Anda di halaman 1dari 20

Tafsir Basmalah

TAFSIR BASMALAH

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Firman Allah

Bismillahirrahmaanirrahiim

“Artinya : Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang”

Jar majrur (bi ismi) di awal ayat berkaitan dengan kata kerja yang tersembunyi
setelahnya sesuai dengan jenis aktifitas yang sedang dikerjakan. Misalnya
anda membaca basmalah ketika hendak makan, maka takdir kalimatnya
adalah : “Dengan menyebut nama Allah aku makan”.

Kita katakan (dalam kaidah bahasa Arab) bahwa jar majrur harus memiliki
kaitan dengan kata yang tersembunyi setelahnya, karena keduanya adalah
ma’mul. Sedang setiap ma’mul harus memiliki ‘amil.

Ada dua fungsi mengapa kita letakkan kata kerja yang tersembunyi itu di
belakang.

Pertama : Tabarruk (mengharap berkah) dengan mendahulukan asma Allah


Azza wa Jalla.

Kedua : Pembatasan maksud, karena meletakkan ‘amil dibelakang berfungsi


membatasi makna. Seolah engkau berkata : “Aku tidak makan dengan
menyebut nama siapapun untuk mengharap berkah dengannya dan untuk
meminta pertolongan darinya selain nama Allah Azza wa Jalla”.

Kata tersembunyi itu kita ambil dari kata kerja ‘amal (dalam istilah nahwu) itu
pada asalnya adalah kata kerja. Ahli nahwu tentu sudah mengetahui masalah
ini. Oleh karena itulah kata benda tidak bisa menjadi ‘ami’l kecuali apabila
telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Lalu mengapa kita katakan : “Kata kerja setelahnya disesuaikan dengan jenis
pekerjaan yang sedang dikerjakan”, karena lebih tepat kepada yang
dimaksud. Oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Barangsiapa yang belum menyembelih, maka jika menyembelih
hendaklah ia menyembelih dengan menyebut nama Allah “[1] Atau :
“Hendaklah ia menyembelih atas nama Allah” [2]

Kata kerja, yakni ‘menyembelih’, disebutkan secara khusus disitu.

Lafzhul Jalalah (Allah).

Merupakan nama bagi Allah Rabbul Alamin, selain Allah tidak boleh diberi
nama denganNya. Nama ‘Allah’ merupakan asal, adapun nama-nama Allah
selainnya adalah tabi’ (cabang darinya).

Ar-Rahmaan

Yakni yang memiliki kasih sayang yang maha luas. Oleh sebab itu, disebutkan
dalam wazan fa’laan, yang menunjukkan keluasannya.

Ar-Rahiim

Yakni yang mencurahkan kasih sayang kepada hamba-hamba yang


dikehendakiNya. Oleh sebab itu, disebutkan dalam wazan fa’iil, yang
menunjukkan telah terlaksananya curahan kasih saying tersebut. Di sini ada
dua penunjukan kasih sayang, yaitu kasih sayang merupakan sifat Allah,
seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahmaan’ dan kasih sayang yang
merupakan perbuatan Allah, yakni mencurahkan kasih sayang kepada orang-
orang yang disayangiNya, seperti yang terkandung dalam nama ‘Ar-Rahiim’.
Jadi, Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiiim adalah dua Asma’ Allah yang menunjukkan
Dzat, sifat kasih sayang dan pengaruhnya, yaitu hikmah yang merupakan
konsekuensi dari sifat ini.

Kasih sayang yang Allah tetapkan bagi diriNya bersifat hakiki berdasarkan
dalil wahyu dan akal sehat. Adapun dalil wahyu, seperti yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang penetapan sifat Ar-Rahmah (kasih
sayang) bagi Allah, dan itu banyak sekali. Adapun dalil akal sehat, seluruh
nikmat yang kita terima dan musibah yang terhindar dari kita merupakan salah
satu bukti curahan kasih sayang Allah kepada kita.

Sebagian orang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki ini. Mereka
mengartikan kasih sayang di sini dengan pemberian nikmat atau kehendak
memberi nikmat atau kehendak memberi nikmat. Menurut akal mereka
mustahil Allah memiliki sifat kasih sayang. Mereka berkata : “Alasannya, sifat
kasih sayang menunjukkan adanya kecondongan, kelemahan, ketundukan
dan kelunakan. Dan semua itu tidak layak bagi Allah”.
Bantahan terhadap mereka dari dua sisi.

Pertama : Kasih sayang itu tidak selalu disertai ketundukan, rasa iba dan
kelemahan. Kita lihat raja-raja yang kuat, mereka memiliki kasih sayang tanpa
disertai hal itu semua.

Kedua : Kalaupun hal-hal tersebut merupakan konsekuensi sifat kasih


sayang, maka hanya berlaku pada sifat kasih sayang yang dimiliki makhluk.
Adapun sifat kasih sayang yang dimiliki Al-Khaliq Subhanahu wa Ta’ala
adalah yang sesuai dengan kemahaagungan, kemahabesaran dan
kekuasanNya. Sifat yang tidak akan berkonsekuensi negative dan cela sama
sekali.

Kemudian kita katakan kepada mereka : Sesungguhnya akal sehat telah


menunjukkan adanya sifat kasih sayang yang hakiki bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Pemandangan yang sering kita saksikan pada makhluk hidup, berupa
kasih sayang di antara mereka, jelas menunjukkan adanya kasih sayang
Allah. Karena kasih sayang merupakan sifat yang sempurna. Dan Allah lebih
berhak memiliki sifat yang sempurna. Kemudian sering juga kita saksikan
kasih sayang Allah secara khusus, misalnya turunnya hujan, berakhirnya
masa paceklik dan lain sebagainya yang menunjukkan kasih sayang Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Lucunya, orang-orang yang mengingkari sifat kasih sayang Allah yang hakiki
dengan alasan tidak dapat diterima akal atau mustahil menurut akal, justru
menetapkan sifat iradah (berkehendak) yang hakiki dengan argumentasi akal
yang lebih samar daripada argumentasi akal dalam menetapkan sifat kasih
sayang bagi Allah. Mereka berkata : “Keistimewaan yang diberikan kepada
sebagian makhluk yang membedakannya dengan yang lain menurut akal
menunjukkan sifat iradah”. Tidak syak lagi hal itu benar. Akan tetapi hal
tersebut lebih samar disbanding dengan tanda-tanda adanya kasih sayang
Allah. Karena hal tersebut hanya dapat diketahui oleh orang-orang yang
pintar. Adapun tanda-tanda kasih sayang Allah dapat diketahui oleh semua
orang, tidak terkecuali orang awam. Jika anda bertanya kepada seorang
awam tentang hujan yang turun tadi malam : “Berkat siapakah turunnya hujan
tadi malam ?” Ia pasti menjawab : “berkat karunia Allah dan rahmatNya”

MASALAH

Apakah basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah ataukah bukan ?

Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat
bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat Al-Fatihah, harus dibaca jahr
(dikeraskan bacaannya) dalam shalat dan berpendapat tidak sah shalat tanpa
membaca basmalah, sebab masih termasuk dalam surat Al-Fatihah.

Sebagian ulama lain berpendapat, basmalah tidak termasuk dalam surat Al-
Fatihah. Namun ayat yang berdiri sendiri dalam Al-Qur’an.

Inilah pendapat yang benar. Pendapat ini berdasarkan nash dan rangkaian
ayat dalam surat ini.

Adapun dasar di dalam nash, telah diriwayatkan dalam sebuah hadits dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Aku membagi shalat (yakni surat Al-Fatihah) menjadi dua bagian,
separuh untuk-Ku dan separuh untuk hamba-Ku. Apabila ia membaca :
“Segala puji bagi Allah”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah memuji-Ku”.
Apabila ia membaca : “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. Maka
Allah menjawab: “Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca :
“Penguasa hari pembalasan”. Maka Allah menjawab : “Hamba-Ku telah
mengagungkan-Ku”. Apabila ia membaca : “ Hanya Engkaulah yang kami
sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”. Maka
Allah menjawab : “Ini separoh untuk-Ku dan separoh untuk hamba-Ku”.
Apabila ia membaca : “Tunjukilah kami kepada jalan yang lurus”. Maka Allah
menjawab : “Ini untuk hamba-Ku, akan Aku kabulkan apa yang ia minta” [3]

Ini semacam penegasan bahwa basmalah bukan termasuk dalam surat Al-
Fatihah. Dalam kitab Ash-Shahih diriwayatkan dari Anas bin Malik
Radhiyalahu ‘anhu, ia berkata : “Aku pernah shalat malam bermakmum di
belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar dan Utsman
Radhiyallahu ‘anhum. Mereka semua membuka shalat dengan membaca :
“Alhamdulillaahi Rabbil ‘Aalamin” dan tidak membaca ;
‘Bismillaahirrahmaanirrahiim” di awal bacaan maupun di akhirnya. [4]

Maksudnya mereka tidak mengeraskan bacaannya. Membedakan antara


basmalah dengan hamdalah dalam hal dikeraskan dan tidaknya menunjukkan
bahwa basmalah tidak termasuk dalam surat Al-Fatihah.

[Disalin dari kitab Tafsir Juz ‘Amma, edisi Indonesia Tafsir Juz ‘Amma, penulis
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari,
penerbit At-Tibyan – Solo]
Pembentukan kata basmalah dari ucapan bismillah ini dalam literatur bahasa Arab disebut
naht (lebih jauh tentang naht lihat attahrir wat tanwir: I/77). Sepintas dilihat dari tulisannya,
basmalah terdiri dari empat kata, yaitu bismi, Allahi, arrahmani, arrahimi. Namun
sebenarnya ia terdiri dari lima kata, karena Bi dihitung satu kata atau satu kalimah dalam
gramatika Arab atau nahwu. Bi : Dalam bahasa Indonesia Bi sering diterjemahkan “dengan”
dan tampaknya kata inilah yang mendekati makna aslinya, sekalipun Bi itu tidak selalu
berarti “dengan”. Bi adalah kalimat huruf dalam sub bagian huruf jer. Huruf jer selalu
mempunyai ta’alluq atau hubungan dengan kalimat lain, hal ini karena kalimat huruf itu
tidak bisa berdiri sendiri. Kalimat yang menjadi ta’alluqnya Bi pada bismillah ini dibuang.
Sebagian ulama’ ada yang mentaqdirkan (mengira-ngirakan adanya kalimat) ibda’ yang
artinya “mulailah” seperti pendapat Abu Bakar al-Jasshos (Ahkamul Qur’an: I/10), sehingga
makna bismillah menjadi “mulailah dengan menyebut nama Allah”, ada pula yang
mentaqdirkan kata abtadiu yang berarti “aku memulai”, dengan begitu bismillah berarti “aku
memulai dengan menyebut nama Allah”. Ibnu Jarir At-Thobari dan Ibnu Katsir berpendapat:
Bismillah bisa dita’alluqkan dengan fi’il apa saja sesuai dengan keadaan orang yang
membacanya. untuk mengharap

1. keberkahan (tabarruk),

2. kebaikan (tayammun) serta memohon

3. pertolongan (isti’anah) agar bisa menyempurnakan pekerjaan dan juga mengharap


diterimanya pekerjaan (amal) tersebut.

Jika ia membaca basmalah ketika berdiri maka artinya “saya berdiri dengan menyebut
nama Allah”, ketika duduk maka artinya menjadi “saya duduk dengan menyebut nama
Allah”, begitu seterusnya. Pendapat ini berdasarkan hadits Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim
dari riwayat Ibnu Abbas, “Sesungguhnya pertama kali malaikat Jibril turun kepada Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬Ia berkata kepada Nabi ‫ ﷺ‬, Wahai Muhammad ‫ ﷺ‬katakan asta’idzu
bissami’il’alimi minassyathonirrojim, kemudian Jibril berkata, katakan
bismillahirrohmanirrohim. Ibnu Abbas berkata, malaikat jibril berkata, katakan bismillah
wahai Muhammad, bacalah dengan menyebut Allah Tuhanmu, berdirilah, duduklah dengan
menyebut Allah”. (Tafsir Ibnu Katsir: I/20-21, Jami’ul Bayan: I/114) Ismi : kata ismi berasal
dari kata sumuwwi yang berarti kemuliaan atau keluhuran. Pendapat lain mengatakan
bahwa ismi tercetak dari kata simah yang berarti alamat/petunjuk/ciri-ciri/tanda. Imam al-
Qurthubi mengatakan bahwa pendapat yang pertama itu lebih shohih. Dari akar kata
tersebut, baik sumuwwi maupun simah dicetak kata ismi yang berarti nama. Mungkin
karena itu orang yang baik, terkenal dan mulia biasa disebut orang yang “punya nama”.
Allah : adalah nama yang mulia untuk Dzat yang wajib wujudnya yang bersifat dengan sifat-
sifat kemuliaan dan jauh dari sifat-sifat kurang. Allah adalah nama yang khusus, tidak
digunakan oleh selainNya ‫ﷻ‬. Para ulama’ menyatakan bahwa Allah ‫ ﷻ‬adalah nama yang
paling agung atau ismul a’dhom karena nama Allah ‫ ﷻ‬mencakup semua sifat yang Dia miliki.
Ketika orang sakit berkata Ya Allah maka artinya Wahai Dzat yang maha menyembuhkan.
Orang yang berada dalam kekurangan dan ia berdoa Ya Allah, artinya dia berkata Wahai
Dzat yang maha kaya, orang yang berada dalam kesempitan berkata Ya Allah artinya wahai
Dzat yang maha lapang, dan seterusnya. Pendapat para Ulama Para ulama berbeda
pendapat apakah nama Allah ini alam manqul (nama yang mempunyai asal kata) ataukah
alam murtajal (nama yang tidak punya asal kata), kebanyakan para ulama’ menyatakan
bahwa Allah adalah alam murtajal, tidak tercetak dari kalimat manapun. Ulama yang
menyatakan bahwa nama Allah adalah alam manqul (tercetak dari sebuah lafadh yang
punya arti tertentu) menjelaskan bahwa nama Allah tercetak dari kata ilahun yang berarti al-
ma’bud yaitu Dzat yang disembah, lalu ditambahkan al ta’rif menjadi al-ilahu. Untuk
meringankan bacaan maka hamzahnya ilahu dibuang sehingga menjadi Allahu. Setelah
ilahun ditambah al ta’rif maka maknanya menjadi khusus, tidak hanya Dzat yang disembah.
Tapi Dzat yang disembah secara haq. Banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia
tapi satu-satunya yang haq hanyalah Allah ‫ﷻ‬. Arrahman : Tercetak dari kata rahim atau
rahmah. Secara etimologi rahmah mempunyai arti arriqqoh wal ‘uthf artinya kurang lebih
lemah lembut dan kasih sayang (attahrir wattanwir: I/104). Arrahman berarti Dzat pemilik
rahmat, Dzat yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Arrahim: Mempunyai akar kata
yang sama dengan Arrahman. Sebagian ulama’ menyatakan bahwa Rahman dan Rahim
adalah dua kata yang mempunyai arti sama. Jumhurul ulama’ menyatakan bahwa pada
dasarnya Rahman dan Rahim memang mempunyai arti yang sama, namun tetap
mempunyai kandungan dan cakupan yang berbeda. Kedua-duanya berarti Dzat yang Maha
pengasih, lemah lembut dan penyayang, namun belas kasihan Allah dalam kata rahman
berbeda dengan belas kasih Allah dalam Rahim. Sebagian ulama’ mengartikan Rahman
adalah kasih sayang Allah kepada makhluknya dalam bentuk pemberian nikmat yang
tampak (dhohir) seperti pemberian rizki, kesehatan, anak, istri dan lain-lain. Rahmat Allah
Rahmat seperti ini diberikan Allah secara umum untuk seluruh makhluknya, mulai hewan,
tumbuhan, jin dan manusia baik beriman ataupun yang kufur. Sedangkan Rahim adalah
kasih sayang yang berupa nikmat yang tidak tampak (abstrak) seperti iman, keyakinan, ilmu
dan lain-lain. Kebanyakan mufassir mengatakan bahwa Rahman adalah Dzat yang maha
pengasih dan penyayang dengan kasih sayang yang umum dan diberikan kepada semua
makhuknya di dunia tanpa kecuali. Sedangkan kata Rahim mengandung arti kasih sayang
yang khusus yang hanya diperuntukkan orang-orang beriman saja di akhirat.

Pendapat Sayyid Quthub dalam Dhilalil Qur’an : ” Permulaan dengan bismillah adalah adab
yang diwahyukan Allah kepada Nabinya dari sejak awal diturunkannya al-Qur’an, yaitu
firman Allah Iqra’ bismi rabbika … hal ini sesuai dengan kaidah terbesar dalam pemahaman
Islam yakni sesungguhnya Allah “Dialah yang awal dan yang akhir, yang dhohir dan yan
bathin”. Allah adalah entitas haqiqi yang darinya terwujud semua hal yang wujud. Darinya
segala hal bermula. Maka dengan namaNya segala sesuatu dimulai. Dengan namaNya pula
semua gerak terwujud. Dipermulaan ini Allah mengenalkan Dirinya dengan dua shifat
Rahman dan Rahim, sifat yang meliputi semua rahmat. Hanya pada Allah dua shifat ini
berkumpul …… semua kasih sayang dalam berbagai warna dan bentuknya terwujud dari
kedua sifat ini. Maka tergambarlah pemahaman Islam yang kedua, yakni sebuah gambaran
tentang hubungan Allah dengan hambanya. Hubungan haqiqi antara Allah dengan
hambanya adalah hubungan kasih sayang”. (Dhilalul Qur’an: I/1).

Wallahu a’lam Secuil dari lautan tafsir yang terserak Sahabat tafaqquh, andaikata laut
adalah tinta dan pohon-pohon dibumi pena, maka tak akan bisa menuntaskan tulisan
tentang kalimat-kalimat Allah, begitu pula halnya dengan kalimat Bismillahirrohmanirrohim.
Tafsir yang bisa kami sampaikan adalah secuil dari lautan tafsir yang terserak dalam
berbagai lembaran para mufassir. Selain karena kedangkalan ilmu kami, juga tidak pada
tempatnya kami mengulas makna basmalah ini lebih jauh lagi. Karena maqshudul a’dhom
dari kajian tafsir kita adalah mengupas kandungan al-Qur’an berkenaan dengan hukum-
hukum yang terdapat di dalamnya, hukum yang berkenaan dengan af’alul mukallaf. Karena
itu, tafsir bismillahirrohmanirrohim di atas sudah lebih dari cukup dari segi pemahaman
maknanya. Dan selanjutnya –Insya Allah- kita teruskan pembahasan tentang basmalah
namun dengan kajian yang berbeda, yakni apakah basmalah termasuk ayat al-fatihah atau
bukan? Bagaimanakah hukum bacaan basmalah dalam sholat? Dan lain sebagainya. Jangan
lupa doakan kami agar tetap bisa istiqomah.

Yang disebut basmalah adalah kalimat:

‫يم‬ َّ َ ْ َّ ِ ‫ب ْسم ه‬
ِ ‫اَّلل الرحم ِن الر ِح‬ ِ ِ

“dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
‫ه‬
ِ ‫ ِب ْس ِم‬saja biasanya disebut tasmiyah. Tentu kita semua tidak
Adapun kalimat ‫اَّلل‬
asing lagi dengan basmalah.

Beberapa faidah seputar basmalah:

1. Allah Ta’ala mengajarkan adab kepada Nabi-Nya untuk menyebutkan nama-


nama Allah yang husna, sebelum melakukan suatu perbuatan (Tafsir Ath
Thabary)
2. “bismillah” adalah bentuk mufrad mudhaf, sehingga lafadz jalalah “Allah”
dalam “bismillah” mencakup seluruh nama-nama Allah, bisa kita
terjemahkan menjadi: “dengan menyebut seluruh nama-nama Allah yang
husna” (Tafsir As Sa’di)
3. Ar Rahman dan Ar Rahim adalah dua nama Allah, nama Ar Rahman hanya
boleh bagi Allah, sedangkan Ar Rahim boleh digunakan untuk nama selain
Allah, sebagaimana dalam Al Qur’an Allah menyifati Nabi Shallallahu’alaihi
Wasalam dengan Ar Rahim (Tafsir Ibnu Katsir)
4. Para ulama sepakat bahwa basmalah adalah termasuk ayat Al Qur’an. Karena
memang basmalah terdapat dalam salah satu ayat Al Qur’an,
َّ َ َ ْ َ ُ ْ ُ َّ
َ ْ َّ ِ ‫ان َوإ َّن ُه ب ْسم ه‬
‫يم‬
ِ ‫اَّلل الرحم ِن الر ِح‬ ِ ِ ِ ‫ِإنه ِمن سليم‬

“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan


menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (QS. An
Naml: 30)

5. Apakah basmallah adalah bagian dari Al Fatihah? Terdapat perselisihan yang


sangat kuat diantara para ulama mengenai apakah basmalah itu bagian dari
surat Al Fatihah atau bukan. Jumhur berpendapat bukan, sedangkan
Syafi’iyyah berpendapat basmallah bagian dari Al Fatihah. Yang rajih adalah
pendapat Syafi’iyyah, sebagaimana dalam hadits:
َّ ‫ َو‬, ‫ َو ُأ ُّم ْالك َتاب‬, ‫الرحيم إ َّن َها ُأ ُّم ْال ُق ْرآن‬
‫الس ْب ُع‬ َّ ‫الر ْح َمن‬ ‫ه‬
َّ ‫اَّلل‬
ِ ‫م‬ ‫س‬ ْ ‫ ب‬: ‫َّلل َف ْاق َر ُءوا‬
ِ
‫ ْ َ ْ ُ ه‬: َُْ َ َ
ِ ‫إِ ْذا قرأت ِم الحمد‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ ِ َ َ ْ ِ ِ َّ ْ ‫ه‬ َ ََ
‫يم ِإحداها‬ َ َّ
ِ ‫اَّلل الرحم ِن الر ِح‬ ِ ‫ و ِب ْس ِم‬, ‫ان‬
‫المث ِ ي‬

“jika kalian membaca Alhamdulillahi rabbil’aalamiin maka bacalah


bismillahir rahmanir rahim, karena ia adalah ummul qur’an, ummul kitab
dan 7 rangkaian ayat, dan bismillahir rahmanir rahim salah satunya” (HR. Al
Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 2181, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al
Jami’ 729).
hadits ini secara sharih menyatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari
Al Fatihah

6. Apakah basmalah adalah bagian dari setiap surat? Jumhur berpendapat


bukan, dan Syafi’iyyah berpendapat basmalah adalah bagian dari setiap
surat. Namun para ulama sepakat bahwa basmalah yang berada di antara
dua surat itu adalah kalamullah, sehingga wajib dianggap sebagai bagian dari
surat secara umum.
7. Dianjurkan membaca basmalah jika membaca awal surat, sedangkan jika
membaca dari tengah surat maka tidak dianjurkan membaca basmalah,
hanya membaca ta’awudz.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim /29551-fawaid-seputar-


basmalah.html

Jika Alloh sudah mencintai hambanya maka alloh akan turunkan baginya
barokahnya, lawan takwa adalah fujur;(nafsu)
Ma ana bi Qori’ : bi disini litta’qid untuk menguatkan
contoh lagi alaisallohu biahkamil hakimin

Surah 75:16-18 la tuharriq bihi lita’jala bih:


Al-isro 110 , 17:110
ُ ْ َ ٰ َ ُ ْ َ ٰ ْ َّ ًّ َ َّ ْ ُ ْ َ ُ َ َ ُ ۤ َ ْ َ ْ ٰ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ
‫اَّلل اد ُعوا ق ِل‬ ‫تخ ِافت وْل ِبصَل ِتك تجهر وْل ۚ الحسن اْلسماء فله تدعوا ما ايا ۗ الرحمن ادعوا ا ِو‬
َ ْ ‫َسب ْي ًَل ذ ٰ ل َك َب‬
َ‫ي َو ْاب َتغ بها‬
ِ ِ ِ ِ
Katakanlahِ(Muhammad),ِ“SerulahِAllahِatauِserulahِAr-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yangِterbaikِ(Asma‘ulِhusna)ِ
dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula)
merendahkannyaِdanِusahakanِjalanِtengahِdiِantaraِkeduaِitu.”

Maka dalam surat al alaq menunjukkan alif disana ada proses panjang yang perlu di
capai seseorang ketika sedang belajar
Sedangkan bi dalam basmalah alloh tidak berikan alifdi dalamnya karena Alloh tidak
ingin memperpanjang/melamakan memberikan rahmat,dan ingin segera Alloh
memberikan rahmat kepada hambanya
Mughnil labib an kutubil maarif: ibnul hisyam alanshory 1/19-59
Almushohabah : bi makna ma’a tau berdampingan tanpa melekat
Alilshooq: merekat

Misut setan pasar, dasim setan rumah

Beberapa dalil yang menganjurkan hal di atas:

1- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ُ ‫ َ ْ ا‬: ‫ا ُ ا َ ْ َا ُ َ ْ ا ا‬ ْ ُ ‫ا ا ُْا‬ ْ َ ْ َ ‫ُ ُّ َ ا‬
– ‫هللا فهو أبت – أو قال أقطع‬ ِ ‫ال َل يفتح ِب ِذك ِر‬
ٍ ‫كل كَل ٍم أو أم ٍر ِذي ب‬
“Setiap perkataan atau perkara penting yang tidak dibuka dengan dzikir pada Allah,
maka terputus berkahnya.” (HR. Ahmad, 2: 359. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan
bahwa sanad hadits ini dha’if)

2- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫ا َ ا‬ ُ‫ا ُْا‬ ‫ُك ُّل َأ ْمر ذ ْي ا‬


‫الر ِح ْي ِم ف ُه او أ ْب َ ُت‬
َّ ‫الر ْحمن‬
ِ
َّ ‫هللا‬ ‫م‬‫س‬ْ ‫ب‬ :
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ـ‬ ‫ب‬ ‫ه‬‫ي‬ْ ‫ف‬ ‫أ‬‫د‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫َل‬ ‫ال‬
ٍ ‫ب‬ ِ ٍ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan ‘bismillahirrahmanir rahiim’, amalan
tersebut terputus berkahnya.” (HR. Al-Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai
dalam Al-Arba’in, As-Subki dalam tabaqathnya)

3- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda,

‫ْ ا ْ ُ ه ا َ ا‬ ُ ‫ُ ُّ َ ا ا ُ ْ ا‬
‫ّلِل ف ُه او أ ْجذ ُم‬
ِ ِ ‫د‬ ‫م‬‫ح‬‫ل‬ ‫ب‬ِ ِ ِ ‫كل كَل ٍم َل يبد‬
‫يه‬‫ف‬ ‫أ‬
“Setiap pembicaraan yang tidak dimulai dengan ‘alhamdu’, maka berkahnya terputus.”
(HR. Abu Daud, no. 4840; Ibnu Majah, no. 1894. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini dha’if)
4- Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫َْ ا‬ ْ ُ‫ا ُْا‬ ‫ُك ُّل َأ ْمر ذى ا‬


‫يه ِبال اح ْم ِد أقط ُع‬‫ف‬
ِ ِ ‫أ‬‫د‬ ‫ب‬‫ي‬ ‫َل‬ ‫ال‬
ٍ ‫ب‬ ِ ٍ
“Setiap perkara penting yang tidak dimulai di dalamnya dengan ‘alhamdu’, maka
berkahnya terputus.” (HR. Ibnu Majah, no. 1894; Abu Daud, no. 4840. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini dha’if. Begitu pula didha’ifkan oleh Syaikh
Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dalam Bahjah An-Nazhirin, 2: 434)

Sebagian ulama menghasankan hadits di atas, ada pula yang menshahihkannya. Yang
menghasankan hadits tersebut adalah Imam Nawawi dan Ibnu Hajar. Sedangkan Ibnu
Daqiq Al-‘Ied dan Ibnul Mulaqqin menyatakan bahwa hadits tersebut shahih.

Mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz (lahir
tahun 1909, meninggal dunia tahun 1990) dalam Majmu’ Fatawanya (25: 135)
menyatakan bahwa sebagian ulama mendhaifkan hadits ini. Yang lebih tepat menurut
Syaikh Ibnu Baz, hadits di atas dinilai hasan.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid menyatakan bahwa secara makna hadits tersebut
bisa diterima dan diamalkan karena Allah Ta’ala memulai kitab suci Al-Qur’an dengan
bismillah. Begitu pula Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menulis surat pada penguasa Saba’
dengan bismillah sebagaimana disebutkan dalam ayat,

َّ ‫الر ْح امن‬ ‫ه‬


َّ ‫اّلِل‬ ْ ُ َّ ‫َّ ُ ْ ُ َ ْ ا ا ا‬
‫الر ِح ِيم‬ ِ ِ ِ ِ ‫ِإنه ِمن سليمان وِإن‬
‫م‬‫س‬ ‫ب‬ ‫ه‬
“Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: “Dengan menyebut
nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Naml: 30)

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memulai suratnya pada Raja Heraklius
dengan bismillah. Begitu pula kala berkhutbah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memulainya dengan hamdu lillah dan memuji Allah Ta’ala.

Kebanyakan ulama tetap menganjurkan membaca bismillah untuk perkara yang penting.
(Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 146079)
Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (8: 92) dinyatakan, para fuqaha sepakat bahwa
membaca bismillah disyari’atkan untuk (memulai) setiap perkara penting, untuk hal
ibadah atau lainnya.

Beberapa hal yang disebutkan dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah (8: 92) yang dianjurkan
membaca bismillah di awalnya (karena sebagian dianjurkan dalam hadits diawali dulu
dengan bismillah):

 Memulai membaca Al-Qur’an dan dzikir.


 Naik perahu dan kendaraan.
 Masuk rumah, masuk masjid dan keluar dari rumah dan masjid.
 Menyalakan dan memadamkan lampu.
 Sebelum bersetubuh yang halal.
 Ketika imam naik mimbar.
 Ketika akan tidur.
 Masuk dalam shalat sunnah.
 Menutup wadah (bejana).
 Memulai menulis.
 Menutupi mata mayit dan memasukkannya dalam liang lahat.
 Meletakkan tangan ketika membaca doa (ruqyah) pada anggota tubuh yang
sakit.

Disebutkan dalam kitab yang sama, bacaannya adalah “bismillah”, lengkapnya adalah
“bismillahirrahmanir rahiim”. Jika lupa membaca bismillah atau meninggalkannya
sengaja, maka tidak ada dosa untuknya. Namun jika dilakukan berpahala.

Imam Nawawi Al-Bantani menyatakan bahwa bismillah dibaca pada suatu perkara yang
penting atau pada perkara mubah dan tidak termasuk dalam suatu yang haram atau
makruh. Namun bismillah tidak untuk suatu perkara yang remeh seperti menyapu
kotoran binatang, dan bacaan bismillah bukanlah sebagai bacaan dzikir seperti tahlil.
(Kasyifah As-Saja Syarh Safinah An-Najaa, hlm. 26)

Akhi, ukhti, yuk baca tulisan lengkapnya di Rumaysho:


https://rumaysho.com/14810-mulailah-dengan-bismillah.html

Bismillah, alhamdulillah wa shalaatu wassalaam ‘ala rasuulillah wa ‘ala aalihi wa


man tabi’ahu bi ihsan ila yaumiddin.
Seuntai kalimat yang sangat mulia, begitu mudah dilafalkan serta mendatangkan
keberkahan. Dengan basmalah Allah Ta’ala membuka kitabnya yang mulia, dengan
basmalah pula pembuka surat Nabi Sulaiman kepada Bilqis, dan dengan basmalah
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuka surat-suratnya kepada para raja
untuk mengajak mereka melakukan penghambaan diri hanya kepada Allah ‘Azza wa
Jalla. Dengan membaca basmallah semoga Allah melimpahkan kepada kita
keberkahnnya serta melindungi kita dari keburukan setan.

Keutamaan Basmalah

1. Membacanya dapat membuat setan menjadi kecil

Imam Ahmad bin Hanbal dalam musnadnya meriwayatkan dari seseorang


yang dibonceng oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata,

“Tunggangan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tergelincir, maka aku


katakan: ‘Celaka setan.’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Janganlah engkau mengucapkan ‘celakalah setan.’ Karena jika engkau
mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata: ‘dengan
kekuatanku, aku jatuhkan dia.’ Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia
akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat.’”(HR. Ahmad, Abu Daud dan
dishahihkan Al-Albani)

Ini merupakan berkah dari ucapan “Bismillah “

2. Disunnahkan membaca basmalah sebelum memulai pekerjaan.

Oleh karena itu disunnahkan membaca basmalah pada awal setiap ucapan
maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khuthbah.
Dan disunnahkan juga membaca basmalah sebelum masuk kamar mandi.

3. Tidak sempurna wudhu sebelum membaca basmalah

Berdasarkan hadist dalam musnad Imam Ahmad dan juga dalam kitab Sunan
dari riwayat Abu Huraira, Sai’id bin Zaid dan Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhum.
Secara marfu’, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak sah wudhu seseorang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala
(mengucap basmalah)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan dishahihkan
al-Albani)

4. Membaca Basmalah sebelum jima’ kelak anaknya akan dijauhkan dari


gangguan setan.
Berdasarkan hadist dalam kitab Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari
Ibn ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

“Seandainya salah seorang dari kalian hendak mencampuri istrinya ia


membaca : ‘Bismillah allahumma janibnasy syaithaana wa janibisy
syaithaana maa razaqtanaa (dengan menyebut nama Allah, jauhkanlah kami
dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada
kami),’ maka jika Allah menaqdirkan lahirnya anak maka anak itu tidak akan
diganggu oleh setan selamanya.”

5. Menjauhkan rumah dari setan.

Dari Jabir radhyallahu ‘anhu berkata, saya mendengar Rasulullah shalallahu


‘alaihi wasallam bersabda,

“Jika seseorang masuk kedalam rumahnya lalu ia menyebut asma Allah


Ta’ala saat ia masuk dan saat ia makan, maka setan berkata kepada teman-
temannya, ‘ tidak ada tempat bermalam bagi kalian dan tidak ada makan
malam.’ Dan jika ia masuk, tanpa menyebut asma Allah Ta’ala saat hendak
masuk rumahnya berkatalah syaithan: ‘kalian mendapatkan tempat
bermalam, dan apa bila dia tidak menyebut nama Allah ketika hendak
makan,maka setan berkata : ‘ kalian mendapatkan tempat bermalam dan
makan malam.’” (Muttafaqun ‘alaih)

Demikian beberapa keutamaan Basmalah yang dapat kami sampaikan


diantara keutamaannya yang banyak.

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/2200-keutamaan-basmalah.html

Hendaknya kita membiasakan diri memulai aktifitas kita dengan bacaan basmalah,
misalnya mulai memperbaiki laptop, menulis surat, menyusui anak dan lain-lain. Kita
juga membiasakan membaca doa-doa keseharian yang ada tuntunannya dalam
syariat.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

.‫التكة‬ َ
‫ ناقص ر‬:‫ أي‬، ” ‫كل أمر ذي بال َل يبدأ فيه بـ ” بسم هللا ” فهو أبت‬
“Setiap perkara (kehidupan) yang tidak dimulai dengan BISMILLAAHIR-RAHMAANIR-
RAHIIM, maka dia akan terputus. Artinya adalah kurang barakahnya”[1]
Mengenai takhrij hadits ini syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,

‫ وقد ضعفه‬،‫وغته‬ ‫ر‬ ‫رن‬


‫طريقي أو أكت عند ابن حبان ر‬ ‫جاء هذا الحديث من‬
.‫ وباهلل التوفيق‬،‫لغته‬
‫بعض أهل العلم واألقرب أنه من باب الحسن ر‬
“hadits ini mempunyai dua jalur atau lebih periwayatan oleh Ibnu Hibban dan yang
lainnya, sebagian ulama mendhaifkannya dan yang lebih tepat adalah derajatnya
hasan lighairihi.”[2]

Syaikh shalih Al-Fauzan hafidzahullah berkata,

‫ن‬
‫التتك بها ألنها كلمة مباركة‬
‫والحكمة يف البدء ببسم هللا الرحمن الرحيم ر‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫ أما الكتب أو‬.‫فإذا ذكرت يف أول الكتاب أو يف أول الرسالة تكون بركة عليه‬
‫خت‬‫الت َل تبدأ ببسم هللا الرحمن الرحيم فإنها تكون ناقصة َل ر‬ َ
‫الرسائل ي‬
‫ ومن ناحية أخرى بسم هللا الرحمن الرحيم فيها اَلستعانة باهلل جل‬،‫فيها‬
‫وعَل‬
“Hikmah yang tersimpan dalam mengawali perbuatan
dengan bismillahirrahmaanirraahiim adalah demi mencari barakah dengan
membacanya. Karena ucapan ini adalah kalimat yang berbarakah, sehingga apabila
disebutkan di permulaan kitab atau di awal risalah maka hal itu akan membuahkan
barakah baginya. Selain itu di dalamnya juga terdapat permohonan pertolongan
kepada Allah ta’ala” [3]

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang membaca:

‫الس اماء او ُهوا‬ ‫ا ْ ٌ ن ا‬


َّ ‫األ ْرض اوَل نف‬ ْ ‫ض ام اع‬ ُ‫ا ا ن‬ ‫ه ه‬ ْ‫ب‬
ِ ‫ف‬ ‫ء‬‫ش‬ ‫ه‬ِ ‫م‬ِ ‫اس‬ ُّ ‫ي‬ ‫َل‬ ‫ي‬‫ذ‬ِ ‫ال‬ ‫اّلِل‬
ِ ‫م‬ِ ‫س‬
‫ِي‬ ِ ‫ي ِي‬ ِ
ْ‫َّ ُ ا‬
ُ‫الس ِميع الع ِليم‬
“Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan bisa memudharatkan bersama
nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui,” pada setiap hari di waktu shubuh dan sore
sebanyak tiga kali maka tidak akan memudharatkan baginya sesuatu apa pun.”[4]
Bahkan beberapa keadaan atau beberapa ibadah dikaitkan dengan bacaan basmalah:

-ketika makan, jika tidak membaca maka setan ikut makan bersama kita

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha berkata: “Telah bersabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam,

‫ه ن‬ ْ ْ ُ ‫ه ا ْ ا ا ن َ َّ ا ْ ا‬ ْ ْ ُ‫ا ََ ا َ ا ُ ُ ْ ا ا ً اْا‬
‫اّلِل ِ يف‬
ِ ‫س ِ يف أو ِل ِه فليقل ِبس ِم‬
‫اّلِل ف ِإن ن ِ ي‬ِ ‫ِإذا أ كل أحدكم طعاما فليقل ِبس ِم‬
‫ا‬ َّ َ
‫آخ ِر ِه‬
ِ ‫أو ِل ِه و‬
“Bila salah seorang diantara kalian makan maka hendaknya ia mengucapkan
bismillah, bila ia lupa diawalnya, maka hendaknya ia membaca bismillah fi awwalihi
wa akhirihi.”[5]

-ketika berhubungan badan, jika tidak dibaca, maka setan ikut bersama kita

Dari shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Berkata


Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, “Bila salah seorang diantara kalian menggauli
istrinya, hendaknya ia berdo’a:

‫َّ ْ ا ا ا ا ا ْ ا ا‬ ِّ ‫ه ه ُ َّ ا ِّ ْ ا َّ ْ ا ا ا ا‬
‫اّلِل اللهم جنبنا الشيطان وجن ِب الشيطان ما رزقتنا‬ ِ ‫ِب ْس ِم‬
“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah setan dari kami dan
jauhkanlah setan dari apa yang engkau rizkikan kepada kami.”
Bila Allah subhanahu wata’ala memberikan karunia anak kepadanya maka setan
tidak akan mampu memudharatkannya.”[6]

-ketika meyembelih, jika tidak dibaca maka sembelihan menjadi haram

Allah Ta’ala berfirman,

ْ َ ‫ا ا ا ْ ُ ُ ْ َّ َ ْ ُ ْ َ ْ ُ ه ا‬
‫اّلِل علي ِه‬
ِ ‫وَل تأ كلوا ِمما لم يذك ِر اسم‬
“Dan janganlah kalian makan hewan yang tidak disebut nama Allah atasnya.” (Al-
An’am: 121)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,


‫ه‬
‫اّلِل‬ ‫م‬ ْ ‫اف ْل اي ْذ اب ْح اع ََل‬
‫اس‬
ِ ِ
“Hendaknya menyembelih dengan (menyebut) nama Allah (basmalah).”[7]

-ketika tidur

Dari shahabat Hudzaifah radhiallahu ‘anhu berkata, “Kebiasaan (sunnah)


Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam ketika hendak tidur, beliau membaca:

‫وت اوَأ ْحياا‬


ُ ُ َ َّ ُ ‫ْ ا ه‬
‫ِباس ِمك اللهم أم‬
“Dengan menyebut nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup.”[8]

-ketika keluar rumah

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata, “Sesungguhnya Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Bila seseorang keluar dari rumahnya, lalu ia membaca:

‫ه ا ا ه ْ ُ ا َ ه ا ا ْ ا ا ا ُ َّ ا َّ ه‬
‫اّلِل‬
ِ ‫اّلِل َل حول وَل قوة ِإَل ِب‬ ِ ‫ِب ْس ِم‬
ِ ‫اّلِل توكلت عَل‬
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal hanya kepada Allah, tiada daya dan upaya
kecuali dengan izin Allah.”
Maka dikatakan padanya: “Engkau telah mendapat petunjuk, engkau tercukupi dan
engkau telah terjaga (terbentengi),” sehingga para setan lari darinya. Setan yang lain
berkata: “Bagaimana urusanmu dengan seseorang yang telah mendapat petunjuk,
tercukupi, dan terbentengi?!”[9]

-Ketika masuk WC/Toilet

Dari shahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫َل اء َأ ْن اي ُقولا‬
‫ان اا ا ا ا ا َ ا ُ ُ ْ ْ ا ا‬
‫ات ب ِ يت آدم ِإذا دخل أحدهم الخ‬ ‫ا‬ ْ ‫ا َْ ُ ا ا ْ نا َ ْ ُ ن ْ ِّ ا ا‬
ِ ‫ي ال ِجن وعور‬ ِ ‫ست ما ب ري أع ر‬
‫ه‬
ِ ‫ِب ْس ِم‬
‫اّلِل‬
“Penutup antara pandangan-pandangan jin dengan aurat bani Adam ketika
seseorang masuk wc adalah membaca basmalah.” [10]

Demikian petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkaitan dalam hal etika
makan yang mesti dipatuhi oleh seorang muslim. Pertama kali, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan agar tidak lupa membaca bismillah di awal
menyantap makanan dan mengambilnya dengan menggunakan tangan kanan.

Dari ‘Umar bin [Abi] Salamah Radhiyallahu anhu, bahwasanya ia mendatangi


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , dan di sisinya ada makanan. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ُ ُ َ ِّ َ
‫هللا َوك ْل ِب ِي ِم ْي ِن ِك َوك ْل ِم َّم َي ْليك‬ ‫سم‬

Sebutlah nama Allah Ta’ala, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa
yang ada di dekatmu. [Muttafaqun ‘alaih].

Pentingnya tasmiyah (membaca bismillah) ini kian jelas dengan petunjuk Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi orang yang lupa membacanya. Disebutkan dalam
satu hadits dari ‘Aisyah, ia berkata: Rasulullah bersabda, yang artinya: “Jika salah
seorang dari kalian akan makan, hendaklah menyebut nama Allah Ta’ala. Apabila
lupa menyebut nama Allah Ta’ala, hendaklah mengucapkan: ‘Bismillah awwalahu wa
akhirahu’.” [HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni].

Dalam masalah ini, hukum membaca tasmiyah adalah wajib. Jika meninggalkannya
dengan sengaja, maka seseorang berdosa dan setan akan menyertainya dalam
hidangan tersebut, dan pasti, tidak ada seorang pun yang ingin musuhnya bersama
dia menyantap makanan miliknya. (Lihat Syarhu Riyâdhish-Shâlihin, Syaikh
Muhammad al-‘Utsaimin, 2/1051). Karena, di antara manfaat membaca tasmiyah,
ialah untuk menghindari campur tangan setan dalam makanan dan minuman yang
hendak dikonsumsi oleh seorang muslim. Sehingga ia pun akan memperoleh
keberkahan dengan makanan yang disantapnya.

Jika menyantap makanan atau menikmati minuman tanpa disertai membaca


bismillah, berarti seseorang telah menyediakan rizki bagi Iblis (setan). Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

َ ْ ْ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ ُ َ ْ َ ْ َّ َ َ َ ْ َ ُّ ُ ُ ْ ْ َ َ َ
‫م َعل ْي ِه‬
‫ ِفيما لم يذكر اس ِ ي‬: ‫ ف ِفيم ِرز ِ يق؟ قال‬,‫ كل خلقك بينت ِرزقه‬: ‫قال ِإب ِليس‬
Iblis berkata kepada Allah: “Setiap makhluk-Mu telah Engkau terangkan rizkinya.
Mana rizkiku?” Kemudian Dia menjawab: “Pada makanan yang tidak disebut nama-
Ku padanya”. [Lihat ash-Shahîhah, 708].

Manakala tasmiyah tidak diucapkan, maka setan melakukan “intervensi” kepada


manusia. Sehingga berakibat, keberhakan makanan yang tengah disantapnya
tercabut. Yang pada gilirannya, bisa menyebabkan seseorang akan menghabiskan
makanan maupun minuman yang lebih banyak dari kebutuhan.

Dari ‘Aisyah, ia berkata: “Nabi makan bersama enam sahabatnya. Kemudian ada
seorang Badui datang dan ikut makan (dengan) dua suapan (tanpa membaca
bismillah, Pen.). (Maka) Rasulullah bersabda: ‘Seandainya ia mengucapan bismillah,
maka akan menjadi cukup bagi kalian’.” [Dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni].

Usai makan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan supaya seorang


hamba bersyukur kepada Allah ar-Razzâq. Di antara doa yang beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam ajarkan:

ُ َ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ‫ْ َ ْ ُ ه ه‬
‫يه ِم ْن غ ْ ِي َح ْو ٍل ِم ِّ ين َوْل ق َّو ٍة‬
ِ ‫َّلل ال ِذي أطعم ِ ين هذا الطعام ورزق ِن‬
ِ ِ ‫الحمد‬

Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan ini kepadaku dan yang telah
memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku. [Shahîh Sunan at-Tirmidzi,
no. 2751]

Demikian secara ringkas etika makan yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam . Tidak hanya bermanfaat dalam mendatangkan keberkahan, tetapi, sekaligus
mencerminkan rasa syukur hamba kepada Allah, Dzat Pemberi kenikmatan.

Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

MANFAAT MEMBACA BASMALAH


Bismilah, sebuah kalimat yang tidak asing di telinga dan lisan seorang muslim.
Bismillah diucapkan ketika akan memulai setiap perkara yang bermanfaat. Dzikir ini
mengandung keutamaan, diantaranya sebagai berikut.

Terjaga Dari Setan


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َ َ َ َ َ َ َُ َ َ ُ َ َّ َ َ َ َْ ُ ُ َ ْ َ ‫َ َ َ َ َّ ُ ُ َ ْ َ ُ َ َ َ َ ه‬
‫ال الش ْيطان ْل َم ِبيت لك ْم َوْل َعش َاء َوِإذا دخ َل‬‫ول ِه َو ِعند ط َع ِام ِه ق‬‫خ‬ ‫ِإذا دخل الرجل بيته فذكر اَّلل ِعند د‬
َ َ ْ ْ ُْ َْ َ َ َ َ َ ْ َ ‫َ َ َّ ْ َ ُ َ ِ ْ َ ْ ُ ْ ْ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ ه‬ ُ ُ َْ َ‫ََْ َْ ُْ ه‬
‫ول ِه قال الشيطان أدركتم الم ِبيت وِإذا لم يذكر اَّلل ِعند طع ِام ِه قال أدركتم الم ِبيت‬ ِ ‫فلم يذكر اَّلل ِعند د‬
‫خ‬
َ‫َو ْال َع َشاء‬

Apabila salah seorang masuk ke rumahnya dan mengingat Allah (berdzikir) ketika
masuknya dan ketika makan, maka setan berkata : “Tidak ada tempat istirahat dan
makan malam untuk kalian”. Dan apabila ia masuk dan tidak mengingat Allah ketika
masuk, maka setan berkata :”Kalian telah mendapatkan tempat istirahat dan makan
malam. [HR Muslim, 2018]

Imam Nawawi berkata, “Dengan demikian disunnahkan untuk mengingat Allah


Subhanahu wa Ta’ala ketika masuk rumah dan makan”.[ Syarh Nawawi ‘ala Muslim,
7/54]

Menyempurnakan Barakah
Dengan bismillah akan dapat menyempurnakan keberkahan pada amal. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ َ ْ َ َ َُ ‫ْ ه‬ ‫ه‬ ْ ‫ُك ُّل َأ ْمر ذ ْي َبال َْل ُي ْب َد ُأ ف ْيه بب‬


(‫)وق رواية ف ُه َو أبي‬
‫ي‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ق‬ ‫أ‬ ‫و‬‫ه‬ ‫ف‬ ( ‫اَّلل‬
‫ر‬ ِ ‫ك‬‫ذ‬ِ ‫ب‬
ِ ‫رواية‬ ‫)وق‬
‫ي‬ ‫اَّلل‬
ِ ‫م‬ِ ‫س‬ ِِ ِ ِ ٍ ِ ٍ

Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillah (dalam riwayat lain :
dengan mengingat Allah) maka amalan tersebut terputus (kurang) keberkahannya.[3]
Disahihkan oleh jama’ah, seperti Ibnu Shalah, Nawawi dalam Adzkar-nya, Syaikh Bin
Baz berkata : “Hadits ini hasan dengan syawahidnya

Dilindungi Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dari Gangguan Jin

‫ه‬ ُ ‫ي َع ْو َرات َبن َأ َد َم إ َذا َو َض َع َأ َح ُد ُه ْم َش ْو َب ُه َأ ْن َي ُق‬


ْ ‫ول‬
‫بسم اَّلل‬ َ ْ ‫ي َأ ْع ُي ْالج ِّن َو َب‬
َ ْ ‫َس ْ ُي َب‬
ِ ‫ي‬ ِ ِ ِ ِ

Dan sabdanya : “Penghalang antara mata jin dan aurat Bani Adam, apabila salah
seorang dari mereka melepas pakaiannya, ialah dengan membaca bismillah”
[terdapat dalam al-Jami Shagir. Dan dihasankan oleh Munawi dalam syarhnya
]

Pengalaman Nyata
Ketika Khalid bin Walid tertimpa kebimbangan, mereka berkata kepadanya :”Berhati-
hatilah dengan racun. Jangan sampai orang asing memberikan minum padamu”,
maka ia berkata, “Berikanlah kepadaku,” dan ia mengambil dengan tangannya dan
membaca : “Bismillah”, lalu ia meminumnya. Maka sedikitpun tidak memberikan
bahaya kepadanya. [5]
(Al-Hisnu al-Waqi, Syaikh Dr Abdullah bin Muhammad as-Sad-han, dengan pengantar
dari Syaikh Dr Abdullah bin Abdir-Rahman bin Jibrin)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII/1429h/2008M. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. HR Muslim, 2018
[2]. Syarh Nawawi ‘ala Muslim, 7/54
[3]. Disahihkan oleh jama’ah, seperti Ibnu Shalah, Nawai dalam Adzkar-nya, Syaikh
Bin Baz berkata : “Hadits ini hasan dengan syawahidnya”.
[4]. Sebagaimana terdapat dalam al-Jami Shagir. Dan dihasankan oleh Munawi dalam
syarhnya
[5]. DIkeluarkan oleh al-Baihaqi, Abu Nu’aim, Thabrani, Ibnu Sa’ad dengan sanad
yang shahih. Lihat Tahdzib at-Tahdzib, Ibnu Hajar 3/125

Read more https://almanhaj.or.id/3779-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-


memerintahkan-sebelum-menyantap-makanan-bacalah-bismillah.html

Anda mungkin juga menyukai