Di Susun Oleh :
1501070389
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah pencipta langit dan bumi yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
terutama rahmat iman dan kekuatan sehingga "makalah Pemeriksaan Diagnostik Pada Sistem
Respirasi Dan Pengkajian Keperawatan Pada Sistem Pernafasan" ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan melaksanakan tugas mata kuliah
Agama program studi S1 Keperawatan. Bersyukur untuk semua pihak yang dengan caranya
masing-masing telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa dukungan dan
bantuan dari semua pihak. Untuk itu perkenankan dalam menyampaikan terima kasih yang tulus
untuk teman-teman dan semua pihak yang telah membantu. Sangat disadari makalah ini baik isi
maupun teknik penulisannya masih banyak kekurangan, oleh sebab itu sangat diharapkan saran
dan perbaikan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ ............ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... ............ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................ ……… 2
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................... ……… 20
4.2 Saran ............................................................................................. ……… 20
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Definisi Dengan Pemeriksaan Sputum.
1.3.2 Untuk Mengetahui Definisi Pemeriksan Analisa Gas Darah.
1.3.3 Untuk Mengetahui Definisi Pemeriksaan Radiologi.
1.3.4 Untuk Mengetahui Definisi Monitoring Spo2 Dan Sao2.
1.3.5 Untuk Mengetahui Definisi Monitoring Etco2.
1.3.6 Untuk Mengetahui Definisi Pengkajian Keperawatan Pada Sistem Pernapasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Pembuatan preparat
a) Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama dengan
wadah sputum
b) Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan kemudian
didinginkan
c) Ambil sputum dengan menggunakan ose
d) Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cm
e) Keringkan hapusan sputum dengan suhu kamar
f) Setelah setengah kering lewatkan preparat berisi hapusan sputum
tersebut diatas nyala api spritus sebanyak 3x selama 3-5 detik untuk
difiksasi
g) Setelah itu hapusan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen.
1. Tes Allen’s
Tes allen’s merupakan pengkajian cepat sirkulasi arteri radialis, sehingga
tes ini penting sebelum melakukan fungsi arteri radialis. Cara melakukan tes ini
yaitu : Sumbat keduan arteri radialis dan ulnaris klien, minta klien untuk
mengepalkan tangannya saat kedua arteri tersebut masih tersumbat sehingga
tangan klien akan pucat. Lepaskan sumbatan dari salah satu arteri, harusnya
tangan klien akan berwarna pink hal ini terjadi karena adanya sirkulasi kolateral.
Jika sirkulasi kolateral adekuat maka pengambilan darah dari arteri radialis ini
dapat dilakukan. Spuit yang telah berisikan sampel darah ditutup untuk mencegah
terjadinya kontak dengan udara dan letakkan ke dalam wadah termos berisi es
sampai waktu dianalisa.
3. Pengukuran PH
Nilai normal Ph adalah 7,35-7,45. Jika akumulasi ion hydrogen menumpuk
maka ph turun yang disebut asidemia. Asidemia mengacu pada kondisi darah
yang terlalu asam. Asidemia dengan dua sebab yaitu asidosis metabolic atau
asidosis respiratorik. Jika ph meningkat disebut alkalemia. Alkalemia mengacu
pada kondisi dimana darah terlalu basa, dengan dua sebab yaitu alkalosis
metabolic atau erupalkalosis respiratorik.
Proses perubahan ph terdapat dua macam yaitu proses perubahan yang
bersifat metabolik, adanya perubahan konsentrasi bikabonat yang disebabkan
adanya gangguan metabolisme. Dan yang bersifat respiratorik, adanya perubahan
tekanan parsial karbon dioksida yang disebabkan gangguan respirasi.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh dikendalikan oleh 3 mekanisme :
1) Ginjal, ginjal berperan untuk mengeleminasi kelebihan asam dalam bentuk
ammonia.
2) Buffer , dalam tubuh terdapat penyangga ph dalam darah. Bikarbonat
(komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan karbon dioksida. Jika
lebih banyak asam yangmasuk dalam darah maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dalam dan lebih sedikit karbon dioksida.
3) Pembuangan CO2 , jika jumlah karbon dioksida yang dibuang bertambah,
kadar karbon dioksida akan menurun dan selanjutnya ph menjadi basa dan
proses sebaliknya terjadi apabila jumlah karbon dioksida yang dibuang
berkurang.
5. Pengukuran Bikarbonat
Bikarbonat (HCO3), ditemukan pada serum yang membantu tubuh
mengatur ph. Konsentrasi dari bikarbonat diatur oleh ginjal dan disebut sebagai
proses regulasi metabolic. Tingkat bikarbonat yang normal adalah 22-26 mEq/L.
Jika bikarbonat lebih dari 26 disebut alkalosis metabolic, jika bikarbonat
dibawah 22 disebut asidosis metabolik.
1) Trakhea, harus terlihat (luscen berarti berisi udara) dan harus ditengah.
Lihatlah apakah ada pendorongan trakhea. Bifurcatio trakhea (carina)
normal <90®, bila >90 berarti atrium terangkat.
2) Bandingkan ICS kiri dan kanan : harus sejajar, apakah ada penyempitan.
Adanya desakan atau tarikan, dapat dicurigai adanya suatu proses patologis.
3) Jantung : perhatikan besar, bentuk dan posisi jantung. Ada tidaknya
pembesaran jantung dapat ditentukan dengan rumus :
A+B
CTR ( Cardio-Thoracic Ratio) = x 100%
C
Aorta : apakah melebar atau tidak, apakah ada kalsivikasi ( gambaran opak ),
ukuran normal aorta 4 cm, jarak antara puncak arcus aorta dengan ujung
media klavikula lebih kecil 1 cm, atas kanan jantung di tempati oleh aorta,
kalsivikasi aorta : bayangan radioopak ( putih ) sejajar permukaan.
1. Sensor SpO2
Dalam sensor SpO2 cahaya infra merah melewati jaringan, kebanyakan
sensor bekerja pada ekstremitas seperti jari, kaki, atau telinga. Sensor mengukur
jumlah cahaya merah dan inframerah yang diterima oleh detektor akan
menghitung jumlah yang diserap. Sebagian besar diserap oleh oleh jaringan,
tulang dan darah vena. Jumlah cahaya yang diterima oleh detektor menunjukkan
jumlah oksigen yang diikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen hemoglobin
(oxyhemoglobin atau HbO2) menyerap lebih sinar inframerah daripada
inframerah. Dengan membandingkan jumlah cahaya merah dan inframerah yang
diterima, instrumen dapat menghitung ukuran SpO2.
Ukuran tempat aplikasi menentukan ukuran sensor apa yang tepat untuk
digunakan. Jika sebuah sensor terlalu besar atau terlalu kecil, cahaya pemancar
dioda dan detektor cahaya mungkin tidak segaris. Hal ini bisa menyebabkan
pengukuran yang salah atau sebuah peringatan. Jika sebuah sensor jari terlalu
besar, itu dapat menyelinap sehingga sebagian sumber cahaya menutupi jari.
Kondisi ini disebut optik bypass, menyebabkan pembacaan yang salah.
Jika jari disisipkan terlalu jauh ke sensor dapat ditekan oleh sensor, yang
menyebabkan gerakan pulsasi vena. Pulse oximeter mengenali darah arteri hanya
dengan gerak berdenyut, sehingga dalam kasus ini juga mengukur darah vena.
Hal ini menyebabkan minimnya pengukuran yang salah. Karena gerakan antara
sensor dan tempat aplikasi dapat menyebabkan gerakan artefak, perekat sensor
mungkin lebih baik daripada non-perekat sensor. Neonatus cenderung memiliki
gerakan artifactin pada jari-jari mereka, jadi Pilihlah sensor jari kaki atau kaki.
Jangan mempergunakan sensor terlalu ketat dalam upaya untuk mengurangi
gerakan artefak. Tidak hanya tidak mengurangi gerakan artefak, itu dapat
menyebabkan denyutan vena dan nekrosis.
3.2 Saran
Sebagai seorang tenaga kesehatan pemeriksaan laboratorium sangat
penting dilakukan. Pemeriksaan laboratorium juga sebgai ilmu terapan untuk
menganalisa cairan tubuh dan jaringan untuk membantu petugas kesehatan dalam
mendiagnois dan mengobati pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2011. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Asih, Niluh Gedhe Yasmin. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta:EGC.
Tablot, laura A. 2014. Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC