OSTEOARTHRITIS
Disusun Oleh:
1. Maruli Liasna 140100215
2. Febriana Rahmadani 140100162
Pembimbing:
dr. Benny, M.Ked(Surg), Sp.OT(K)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah berjudul ”Osteoarthritis”. Makalah ini disusun sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan penghargaan
dan terima kasih kepada dr. Benny, M.Ked(Surg), Sp.OT(K) selaku dosen
pembimbing yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses
penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan makalah di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan
ilmiah di masa mendatang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan
osteoartritis. Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk
mengurangi nyeri dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga
tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis yaitu untuk
mengontrol nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas
sehari-hari dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat
berupa olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-
obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang terkena
(Setiati S, et al, 2014).
3
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi
ringan. Osteoartritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya
kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang
rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk
memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang
bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan
gerakan pada sendi (Setiati et al, 2014).
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang
mengakibatkan keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
Hal ini ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyaline sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang didekat persendian tersebut,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya
peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi (Setiati et al,
2014).
2.5 Patofisiologi
A. Kerusakan kartilago
B. Pembentukan Osteofit
C. Sklerosis Subkondral
D. Kista Subkondral
Pembentukan kista subkondral (KSK) pada OA sampai saat ini masih belum
dapat dijelaskan. Beberapa hipotesa menyatakan KSK terjadi akibat masuknya
cairan sinovial ke dalam tulang subkondral melalui angiogenesis pada
osteochondral junction. Teori lain menyatakan bahwa KSK terjadi akibat nekrosis
tulang subkondral yang terjadi karena stres mekanik kronik, kerusakan mikro, dan
resorpsi tulang fokal. Mineralisasi tulang juga dianggap berperan dalam
terbentuknya KSK.
13
karpal-metakarpal pertama, lutut, pinggul dan tulang belakang (Chu et al, 2010).
Kartilago sendi tidak memiliki persyarafan, nyeri dapat berasal dari struktur lain
(Amin LZ, 2015).
Saat pagi hari atau setelah tidak beraktivitas sering terjadi kekakuan sendi.
Osteoartritis tidak dihubungkan dengan tanda sistemik atau gejala inflamasi
karenanya, tidak ada kekakuan di pagi hari yang signifikan atau lama. Osteofit
sering terjadi secara klinis sebagai pembesaran tulang pada tepi sendi. Hal ini
dapat menyebabkan nyeri, eritema pada kulit dan terganggunya pergerakan tulang
normal (Brandth, 2014).
immobilisasi yang lama dapat menimbulkan efek-efek pada jaringan ikat dan
kekuatan penunjang sendi (Ira, 2014).
Tabel 2.1 Penyebab nyeri sendi pada pasien osteoartritis (Amin LZ, 2015)
Sumber Mekanisme
Sinovium Peradangan
Tulang subkhondrial Hipertensi medularis, mikrofraktur
Osteofit Peregangan ujung syaraf periosteum
Ligamentum Peregangan
Kapsul Peradangan dan distensi
16
Otot Kejang
2.8 Diagnosis
Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat
penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan
radiologi (Romans et al, 2009).
A. Anamnesa
Diagnosis klinis osteoartritis berfokus pada enam gejala klinis dan tanda
tanda berikut (Muslimah, 2014):
1. Nyeri persisten lutut
2. Kekakuan lutut terbatas (<30 menit)
3. Penurunan fungsi, gerakan terbatas
4. Krepitus
5. Enlargement tulang
C. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain dan
monitor terapi. Pemeriksaan laboratorium spesifik dapat membantu
mengetahui penyakit yang mendasari osteoarthritis sekunder.
Sebaliknya osteoarthritis primer bukan penyakit sistemik maka
lanjut endap darah, penentuan kimia serum, hitung darah dan
urinalisis memberikan hasil yang normal (Amin LZ, 2015).
2. Pemeriksaan Radiologi
Osteoartritis dulunya hanya didiagnosis dengan roentgen yang
menunjukkan lebarnya celah sendi dan osteofit. Akhir-akhir ini
terdapat modalitas tambahan seperti MRI, ultrasound (US) dan
optical coherence tomography (OCT) membantu diagnosis dan
terapi OA dengan mempertajam gambaran jaringan lunak
(Fadhilah, 2016). Pada praktiknya, pencitraan sendi secara umum
lebih memberikan informasi tambahan daripada informasi
diagnostik. Meskipun osteoartritis memiliki gambaran radiografi
yang khas, namun radiografi juga digunakan untuk menentukan
18
2.9 Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan OA adalah mengurangi/mengendalikan nyeri,
mengoptimalkan fungsi gerak sendi, mengurangi keterbatasan aktivitas fisik
sehari-hari (ketergantungan kepada orang lain), meningkatkan kualitas hidup,
menghambat progresivitas penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi.
Penatalaksaaan osteoarhtritis non bedah dibagi menjadi dua yaitu tatalaksana non
farmakologi dan tatalaksana farmakologi.
1. Tatalaksana Non Farmakologi
20
a. Edukasi pasien
b. Program penatalaksanaan mandiri
c. Bila berat badan berlebih (BMI>25), program penurunan berat
badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25
d. Program latihan aerobik
e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi,
penguatan otot-otot dan alat bantu gerak sendi
f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi,
menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik
sehari-hari
2. Tatalaksana Farmakologi
I. Pendekatan terapi awal
a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat
diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat
kontraindikasi pemberian obat tersebut:
1. Acetaminophen ( kurang dari 4 gram per hari)
2. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topical
b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang
memiliki risiko pada sistem pencernaan (usia >60 tahun,
disertai penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus
peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi
obat kortikosteroid dan atau antikoagulan), dapat diberikan
salah satu obat berikut ini:
1. Acetaminophen ( kurangdari 4 gram per hari)
2. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) topical
3. Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) non selektif,
denganpemberianobatpelindunggaster (gastro- protecting
agent).
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) harus dimulai
dengan dosis analgesic rendah dan dapat dinaikkan
21
a. Osteonekrosis
b. Bursitis
e. Menjaga pola makan dan minum (diet) agar selalu baik dan seimbang
sehingga pertumbuhan sendi dan tulang rawan sempurna dan normal
BAB III
KESIMPULAN
Osteoartritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya
kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang
rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, untuk
memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang
bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri dan pembatasan
gerakan pada sendi.
Osteoartitis (OA) merupakan suatu penyakit degeneratif yang
mengakibatkan keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis.
Hal ini ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyaline sendi,
meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari tulang didekat persendian tersebut,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya
peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi.
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal
tersebut, OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat
lazim terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Penyakit ini juga jauh lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan
osteoartritis. Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk
mengurangi nyeri dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga
tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis yaitu untuk
mengontrol nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas
sehari-hari dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat
berupa olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-
obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang terkena.
26
DAFTAR PUSTAKA
Kingsbury SR. 2013. How do people with knee osteoarthritis use osteoarthritis
pain medications and does this change over time? Data from the
Osteoarthritis Initiative. Arthritis Res Ther 15(5): R106
Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the prevalence
of arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II.
Arthritis Rheum. 58(1):26–35.
Lestari I, Rahkmatullah AP, Rosady DS. 2017. The relation of body mass index
on knee osteoarthritis in Al-Ihsan hospital of Bandung. Prosiding
Pendidikan Dokter vol.3 no.1
Pratiwi AI. Diagnosis and treatment osteoarthritis. 2015;4:10–7
Setiati S., Alwi I., Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:
InternaPublishing; 2014.
Soeroso, Juwono, Isbagio, Harry, Kalim. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.6ed.
Jakarta: Internal Publishing; 2014. 3197-3209hal