Anda di halaman 1dari 13

TUGAS FINAL MATEMATIKA-FISIKA TERAPAN

APLIKASI SUHU DAN SALINITAS EKOSISITEM LAUT


“EKOSISTEM ESTUARIA”

OLEH :

AINUN FITRI
L051191077

PRODI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Aplikasi Suhu dan Salinitas
Ekosistem Laut yaitu Ekosistem Estuaria” ini dapat terselesaikan.

Pembuatan makalah aplikasi suhu dan salinitas ekosistem laut eksturia ini telah
diusahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih telah membantu dalam pembuatan makalah ini..

Makalah ini juga tidak lepas dari kekurangan-kekurangan baik dari segi bahasa
maupun dari segi isinya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka
penulis meminta agar pembaca memberikan saran dan kritik sehingga dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat berupa
penambah dan pembuka wawasan pembaca tentang bagaimana pengaplikasian suhu
dan salinitas ekosistem laut khusunya di ekosistem eksturia.

Makassar, 9 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Suhu
B. Pengertian Salinitas
C. Aplikasi Suhu dan Salinitas Ekosistem Laut “Ekosistem Estuaria”

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang mempunyai
wilayah pantai dan laut yang cukup luas. Laut Indonesia memiliki beberapa
ekosistem salah satunya adalah ekosistem estuaria. Estuaria adalah wilayah pesisir
semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima
masukan air tawar dari daratan atau perairan muara sungai semi tertutup yang
berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat
bercampur dengan air tawar.
Pada daerah estuari juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang
berlangsung sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan air pasang. Massa air
yang masuk kedalam daerah estuari pada waktu terjadi air surut hanya bersumber
dari air tawar, akibatnya salinitas air didaerah estuari pada saat itu umumnya rendah
dan suhunya juga rendah. Pada waktu air pasang air masuk kedalam estuari dari air
laut bercampur dengan estuari, sehingga mengakibatkan salinitas naik dan suhunya
juga ikut naik.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan suhu?
2. Apa yang dimaksud dengan salinitas?
3. Bagaimana aplikasi suhu dan salinitas ekosistem laut “ekosistem estuaria”?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan suhu;
2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud salinitas;
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pengaplikasian suhu dan
salinitas ekosistem laut khusunya ekosistem estuaria.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Suhu
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda. Secara alamiah sumber utama bahang dalam air
laut adalah matahari. Setiap detik matahari memancarkan bahang sebesar 1026
kalori dan setiap tempat dibumi yang tegak lurus ke matahari akan menerima
bahang sebanyak 0.033 kalori/detik. Pancaran energi matahari ini akan sampai
kebatas atas atmosfir bumi rata- rata sekitar 2 kalori/cm2/menit. Pancaran energi ini
juga sampai ke permukaan laut dan diserap oleh massa air (Meadous and
Campbell,1993).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih
banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan
cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas
sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Suhu di lautan kemungkinan berkisar
antara -1.87°C (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42°C di
daerah perairan dangkal (Hutabarat dan Evans, 1986).
Faktor yang memengaruhi suhu permukaan laut adalah letak ketinggian dari
permukaan laut (Altituted), intensitas cahaya matahari yang diterima, musim, cuaca,
kedalaman air, sirkulasi udara, dan penutupan awan (Hutabarat dan Evans, 1986).
Sebaran suhu secara menegak (vertikal) diperairan Indonesia terbagi atas tiga
lapisan, yakni lapisan hangat di bagian teratas atau lapisan epilimnion dimana pada
lapisan ini gradien suhu berubah secara perlahan, lapisan termoklin yaitu lapisan
dimana gradien suhu berubah secara cepat sesuai dengan pertambahan
kedalaman, lapisan dingin di bawah lapisan termoklin yang disebut juga lapisan
hipolimnion dimana suhu air laut konstan sebesar 4ºC. Pada lapisan termoklin
memiliki ciri gradien suhu yaitu perubahan suhu terhadap kedalaman sebesar 0.1ºC
untuk setiap pertambahan kedalaman satu meter (Nontji,1987).
Suhu menurun secara teratur sesuai dengan kedalaman. Semakin dalam suhu
akan semakin rendah atau dingin. Hal ini diakibatkan karena kurangnya intensitas
matahari yang masuk kedalam perairan. Pada kedalaman melebihi 1000 meter suhu
air relatif konstan dan berkisar antara 2°C – 4°C (Hutagalung, 1988).
Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pantai menuju
laut lepas. Umumnya suhu di pantai lebih tinggi dari daerah laut karena daratan
lebih mudah menyerap panas matahari sedangkan laut tidak mudah mengubah
suhu bila suhu lingkungan tidak berubah. Di daerah lepas pantai suhunya rendah
dan stabil. Lapisan permukaan hingga kedalaman 200 meter cenderung hangat, hal
ini dikarenakan sinar matahari yang banyak diserap oleh permukaan. Sedangkan
pada kedalaman 200-1000 meter suhu turun secara mendadak yang membentuk
sebuah kurva dengan lereng yang tajam. Pada kedalaman melebihi 1000 meter
suhu air laut relatif konstan dan biasanya berkisar antara 2-4o C (sahala
hutabarat,1986).
Secara alami suhu air permukaan memang merupakan lapisan hangat karena
mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena kerja angin, maka di lapisan
teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan
tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28 oC) yang homogen. Oleh sebab itu
lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan homogen. Karena adanya pengaruh
arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal
lapisan homogen ini melanjut sampai ke dasar. Di bawah lapisan homogen terdapat
lapisan termoklin, di mana suhu menurun cepat terhadap kedalaman. Tebalnya
lapisan termoklin bervariasi sekitar 100-200 m. di bawah lapisan termoklin, baru
terdapat lagi lapisan yang hampir homogen dan dingin. Makin kebawah suhunya
berangsur-angsur turun hingga pada kedalaman lebih 1.000 m suhu biasanya
kurang dari 5 oC (A. Nontji, 2005).

B. Pengertian Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air yaitu
jumlah gram garam yang terlarut untuk setiap liter larutan. Biasanya dinyatakan
dalam satuan 0/00 (parts per thousand). Oleh karena itu, suatu sampel air laut yang
seberat 1000 gram yang mengandung 35 gram senyawa-senyawa terlarut
mempunyai salinitas 350/00 (Kordi and Tancung 2007:66).
Zat-zat yang terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik
yang berasal dari organisme hidup dan gas-gas terlarut. Fraksi terbesar dari bahan-
bahan terlarut terdiri garam-garam anorganik yang berwujud ionion( 99.99%). Ion-ion
yang terkandung di dalam air laut didominasi oleh ion-ion tertentu seperti kloraida,
karbonat, sulfat, natrium, kalium dan magnesium. Di dalam air laut mengandung
bermacam-macam senyawa oksida/garam, berturut-turut: Fe2O3, CaCO3, CaSO4,
MgCl2, NaCl, MgSO4, NaBr mengandung jumlah endapan: 0,003; 0,1172; 1,1172;
0,1532; 27,1074; 0,642; 0,2224 gram/liter.
Tabel 2.1. Jumlah Ion

No Nama Ion Berat (%)

1. Klorida (Cl-) 55.04


2. Natrium (Na+) 30.61
3. Sulfat (SO42-) 7.68
4. Magnesium (Mg2+) 3.69
5. Kalsium (Ca2+) 1.16
6. Kalium (K+) 1.10
7. Sub total 0.71

(Sumber: Tancung and Kordi, 2007)

Pengukuran salinitas berhubungan dengan klorinitas. Klorinitas ini sudah


termasuk klorida, bromida dan iodida. Secara empiris hubungan salinitas dan
klorinitas adalah sebagai berikut:
Salinitas 0.03 1.805 x klorinitas (2.1)
Menurut klasifikasi tinggi rendahnya salinitas, maka salinitas terbagi menjadi tiga
bagian yaitu air tawar, air payau dan air laut Tinggi rendahnya salinitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu suhu, penguapan, curah hujan, banyak sedikitnya sungai
yang bermuara di laut tersebut, konsentrasi zat terlarut dan pelarut. Semakin tinggi
konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula daya serap garam tersebut untuk
menyerap air. Salinitas juga berpengaruh terhadap tekanan osmotik air. Semakin
tinggi salinitas disuatu perairan, maka semakin besar pula tekanan osmotiknya. Biota
yang hidup di perairan yang asin, harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap
tekanan osmotic dari lingkungannya.
Osmoregulasi merupakan pertukaran air dari dan ke dalam tubuh hewan air.
Tinggi rendahnya salinitas juga menentukan dominasi spesies yang hidup di suatu
perairan. Biota yang hidup di perairan asin, harus mampu menyesuaikan dirinya
terhadap tingkat salinitas dari lingkungannya
Salinitas juga dapat mengindikasikan jumlah total padatan yang terlarut di dalam
air. Konsentrasi garam yang berlebihan dalam air dapat berpengaruh negatif, yaitu:
a. Mengurangi aktifitas osmosis tanaman sehingga mencegah penyerapan nutrisi
dari tanah.
b. Secara tidak langsung mempengaruhi proses metabolisme melalui aksi
kimianya.
c. Mengurangi permeabilitas tanah.
d. Mencegah aerasi yang memadahi.
e. Mencegah drainase yang memadahi.

C. Aplikasi Suhu dan Salinitas Ekosistem Laut “Ekosistem Eksturia”


Ekosistem estuaria merupakan percampuran air tawar dan air laut yang
menjadikan wilayah ini unik dengan terbentuknya air payau dengan salinitas dan
suhu yang berfluktuasi. Berikut pembahasan mengenai pengaplikasian suhu dan
salinitas terhadap ekosistem estuaria :
1. Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari
permukaan laut, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman
dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan
biologi di badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas,
reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu air juga
mengakibatkan penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan
CH4 (Haslam, 1995 dalam Effendi, 2003). Suhu air merupakan parameter
penting dalam menentukan kondisi badan air karena berpengaruh terhadap
pertumbuhan dari tumbuhan dan hewan, reproduksi dan migrasinya (Gang Ji,
2007).
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan
diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut
dangkal dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria
tersebut kontak dengan daerah yang substratnya terekspos (Kinne, 1964).
Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria. Ketika air tawar masuk
estuaria dan bercampur dengan air laut, terjadi perubahan suhu. Akibatnya, suhu
perairan estuaria lebih rendah di musim dingin dan lebih tinggi di musim panas
daripada suhu air laut didekatnya. Skala waktu perubahan suhu ini menarik
karena dapat dilihat dengan perubahan pasang surut yang biasanya itu pada
saat surut suhunya juga akan turun dan ketika pasang suhunya juga akan naik,
dimana suatu titik tertentu di estuaria akan memperlihatkan variasi suhu yang
besar sebagai fungsi dari perbedaan antara suhu air laut dan air sungai.
Kenaikan suhu di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju
metabolisme, seperti pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan
laju metabolisme dan aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau
kisaran suhu.

2. Salinitas
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan.
Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk
garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama
yaitu: natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat
(SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan gram/kg atau

permil (Effendi, 2003).

Fluktuasi salinitas adalah merupakan kondisi umum dari daerah estuaria.


Secara defenitif, suatu gradien salinitas akan tampak pada saat tertentu, tetapi
pola gradien bervariasi, bergantung pada musim, topografi estuaria, pasang-
surut dan jumlah air tawar misalnya estuaria Sungai Donan salinitasnya 26,8-
o o
32,1 /oo, dan Estuaria Percut Sei Tuan kisaran salinitasnya 0,50-10 /oo

(Soedradjad, 2003; Mutiah, 2007).


Proses pergerakan massa air laut dan air tawar menyebabkan terjadinya
stratifikasi yang menjadi dasar terjadinya klasifikasi estuaria berdasarkan
salinitas. Gross (1987), mengklasifikasi estuariaa berdasarkan struktur salinitas
yaitu :
1. Estuariaa berstratifikasi sempurna atau estuariaa baji garam (salt wedge
estuary); jika aliran lebih besar daripada pasang surut sehingga mendominasi
sirkulasi estuariaa.
2. Estuariaa berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified
estuary) ; jika aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan
maka akan terjadi percampuran antara sebagian lapisan massa air.
3. Estuariaa campuran sempurna atau estuariaa homogeny vertical (well-
mixed estuariaes), jika aliran sungai kecil atau tidak sama sekali, dan arus serta
pasang surut besar, maka perairan menjadi tercampur hampir keseluruhan dari
atas sampai dasar .
Variasi salinitas di daerah estuaria menentukan kehidupan organism
o
laut/payau. Hewan-hewan yang hidup di perairan payau (salinitas 0,5-30 /oo ),
o o
hipersaline (salinitas 40-80 /oo ) atau air garam (salinitas >80 /oo ), biasanya

mempunyai toleransi terhadap kisaran salinitas yang lebih besar dibandingkan


dengan organisme yang hidup di air laut atau air tawar.
.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Suhu adalah suatu besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang
terkandung dalam suatu benda sedangkan salinitas adalah tingkat keasinan atau
kadar garam yang terlarut dalam air yaitu jumlah gram garam yang terlarut untuk
setiap liter larutan. Salinitas dan suhu sangat berpengaruh pada ekosistem esturia.
Salinitas ekosistem esturia akan naik pada saat pasang disertai kenaikan suhu dan
pada saat surut, salinitas ekosistem eksturia akan turun dan suhunya juga turun
atau lebih rendah daripada saat pasang.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36288273/makalah_oseonografi

https://www.academia.edu/40668670/makalah_suhu_dan_densitas_air_laut

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rctj=j&url=http://lib.unnes.ac.id/8115
?I/8596.pdf&ved=2ahUKEwiN_Z_3janmAhUHU30KHaDZC8gQFjAFegQIBxAB&usg
=AOvVawllwFNdOLA5LfDm0pYaCH8

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rctj=j&url=http:sc.syekhnurjati.ac.id/
esscamp/files_dosen/modul/pertemuan_12IPA.5040511.pdf&ved=2ahUKEwiu64i0jq
nmAhVWisKHUIvALUQFjABegQIAhAB&USG=AOvVawllw2115b4TzcDTEKIfWIRPw
zX

https://adoc.tops/2-tinjauan-pustaka-21-ekosistem-estuaria.html

Anda mungkin juga menyukai