Anda di halaman 1dari 27

PARADIGMA PENGATURAN KEPEGAWAIAN DALAM UNDANG-UNDANG

APARATUR SIPIL NEGARA

acehterkini.com

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan dalam memberikan pelayanan publik yang
prima bagi masyarakat, serta mewujudkan reformasi birokrasi dan good governance, Pemerintah
dituntut agar memiliki sumber daya aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu diperlukan pembaharuan dan
perubahan yang mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, dalam hal ini
terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya aparatur sipil
negara.
Perubahan mendasar tersebut harus menitikberatkan pada aspek efesiensi, efektifitas, dan
produktivitas sumber daya aparatur sipil negara melalui pembagian kerja hirarkis dan horizontal
yang seimbang, diukur dengan rasio antara volume atau beban tugas dengan jumlah sumber daya
disertai tata kerja formalistik dan pengawasan yang ketat.Untuk dapat mencapai hal tersebut,
pegawai pemerintah perlu didorong untuk dapat mengembangkan segenap kompetensinya
melalui manajemen sumber daya aparatur sipil negara yang komprehensif.
Paradigma ini mengharuskan perubahan pengelolaan sumber daya tersebut dari perspektif
lama manajemen kepegawaian yang menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju
pespektif baru yang menekankan pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara
strategis (strategic human resource management) agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
negara unggulan selaras dengan dinamika perubahan misi aparatur sipil negara.1

1
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Aparatur Sipil Negara.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 1


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (selanjutnya disebut UU Kepegawaian )
yang selama ini menjadi landasan hukum dan regulasi utama dalam hal kepegawaian dirasa telah
tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan paradigma yang hendak dibangun dan diwujudkan
dalam manajemen sumber daya aparatur sipil negara, sehingga perlu disusun undang-undang
baru yang juga sesuai dengan tuntutan global. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yang telah disahkan dan diundangkan oleh pemerintah pada
tanggal 15 Januari 2014 yang lalu, muncul untuk mengakomodir paradigma baru serta
pembaharuan dan perubahan dalam manajemen sumber daya aparatur sipil negara.
Dalam Undang-Undang tersebut, muncul pandangan baru seperti penerapan Sistem Merit
dalam kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) beberapa pengertian baru.
sepertidefinisi Manajemen ASN yang merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme2. Sedangkan yang dimaksud dengan Pegawai
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan
Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara
lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.3 Selain itu terdapat beberapa
substansi baru dan perbedaan yang cukup mendasar mengenai regulasi kepegawaian yang
berubah dalam UU ASN dari UU Kepegawaian sebelumnya, antara lain mengenai Asas, Prinsip,
Jenis, Status dan Kedudukan, Kelembagaan dan Manajemen ASN, dan substansi regulasi
lainnya.

II. PERMASALAHAN
1. Bagaimana pengaturan tentang kategori, jenis status, kedudukan, jabatan, hak, dan kewajiban
Pegawai ASN dalam UU ASN?
2. Bagaimanakah pengaturan pola manajemen kepegawaian dalam UU ASN?
3. Bagaimana prosedur pemberhentian Pegawai ASN dalam UU ASN?
4. Bagaimana kedudukan pegawai kontrak dalam UU ASN?
5. Bagaimanakah pengaturan mengenai pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dalam UU ASN?
6. Bagaimanakah pengaturan mengenai pegawai ASN yang menjadi Pejabat Negara dalam UU
ASN?
7. Bagaimanakah pengaturan mengenai kelembagaan dalam UU ASN?

III. PEMBAHASAN

2
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 5
3
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 2

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 2


A. KATEGORI, JENIS STATUS, KEDUDUKAN, JABATAN, HAK, DAN
KEWAJIBANPEGAWAI ASN DALAM UNDANG-UNDANG ASN.
Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah.4 Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas
dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan.5
Jika dalam UU Kepegawaian sebelumnya, Pegawai Negeri dikategorikan menjadi 3
(tiga) jenis yaitu :
1. Pegawai Negeri, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS);
b. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud diatas, terdiri dari :
a. Pegawai Negeri Sipil Pusat; dan
b. Pegawai Negeri Sipil Daerah
3. Di samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud diatas, pejabat yang berwenang dapat
mengangkat pegawai tidak tetap.6

Berbeda dengan UU Kepegawaian, dalam UU ASN Pegawai ASN kini terbagi menjadi 2
(dua) dengan status kepegawaian yang diatur sebagai berikut:7

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan status kepegawaian sebagai Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor
induk pegawai secara nasional.
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dengan status kepegawaian sebagai
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan UU
ASN.

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang melaksanakan kebijakan
yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi Pemerintah. Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik.8 Pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana

4
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 1
5
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 2
6
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 2.
7
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 6 dan Pasal 7.
8
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 8 dan Pasal 9.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 3


kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa.9 Sebagai pelaksana
kebijakan publik, Pegawai ASN bertugas untuk melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.10 Sedangkan sebagai pelayan publik, Pegawai ASN bertugas memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta mempunyai tugas utama yaitu
untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.11
Disamping menjalankan tugasnya, Pegawai ASN juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas
dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.12

Dalam UU ASN diatur secara spesifik pembagian jabatan ASN. Jabatan ASN dalam
Undang-Undang ini terdiri dari :13
1. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas
berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan
14
pembangunan.
Jabatan Administrasi terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :15
a. Jabatan Administrator, bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
b. Jabatan Pengawas, bertanggung jawab mengendalikan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan oleh pejabat pelaksana.
c. Jabatan Pelaksana, bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pelayanan publik
serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
2. Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan
dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan
tertentu.16
Jabatan Fungsional dalam UU ASN terdiri atas :17
a. Jabatan fungsional keahlian, terdiri atas :18
1) ahli utama;
2) ahli madya;

9
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 10.
10
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 11 Huruf a.
11
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 11 Huruf b dan Huruf c.
12
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 12.
13
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 13.
14
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 Angka 10.
15
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 14 dan 15.
16
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 Angka 11.
17
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 18.
18
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 18 Ayat (2).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 4


3) ahli muda; dan
4) ahli pertama.
b. Jabatan fungsional keterampilan, terdiri atas :19
1) Penyelia adalah Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan keterampilan,
pendidikan, dan pengalamannya untuk melaksanakan fungsi koordinasi dalam
penyelenggaraan jabatan fungsional keterampilan.
2) Mahir adalah Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan keterampilan,
pendidikan, dan pengalamannya untuk melaksanakan fungsi utama dalam
Jabatan Fungsional.
3) Terampil adalah Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan keterampilan,
pendidikan, dan pengalamannya untuk melaksanakan fungsi lanjutan dalam
jabatan fungsional keterampilan.
4) Pemula adalah Pegawai ASN yang diangkat berdasarkan keterampilan,
pendidikan, dan pengalamannya untuk pertama kali dan melaksanakan fungsi
dasar dalam jabatan fungsional keterampilan.20
3. Jabatan Pimpinan Tertinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi pemerintah.21
Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas :22
a. jabatan pimpinan tinggi utama, adalah kepala lembaga pemerintah nonkementerian.
b. jabatan pimpinan tinggi madya, meliputi sekretaris jenderal kementerian, sekretaris
kementerian, sekretaris utama, sekretaris jenderal kesekretariatan lembaga negara,
sekretaris jenderal lembaga nonstruktural, direktur jenderal, deputi, inspektur
jenderal, inspektur utama, kepala badan, staf ahli menteri, Kepala Sekretariat
Presiden, Kepala Sekretariat Wakil Presiden, Sekretaris Militer Presiden, Kepala
Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden, sekretaris daerah provinsi, dan jabatan
lain yang setara.
c. jabatan pimpinan tinggi pratama, meliputi direktur, kepala biro, asisten deputi,
sekretaris direktorat jenderal, sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris kepala
badan, kepala pusat, inspektur, kepala balai besar, asisten sekretariat daerah
provinsi, sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala dinas/kepala badan provinsi,
sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan jabatan lain yang setara.
Untuk setiap Jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta
persyaratan lain yang dibutuhkan.23

19
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 18 Ayat (3).
20
Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 18 Ayat (3).
21
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 Angka 7.
22
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 19 Ayat (1) dan Penjelasannya.
23
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 19 Ayat (2).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 5


UU ASN juga mengatur secara jelas dan tegas terkait kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh Pegawai ASN sebelum memperoleh hak-haknya. Kewajiban Pegawai ASN
antara lain:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sedangkan untuk Haknya, Pegawai ASN diberikan hak sesuai dengan jenis dan
statusnya yaitu :
1. Hak PNS:24
a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.
2. Hak PPPK:25
a. gaji dan tunjangan;
b. cuti;
c. perlindungan; dan
d. pengembangan kompetensi.
Gaji adalah kompensasi dasar berupa honorarium sesuai dengan beban kerja,
tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.26

24
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 21.
25
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 22.
26
Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 22 Ayat (1).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 6


B. PENGATURAN POLA MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DALAM UNDANG-
UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA
Pengaturan pola manajemen Kepegawaian dalam UU ASN diselenggarakan dengan
Sistem Merit.27Sistem Merit adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar
belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur,
ataupun kondisi kecacatan.28
Pemberlakuan Sistem Merit akan dilakukan melalui :
 Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif
 Menerapkan prinsip fairness
 Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja
 Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik
 Manajemen SDM secara efektif dan efisien
 Melindungi pegawai dari intervensi politik dan dari tindakan semena-mena.29
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK.30
Manajemen PNS, meliputi :31 Manajemen PPPK, meliputi :32
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan; a. penetapan kebutuhan;
b. pengadaan; b. pengadaan;
c. pangkat dan jabatan; c. penilaian kinerja;
d. pengembangan karier; d. penggajian dan tunjangan;
e. pola karier; e. pengembangan kompetensi;
f. promosi; f. pemberian penghargaan;
g. mutasi; g. disiplin;
h. Penilaian kinerja h. pemutusan hubungan perjanjian kerja;
i. penggajian dan tunjangan; dan
i. penghargaan; i. perlindungan.
j. disiplin;
k. pemberhentian;
l. pensiun dan tabungan hari tua; dan
m. perlindungan.

1. Manajemen PNS
a. Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Disusun oleh setiap instansi pemerintah berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan akan dijadikan dasar bagi
Menteri untuk menyusun dan menetapkan kebutuhan Jabatan PNS secara nasional.33

27
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 51.
28
Materi Biro Kepegawaian Setjen Kementerian Perikanan Dan Kelautan RI, www.ropeg.kkp.go.id.
29
Ibid.
30
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 52.
31
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 55.
32
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 93.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 7


Menteri dalam hal ini adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendayagunaan aparatur negara.34Penetapan kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PNS oleh Menteri dilakukan dengan memperhatikan pendapat menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan pertimbangan teknis
dari kepala BKN.35Penyusunan kebutuhan PNS merupakan analisis kebutuhan jumlah,
jenis, dan status PNS yang diperlukan untuk melaksanakan tugas utama secara efektif
dan efisien untuk mendukung beban kerja Instansi Pemerintah.36Penyusunan kebutuhan
jumlah dan jenis jabatan PNS ditetapkan sesuai dengan siklus anggaran.37
b. Pengadaan PNS
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi
dan/atau Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah, yang dilakukan
berdasarkan penetapan kebutuhan yang ditetapkan oleh Menteri dan dilakukan melalui
tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS.38
c. Pangkat dan Jabatan
Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan
objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan
dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.39Setiap
jabatan tertentu dikelompokkan dalam klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan
kesamaan karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.40
Berbeda dengan UU Kepegawaian, dalam UU ASN PNS dapat berpindah antar dan
antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan Jabatan Fungsional di
Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan
penilaian kinerja.41 PNS dalam UU ASN juga dapat diangkat dalam jabatan tertentu
pada lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dimana pangkat atau jabatan tersebut disesuaikan dengan pangkat dan
jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.42
d. Pengembangan Karir

33
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 56 Ayat (1), (2), dan (3).
34
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 Angka 18.
35
Penjelasan Pasal 56 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
36
Penjelasan Pasal 56 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
37
Penjelasan Pasal 56 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
38
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 58 Ayat (1), (2), dan (3).
39
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 68 Ayat (2).
40
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 68 Ayat (3).
41
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 68 Ayat (4).
42
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 68 Ayat (5).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 8


Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian
kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang dilakukan dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas.43 Integritas yang dimaksud diukur dari kejujuran, kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, kemampuan bekerja sama, dan
pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.44 Sedangkan, moralitas diukur dari
penerapan dan pengamalan nilai etika agama, budaya, dan sosial kemasyarakatan.45
Kompetensi tersebut meliputi:46
 kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan
teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;
 kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural
atau manajemen, dan pengalaman kepemimpinan; dan
 kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki
wawasan kebangsaan.
e. Pola Karir
Pola Karir PNS wajib disusun oleh setiap Instansi secara khusus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan pola karir nasional. Hal tersebut dilakukan guna menjamin keselarasan
potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan.47
f. Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja,
kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja
PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan
golongan. Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk
dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi. Promosi Pejabat Administrasi dan
Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian setelah
mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah.Tim penilai
kinerja PNS dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang.48
g. Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi , antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan

43
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 69 Ayat (1) dan (2).
44
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 69 Ayat (4).
45
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 69 Ayat (5).
46
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 69 Ayat (3).
47
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 71 Ayat (1) dan (2).
48
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 72.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 9


Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar
negeri.Mutasi PNS dari Instansi Pusat ke Instansi Daerah dan sebaliknya setelah
berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
negeri.Untuk mencegah konflik kepentingan PNS yang memiliki hubungan tali
perkawinan dan hubungan darah secara langsung dalam satu unit kerja dapat
dimutasi pada unit yang berbeda berdasarkan keputusan Pejabat Pembina
49
Kepegawaian.
h. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang
didasarkan sistem prestasi dan sistem karier. Penilaian kinerja PNS dilakukan secara
objektif, terukur, akuntabel, partisipatif, dan transparan.Hasil penilaian kinerja PNS
digunakan untuk menjamin objektivitas dalam pengembangan PNS, dan dijadikan
sebagai persyaratan dalam pengangkatan jabatan dan kenaikan pangkat, pemberian
tunjangan dan sanksi, mutasi, dan promosi, serta untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan.PNS yang penilaian kinerjanya tidak mencapai target kinerja dikenakan sanksi
administrasi sampai dengan pemberhentian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.50
i. Penggajian dan Tunjangan
Setiap PNS berhak mendapatkan gaji yang adil dan layak guna menjamin
kesejahteraannya. Gaji yang diberikan dibayarkan secara bertahap sesuai dengan sesuai
dengan beban kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan yang dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bagi Pegawai Pusat, dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bagi Pegawai Daerah.51
Selain gaji, PNS juga berhak atas Tunjangan dan Fasilitas. Tunjangan dimaksud meliputi
Tunjangan Kinerja yang dibayarkan sesuai pencapaian kinerja, dan Tunjangan
Kemahalan yang dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks
harga yang berlaku di daerah masing-masing.52
j. Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan,
dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan.53
Penghargaan tersebut dapat berupa pemberian:54
a. tanda kehormatan;

49
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 73 dan Penjelasannya.
50
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 76 dan Pasal 77.
51
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 79 Ayat (1), (2), (3), (4), dan Ayat
(5)
52
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 80 Ayat (1), (2), (3), dan (4).
53
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 82.
54
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 83.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 10


b. kenaikan pangkat istimewa;
c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
d. kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemberhentian tidak dengan
hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan.
k. Disiplin
PNS wajib mematuhi disiplin PNS dan akan dijatuhi hukuman disiplin apabila melakukan
pelanggaran disiplin. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin
terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.55
l. Pemberhentian
PNS dapat diberhentikan baik sementara, dengan hormat maupun tidak dengan hormat.
m. Pensiun dan Tabungan Hari Tua
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS yang
akan diberikan kepada PNS yang dinyatakan telah memenuhi persyaratan seperti batasan
usia, perampingan organisasi, tidak cakap jasmani dan/atau rohani sebagaimana telah
diatur dalam UU ASN.56
n. Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
 jaminan kesehatan
 jaminan kecelakaan kerja
 jaminan kematian
 bantuan hukum
Perlindungan berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan
kematian mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam program jaminan sosial
nasional. Sedangkan bantuan hukum yang diberikan berupa pemberian bantuan
hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.57
2. Manajemen PPPK58
Setiap warga negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi
calon PPPK setelah memenuhi persyaratan. Pengadaan calon PPPK merupakan kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan pada Instansi Pemerintah. Pengadaan calon PPPK dilakukan
melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil
seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah melalui penilaian secara objektif berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan

55
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 86 Ayat (1), (2), (3), dan (4).
56
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 90 dan Pasal 91.
57
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 92.
58
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98,
dan Pasal 99.

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 11


Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang dibutuhkan dalam jabatan.Pengangkatan calon
PPPK ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian.Masa perjanjian kerja
paling singkat 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan dan berdasarkan
penilaian kinerja.PPPK tidak dapat diangkat secara otomatis menjadi calon PNS.
Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK harus mengikuti semua proses seleksi yang
dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. PROSEDUR PEMBERHENTIAN PEGAWAI ASN DALAM UNDANG-UNDANG


APARATUR SIPIL NEGARA
Dalam UU ASN prosedur pemberhentian Pegawai ASN dibedakan atas Pemberhentian PNS
dan Pemberhentian PPPK.
Pemberhentian PNS dalam UU ASN dibedakan menjadi :
1. Pemberhentian dengan hormat59
PNS diberhentikan dengan hormat karena :
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri;
c. mencapai batas usia pensiun;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;
atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
PNS juga dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan karena dihukum
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan tidak berencana.PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
2. Pemberhentian tidak dengan hormat60
PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena :
a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

59
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 87 Ayat (1), (2), dan Ayat (3).
60
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 87 Ayat (4).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 12


d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
3. Pemberhentian sementara61
PNS diberhentikan sementara, apabila:
a. diangkat menjadi pejabat negara;
b. diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau
c. ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
Dalam UU ASN Pemberhentian PPPK disebut dengan istilah Pemutusan Hubungan
Perjanjian Kerja yang dibagi menjadi : 62
1. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja dengan hormat karena:
a. jangka waktu perjanjian kerja berakhir;
b. meninggal dunia;
c. atas permintaan sendiri;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan
PPPK; atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati.
Pemutusan hubungan perjanjian kerja dengan hormat dilakukan tidak atas permintaan
sendiri karena:
a. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan tidak berencana;
b. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat berat; atau
c. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan perjanjian kerja.
2. Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja tidak dengan hormat karena:
a. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

61
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 88 Ayat (1).
62
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 105 Ayat (1), (2), dan (3).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 13


d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun atau lebih dan tindak pidana tersebut dilakukan dengan
berencana.
Sementara PNS yang berhenti bekerja atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS.
Batas usia pensiun yaitu:63
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.
Jaminan Pensiun diberikan apabila :64
a. meninggal dunia;
b. atas permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu;
c. mencapai batas usia pensiun;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;
atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
Sumber pembiayaan jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS berasal dari pemerintah
selaku pemberi kerja dan iuran PNS yang bersangkutan

D. KEDUDUKAN PEGAWAI KONTRAK DALAM UNDANG-UNDANG ASN


Salah satu hal yang baru dalam UU ASN adalah terdapatnya pengaturan mengenai
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PPPK menurut UU ASN adalah
Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan
perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.65 PPPK diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan ketentuan UU
ASN.66
Perbedaan mendasar antara PNS dengan PPPK antara lain mengenai status PPPK
yang bukan pegawai tetap (bersifat sementara berdasarkan perjanjian kerja), tidak memiliki
Nomor Induk Pegawai (NIP) nasional, serta tidak diaturnya mengenai hak untuk
mendapatkan fasilitas, jaminan pensiun, pengembangan karier, pola karier, promosi dan
mutasi yang dalam UU ASN hanya diatur untuk PNS saja.

63
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 90.
64
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 91.
65
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 4
66
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 7 ayat (1)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 14


UU ASN memberikan regulasi dan paradigma berbeda dan lebih lengkap mengenai
PPPK jika dibandingkan dengan pengaturan mengenai Pegawai Tidak Tetap sebagaimana
diatur dalam UU Kepegawaian sebelumnya. Pada dasarnya PPPK dan Pegawai Tidak Tetap
(Pegawai Honorer) yang selama ini mengacu pada UU Kepegawaian adalah Pegawai yang
diangkat selama jangka waktu tertentu untuk melaksanakan tugas pemerintahan dan tidak
berkedudukan sebagai PNS, namun terdapat beberapa perbedaan pengaturan yang cukup
mendasar antara lain adanya pengaturan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, dan
diaturnya Manajemen PPPK yang meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian
kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan;
disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan mengenai perlindungan bagi PPPK.
Pada dasarnya paradigma PPPK berbeda dengan tenaga honorer selama ini. Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (Menpan-RB), Azwar Abubakar
pada dasarnya mengatakan bahwa PPPK bukanlah honorer, melainkan menjadi akselerator.
PPPK terdiri dari tenaga-tenaga profesional yang masuknya didasarkan pada multi level
entry.67 Menurut Deputi SDM Aparatur Kementerian PAN-RB Setiawan Wangsaatmaja,
PPPK merupakan pegawai profesional. PPPK berbeda sama sekali dengan tenaga honorer.
Tenaga honorer kategori 2 yang tidak lulus tes CPNS tidak bisa serta merta ditetapkan
menjadi PPPK.Untuk menjadi PPPK, pintu masuknya jelas seperti halnya untuk CPNS, harus
melalui pengusulan dan penetapan formasi, kinerjanya juga terukur. PPPK juga mendapatkan
remunerasi, tunjangan sosial, dan kesejahteraan mirip sama dengan PNS. Karena itu, setiap
instansi yang mengangkat harus mengusulkan kebutuhan dan formasinya, kualifikasinya
seperti apa, serta harus melalui tes.68
Berdasarkan UU ASN, rekrutmen PPPK harus berdasarkan perencanaan penyusunan
kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban
kerja yang dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan. Kebutuhan dan Jenis Jabatan tersebut ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri, yang dalam hal ini merupakan kewenangan Kementerian
PAN-RB. Penetapan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK oleh Menteri dengan
memperhatikan pendapat menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan dan pertimbangan teknis dari kepala BKN.69 Jenis jabatan yang dapat diisi oleh
PPPK pun terbatas, hanya jabatan tertentu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden.
Proses Rekrutmen calon PPPK juga harus melalui tahapan perencanaan,
pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan

67
http://bisnis.liputan6.com/read/2063427/pemerintah-kebut-penyelesaian-pp-pegawai-kontrak diakses pada
Rabu 8 Oktober 2014.
68
http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2158-pppk-bukan-honorer-baju-baru diakses pada Rabu 8 Oktober
2014
69
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara penjelasan Pasal 94 ayat (4).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 15


menjadi PPPK.70 Pengangkatan calon PPPK juga harus ditetapkan dengan keputusan Pejabat
Pembina Kepegawaian.71 Hal tersebut berarti setiap instansi pemerintah kini tidak bisa lagi
langsung mengangkat pegawai kontrak/honorer sendiri dengan relatif bebas sesuai
kebutuhannya selama ini, karena penentuan formasi PPPK terbatas dan ditentukan oleh
pemerintah pusat.
Sebelumnya berdasarkan ketentuan Pasal 16A UU Kepegawaian, tenaga honorer
yang telah bekerja pada instansi pemerintah yang menunjang kepentingan Nasional dapat
diangkat langsung menjadi PNS untuk memperlancar tugas umum pemerintahan dan
pembangunan, sedangkan berdasarkan UU ASN secara tegas diatur bahwaPPPK tidak dapat
diangkat secara otomatis menjadi calon PNS. Untuk diangkat menjadi calon PNS, PPPK
harus mengikuti semua proses seleksi yang dilaksanakan bagi calon PNS dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.72 Hal tersebut diatur secara tegas untuk
mengatisipasi permasalahan yang telah terjadi selama seperti mengenai permasalahan
pengangkatan tenaga honorer kategori 2 (dua) menjadi PNS. Setiap PPPK juga harus dinilai
kinerjanya untuk menjamin objektivitas perpanjangan perjanjian kerja, pemberian tunjangan,
dan pengembangan kompetensinya.73
Kesejahteraan PPPK sebagai aparatur negara juga lebih diperhatikan sekarang.UU
ASN mengamanatkan bahwa Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PPPK berdasarkan beban kerja, tanggung jawab jabatan dan resiko pekerjaan. Hal ini
bertujuan untuk memperhatikan kesejahteraan PPPK karena selama ini banyak pegawai tidak
tetap (kontrak/honorer) tidak diberikan gaji yang layak, bahkan jauh dibawah upah minimum
daerah setempat karena tidak adanya peraturan yang tegas mengatur mengenai penggajian
dan tunjangan dalam UU Kepegawaian. UU ASN juga memberikan ketentuan yang
memberikan kesempatan bagi PPPK untuk mengembangkan kompetensinya dan juga
pemberian penghargaan bagi PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian,
kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan
tugasnya.Penghargaan tersebut dapat berupa pemberian tanda kehormatan, kesempatan
prioritas untuk pengembangan kompetensi dan.atau kesempatan menghadiri acara resmi
dan/atau acara kenegaraan.74 Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa
jaminan hari tua, jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan
bantuan hukum.
Hal yang perlu dicermati adalah bahwa UU ASN hanya mengatur mengenai jangka
waktu perjanjian kerja minimal PPPK. Sesuai ketentuan Pasal 98 ayat (2), Masa perjanjian

70
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 96 ayat (2).
71
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 98 ayat (1).
72
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 99 ayat (2).
73
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 100 ayat (8).
74
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 103 ayat (2).

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 16


kerja PPPK paling singkat adalah 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
dan berdasarkan penilaian kinerja. UU ASN tidak mengatur lebih lanjut secara tegas
mengenai jangka waktu maksimal perjanjian kerja bagi PPPK. Padahal sesuai dengan
definisinya, PPPK diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu,
sehingga pada pokoknya PPPK bersifat sementara dan bukan pegawai tetap.
Jika dibandingkan dengan regulasi dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013
tentang Ketenagakerjaan, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (bagi tenaga kontrak) yang
didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun75 dan
apabila diperpanjang melebihi jangka waktu tersebut maka demi hukum perjanjian kerja
tersebut menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu76 atau dengan kata lain menjadi
tenaga kerja tetap.Ketidakpastian jangka waktu maksimal perjanjian kerja bagi PPPK dalam
UU ASN jika tidak diberikan pengaturan secara tegas berpotensi menimbulkan
ketidakpastian hukum dan berbagai permasalahan seperti penyalahgunaan wewenang atau
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) atau
Pejabat yang berwenang lainnya dan juga desakan dari PPPK dalam rekrutmen maupun
perpanjangan masa perjanjian kerja bagi PPPK, karena selama ini banyak tenaga honorer
(pegawai tidak tetap) yang terus-menerus diperpanjang perjanjiannya, walaupun pengaturan
dalam UU Kepegawaian menyatakan bahwa pegawai tidak tetap diangkat untuk jangka
waktu tertentu.
Selain itu karena pegawai kontrak/tenaga honorer yang telah ada selama ini nantinya
tidak secara otomatis diangkat sebagai PPPK sebagaimana dimaksud dalam UU ASN
maupun sebagai PNS, maka timbul potensi permasalahan dan kekosongan hukum yang
mengatur mengenai pegawai kontrak/tenaga honorer yang tidak berhasil menjadi PPPK
maupun PNS nantinya, karena UU Kepegawaian yang selama ini menjadi dasar
pengangkatan mereka telah dicabut dan digantikan oleh UU ASN.

E. PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI


Jabatan Pimpinan Tinggi merupakan sekelompok jabatan tinggi pada instansi
pemerintah sebagai nomenklatur baru dalam UU ASN yang menggantikan sistem eselon
yang ada selama ini.Jabatan Pimpinan Tinggi, berfungsi memimpin dan memotivasi setiap
Pegawai ASN pada Instansi Pemerintah melalui kepeloporan dalam bidang keahlian
profesional, analisis dan rekomendasi kebijakan dan kepemimpinan manajemen,
pengembangan kerja sama dengan instansi lain, dan keteladanan dalam mengamalkan nilai
dasar ASN dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN. Untuk setiap Jabatan

75
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat (4).
76
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat (7)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 17


Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang dibutuhkan.
Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) terdiri dari:
a. JPT Utama.
Yang termasuk JPT adalah kepala lembaga pemerintah non kementerian.
b. JPT Madya.
JPT Madya meliputi meliputi sekretaris jenderal kementerian, sekretaris kementerian,
sekretaris utama, sekretaris jenderal kesekretariatan lembaga negara, sekretaris jenderal
lembaga non struktural, direktur jenderal, deputi, inspektur jenderal, inspektur utama,
kepala badan, staf ahli menteri, Kepala Sekretariat Presiden, Kepala Sekretariat Wakil
Presiden, Sekretaris Militer Presiden, Kepala Sekretariat Dewan Pertimbangan Presiden,
sekretaris daerah provinsi, dan jabatan lain yang setara
c. JPT Pratama
JPT Pratama meliputi direktur, kepala biro, asisten deputi, sekretaris direktorat jenderal,
sekretaris inspektorat jenderal, sekretaris kepala badan, kepala pusat, inspektur, kepala
balai besar, asisten sekretariat daerah provinsi, sekretaris daerah kabupaten/kota, kepala
dinas/kepala badan provinsi, sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan jabatan
lain yang setara.

Salah satu hal baru yang diatur dalam UU ASN terkait JPT adalah bahwa pengisian
JPT Utama dan Madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-PNS dengan persetujuan
Presiden yang pengisiannya dilakukan secara terbuka dan kompetitif serta ditetapkan dalam
Keputusan Presiden. Hal ini membuka kesempatan luas bagi setiap orang untuk dapat
berpartisipasi dan mewujudkan sistem penyelenggaraan manajemen ASN yang profesional
dan benar-benar kompetitif, karena JPT dapat diisi oleh pihak-pihak yang benar-benar
profesional dan kompeten tidak terbatas pada ASN yang berstatus sebagai PNS.
Hal yang perlu dicermati adalah berdasarkan ketentuan Pasal 111 UU ASN,
ketentuan pengisian JPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108, Pasal 109, dan Pasal 110
yang pada dasarnya antara mengacu pada prinsip dilakukan secara terbuka dan kompetitif
oleh panitia seleksi dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan jabatan lain,
dilakukan pada tingkat nasional/daerah, dapat disimpangi/dikecualikan pada Instansi
Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan Pegawai ASN dengan
persetujuan KASN. Hal tersebut berpotensi menimbulkan dualisme dalam sistem pengisian
JPT dan manipulasi oleh instansi yang tidak ingin menerapkan sistem sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 108,109 dan 110 UU ASN dengan berusaha terlihat telah menerapkan sistem
merit. Oleh karena itu KASN sangat berperan penting dalam memberikan penilaian dan

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 18


persetujuan penerapan sistem merit oleh instansi pemerintah yang bersangkutan secara
benar-benar ketat.
Beberapa hal penting lain terkait Jabatan pimpinan tinggi dalam UU ASN:77
a. Pengisian jabatan pimpinan tinggi oleh Pejabat Pembina Kepegawaiandengan terlebih
dahulu membentuk panitia seleksi.
b. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali
PejabatPimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
dantidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.
c. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun, namundapat
diperpanjang berdasarkan pencapaian kinerja, kesesuaian kompetensi, danberdasarkan
kebutuhan instansi setelah mendapat persetujuan Pejabat PembinaKepegawaian dan
berkoordinasi dengan KASN.
d. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukansecara terbuka
dan kompetitif pada tingkat nasional.
e. Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dankompetitif
pada tingkat nasional atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
f. Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan
anggotaKepolisian Negara Republik melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
g. Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama yang
akanmencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan
wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari
PNS sejak mendaftar sebagai calon, dan pernyataan pengunduran diri ini tidak dapat
ditarik kembali.
h. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS dilakukan
penyetaraan:
1) Jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non kementerian setara
denganjabatan pimpinan tinggi utama;
2) Jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya;
3) Jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama;
4) Jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
5) Jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas;
6) Jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana.

77
http://simpeg.agamkab.go.id/app/index.php?fa=site.media&f=ringkasan_uu_asn_(1)_531681cb5e0d81393983
947.pdf diakses pada Senin 13 Oktober 2014

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 19


F. PEGAWAI ASN YANG MENJADI PEJABAT NEGARA
UU ASN memberikan ruang bagi Pegawai ASN untuk dapat menjadi Pejabat
Negara.78 Ketentuan Pasal 121 mengandung makna bahwa tidak hanya PNS saja yang dapat
menjadi Pejabat Negara PPPK juga mendapatkan kesempatan yang sama. Ketentuan yang
memberika ruang bagi pegawai untuk dapat menjadi Pejabat Negara pada dasarnya juga telah
diatur dalam UU Kepegawaian sebelumnya, namun terdapat beberapa pengaturan yang
berbeda antara lain untuk menyesuaikan dengan perkembangan struktur kelembagaan negara
yang ada sekarang. Pejabat Negara yang dimaksud adalah :79
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat;
d. Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah;
e. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung serta ketua,
wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc;
f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
g. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
h. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
i. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
j. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
k. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
l. Gubernur dan wakil gubernur;
m. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
n. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.

UU Kepegawaian sebelumnya mengatur bahwa Pegawai Negeri yang diangkat


menjadi Pejabat Negara diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat
Negara tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri80 dan Pegawai Negeri tersebut
setelah selesai menjalankan tugasnya sebagai Pejabat Negara dapat diangkat kembali dalam
jabatan organiknya.81 Dalam UU ASN, terdapat perbedaan pengaturan mengenai status,
pemberhentian sementara dan pengaktifan kembali PNS yang menjadi Pejabat Negara. UU
ASN mengatur bahwa Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi ketua, wakil ketua,

78
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 121
79
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 122
80
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 11 ayat (2)
81
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Pasal 11 ayat (4)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 20


dan anggota Mahkamah Konstitusi; ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa
Keuangan; ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial; ketua dan wakil ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi; Menteri dan jabatan setingkat menteri; Kepala perwakilan Republik
Indonesia di Luar Negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa
Penuh diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS,82
sedangkan Pegawai ASN dari PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden
dan Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat; ketua, wakil
ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Daerah; gubernur dan wakil gubernur; bupati/walikota
dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis sebagai
PNS sejak mendaftar sebagai calon.83Begitu pula Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat
pimpinan tinggi pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur,
bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara
tertulis dari PNS sejak mendaftar sebagai calon.84
Hal tersebut mendapatkan pengaturan agar netralitas PNS tetap terjaga sesuai dengan
Penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN dan mencegah penyalahgunaan status
kekuasaan dan jabatan sebagai PNS dalam kepentingan politiknya, dan juga mengingat
bahwa Pegawai ASN harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai
politik,85 karena keterlibatan pegawai ASN sebagai anggota dan/atau pengurus partai politik
merupakan hal yang dapat menyebabkan pemberhentian PNS dengan tidak hormat dan
pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dengan tidak hormat.
UU ASN mengatur bahwa Pegawai ASN dari PNS yang tidak menjabat lagi sebagai
pejabat negara diaktifkan kembali sebagai PNS.86 Namun hal yang menarik adalah adanya
aturan bahwa PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara dapat menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, atau Jabatan Fungsional, sepanjang tersedia
lowongan jabatan.87Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan sebagaimana dimaksud
tersebut dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun PNS yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat.88 Hal tersebut tentunya membutuhkan pengaturan yang lebih lanjut agar ada
kejelasan mengenai hak kepegawaian PNS yang harus diberhentikan dengan hormat karena
telah tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara dan tidak tersedia lowongan jabatan
sebagaimana dimaksud, seperti hak jaminan pensiun PNS dan hak-hak lainnya.

82
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 123 ayat (1)
83
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 123 ayat (1)
84
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 119
85
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 9 ayat (2)
86
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 123 ayat (2)
87
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 124 ayat (1)
88
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 124 ayat (2)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 21


G. KELEMBAGAAN
UU ASN telah mengatur mengenai kelembagaan terutama dalam Manajemen sumber
daya ASN. Hal tersebut diatur untuk mengatasi tumpang tindih atau redundansi wewenang,
tugas dan fungsi lembaga-lembaga yang selama ini terkait dalam manajemen aparatur
negara, terutama PNS. UU ASN juga menjadi dasar hukum pembentukan suatu lembaga baru
yakni Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) yang merupakan lembaga non-struktural yang
mandiri dan bebas dari intervensi politikuntuk menciptakan Pegawai ASN yang profesional
dan berkinerja, memberikan pelayanan secara adil dan netral, serta menjadi perekat dan
pemersatu bangsa89, selain itu juga diatur mengenai revitalisasi tugas dan fungsi lembaga-
lembaga terkait manajemen yang selama ini sudah ada antara lain Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara, yang
dalam hal ini adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Kemenpan–RB), lalu Lembaga Administrasi Negara (LAN) sebagai lembaga pemerintah
nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pengkajian dan pendidikan dan
pelatihan ASN90 dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang diberi kewenangan melakukan pembinaan dan menyelenggarakan
Manajemen ASN secara nasional.91
Menurut Pasal 25 UU ASN, Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kebijakan, pembinaan profesi, dan
Manajemen ASN.Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana dimaksud, Presiden
mendelegasikan sebagian kekuasaannya kepada:92
a. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendayagunaan aparatur negara, berkaitan dengan kewenangan perumusan dan
penetapan kebijakan, koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas
pelaksanaan kebijakan ASN;
b. KASN, berkaitan dengan kewenangan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin perwujudan Sistem Merit serta
pengawasan terhadap penerapan asas serta kode etik dan kode perilaku ASN;
c. LAN, berkaitan dengan kewenangan penelitian, pengkajian kebijakan Manajemen
ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan ASN; dan
d. BKN, berkaitan dengan kewenangan penyelenggaraan Manajemen ASN,
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Manajemen ASN.

89
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 27
90
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 20
91
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 1 angka 21
92
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 25 ayat (1)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 22


Lebih lanjut, tugas, fungsi dan kewenangan lembaga-lembaga tersebut secara rinci
adalah sebagai berikut:
a. Kementerian PAN-RB
Kebijakan di bidang pendayagunaan Pegawai ASN meliputi:93
- kebijakan reformasi birokrasi di bidang sumber daya manusia;
- kebijakan umum pembinaan profesi ASN;
- kebijakan umum Manajemen ASN, klasifikasi jabatan ASN, standar kompetensi
jabatan Pegawai ASN, kebutuhan Pegawai ASN secara nasional, skala penggajian,
tunjangan Pegawai ASN, dan sistem pensiun PNS.
- pemindahan PNS antarjabatan, antardaerah, dan antarinstansi;
- pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan terhadap Pejabat yang Berwenang
dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan Sistem Merit dalam
penyelenggaraan Manajemen ASN; dan
- penyusunan kebijakan rencana kerja KASN, LAN, dan BKN di bidang Manajemen
ASN.
b. KASN
KASN berfungsi mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik dan kode perilaku
ASN, serta penerapan Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi
Pemerintah.94 Sedangkan tugas KASN adalah:95
- menjaga netralitas Pegawai ASN;
- melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan
- melaporkan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN
kepada Presiden.
Dalam melakukan tugas tersebut KASN dapat:96
- melakukan penelusuran data dan informasi terhadap pelaksanaan Sistem Merit dalam
kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah;
- melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi Pegawai ASN sebagai
pemersatu bangsa;
- menerima laporan terhadap pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;
- melakukan penelusuran data dan informasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan
pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan

93
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 26 ayat (2)
94
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 30
95
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 31 ayat (1)
96
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 31 ayat (2)

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 23


- melakukan upaya pencegahan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN.
Wewenang KASN:97
- mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai dari
pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan seleksi,
pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi;
- mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;
- meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan pelanggaran
norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;
- memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN; dan
- meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah
untuk pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN.
Dalam melakukan pengawasan tersebut, KASN berwenang untuk memutuskan adanya
pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
c. LAN
LAN memiliki fungsi sebagai berikut:98
- pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN;
- pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN;
- penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN baik
secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya;
- pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN; dan
- melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, baik sendiri
maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
LAN memiliki tugas sebagai berikut:99
- meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN sesuai dengan
kebutuhan kebijakan;
- membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN berbasis
kompetensi;
- merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN
secara nasional;

97
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 32 ayat (2)
98
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 43
99
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 44

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 24


- menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan,
pelatihan teknis fungsional dan penjenjangan tertentu, serta pemberian akreditasi dan
sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait;
- memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan penjenjangan;
- membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis kebijakan publik;
dan
- membina Jabatan Fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LAN memiliki kewenangan sebagai berikut:100
- mencabut izin penyelenggaraan pendidikan dan latihan Pegawai ASN yang melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan;
- memberikan rekomendasi kepada Menteri dalam bidang kebijakan dan Manajemen
ASN; dan
- mencabut akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan PegawaiASN yang tidak
memenuhi standar akreditasi.
d. BKN
BKN memiliki fungsi:101
- pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
- penyelenggaraan Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis formasi,
pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan pangkat, pensiun; dan
- penyimpanan informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan oleh Instansi
Pemerintah serta bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan Sistem
Informasi ASN.
BKN memiliki tugas sebagai berikut:102
- mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;
- membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta mengevaluasi
pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi Pemerintah;
- membina Jabatan Fungsional di bidang kepegawaian;
- mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN berbasis
kompetensi didukung oleh sistem informasi kearsipan yang komprehensif;
- menyusun norma, standar, dan prosedur teknis pelaksanaan kebijakan Manajemen
ASN;
- menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan
- mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan norma, standar, dan prosedur manajemen
kepegawaian ASN.

100
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 45
101
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 47
102
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 48

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 25


BKN dalam menjalankan tugas dan fungsinya berwenang mengawasi dan
103
mengendalikan pelaksanaan norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.

IV. PENUTUP

UU ASN membawa beberapa hal baru dan perubahan mendasar dalam aspek kepegawaian di
Indonesia antara lain mengenai semangat penerapan Sistem Merit dalam Manajemen ASN,
kategori, jenis status, hak dan kewajiban Pegawai ASN, pengaturan mengenai PPPK, jabatan
pimpinan tinggi, serta kelembagaan dengan penekanan perubahan mendasar dalam aspek
Manajemen ASN baik bagi Pegawai ASN yang berstatus PNS maupun PPPK.
Sebelumnya, UU Kepegawaian tidak mengatur secara jelas tentang kedudukan, serta hak dan
kewajiban bagi pegawai tidak tetap dalam hal mendapatkan gaji, tunjangan, cuti, perlindungan,
dan pengembangan kompetensi. Tidak jelasnya pengaturan mengenai hak pegawai tidak tetap
dalam UU Kepegawaian mengakibatkan berbagai masalah seperti masalah kesejahteraan dan
kedudukan pegawai tidak tetap. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya pegawai tidak tetap
yang memperoleh upah dibawah Upah Minimum Regional (UMR). Berbeda dengan UU
Kepegawaian, UU ASN telah memberikan pengaturan yang jelas mengenai kedudukan serta hak
dan kewajiban bagi PPPK.
Agar dapat diimplementasikan secara efektif, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden
maupun peraturan perundang-undangan atau regulasi lain sebagai peraturan pelaksana UU ASN
hendaknya dapat segera disusun dan diberlakukan mengingat banyak pengaturan dalam UU ASN
yang memerlukan ketentuan lebih lanjut baik yang diamanatkan secara tegas oleh UU ASN
maupun yang tidak secara tegas diamanatkan oleh UU ASN.

103
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 49

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 26


DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian


Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Aparatur Sipil Negara.

WEBSITE

Materi Biro Kepegawaian Setjen Kementerian Perikanan Dan Kelautan RI,


www.ropeg.kkp.go.id.
http://bisnis.liputan6.com/read/2063427/pemerintah-kebut-penyelesaian-pp-pegawai-kontrak
diakses pada Rabu 8 Oktober 2014.
http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2158-pppk-bukan-honorer-baju-baru diakses pada
Rabu 8 Oktober 2014
http://simpeg.agamkab.go.id/app/index.php?fa=site.media&f=ringkasan_uu_asn_(1)_531681
cb5e0d81393983947.pdf diakses pada Senin 13 Oktober 2014

Tulisan Hukum/UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku/Umum 27

Anda mungkin juga menyukai