“Komunikasi”
Disusun oleh :
Kelompok 5:
1. Jevi Opini
2. Melisa Desfa Putri
3. Nabila Fitriani
4. Obi Aji Husein
5. Retno Ajeng Wulandari
6. Rinsi Utami
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya .
sehingga kami dapat menyelesaikan “MAKALAH MANAJAMEN KEPERAWATAN
TENTANG KOMUNIKASI” dengan baik. Dalam penyusunan makalah mungkin ada sedikit
hambatan. Namun berkat bantuan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini
dan dapat mengetahui tentang sejarah perkembangan keperawatan dunia dan Indonesial.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang.......................................................................................................1-2
Tujuan Penulisan....................................................................................................2
Pengertian Komunikasi.........................................................................................3
Komponen Komunikasi .......................................................................................3-6
Hambatan Komunikasi........................................................................................7-8
Proses Komunikasi..............................................................................................8-10
Diagram Proses Komunikasi...............................................................................10-11
Prinsip Komunikasi Manajer Keperawatan..........................................................11-12
Kesimpulan ...........................................................................................................13
Saran......................................................................................................................13
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan penguasaan komunikasi yang baik seorang pemimpin memiliki nilai
tambah, baik dalam kehidupannya secara umum, maupun dalam mengkontribusikan
dirinya di tempat kerja, sehingga lebih produktif.
Komunikasi juga dikatakan sebagai inti dari kepemimpinan. Kepemimpinan
yang efektif dapat dicapai melalui proses komunikasi yang dilakukan oleh pemimpin
kepada anggotanya. Visi pemimpin bisa saja bagus, namun tanpa komunikasi yang
efektif, maka visi tersebut tidak akan pernah bisa terwujud. Dalam
mengkomunikasikan visi, maka pemimpin harus bisa menyampaikan suatu gambaran
di masa depan yang mendorong antusiasme serta komitmen orang lain.
Tujuan penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
komunikasi dalam organisasi, proses komunikasi, apa saja hambatan komunikasi,
bagaimana mengatasi hambatan komunikasi.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun
kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian
dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi
dengan lingkungannya.Widjaja (2008: 1)
Menurut Ruslan (2008:83) bahwa:
“Komunikasi merupakan alat yang penting dalam fungsi public relations.”
Publik menaungi dan menghargai suatu kinerja yang baik dalam kegiatan komunikasi
secara efektif dan sekaligus kinerja yang baik tersebut untuk menarik perhatian publik
serta tujuan penting yang lainnya dari fungsi public relations.
Menurut Suprapto (2011:6) komunikasi adalah:
“Suatu proses interaksi yang mempunyai arti antara sesama manusia.”
Menurut Keith Davis dalam bukunya “Human relation at work”adalah :
“Komunikasi adalah proses jalur informasi dan pengertian dari seorang ke orang lain”
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, komunikasi dapat disimpulkan merupakan kegiatan
interaksi yang dilakukan dari satu orang ke orang lain, sehingga akan tercipta persamaan
makna dan tercapai satu tujuan.
Proses komunikasi selalu melibatkan beberapa komponen dan tahapan, yaitu source,
message, encoding, channel, decoding, receiver, feedback, context, noise, dan effect.
3
Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Terdapat beberapa
faktor dalam diri komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi yaitu sikap
komunikator dan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna. Yang dimaksud
dengan sikap komunikator adalah bahwa komunikator harus memiliki sikap yang
positif. Sementara itu, yang dimaksud dengan pemilihan berbagai simbol yang penuh
makna yang dilakukan oleh komunikator adalah bahwa pemilihan simbol-simbol yang
tepat bergantung pada siapa yang menjadi khalayak sasaran dan bagaimana situasi
lingkungan komunikasi.
Dengan demikian, untuk menjadi komunikator yang baik, terdapat beberapa
hal yang harus kita pertimbangkan, diantaranya adalah :
Kita harus mengenali siapa yang menjadi komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran.
Pesan yang akan kita kirimkan kepada komunikate/penerima pesan/khalayak
sasaran harus jelas.
Kita juga harus memahami mengapa kita mengirimkan pesan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran.
Hasil apakah yang kita harapkan.
Jika sebagai komunikator kita tidak mempertimbangkan hal-hal di atas, maka
proses komunikasi akan menemui kegagalan.
2. Pesan (Message)
Yang dimaksud dengan pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan
kepada komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Pesan yang kita kirimkan dapat
berupa pesan-pesan verbal maupun pesan nonverbal. Agar pesan menjadi efektif,
maka komunikator harus memahami sifat dan profil komunikate/penerima
pesan/khalayak sasaran, kebutuhan khalayak sasaran, serta harapan dan kemungkinan
respon yang diberikan oleh komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran terhadap
pesan yang dikirimkan.
Hal ini sangat penting baik dalam komunikasi tatap muka maupun komunikasi
bermedia. Tanpa adanya pesan, maka kita tidak memiliki alasan untuk melakukan
komunikasi. Jika kita tidak dapat mengemas informasi dengan baik, maka kita belum
siap untuk memulai proses komunikasi.
4
3. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam
sebuah bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan
harus dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat
dikirimkan dalam bentuk dimana komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran
mampu melakukan decode atau pesan tidak akan dapat dikirimkan.
Untuk dapat melakukan encode sebuah pesan, maka kita sebagai komunikator
harus memikirkan apa yang komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran butuhkan
agar dapat memahami atau melakukan decode sebuah pesan. Kita harus menggunakan
bahasa yang dapat dengan mudah dimengerti dan konteks yang dikenal baik oleh
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Orang yang melakukan encode disebut
dengan encoder.
5. Decoding
Decoding terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran
menerima pesan yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk
melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca secara
menyeluruh, mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau mengkonfirmasi
ketika dibutuhkan.
Jika sebagai komunikator kita menemui orang yang mengalami kesulitan atau
kelemahan dalam keterampilan komunikasi, maka kita perlu untuk mengirim ulang
pesan dengan cara berbeda.
5
Atau, kita dapat membantu komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran
untuk memahami pesan dengan cara memberikan informasi tambahan yang bersifat
menjelaskan atau mengklarifikasi. Orang yang menerima pesan disebut dengan
decoder.
8. Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi
dimana kita melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita
berada dan dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi, dan
berbagai unsur atau elemen seperti hubungan antara komunikator dan komunikate.
Komunikasi yang kita lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak sama jika
dibandingkan dengan ketika kita berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah konteks
dapat membantu menentukan gaya kita berkomunikasi.
6
9. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam proses encode
atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam proses
komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau perilaku
yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa gangguan
mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik. Dalam proses komunikasi,
gangguan dapat berupa segala sesuatu yang dapat mengganggu dalam proses
penerimaan, penafsiran, atau penyediaan umpan balik tentang sebuah pesan.
8
Sehingga dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proses
komunikasi merupakan suatu proses berinteraksi atau terjadinya transaksi dengan maksud
dimana komponen-komponennya saling terkait dan para komunikator beraksi dan
bereaksi.
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol)
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung
mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.
9
Agar komunikasi efektif, proses penyandian oleh komunikator harus bertautan
dengan proses pengawasan sandian oleh komunikan. Effendy (2007 : 19) melihat
pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang
tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang
pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan.
Berdasarkan pada bagan atau gambar proses komunikasi tersebut, suatu pesan,
sebelum dikirim, terlebih dahulu disandikan (encoding) ke dalam simbol-simbol yang
dapat menggunakan pesan yang sesungguhnya ingin disampaikan oleh pengirim. Apapun
simbol yang dipergunakan, tujuan utama dari pengirim adalah menyediakan pesan dengan
suatu cara yang dapat memaksimalkan kemungkinan dimana penerima dapat
menginterpretasikan maksud yang diinginkan pengirim dalam suatu cara yang tepat.
Pesan dari komunikator akan dikirimkan kepada penerima melaui suatu saluran atau
media tertentu.
10
Pesan yang di terima oleh penerima melalui simbol-simbol, selanjutnya akan
ditransformasikan kembali (decoding) menjadi bahasa yang dimengerti sesuai dengan
pikiran penerima sehingga menjadi pesan yang diharapkan (perceived message) .
Hasil akhir yang diharapkan dari proses komunikasi yakni supaya tindakan atau
pun perubahan sikap penerima sesuai dengan keinginan pengirim. Akan tetapi makna
suatu pesan dipengaruhi bagaimana penerima merasakan pesan itu sesuai konteksnya.
Oleh sebab itu, tindakan atau perubahan sikap selalu didasarkan atas pesan yang
dirasakan.
Adanya umpan balik menunjukkan bahwa proses komunikasi terjadi dua arah,
artinya individu atau kelompok dapat berfungsi sebagai pengirim sekaligus penerima dan
masing-masing saling berinteraksi. Interaksi ini memungkinkan pengirim dapat
memantau seberapa baik pesan-pesan yang dikirimkan dapat diterima atau apakah pesan
yang disampaikan telah ditafsirkan secara benar sesuai yang diinginkan.
Dalam kaitan ini sering digunakan konsep kegaduhan (noise) untuk menunjukkan
bahwa ada semacam hambatan dalam proses komunikasi yang bisa saja terjadi pada
pengirim, saluran, penerima atau umpan balik. Dengan kata lain, semua unsur-unsur atau
elemen proses komunikasi berpotensi menghambat terjadinya komunikasi yang efektif.
Hambatan tersebut diuraikan dalam hambatan-hambatan dalam komunikasi.
1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman tentang siapa yang
akan terkena dampak dari pengambilan keputusan yang telah dibuat. Jaringan
komunikasi formal dan informal perlu dibangun antara manajer dan staf.
2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, akan tetapi sebagai bagian proses yang
tak terpisahkan dalam kebijaksanaan organisasi. Jika ada pihak lain yang akan terkena
dampak akibat komunikasi, manajer harus berkonsultasi tentang isi komunikasi dan
meminta umpan balik dari orang yang kompeten sebelum melakukan suatu perubahan
atau tindakan.
11
3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat. Nursalam (2008) menekankan bahwa
prinsip komunikasi seorang perawat profesional adalah CARE: Complete, Acurate,
Rapid, dan English.
4. Ciri khas perawat profesional di masa depan dalam memberikan pelayanan
keperawatan adalah dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, dan cepat. Artinya,
setiap melakukan komunikasi (lisan maupun tulis) dengan teman sejawat dan tenaga
kesehatan lainnya harus memenuhi ketiga unsur di atas dengan didukung suatu fakta
yang memadai. Profil perawat masa depan yang lain adalah mampu berbicara dan
menulis bahasa asing, minimal bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi terjadinya persaingan pasar bebas pada abad ini.
5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima secara akurat.
Salah satu cara untuk melakukannya adalah meminta penerima pesan untuk
mengulangi pesan atau instruksi yang disampaikan.
6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen yang penting bagi manajer. Hal yang
perlu dilakukan adalah menerima semua informasi yang disampaikan orang lain, dan
menunjukkan rasa menghargai dan ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah segala proses kegiatan antar dua orang ( dua pihak) atau
lebih untuk berbagi informasi, ide, dan perasaan. Sesuatu itu dinamakan komunikasi
karena karakteristiknya yang unik, merupakan suatu proses dinamis, terikat konteks,
simbolik. Dalam praktiknya, fungsi-fungsi tersebut dapat muncul bersamaan. Dengan
kata lain, setiap peristiwa komunikasai memiliki satu fungsi atau lebih. Proses
konumikasi melibatkan serangkaian kegiatan yang berlangsung terus –menerus.
Kegiatan itu meliputi penyandian atau pengkodean, pengiriman kode, serta
penerimaan dan pemahaman kode.
Unsur –unsur yang terlibat dalam komunikasi adalah komunikastor dan
komunikan, pesan, saluran,konteks, balikan, serta gangguan. Agar komunikasi dapat
berhasil dengan baik, Dalam berkomunikasi, suatu kondisi yang berbeda menutut
perlakuan yang berlainan.Atas dasar itu maka komunikasi dapat dikelompokkan atas
beberapa jenis sesuai sudut pandangnya. Ditinjau ditinjau dari situasinya, komunikasi
terbagi atas komunikasi formal, informal, dan semiformal. Dilihat dari simbol yang
dipakainya, komunikasi dapat dikelompokkan atas komunikasi verbal dan nonverbal.
Dipandang dari ada tidaknya media yang digunakan, komunikasi terdiri atas
komunikasi bermedia dan tak bermedia. Bertolak dari sasarannya komunikasi dapat
digolongkan atas komunikasi intrapersonal, interpersonal, wawancara, serta
komunikasi dalam kelompok kecil dan besar( komunikasi massa/ publik).
3.2 Saran
Sebagai komunikator jika berkomunkasi hendaknya dapat menyesuaikan
dengan situasi yang ada dengan komunikan. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antar
komunikaro dan komunikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Onong Uchjana. 1993.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, hal.30
Effendi, Onong Uchjana. 1993.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi.Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, hal.55
Mulyana, Deddy. 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rasadakarya: Bandung.
Rogers, E.M. dam F.F. Shoemaker, 1987, Communication of Innovations: A Cross Cultural
Approach, The Frre Press, New York