PENDAHULUAN
kesehatan, yaitu salah satunya rumah sakit. Rumah sakit adalah institusi
menjadi perhatian bagi pihak manajemen rumah sakit adalah peran sumber
yang ada. Hal ini juga berarti bahwa sebagai salah satu instansi
rumah sakit.
langsung selama 24 jam dengan pasien (Karch, 2011). Dalam hal ini,
perawat merupakan ujung tombak rumah sakit yang menjadi salah satu
kondisi pekerjaan.
2
menyusun dan memperbaiki rencana perawatan yang berdasarkan kondisi
Selain itu, perawat juga memperhatikan kondisi emosional pasien dan non-
dalam suatu kurun waktu tertentu. Seorang pasien yang baru masuk untuk
bertanggung jawab sampai pasien tersebut keluar dari rumah sakit. Begitu
masing perawat yang ada dalam suatu ruangan. Dengan adanya tugas-
tugas lain yang harus dikerjakan serta jumlah pasien yang tidak menentu
3
di rumah sakit USU seperti sikap perawat yang kurang ramah,
kurang sigap dan lama dalam melayani pasien. Selain itu, terdapat
4
tim menjadi kurang efektif dalam bekerja dan hal ini juga
pelayanan.
5
kali dikemukakan oleh Dennis Organ (1988). Organ (2006)
dan efisien. Dengan kata lain OCB merupakan perilaku sukarela di luar
deskripsi pekerjaan yang tidak secara langsung atau eksplisit diakui dalam
tugas yang padat dan beresiko tinggi, sehingga perawat diharapkan tidak
6
OCB ini tercermin melalui perilaku suka menolong orang lain,
kesehatan di rumah sakit. Dalam hal ini diharapkan perawat dapat lebih
perusahaan.
perilaku OCB sangat penting karena dua alasan. Pertama, ketika individu
7
kesan positif tentang karyawan tersebut diantara rekan kerjanya. Kedua,
secara organisasi.
(Organ, Podsakoff & MacKenzie, 2006; Robbin & Judge, 2013), dan
besar (Mowday, Porter, dan Steers, 1982). Selain itu, karyawan yang
8
memiliki komitmen organisasi maka akan bekerja penuh dedikasi.
1993).
akan melakukan tugas yang tidak hanya tugas-tugas yang telah menjadi
hal ini sejalan dengan salah satu dimensi OCB yaitu conscientiousness.
Karyawan akan menganggap bahwa hal paling penting yang harus dicapai
9
memicu untuk tumbuhnya organizational citizenship behavior dalam
pasar dan juga dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. OCB ini
organisasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap OCB. Hal ini
komitmen organisasi juga harus dimiliki oleh setiap perawat yang nantinya
10
Kepuasan kerja adalah perasaan positif terhadap suatu pekerjaan yang
beberapa hal yang mungkin diluar tugasnya mungkin karena mereka ingin
Judge., 2013).
secara keseluruhan. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, tentu kepuasan kerja
11
Robbins dan Judge juga (2013) menyatakan bahwa adalah logis
mereka. Oleh karena itu karyawan yang kepuasan kerjanya tinggi tentu
Judge., 2013).
melakukan beberapa hal yang mungkin di luar tugasnya. Dan kepuasan itu
Dari uraian di atas, dan mengingat hasil observasi awal pada pasien
serta pada pegawai yang ada di rumah sakit USU, mengindikasikan bahwa
12
tugasnya, terutama untuk membantu rekan kerja dalam bentuk perilaku
peran ekstra ataupun sukarela (OCB) serta melayani pasien. Hal ini pula
perawat RS USU?
USU?
13
1.3 Tujuan Penelitian
adalah:
USU
1. Manfaat teoretis
2. Manfaat praktis
14
behavior (OCB) pada perawat. Selain itu, akan diketahui juga
15
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang memiliki kebebasan untuk memilih, yang secara tidak langsung atau secara
eksplisit diakui oleh sistem reward formal dan memberi kontribusi pada
keefektifan dan keefisienan fungsi organisasi. OCB bersifat bebas dan sukarela,
karena perilaku tersebut tidak diharuskan oleh persyaratan peran atau deskripsi
peduli terhadap properti perusahaan, serta ketetapan waktu dan kehadiran diatas
standar.
perilaku pilihan yang tidak menjadi bagian dari kewajiban kerja formal seorang
17
Schultz (2010) menyatakan bahwa OCB melibatkan usaha ekstra yang
perilaku yang bukan bagian dari uraian jabatan. OCB merupakan perilaku pilihan
yang tidak menjadi bagian dari kewajiban formal seorang karyawan, namun
mendukung berfungsinya organisasi tersebut secara aktif. OCB ini juga sering
perilaku spontan/tanpa saran atau perintah tertentu, yang bersifat menolong, serta
perilaku yang tidak mudah terlihat dan dinilai melalui evaluasi kinerja.
Organisasi menginginkan dan perlu pekerja yang mau melakukan hal-hal yang
OCB merupakan bentuk perilaku pilihan dan inisiatif individual yang jika tidak
ditampilkan pun tidak diberikan sanksi. Dalam dunia kerja yang dinamis seperti
OCB yang baik seperti mengeluarkan pendapat yang konstruktif tentang tempat
kerja mereka, membantu yang lain dalam timnya, menghindari konflik yang tidak
perlu.
18
yang dilakukan demi kepentingan pihak lain (rekan kerja, kelompok, atau
organisasi); (b) tidak diperintahkan secara formal; (c) tidak diakui dengan
kompensasi atau penghargaan formal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
kerja ataupun kontribusi karyawan di luar dari deskripsi kerja formal yang
dilakukan secara sukarela, spontan, dan tidak diakui oleh sistem reward, namun
bersedia secara sukarela membantu rekan kerja yang kurang paham dan
Dimensi ini mengarah pada rasa hormat dan menghargai satu sama lain
19
adalah mempertimbangkan dampak dari tindakan yang akan dilakukannya
iklim kerja yang positif diantara karyawan, karyawan akan lebih sopan dan
20
kelopmpok. Sportmanship ini meliputi perilaku kemauan untuk
internal.
Behavior (OCB)
1. Kepuasan kerja
21
terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan OCB. Ketika karyawan
2. Gaya kepemimpinan
22
bekerja lebih baik dan tidak hanya terpaku pada job description
4. Komitmen Organisasi
relevansi tindakan pada satu atau beberapa target (Kreitner dan Kinicki,
23
organizational citizenship behavior. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
hal-hal yang dapat digolongkan sebagai usaha- usaha ekstra (extra effort).
dengan baik akan merasa wajib membalas perlakuan baik yang diterima
2013).
6. Budaya organisasi
faktor budaya organisasi sebagai kondisi awal yang utama yang dapat
24
memicu terjadinya OCB pada karyawan. Budaya organisasi adalah
tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku sumber daya manusia
organisasi juga pernah dibuktikan oleh Oemar (2013). Rini (2013) juga
25
menemukan bukti bahwa budaya organisasi berpengaruh positif
(OCB).
untuk memberikan kontribusi yang berarti pada organisasinya. Robbins dan Judge
terhadap suatu organisasi. Disamping itu, hal ini meliputi suatu hubungan yang
aktif dengan organisasi dimana individu bersedia untuk memberikan sesuatu dari
26
Komitmen merupakan suatu bentuk identifikasi, loyalitas dan keterlibatan
komitmen terhadap organisasi, akan menunjukkan perilaku dan sikap yang positif
melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik yang akhirnya diharapkan dapat
Karambut, 2012).
adalah keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, kemauan
mendalam, serta menerima, nilai-nilai dan tujuan organisasi. Blau dan Boal
pekerjaan.
loyalitas (Steers & Porter, 1982). Aspek-aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Identifikasi
27
Identifikasi merupakan pemahaman terhadap tujuan organisasi sebagai
nilai pribadi dan nilai organisasi serta rasa bangga menjadi bagian dari
b. Keterlibatan
mereka akan mau dan senang bekerja sama baik dengan pimpinan ataupun
28
absen jika mereka sakit hingga benar-benar tidak dapat masuk kerja. Jadi,
c. Loyalitas
a. Turnover
29
turnover dapat diakibatkan oleh komitmen organisasional. Hubungan
rendah akan dengan mudah memiliki niat untuk keluar dari organisasi.
c. Kinerja karyawan
terhadap organisasi yang tinggi akan berkinerja lebih baik. Dari dua
karyawan.
d. OCB
30
Komitmen organisasional mempunyai pengaruh terhadap OCB,
apabila komitmen karyawan tinggi, wujud OCB mereka juga akan tinggi.
Korelasi yang positif ini hanya berlaku bagi komitmen afektif dan
dan semakin banyak konflik yang dialami karyawan. Dari ketiga dimensi
yang ada dalam diri seseorang, akan semakin tinggi tingkat stress yang
Robbins & Judge (2013) mengatakan bahwa kepuasan kerja, adalah suatu
perasaan positif terhadap sebuah pekerjaan yang dihasilkan dari sebuah evaluasi
31
karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi
tingkat kepuasan kerja yang rendah memiliki perasaan negatif. Robbins & Judge
(2013) juga mengatakan bahwa masalah gaji yang diterima karyawan juga sering
mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting.
Menurut Locke (Yuniar, dkk., 2011) kepuasan kerja adalah keadaan emosi
senang atau emosi positif terhadap suatu pekerjaan. Perasaan senang muncul
akibat penilaian pekerjaan atau pengalaman individu. Tenaga kerja yang puas
Kepuasan kerja (Rivai & Sagala, 2009) pada dasarnya sesuatu yang
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin tinggi penilaian
terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi
evaluasi yang menggambarkan perasaan atas sikap senang atau tidak senang, puas
kepuasan kerja adalah suatu perasaan atau hal positif atau menyenangkan yang
32
Luthans (2006) mengidentifikasi ada lima dimensi yang terdapat dalam kepuasan
kerja, yaitu :
Kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, dimana hal itu terjadi bila
kepuasan kerjanya.
2) Pay (Gaji)
Gaji adalah salah satu hal yang penting bagi setiap karyawan yang bekerja
kebutuhan untuk tingkatan yang lebih tinggi. Gaji merupakan salah satu
dengan gaji yang diberikan karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih
33
produktivitas dalam perusahaan. Perusahaan dimasa sekarang ini banyak
3) Promotion
jabatan kejabatan yang lain, yang mempunyai status dan tanggung jawab
yang lebih tinggi. Hal ini memiliki nilai karena merupakan bukti
prestasi yang baik, dan juga ada beberapa pertimbangan lainnya yang
dan kompensasi yang akan diterima secara otomatis juga akan meningkat,
hal ini akan dapat menimbulkan kepuasan kerja yang lebih dari yang
sebelumnya.
4) Supervison
tengah, yaitu di antara para atasan pembuat kebijakan dan di antara para
34
staf pelaksana rutinitas di lapangan. Tugas utama supervisor adalah
dikerjakan secara efektif dan produktif. Selain dari itu supervisor juga
social maupun secara teknis pekerjaan. Oleh karena itu, seorang supervisor
keterampilan terhadap fungsi dan peran kerja agar mampu bekerja secara
5) Coworkers
karyawan lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
Teman sekerja yang setiap hari biasanya berinteraksi dengan kita, berbagi
Hubungan dengan rekan kerja harus berjalan dengan baik agar tercipta
35
Menurut Robbins dan Judge (2013), menjelaskan bahwa ada
yang berbeda dari satu sama lain bersama dengan dua dimensi yaitu
serikat kerja.
36
keterlambatan yang terus – menerus, berkurangnya usaha, dan
terlibat dalam OCB. Perlu dicatat bahwa social exchange dan emosional
dan emosi positif keduanya sebagai hasil dari perlakuan yang baik dari
37
penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh variabel komitmen
H1
Komitmen
organisasional
(X1)
H3 Organizational
citizenship
behavior (Y)
Kepuasan kerja
(X2) H2
Dari bagan diatas menggambarkan variabel bebas yang terdiri dari komitmen
terikat yaitu organizational citizenship behavior (Y) baik secara parsial maupun
memengaruhi OCB;
Dalam sebuah perusahaan, karyawan adalah aset utama yang menjadi pelaku
aktif dari setiap kegiatan yang ada pada perusahaan tersebut. Karyawan tentu
memiliki perasaan, pikiran, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia dan
38
jenis kelamin yang berbeda-beda yang dibawa kedalam organisasi. Oleh karena
kewajibannya dengan baik sesuai dengan peran dan jabatannya dalam organisasi.
kualitas jasa dan produk yang dihasilkannya. Komitmen menjadi salah satu faktor
merasa yakin pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi dimana tempat
organisasi, melibatkan diri secara aktif dalam organisasi dan merasa sebagai
bagian dari organisasi. Pegawai yang memiliki komitmen tinggi pada sebuah
organisasi akan memiliki sikap yang positif serta memiliki keinginan kuat untuk
juga akan melakukan usaha yang lebih besar dalam pekerjaannya. Adanya
39
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge (2015)
diandalkan, mereka berencana untuk tinggal lebih lama di dalam organisasi, dan
mencurahkan lebih banyak upaya ataupun usaha dalam bekerja. Hal tersebut akan
seorang karyawan akan memihak pada organisasi atau tempat mereka bekerja,
Berkaitan dengan loyalitas tersebut, maka seorang pekerja akan rela untuk
maka karyawan tersebut rela melakukan hal yang berguna untuk kemajuan
40
perusahaannya tersebut, ia juga akan bekerja penuh dedikasi. Adanya hal tersebut,
maka membuat karyawan memiliki pandangan yang positif dan akan melakukan
tersebut akan melakukan tugas yang tidak hanya tugas-tugas yang telah menjadi
kewajibannya, tetapi juga melakukan pekerjaan yang lainnya, dimana jika ada
karyawan yang tidak mampu mengerjakan suatu pekerjaan, maka karyawan yang
Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan organisasi di era globalisasi
saat ini adalah sejauh mana orang-orang atau warga organisasi secara sinergis
untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan organisasi yang efektif,
hal yang menjadi tugasnya. Namun, dibutuhkan perilaku positif yang tampak
dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja serta
berkontribusi lebih dari apa yang dituntut secara formal oleh organisasi. Perilaku
Terdapat banyak hal yang dapat memengaruhi muncul atau tidaknya perilaku
41
OCB yang ditampilkan oleh seseorang, salah satunya yaitu faktor kepuasan kerja.
Ostroff (Rini, 2013) menyatakan bahwa karyawan yang merasa puas akan
organisasi dibandingkan dengan pekerja yang merasa tidak puas. Karyawan yang
berupa kelekatan dengan organisasi dan berperilaku sebagai anggota yang baik.
Kepuasan kerja ini tampak dari berbagai hal yang dapat menjadi pendorong
dalam hal gaji yang ia terima, maka ia merasa bahwa pekerjaannya dihargai
sikap atasannya, hal ini mendorong karyawan untuk bersikap toleransi pada
oleh atasan dan mendorong sikap menghargai serta peduli akan keberlangsungan
perusahaan. Selain itu, rekan kerja yang menyenangkan juga dapat mencipatkan
hubungan yang baik bagi sesama karyawan sehingga dapat meminimalisir konflik
42
antar karyawan (courtesy). Rekan kerja yang mendukung satu sama lain juga akan
behavior karyawan (Murphy, dkk , 2002; Mohammad, dkk, 2011). Hal ini berarti
bahwa ketika seseorang merasakan kepuasan akan pekerjaan mereka, maka akan
dan melewati harapan normal dalam pekerjaan mereka. Selain itu, karyawan yang
puas mungkin lebih mudah berbuat lebih dalam pekerjaan karena mereka ingin
Robbins & Judge (2015) juga menyatakan kepuasan kerja merupakan penentu
utama OCB karyawan. Karyawan yang puas mungkin lebih patuh pada panggilan
organisasi yang baik dapat melakukan hal-hal tambahan yang sifatnya membantu
anggota tim yang bertugas menggantikan ketika rekan kerja sakit. Berdasarkan
uraian tersebut, menunjukkan bahwa secara garis besar kepuasan kerja memiliki
43
c) Komitmen organisasi dan kepuasan kerja terhadap organizational
rasa puas yang tinggi terhadap pekerjaannya. Selain kepuasan kerja yang
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Westover, dkk (2010)
44
produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal.
Bahkan, karyawan yang puas akan memiliki kesediaan untuk melakukan hal
Kepuasan dan komitmen organisasi yang tinggi ini akan berakibat pada
berbagai sikap dan perilaku positif, dimana sikap dan perilaku positif
deskripsi kerja yang ada dan patuh terhadap peraturan organisasi melebihi
organisasi yang tinggi. Tingginya tingkat kepuasan kerja dan disertai dengan
45
bahwa organisasi merupakan tempat yang baik bagi dirinya dan
merupakan tempat yang ideal untuk mereka bekerja. Hal-hal yang terbaik
bagi mereka, bisa mereka dapatkan dan akan mereka berikan terhadap
(OCB). Hal ini juga didukung oleh hasil temuan Prasetio, dkk (2015), bahwa
Selain itu, hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
46
mempunyai pengaruh yang lebih kuat terhadap organizational citizenship
supervise dan juga rekan kerja. Karyawan yang mendapat dukungan dari
atasan seperti atasan yang melakukan evaluasi akan masalah yang dihadapi
kerja memiliki peran faktor penentu munculnya OCB. Dengan kata lain,
47
memiliki pengaruh positif terhadap OCB yang ditampilkan oleh seseorang.
48
(OCB). Artinya komitmen organisasi dan kepuasan kerja berperan
49
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Azwar (2012) variabel adalah suatu konsep mengenai atribut atau
sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif
(X2)
didefinisikan agar dapat diukur, yang dilakukan peneliti dengan meneliti dimensi,
aspek atau sifat yang ditunjukkan oleh suatu konsep. Hal tersebut diterjemahkan
ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan indeks
sifatnya sukarela ataupun lebih daripada tuntutan tugas formal serta tidak
50
efektifitas kinerja dalam rumah sakit USU yang ditunjukkan melalui 5 dimensi
dikemukakan oleh Organ (2006) yang terdiri dari 5 (lima) dimensi yaitu
seorang perawat.
dalam rumah sakit USU, perawat bersedia untuk berusaha sebaik mungkin untuk
51
Komitmen organisasi diukur dengan menggunakan skala komitmen
Skor komitmen diperoleh dari total skor skala komitmen organissasi. Semakin
tinggi skor total yang diperoleh, maka semakin tinggi juga tingkat komitmen
organisasi perawat. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang diperoleh, maka
positif ketika bekerja, maka dapat dikatakan perawat tersebut merasa puas dengan
sikap yang negatif maka perawat tersebut merasa tidak puas akan pekerjaan yang
dilakukannya.
dikemukakan oleh Luthans (2006) yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan
kerja yang diperoleh pada perawat menunjukkan semakin tinggi kepuasan kerja
yang dimiliki oleh perawat. Sebaliknya, semakin rendah skor skala kepuasan kerja
52
yang diperoleh perawat menunjukkan semakin rendah kepuasan kerja perawat.
3.3 Populasi
196 perawat.
metode atau cara-cara yang efisien dan akurat (Azwar, 2012). Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode skala.
Metode skala adalah suatu metode pengumpulan data yang terdiri dari sejumlah
peryataan yang disusun untuk mengungkap atribut atau konsep psikologis yang
Skala yang akan diberikan di dalam penelitian ini adalah model skala
Likert dengan menyediakan respon yang bergerak dari respon negatif sampai
dengan respon positif dan dirancangan untuk melihat seberapa kuat individu
setuju atau tidak setuju dengan suatu pernyataan. Skala Likert ini merupakan
53
mengetahui variabel yang akan diukur dari sampel penelitian (Sekaran, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu skala self report
komitmen organisasi dan kepuasan kerja. Alat ukur disusun berdasarkan dimensi-
disusun berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Organ (2006) yang terdiri dari
Aitem
Dimensi Indikator Unfavorab Jumlah
Favorable
le
Perilaku karyawan
menolong rekan kerjanya
Altruism yang mengalami kesulitan 1,11,21 6,16,26 6
tanpa memikirkan
keuntungan pribadi
Keterlibatan karyawan
dalam suatu aktivitas
Civic
organisasi dan peduli 5,15,25 10,20,30 6
virtue
terhadap kelangsungan
hidup organisasi
Conscie Perilaku karyawan yang 7,17.27 2,12,22 6
54
ntiousne menunjukkan kesungguhan
ss dalam bekerja, melebihi
deskripsi kerjanya yang
dapat meningkatkan kinerja
organisasi
Perilaku yang bertujuan
untuk menjaga hubungan
Courtesy baik dengan sesame 9,19,29 4,14,24 6
pegawai sehingga terhindar
dari masalah interpersonal
Toleransi terhadap keadan
yang kurang ideal dalam
Sportma
organisasi tanpa 3,13,23 8,18,28 6
nship
mengajukan keberatn-
keberatan
Total 15 15 30
dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yakni Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian skala untuk aitem favorable adalah nilai 5 untuk pilihan jawaban Sangat
Setuju, nilai 4 untuk nilai untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral,
nilai 2 untuk Tidak Setuju dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
Sangat Setuju, nilai 2 untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 4
untuk Tidak Setuju serta nilai 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
55
Tabel 3.5.2 Blueprint skala komitmen organisasi
Aitem
Dimensi Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable
Pemahaman karyawan
terhadap tujuan
organisasi yang dapat
dilihat melalui
Identifika kepercayaan karyawan
3,15,18 6,9,12 6
si terhadap organisasi,
kesamaan nilai pribadi
dan organisasi serta
rasa bangga menjadi
bagian dari organisasi
Kesediaan karywan
untuk terlibat dan
Keterlibat
berusaha sungguh- 5,11,17 2,8,14 6
an
sungguh dalam
organisasi
Keinginan yang kuat
untuk bertahan dalam
Loyalitas 1,7,13 4,10,16 6
organisasi dan menjadi
bagian dari organisasi
Total 9 9 18
dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yakni Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian skala untuk aitem favorable adalah nilai 5 untuk pilihan jawaban Sangat
Setuju, nilai 4 untuk nilai untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral,
nilai 2 untuk Tidak Setuju dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
Sangat Setuju, nilai 2 untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 4
untuk Tidak Setuju serta nilai 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
56
3.5.3 Skala kepuasan kerja
dikemukakan oleh Luthans (2006) yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan
Aitem
Dimensi Indikator Jumlah
Favorable Unfavorable
Evaluasi karyawan
terhadap tugas
ataupun
Pekerjaan
pekerjaannya baik 9,19,29 4,14,24 6
itu sendiri
dalam hal tingkat
kesulitan maupun
yang lainnya
Unsur yang penting
yang dapat
Gaji 5,15,25 10,20,30 6
memengaruhi
kinerja karyawan
Kesempatan
karyawan untuk
Promosi 3,1323 8,18,28 6
memperbaiki
jabatannya
Peran dalam sebuah
organisasi yang
punya kekuasan
untuk
memerintahkan
bawahannya serta
memiliki
Supervise 7,17,27 2,12,22 6
ketrampilan dalam
memberikan
dukungan secara
sosial ataupun
teknis pekerjaan
terhadap
bawahannya
Evaluasi karyawan
Rekan
terhadap karyawan 1,11,21 6,16,26 6
kerja
lainnya, baik yang
57
sama maupun yang
berbeda jenis
pekerjaannya
Total 15 15 30
dengan skala Likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban yakni Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Penilaian skala untuk aitem favorable adalah nilai 5 untuk pilihan jawaban Sangat
Setuju, nilai 4 untuk nilai untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral,
nilai 2 untuk Tidak Setuju dan nilai 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
Sangat Setuju, nilai 2 untuk jawaban Setuju, nilai 3 untuk jawaban Netral, nilai 4
untuk Tidak Setuju serta nilai 5 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
efektif. Validitas tes atau validitas alat ukur adalah sejauh mana tes itu mengukur
suatu tes atau derajat kecermatan suatu tes (Azwar, 2012). Azwar (2012)
mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya
pengukuran tersebut.
58
Validitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah validitas isi
instrumen (aitem-aitem dari suatu alat ukur) sudah tepat atau tidak dalam
dengan pertimbangan dan penilaian dari beberapa penilai yang kompeten atau
expert judgement, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Expert judgement
16 for windows.
Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu
membedakan antara individu yang memiliki atribut dan yang tidak memiliki
menggunakan batasan rit ≥ 0.30 ataupun rit ≥ 0.25. Semua aitem yang mencapai
antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria yang relevan yaitu
distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi
59
aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formulas koefisien
konsistensi atau kepercayaan dari hasil ukur yang mengandung makna kecermatan
terhadap pengukuran. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas
koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 - 1.00, jika
koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas dan jika
2012).
atau Cronbach’s Alpha. Pendekatan ini dipandang memiliki nilai praktis dan
60
1. Tahap persiapan penelitian
terkumpul, peneliti membuat alat ukur yang relevan untuk pengumpulan data
yang didasari oleh tiga variabel. Alat ukur yang akan digunakan berupa skala
aspek ataupun dimensi yang telah dikemukakan pada Bab II. Skala yang telah
61
Setelah pengumpulan data skala organization citizenship behavior,
variabel dan jenis responden, menstabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
for windows.
62
dan heteroskedastisitas. Adapun uji asumsi dari analisa regresi sederhana dan
a. Uji Normalitas
atau 0.05. Jika sig > 0,05 berarti data sampel yang diambil terdistribusi normal.
Jika sig < 0,05 berarti data sampel yang diambil tidak terdistribusi normal.
b. Uji linieritas
kuantitas satu variabel akan diikuti secara linier oleh peningkatan atau penurunan
c. Uji autokorelasi
yang merupakan korelasi yang terjadi antara variabel bebas itu sendiri.Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari auotkorelasi. Untuk mendeteksi
d. Uji multikolinieritas
63
Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan
adalah dengan menggunakan atau melihat tool uji yang disebut Variance
Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF < 10, menunjukkan bahwa model regresi
e. Uji heteroskedasitas
Tujuan uji asumsi ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Kondisi ini
64