Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KESEHATAN MATRA

KESEHATAN MIGRAN

Dosen Pengampu:
Ns. Ronny Basirun Simatupang, M.Si (Han)

Disusun Oleh:
Nurhidayah Perwaningsih 1710711113
Feny Ditya Hanifah 1710711110
Farras Jihan Afifah 1710711119
Christin Natalia 1710711126
Ridha Tiomanta Purba 1710711128
Ayu Inda Puspitasari 1710711137

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi


salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Matra I dengan judulKesehatan Migran
Disamping itu, kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata, kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan
maka dari itu kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya
kami di waktu yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Depok, 27 September 2019


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... Ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
I. 1. Latar Belakang.......................................................................... 1
I. 2. Perumusan Masalah................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................. 2
II. 1. Pengertian.............................................................................. 2
II. 2. Alasan Bermigrasi................................................................. 3
II. 3. Perbedaan Migran dan Pengungsi ........................................... 3
II. 4. Kesehatan Migran menurut Kemenkumham............................. 4
II. 5. Kesehatan Sebelum, Selama dan Setelah Proses Migrasi.......... 5
II. 6. Hubungan antara perubahan iklim, migrasi dan kesehatan........ 6
II. 7. Pemeriksaan kesehatan migrasi................................................. 10
II. 8. Isu penting pada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita... 12

BAB IV PENUTUP 13

DAFTAR PUSTAKA 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Migrasi merupakan salah satu fenomena yang menjadi isu paling penting
terutama di negara-negara berkembang. Adanya migrasi masyarakat dari desa ke kota
mengakibatkan terjadinya urbanisasi di kota-kota besar. Pada beberapa kasus di
negara berkembang, urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar tidak diimbangi
dengan kesiapan daerah tersebut untuk menerima penduduk migran dalam jumlah
yang sangat banyak sehingga terjadilah over population yang mengakibatkan
terbentuknya daerah-daerah kumuh atau slum area di perkotaan. Penduduk yang
berada di slum area pada umumnya memiliki tingkat kebersihan yang sangat buruk
sehingga berdampak pada kondisi kesehatan mereka. Kesehatan yang kurang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi produktivitas seseorang
dalam melakukan berbagai pekerjaan. Diimplikasikan bahwa kondisi kesehatan yang
buruk akan menurunkan produktivitas seseorang sehingga menurunkan pendapatan
orang tersebut. Hal ini berarti bahwa kemiskinan yang terjadi pada warga migran,
khususnya yang berada di daerah slum, tidak hanya diakibatkan oleh tidak adanya
keterampilan yang mereka miliki akan tetapi juga diakibatkan oleh kesehatan mereka
yang buruk sehingga menjadikan mereka kurang produktif.
Transmigrasi merupakan salah satu program kependudukan yang telah lama
dirancangkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Secara kontekstual tujuan
pelaksanaan transmigrasi adalah untuk penyebaran penduduk secara merata di
Indonesia, pemanfaatan sumber daya alam di daerah yang masih jarang penduduknya
dengan menggunakan sumber daya yang berasal dari daerah luar. Dengan demikian
maka diharapkan kesejahteraan masyarakat lokal dapat meningkat. Dengan demikian,
maka dapat dikatakan bahwa program transmigrasi memiliki tujuan yang mulia bagi
kemanusiaan di Indonesia secara umum.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi Migrasi?


2. Apa alasan bermigrasi?
3. Apa perbedaan antara migran dan pengungsi?
4. Apa define kesehatan migran?
5. Apa itu kesehatan migran menurut kemenkumham?
6. Bagaimana kesehatan sebelum,setelah dan sesudah proses migrasi?
7. Bagaimana cara Pemeriksaan kesehatan migrasi yang dilakukan secara garis
besarpada aspek medis?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Definisi migrasi
2. Mengetahui apa alasan bermigrasi
3. Mengetahui apa perbedaan antara migran dan pengungsi
4. Mengetahui definisi kesehatan migran
5. Mengetahui kesehatan migran menurut kemenkumham
6. Mengetahui apa kesehatan sebelum,setelah dan sesudah proses migrasi
7. Mengetahui Pemeriksaan kesehatan migrasi yang dilakukan secara garis besarpada
aspek medis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Migrasi
“Bermigrasi” berarti “pindah dari satu tempat ke tempat lain”.
Pergerakan orang-orang ini dapat terjadi di dalam sebuah negara-ini yang
disebut sebagai “migrasi internal”. Migrasi juga dapat terjadi ketika orang-
orang pindah dari negara asalnya ke negara lain-ini disebut sebagai “migrasi
eksternal atau “emigrasi”. (Hak-Hak Pekerja Migran, Buku Pedoman,
Organisasi Perburuhan Internasional, Mei 2006)
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di Wilayah Pengembangan
Transmigrasi atau Lokasi Permukiman Transmigrasi.Transmigran adalah
warga negara Republik Indonesia yang berpindah secara sukarela ke Wilayah
Pengembangan Trans-migrasi atau Lokasi Permukiman Transmigrasi melalui
pengaturan dan pelayanan Pemerintah.Wilayah Pengembangan Transmigrasi
adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman
trans-migrasi untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah yang baru sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.
Lokasi Permukiman Transmigrasi adalah lokasi potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat
pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.Penyelenggaraan transmigrasi bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya,
peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah, serta memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa.
1) Peningkatan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitarnya
diwujudkan melalui penyediaan kesempatan kerja dan peluang usaha,
pemberian hak milik atas tanah, pemberian bantuan permodalan dan
atau prasarana/sarana produksi, memfasilitasi pengurusan administrasi
dengan badan usaha, peningkatan pendapatan, pendidikan dan
pelatihan, pelayanan kesehatan, pemantapan ideologi, mental spiritual,
sosial dan budaya.
2) Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah diwujudkan
melalui pembangunan pusat pertumbuhan wilayah baru atau
mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang
sedang berkembang.
3) Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa diwujudkan melalui
pengelolaan temu budaya, tata nilai dan perilaku transmigran dan
masyarakat sekitarnya untuk pemantapan rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.

B. Alasan Bermigrasi
Orang-orang bermigrasi untuk beragam alasan. Sebagian orang
bermigrasi untuk perkembangan pribadi dan/atau profesional, dan ingin
bepergian dan melihat dunia.Sebagian orang bermigrasi karena kejadian-
kejadian yang terjadi disekeliling mereka yang berada diluar kendali mereka,
contohnya pengungsi kerusuhan sipil, bencana alam seperti kelaparan,
kekeringan, gempa bumi, banjir.
Ada juga yang bermigrasi karena menginginkan standar kehidupan
yang lebih baik untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka, termasuk
pekerjaan yang memberikan penghasilan yang lebih besar, pekerjaan yang
layak, keamanan manusia, dan perlindungan hak-hak dan kebebasan-
kebebasan dasar.
(Hak-Hak Pekerja Migran, Buku Pedoman, Organisasi Perburuhan
Internasional, Mei 2006)
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Migrasi

Menurut gambar 2.1 diatas, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi


keputusan migrasi di daerah asal (origin), daerah tujuan (destination), dan hambatan
(intervening obstacles). Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1) Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika
bertempat tinggal di daerah atau negara tersebut. Misalnya terdapat sekolah,
adanya kesempatan kerja atau lapangan pekerjaan, infrastruktur, keamanan,
iklim yang kondusif, dan lain sebagainya.
2) Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan
bila tinggal di daerah atau negara tersebut. Sehingga, seseorang merasa ingin
pindah ke daerah atau negara lain. Misalnya, kepadatan penduduk, iklim yang
tidak sesuai, kebisingan polusi, dan lain sebagainya.
3) Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang
individu untuk tetap tinggal di daerah asal atau pindah ke daerah lain atau
tujuan.
Terdapat faktor lain sebagai penghambat untuk melakukan migrasi penduduk.
Hambatan atau rintangan berupa tingginya ongkos pindah dari daerah asal ke daerah
tujuan, topografi antara daerah asal dengan daerah tujuan berbukit, sarana
transportasi, lama perjalanan, undang-undang Imigrasi yang ketat, risiko rusaknya
barang berharga atau barang kesayangan jika dipindahkan.
Berbagai faktor yang telah disebutkan tersebut, migrasi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor individu. Faktor individu merupakan faktor terpenting yang
mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi, karena individu dapat menilai positif atau
negatifnya suatu daerah atau negara tujuan, memutuskan untuk pindah atau menetap
di daerah asal, dan memberikan penilaian apakah daerah/negara tujuan dapat
memenuhi kebutuhannya atau tidak.
Lewis (1954) teori migrasi internal yang membahas tentang proses
perpindahan desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis diperluas oleh Fei
dan Ranis pada tahun (1961). Kemudian menjadi teori umum yang diterima dan
dikenal dengan model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R). Dengan begitu perpindahan tenaga
kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern dijelaskan oleh Todaro lebih
lanjut. Menurut Todaro (2003) arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap
adanya perbedaan pendapatan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. Dalam
Expected Income Model of Rural-Urban Migration, dimana mobilitas ke kota
mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di desa. Para migran
akan mempertimbangkan dan membandingkan berbagai macam peluang pasar tenaga
kerja yang tersedia di suatu negara atau daerah, kemudian memilih salah satu diantaranya
yang dapat memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected gains) dari migrasi.
Dengan kata lain, para migran akan melakukan migrasi bila penghasilan yang diterima
nya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.

D. Perbedaan Antara Migran dan Pengungsi.

1. The International Organization for Migration (IOM) mendefinisikan


seorang migran sebagai setiap orang yang berpindah melintasi perbatasan
internasional atau ke suatu Negara yang jauh dari tempat tinggalnya,
terlepas dari status hukum orang tersebut, baik bersifat sukarela atau tidak,
apa penyebab perpindahan itu atau berapa lama tinggalnya

2. Menurut Protokol 1967 dari Konvensi Pengungsi tahun1951, seorang


pengungsi adalah orang yang, 'karena takut akan penganiayaan karena
alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial tertentu atau
opini politik, berada di luar negeri kewarganegaraannya dan tidak mampu
atau, karena ketakutan seperti itu, tidak mau memanfaatkan perlindungan
negara itu. ' Deklarasi Cartagena 1984 menyatakan bahwa para pengungsi
juga termasuk orang-orang yang melarikan diri dari negara mereka 'karena
kehidupan mereka, keamanan atau kebebasan telah terancam oleh
kekerasan umum, agresi asing, konflik internal, pelanggaran besar-besaran
hak asasi manusia atau keadaan lain yang telah mengganggu ketertiban
umum'.

E. Menurut Kemenkumham
Menurut Kemenkumham Paragraf 2 tentang Kesehatan Migran Pasal 8:
1) Kesehatan migran merupakan Kesehatan Matra yang dilakukan terhadap
migran, yang diselenggarakan pada saat:
a. Sebelum keberangkatan;
b. Selama proses perjalanan keberangkatan mulai dari tempat
keberangkatan sampai di pelabuhan dan/atau bandar udara
pemberangkatan; dan
c. Kembali ke tanah air.
2) Kegiatan sebelum keberangkatan sebagaimana dimaksud pasa ayat (1)
huruf a paling sedikit terdiri atas;
a. Pendataan demografi;
b. Survellans kesehatan;
c. Penyuluhan kesehatan;
d. Pemberian informasi kondisi tempat tujuan;
e. Pemeriksaan kesehatan; dan
f. Pelayanan kesehatan primer.

3) Kegiatan selama proses perjalanan keberangkatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. Penyuluhan kesehatan;
b. Pelayanan kesehatan primer;
c. Survellans kesehatan; dan
d. Penyediaan dukungan logistik.

4) Kegiatan setelah kembali ke tanah air sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c paling sedikit terdiri atas:
a. Penyuluhan kesehatan;
b. Pemeriksaan kesehatan;
c. Survellans kesehatan; dan
d. Inspeksi sanitasi dan perbaikan kualitas air bersih dan sanitasi pada
instalasi penampungan sementara.

5) Dalam hal terjadi kedaruratan medik dan/atau kejiwaan pada kegiata


kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dapat
dilakukan:
a. Pelayanan kegawatdaruratan dan rujukan;
b. Tindakan karantina dan/atau isolasi; dan/atau
c. Pelayanan kesehatan jiwa

F. Kesehatan Sebelum, Selama dan Setelah Proses Migrasi

Risiko terhadap kesehatan migran timbul pada setiap tahap sepanjang


perjalanan mereka, dari sebelum proses migrasi dimulai, selama perjalanan
dan saat transit dan titik tujuan. Ada juga risiko kesehatan bagi para migran
yang kembali ke rumah, termasuk kehilangan ikatan dan jejaring sosial, sikap
sosial terhadap para migran yang kembali dan paparan ulang terhadap faktor-
faktor risiko lama. Oleh karena itu, analisis dinamis yang mempertimbangkan
peristiwa temporal dan dampak kumulatif dari berbagai faktor penentu pada
berbagai tahap dan fase yang berbeda diperlukan.
Sebelum Proses Migrasi Selama Perjalanan Saat transit dan tujuan
 Status sosial  Mode Perjalanan  Adaptasi terhadap
ekonomi  Batas legal atau kehidupan,
 Tingkat illegal lingkungan dan
pendidikan  Faktor Lingkungan budaya yang baru
 Genetik  Kekerasan seksual  Akomodasi kolektif
 Profil Penyakit dan lainnya,  Status hukum tidak
lokal hambatan , dan pasti
 Kebersihan pribadi peristiwa traumatis  Akses ke kebutuhan
dan makanan lainnya dasar
 Kondisi kesehatan  PMS, cedera, dan  Akses ke layanan
 Faktor lingkungan paparan bahaya kesehatan
 Konflik, bencana fisik dan kondisi  Kerentanan
dan peristiwa lingkungan yang terhadap penyakit
traumatis lainnya ekstrem baru
 Sistem perawatan  Kondisi yang tidak  Kondisi lingkungan
kesehatan yang sehat dan  Pengasingan social
lemah kepadatan  Hambatan budaya,
penduduk bahasa dan hukum
 Nutrisi yang tidak untuk mengakses
memadai layanan kesehatan
 Kebersihan pribadi  Diskriminasi
dan makanan  Kurangnya akses ke
makanan sehat

Sebelum keberangkatan, status kesehatan para migran biasanya akan


mencerminkan pola kesehatan khas negara-negara di mana mereka
tinggal. Untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, ini
biasanya akan melibatkan tingkat penyakit Kelompok 1 yang relatif tinggi
(penyakit menular dan kondisi ibu, perinatal, dan gizi) dibandingkan dengan
penyakit Kelompok 2 (penyakit tidak menular (NCD)) dan Kelompok 3
(cedera ), kelompok penyebabnya adalah yang digunakan dalam beban global
studi penyakit. Namun, faktor-faktor lokal dapat sangat mengubah distribusi
penyakit. Sebagai contoh, data dari Institute of Health Metrics menunjukkan
bahwa beban penyakit di Suriah sangat tidak biasa, dengan faktor-faktor
terkait konflik bergerak dari posisi ke-19 ke posisi 1 antara 2005 dan 2015
sebagai penyebab utama kematian dan kecacatan Di Timur Tengah, kematian
akibat kekerasan tumbuh sebesar 850% antara tahun 1990 dan 2015 dan
timbulnya banyak penyakit kronis juga meningkat secara dramatis; tingkat
kematian akibat diabetes, misalnya, tumbuh 216% selama periode tersebut,
menurut serangkaian laporan yang diterbitkan pada Agustus 2017.

Dalam hal dampak migran yang masuk pada profil kesehatan negara
penerima, sering diamati bahwa imigran yang tiba di negara tuan rumah lebih
sehat daripada populasi asli yang sebanding tetapi status kesehatan imigran
dapat memburuk dengan tahun-tahun tambahan di negara tersebut. 'Efek
migran yang sehat' dijelaskan melalui seleksi mandiri imigran yang positif dan
seleksi, penyaringan dan diskriminasi positif yang diterapkan oleh negara tuan
rumah. Efeknya mungkin tidak ada pada pengungsi yang jalurnya ke negara
tujuan telah termasuk tinggal lama di kamp-kamp pengungsi atau perjalanan
yang sulit. Dalam jangka panjang, kesehatan migran mencerminkan
perubahan gaya hidup, pola makan dan lingkungan di negara tuan rumah,
misalnya menyebabkan peningkatan gangguan kardiovaskular.
G. Kondisi Kesehatan Migran
Setiap negera memiliki karakteristiknya masing-masing, di negara-
negera berkembang salah satu karakteristik yang paling menonjol adalah
kondisi demografinya. Negara berkembang identik dengan dengan jumlah
penduduk yang banyak dengan angka pertumbuhan penduduk tahunan yang
cukup tinggi. Isu yang lebih menarik untuk di telusuri mengenai karakteristik
penduduk di negara berkembang adalah kualitas sumber daya manusianya
yang dapat dikatakan masih rendah. Di sisi lain pemerintah di negara-negara
berkembang belum dapat melakukan pembangunan secara merata di seluruh
wilayahnya, sehingga terciptalah daerah-daerah yang terbangun dan daerah-
daerah yang tidak terbangun dengan baik atau dapat dikatakan tertinggal.
Kondisi ketimpangan antar daerah ini menyebabkan adanya migrasi penduduk
yang menimbulkan dampak terjadinya urbanisasi, terutama di kota-kota besar.
Tingkat urbaisasi yang tinggi ini tidak selalu diimbangi oleh kesiapan
daerah tujuan migrasi utnuk menerima para penduduk migran. Di sisi lain,
tidak semua penduduk migran ini mempunyai modal ataupun keterampilan
yang dapat dipergunakannya utnuk mencari pekerjaan di kota. Akibatkanya,
pupulasi penduduk miskin meningkat yang berimplikasi pada terciptanya
daerah-daerah kumuh di perkotaan atau slum area karena para penduduk
migran yang miskin tidak mampu menjangkau perumahan yang layak.
Kebersihan penduduk di slum area ini sangatlah memprihatinkan.
Hidup di lingkungan yang sama sekali tidak bersih danjauh dari kondisi
higienis membuat kesehatan para penduduk ini menjadi taruhannya.
Kesehatan yang buruk akan meurunkan produktivitas dari orang itu sendiri
sehingga berdampak negatif pada kualitas hidupnya.

Kondisi Kesehatan Masyarakat di Slum Area


Slum area atau yang biasa di sebut dengan kawasan kumuh merupakan
suatu kawasan yang identik dengan pemukiman penduduk yang sangat padat
dengan karakteristik bangunanya yang semi permanen atau bahkan non
permanen, ukuran rumah kecil atau bahkan sangat kecil, cenderung kotor, dan
memiliki kondisi sanitasi yang buruk. Kawasan-kawasan semacam ini sangat
mudah ditemukan di pinggiran kota-kota besar di negara berkembang,
termasuk di Indonesia. Slum area ini biasanya banyak terdapat di bantaran
sungai, daerah dekat pasar dan juga pabrik, pinggiran rel kereta api, terminal,
dan tempat-tempat umum lain yang biasa dikunjungi oleh banyak orang. hal
ini terjadi karena sebagian besar masyarakat di slum area ini adalah penduduk
migran yang tidak dapat menjangkau pemukiman yang layak karena tidak
memiliki penghasilan yang cukup atau dapat dikategorikan miskin.
Kondisi di slum area yang hampir bisa dipastikan kotor dan menjadi
sarang berbagai macam bakteri membuat kesehatan penduduk yang tinggal di
daerah ini menjadi terancam. Mereka dapat dengan mudah terkena berbagai
macam penyakit. Penyakit yang lazim ditemui antara lain diare dan penyakit
saluran pencernaan lainnya, penyakit kulit, flu, cacingan, bahkan penyakit
berat seperti demam berdarah, tipes, dan lain sebagainya.

H. Peran Perawat Pada Masalah Kesehatan Migran


a. Peran Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan
keadaan kebutuhann dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar
bias direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan
tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
b. Peran Perawat sebagai advokat klien
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
c. Peran Perawat sebagai Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran Perawat sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
e. PeranPerawatsebagaiKonsultan
Peran ini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.

I. Pemeriksaan kesehatan migrasi yang dilakukan secara garis besar ada


aspek medis, yaitu:

1. Identitas tenaga kerja :


a. Nama
b. Tanggal lahir/ umur,
c. Alamat lengkap : RT , RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten,
Propinsi
d. Telpon : bila ada
e. Status perkawinan : lajang / menikah / duda / janda
f. Suku bangsa
g. Agama
h. Pendidikan terakhir
2. Anamnesis :
a. Riwayat Obstetri (bagi yang sudah menikah/pernah menikah)
b. Riwayat haid
c. Riwayat Pekerjaan sebelumnya
d. Riwayat Penyakit dalam keluarga
e. Riwayat Penyakit-penyakit infeksi Riwayat Penyakit degeneraitf
f. Riwayat operasi dan di rawat di rumah sakit

3. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda vital, Tingkat kesadaran
b. Status gizi
c. Kulit
d. Kepala
e. Mata : warna, visus, penglihatan 3 dimensi
f. Telinga : test berbisik, tes garpu tala
g. Hidung :
h. Pharing, laring, tonsil
i. Mulut, gusi, bibir, gigi geligi
j. Leher : kelenjar getah bening, kel tiroid, JVP, trakea
k. Tulang dan sendi : vertebra,
l. Ekstremitas atas
m. Ekstremitas bawah
n. Fungsi luhur : Daya ingat
o. Orientasi
p. Kesan Persarafan Otak : N I N V N IX N II N VI N X
q. Dada : mamae
r. Jantung :
s. Paru
t. Abdomen : Hepar, limpa, ginjal
u. Genitalia eksterna, anus, perianal N III N VII N XI N IV N VIII N XII
v. Fungsi : motorik, sensorik, vaskular
w. Status psikiatrikus : secara umum

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan dari


pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita. Oleh karena itu titik berat yang
dilakukan adalah menyaring penyakitpenyakit infeksi yang mungkin ada,
menemukan ada/tidak penyalahgunaan obat-obat terlarang, mengetahui
ada/tidaknya kehamilan pada tenaga kerja wanita yang akan dikirim ke negara
tujuan. 10,11 Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan :
a. Pemeriksaan darah rutin
b. Pemeriksaan urin rutin
c. Pemeriksaan faeces
d. Pemeriksaan kimia darah : SGOT, SGPT, Kolesterol total, LDL, HDL,
trigliserida, asam urat, kreatinin,
e. Pemeriksaan HbsAg
f. Pemeriksaan HIV-AIDS : cara ELISA 7. Pemeriksaan Rontgen thoraks
g. Pemeriksaan VDRL dan Wasserman
h. Pemeriksaan Widal (bila diperlukan)
i. Pemeriksaan narkoba : dilakukan pada laboratorium khusus
j. Pemeriksaan tes kehamilan (gravindex test)

5. Penentuan kesimpulan hasil pemeriksaan kesehatan

Kesimpulan yang diambil berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang yang sudah ditentukan. Ada beberapa cara
penulisan kesimpulannya, :
a. ditulis : Fit unfit
b. ditulis : Fit temporary unfit permanent unfit
c. ditulis : Fit kelainan minimal yang dapat diperbaiki Kelainan fisik untuk
pekerjaan terbatas unfit

J. Issue penting pada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita

Pada pelaksanaan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja wanita, ditemui


beberapa hal yang sering kali terjadi, seperti :

1. Apakah identitas tenaga kerja wanita sudah diisi dengan benar dan
lengkap ? Maksudnya apakah datadata yang diberikan tersebut sesuai
dengan kenyataan dan tidak dimanipulasi ? Seringkali data umur dan
status perkawinan dituliskan secara tidak benar. Akibatnya sering kali
ditemukan umur tenaga kerja wanita masih umur anak-anak.

2. Anamnesis penyakit, pekerjaan dan riwsayat penyakit dalam keluatga


sering kali kurang diketahui, sehingga agak mempersulit dalam membuat
kesimpulan akhir hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja

3. Konseling pra pemeriksaan HIV-AIDS jarang dilakukan dikarenakan


tenaga kerja wanita datang secara serentak dalam jumlah banyak pada
waktu yang bersamaan. Padahal secara konsensus, pemeriksaan HIV –
AIDS dilakukan secara sukarela, setelah konseling dilakukan. Hasil
pemeriksaan HIV-AIDS bila reaktif, akan memberikan implikasi yang
hebat pada tenaga kerja tersebut dan perlu dilakukan tindak lanjut.

4. Dengan banyaknya tenaga kerja wanita yang harus diperiksa pada waktu
yang terbatas, bagaimana dengan validitas hasil yang ada? Ini memerlukan
tingkat kewaspadaan dalam memeriksa dan mendiagnosis dari dokter
pemeriksa yang relatif harus kuat dan tahan banting. Sehingga hasil yang
ada dapat diperetanggung jawabkan secara profesional.
5. Validitas dari laboratorium pemeriksa juga perlu diperhatikan. Apakah
selalu dikalibrasi ? apakah sesuai standar prosedur pemeriksaannya ?
Pemakaian alat yang tidak terkalibrasi dengan baik akan mengacaukan
hasil pemeriksaan, yang secara langsung akan mengacaukan kesimpulan
yang dibuat pada pemeriksaan kesehatan ini. Secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap tenaga kerja yang dikirim seandainya terjadi salah
interpretasi hasil, sehingga akan merugikan yang bersangkutan apabilaia
harus dikembalikan karena begitu di negara tujuan ditemukan adanya
kelainan. Oleh karena itu perlu diperhatikan, jangan menggunakan alat
laboratorium yang tidak terkalibrasi dengan baik.

Mengenai hasil pemeriksaan, masalah kesehatan tertentu kemungkinan dapat


mempersulit pengajuan imigrasi. Biasanya, negara-negara menetapkan standar atau
persyaratan tambahan dalam mengatur penyakit seperti:

1. Masalah kesehatan mental – Pemohon imigrasi yang menunjukkan


keterbelakangan mental atau disabilitas, harus menyerahkan laporan terpisah
yang menguraikan sifat pasti dari gangguan mental tersebut dan kebutuhan
khusus dalam hal perawatan, pengawasan, dan pendidikan. Sertifikat yang
menguraikan diagnosa, berapa lama perawatan yang dijalankan, dan
prognosis, harus disertakan dalam laporan apabila pemohon telah mendapat
perawatan untuk masalah mental tersebut. Selain itu, bila pemohon memiliki
riwayat pernah menyakiti diri sendiri dan berperilaku kasar terhadap orang
lain, hal tersebut harus cukup terkait dengan masalah kesehatan mental yang
dialaminya, untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti
kecanduan alkohol atau obat terlarang.
2. Sifilis – Pemohon imigrasi yang menderita sifilis harus menyertai sertifikat
dengan tanda tangan dokter, yang membuktikan bahwa ia telah diberi
pengobatan untuk penyakit tersebut. Bila ia tidak menjalani pengobatan, ia
harus memberikan penjelasan tertulis tentang hal itu; surat penjelasan harus
tetap ditandatangani oleh dokter.
3. Tuberkulosis atau TBC – Surat yang menjelaskan diagnosa, tindakan
pengobatan, dan hasil pengobatan, harus disertakan apabila seseorang pernah
mengidap TBC dan telah menerima pengobatan. Sertifikat pengobatan juga
harus meliputi jenis obat-obatan yang diresepkan dan tanggal obat tersebut
dikonsumsi.

4. Masalah kesehatan kronis – Pemohon yang menderita masalah kesehatan


kronis dan sedang mengkonsumsi obat-obatan harus memberikan sertifikat
dokter yang menguraikan penyakit tersebut, pengobatan yang saat ini
dijalankan, daftar obat yang dikonsumsi, dan prognosis

United Nations High Commissioner for Refugees (UNCHR) atau Komisioner


Tinggi PBB untuk Pengungsi
Pengungsi menurut UNHCR Indonesia, “Orang yang dikarenakan oleh ketakutan yang
beralasan akan penganiayaan, yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan,
keanggotaan dalam kelompok sosial dan partai politik tertentu, berada diluar Negara
kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari Negara tersebut.”
Peraturan Presiden RI Nomor 125 Tahun 2016 tetang Penanganan Pengungsi
dari Luar Negeri
Pasal 2
(1) Penanganan Pengungsi dilakukan berdasarkan kerja sama antara pemerintah
pusat dengan Perserikatan BangsaBangsa melalui Komisariat Tinggi Urusan
Pengungsi di Indonesia dan/atau organisasi internasional.
Pasal 4
(1) Penanganan Pengungsi dikoordinasikan oleh Menteri.
(2) Koordinasi sebagqimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam rangka
perumusan kebijakan, meliputi: a. Penemuan; b. Penampungan; c.
Pengamanan; dan d. Pengawasan keimigrasian.
KASUS VIRUS CACAR MONYET
Merujuk kantor berita Reuters, virus cacar monyet masuk ke Singapura
diduga melalui seorang warga Nigeria. Laki-laki berusia 38 tahun itu disebut telah
lebih dulu terinfeksi cacar monyet sebelum mendarat ke Singapura, 28 April lalu. Ia
diperkirakan terjangkit virus ini setelah mengkonsumsi daging binatang liar.
Pemerintah Kota Batam memperketat pengawasan terhadap penumpang
kapal dan pesawat dari Singapura untuk mengantisipasi virus cacar monyet. Alat
pendeteksi suhu tubuh disiagakan di pintu masuk Batam,
Merujuk data imigrasi, warga asing terbanyak yang masuk ke Batam berasal dari
negara tersebut.
September 2018, Inggris mengumumkan kasus cacar monyet pertama di
negara mereka, yang diduga berkaitan dengan perjalanan seseorang dari Nigeria.

Solusi Menurut Kelompok


1. Dihimbaukan masyarakat yang tinggal dikawasan terjangkit cacar monyet
menghindari kontak langsung dengan rpimata, hewan pengerat dan orang
yang terjangkit dengan cacar monyet. Minimal dengan menggunakan APD
seperti masker ataupun sarung tangan
2. Penderita yang terpapar cacar monyet sebaiknya dirawat di RS untuk
menghindari komplikasi yang lebih berat maupun kematian
3. Masyarakat pribadi diharapkan dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Terutama karna belum ditemukannya vaksin pencegah cacar monyet tsb.
4. Menghindari bepergian ke daerah atau negara dengan jumlah kasus cacar
monyet yang tinggi.
5. Bagi warga yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet seperti
Afrika Tengah dan Barat, disarankan untuk segera memeriksa kondisi
kesehatan. (dengan ciri-ciri: demam tinggi, pembesaran kelenjar getah bening,
ruam di kulit)
6. Untuk petugs kesehatan disarankan untuk selalu menggunakan APD seperti
sarung tangan dan masker ketika menangani pasien atau hewan yang sakit.
Pencegahan Primer terhadap Virus Cacar Monyet
1. Cuci tangan dengan sabun
2. Menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata
3. Membatasi paparan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak
dengan baik
4. Menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang
terkontaminasi
5. Menghindari kontak dengan hewan liar atau mengonsumsi daging yang
diburu dari hewan liar

KASUS ROHINGYA
Kronologi

1942: Pembantaian Muslim Rohingya Pro -Inggris


Terjadi saat okupasi Jepang sebelum kemerdekaan Myanmar. Sekitar 100.000
Muslim Rohingya tewas dan ribuan desa hancur.

1948: Kemerdekaan Myanmar dari Inggris Raya


1978: Operasi King Dragon
Bertujuan untuk mengintimidasi kaum Rohingya dan memaksa mereka keluar dari
wilayah Arakan. Sekitar 200.000 orang melarikan diri ke Bangladesh.

1982: Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan ka um Rohingya


Rohingya tidak diakui sebagai bagian dari 135 kelompok etnis resmi Myanmar.

1990an: Repatriasi
200.000 warga Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dipulangkan paksa.

2001: Penghancuran masjid dan sekolah


28 masjid dan sekolah Islam di wilayah Maungdaw dihancurkan.

2012: Muncul gerakan Rohingya Elimination Group


Didalangi oleh kelompok ekstremis 969. Bertujuan untuk menghapus kaum Rohingya
dari bumi Arakan. Sekitar 140.000 orang dipaksa tinggal di kamp konsentrasi, 200
orang tewas.

2013: Eksodus besar-besaran


Ribuan warga Rohingya melarikan diri dengan kapal untuk mengungsi ke Indonesia,
Malaysia, dan Thailand.

2015: Krisis kapal pengungsi di Laut Andaman


Ribuan orang terkatung-katung di lautan, di antara mereka banyak yang meninggal
dalam perjalanan. UNHCR memperkirakan 150.000 orang melarikan diri dari
perbatasan Myanmar-Bangladesh sejak Januari 2012.

2016: Pembantaian Muslim Rohingya


Per Oktober, 150 orang dibunuh dan 3 desa hangus dibakar.

2017 Operasi Pembersihan militer Myanmar


Per September lebih 400 muslim Rohingya meninggal dunia, sedangkan ratusan ribu
penduduk muslim Rohingya pergi melarikan diri.

*Sumber: Laporan International State Crime Initiative (ISCI), 2015 dan A History of
Arakan oleh Mohammed Yunus, 1994

Upaya Pemerintah Indonesia Bantu Atasi Krisis Rohingya di Myanmar


1. Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengutus Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi untuk datang langsung ke Myanmar.
2. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, meresmikan aliansi lembaga
swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kemanusiaan untuk membantu
krisis humaniter terhadap etnis Rohingya dan warga sipil terdampak konflik di
Rakhine, Myanmar.
3. Pemerintah Indonesia mengembangkan proyek pembangunan fasilitas
pendidikan dan kesehatan untuk etnis Rohingya dan warga sipil terdampak
konflik di Rakhine, Myanmar.

Menurut ACT, program yang dilakukan sebagai berikut:

Kapal Kemanusiaan, Kapal Kemanusiaan adalah program kemanusiaan dalam


bentuk beras. Dikumpulkan sekepal demi sekepal beras, kemudian dilayarkan menuju
Bangladesh, yang menjadi tempat pengungsi terbesar Rohingya.

Humanity Card, Humanity card merupakan program kemanusiaan yang di desain


untuk memudahkan para penerima manfaat (etnis Rohingya) dalam memenuhi
kebutuhan sandang dan pangan nya.
Integrated Community Shelter, ICS / Intergreated Community Shelter merupakan
program kemanusiaan dalam bentuk hunian sementara bagi pengungsi Rohingya.
Beberapa ICS telah berhasil di didirkan oleh ACT di beberapa tempat seperti Aceh -
Indonesia, Sittwe - Myanmar dan Chittagong - Bangladesh.
Masalah Kesehatan Penduduk Rohingya yang Tinggal di Kamp Pengugsian
Bangladesh
Presiden Komite Nasional untuk Solidaritas Rohingya (KNSR) Syuhelmaidi Syukur
memaparkan, kondisi di tempat pengungsian (Kamp Pengungsian) di Bangladesh,
sirkulasi udara yang tidak lancar, kekurangan gizi baik, perubahan cuaca, sanitasi
jarak toilet dengan posisi sumber air bersih yang berdekatan, dan kondisi psikis, hal
tersebut yang menjadi beberapa faktor pemicu masalah kesehatan.
Berdasarkan pantauan Tim KNSR dan tim dokter dari organisasi Aksi Cepat Tanggap
(ACT), yang terjun langsung melihat situasi masyarakat Rohingya, penyakit yang
umumnya diderita pengungsi yakni gastritis, infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA), unexplained fever, alergi, dan infeksi kulit.Adapun, potensi penyakit
menular yang timbul yakni, kolera, Tuberkolusis (TB), hepatitis A, malnutrisi,
dan kehamilan sulit.
PENUTUP

Kesehatan imigrasi sangat diperlukan dalam transmigrasi karena penyelenggaraan


kesehatan transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan transmigran dan
masyarakat sekitarnya, terutama dalam hal kesehatan yang mereka rasakan.

Adapun dalam kesehatan imigrasi terdapat proses tes kesehatan baik medical check
up visa sebelum imigrasi, selama perjalanan, dan sesudah imigrasi. Lalu dalam
kesehatan imigrasi juga harus memperhatikan antara perubahan iklim yang terjadi
dengan kesehatan pribadi seseorang saat akan melakukan imigrasi.

Pemeriksaan kesehatan imigrasi meliputi pemeriksaan kesehatan dasar dan


pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan kesehatan bergantung dari jenis visa apa yang
diambil dan tujuan Negara mana yang akan dikunjungi.

Saran
Masalah kesehatan adalah masalah bersama bagi semua pihak, tidak hanya bagi
individu itu sendiri melainkan juga bagi masyarakat sekitar dan pemerintah setempat.
Perlu adanya kerjasama yang baik untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di
pemukiman kumuh ini. Siapapun mereka, warga asli atau pun pendatang,
mendapatkan kesehatan yang baik merupakan hak asasi setiap manusia sehingga
semua orang wajib untuk menjaga hak asasi terebut. Selain itu, meningkatkan
kesehatan penduduk juga merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan
dan juga meningkatkan kualitas hidup manusia. Bagi negara, apabila kemiskinan di
negaranya rendah dan sumber daya manusia yang dimilikinya unggul maka akan turut
membantu dalam mempercepat pembangunan negara.
Peningkatan kesehatan bagi masyarakat di area pumikiman kumuh ini dapat
dilakukan dengan banyak cara dan juga dapat dilakukan oleh siapa saja, antara lain
yaitu:
1. Perbaiki kebersihan dan kesehatan lingkungan melaui optimalisasi program
pemerintah dibidang sanitasi seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Program Penyediaan
Air Minum Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan lain sebagainya.
2. Sosialisasi kesehatan kepada masyarakat di pemukiman kumuh. Intensif
posyandu dan juga pemberian vaksin.
3. Penertiban kawasan kumuh dengan cara relokasi ke tempat yang lebih baik
seperti rumah susun.
4. Penyediaan lebih banyak tempat sampah di kawasan kumuh dengan
pengelolaan yang baik dan tegas. Karena pada dasarnya masyarakat bersedia
untuk di atur asalkan ada kepastian yang jelas dari pemerintah.
5. Pemberdayaan masyarakat seperti pembuatan bank sampah, pengelohan
sampah menjadi energi lain, daur ulang sampah mejadi barang yang bernilai
dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat agar dapat saling berbagi ilmu
satusama lain.

Masalah yang Belum Terselesaikan


Masalah yang muncul apabila kondisi kesehatan masyarakat di daerah kumuh ini
diperbaiki adalah adanya kemungkinan terjadinya perpindahan penduduk dari desa ke
kota dalam kuantitas yang lebih besar lagi. Hal ini terjadi karena apabila kesehatan
ditingkatkan maka masyarakat di daerah lain akan melihat hal ini sebagi peningkatan
fasilitas yang dapat menarik niat mereka untuk berpindak ke kota. Tentunya hal in
akan menajdi masalah yang semakin besar. Oleh karena ini diperlukan studi lebih
lanjut untuk menemukan bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat di daerah kumuh tanpa menarik warga di daerah lain untuk berpindah ke
tempat ini nantinya.
Daftar Pustaka

Menteri KesehatanRepublik Indonesia. 2013. Undang-Undang No. 61 Tahun 2013


TentangKesehatanMatra. KementrianKesehatan No. 1203. Jakarta

Hak-Hak Pekerja Migran, Buku Pedoman, Organisasi Perburuhan Internasional, Mei


2006

Dewi S. Soemarko. 2007. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Wanita Ke Luar


Negeri. Program Studi Kedokteran Kerja FKUI, Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas FKUI
Khairun Nisa. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Migrasi
Tenaga Kerja Indonesia (TKI). UIN Jakarta

Migrasi Dan Urbanisasi Ditinjau Dari Aspek Human Capital: Kondisi Kesehatan
Masyarakat Migran Di Slum Area Dalam Kaitannya Dengan Produktivitas
Dan Kesejahteraan, Rafika Farah Maulia, Universitas Indonesia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6182765/
https://jakarta.kemenkumham.go.id/layanan-publik/184-layanan-keimigrasian

https://act.id/rohingya/

https://mediaindonesia.com/read/detail/128764-pengungsi-rohingya-terancam-
penyakit-menular

Anda mungkin juga menyukai