Anda di halaman 1dari 28

43

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI JORONG BATU


BALANTAI KENAGARIAN CANDUNG KOTO LAWEH KECEMATAN
CANDUNG KABUPATEN AGAM

Asuhan keperawatan di Jorong Batu Balantai, Kenagarian Candung Koto

Laweh, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam dari tanggal 8 November sampai

22 Desember 2019 dilakukan dalam beberapa tahap :

1. Tahap pertama yaitu tahap persiapan melalui Whinshield survey yang

dilaksanakan pada 8-9 November 2019.

2. Tahap kedua yaitu pengumpulan data dan pengkajian kesehatan

masyarakat melalui penyebaran kuisioner yang dimulai pada tanggal 9-

15 November 2019.

3. Melaksanakan tindak lanjut dari data yang diperoleh melalui

Musyawarah Masyarakat Jorong Batu Balantai (MMJ 1).

4. Tahap berikutnya yaitu dengan penentuan masalah kesehatan atau

keperawatan dan penyusunan rencana kegiatan (tindakan keperawatan)

yang disepakati melalui Musyawarah Masyarakat jorong Batu Balantai

(MMJ 1).

5. Selanjutnya dilakukan tahap pelaksanaan tindakan atau implementasi

yang akan dilaksanakan pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5

6. Tahap terakhir dilakukan evaluasi terhadap kegiatan

Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah Jorong Batu Balantai,

Kenagarian Canduang Koto Laweh, Kecamatan Candung, Kabupaten Agam

dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners Stikes Fort De Kock Bukittinggi bekerja

sama dengan masyarakat Jorong Batu Balantai.


44

I. TAHAP PERSIAPAN

Pada tahap ini dilakukan beberapa persiapan sebelum dilakukan asuhan

keperawatan komunitas, diantaranya melakukan pengamatan secara umum

(winshield survey) tentang situasi dan keadaan wilayah jorong Batu Balantai

Kenagarian Canduang Koto Laweh kecamatan Candung.

Gambaran umum dan situasi keadaan wilayah jorong Batu Balantai

kenagarian Canduang Koto Laweh kecamatan Candung didapatkan melalui

wawancara dengan penduduk setempat, tokoh masyarakat dan observasi

lingkungan sehingga dapat di perkirakan faktor resiko yang dapat menimbulkan

masalah kesehatan dan faktor penunjang untuk peningkatan kesehatan

masyarakat.
45

LAPORAN HASIL WINSHIELD SURVEY


DI JORONG BATU BALANTAI KENAGARIAN CANDUANG KOTO
LAWEH KECAMATAN CANDUNG
KABUPATEN AGAM

INTI KOMUNITAS

A. Sejarah :

Asal Usul Nagari Bermula dari asal nagari “Taratak majadi dusun,

Dusun manjadi koto, Koto manjadi Kampuang, maka awal nagari Canduang

Koto Laweh berasal dari sepuluh buah kampuang yaitu : XII Kampuang,

Guguak Katiak, Gantiang, Labuang, Jabur, Luabuak Aur, Batu Balantai, III

Kampuang, Tigo Suku, Canduang Ateh. Disamping itu ada beberapa

kampung kecil seperti Kacawali, Batu Tagak Puti Ramuh, Sandaran, Ganggo,

Kuruak-kuruak, Limo Kaum, Tiaka, Tandikia, Koto Ambalau, Koto Kubang,

Ladang Laweh, Pauh Tigo, Rawang, Kubang Putih dan Kapalo Baringin

Penduduk yang pertama kali datang ke canduang sebanyak 37 orang

yang berasal dari Sariak Sungai Puar, Balai Gurah, Sungai Puar, Tilatang

Kamang, Lambah Panampuang, Kapau, Tabek Patah, Sumanik, Suliki,

Talang Tangah, Lasi dan sebagainya. Ke 37 orang ini turun di daerah balai-

balai dan kemudian mereka bermusyawarah di sebuah tempat yang di

namakan dengan Gelanggang Dunia. Dari musyawarah itu di sepakati 30

orang turun kearah bukittinggi atau tepatnya di pasar banto. Dari pasar banto

7 urang ke daerah kamang dan 7 orang ke pintu kabun, sehingga yang tinggal

di pasar banto 16 orang.

Sedangkan yang 7 orang tinggal di balai-balai untuk melanjutkan

manaruko. Dan katiko manaruko beliau membuat kesepakatan di daerah nan


46

gantiang bukik manompang sehingga di dekat itu didirikan Buktinya adalah

apabila orang di Canduang Koto Laweh berhelat Adat maka penghulu-

penghulu dari nagari-nagari diatas diundang (kulansing lapeh, padek tibo) dan

jika penghulu tersebut tidak hadir maka acara tidak dapat dilanjutkan dengan

sempurna.

Canduang Koto Laweh sebelum menjadi Nagari terlebih dahulu orang-

orang yang terlebih bergabung dalam Tigo Koto-duo baleh hindu dan 32

paruik membangun Balai Mesjid dan persyaratan-persyaratan lain seperti

balabuah batapian-bapandam bapakuburan, untuk menjalankan syariat Islam

(Syara’) di bangun sebuah Mesjid lengkap dengan balai-balai. Mesjid yang

pertama dibangun adalah Mesjid sebuah balai. Penghulu-penghulu tiap kepala

paruik, memberikan dukungan pembangunan mesjid dan balai adat dengan

menyediakan bahan dan gotong royong. Balai adat ini digunakan sebagai

tempat untuk mengadakan sidang penghulu-penghulu dan musyawarah

menyusun peraturan-peratuan nagari. Di balai ini segala aturan-aturan,

usulan-usaulan yang baru dipatri putuskan, sehingga balai ini diberi nama

balai patimah (pematri segala keputusan) dan tempatnya dinamakan sidang

sebuah balai.

Pemerintahan Lareh Canduang meliputi Nagari-nagari candung, Koto

Laweh, Lasi Tuo, Lasi Mudo, Pasanehan, Bukit dan Balabuah (disebut tujuh

Nagari). Masing-masing nagari dikepalai seorang Panghulu Kepala yang

digaji oleh Gubernemen Belanda. Batas kekuasan Angku Lareh hingga

daerah Canduang dan Koto Laweh dari Simpang Canduang, sampai Paruik

Rajo – Walas Batu Sangkar di Nagari Bayue bernama Simpang Canduang


47

berbatas dengan (Nagari Kecamatan Baso), berbatas dengan Sungai Pua,

berbatas dengan Kubu Alam, berbatas dengan Lambah/Panampuang ke Utara

dan ke barat dengan Ampek Angkek. Inilah batas-batas Lareh Canduang.

Kekuasaan Lareh ini berakhir pada tahun 1914. Setelah Lareh yang terakhir

di buang oleh Belanda ke malaysia (Melayu), tahun 1910, Lareh ini pulang

kembali ke Canduang dan meninggal di Canduang 1915 yang tempat

makamnya dipelihara oleh Dept. Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi

Sumatera Utara. Di dalam pelaksanaan ordonasi Nagari pada tahun 1914,

Nagari Canduang disatukan dengan Nagari Koto Laweh bernama Nagari

“Canduang Koto Laweh”. Nagari Lasi Mudo, Lasi Tuo dan Pasanehan

disatukan bernama “Nagari Lasi”. Dan Nagari Bukit disatukan dengan Nagari

Balabuah dinamai “Nagari Bukit Balabuah”. Akhirnya Pemerintahan Lareh

Canduang menjadi 3 Nagari yaitu Nagari Canduang Koto Laweh, Nagari

Lasi, dan Nagari Bukit Balabuah. Pemerintahan berkalan terus pada 3 Nagari

tersebut diatas dengan pemerintahan menurut sistem Pemerintahan Belanda,

yaitu Demang di IV Angket, Asisten Demang di Canduang, kemudian

berubah pula sistem pemerintaha dari demang menjadi Wedana. Maka untuk

Wsedana di Ampek Angkek dan Ass. Wedana di Canduang. Nagari

Canduang Koto Laweh, Lasi, dan Bukit Balabuah dibawah perintah Ass.

Wedana Canduang berkedudukan di Lasi. Zaman kemerdekaan Minang

Kabau (Sumatera Tengah) dibagi-bagi atas 10 wilayah, untuk IV Angkek dan

Canduang dijadikan satu wilayah. Karena sosialisasi wilayah ini kurang jelas,

pernah Nagari Canduang Koto Laweh bergabung dengan Kepala Wilayah

Baso (1946), masih bernama Wedana Baso. Sesudah penyerahan kedaulatan


48

Ampek Angkek dan Canduang nyata-nyata sudah satu wilayahnya yang

bernama kecamatan Ampek Angkek Canduang yang tediri 10 Nagari yaitu :

1. Canduang Koto Laweh

2. Lasi

3. Bukit Balabuah

4. Balai Gurah

5. Biaro Gadang

6. Lambah

7. Panampuang

8. Batu Taba

9. Ampang Gadang

10. Pasia

IV Angkek Canduang tetap bersatu, lebih-lebih sudah Indonesia

merdeka, serentak membangun talo bandar, pengairan sawah, segi kehidupan

masyarakat, pembangunan pendidikan, mulai pembangunan pendidikan

tingkat SLTA – SMA, dll. Ampek Angkek dan Canduang sama-sama

meningkatkan taraf hidup masyarakat di kampuang halaman bahkan sampai

ke rantau mereka tetap bersatu sehingga mendirikan persatuan yang diberi

nama I (katan) K (keluarga) A (Ampek Angkek) T (Tjanduang) (I.K.A.T).

Dengan kekuatan IKAT ini telah terbangun SMA di lambah dan Bank

Syariah di Tanjung Alam. Dunia bakalebaran, manusia berkekambangan

keluar pula Undang-Undang No. 5/79, bahwa Nagari dijadikan desa sama

seluruh indonesia, dinamai desa / kelurahan. Dibanding-banding oleh pejabat-

pejabat orang asal Minang, apa lagi Nagari dijadikan desa (sebab propinsi-
49

propinsi lain jumlah desanya dua atau tiga ribu, sedangkan Sumatera barat

543 nagari da 5473 Desa). Maka dari itu dijadikanlah jorong menjadi desa.

Sehingga desa di Minangkabau menjadi 3570 lebih. Tentu bantuan

pembangunan banyak di nagari atau desa-desa di Minang Kabau (pemerataan

dalam pembangunan). Akhir tahun 1985, timbul pula niat dari Pemerintah

Sumatera Barat untuk memperbanyak struktur pemerintah bagi kecamatan

yang sangat luas daerahnya. Sebagian dijadikan kecamatan perwakilan,

sehingga timbul Kecamatan Perwakilan IV Angket Canduang. Untuk

memimpin kecamatan perwakilan ini ditunjuk oleh Bupati seorang Tata Praja

sebagai Kepala Perwakilan Kecamatan dan masih dibawah kecamatan

(semula) akan disebuk kecamatan induk. Dengan dikeluarkannya UU No. 22

tahun 1999, tentang otonomi daerah maka kesempatan bagi masyarakat

Minang untuk kembali ke Nagari. Karena Nagari itu adalah wadah

masyarakat minang untuk bersatu menanamkan sikap/budaya yang

ditanamkan nenek moyang terutama tentang ; Adat Basandi Syarak, Syarak

Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai dan hidup bertolong-

tolong, bergontong royong; saciok bak ayam sadanciang bak basi, kalurah

sama manurun, ka bukik samo mandaki, barek samo dipikue, ringan samo

dijinjiang. Berpedoman hal yang diatas, tidak ada lagi kecamatan ini yang

menjadi kecamatan perwakilan, harus kecamatan penuh, maka untuk

Kecamatan Perwakilan IV Angkek Canduang oleh Kerapatan Adat Nagari

Nan Tigo Nagari, Canduang Koto Laweh, Lasi, Bukik Balabuah untuk

dijadikan kecamatan penuh (definitif) dan diberi nama Kecamatan dan

berkedudukan yaitu Kecamatan Canduang. Berpusat di Lasi.


50

Setelah diusulkan oleh KAN Tigo Nagari Perda No. 33 Tgl. ….. No…… atas

pertimbangan dan kebijaksanaan Bupati serta DPD Kabupaten Agam

dikeluarkan pula Surat Keputusan tentang Peresmian Kecamatan

CANDUANG dan berkedudukan di LASI 5 MARET TAHUN 2002

PERESMIAN KECAMATAN CANDUANG DI LASI

Demikian uraian singkat mengenai kecamatan Candung yang semula

bernama Lareh Canduang Menjadi Ass Demang Canduang dan dirobah

menjadi Ass Wedana Canduang, akhirnya menjadi Kecamatan Canduang.

B. Demografi :

1. Letak Wilayah : Berada di dataran rendah

2. Batas Wilayah :

a. Timur

Jorong Lubuak Aua

b. Barat

Jorong III Kampung

c. Selatan

Gantiang Koto Tuo, Canduang Guguak

d. Utara
51

Ampek Angkek

Analisis :

Wilayah ini berada di lokasi yang cukup strategis karena berada

tidak terlalu jauh dari jalan raya sehingga masyarakat mendapatkan

kemudahan akses menuju ke tempat lain.

3. Tipe Rumah Tangga

Pada umumnya tipe rumah tangga di wilayah ini adalah tipe

keluarga. Hal ini tampak dari banyaknya ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-

anak yang terlihat di wilayah itu saat kelompok melakukan observasi.

Analisis :

Hal ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk di daerah

tersebut terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak.

4. Tipe Rumah Tangga

Pada umumnya tipe rumah tangga di wilayah ini adalah tipe

keluarga.Hal ini tampak dari banyaknya ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-

anak yang terlihat di wilayah itu saat kelompok melakukan observasi.

Analisis :

Hal ini menunjukkan bahwa komposisi penduduk di daerah

tersebut terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak, dan anak-anak.

C. Vital Statistik :

Data statistic vital terkait kelahiran, kematian, dan kesakitan

berdasarkan tingkat usia, penyebab kematian dan kesakitan (belum ......)


52

D. Etnis :

Masyarakat jorong batu balantai terdiri dari berbagai suku seperti

sikumbang, guci, oto, chaniago, selayang.

E. Nilai dan Keyakinan :

Terdapat beberapa rumah ibadah, yaitu:

1. Mesjid Tarbiyah Islamiyah

2. Surau Batuang

3. Surau Kariang
53

4. Surau Pauh

Analisis :

Dengan adanya rumah ibadah di wilayah ini dapat menunjukkan

bahwa sebagian besar masyarakat di daerah tersebut menganut agama

Islam.

F. Kondisi dan Jumlah Penduduk

Berdasarkan data yang didapatkan dari Wali nagari dan Bidan di

Puskesmas Pembantu jorong batu balantai tahun 2017 didapatkan distribusi

penduduk dimana :

a) Jumlah KK didaerah Jorong Batu Balantai ada 315 KK

b) Jumlah Penduduk 1045

c) Jumlah laki-laki 511 dan Perempuan 530 orang

d) Jumlah ibu hamil : 7 orang

e) Kebanyakan dari masyarakat bekerja sebagai petani, wiraswasta,

pedagang, ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil dan buruh.


54

Analisa :

Dengan adanya perbatasan dan demografi penduduk yang jelas tentu

lebih memudahkan masyarakat dalam bekoordinasi dalam menangani

kondisi yang mengancam kesehatan mereka.

SUB SISTEM

A. Lingkungan Fisik

1. Tipe Rumah

Tipe rumah di daerahini bervariasi yaitu terdiri dari tipe permanen,

semi permanen maupun non permanen atau terbuat dari kayu.

Permanen Semi Permanen

Non Permanen

Analisis :

Hal ini menunjukkan bervariasinya tingkat perekonomian

masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.


55

1. Jarak Rumah ke Rumah Lainnya

Jarak dari satu rumah ke rumah lain umumnya adalah cukup dekat

yaitu sekitar 3-5 meter. Namun, ada juga yang terpisah agak jauh dari

rumah ke rumah lainnya karena adanya sawah milik warga.

Analisis :

Dengan terdapatnya jarak antar rumah warga dapat meningkatakan

area ventilasi pada rumah. Sehingga sirkulasi udara di dalam rumah dan

pencahayaan dari sinar matahari yang masuk juga akan lebih baik.

2. Ventilasi

Jumlah ventilasi pada setiap rumah bervariasi satu sama lain.

Namun, pada umumnya sebagian besar rumah sudah memiliki ventilasi

yang cukup.

Analisis :

Masyarakat tampaknya sudah faham bahwa ventilasi yang cukup

sangat penting untuk menjaga kualitas udara di dalam rumah. Sehingga

sebagian besar rumah di daerah ini sudah berventilasi yang cukup.

Meskipun juga masih ditemui ada beberapa rumah yang masih belum

memiliki ventilasi yang memadai.

3. Luas Halaman Rumah

Luas halaman rumah pada umumnya cukup luas yaitu + 3-5 meter

depan dan sampingnya. Namun, kelompok juga menemukan ada

beberapa rumah yang memiliki halaman yang tidak terlalu luas dan

ditanami dengan berbagai tanaman seperti bunga-bunga tanaman obat

dan berbagai macam sayuran.


56

Kelompok juga menemukan beberapa rumah memiliki kandang

ayam, dan sapi di pekarangan rumahnya, yaitu berjarak + 2-3 meter dari

samping rumahnya bahkan ada yang langsung menempel ke dinding

rumahnya seperti gambar di bawah ini :

Analisis :

Masyarakat yang memiliki halaman luas sudah mampu

memanfaatkan halamannya dengan cara menanami pekarangannya


57

dengan tanaman yang bermanfaat bagi keluarga seperti tanaman obat

yang dapat dimanfaatkan untuk obat tradisional dan bunga-bungaan yang

dapat menambah estetika bagi rumah tersebut.

Adanya kandang hewan ternak yang terlalu dekat dengan

lingkungan rumah dapat menimbulkan polusi udara yaitu bau yang

timbul dari kotoran hewan. Hal tersebut dapat terjadi jika si pemilik tidak

rajin membersihkan kandangnya. Namun, sisi positif yang didapat yaitu

telur ataupun daging dari hewan ternak itu dapat dimanfaatkan oleh

keluarga sebagai salah satu sumber protein, sehingga kebutuhan gizi

keluarga dapat terpenuhi atau hewan ternak bisa dimanfaatkan untuk

dijual sehingga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga.

Disamping itu, kotoran hewan ternak juga dapat diolah menjadi pupuk

kompos yang berguna untuk menyuburkan tanaman.

4. Kualitas Udara

Kualitas udara di daerah ini baik karena wilayah jorong batu

balantai berada di kaki gunung merapi sehingga udaranya masih asri dan

segar. Selain itu, mobil-mobil besar jarang melintasi jalan di jorong batu

balantai sehingga tingkat polusi udara sangat minim.


58

Analisis :

Tingkat polusi yang sangat rendah pada Jorong batu balantai tidak

mempengaruhi status kesehatan warganya. Sehingga warga dapat

menghirup udara segar dan bersih setiap harinya.

5. Sumber dan Kualitas Air

Pada umumnya masyarakat menggunakan air yang berasal dari

sumur cincin atau mata air. Air yang digunakan jernih, tidak berbau,

tidak berasa, dan tidak berwarna.

Air jernih/ bersih

Analisis :

Dapat disimpulkan kualitas air di daerah batu balantai cukup baik

dengan karakeristik jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.

Dengan menggunakan air yang berkualitas baik dapat memelihara

kesehatan tubuh sehinggaaka meningkatkan daya tahan terhadap

penyakit.

6. Pembuangan Sampah dan Limbah

Diwilayah jorong batu balantai terlihat adanya sampah yang

menumpuk di suatu tempat tertentu. Selain itu, di beberapa tempat masih

ada terlihat sampah yang beserakan di jalan. Berdasarakan hasil

observasi pengelolaan sampah di jorong batu balantai adalah dengan


59

cara dibuang ke lahan kosong yang ada di belakang rumah warga dan ada

sebagian warga yang membakar sampah rumah tangganya. Sementara

itu, sampah lain seperti kulit buah kakao hanya ditumpuk di pangkal

pohonnya, seperti gambar di bawah ini :

Analisis :

Tampaknya masyarakat yang membuang sampah di lokasi tersebut

masih kurang menyadari bahaya dan kerugian dari membuang sampah

tidak pada tempatnya. Kesadaran untuk menjaga kebersihan dan

keindahan lingkunganpun juga masih minim. Kemungkinan masyarakat

juga kurang peduli terhadap efek yang ditimbulkan oleh tumpukan

sampah tersebut. Yaitu dapat mengundang lalat ke sana, lalu terbang

menghinggapi makanan yang tidak ditutup dengan baik, akibatnya dapat

menimbulkan diare saat seseorang mengkonsumsi makanan yang sudah

dihinggapi oleh lalat tersebut. Hal itu terbukti dengan masih adanya

terlihat tumpukan sampah di sana meskipun sudah ada larangan untuk

membuang sampah di tempat itu. Namun, kemungkinan hal tersebut

terjadi karena tidak adanya disediakan tempat pembuangan sampah yang

layak di lokasi itu. Akan tetapi, bukan berarti masyarakat boleh

membuang sampah seenaknya seperti gambar di atas.


60

Seharusnya masyarakat dapat mengelola sampah rumah tangga

dengan cara memisahkan sampah organic dan non organic serta

mengubur barang bekas yang sudah tidak terpakai agar tidak menjadi

sarang nyamuk bila digenangi oleh air. Di sisi lain, sebaiknya pemerintah

juga harus menyediakan tempat pembuangan sampah yang layak agar

tumpukan sampah di pinggir jalan seperti yang kelompok temui saat itu

tidak terulang lagi.

B. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

1. Kompleks Perkantoran

Terdapat dua kantor yang berlokasi di batu balantai, yaitu :

a. Kantor Wali Nagari Canduang Koto Laweh

b. Kantor Jorong batu balantai


61

Analisis :

Dengan adanya beberapa kantor di satu lokasi memudahkan warga

untuk memperoleh pelayanan yang baik dalam bidang administrasi

pemerintahan nagari

2. Sekolah

Ada 5 sekolah yang terdapat di jorong batu balantai, yaitu :

a. Paud Abi Umi

b. TK Raudhatul Anfaul

c. MIN 1 Agam
62

d. MTSN IV

e. Pondok Pesantren Tarbiyah

Analisis :

Dengan adanya fasilitas sekolah seperti yang tertulis di atas,

menunjukkan bahwa di daerah ini pada umumnya sudah tersentuh

dengan pendidikan. Berarti pemerintah telah memfasilitasi warganya

agar dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Sementara itu,

dengan adanya Yayasan Pendidikan menunjukkan adanya kepedulian

masyarakat untuk memberikan pendidikan kepada anak sejak usia dini.

Namun, lokasi fasilitas pendidikan yang berada di pinggir jalan

raya harus diwaspadai sebagai ancaman terhadap keselamatan murid-

muridnya. Sehingga para guru maupun orang tua harus selalu mengawasi
63

dan mengajarkan anak didiknya agar selalu berhati-hati di lingkungan

sekolahnya.

3. Media

Media informasi yang digunakan meliputi : TV, radio, surat kabar,

majalah, poster, internet, TOA/ pengeras suara yang ada di mesjid.

Analisis :

Berbagai sumber yang ada saat ini memudahkan masyarakat dalam

mengakses informasi di manapun dan kapanpun seperti adanya internet

memudahkan siapapun untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.

Namun, di sisi lain masyarakat juga harus dapat memfilter informasi

yang ada di internet terlebih bagi anak-anak. Orang tua harus lebih bijak

dalam memberikan gadget pada anak-anak dan senantiasa mengawasi

penggunaannya agar tidak disalah gunakan. Sumber informasi lainnya

juga dapat memfasilitasi warga agar dapat memperoleh informasi

mengenai berbagai hal seperti kegiatan-kegiatan, maupun informasi

kesehatan.
64

C. Ekonomi

Usaha Beras, Usaha Konveksi, Usaha Air Galon, Usaha Pupuk, Usaha

Obat Herbal

Di wilayah ini terdapat beberapa usaha kecil menengah. Secara garis

besar usaha yang dilakukan oleh warga batu balantai ramah lingkungan

seperti usaha beras dan usaha konveksi, air galon.

Analisis :

Adanya usaha kecil menengah ini menunjukkan bahwa masyarakat di

daerah Batu Blantai dapat menjadi warga yang mandiri dengan mampu

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selain itu, usahawan juga dapat


65

merekrut masyarakat sekitar sebagai pekerjanya sehingga pengangguranpun

dapat berkurang.

1. Petani

Terdapat sawah, perkebunan jagung, kakao, labu siam, cabe dan

jenis sayuran lainnya yang berada di wilayah jorong batu balantai

Perkebunan cabe Perkebunan jagung

Perkebunan labu siam Perkebunan kakao

Analisis :

Bertani merupakan salah satu profesi masyarakat di wilayah ini.

Tanah di wilayah ini termasuk tanah yang subur, sehingga cocok

digunakan untuk bercocok tanam.


66

2. Pedagang

Adanya beberapa toko kelontong (menjual kebutuhan sehari-hari)

di wilayah ini.

Analisis :

Dengan adanya pedagang yang berjualan di wilayah ini dapat

mempermudah warga memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

3. Sopir

Tampak beberapa mobil sejenis truk dan angkutan desa yang parkir

dibeberapa rumah warga area wilayah ini.

Analisis :

Kemungkinan profesi masyarakat lainnya adalah sebagai sopir

yaitu dengan adanya beberapa truk dan angkutan desa yang parkir di

wilayah ini.
67

4. Pegawai / Karyawan

Terlihat warga yang memakai pakaian dinas di wilayah ini.

Analisis :

Profesi lain dari warga jorong batu balantai adalah sebagai

pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi warga daerah ini terdiri

dari berbagai macam profesi. Dengan bervariasinya profesi ini

berpengaruh pada tingkat perekonomian masyarakatnya. Hal ini tampak

dari bervariasinya tipe rumah maupun kendaraan yang dimiliki oleh

warga jorong batu balantai ini ini.

D. Transportasi dan Kenyamanan

Kendaraan yang dipakai oleh warga jorong batu balantai meliputi mobil

pribadi, angkutan desa, truk, sepeda motor, sepeda. Jalan utama wilayah

jorong batu balantai ini adalah jalan yang cukup ramai dilewati oleh warga

dengan kualitas aspal yang bagus. Namun, lebarnya jalanan ini tidak begitu

luas sehingga mobil agak sulit melintas jika berpapasan satu sama lain. dan

jalan lain yang ada di dalam jorong batu balantai kondisinya cukup, namun

ada beberapa jalan jorong yang kurang bagus karena kondisi aspal jalan sudah

rusak.

Jalan yang ada di pauh

Jalan yang ada di halaman panjang


68

Analisis :

Berbagaimacam kendaraan yang digunakan dapat mempermudah warga

untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Namun, terkadang masih ada warga di

bawah umur yang mengendarai kendaraan bermotor. Padahal seharusnya

anak di bawah umur belum diizinkan untuk mengendarai kendaraan

bermotor. Terlebih keadaan jalanan yang cukup ramai berpotensi

menimbulkan kecelakaan yang dapat membahayakan si pengendara maupun

orang lain.

E. Politik & Pemerintahan :

Pemerintahan Nagari adalah penyelenggaran urusan pemerintahan

untuk mengatur dan mengurus kepentingan serta memberikan pelayanan pada

masyarakat setempat. Dalam sebuah nagari dibentuk Kerapatan Adat Nagari

(KAN), yakni lembaga yang beranggotakan tungku tigo sajarangan. Tungku

tigo sajarangan merupakan perwakilan anak nagari yang terdiri dari alim

ulama, cerdik pandai (kaum intelektual) dan niniak mamak (pemimpin suku-

suku dalam nagari). Keputusan penting yang akan diambil selalu

dimusyawarahkan antara wali nagari dan tungku tigo sajarangan di balai adat

atau balairung sari nagari.

Pemerintah Nagari terdiri dari Wali Nagari dan Perangkat Nagari.

Perangkat Nagari terdiri dari Sekretaris Nagari dan perangkat lainnya.

Sekretaris Nagari diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan.

Wali Nagari dipilih langsung oleh warga masyarakat nagari. Masa Jabatan
69

Wali Nagari adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan dan

dapat dipilih hanya 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

F. Rekreasi

Adanya kegiatan latihan seperti pencak silat serta adanya kegitan pawai

yang diikuti oleh anak-anak Taman Kanak-kanak.

Analisis :
Adanya kegiatan latihan pencak silat dan tansa di jorong batu balantai

menunjukkan bahwa masyarakat terutama generasi muda masih

mempertahankan kebudayaan minangkabau serta dengan adanya latihan

tersebut dapat meningkatkan keakraban antar warga dari semua kalangan.

II. PERSEPSI

A. Persepsi Masyarakat

Warga mengatakan Jorong batu balantai merupakan daerah yang

penduduknya banyak yang merantau ke kota besar seperti Jakarta dan Medan,

daerahnya aman dan warganya ramah-ramah. Untuk membersihkan

lingkungan sekitar, warga lebih sering membersihkan sendiri lingkungan

sekitar rumahnya dari pada melakukan gotong royong, ini dikarenakan


70

penduduk Jorong batu balantai warganya kebanyakan sibuk pada pagi sampai

sore hari.

B. Persepsi Perawat

Pada hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa Progsus Ners

STIKes Fort De Kock Tahun 2019 tampak sebagian dari warga tidak merawat

lingkungan sekitar rumahnya, tedapatnya tumpukan sampah berserakan,

jarak kandang yang terlalu dekat dengan rumah sehingga ini dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai