Anda di halaman 1dari 12

Histologi

Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis (Y:un. hypo, di bawah, + physis, pertumbuhan) memiliki berat
sekitar 0,5 g pada orang dewasa, dan memiliki dimensi sekitar 10 x 13 x 6 mm.
Hipofisis terletak di bawah otak dalam rongga os sphenoidale-yakni sella turcica.1
Struktur dan fungsi hipofisis mencerminkan asal embriologiknya yang ganda. Selama
perkembangannya epitel atap faring (rongga mulut) membentuk kantung luar yang
disebut kantung hipofisis (nathke). Seiring dengan perkembangary kantung hipofisis
selanjutnya melepaskan diri dari rongga mulut dan menjadi bagian selular atau
glandular hipofisis, sekarang disebut adenohipofisis (hipofisis anterior). Pada saat yang
bersamaary pertumbuhan ke bawah dari otak yang sedang berkembang (diensefalon)
membentuk bagian neural hipofisis, yaitu neurohipofisis (hipofisis posterior). Kedua
struktur yang berkembang secara terpisah kemudian menyatu membentuk kelenjar
tunggal, hipofisis. Hipofisis tetap melekat pada perluasan ventral otak, yaitu
hipotalamus. Suatu tangkai (truncus) yang pendelg yaitu infundibulum, jalur persarafan
yang melekatkan hipofisis pada hipotalamus. Neuron di hipotalamus mengontrol
pelepasan hormon dari adenohipofisis, dan juga menyekresi hormon yang disimpan
dan dilepaskan dari neurohipofisis. Setelah perkembangan, hipofisis berada di dalam
cekungan bertulang di tulang sfenoid tengkorak, yaitu sella turcica, terletak di bawah
hipotalamus.1,2
Gartner LP. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tanggerang: Binarupa Aksara; 2012.

Pars anterior
Karena adenohipofisis tidak berkembang dari jaringan saraf, hubungannya dengan
hipotalamus otak melalui anyaman pembuluh darah yang kaya. Arteri hipofisialis
superior (arteria hypophysialis superior) dari arteri karotis interna mendarahi pars
tuberalis, eminentia mediana, dan infundibulum. Arteri ini membentuk pleksus kapiler
primer (rete capillare primarium) berfenestra di eminentia mediana di basis
hipotalamus. Neuron sekretorik yang terletak di hipotalamus menyintesis hormon yang
memiliki pengaruh langsung terhadap fungsi sel di adenohipofisis. Akson dari neuron
ini berakhir di kapiler pada pleksus kapiler primer, tempat akson melepaskan hormon.
Terdiri dari sel-sel parenkim, sel-sel parenkim diklasifikasikan menjadi dua kategori
yaitu salah satunya menunjukkan granula terpulas baik disebut kromofil dan jenis
lainnya adalah sel-sel yang tidak mempunyai afinitas kuat terhadap zat warna disebut
kromofob. Kromofil ada dua jenis yaitu asidofil dan basofil. Meskipun diperdebatkan
klasifikasi seperti ini terutama fungsinya, diduga ada paling sedikit enam atau tujuh
hormon dibuat oleh pars anterior oleh sel-sel yang berbeda. Hormon-hormon ini adalah
somatotropin, tirotropin (TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), interstitial cell-
stimulating hormone (luteinizing hormone/LH), prolactin, adrenocorticotropin
(ACTH) dan melanocyte-stimulating hormone (MSH). Diduga ada duaienis sel asidofil
yang menghasilkan somatotropin dan prolaktin, sementara berbagai kelompok basofil
menghasilkan lima hormon lainnya. Kromofob, mungkin tidak menghasilkan hormon.
Diduga asidofil dan basofil yang telah melepaskan granulanya. Sel-sel adenohipofisis
pada mulanya digolongkan menjadi kromofob (endocrinocytus chromophobus) dan
kromofil (endocrinocytus chromophilus) berdasarkan afinitas granula sitoplasmanya
terhadap pewarnaan khusus. IGomofob yang terpulas-pucat diduga merupakan
kromofil yang berdegranulasi dengan sedikit granula atau sel induk yang belum
berdiferensiasi. Kromofil dibagi lagi menyadi asidofil (endocrinocltus acidophilus) dan
basofil (endocrinocytus basophilus) karena sifat pewarnaannya. Teknik
imunositokimia sekarang mengidentifikasi sel-sel ini berdasarkan hormon spesifiknya.
Di adenohipofisis, terdapat dua jenis asidofil, soinatotrof (endocrinocytus
somatotropicus) dan mammotrof (endocrinocytus prolactinicus), dan tiga jenis basofil,
yaitu gonadotrof (endocrinocfus gonadotropicus), tirotrof (endocrinocytus
thyrotropicus), dan kortikotrof (endocrinocytus corticotropicus). Hormon-hormon
yang dilepaskan dari sel-sel ini dibawa dalam aliran darah ke organ sasaran, tempat
hormon-hormon berikatan dengan reseptor spesifik yang mempengaruhi struktur dan
fungsi sel sasaran. jika sel sasaran inaktivasi, mekanisme umpan-baiik (positif atau
negatif) akan mengatur pembentukan dan pelepasan hormon ini selanjutnya dengan
bekerja secara langsung pada sel di adenohipofisis atau neuron di hipotalamus.1,2,3

Pars Posterior
Sebaliknya, neurohipofisis memiliki hubungan saraf secara langsung dengan otak.
Akibatnya, tidak terdapat neuron atau sel penghasil-hormon di neurohipofisis, dan
bagian ini tetap berhubungan dengan otak melalui banyak akson tidak bermielin dan
sel penunjang, yaitu pituisit. Neuron (badan sel) akson ini terietak di nucleus
supraopticus dan nucleus paraventricularis hipotaiamus. Akson-akson tidak bermielin
yang menjulur dari hipotalamus ke dalam neurohipofisis membentuk traktus
hipotalamohipofisialis (tractus hyryothalamohnrophysialis) dan bagian terbesar
neurohipofisis. Neuron di hipotalamus mula-mula menyintesis hormon yang
dilepaskan dari neurohipofisis. Hormon ini berikatan dengan glikoprotein pembawa
neurofisin dan kemudian diangkut dari hipotalamus melalui akson ke neurohipofisis.
Di sini, hormon menumpuk dan disimpan di ujung terminal yang melebar (dilatatio
terminalis axonis) pada akson tidak bermielin berupa corpusculum neurosecretoriam
(Herringboily). Jika diperlukan, hormon dari neurohipofisis secara langsung
dilepaskan ke dalam kapiler berfenestra pars nervosa oleh impuls saraf dari
hipotalamus. Neurohipofisis terdiri atas pars nervosa dan tangkai infundibulum
Neurohipofisis terdiri atas jaringan saraf, yang mengandung sekitar 100.000 akson
yang tidak bermielin dari neuron-neuron sekretoris di nucleus supraopticus dan nucleus
paraventricularis hypothalami Sel-sel glia yang sangat bercabang juga dijumpai yang
disebut pituisit yang menyerupai astrosit dan1,2,3
Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011.

Atlas histologi diFiore : dengan korelasi fungsional / Victor p. Eroschenko ; alih bahasa, Brahm u.
Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek Dharmawan. NellaYesdelita. - Ed. 11. Jakarta : EGC,
2010.
Hipofisis: Pars Disialis (Pandangan Seksianal)
Gambar ini menunjukkan dua populasi utama sel di pars distalis adenohipofisis. Sel-
sel tersusun berkelompok. Di antara kelompok-kelompok sel terlihat banyak kapiler
(5), pembuluh darah (S), dan serat iaringan ikat (6) tipis yang memisahkan kelompok
sel.Jenis sel di pars distalis dapat diidentifikasi dengan fiksasi khusus dan afinitas
pewarnaan di granula sitoplasma. Kromofob (4) biasanya memperlihatkan nukleus
yang pucat dan sitoplasma yang pucat dengan batas sel yang kurang jelas. Agregasi
kromofob yang berkelompok terlihat di gambar ini. Asidofil (2) lebih banyak dan dapat
dibedakan dari granulanya yang berwarna merah di sitoplasma dan nukleus biru.
Basofil (f ) lebih sedikit dan tampak sebagai sel yang mengandung granula berwarna
biru di sitoplasmanya. Derajat granulasi dan densitas pewarnaan berbeda beda di
berbagai sel.

Atlas histologi diFiore : dengan korelasi fungsional / Victor p. Eroschenko ; alih bahasa, Brahm u.
Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek Dharmawan. NellaYesdelita. - Ed. 11. Jakarta : EGC,
2010.
Atlas histologi diFiore : dengan korelasi fungsional / Victor p. Eroschenko ; alih bahasa, Brahm u.
Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek Dharmawan. NellaYesdelita. - Ed. 11. Jakarta : EGC,
2010.

Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC; 2011.
Thyroid
Kelenjar tiroid, yangberada di iegio servikal di sebelah anterior laring, terdiri atas dua
lobus yang disatukan oleh isthmus. Pada masa embrionik awaf tiroid berkembang dari
endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Fungsinya adalah membuat hormon
tiroid: tiroksin (tetraiodolironin atau T*) dan triiodotironin (Tr) yang penting untuk
pertumbuhary diferensiasi sel, dan untuk Pengaturan laju metabolisme basal dan
konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh. Hormon tiroid memengaruhi metabolisme
protein, lipid, dan karbohidrat. Parenkim tiroid yang terdiri atas jutaan struktur epitel
bulat yang disebut folikel tiroid. Setiap folikel terdiri atas selapis epitel dengan lumen
sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid Tiroid adalah
satu-satunya kelenjar endokrin dengan sejumlah besar simpanan produk sekretoris.
Selain iLu, akumulasi tersebut berada di luar sel, yaitu di koloid folikel, yang juga tidak
biasa. Pada manusia terdapat sejumlah hormon di folikel untuk menyuplai tubuh
hingga selama tiga bulan tanpa sintesis tambahan. Koloid tiroid mengandung
gtikoprotein besar, yakni tiroglobulin (660 kDa), prekursor untuk hormon tiroid aktif.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa dan dari capsula ini, septa terjulur ke
dalam parenkim, dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfe. Folikel terkemas rapat, yang terpisah satu sama lain hanya
oleh sebaran jaringan ikat retikular. Stroma ini sangat tervaskularisasi dengan jalinan
kapiler ekstensif yang mengelilingi folikel, yang mempermudah transfer molekul
antara sel folikel dan darah. Sel folikel memiliki bentuk yang bervariasi dari skuamosa
hingga kolumnar rendah dan folikel memiliki diameter yang cukup bervariasi (Gambar
20-19). Ukuran dan gambaran selular folikel tiroid bervariasi sesuai aktivitas
fungsionalnya. Kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel
kolumnar rendah; kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap
hipoaktif. Sel epitel folikel memiliki kompleks taut yang khas di apeks dan berada di
lamina basal. Sel memperlihatkan organel yang mengindikasikan sintesis protein aktif
dan fagositosis dan pencernaan. Inti biasanya bulat dan berada di tengah sel. Di basal,
sel banyak mengandung RE kasar dan di apeks yang berhadapan dengan lumen folikel
adalah kompleks Golgi, granula sekretoris yang terisi dengan materi koloid, fagosom
yang besar dan sejumlah besar lisosom. Membran se1 kutub apikal memiliki mikrovili
dalam jumlah sedang. Mitokondria dan sisterna RE kasar tersebar di seluruh
sitoplasma. Jenis sel endokrin lairy yaitu sel parafolikel atau sel C, juga terdapat dalam
lamina basal epitel folikel atau sebagai kelompok tersendiri di antara folikel-folikel.
Sel parafolikel berasal dari krista neuralis yang bermigrasi ke dalam area usus
embrionik, biasanya agak lebih besar daripada sel folikel dan terpulas lebih lemah. Se1
ini memiliki RE kasar dalam jumlah yang lebih sedikit, kompleks Golgi besar, dan
sejumlah besar granula kecil (berdiameter 100-180 nm) yang mengandung hormon
polipeptida (Gambar 20-20). Sel-sel ini menyintesis dan menyekresi kalsitonin, yarrg
salah satu fungsinya menekan resorpsi fulang oleh osteoklas. Sekresi kalsitonin dipicu
oleh peningkatan kadar Ca2.1,2,3
Kapsula kelenjar tiroid mempercabangkan septa jaringan ikat ke dalam substansi
kelenjar, membaginya menjadi lobulus yang tidak sempurna. Gambar fotomikroskopik
ini memperlihatkan sebagian lobules ada banyak folikel (F) dengan ukuran bervariasi.
Setiap folikel dikelilingi olehjaringan ikat (CT) yang tipis, yang menyokong folikel dan
membawa pembuluh darah (BV) makin dekat. Folikel terdiri atas sel-sel folikel (FC),
dengan epitel kuboid rendah menandakan bahwa sel-sel tidak menghasilkan
sekresi. Selama siklus sekretoris aktif, sel-sel ini menjadi lebih tinggi. Selain sel-sel
folikel, ditemukanjenis sel lainnya dalam kelenjar tiroid. Sel-sel ini tidak berbatasan
dengan koloid, tetapi terletak di bagian tepi folikel dan disebut sel-sel parafolikular
(PF) atau sel C. Sel ini besar dan mempunyai inti bulat di tengah dan sitoplasmanya
tampak pucat.1,2
Folikel (F) kelenjar tiroid tampak dalam fotomikroskopik ini dikelilingi oleh beberapa
folikel lainnya dan ada jaringan ikat (CT). Inti (N) dalam jaringan ikat mungkin
kepunyaan sel endotel atau seljaringan ikat. Karena kebanyakan kapiler mengempis
pada jaringan tiroid yang dipotong, sulit untuk mengenali sel endotel dengan pasti. Sel-
sel folikel (FC) tampak gepeng, menandakan bahwa sel-sel ini tidak aktif mensekresi
tiroglobulin. Perhatikan folikel terisi dengan bahan koloid (Cl). Perhatikan adanya sel
parafolikular (PF) mungkin berbeda dari sel-sel di sekitarnya karena sitoplasmanya
pucat (panah) dan intinya lebih besar.1,2,3
Kontrol Fungsi Tiroid Regulator utama status anatomis dan fungsional folikel tiroid
adalah hormon penstimulasi-tiroid (TSH; tirotropin), yang disekresi oleh hipofisis
anterior (Gambar 20-B). TSH meningkatkan tinggi epitel folikel dan menstimulasi
semua tahap produksi dan pelepasan hormon tiroid. Hormon tiroid menghambat
pelepasan TSH, yang memelihara jumlah T. dan T* yang adekuat di organisme
(Gambar 20-10). Reseptor TSH banyak dijumpai di membran basal sel folikel. Sekresi
TSH juga meningkat karena terpajan udara dingin dan berkurang oleh panas dan
rangsang stres.2,3

Atlas histologi diFiore : dengan korelasi fungsional / Victor p. Eroschenko ; alih bahasa, Brahm u.
Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek Dharmawan. NellaYesdelita. - Ed. 11. Jakarta : EGC,
2010.
Gartner LP. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tanggerang: Binarupa Aksara; 2012.
Daftar Pustaka
1. Mescher AL. Histologi dasar junqueira teks dan Atlas. Edisi 12. Jakarta: EGC;
2011.
2. Atlas histologi diFiore : dengan korelasi fungsional / Victor p. Eroschenko ;
alih bahasa, Brahm u. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek
Dharmawan. NellaYesdelita. - Ed. 11. Jakarta : EGC, 2010.
3. Gartner LP. Atlas berwarna histologi. Edisi 5. Tanggerang: Binarupa Aksara;
2012.

Anda mungkin juga menyukai