Mastur DPD PDF
Mastur DPD PDF
DISERTASI
Oleh:
Nama : Mastur
NIM : T311308009
i
MOTO
“Barang siapa keluar untuk mencari Ilmu maka dia berada di jalan
Allah “.
( HR. Turmudzi)
v
PRAKATA
Dengan memanjatkan segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan hidayahNya, pada kesempatan ini Kami diberikan kekuatan dalam
menyelesaikan Disertasi dengan judul: “Rekonstruksi Fungsi Dewan Perwakilan
Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Legislasi Berbasis Penguatan Sistem
Bikameral”
Penulis menyadari bahwa diseratasi ini jauh dari kesempurnaan,
bahkan tanpa ada bimbungan, arahan, dan doa restu dari pihak-pihak
manapun kemungkinan tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami haturkan ucapan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kami untuk mengikuti
study dan pula telah membuat nyaman dalam melakukan kegiatan
akademik di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan study ini;
2. Prof. Dr. M. Furqon, MPd selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan kami untuk mengikuti study dan pula telah membuat
nyaman dalam melakukan kegiatan akademik di lingkungan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, sehingga memudahkan penulis
dalam menyelesaikan study ini;
3. Prof. Dr. Supanto, SH., MH, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi motivasi
sejak awal penulis diterima pada Program Doktor Ilmu Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
4. Prof. Dr. Hartiwiningsih, SH., M.Hum, selaku Kepala Program Doktor
Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penguji dan juga
membimbing penulis dalam beberapa mata kuliah, penguji dengan
vi
penuh kesabaran dan keteladaannya sebagai ilmuwan, memberikan
motivasi, sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik;
5. Prof. Dr. H Setiono, SH., M.S, selaku Promotor, yang dengan
kesabarannya telah memberikan arahan, motivasi dan bimbingan ditengah
kesibukannya sebagai Rektor Universitas Surakarta yang selalu
mendorong untuk menggapai derajat akademik tertinggi, membantu
penulis dalam menginterpretasi dan mengekplorasi teori-teori hukum
menjadi gagasan yang progresif dan aplikatif;
6. Dr. Isharyanto, SH.,M.Hum, selaku Co Promotor, yang tidak henti-
hentinya memberikan motivasi, inspirasi dan gagasan-gagasan segar
dalam ilmu hukum melalui pebimbingan pada penulis, sehingga
membantu penulis dalam menyelesaikan disertasi sehingga bisa
selesai.
7. Prof. Dr. Jos Yohan Utama, SH.,M.Hum, selaku dosen mata kuliah
penunjang disertasi (MKPD) yang sejak awal telah memberikan yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
disertasi sehingga, disertasi ini dapat diselesaikan ditengah
kesibukannya sebagai Rektor Universitas Diponegoro.
8. Prof. Dr. Adi Sulistiyono, SH., MH, sebagai Penguji sejak
kulaifikasi, usulan disertasi, seminar hasil, hingga disertasi, yang
selalu memberikan arahan dan bimbingan, pembenahan-pembanahan
dalam penulisan disertasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik;
9. Prof Dr I Gusti Ayu Ketut Rachmi H, SH.MM, selaku penguji sejak
kualifikasi, usulan disertasi, seminar hasil penelitian dan disertasi,
memberikan arahan bimbingan, saran-saran dan masukan demi
kesempurnaan disertasi, sehinga penulis dapat menyelseaikan disertasi ini
dengan baik;
10. Prof Dr. M Guntur Hamzah, SH,MH selaku penguji eksternal, yang telah
memberikan arahan bimbingan, saran-saran dan masukan demi
vii
kesempurnaan disertasi, sehinga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini
dengan baik;
11. Prof. Dr. Mahmutarom HR,SH, MH Rektor UNWAHAS (2017-2021)
yang telah memberikan masukan-masukan yang berarti dalam
penyelesaian disertasi dan yang telah memberi rekomendasi pada kami
untuk melanjutkan study pada program doktor ilmu hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dan pula memberikan saran-saran dan arahan
sehingga disertasi ini bisa selesai dengan baik;
12. Prof Dr. H Noor Achmad, MA , Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI yang
telah memberikan motivasi dan arahan sehingga dapat menyelesaikan
studi pada program Doktor Ilmu Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
13. Dr. Suparmin, SH, MHum selaku Dekan pada Fakultas Hukum
Universitas Wahid Hasyim, yang telah memberikan kesempatan kami
untuk melanjutkan study pada program doktor ilmu hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dan Teman-teman Fakultas Hukum UNWAHAS
Dr. Sidqon Prabowo, SH, MH, Anto Kustanto, SH, MH, M Agung Arif
Nugroho, SH, MH dan lainnya yang telah memberikan semangat,
motivasi dan teman diskusi sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini
dengan baik;
14. Para Dosen pengampu mata kuliah pada program doktor ilmu hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof Dr Setiono, SH, MS, Prof.Dr.
Supanto, SH.M.Hum, Prof Dr. Jamal Wiwoho, SH.M.Hum, Prof Dr.
Hartiwiningsih, SH.M.Hum, Prof Dr. Adi Sulistyono, SH.M.Hum, Dr.
Hari Purwadi, SH.M.Hum, Dr. Bernad L. Tanya, SH.M.Hum, Prof. Liek
Wilarjo, Prof Dr. Bagir Manan SH, Mcl., Prof Dr. Maman Suparman, SH.
MH., Prof Dr. Insan Budi Maulana, SH., LLM., Dr. Widyo Pramono,
SH.M.Hum. Dr. Sulistyowati Irianto, SH., dll, yang selalu memberikan
motivasi, semangat dan dorongan sehingga proses studi ini bisa berjalan
dengan baik;
viii
15. Rusmanto, SH, MH sebagai Kabid Pelaksanaan Diklat Dewan Perwakilan
Republik Indonesia yang telah membantu menghimpun data yang
diperlukan untuk penelitian ini.
16. Purwanto, SH selaku Kepala Biro Administrasi Sekretariat Jenderal
Dewan Perwakilan Daerah yang telah membantu menghimpun data-data
yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini.
17. Iwan Hermawan, S.Sos, M.Si Biro Administrasi dan Pengawasan
Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat RI di Jakarta yang
telah membantu menghimpun data yang digunakan untuk penelitian ini.
18. Hj. Denty Eka Widi Pratiwi, S.E., M.H. anggota DPD perwakilan Jawa
Tengah yang telah membantu mengumpulkan data dan berdiskusi untuk
menyelesaikan disertasi ini.
19. Kepala Perpustakaan dan Staf Perpustakaan di Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Indonesia
Jakarta, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Universitas Wahid
Hasyim Semarang serta Kepala Perpustakaan dan Staf MPR, DPR,DPD
dan Kepala Perpustakaan dan Staf Mahkamah Konstitusi di Jakarta,
terimaksih atas bantuan dan kerjasamanya dalam menghimpun data
pustaka, sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini;
20. Teman-teman Perjuangan angkatan 2013, Mas Ari, Mas Dedy, Mas
Sudiyana dan Teman-teman angkatan 2013 lainnya yang saling
memotivasi, inspirasi dan saling bantu membantu guna menyelesaikan
disertai ini.
21. Semua Staf Administasi PDIH UNS khususnya mbak Dyah yang dengan
sabar dan senyum selalu melayani kami selama menempuh pendidikan di
PDIH Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
22. Bapak Karto Wasis (alm) dan Ibu Rungisah serta Bapak Sumardi dan Ibu
Sakinah yang semasa hidupnya telah merawat, mendidik,
memperjuangkan dan tak henti-hentinya mendoakan penulis dalam
menempuh pendidikan sampai Strata 3;
ix
23. Istriku tercinta Dwi Mulyanti, yang telah memberikan kesempatan,
pengertian, memberi semangat dan selalu mendoakan sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan pada PDIH UNS ini dengan baik;
24. Anakku Azzahra Khalifah Ardyana yang telah memberikan kebahagiaan
dan keceriaan, warna hidup dan semangat hidup serta ketegaran dalam
menyelesaikan study ini; serta kakak-kakakku yang turut serta
memperjuangkan kesemangatan kami dalam study ini;
25. Kepada semua pihak yang tak dapat disebutkan satu-persatu yang dengan
tulus iklas member bantuan, dukungan, dan doa kepada penulis selama
menempuh pendidikan pada program doktor ilmu hokum hingga
mencapai keberhasilan ini.
x
ABSTRAK
xi
ABSTRACT
xii
RINGKASAN
xiii
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, sehingga DPD tetap
bergerak dalam keterbatasan karena peran legislasinya belum dituangkan secara
rinci dalam undang-undang yang baru. Kedua, mekanisme checks and balances
dengan model parlemen bikameral tidak diakomodasi secara total dalam UUD
1945. Checks and balances dalam kegiatan legislasi dapat tercipta apabila peran
legislasi DPR dan DPD dalam keseluruhan atau sebagian besar aspek
diakomodasi dalam konstitusi.
Keberadaan DPD dalam menjalankan fungsi legislasi dalam sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia sudah berbasis sistem bikameral meskipun
dalam menjalankan tugas kewenangannya masih terbatas. Keterbatasan wewenang
yang diberikan konstitusi berpengaruhnya terhadap peran DPD dalam legislasi
meskipun secara legitimasi demokratis sebenarnya DPD lebih mempunyai nilai
politis yang demokratis daripada DPR. Kewenangan DPD dalam fungsi legislasi
yang terbatas dalam bidang-bidang tertentu. Hal ini bisa dilihat dalam
pelaksanaan maupun aturan formalnya baik yang tercantum dalam Pasal 22D
UUD 1945, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, tentang Susunan Kedudukan
MPR, DPR, DPD dan DPRD. Apabila dilihat sejarah pembentukan dan tujuan
dibentuknya DPD sebagai pengganti Utusan Daerah pada Rapat-rapat Panitia Ad
Hoc (PAH) MPR RI dan pandangan Fraksi-fraksi dan Risalah-risalah
Amandemen belum sesuai dengan awal terbentuknya DPD dan apabila
dibandingkan saat berlakunya Konstitusi RIS tidak sesuai dengan harapan
sebagai lembaga parlemen selain DPR dalam menjalankan fungsi legislasi dalam
sistem bikameral. Dalam Teori Perwakilan bahwa fungsi perwakilan meliputi
fungsi legislasi, pertimbangan dan anggaran namun DPD sebagai lembaga
perwakilan daerah fungsinya terbatas dan hanya yang berkaitan dengan otonomi
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya serta berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Penguatan fungsi legislasi DPD menjadi ujian sesungguhnya political
will pelaku politik di Indonesia. Pasca keluarnya Putusan MK Nomor 92/PUU-
X/2012 yang memperkuat kewenangan DPD dalam menjalankan fungsi legislasi
xiv
berbasis bikameral seharusnya peran dan fungsi DPD sejajar dengan DPR akan
tetapi Kewenangan DPD direduksi oleh Peraturan Perundang-undangan yaitu
didalam UU MD3 maupun UU P3. Dalam teori yang dikemukakan oleh Giovanni
Sartori, kategori sistem bikameral berdasarkan kewenangan membentuk UU
(fungsi legislasi dalam arti sempit) terbagi atas perfect bicameralism, strong
bicameralism, dan weak bicameralism. Berdasarkan perbandingan dengan
berbagai negara, saat ini Indonesia menggunakan weak bicameralism dimana
kamar kedua tidak memiliki kewenangan membentuk UU.
Kewenangan ideal DPD RI juga berkaitan dengan mekanisme checks and
balances, apabila sesuai dasar pembentukan DPD, maka bukan hanya antar
cabang kekuasaan tetapi dalam lembaga legislatif itu sendiri. Kewenangan DPD
harus ditingkatkan meskipun tidak harus sama dengan DPR. Keberadaan DPD
sebagai mitra DPR yang berkaitan dengan daerah. Suatu RUU yang dibahas oleh
DPR, DPD, dan Presiden, yang berkaitan dengan daerah, mendapat persetujuan
bersama meskipun demikian DPR tetap memegang kekuasaan membentuk
Undang-Undang. Keberadaan DPD apabila dilihat dari kewenangannya, maka
harus memperhatikan keserasian dan keseimbangan fungsinya dengan DPR
sebagai lembaga perwakilan.
xv
SUMMARY
xvi
balances in the legislative institution as well as generating problems. First, after
the Decision of Constitution Court Number 92/PUU-X/2012 was released, there is
no performance regulation or new law as the replacement of Act Number 12 of
2011 on the Forming of Legislation, there fore, DPD still moves in a limitation
because its legislation role has not been contained in detail in the new law.
Second, the mechanism of checks and balances using the model of bicameral
parliament is not totally accommodated in 1945 Constitution. Checks and
balances in the legislation activity can be created if the role of legislation of DPR
andDPD in a whole or in majority of aspects are accommodated in the
constitution.
The presence of DPD in performing the legislation function in the system
of State Administration of Republic of Indonesia has been based on the bicameral
system although in performing the task, their authority is still limited. The
limitation in authority gave by the constitution influence the role of DPD in
legislation although in the way of legitimation and democracy, actually DPD have
more democratic political value than DPR. The authority of DPD in the legislation
function is limited in certain fields. It can be viewed from the performance or the
formal regulation either contained in the Article 22D of 1945 Constitution, Act
Number 17 of 2014, regarding the Position Structures of MPR, DPR, DPD and
DPRD. If being viewed from the history of the forming and the purpose of the
forming of DPD as the replacement of Regional Representatives in the Meetings
of Ad Hoc Committee (Panitia Ad Hoc (PAH) of MPR RI and The view of
fractions and treatise of Amendment have not been appropriate to the early
forming of DPD and if being compared in the time of the prevailing of the RIS
Constitution is not appropriate to the hope as a parliament institution other than
DPR in performing the legislation function in the bicameral system. In the
Theory of Representative that the representative function includes the legislation
function, consideration and budgeting function but DPD as a regional
representative institution has a limited function and only the functions that are
related to the regional autonomy, the forming and the expansion as well as the
integration of a region, the management of natural resources and other economic
xvii
resorces and also related to the financial balancing between a region and the
center.
The strengthening of legislation function of DPD becomes a real
examination of the political will of the politicians in Indonesia. After the release
of the Decision of the Supreme Court Number 92/PUU-X/2012 which strengthens
the authority of DPD in performing the legislation function based on bicameral,
the role and function of DPD should be equal to those of DPR but the Authority of
DPD is reduced by the Legislation that is in the Act of MD3 or in the Act of P3.
In the theory conveyed by Giovanni Sartori, the category of bicameral system
based on the authority to make an act (legislation function in a narrow meaning) is
divided into perfect bicameralism, strong bicameralism, and weak bicameralism.
Based on the comparison to many countries, recently, Indonesia uses a weak
bicameralism in which the second camber has no authority to make an act.
The ideal authority of DPD RI is also related to the mechanism of checks
and balances, if it is appropriate to the base of the forming of DPD, it will not be
inter branches of power but in the legislative institution it self. The authority of
DPD must be increased although it must not be similar to the authority of DPR.
The presence of DPD as the partner of DPR which is related to a region. A bill
discussed by DPR, DPD, and President related to a region obtains a collective
approval, nevertheless, DPR still hold an authority to make an Act. If being
viewed from their authority, the presence of DPD should consider the harmony
and the balancing of their function to those of DPR as the representative
institutions.
xviii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
xix
4. Teori Kewenangan .................................................................. 35
5. Teori Perundang-undangan .................................................... 38
6. Sistem Pemilu ......................................................................... 43
B. Kajian Pustaka ................................................................................ 46
1 Penelitian yang Relevan dan Kebaharuan Penelitian ............. 46
2 Kerangka Berpikir .................................................................. 48
xx
atas usul Senat ............................................... 84
b. Mekanisme Pembentukan Rancangan Undang-Undang
atas usul DPR ............................................................ 84
c. Mekanisme Pembentukan Rancangan Undang-Undang
atas usul Pemerintah ............................................... 85
xxi
2 Perkembangan Pelaksanaan Fungsi Legislasi DPD dalam Peraturan
Perundang –undangan ...................................................... 132
a. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2003 .............................................. 132
b. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2009 .............................................. 136
c. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2014 .............................................. 141
d. Fungsi Legislasi DPD dalam Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 .............................................. 150
I. Sistem Perwakilan Bikameral yang Dianut Indonesia ............ 156
xxii
L. Analisis Struktur Fungsi Legislasi Parlemen dalam Sistem
Bikameral di berbagai negara ........................................... 202
1. Analisis Struktur Lembaga Parlemen sistim Bikameral
dengan berbagai negara ............................................... 202
2. Analisis Kewenangan Formal Lembaga Parlemen dari
berbagai negara penganut Sistem Bikameral ............... 206
3. Analisis Rekuitmen Anggota Parlemen dari berbagai
negara penganut Sistem Bikameral .............................. 207
4. Analisis Sistem Bikameral Indonesia melalui
Perbandingan Negara .................................................... 209
xxiii
2. Mekanisme Kerja DPR dan DPD ................................... 255
3. Pelibatan DPD dalam Program Legislasi Nasional ........ 259
4. Kewenangan Legislasi DPD Direduksi oleh UU MD3 dan
UU P3 ............................................................................. 260
5. kewenangan DPD Direduksi oleh UU MD3 dan UU P3 262
6. Distorsi UU MD3 pada RUU Usulan DPD menjadi Usulan
DPR ............................................................................... 262
7. Keddudukan DPD sebagai Sub Ordinat DPR ................ 264
8. Pelibatan DPD dalam Proses Pembahasan RUU ........... 265
C. Fungsi Legislasi DPD sebelum Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 92 /PUU-X/2012 ........................................................... 267
1. Kewenangan DPD dalam Penyusunan Program
Legislasi Nasional ( Prolegnas ) ................................... 267
2. Kewenangan DPD dalam Pengajuan Rancangan
Undang- Undang ............................................................ 273
3. Kewenangan DPD dalam Membahas Rancangan
Undang- Undang ............................................................ 285
a. Persandingan Pasal sebelum dan Pasca Putusan MK
dalam membahas RUU .......................................... 288
b. Persandingan Amar Putusan Mahkmah Konstitusi
Nomor 79/PUU-XII/2014 Dan Amar Putusan
Mahkmah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 ....... 296
4. Pembahasan RUU secara Tripartid ................................ 302
xxiv
1. DPD sebagai Wakil Daerah dan Konsekuensi sebagai Wakil
Daerah ................................................................................. 314
2. Pola Hubungan Kerja DPD dengan Lembaga-lembaga
negara lainnya ..................................................................... 316
C. DPD menuju Sistem Legislasi yang Berbasis Bikameral Kuat .. 318
1. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Legislasi
dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 322
2. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan
dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 325
3. Konstruksi DPD dalam Menjalankan Fungsi Anggaran
dalam Bikameral yang Kuat ........................................... 327
4. Konstruksi Ideal DPD dalam Hubungan dengan
Lembaga lain ................................................................ 329
5. Konstruksi Ideal DPD dalam Sistem Bikameral
Analisis Perbandingan berbagai negara ........................ 331
xxv
DAFTAR TABEL
xxvi
DAFTAR BAGAN
xxvii