Anda di halaman 1dari 16

TAJUK TUGASAN :

BINCANGKAN BAGAIMANA AHLI GEOMORFOLOGI MENTAFSIR SEJARAH PEMBENTUKAN


GEOMORFOLOGI BUMI DI SESUATU KAWASAN

NAMA: MOHAMAD AZREN BIN BASERY

NO.MATRIK: 118443

NO.IC:930419-08-5439

PUSAT PENGAJIAN : ILMU KEMANUSIAAN

NAMA PENSYARAH : DR WAN MUHIYIDIN BIN WAN IBRAHIM


ISI KANDUNGAN

I. PENDAHULUAN
II. PROSES GEOMORFOLOGI
III. GEOMORFOLOGI MENURUT AHLI GEOMORFOLOGI
IV. BATASAN GEOGRAFI
V. BAGAIMANA AHLI GEOMORFOLOGI MENTAFSIR SEJARAH PEMBENTUKAN
GEOMORFOLOGI DI SESUATU KAWASAN ?
VI. KESIMPULAN
PENDAHULUAN

Geomorfologi merupakan ilmu tentang roman/bentuk muka bumi berserta aspek-aspek yang
mempengaruhinya. Kata geomorfologi berasal daripada bahasa Yunani yang terdiri daripada tiga
kata iaitu Geos (bumi), morphos (bentuk), logos (ilmu pengetahuan) . Berdasarkan kata-kata
tersebut, maka pengertian geomorfologi merupakan pengehtahuan tentang bentuk-bentuk
permukaan bumi. Menurut Worcester (1939), geomorfologi merupakan diskripsi dan tafsiran
dari bentuk roman muka bumi. definisi Worcester ini lebih luas dari sekadar ilmu pengehtahuan
tentang bentangalam, kerana termasuk pembahasan tentang kejadian bumi seara umum, seperti
pembentukan cekungan lautan dan paparan benua, serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil
dari yang disebut diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya. (Iskandar)

Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi merupakan


pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun, geomorfologi bukan hanya
mempelajari bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari itu mempelajari material dan proses,
seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988) dalam Sukmantalya (1995), bahawa Geomorfologi
membincangkan tentang bentuk dan proses yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan
materilal, air dan drainase serta faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik.
Geomorfologi sangat erat kaitannya dengan bidang ilmu seperti fisiografi, meteorologi,
klimatologi, hidrologi, geologi, dan geografi. Kajian mengenai geomorfologi yang pertama
kalinya dilakukan yaitu kajian untuk pedologi, satu dari dua cabang dalam ilmu tanah.
PROSES GEOMORFOLOGI

Permukaan bumi terdiri atas berbagai bentuk dari yang datar, bergelombang atau berbukit
sampai bergunung. Keragaman tersebut tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui berbagai
proses dan waktuyang sangat lama. Berbagai bentuk tenaga bekerja untuk mengubah muka bumi,
baik dari dalam bumi maupun dari luar bumi yang dikenal dengan sebutan tenaga geologi.
Tenaga dari dalam bumi mengubah bentuk muka bumi sehingga muncul gunung, pegunungan,
dan lain-lain. Selanjutnya apa yang telah dilakukan oleh tenaga dari dalam bumi, kemudian
dirombak oleh tenaga dari luar bumi oleh air, angin, dan organisme sehingga nampaklah
keragaman muka bumi seperti yang kita lihat sekarang. Keragaman bentuk ketampakan alam di
permukaan bumi tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui suaru proses alam yang
panjang. Keragaman tersebut terjadi kerana adanya tenaga endogen dan eksogen yang ada di
bumi. Bagaimana tenaga eksogen dan endogen membentuk kenampakan alam di bumi?

1. Tenaga Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga tersebut dapat dibedakan
berdasarkan penyebabnya menjadi tenaga tekttonik (diatropisme), vulkanik (vulkanisme dan
gempa (seisme). Ketiga tenaga inilah yang membentuk permukaan bumi sehingga permukaan
bumi tampak beragam. Berikut ini gambar-gambar tenaga endogen:
2. Tenaga Eksogen

Selain tenaga endogen, permukaan bumi juga mengalami perubahan atau perombakan oleh
tenaga eksogen. Permukaan bumi yang beragam bentuk dan ketinggiannya sebagai hasil kerja
tenaga endogen, kemudian akan berubah dari bentuk asalnya oleh tenaga eksogen. Contohnya,
bentuk lipatan yang pada awal kejadiannya sempurna lengkungannya, kemudian akan berubah
oleh tenaga eksogen sehingga bentuknya di permukaan tampak berbeza dari awal
pembentukannya. Begitu pula dengan sesar yang awalnya tampak bidang atau garis sesar yang
tegas atau jelas, kemudian akan tampak seperti jajaran perbukitan yang tumpul atau terpisah.
Berbagai jenis batuan beku juga akan berubah bentuk oleh pengaruh tenaga eksogen melalui
proses kimia, fizikal, dan biologi. Tenaga eksogen yang mengubah bentuk muka bumi
dipengaruhi oleh tiga proses, iaitu pelapukan, erosi, dan sedimentasi. Pelapukan dapat
didefinisikan sebagai proses penghancuran masa batuan zat penghancur. Pelapukan dapat
dibezakan menjadi pelapukan kimia, fizikal dan biologi.
GEOMORFOLOGI MENURUT AHLI GEOGRAFI

Geomorfologi ialah ilmu yang mempelajari tentang bentukan di permukaan bumi baik di atas
maupun di bawah permukaan laut dan menekankan pada genesis dan perkembangan serta
konteks dan kekurangannya. Geomorfologi selama abad ke-17 hanya mendeskripsikan tentang
bentukan-bentukan lahan baik secara kualitatif maupun kuantitatif, misalnya deskripsi kualitatif
biasanya mendeskripsikan tentang bentukan-bentukan lahan biasanya hanya dengan istilah-
istilah kualitatif saja. Misalnya saja bentuk lereng, cekung ataupun lurus. Tokoh-tokoh yang
terkenal di terangkan mengikut fasa (https://vienastra.wordpress.com/2010/08/27/perkembangan-
geomorfologi/)

Fasa pertama (sebelum abad ke 17)

Fasa ini merupakan fasa peletak dasar pemikiran geologi dan geomorfologi yang telah dimulai
lima abad sebelum Masehi (Thornbury, 1954). Pandangan kuno yang terkait dengan geologi dan
geomorfologi seperti dikemukakan oleh Herodutus (485-425 SM), Aristotle (384-322 SM),
Strabo (54 SM – 25 M) dan Senecca (- SM – 65 M).

Herodutus

mengamati penimbunan geluh (loam) dan lempung (clay) oleh S. Nil, sehingga memberikan
julukan “Mesir adalah pemberian S. Nil”. Pandangan Herodutus yang lain adalah perbukitan di
Mesir yang mengandung kerang, pada masa lampau pernah di bawah permukaan laut.

Aristotle

berpandangan bahawa air yang keluar dari mata air itu berasal dari air hujan yang mengalami
perkolasi ke bawah permukan tanah air yang ada di dalam bumi berasal dari kondensasi di udara
yang masuk ke permukaan bumi, dan air yang berada di dalam bumi menguap dengan berbagai
jalan.
Strabo

mengamati dan mencatat adanya penenggelaman lokal dan munculnya daratan. Strabo
berpendapat bahwa “Vale of Tompe” merupakan basil gempa bumi, selain itu juga mengatakan
bahwa G. Vesuvius adalah gunungapi, meskipun semasa hidupnya gunungapi tersebut belum
pernah meletus. Pandangan Strabo yang lain adalah bahawa delta dari sungai bervariasi menurut
daerah aliran sungainya; delta yang besar terbentuk bila daerah yang dialiri luas dan batuannya
lemah, dan pembentukan delta terpengaruh oleh pasang surut dan aliran sungai.

Seneca

Tokoh ini mengenal gempa bumi lokal alami, tetapi masih menganggap bahwa gempa bumi
terjadi sebagai akibat bencana internal dari angin daratan. Seneca juga beranggapan bahwa air
hujan cukup untuk mengisi sungai-sungai, dan juga berpandangan bahwa tenaga aliran sungai
dapat mengikis lembah-lembahnya.

Avicenna (Ibnu Sina, 987-1037)

berpandangan bahwa asal mula pegunungan dapat dibedakan menjadi dua kelompok iaitu
pengangkatan seperti yang terjadi oleh gempa bumi, dan oleh pengaruh air yang mengalir dan
embusan angin yang membentuk lembahlembah pada batuan lunak.

Leonardo da Vinci (1452-15190)

berpandangan bahwa lembah terkikis oleh sungai dan sungai tersebut mengangkut material dari
suatu tempat di permukaan bumi dan mengendapkannya di mana saja.

Dalam fasa pertama ini sebagian besar pandangan memberikan teori dasar terutama tentang
proses berdasarkan pengamatan lokal, dan berusaha memberikan penjelasan bagaimanakah suatu
fenomena alam tersebut terjadi. Pada fasa ini ilmu geomorfologi belum muncul, tetapi
pandangan-pandangan yang dikemukakan sebagian masih relevan dengan konsep yang berlaku
hingga saat ini.( https://www.academia.edu/6207884/Geomorfologi)
2). Fasa kedua (Abad 17 dan 18).

Pada fasa ini ada dua konsep yang menonjol, iaitu konsep katastrofisme dan konsep
uniformitarianisme (King, 1976). Konsep katastrofisme dikemukakan oleh Abraham Kitlob
Wenner (1979-1817). Konsep tersebut muncul atas dasar pengamatan Wennerpada strata batuan
yang ternyata setiap stratum (lapisan) memiliki sifat yang khas. Hasil pengamatan tersebut
diformulasikan menjadi konsep lahirnya bumi yang berasal dari basin lautan yang besar. Wenner
berpandangan bahwa setiap stratum batuan terjadi pads suatu dasar tubuh perairan yang luas
kemudian mengendapkan sedimennya di atas stratum yang ada sebelumnya. Material yang lebih
mampat terendapkan oleh larutan yang pekat/kental. Pada waktu material secara berangsur-
angsur diendapkan, laut secara berangsur-angsur menyusut sehingga terbentuk daerah yang
sekarang ini. Pandangan Wenner lain yang terkait dengan konsep dasar geomorfologi adalah
batuan dasar yang berupa batuan granit tidak berfosil, setiap gradien sungai akan mencapai
tingkat keseimbangan, dan gradien sungai merupakan fungsi dari kecepatan, debit dan muatan
sedimen serta seluruh sistem sungai merupakan suatu sistem yang terintegrasi.

3). Fasa Ketiga (Awal abad 19).

Pada fasa ke tiga dari perkembangan geomorfologi ada tiga tokoh yang terkenal yaitu: Sir
Charles Lyell (1797-1875), Dean William Buckland (1784-18560 dan Louis Agassiz (1807-
1873).

Lyell

sebenarnya lebih antusias dalam geologi daripada ke geomorfologi, dengan bukti karyanya yang
berjudul “Principle of Geology”. Sumbangan pemikirannya dalam geomorfologi adalah tentang
perkembangan bentuklahan yang lambat bahkan melebihi waktu geologi. Meskipun Lyell
banyak mengadakan pengamatan terhadap muatan suspensi, debit dan peubah-peubah lainnya,
tetapi memberikan suatu konsep yang mendasar. Dalam pengamatannya terhadap gletser (es),
Lyell tidak mempercayai kapasitai daya angkutnya dalam memindahkan bongkah dan endapan
gletser.
Buckland

sangat setuju dengan siklus hidrologi, akan tetapi tidak begitu mengerti mengapa sungai dapat
membentuk lembahnya sendiri. Buah fikiran Buckland yang lain adalah merupakan basil dari
struktur geologi dan bukan oleh proses erosi. Material yang terangkut dari hulu dan melalui
lembah sungai akan terendapkan di laut serta pasang surut merupakan tenaga utama dalam
transportasi material di bawah permukaan air laut.

Agassiz

terkenal dengan teori glasialnya, bersama-sama dengan Buckland mengadakan perjalanan ke


Swiss. Mereka mengadakan pengamatan terhadap pantai dasar glasial, yang akhirnya
menghasilakan formulasi tentang struktur endapan glacial, endapan ‘till’, karakteristik, striasi
dan gravel glacial.

4. Fasa ke empat (Akhir abad 19).

Pada fasa ke empat ini paling tidak ada lima tokoh yang terkenal, iaitu Sir Andrew Ramsey, G.K.
Gilbert, J.W. Powell; C.G. Greenwood dan J.B. Jukes.

Ramsey (1814-1891)

Dalam geomorfologi terutama dalam proses glasial. Pendapat penting dari Ramsey, antara lain;

 terdapat hubungan penting antara teori glasial dengan teori fluvial terutama untuk
mengetahui tenaga gletser untuk mengerosi
 kejadian danau di daerah bergletser tidak dapat dijelaskan dengan proses fluvial, tetapi
dapat dijelaskan dengan proses glacial.
 tenaga erosi dari gletser terutama terdapat pada bahagian bawah ada hubungan antara
retakan/lenturan dengan arah sungai.

Powell (1834-1902)

Beliau banyak memberikan konsep dasar dalam geomorfologi, antara lain

 prinsip dari “base level” yang menyatakan bahwa “base level” akhir adalah permukaan
air laut.
 proses erosi itu memiliki potensi relative.
 mengusulkan dua klasifikasi lembah sungai iaitu atas dasar hubungan antara strata
lembah daerah yang dilalui dan klasifikasi lembah menurut genetiknya.

Gilbert (1843-1918)

memberikan dasar-dasar geomorfologi yang hingga kini masih digunakan. Gilbert terkenal
sebagai penulis metode ilmiah dan memformulasikan pemikiran-pemikiran induktif dan deduktif
dalam analisis geomorfik. Konsep-konsep geomorfologis yang dikemukakan Gilbert, antara lain;

 teori “grade” yang menunjukkan adanya suatu rangkaian hubungan antara proses dan
kenampakan, yang kemudian diasosiasikan dengan konsep penyesuaian dinamis
 pengangkutan material di sungai meliputi pengangkutan material hasil erosi, erosi dasar
sungai dan pengurangan ukuran material dasar oleh proses gesekan/benturan
 lereng merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap transportasi material oleh air
 bertambahnya debit (luah) akan menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran yang
selanjutnya memperbesar kecepatan pengangkutan.
 dalam penyelidikan komponen fizikal hams dilandasi dengan formulasi teoriteori.

Greenwood (1793-1875)

Beliau adalah pendukung Hutton dan Playfair. Konsep yang dikemukakan oleh Greenwood
adalah;

 proses denudasi di suatu lahan dapat dijelaskan dengan hujan dan sungai air hujan yang
jatuh di permukaan bumi membawa material halus di sepanjang lereng membentuk alur-
alur dan akhirnya membentuk sungai-sungai kecil
 lembah dan lereng merupakan suatu sistem yang terintegrasi.

Jukes (1811-1869),

mengemukakan pandangannya bahwa erosi marin tidak dapat membentuk lembah. Jukes adalah
orang pertama yang mengidentifikasikan peranan vegetasi dalam pembentukan bentukahan.
5. Fasa ke lima (Awal abad 20)

Dalam fasa lima ini tokoh yang paling terkenal adalah William Moris Davis (1850-1934). Teori
yang pertama dikemukakan adalah “Siklus Geomorfik” yang diterbitkan tahun 1889 dalam
makalahnya yang berjudul “The rivers and valleys in Pennsylvania”. Dalam siklus geomorfik
tersebut disebutkan bahwa semua bentuklahan akan berkembang menurut tiga stadium iaitu
stadium muda, dewasa, dan tua. Konsep Davis (Hadisoemarno, S. 1974). ) lainnya yang terkenal
adalah trilogi. Konsep trilogi tersebut menjelaskan bahwa bentukahan ditentukan oleh struktur,
proses dan stadium.

Walther Penk dalam tahun 1920 dan 1930 mengemukakan keberatannya terhadap teori Davis.
Perbezaannya terletak pada pandangannya terhadap perkembangan bentuklahan. Menurut Penck
perkembangan bentanglahan tergantung oleh pengaruh tektonik yang aktif dan iklim. Akhirnya
Penck menyedari bahawa pendekatan yang dilakukannya bersifat geologis, sedangkan
pendekatan Davis lebih bersifat geografi.

Davis dan Penck banyak menerbitkan buku teks geomorfologi, akan tetapi hingga tahun 1960
(an) sebagian besar masih mengikuti konsep Davis, antara lain Lobeck (1939), Thornbury
(1954), Wooldridge (1959) dan Spark (1960).

Batasan Geografi

Batasan tentang geomorfologi tidak terlepas dari apa yang menjadi objek kajiannya, yang boleh
dilihat dari asal kata yang membentuknya. Atas dasar tersebut Geomorfologi dapat
didesinasikan sebagai pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Objek yang
menjadi geomorfologi tidak hanya dipelajari dalam bentuk-bentukan yang ada, tetapi dipelajari
juga bagaimana hubungan bentukan dan proses atau genesis dalam suatu sistem bentang alam
serta apa manfaat yang dipelajari bagi kepentingan hidup manusia dalam geomorfologi
dilakukan penafsiran bentuk dan proses atau genesisnya dalam masa sekarang ataupun masa
lampau. Batasan geografi sangat banyak dan mengalami perubahan sesuai dengan kemajuan
peradaban manusia. Berikut ini adalah beberapa tokoh dengan definisi atau batasannya masing-
masing. (Darmoyuwono, K. (1973).
a. Sidney dan Donald J.D. Mulkerne, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu
pengetahuan tentang bumi dan kehidupan makhluk yang ada di atasnya.

b. Hartshorne, menyatakan bahwa geografi berguna untuk memberikan deskripsi yang


beraturan dan teliti dari permukaan bumi.
c. Strabo, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari karakteristik
tertentu pada suatu wilayah dan memperhatikan hubungan antara berbagai tempat.

d. Yeates, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu yang memperhatikan perkembangan


rasional dan lokasi di permukaan bumi.

e. Alexander, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari pengaruh


lingkungan alam pada aktivitas manusia.

f. Bintarto, menyatakan bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang menceritakan


dan menerangkan sifat bumi; menganalisis gejala alam dan penduduk; mempelajari
corak yang khas dalam kehidupan dan berusaha mencari fungsi unsur-unsur bumi
dalam ruang dan waktu.

Bagaimana Ahli geomorfologi boleh mentafsir sejarah pembentukan geomorfologi bumi di


sesuatu kawasan ?

Berdasarkan teori yg dijelaskan oleh tokoh tokoh yang terkenal mengikut fasa, pemerhatian
dapat dijalakan untuk melihat bagaimana ahli geomorfologi mentafsir sesebuah pembentukan
geomorfologi bumi disesuatu kawasan. Beberapa aspek dilihat ketara mengikut fasa dalam
mentafsir kejadian bumi. antara kaedah yg digunakan adalah;

I. Pandangan/Pengamatan
Ahli-ahli geomofologi bebas memberi pandangan/pengamatan masing masing tentang
kejadian pembentukan bumi. segala pandangan serta pengamatan ini diberi secara
berilmiah dan berdasarkan pengalaman masing-masing. Hal ini menyebabkan banyak
pengertian geomorfologi timbul dan berbeza antara satu sama lain.

II. Tinjauan sendiri

Ahli-ahli geomorfologi juga menggunakan kaedah ini untuk melihat sendiri pembentukan
yang terjadi. Tinjauan dilakukan di medan lapangan dan daripada tinjauan ini lahir
pandangan mengikut ahli geomorfologi sendiri. Sebagai contoh tokoh Agassiz dan
Bucland yang mengadakan tinjauan sendiri ke Swiss untuk mengadakan pengamatan
terhadap pantai dasar glasial.

III. Rujukan ahli-ahli geomorfologi lain

Selain itu, ahli-ahli geomorfologi turut melihat pandangan ahli geomorfik lain atau
terdahulu dalam mencipta sesuatu pengamatan terhadap pembentukan bumi. Pandangan
yang digunakan pakai bukan sahaja diterima begitu sahaja tetapi kajian semula
dijalankan. Rujukan ini turut membantu memudahkan kerja pentafsiran dijalankan. Hasil
daripada rujukan inilah yang dapat menghasilkan pengamatan baharu yang lebih
kompleks dan mudah difahami.
Kesimpulan

Geomorfologi bukan hanya sekedar mempelajari bentuk lahan yang tampak saja, tetapi juga
mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi, proses apa yang mengakibatkan
pembentukan dan perubahan muka bumi. Jadi meliputi bentuklahan (landform), proses-proses
yang menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan yang
dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera serta mencari
hubungan antara bentuk lahan dengan proses-proses dalam tatanan keruangan dan kaitannya
dengan lingkungan. Dengan demikian bahwa dalam mempelajari geomorfologi terkait pada
geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan
dalam perubahan bentuk lahan. Konsep dasar Geomorfologi perlu dipahami secara baik untuk
mempelajari Geomorfologi dalam membantu mengenal dan menganalisa kenampakan bentuk
lahan di permukaan bumi, sehingga pada akhirnya dapat mengenal peristilahan baik secara
deskriptif maupun secara empiris, terutama nanti dalam melakukan klasifikasi bentuk lahan.
Geomorfologi mempunyai peran dan terapan dalam survei dan pemetaan, survei geologi,
hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan, keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan
dan perencanaan, analisis medan, banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
Rujukan

Iskandar, L. GEOGRAFI.

Arisanty, D. NILAI KARAKTER PADA MATERI GEOMORFOLOGI. Building Nation


Character Through Education.

Setyaningsih, W., & Sholeh, M. (2010). PEMETAAN DAERAH RAWAN BENCANA


GERAKAN TANAH DI WILAYAH GRABAG KABUPATEN MAGELANG PROPINSI
JAWA TENGAH. Sainteknol, 8(1).

Darmoyuwono, K. (1973). Perkembangan geomorfologi dalam lingkungan ilmu geografi.


Universitas Gadjah Mada.

Hadisoemarno, S. (1974). Perkembangan geomorfologi semenjak J. Hutton sehingga WM Davis-


Penck.

https://www.academia.edu/6207884/Geomorfologi

https://vienastra.wordpress.com/2010/08/27/perkembangan-geomorfologi/

Anda mungkin juga menyukai