Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, sebagai pencipta atas segala kehidupan yang
senantiasa memberikan rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini semoga Tuhan
senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna
perbaikan di masa yang akan datang. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Baubau 06 januari 2020

1
Daftar Isi

JUDUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan penulisan ......................................................................................................... 5

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 5


2.1 Definisi Penyusunan Anggaran Modal ............................................................................... 5
2.2 Proses Penyusunan Anggaran (Budgeting Process) ........................................................... 6
2.2.1 Goal Setting / Tahap Penetapan Tujuan .................................................................. 6
2.2.2 Implementation Stage / Tahap Implementasi ......................................................... 6
2.2.3 Control and Performance Evaluation Stage / Tahap Pengendalian
dan Penilaian Kinerja......................................................................................................... 6
2.3 Jenis dan Pentingnya Faktor-Faktor Keperilakuan dari Penyusunan
Anggaran Modal .................................................................................................................
2.4 Konsekuensi Penyimpangan Pada Proses Penyusunan Anggaran ..................................... 7
2.4.1 Distrust (Rasa Tidak Percaya) ..................................................................................... 7
2.4.2 Resistance (Resistansi) ............................................................................................... 8
2.4.3 Internal Conflict (Konflik Internal) .............................................................................. 8
2.4.4 Other Unwanted Side Effects (Efek Samping lain yang Tidak Diinginkan) ................. 9
2.5 Masalah Prediksi yang Disebabkan Oleh Perilaku Manusia............................................... 9
2.6 perilaku mencari resiko & menghindari resiko ............................................................. 10
2.7 saran perbaikan perilaku manusia terhadap penyusunan anggar
Modal .................................................................................................................................. 11

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 12


3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 12

Bab 4 Daftar Pustaka .......................................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bila mendengar kata anggaran maka pada umumnya kita akan membayangkan angka-
angka dan estimasi serta menghubungkannya dengan hal yang berkaitan dengan
keuangan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dibalik itu semua ada unsur manusia
yang paling berperan. Manusia yang membuatnya dan mereka pula yang akan
menggunakannya.
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku manusia
yang terlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan. Anggaran
dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran mengakibatkan manusia
membatasi tindakannya. Anggaran pula yang menyebabkan kinerja manajer selalu dan
secara kontinyu dipantau serta dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan
timbulnya tekanan. Manajer seringkali menghadapi permasalahan akibat adanya
anggaran seperti misalnya timbul over atau under budget, penyimpangan dari
anggaran yang diharapkan, dan sebagainya. Akibatnya anggaran kemudian dianggap
sebagai sesuatu yang dapat menghambat atau mengancam karir.
Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam
penganggaran merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai aspek
teknis dari program anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan aspek manusia.
Manajemen harus ingat bahwa maksud penyusunan anggaran adalah untuk
memotivasi karyawan dan mengkoordinasikan aktivitas.
Untuk mendorong orang supaya bertanggungjawab terhadap penyusunan
anggaran dan terhadap implementasi anggaran untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek etika dan
perilaku dalam penganggaran. Anggaran merupakan hasil negosiasi, yang artinya
bahwa dalam penyusunannya terdapat pertimbangan akan tujuan perusahaan dan
tujuan karyawan. Adanya konsistensi antara tujuan-tujuan perusahaan dengan tujuan
para karyawannya (goal congruence) merupakan hal yang ideal yang banyak
diupayakan oleh banyak perusahaan.

3
Pada kenyataanya, goal congruence yang sempurna tidak pernah ada, karena
sumber daya untuk mencapai tujuan jangka pendek individu seringkali bertentangan
dengan tujuan perusahaan. Anggaran yang tidak memepertimbangkan goal
congruence kemungkinan besar akan menemui kegagalan. Salah satu pendekatan
yang dapat mendorong goal congruence adalah menghindari penganggaran otoritatif
dan menggunakan pendekatan penganggaran partisipatif sebanyak mungkin. Dalam
penganggaran partisipatif, karena para karyawan menganggap anggaran sebagai
anggaran mereka, maka tujuan perusahaan dan tujuan karyawan menjadi sama.
Manajemen keuangan dan akuntan manajemen terlibat secara mendalam pada
penyusunan anggaran operasional, baik dalam pengembangan anggaran maupun
dalam pelaporan kinerja setelahnya. Selain itu, manajer keuangan dan akuntan
manajemen juga terlibat dalam proses penyusunan anggaran modal (capital
budgeting). Karena keterlibatan ini, maka penting bagi mereka untuk menyadari
berbagai faktor, khususnya faktor-faktor keperilakuan, yang sangat mempengaruhi
proses penganggaran modal dan pengambilan keputusan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari pembuatan
makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari penganggaran modal?
2. Bagaimana tahapan proses penyusunan anggaran?
3. Apa pentingnya faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran modal?
4. Apa konsekuensi disfungsional dari proses penyusunan anggaran?
5. Apa masalah prediksi yang disebabkan oleh perilaku manusia?
6. Bagaimana Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko
7. apa saran – saran perbaikan perilaku manusia terhadap penyusunan anggaran
modal

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi dari penganggaran modal.

4
2. Menjelaskan bagaimana tahapan proses penyusunan anggaran.
3. Memahami pentingnya faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran
modal.
4. mengetahui konsekuensi disfungsional dari proses penyusunan anggaran
5. Mengetahui masalah prediksi yang disebabkan oleh perilaku manusia.
6. Mengetahui Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko
7. mengetahui– saran perbaikan perilaku manusia terhadap penyusunan anggaran
modal

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PENGANGGARANMODAL

Definisi penganggaran modal dapat didefinisikan sebagai proses


pengalokasian dana untuk proyek jangka panjang. Keputusan penganggaran modal
yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan serta melibatkan jumlah modal yang
relatif besar. Komitmen dan jangka waktu pendanaan serta ketidakpastian yang
disebabkan oleh lamanya waktu yang diperlukan dan kesulitan dalam
memperkirakan variabel untuk mengambil keputusan (jumlah arus kas, waktu, dll).
Sebagai contoh proyek untuk penganggaran modal akan mencakup pembelian
peralatan produksi untuk jangka panjang, pembangunan fasilitas pabrik baru dan
staf untuk departemen baru (seperti produksi dan pemasaran produk baru) dimana
membutuhkan modal dan biaya yang cukup besar. Karena pada dasarnya jumlah
anggaran yang terlibat cukup besar, maka akan mengakibatkan kebangkrutan serta
akan merusak penganggaran modal dalam pengambilan keputusan, masalah arus
kas yang sulit, atau paling tidak kegagalan untuk mengoptimalkan kinerja
perusahaan.

Untuk membantu dalam pencarian ini, konsultan, peneliti, dan mereka yang
secara langsung berkaitan dengan pengambilan keputusan tersebut,
mengembangkan sejumlah teknik, yang sebagian besar berkaitan dengan
meningkatkan interpretasi ekonomi dengan data yang terkait dalam keputusan
tersebut. Beberapa teknik ini didiskontokan dengan cara mengestimasi kembali nilai
bersih saat ini, analisis sensitivitas, simulasi, dan pemrograman matematis.

5
ementara itu, literatur penuh dalam diskusi ini, menunjukkan sangat sedikit
perhatian yang terjadi pada faktor perilaku yang terlibat dalam proses tersebut.

2.2 Proses Penyusunan Anggaran (Budgeting Process)


Ada tiga tahapan besar dalam proses penyusunan budget :
2.2.1 Goal Setting Stage / Tahap Penetapan Tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan penterjemahan tujuan utama organisasi ke
dalam aktivitas spesifik dari sasaran-sasaran. Controller dan direktur perencanaan
bertanggungjawab untuk memprakarsai dan mengatur proses penyusunan anggaran
dan untuk membantu individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugas mereka.
Ketika merumuskan tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam sasaran-
sasaran operasional harus pula dipertimbangkan kongkruensi antara keinginan
karyawan dengan kebutuhan manajer agar tujuan dan sasaran dapat dicapai. Konsep-
konsep perilaku utama yang dapat mempengaruhi fase penetapan sasaran pada
proses perencanaan adalah partisipasi, congruence, dan komitmen.

2.2.2 Implementation Stage / Tahap Implementasi


Pada tahap implementasi rencana formal digunakan untuk mengkomunikasikan
objectives dan strategi-strategi organisasi dan untuk memotivasi secara positif orang-
orang yang ada di dalam organisasi. Hal ini dapat dicapai melalui penetapan tujuan-
tujuan secara rinci kepada mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya.
Agar rencana dapat terlaksana, rencana tersebut harus dikomunikasikan secara
efektif, terjadinya kesalahpahaman harus dapat dideteksi dan dicarikan pemecahan
masalahnya. Hanya dengan rencana formal yang disukai yang dapat menimbulkan
kerjasama yang menyeluruh dari berbagai kelompok yang dapat menimbulkan
motivasi. Konsep-konsep perilaku yang utama yang mempengaruhi fase implementasi
adalah komunikasi, kerjasama dan koordinasi.

2.2.3 Control and Performance Evaluation Stage / Tahap Pengendalian dan Penilaian
Kinerja
Anggaran yang diimplementasikan akan berfungsi sebagai unsur kunci dalam system
pengendalian. Anggaran tersebut akan menjadi tolok ukur bagi kinerja aktual dan akan
menjadi dasar penilaian bagi Management by Exception. Hal itu menunjukkan bahwa
management by exception jangan hanya melihat penyimpangan/selisih yang tidak
menguntungkan saja melainkan juga penyimpangan yang menguntungkan.

6
Penyimpangan-penyimpangan yang menguntungkan dan kinerja yang melebihi
standar akan mengindikasikan bahwa masa yang akan datang menghasilkan
keuntungan melalui pengetahuan dan teknologi pada operasi yang serupa. Sementara
penyimpangan-penyimpangan yang tidak menguntungkan dan kinerja di bawah
standar harus segera memicu perbaikan kegiatan dalam rangka menghindari
timbulnya biaya atau kerugian. Beberapa konsekuesi perilaku yang mungkin timbul
yaitu tekanan, motivasi, aspirasi dan kekhawatiran.

2.3 JENIS DAN PENTINGNYA FAKTOR-FAKTOR KEPERILAKUAN DARI PENYUSUNAN


ANGGARAN MODAL

Indentifikasi dan spesifikasi proyek yang potensial memerlukan kreatifitas


dan kemampuan mengubah pemikiran (ide) menjadi sebuah proyek praktis.
Pemilihan keputusan haruslah benar-benar objektif. Ketidakpastian yang tidak bisa
dipisahkan dalam menjelaskan proyek (seperti memperkirakan waktu dari arus kas
atau nilai residu (nilai sisa) sebuah barang) menghambat aplikasi pemilihan teknik
yang objektif. Karena hasil dari analisis teknis harus diinterpretasikan dengan hati-
hati, dimana kemampuan untuk mempertimbangkan dan memutuskan adalah
faktor yang penting. Contoh lain dari faktor keperilakuan adalah kesuksesan atau
kegagalan sebelumnya tergantung pada kinerja anggota yang melaksanakan proyek.
Akibatnya, akan tidak bijak untuk mengevaluasi dan mengimplementasi proyek
tanpa memasukkan konten keperilakuan dalam proses.

2.4 Konsekusensi Penyimpangan Pada Proeses Penyusunan Anggaran

2.4.1 Distrust (Rasa Tidak Percaya)


Anggaran adalah sumber dari tekanan yang dapat menciptakan kecurigaan/
ketidakpercayaan, permusuhan, dan menyebabkan penurunan kinerja.
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa sejumlah kecurigaan terjadi pada
proses penyusunan anggaran di tingkat supervisor. Alasan timbulnya
kecurigaan/ketidakpercayaan ini didasarkan pada kepercayaan para supervisor
bahwa :

1. Anggaran cenderung terlalu menyederhanakan atau mengubah situasi


“sebenarnya” dan gagal memberikan keberagaman faktor eksternal.
2. Anggaran tidak cukup menggambarkan variabel-variabel kualitatif seperti
tenaga kerja, kualitas bahan, dan efisiensi mesin.
3. Anggaran menggambarkan secara sederhana apa yang telah diketahui
supervisor.

7
4. Anggaran secara teratur digunakan untuk menggerakkan supervisor
sehingga ukuran-ukuran kinerja dapat diperkirakan.
5. Anggaran melaporkan penekanan pada hasil bukan pada sebab.
6. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan para supervisor.
7. Anggaran cenderung memberi tekanan pada kegagalan.

2.4.2 Resistance (Resistensi)

Walaupun anggaran digunakan secara luas dan sangat mendukung, namun


tetap ditolak oleh banyak anggota organisasi. Alasan penolakan ini antara lain :
1. Anggaran membawa perubahan, dengan demikian mengancam status quo.
2. Proses anggaran membutuhkan sejumlah besar perhatian dan menyita
banyak waktu.
3. Banyak manajer dan supervisor tidak paham mengenai seluk beluk
penyusunan anggaran.
Selain alasan diatas ada juga beberapa alas an lainnya, yaitu :
“Mengapa saya harus membuat anggaran ? Apa yang saya lakukan sudah
cukup”. “Anda tidak dapat meramalkan masa yang akan datang secara pasti,
sehingga mengapa harus membuat perencanaan ?”. “Anggaran terlalu menyita
waktu. Saya tidak punya waktu untuk itu, meskipun saya ingin melakukannya”.

2.4.3 Internal Conflict (Konflik Internal)


Konflik internal dapat berkembang sebagai hasil dari interaksi-interaksi ini,
atau sebagai hasil dari laporan kinerja yang diperbandingkan antara satu
departemen dengan departemen lainnya. Gejala/tanda yang paling umum dari
adanya konflik adalah ketidakmampuan untuk mencapai kerjasama
antarindividu dan antarkelompok selama proses penyusunan budget.
Internal konflik menciptakan persaingan dan permusuhan dalam
lingkungan kerja. Konflik dapat menyebabkan orang untuk terfokus khusus
pada kebutuhan departemennya sendiri dari pada kebutuhan organisasi secara
menyeluruh. Situasi ini membuat congruence menjadi lebih sulit, atau bisa jadi
tidak mungkin, untuk dicapai.

8
Untuk mengakhiri rantai/lingkaran kemelut ini, manajemen harus
mengidentifikasi dan mendiagnosa penyebabnya. Selanjutnya dilakukan
kegiatan - kegiatan yang dapat mengurangi/menghilangkan konflik internal
serta membangun keharmonisan dan hubungan kerja yang produktif.

2.4.4 Other Unwanted Side Effects (Efek Samping Lain Yang Tidak Diinginkan)
Anggaran dapat menghasilkan efek-efek samping lainnya yang tidak
diharapkan. Salah satunya adalah terbentuknya kelompok-kelompok (informal)
kecil yang menggagalkan pencapaian sasaran-sasaran anggaran. Kelompok
karyawan ini kadang-kadang melemparkan tanggung jawab pada departemen
lain, mempertanyakan validitas data anggaran, dan mempengaruhi dengan
cara-cara yang tidak baik/perlu.
Anggaran umumnya dianggap sebagai alat manajer untuk menekan.
Orang akan merasa ditekan ketika top manajemen mencoba meningkatkan
efisiensi melalui pemberlakuan output yang optimal dari input yang minimal.
Sebenarnya tekanan diperlukan, tetapi tekanan yang berlebihan dapat
mengakibatkan frustasi, kemarahan, dan penyakit-penyakit fisik yang
diakibatkan oleh stress. Dalam kaitannya dengan penyakit fisik akibat stress
dalam pekerjaan berikut diberikan ilustrasinya.
Anggaran juga dapat menekan inisiatif individu dan inovasi-inovasi
karena lebih memilih menggunakan metode-metode usaha dengan
kemungkinan keberhasilan yang telah diketahui dari pada metode-metode
baru dengan kesempatan sukses belum pasti. Sehingga, individu-individu
dalam organisasi umumnya kehilangan semangat inovasi. Daripada
memandang anggaran sebagai suatu alat keji yang menekan karyawan, lebih
baik belajar untuk menerima anggaran sebagai alat untuk membangun
kesesuaian sasaran dan sebagai standar kinerja yang memberikan keuntungan
bagi seluruh anggota organisasi.

2.5 Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia


Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun
kelompok aktivitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah
tindakan yang berbahaya. Secara serupa, kemungkinan adanya keresahan tenaga kerja

9
dan politik yang terjadi dalam proyek modal yang melibatkan otomasi atau tugas-tugas
klerikal yang tidak memerlukan keterampilan sebaiknya dipertimbangkan dalam
memprediksikan data untuk seleksi proyek. Juga diketahui secara umum bahwa orang-
orang belajar dengan berlalunya waktu ketika mereka mengoperasikan suatu prosedur
tertentu. Tingkat perputaran karyawan yang potensial juga harus dipertimbangkan
ketika mengembangkan estimasi yang akurat dari biaya yang berkaitan dengan proyek
tersebut.
untuk keberhasilan atau kegagalan dari proyek manapun.
Modal akan terbuang percuma jika manajer baru secara periodik membuang
proyek-proyek dari manajer sebelumnya dan memulai proyek baru, hanya untuk diikuti
oleh manajemen baru lainnya yang meneruskan siklus tersebut.

2.6 Perilaku Mencari Risiko dan Menghindari Risiko


Individu bereaksi secara berbeda terhadap risiko. Beberapa orang tampaknya
menikmati pengambilan keputusan yang berisiko dan berada dalam situasi yang
berisiko sementara yang lain mencoba untuk menghindari hal-hal tersebut. Kondisi
tertentu dari tingkat penghindaran risiko oleh pengambilan keputusan dalam
penyusunan anggaran modal akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut bereaksi
atas proyek. Berdasarkan kelompok data yang sama, dua pengambil keputusan yang
berbeda kemungkinan besar akan membuat keputusan yang berlawanan bergantung
pada perasaan mereka terhadap risiko.

Membagi Kemiskinan
Fenomena “membagi kemiskinan” seringkali memiliki dampak yang penting
dalam proses penyusunan anggaran modal. Hal ini terjadi ketika tersedia lebih banyak
proyek anggaran modal yang potensial lebih menguntungkan dibandingkan dengan
dana yang tersedia untuk mendanainya, suatu kondisi yang disebut dengan rasionalisasi
modal.

2.7 SARAN – SARAN PERBAIKAN PERILAKU MANUSIA TERHADAP PENYUSUNAN


ANGGARAN MODAL
Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari
faktor-faktor keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggara modal?
10
Pertama, adalah penting bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran
modal menyadari faktor-faktor keperilakuan yang melekat pada proses tersebut.
Dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya tidak diperbolehkan untuk mengaburkan
data keputusan yang relevan dan yang bersifat lebih rasional.
Lebih lanjut lagi, disarankan agar audit pasca-implementasi dilakukan terhadap
proyek-proyek anggaran modal. Audit pasca-implementasi yang disarankan disini
sebaiknya dilakukan sebelum akhir dari masa proyek modal tersebut dan sebaiknya
mempertimbangkan kondisi-kondisi yang berubah. Karena audit pasca-implementasi
dapat dilakukan dari waktu ke waktu dan objektif kineja ditentukan secara periodik,
maka adalah mungkin untuk menetapkan ukuran-ukuran kinerja jangka pendek untuk
proyek modal yang konsisten dengan kinerja jangka panjang dari proyek tersebut.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses
penyusunan anggaran modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling
tidak menyadari akan faktor-faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka
sebaiknya mengambil langkah-langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor
keperilakuan dari penyusunan anggaran modal tidak menghasilkan keputusan yang
suboptimal.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keberhasilan anggaran terutama akan ditentukan oleh cara pembuatan anggaran itu
sendiri. Program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam
tanggungjawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka
sendiri. Pendekatan dalam penyediaaan data anggaran ini penting terutama apabila
anggaran tersebut akan digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas
seorang manajer. Pendekatan penganggaran yang dianggap paling efektif adalah
anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada
semua tingkatan (Garrison and Noreen : 408).
Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam
penganggaran merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai aspek
teknis dari program anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan aspek manusia.
Manajemen harus ingat bahwa maksud penyusunan anggaran adalah untuk
memotivasi karyawan dan mengkoordinasikan aktivitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Arfan Ikhsan Lubis. 2010.Akuntansi Keperilakuan, Edisi 2.Salemba Empat: Jakarta

Arifin Johan (2007), “Pengaruh Karakteristik Gaya Penyusunan Anggaran terhadap Efisiensi
Biaya”,Kajian Bisnis dan Manajemen,Vol.9, No.1
Ikhsan Arfan, Ishak Muhammad, 2005, Akuntansi Keperilakuan, Salemba Empat, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai