Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam
pemecahan masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan
terhadap setiap orang.
Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:
1. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien. Adapun data yang terkumpul mencakup
klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan.
Metode pengumpulan data meliputi :
 Melakukan interview/wawancara.
 Riwayat kesehatan/keperawatan
 Pemeriksaan fisik
 Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain
serta catatan kesehatan (rekam medik)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan
melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari
klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai
hasil yang diharapkan.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 4


4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
yang telah kita buat,yang nantinya akan kita terapkan pada pasien.Dalam
implementasi ini kita harus memperhatikan hak-hak pasien.
5. Evaluasi
Evaluasimengacukepadapenilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada
tahapiniperawatmenemukanpenyebabmengapasuatuproseskeperawatandap
atberhasilataugagal. (Alfaro-LeFevre, 1994).
Oleh sebab itu penting bagi kita sebagai seorang perawat untuk mengetahui
dan mengerti tentang bagaimana proses keperawatan itu,khususnya seperti yang
akan kita bahas yaitu proses keperawatan dalam sistem pencernaan mulai dari
pengkajian kesehatan hingga macam-macam pemeriksaan diagnostik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengkajian riwayat sistem pencernaan ?
2. Apa saja macam-macam dari pemeriksaan diagnostik Sistem Pencernaan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Pengkajian Riwayat Sistem Pencernaan.
2. Untuk mengetahuimacam-macam dari pemeriksaan diagnostik Sistem
Pencernaan
3. Agar kita sebagai mahasiswa kesehatan mengerti tentang proses
keperawatan sistem pencernaan dan bisa diterapkan dalam dunia kerja.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 5


BAB II
PEMBAHASAN

2.1Pengkajian Riwayat Kesehatan Sistem Pencernaan

I. DATA BIOGRAFI
• Nama
Untukmembedakananatarapasiensatudengan yang lainnya.
• Usia
Untukmengkajiseberaparesikomasalahpencernaansesuaiusia.
• Jenis kelamin
Untukmengkajiseberaparesikomasalahpencernaansesuaijeniskelamin.
• Pekerjaan
Untukmengkajiseberaparesikomasalahpencernaansesuaipekerjaanpasien.
• Status perkawinan
• Agama

RIWAYAT KESEHATAN
Dalam pengkajian riwayat kesehatan pasien dengan gangguan pada sistem
pencernaan perawat mulai dengan mengambil riwayat lengkap,memfokuskan
pada gejala-gejala umum disfungsi gastrointestinal. Pengkajian riwayat kesehatan
dilakukan dengan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah
keperawatan lainnya sesuai dengan keluhan utama dari pasiennya.
Perawat memperoleh data subyektif dari pasien mengenai masalahnya dan
bagaimana penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien
sehubungan dengan masalah kesehatan dapat mempengaruhi masalah kesehatan.
Yang perlu dikaji dalam sistem gastrointestinal:
1. Pengkajian rongga mulut
2. Pengkajian esofagus
3. Pengkajian lambung
4. Pengkajian intestinal

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 6


5. Pengkajian anus dan feses
6. Pengkajian organ aksesori

A. KELUHAN UTAMA
1. Nyeri

Nyeri sering merupakan gejala utama dari penyakit gastrointestinal.


Kaji : Lokasi, durasi, pola, frekuensi, distribusi penyebaran dan waktu nyeri.
2. Indigesti
Indigesti dapat diakibatkan oleh gangguan control saraf lambung dan bagian
lain GI. Makanan berlemak cenderung menimbulkan ketidaknyamanan karena
lemak berada di lambung lebih lama.

3. Sendawa dan flatulensi

Akumulasi gas di saluran GI dapat menimbulkan sendawa (pengeluaran gas


melalui mulut bila gas mencapai lambung) dan flatulensi (pengeluaran gas dari
rektum). Keluhan yang sering dirasakan : kembung, distensi atau merasa
penuh.
4. Mual dan muntah

Muntah biasanya didahului oleh rasa mual yang dapat dicetuskankan oleh bau,
aktifitas, atau makanan yang masuk. Muntah dapat berupa partikel yang tidak
dapat dicerna atau darah (hematemesis).
5. Diare dan konstipasi

Diare secara umum terjadi bila isi saluran pencernaan bergerak terlalu cepat
dan terdapat ketidakadekuatan waktu untuk absorbsi. Konstipasi adalah reternsi
atau perlambatan pengeluaran feses dari rectum. Absorpsi berlebihan air dari
bahan fekal menghasilkan feses yang yang keras, kering dan volume yang lebih
kecil dari normal. Dikatakan konstipasi jika pada saat BAB sering mengejan,
frekuensi dua kali setiap minggu.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 7


B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
• P : Apa yang menyebabkan gejala ? Apa saja yang dapat mengurangi
atau memperberat ?
• Q : Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar ?
• R : Di mana gejala terasa ? Apa menyebar ?
• S : Seberapakah keparahan dirasakan ?
• T : Kapan gejala mulai timbul ? Seberapa sering gejala terasa ? Apa tiba-
tiba atau bertahap ?

C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Bayi : warna, jumlah dan konsistensi feses
• Bumil : konstipasi akibat perubahan letak kolon sehingga peristaltic
menurun
• Lansia :kemunduran fungsi pencernaan dan ketahanan terhadap makanan
abibatperubahan motilitas.

D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pengkajian kesehatan masa lalu bertujuan untuk menggali berbagai kondisi
yang memberikan berbagai kondisi saat ini. Perawat mengkaji riwayat MRS
(masuk rumah sakit) dan penyakit berat yang pernah diderita, penggunaan obat2
dan adanya alergi. Perawat menanyakan pernahkah MRS sebelumnya? Apabila
ada, maka perlu ditanyakan rumah sakit mana saat mendapatkan perawatan,
berapa lama dirawat dan apakah berhubungan dengan penyakit pada saluran
gastrointestinal. Pasien yang pernah dirawat dengan ulkus peptikum, jaundice,
panyakit kandung empedu, kolitis,kanker gastrointestinal, pada pasca pembedahan
pada seluran intestinal mempunyai predisposisi penting untuk dilakukan rawat
lanjutan. Dengan mengetahui adanya riwayat MRS, perawat dapat mengumpulkan
data -data penunjang masa lalu seperti status rekam medis saat dirawat
sebelumnya, serta data-data diagnostik dan pembedahan.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 8


E. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
• Kebiasaan merokok
• Minum alkohol
• Penggunaan kafein
• Perawatan gigi dan gusi
• Aktifitas/olah raga
• Sumber stress

F. POLA PERANAN-KEKERABATAN
• Apakah pasien baru datang dari suatu daerah
• Kebiasaan makan keluarga
• Apakah ada masalah psikologis (menimbulkan masalah makan dan pola
eliminasi).

II. TANDA- TANDA VITAL


 Tekanan Darah (TD) atau Tensi (T)

TD Sistol TD Diastol Klasifikasi TD

< 90 Hipotensi

90 ‒ 119 dan < 80 Normal

120 ‒ 139 atau 80 ‒ 89 Prehipertensi

140 ‒ 159 atau 90 ‒ 99 Hipertensi derajat 1

≥ 160 atau ≥ 100 Hipertensi derajat 2

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 9


 Diagnosis hipertensi (HT) ditegakkan dengan dua kali pengukuran
tekanan darah saat istirahat pada kesempatan yang berbeda.
 Nadi (N) dan detak jantung (HR: Heart Rate)

Frekuensi N atau HR

N atau HR Klasifikasi Diagnosis Banding

< 60 Bradikardi

60 ‒ 100 Normal Tak ada kelainan

> 100 Takikardi

Hubungan HR dan N

Hubungan HR dan N Bentuk Nadi Diagnosis Banding

(HR - N) ≤ 10 Tak ada kelainan

(HR - N) > 10 Pulsus defisit AF

Tegangan Nadi

Tegangan Nadi Bentuk Nadi Diagnosis Banding

Tidak berubah Tak ada kelainan

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 10


Kuat dan lemah berubah-ubah Pulsus alternan Gagal jantung

Elastisitas Pembuluh Nadi

Elastisitas Pembuluh Nadi Diagnosis Banding

Elastis Tak ada kelainan

Keras seperti kawat Aterosklerosis

 Frekuensi Pernapasan atau Respiration Rate (RR)

RR Klasifikasi

< 14 Bradipnea

14 ‒ 20 Eupnea

> 20 Takipnea (napas cepat)

III. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (Menurut Gordon)


1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menjelaskan tentang pola yang dipahami pasien tentang kesehatan dan
bagaimana kesehatannya dikelola
a. Persepsi pasien tentang kesehatan diri
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakitnya
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
(gizi/makanan yang adekuat, pemeriksaan kesehatan berkala,

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 11


perawatan kebersihan diri, imunisasi, dll)
d. Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan (apa yang dilakukan
pasien bila sakit, kemana pasien biasa berobat bila sakit)
e. Kebiasaan hidup (konsumsi obat-obatan / jamu, konsumsi alkohol,
konsumsi rokok, konsumsi kopi, kebiasaan olahraga).
f. Faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
(penghasilan, asuransi / jaminan kesehatan, keadaan lingkungan
tempat tinggal)
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Pola makan (frekuensi, porsi makan, jenis makanan yang biasa
dimakan)
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/minum
c. Makanan yang disukai pasien, adakah makanan pantangan / makanan
tertentu yang menyebabkan alergi, adakah makanan yang dibatasi.
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut yang mempengaruhi
diit
e. Kebiasaan mengkonsumsi vitamin / obat penambah nafsu makanan
(jumlah yang dikonsumsi setiap hari, sudah berapa lama)
f. Keluhan dalam makan
1). Adakah keluhan anoreksia nervosa, bulimia nervosa
2). Adakah keluhan mual / muntah (jika muntah berapa jumlahnya)
3). Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan
g. Adakan penurunan berat badan dalam bulan terakhir (bagaimana BB
dan TB pasien sebelum dan selama dirawat)
h. Pola minum frekuensi dan jumlah cairan yang dikonsumsi, jenis
minuman yang biasa diminum)
i. Bila pasien terpasang infus berapa cairan yang masuk dalam sehari
j. Adanya keluhan demam
3. Pola eliminasi
a. Eliminasi feses
1). Pola BAB (frekuensi, waktu, warna, konsistensi, penggunaan

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 12


pencahar / enema, adanya keluhan diare / obstipasi)
2). Adakah perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat
tertentu misal terpasang kolostomy / ileostomy)
b. Eliminasi Urine
1). Pola BAK (Frekuensi, waktu, warnanya, jumlah)
2). Penggunaan alat-alat misalnya pemasangan kateter
3). Adakah keluhan (inkontinensia, anuria, hematuria, disuria,
retensio urine, nokturia, dll)
c. Keluhan berhubungan dengan kulit (kulit terasa panas/dingin, kulit
terasa kering, kulit gatal-gatal)
4. Pola Aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan
b. Olahraga yang dilakukan (jenis dan frekuensinya)
c. Kesulitan / keluhan dalam aktifitas
1). Pergerakan tubuh
2). Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan
dll)
3). Berhajat (BAB/BAK)
Hanantoponco Page4
4). Keluhan sesak napas setelah melakukan aktifitas
5). Mudah merasa kelelahan
5. Pola istirahat dan tidur
a. Kebiasaan tidur (Waktu tidur, lama tidur dalam sehari, kebiasaan
pengantar tidur)
b. Kesulitan dalam hal tidur (mudah terbangun, sulit memulai tidur,
merasa tidak puas setelah bangun tidur, dll)
6. Pola Persepsi sensori dan Kognitif
a. Keluhan yang berkenaan dengan kemampuan sensasi (seperti
pengelihatan, pendengaran, penghidu, pengecapan, sensasi perabaan)
b. Alat bantu yang digunakan (kacamata, alat bantu dengar)
c. Kemampuan kognitif (kemampuan mengingat / memory, bicara dan

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 13


memahami pesan yang diterima, pengambilan keputusan yang
bersifat sederhana)
d. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T
P : Paliatif/profokatif (faktor meningkatkan atau mengurangi
nyeri)
Q : Qualitas / Quantitas (Frekuensi dan lamanya keluhan
dirasakan serta deskripsi sifat nyeri yang dirasakan.
R : Regio / tempat (Lokasi sumber dan penyebarannya)
S : Skala (Derajat nyeri dengan menggunakan rentang nilai
T : Time (Kapan keluhan dirasakan dan lamanya keluhan
berlangsung.
e. Kesulitan yang dialami (sering pusing, menurunnya sensitifitas
terhadap nyeri, menurunnya sensitifitas terhadap panas / dingin)
7. Pola hubungan dengan orang lain
Mengkaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain (keluarga, tenaga
kesehatan, pasien lain), apakah keadaan penyakitnya mempengaruhi
hubungan tersebut)
a. Kemampuan pasien dalam berkomunikasi (relevan, jelas, mampu
mengekspresikan, mampu mengerti orang lain)
Hanantoponco Page5
b. Siapa orang yang terdekat dan lebih berpengaruh pada pasien
c. Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah
d. Adakah kesulitan dalam keluarga (hubungan dengan orangtua,
hubungan dengan saudara, hubungan perkawinan)
8. Pola reproduksi dan seksual
a. Bagaimana pemahaman pasien terhadap fungsi seksual
b. Adakah gangguan hubungan seksual disebabkan oleh berbagai
kondisi (fertilitas, libido, ereksi, menstruasi, kehamilan, pemakaian
alat kontrasepsi)
c. Adakah permasalahan selama melakukan aktifitas seksual (ejakulasi
dini, impotensi, nyeri selama berhubungan, perdarahan, dll)

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 14


d. Bagaimana tingkat kepuasan klien selama berhubungan
e. Pengkajian pada perempuan
1). Riwayat menstruasi (keteraturan, keluhan selama menstruasi)
2). Riwayat kehamilan (Jumlah kehamilan, jumlah kelahiran, jumlah
anak)
3). Riwayat pemeriksaaan ginekologi misalnya pap smear
9. Persepsi diri dan konsep diri
a. Persepsi diri (hal yang dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani
perawatan, perubahan yang dirasa setelah sakit)
b. Status emosi
1). Bagaimana perasaan klien saat ini (sedih, marah, gembira dll)
2). Apakah perilaku non verbal klien sesuai dengan perilaku
verbalnya
c. Konsep diri
1). Citra diri / body image (bagaimana persepsi klien terhadap
tubuhnya, adakah pengaruh penyakit yang dialami terhadap
persepsi klien tersebut)
2). Identitas (bagaimana status dan posisi klien sebelum dirawat,
bagaimana kepuasan klien terhadap status dan posisinya,
bagaimana kepuasan klien sebagai laki-laki dan perempuan)
Hanantoponco Page6
3). Peran (tugas / peran apa yang diemban pasien dalam keluarga /
kelompok / masyarakat, bagaimana kemampuan klien dalam
melaksanakan peran tersebut, apakah selama dirawat pasien
mengalami perubahan dalam peran)
4). Ideal diri (bagaimana harapan pasien terhadap tubuh / posisi /
perannya, bagaimana harapan klien terhadap lingkungan,
bagaimana harapan klien terhadap dirinya)
5). Harga diri (bagaimana penilaian / penghargaan orang lain
terhadap dirinya, apakah klien merasa rendah diri dengan
keadaannya)

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 15


10. Pola mekanisme koping
a. Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (Sendiri atau dibantu)
b. Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah (misalnya :
memecahkan masalah, mencari pertolongan / berbicara dengan orang
lain, makan, tidur, minum obat-obatan, marah, diam dll)
c. Bagaimana upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang
d. Menurut pasien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien merasa
nyaman.
11. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
a. Menurut pasien siapa atau apa sumber kekuatan baginya
b. Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan
(macam, frekuensi), apakah pasien mengalami permasalahan
berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat.
c. Adakah keyakinan / kebudayaan yang dianut pasien bertentangan
dengan kesehatan
d. Bagaimana keyakinan pasien terhadap pengobatan yang dijalani
(adakah pertentangan dengan nilai / kebudayaan yang dianut)

2.2 PEMERIKSAAN FISIK


Dijelaskan oleh kelompok 2.

2.3 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM PENCERNAAN


Pemeriksaan diagnostik merupakan suatu pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dalam menegakkan diagnosa
keperawatan. Adapun macam-macam pemeriksaan diagnostik dalam sistem
pencernaan antara lain :
a. Pemeriksaan Radiografi

Untuk pemeriksaan Radiografi Sistem Pemeriksaan lambung meliputi :


1. Rontgen, foto rotgen bisa digunakan untuk :

 Foto Polos perut

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 16


Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak
memerlukan persiapan khusus dari penderita.
Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan:
- suatu penyumbatan
- kelumpuhan saluran pencernaan
- pola udara abnormal di dalam rongga perut
- pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa).
 Pemeriksaan barium.

Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih


pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan
kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus.
Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya
ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan.
Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk
menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop
untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses
ini juga bisa direkam.
Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan,
dokter dapat menilai:
- fungsi kerongkongan dan lambung
- kontraksi kerongkongan dan lambung
- penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi
usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk
menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya.
Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa
tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada
akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti
kapur.
Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 17


menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk
mempercepat pembuangan barium.

2. USG Perut

USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan


gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan
bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa
menunjukkan daerah abnormal di dalamnya.
USG juga dapat menunjukkan adanya cairan, tetapi USG bukan
alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan,
sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan
di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang
tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko.
Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan
mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan
menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada
layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.

b. Pemeriksaan Analisis Lambung


Pemeriksaan analisis lambung merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahuikondisi keasaman lambung dalam batas pH normal
atau tidak. Pada dasarnya fungsi dari asam lambung adalah untuk pencernaan
makanan dalam lambung akan tetapi bila berlebihan akan merusak dinding
lambung. pH normal asam lambung sekitar 4-6.
Pemeriksaan analisis lambung bisa melalui pemeriksaan HCl bebas,yaitu:
a. Syarat : tidak mengandung lendir
pH< 4 karena HCl bebas dapat terdeteksi pada pH 2,9 – 4.
b. Metode : Indikator Toepfer
Indikator Gunzburg
 Indikator Toepfer

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 18


Tujuan : mengetahui ada tidaknya asam total dalam getah lambung.
Prinsip : asam total dalam getah lambung akan bereaksi dengan indikator
toepfer membentuk warna merah.
 Cara kerja : 1ml getah lambung dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan 1 tts indicator toepfer,campur.
Baca hasil : (+) warna merah
(-) warna kuning
Harga normal : (+) warna merah
 Indikator Gunzburg
Tujuan : mengetahui ada tidaknya HCl bebas dalam getah lambung.
Prinsip : HCl bebas dalam getah lambung akan bereaksi dengan indikator
gunzburg membentuk warna merah.
Cara kerja :
a. Masukkan 5-10 tts indikator gunzburg kedalam cawan.
b. Panaskan mendidih sampai kering, timbul bercak berwarnakuning.
c. Tambahkan beberapa tetes getah lambung yang diperiksadiatas bercak
yang telah kering,panaskan lagi sampai kering.
d. Amati hasil : (+) warna merah jambu
(-) tidak terjadi warna merah jambu
e. Harga normal : (+) wrana merah jambu

c. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop.
Endoskopi adalah pemeriksaan penunjang yang memakai alat endoskop
untuk mendiagnosis kelainan–kelainan organ didalam tubuh antara lain saluran
cerna,saluran kemih,rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-lain dan
langsung dapat melihat pada layar monitor (skop evis),sehingga kelainan yang
terdapat pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas.Diameter endoskop
berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan panjangnya berkisar dari sekitar 30
cm-150 cm.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 19


Sistem video serat-optik memungkinkan endoskop menjadi fleksibel
menjalankan fungsinya sebagai sumber cahaya dan sistem penglihatan.Banyak
endoskop yang juga dilengkapi dengan sebuah penjepit kecil untuk
mengangkat contoh jaringan dan sebuah alat elektronik untuk menghancurkan
jaringan yang abnormal.
Dengan endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan,
daerah yang mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan
yang abnormal. Biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan
pemeriksaan lainnya.
1. Endoskop yang dimasukkan melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
- kerongkongan (esofagoskopi)\
- lambung (gastroskopi)
- usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
2. Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk
memeriksa:
- rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)
- keseluruhan usus besar (kolonoskopi)
Sebelum endoskop dimasukkan melalui mulut, penderita biasanya
dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam. Makanan di dalam lambung
bisa menghalangi pandangan dokter dan bisa dimuntahkan selama pemeriksaan
dilakukan. Sebelum endoskop dimasukkan ke dalam rektum dan kolon,
penderita biasanya menelan obat pencahar dan enema untuk mengosongkan
usus besar.
Tujuan pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas antara lain:
 Untuk menerangkan perubahan perubahan radiologis yang meragukan
atau tidak jelas, atau untuk menentukan dengn lebih pasti atau tepat
kelainan radiologis yang didapatkan pada esofagus, lambung,
duodenum.
 Pasien dengan gejala menetap (disvagia,nyeri epigastrium,muntah
- muntah) yang pada pemeriksaan radiologis tidak didapatkan kelainan.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 20


 Bila pemeriksaan radiologis menunjukkan atau dicurugai suatu kelainan
misalnya tukak,keganasan atau obstrukasi pada esofagus, indikasi
endoskopi yaitu memastikan lebih lanjut dan untuk membuat
pemeriksaan fotografi, biopsi atau sitologi.
 Perdarahan akut saluran cerna bagian atas memerlukan pemeriksaan
endoskopi secepatnya dala waktu 24 jam untuk mendapatkan diagnosis
sumber perdarahan yang paling tepat.
 Pemeriksaan endoskopi yang berulang-ulang yang diperlukan juga
untuk memantau penyembuhan tukak yang jinak dan pada pasien-
pasien dengan tukak yang dicurigai kemungkinan adanya keganasan
atau (deteksi dini ardinoma lambung).
 Pada pasien-pasien paska gastrektomi dengan gejala atau keluhan-
keluhan saluran cerna bagian atas diperlukan pemeriksaan endoskopi
karena interpretasi radiologis biasanya sulit: ireguralitas dari lambung
dapat di evaluasi paling baik dengan visualisasi langsung melalui
endoskopi.
 Kasus sindrom dispensia dengan usia lebih dari 45 tahun atau dibawah
45 tahun “tanda bahaya”.
 Pemakaian obat anti –inflamasi non –stroid atau (OAINS) dan riwayat
kanker pada keluarga.
Yang dimaksud dengan tanda tanda bahaya
demam,hematemasis,anemia,iktetus,dan penurunan berat badan .
Manfaat pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bawah:
 Mengevaluasi kelainan yang didapat pada hasil pemeriksaan edema
barium missal striktur. Gangguan pengisian (filling defct).
 Pendarahan rectum yang tidak dapat diterangkan penyebabnya,
indikasi muntlak kolonoskopi.
 Penyakit radang usus besar (crohn, colitis ulserosa, colitis
mikroskopik)
 Keganasan dan kolip pada kolon (ditegakkan dengan biopsi
histopatologi

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 21


 Evaluasi diaknosis keganasan rectum atau kolom yang diuat
sebelumnya
 Kolonoskopi pascabedah: evaluasi anastomosis
 Surveilens, pada kelompok resiko tinggi (misal pada kilitis ulsuratif)
dan pemamtauan sesudah pembuangan polip atau kangker.
 Prosedur terapiotik seperti polipektomi pengambilan benda asing dan
lain-lain
 Penelitian penyakit kolon pada pasien dengan anemia yang tidak
dapat diterangkan penyebabnya, penurunan berat badan,
adenokarsinoma metastatic dengan lesi perimer yang kecil.
d. Tes Feses
Dalam melakukan tes feses tedapat tujuan pemeriksaan,antara lain :
1. Melihat ada tidaknya darah.
Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac, sering disebut tes Guaiac
2. Analisa produk diet dan sekresi saluran cerna.
Feses mengandung banyak lemak: steatorrhea, kemungkinan ada masalah
dalam penyerapan lemak di usus halus.
Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada
hati dan kandung empedu.
3. Mengetahui adanya telur cacing atau cacing dalam tinja
Pemeriksaan telur-telur cacing dari tinja terdiri dari dua macam cara
pemeriksaan, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan kualitatif
dilakukan dengan menggunakan metode natif, metode apung, dan metode harada
mori. Sedangkan pemeriksaan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode
kato.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 22


1. Pemeriksaan Kualitatif

 Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat dan baik untuk infeksi
berat, tetapi untuk infeksi yang ringan sulit ditemukan telur-telurnya. Cara
pemeriksaan ini menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%.
Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas membedakan telur-telur
cacing dengan kotoran disekitarnya.
Maksud : Menemukan telur cacing parasit pada feces yang diperiksa.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit pada seseorang yang diperiksa
fecesnya.
Dasar teori : eosin memberikan latar belakang merah terhadap telur yang
berwarna kekuning-kuningan dan untuk lebih jelas memisahkan feces dengan
kotoran yang ada.
Kekurangan : dilakukan hanya untuk infeksi berat, infeksi ringan sulit terditeksi.
Kelebihan : mudah dan cepat dalam pemeriksaan telur cacing semua spesies,
biaya yang di perlukan sedikit, peralatan yang di gunakan sedikit.
 Metode Apung (Flotation method)
Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan gula atau larutan gula jenuh
yang didasarkan atas BD (Berat Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan
mudah diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang mengandung
sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat jenis larutan yang digunakan,
sehingga telur-telur terapung dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-
partikel yang besar yang terdapat dalam tinja. Pemeriksaan ini hanya berhasil
untuk telur-telur Nematoda, Schistostoma, Dibothriosephalus, telur yang berpori-
pori dari famili Taenidae, telur-telur Achantocephala ataupun telurAscaris yang
infertil.
Maksud : Mengetahui adanya telur cacing parasit usus untuk infeksi ringan.
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit usus pada seseorang yang
diperiksa fecesnya.
Dasar teori : Berat jenis NaCl jenuh lebih berat dari berat jenis telur.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 23


Kekurangan : penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama, perlu
ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak turun lagi
Kelebihan : dapat di gunakan untuk infeksi ringan dan berat, telur dapat terlihat
jelas.

 Metode Harada Mori


Metode ini digunakan untuk menentukan dan mengidentifikasi larva cacing
Ancylostoma Duodenale, Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa. Teknin ini
memungkinkan telur cacing dapat berkembang menjadi larva infektif pada kertas
saring basah selama kurang lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan
didalam air yang terdapat pada ujung kantong plastik.
Maksud : Mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale, Necator
Americanus, Srongyloides Stercolaris dan Trichostronngilus spatau mencari larva
cacing-cacing parasit usus yang menetas diluar tubuh hospes
Tujuan : Mengetahuia adanya infeksi cacing tambang
Dasar teori : Hanya cacing-cacing yang menetas di luar tubuh hospes akan
menetas 7 hari menjadi larva dengan kelembaban yang cukup.
Kekurangan : Dilakukan hanya untuk identifikasi infeksi cacing tambang, waktu
yang dibutuhkan lama dan memerlukan peralatan yang banyak.
Kelebihan : lebih mudah dilakukan karena hanya umtuk mengidentifikasi larva
infektif mengingat bentuik larva jauh lebih besar di bandingkan dengan telur.

2. Pemeriksaan Kuantitatif

 Metode Kato
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear tecnique) atau disebut
teknik Kato. Pengganti kaca tutup seperti teknik digunakan sepotong “cellahane
tape”. Teknik ini lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan lebih
banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan secara massal karena lebih
sederhana dan murah. Morfologi telur cacing cukup jelas untuk membuat
diagnosa.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 24


Maksud : Menemukan adanya telur cacing parasit dan menghitung jumlah telur
Tujuan : Mengetahui adanya infeksi cacing parasit dan untuk mengetahui berat
ringannya infeksi cacing parasit usus
Dasar teori : Dengan penambahan melachite green untuk memberi latar belakang
hijau. Anak-anak mengeluarkan tinja kurang lebih 100 gram/hari, dewasa
mengeluarkan tinja kurang lebih 150 gram/hari. Jadi, misalnya dalam 1 gram
feces mengandung 100 telur maka 150 gram tinja mengandung 150.000 telur.
Kekurangan : Bahan feses yang di gunakan banyak.
Kelebihan : Dapat mengidentifikasi tingkat cacing pada penderita berdasar
jumlah telur dan cacing, baik di kerjakan di lapangan, dapat digunakan untuk
pemeriksaan tinja masal karena murah dan sederhana, cukup jelas untuk melihat
morfologi sehingga dapat di diagnosis.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 25


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Jadi riwayat kesehatan pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan


adalah meliputi sebagai berikut :
a. Data Biografi
b. Riwayat Kesehatan
c. Tanda – Tanda Vital
d. Kebutuhan Dasar Manusia
Sedangkan untuk macam-macam pemeriksaan diagnostik bisa dilakukan
dengan :
a.Pemeriksaan Radiografi
b.Pemeriksaan Analisis Lambung
c. Pemeriksaan Endoskopi
d. Tes Feses

3.2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya agar
lebih baik,dan kami juga berharap:
 Setelah membaca makalah ini,kami berharap kita menjadi lebih tahu dan
lebih paham tentang proses keperawatan sistem pencernaan khususnya
pengkajian dan pemeriksaan diagnostik.
 Kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam dunia kerja.

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 26


DAFTAR PUSTAKA
• Brown, H. W. 1969. Dasar Parasitologi Klinis. Gramedia, Jakarta.
• Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan
dan Sekolah Menengah Tenaga Kesehatan yang Sederajat. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
• Gandahusada,S.W .Pribadi dan D.I. Heryy.2000. Parasitologi
Kedokteran.Fakultas kedokteran UI, Jakarta.
• http://www.slideshare.net/Nellysolihati/pemeriksaan-tandatanda-vital-vital-
sign
• http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/kdm-menurut-gordon.html

PENCERNAAN | Proses Keperawatan Sistem Pencernaan 27

Anda mungkin juga menyukai