah tidak panik aromatherapy, dan
2. Menepuk dada dengan
lagi lebih nyaman.
teratur dan cepat dengan
 Pasien mengatakan  Pasien
menggunakan telapak
nyeri sudah tidak mengatakan sesak
tangan yang dikuncupkan
ada timbul dari pagi sudah sangat
diatas area yang ditentukan
berkurang.
selama 3-5 menit \.
DO :  Pasien
3. Getarkan dengan cepat dan
 Kesadaran umum mengatakan tidak
kuat dengan telapak tangan.
komposmentis ada nyeri saat
4. Menginstruksikan pasien
 TTV dilakukan terapi
untuk mengeluarkan nafas
TD : 110/70 mmhg
dengan teknik napas dalam.
N : 85 x/menit DO :
5. Menganjurkan pasien batuk
RR : 22  Pasien sesekali
selama dan setelah tindakan.
Temp : Temp : 36,4 batuk dan
6. Pemberian terapi inovasi
°C mengeluarkan
tambahan : Aromatherapi,
 Tidak terdapat bunyi sputum ± 2 cc
musik, relaksasi napas dalam.
nafas tambahan  Pasien tampak
7. Mengkaji nyeri
terlihat lebih

tenang, rileks, dan


nyaman dengan

sambil menutup

mata saat

25
diberikan terapi
 RR 22 x/menit
 Spo2 98%

26
Catatan Perkembangan Hari Kedua, Kamis 19 Desember 2019
Pre Post
Dinas Pagi DS : DS :
Intervensi dilakukan pada pukul  Pasien mengatakan  Pasien
10.00 WITA sesak sudah tidak mengatakan lebih

ada namun sulit rileks, nyaman


Intervensi diberikan 2 x 24 jam. untuk mengeluarkan bernapas karena
dahak menghirup
1. Memonitor status respirasi
 Pasien mengatakan aromatherapy
2. Menepuk dada dengan
nyeri sudah tidak  Pasien
teratur dan cepat dengan
ada mengatakan musik
menggunakan telapak
 Pasien mengatakan ingin membuat
tangan yang dikuncupkan
sedikit pusing pasien ingin
diatas area yang ditentukan
tertidur
selama 3-5 menit.
DO :  Pasien
3. Getarkan dengan cepat dan
 Keadaan umum mengatakan
kuat dengan telapak tangan.
composmentis pusing berkurang
4. Menginstruksikan pasien
 Pasien tampak lebih
untuk mengeluarkan nafas
 TTV : DO :
dengan teknik napas dalam.
TD : 110/60 mmHg  Pasien
5. Menganjurkan pasien batuk
N : 75 x/menit mengatakan
selama dan setelah tindakan.
RR : 20x /menit sempat ingin
6. Pemberian terapi inovasi
Temp : 36°C tertidur saat
tambahan : Aromatherapi,
 Tidak terdapat bunyi dilakukan terapi
musik, relaksasi napas dalam.
napas tambahan  Pasien batuk
sebanyak 2x ketika
dilakukan

fisioterapi dada

 Pengeluaran

sputum ± 2 cc
 RR : 24

Dinas Sore DS : DS :
Intervensi dilakukan pada pukul  Pasien mengatakan  Pasien
18.00 WITA sesak sudah tidak mengatakan ketika

27
sesak bernapas lebih
Intervensi diberikan 2 x 24 jam.  Pasien mengatakan segar saat
ketika batuk dahak menghirup
1. Memonitor status respirasi
lebih mudah untuk aromatherapy, dan
2. Menepuk dada dengan
dikeluarkan lebih nyaman.
teratur dan cepat dengan
 Pasien
menggunakan telapak
DO : mengatakan lebih
tangan yang dikuncupkan
 Kesadaran umum mudah untuk
diatas area yang ditentukan
komposmentis mengeluarkan
selama 3-5 menit.
 TTV dahaknya.
3. Menggetarkan dengan cepat
TD : 120/80 mmhg
dan kuat dengan telapak
N : 76 x/menit DO :
tangan.
RR : 21  Pasien tampak
4. Menginstruksikan pasien
Temp : Temp : 36°C terlihat lebih
untuk mengeluarkan nafas
 Tidak terdapat bunyi tenang, rileks, dan
dengan teknik napas dalam.
nafas tambahan nyaman saat
5. Menganjurkan pasien batuk
diberikan terapi
selama dan setelah tindakan.
 RR : 19
6. Pemberian terapi inovasi
 Spo2 98%
tambahan : Aromatherapi,

musik, relaksasi napas dalam.


7. Mengkaji nyeri

28
F. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl No Implementasi Evaluasi


Dx
Rabu, 1 Fisioterapi Dada S:
18/112019  Pasien mengatakan ketika
1.Mengali ada tidaknya kontra
bernapas lebih segar saat
indikasi dilakukannya fisioterapi
menghirup aromatherapy,
dada.
dan lebih nyaman.
2. Melakukan fisioterapi dada

minimal dua jam setelah O:


1. Frekuensi pernapasan
makan.
dengan skala (3)
3. Menjelaskan tujuan dan
2. Irama pernapasan dengan
prosedur tindakan fisioterapi
skala (3)
dada kepada pasien.
3. Penggunaan otot bantu
4. Memonitor status respirasi dan
pernapasan dengan skala
kardiologi.
(4)
5. Memoonitor jumlah

karaktersitik sputum.
A:
6. Menentukan segmen paru
Masalah ketidakefektifan
mana yang berisi sekret
bersihan jalan napas belum
berlebih.
teratasi.
7. Memposisikan segmen paru

yang akan dilakukan fisioterapi


P:
dada.
Lanjutkan intervensi
8. Mengguunakan bantal untuk
4,5,6,7,8,9,10,11,12,13
menopang posisi pasien.

9. Menepuk dada dengan teratur

dan cepat dengan

menggunakan telapak tangan


yang dikuncupkan diatas area
yang ditentukan selama 3-5

menit \.

10. Mengetarkan dengan cepat

dan kuat dengan telapak

29
tangan.
11. Menginstruksikan pasien untuk
mengeluarkan nafas dengan

teknik napas dalam.


12. Menganjurkan pasien batuk

selama dan setelah tindakan.


13. Pemberian terapi inovasi

tambahan : Aromatherapi,
music, relaksasi napas dalam.

2 1. Mempertimbangkan minat S:
 Pasien mengatakan
klien dengan pada musik.
menyukai musik, dan saat
2. Mengidentifikasi musik yang
mendengarkan musik
disukai pasien.
pasien lebih rileks dan
3. Meilih musik-musik tertentu
ingin tertidur
yang mewakili musik yang
O:
disukai pasien.
1. Perasaan gelisah dengan
4. Membantu individu untuk
skala (4)
menentukan posisi yang
2. Wajah tegang dengan
nyaman
skala (3)
5. Menghindari menghidupkan
3. Serangan panik dengan
musik dan dibiarkan dalam
skala (4)
waktu yang lama.

6. Memastikan bahwa volume


A:
musik adekuat dan tidak terlalu
Masalah ansietas belum
keras.
teratasi

P:

Lanjutkan intervensi no
1,2,3,4,5,6

3 1. Mengkaji nyeri secara S:


komprehensif.  Pasien mengatakan nyeri

30
2. Mengobservasi respons non sudah sangat berkurang
verbal klien yang terkadang saja timbul
menunjukkan rasa

ketidaknyamanan. O:
3. Menggunakan komunikasi 1. Mengenali faktor dan

terapeutik untuk mengkaji penyebab nyeri dengan


pengalaman nyeri dan skala (4)

bagaimana nyeri pasien 2. Menggunakan metode non


tersebut. analgesik untuk

4. Memastikan perawatan mengurangi nyeri dengan

analgesik bagi pasien skala (3)


dilakukan dengan
pemantauan yang ketat. A:

5. Mengajarkan penggunaan Masalah nyeri akut belum

teknik non farmakologi. teratasi

(Terapi relaksasi napas dalam,


dan aromatherapy). P:

Lanjutkan intervensi no

1,2,3,4,5,

31
Hari/Tgl No Implementasi Evaluasi
Dx
Kamis, 1 Fisioterapi Dada S:
19/112019  Pasien mengatakan lebih
1. Memonitor status pernapasn
mudah untuk
2. Menentukan segmen paru
mengeluarkan dahaknya.
mana yang berisi sekret
 Pasien merasa sangat
berlebih.
nyaman ketika dilakukan
3. Memposisikan segmen paru
terapi.
yang akan dilakukan fisioterapi
dada.
O:
4. Mengguunakan bantal untuk 1. Frekuensi pernapasan

menopang posisi pasien. dengan skala (4)

5. Menepuk dada dengan teratur 2. Irama pernapasan dengan

dan cepat dengan skala (4)


menggunakan telapak tangan 3. Penggunaan otot bantu

yang dikuncupkan diatas area pernapasan dengan skala

yang ditentukan selama 3-5 (4)

menit. A:
6. Mengetarkan dengan cepat Masalah ketidakefektifan

dan kuat dengan telapak bersihan jalan napas sudah

tangan. teratasi.

7. Menginstruksikan pasien untuk


mengeluarkan nafas dengan P:

teknik napas dalam. Pertahankan intervensi

8. Menganjurkan pasien batuk

selama dan setelah tindakan.

9. Pemberian terapi inovasi

tambahan : Aromatherapi,
music, relaksasi napas dalam.

2 1. Mempertimbangkan minat S:
 Pasien mengatakan ingin
klien dengan pada musik.
tertidur saat
2. Mengidentifikasi musik yang

32
disukai pasien. mendengarkan musik.
3. Meilih musik-musik tertentu O:
yang mewakili musik yang 1. Perasaan gelisah dengan

disukai pasien. skala (4)


4. Membantu individu untuk 2. Wajah tegang dengan

menentukan posisi yang skala (4)


nyaman 3. Serangan panik dengan

5. Menghindari menghidupkan skala (4)


musik dan dibiarkan dalam A:

waktu yang lama. Masalah ansietas teratasi

6. Memastikan bahwa volume


musik adekuat dan tidak terlalu P:
keras. Pertahankan intervensi

3 b. Mengkaji nyeri secara S:

komprehensif.  Pasien mengatakan nyeri

c. Mengobservasi respons non sudah tidak ada muncul

verbal klien yang lagi.

menunjukkan rasa O:

ketidaknyamanan. 1. Mengenali faktor dan

d. Menggunakan komunikasi penyebab nyeri dengan


terapeutik untuk mengkaji skala (4)

pengalaman nyeri dan 2. Menggunakan metode non


bagaimana nyeri pasien analgesik untuk

tersebut. mengurangi nyeri dengan

e. Memastikan perawatan skala (4)

analgesik bagi pasien


dilakukan dengan A:

pemantauan yang ketat. Masalah nyeri akut sudah

f. Mengajarkan penggunaan teratasi

teknik non farmakologi.

(Terapi relaksasi napas dalam, P:


dan aromatherapy). Pertahankan intervensi

33
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

34

Anda mungkin juga menyukai