BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
b. Instalasi pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
mengendalikan infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut,pusat sterilisasi sangat bergantung
pada unit penunjang lainnya yang ada dirumah sakit. Apabila terjadi hambatan pada
salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil
sterilisasi.
c. Bila ditinjau dari volume alat dan bahan yang harus disterilkan dirumah sakit
sedemikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk mempunyai suatu instalasi
pusat sterilisasi tersendiri dan mandiri. Instalasi pusat sterilisasi bertugas untuk
memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari
semua mikroorganisme termasuk endospora secara tepat dan cepat. Rumah sakit
yang berskala kecil, instalasi pusat sterilisasi belum mampu mandiri. Namun
pelaksanaannya masih bergabung dengan kamar bedah. Maka dibentuklah unit /
kamar sterilisasi untuk mengoptimalkan pelayanan sterilisasi di Rumah Sakit.
2. Tujuan Pedoman.
a. Tujuan Umum.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi nosokomial di Rumah Sakit.
b. Tujuan Khusus
2
Ruang lingkup pedoman pelayanan di Unit Pusat Sterilisasi adalah uraian kegiatan
pelayanan dalam pengelolaan sterilisasi semua alat-alat medis yang digunakan ulang
untuk pelayanan medis.Unit Pelayanan Sterilisasi memberikan pelayanan untuk melayani
dan membantu semua unit dirumah sakit yang membutuhkan barang dan alat medis
dalam kondisi steril.
a. Sistem Pelayanan :
b. Kegiatan Pelayanan
UNIT PUSAT
No Kegiatan Keterangan
STERILISASI
Penyediaan produksi kasa dan kapas
1 Sentralisasi
steril
Tahapan Proses Sterilisasi
a. Pre – cleaning (prabilas)
b. Cleaning (Pembersihan)
2 c. Pengemasan dan Labeling Sentralisasi
d. Proses Sterilisasi
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
3 Quality Control Sentralisasi
4 Quality Assurance Sentralisasi
4. Batasan Operasional
5. Landasan Hukum.
BAB II
KETENTUAN UMUM
6. Pengertian
a. Unit Pusat Sterilisasi (UPS) adalah unit pengelola sterilisasi di Rumah Sakit dan
melaksanakan kegiatan sterilisasi secara sentral untuk menunjang kualitas
pelayanan.
b. Barang steril sekali pakai (single use) adalah instrumen/alat kesehatan yang
disediakan dan diproduksi untuk sekali pakai atau habis digunakan sekali pakai
dalam kemasan.
c. Barang steril yang dapat diulang pakai (re-use) adalah instrumen/alat kesehatan
yang sesudah digunakan dapat diulang pakai setelah melalui proses pre-cleaning,
cleaning, pengemasan/labeling, dan disterilkan dengan mesin sterilisator yang
sesuai.
d. Sterilisasi adalah suatu proses penanganan alat atau bahan yang tidak steril
menjadi steril dengan menghancurkan semua bentuk mikroba termasuk endospora
melalui tahapan proses sterilisasi yang tepat. Tahapan proses sterilisasi dimulai dari
tahap pre-cleaning, cleaning, pengemasan, labeling sterilisasi, penyimpanan, dan
dilanjutkan dengan pendistribusian.
e. Steril adalah suatu kondisi dimana barang terbebas dari semua mikroorganisme
termasuk spora
f. Sterilan adalah suatu zat yang memiliki karakteristik dapat mensterilkan barang
atau peralatan.
a. Tujuan
b. Tugas Pokok
c. Fungsi
d. Organisasi
Unit Pusat Sterilisasi merupakan salah satu unit kerja non struktural yang berada
di bawah Instalasi Bedah Sentral.
Dalam melaksanakan kegiatan opersionalnya, Penanggung Jawab Unit Pusat
Sterilisasi dibantu oleh staf pelaksana sterilisasi
Penanggung Jawab
Administrasi
Pengertian.
kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam
melakukan upaya kesehatan.
2) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
formal di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
dalam melakukan upaya kesehatan.
3) Kegiatan Standar adalah satu satuan waktu (atau angka) yang diperlukan untuk
menyelesaikan kegiatan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan sesuai
dengan standar profesinya.
5) Daftar Susunan Pegawai adalah jumlah pegawai yang tersusun dalam jabatan
dan pangkat dalam kurun waktu tertentu yang diperlukan oleh organisasi untuk
melaksanakan fungsinya.
6) Analisa Beban Kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja
dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan
kapasitas kerja perorangan persatuan waktu.
7) Beban Kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh
tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan
kesehatan.
BAB II
KETENAGAAN
9. Status Kesehatan
a. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk TBC paling
sedikit sekali setahun.
c. Laporan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di Unit Pusat Sterilisasi
seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, infeksi gastro intestina, tertusuk jarum,
maupun infeksi pada mata, minimal sekali setahun.
Kualifikasi yang bekerja di Unit Pusat Sterilisasi dibedakan sesuai dengan kapasitas
tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis pelayanan
sterilisasi.
1) Uraian Tugas :
a) Membantu Kepala Rumah Sakit dalam menyelenggarakan,
mengkordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Unit Pusat Sterilisasi.
b) Membuat rancangan strategi jangka panjang Unit Pusat Sterilisasi.
c) Membuat rencana bisnis dan anggaran Unit Pusat Sterilisasi.
d) Membuat rencana kerja operasional Unit Pusat Sterilisasi.
e) Membuat prosedur pelayanan Unit Pusat Sterilisasi.
f) Menyediakan fasilitas pelayanan Unit Pusat Sterilisasi.
g) Mengembangkan program kegiatan pelayanan Unit Pusat Sterilisasi.
h) Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan kegiatan
pelayanan Unit Pusat Sterilisasi.
i) Melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan pelayanan Unit Pusat
Sterilisasi.
j) Melakukan evaluasi secara berkala terhadap program kegiatan
pelaksanaan pelayanan Unit Pusat Sterilisasi.
k) Melakukan penilaian terhadap kinerja staf Unit Pusat Sterilisasi.
l) Membuat laporan berkala Unit Pusat Sterilisasi.
m) Menentukan metode yang efektif bagi penyiapan dan penanganan
alat/bahan steril dan linen sebagai penunjang pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit.
n) Bertanggung jawab agar staf mengerti akan prosedur sterilisasi dan
penggunaan mesin sterilisasi secara benar.
o) Kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordinasi
yang bersifat intern/ekstern.
p) Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan,
pengembangan diri / personil lainnya.
q) Melakukan seleksi untuk kebutuhan calon tenaga di Unit Pusat
Sterilisasi, serta menmenyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan
evaluasi pada waktu yang ditentukan.
r) Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan lingkup
tugasnya.
2) Kualifikasi Tenaga :
1) Uraian Tugas:
a) Bertanggung jawab terhadap Pj. Unit Steilisasi.
b) Memahami teknik dan pengoperasian alat sterilisasi.
c) Tidak alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi.
d) Dapat mengerti perintah dan menerapkannya menjadi aktivitas.
e) Dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan.
f) Mengikuti prosedur kerja/SPO yang telah dibuat.
g) Dapat menjalankan pekerjaan baik dengan perintah langsung maupun
tidak langsung/telepon.
h) Dapat mengerjakan pekerjaan rutin/berulang-ulang yang relatif
"membosankan".
i) Dapat menerima tekanan kerja dan kadang-kadang lembur.
j) Memakai pelindung seperti apron, masker, penutup kepala, sandal
khusus dan sarung tangan.
k) Memelihara peralatan sterilisasi, alat dan bahan steril.
2) Kualifikasi Tenaga :
Harus mengikuti Pelatihan Sterilisasi.
Dapat belajar dengan cepat.
Mempunyai keterampilan yang baik.
"PersonalHygiene" baik.
Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian.
a. Visi
b. Misi
Bahwa tenaga yang bertugas di UPS pada rumah sakit harus mampu memberikan
pelatihan teknis tentang pelayanan sterilisasi di rumah sakit.
BAB III
Ruangan / Kamar Sterilisasi RSAU dr. Efram Harsana terletak dalam gedung
Instalasi Bedah Sentral.
10
Sarana fisik dan peralatan dipusat sterilisasi sangat mempengaruhi efisiensi kerja
dan pelayanan di Unit Pusat Sterilisasi rumah sakit. Dalam merencanakan sarana fisik,
dan peralatannya, sebaiknya melibatkan staf pusat sterilisasi. Mengingat pusat sterilisasi
merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok Unit Pusat Sterilisasi adalah
menerima alat/bahan medik dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian di proses
menjadi alat/bahan medik dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada
unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi
perlu diperhatikan:
Bangunan Unit Pusat Sterilisasi RSAU dr. Efram Harsana menyatu dalam satu
bangunan dengan kamar operasi. Luas Unit Pusat Sterilisasi yang dimiliki RSAU dr.
Efram Harsana adalah sekitar 20-30 M2.
Pada prinsipnya desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang
kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari (terjadinya kontaminasi silang
dari ruang kotor ke ruang bersih. Selain itu pembagian ruangan disesuaikan dengan
alur kerja. Ruang pusat slerilisasi dibagi atas 4 ruang yaitu :
1) Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara, dan
dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi
pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal
berbahaya lainnya. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan di ruang
dekontaminasi adalah :
a) Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikroorganisme dari
satu tempat ke tempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden
dan mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi,
alat-alat yang siap disterilkan, dan bahkan yang sudah disterilkan.
Karenanya, sistem ventilasi harus didisain sedemikian rupa sehingga udara
di ruang dekontaminasi harus memiliki persyaratan :
Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara
ruangan lainnya.
Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas
angin.
11
c) Kebersihan
Debu serangga, dan vermin adalah pembawa mikroorganisme,
sehingga kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting. Alat-alat
pembersih harus sesuai dengan bahan-bahan pembersihnya. Harus ada
peraturan tertulis mengenai prosedur pengumpulan sampah dan
transportasinya, dan pembuangan limbah-limbah baik yang dapat maupun
yang tidak dapat menyebabkan infeksi dan juga yang berbahaya. Secara
umum, praktek kebersihan sebaiknya mencakup :
Setidaknya sekali sehari di pel atau di vacum basah.
Setidaknyasekali sehari membersihkandanmendesinfeksi
sink/tempat mencuci, meja kerja, dan peralatan.
Langsung membersihkan dan mendesinfeksi tumpahan
darah dengan disinfektan yang terdaftar menurut peraturan yang ada.
Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding,
langit-langit, ventilasi AC, dan fixture lainnya (lampu, sprinkler, ducting,
kipas exhaust, dan sebagainya).
Prosedur kontrol terhadap binatang perusak (serangga, tikus, dan
sebagainya).
Setidaknya sekali sehari sampah dibuang, dan lain-lain kotor
diganti.
Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat unluk alat bongkar pasang
maupun pengemasan dan penyimpanan barang bersih. Pada ruang ini
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang tertutup.
3) Ruang sterilisasi
Mesin sterilisasi harus diperiksa dan dibersihkan setiap hari. Beberapa contoh
item yang harus dibersihkan setiap hari recording charts dan jarum penunjuk, gasket
pintu, bagian dalam chamber, dan permukaan luar lainnya. Pembersihan mingguan
dan pengawasan lainnya sesuai dengan yang disarankan produsen mesin.
Alasan : adalah pengawasan secara periodik dan pembersihan secara rutin dapat
menurunkan kemungklnan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Kebersihan juga
menurunkan risiko kontaminasi terhadap barang steril.
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan pemeliharaan rutin
terhadap alat :
3) Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan harus dilatih oleh
lembaga berwenang atau pihak pembuat mesin slerilisasi tersebut.
3) Sebaiknya dilakukan kontrak servis baik dengan suplier alau pihak lain
yang kompeten.
e. Kalibrasi alat
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual dari
produsen mesin. Beberapa contoh item yang harus dikalibrasi adalah : pengukur
suhu dan tekanan, timer, dan elemen pencatat lainnya. Kalibrasi ulang harus
dilakukan apabila komponen-komponen ini mengalami perbaikan. Kalibrasi alat harus
dilakukan oleh orang terlatih khususnya terhadap jenis mesin sterilisasi yang akan
dikalibrasi.
Alasan : Kalibrasi terhadap mesin sterilisasi sangat penting untuk menjamin
bahwa mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan efektif serta dapat diandalkan.
f. Dokumentasi alat
Unit Pusat Sterilisasi harus dilengkapi dengan alal pelindung diri seperti apron
lengan panjang yang tahan terhadap cairan atau karet yang tahan terhadap cairan
kimia heavy-duty, penutup kepala, masker "high-filtration", dan "tight fitting" google,
khususnya dipakai oleh staf saat melakukan prosedur yang memungkinkan
terjadinya cipratan atau kontaminasi dari cairan yang mengandung darah atau cairan
tubuh lainnya. Harus ada alas kaki khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan
penutup sepatu tahan air yang diperlukan untuk melindungi sepatu dan masker, dan
gogle harus dilepaskan saat meninggalkan ruang dekontaminasi. Sarung tangan,
gaun pelindung, dan gogle harus dicuci setiap hari. Alat pelindung yang dipakai ulang
harus dilaundry setelah setiap pemakaian.
BAB IV
Karakteristik :
1) Cepat
2) Akurat
3) Ringkas
4) Cermat dan teliti
5) Terpercaya
6) Terorganisir
b. Perencanaan
c. Pengadaan
d. Logistik
a) Meja
b) Kursi
c) Lemari
d) Alat pelindung, meliputi :
Apron .
Masker
Sarung tangan
Topi
Alas kaki khusus
e) Sink
f) Ember
g) Baskom
h) Tromol
i) Keranjang
j) Sealer
k) Penguji ketajaman alat
l) Bahan pengemas
m) Alat pengering
n) Alat pencuci
o) Alat pemadam kebakaran
p) Jam dinding
q) Termometer dan higrometer
r) Meja yang dilengkapi dengan kaca pembesar untuk kontrol linen
s) Tissue untuk lap tangan
2) Peralatan medik :
a) Mesin cuci
b) Trolley autoclave
c) Mesin Sterilisasi Suhu Tinggi
d) Mesin Sterilisasi Suhu Rendah
e) Mesin dekontaminator
f) Trolley Pengangkut
g) Lemari Penyimpanan Barang Steril
16
a) Detergen
b) Desinfektan
c) Larutan enzim
d) Kapas, kasa
e) Bahan monitor
f) Pembersih lantai, sink, dinding/ruangan.
Unit Pusat Sterilisasi melayani sterilisasi alat semua unit di rumah sakit yang
membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari UNIT PUSAT
STERILISASI selalu berhubungan dengan :
- Bagian laundry.
2) Pencucian
a) Linen - dilakukan di bagian laundry
b) Instrumen
4) Proses sterilisasi
a) Linen
b) Instrumen
b. Alur Kerja
Penerimaan dan
pencatatan
Pengemasan dan
Labelling
TIDAK
Seleksi
(volume dan Sterilisasi
jenis barang)
YA TIDAK
Kontrol
Perendaman indikator
YA
Pencucian
Gudang Alat Steril
Pengeringan
Distribusi Barang
Keluar
YA
Layak untuk
disterilkan
TIDAK
Kembalikan ke unit
pengirim barang/alat
19
Pre cleaning adalah proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-
benda yang mungkin terkontaminasi oleh mikroorganisme yang menkontaminasi
atau yang mengaktivasi virus yang berbahaya bagi kesehatan, contohnya virus
HBV, HCV, HIV, dan lain-lain.
Tujuan :
Persyaratan :
2) Cleaning (Pembersihan)
Tujuan :
Persyaratan :
3) Pengemasan
Tujuan :
Persyaratan :
c) Bahan pengemas :
4) Labeling/Penandaan
Tujuan :
Persyaratan :
Tanggal sterilisasi.
Tanggal kadaluarsa.
Nama petugas pengemas.
Nomor mesin sterilisasi.
5) Sterilisasi
Tujuan :
Persyaratan :
b) Mesin sterilisasi :
6) Penyimpanan
Tujuan :
Persyaratan :
b) Dinding dan lantai terbuat dari material yang halus dan mudah untuk
dibersihkan.
23
7) Pendistribusian
Tujuan :
Persyaratan :
c) Pada saat serah terima barang, kedua belah pihak harus meneliti dan
memeriksa instrument atau barang steril yang diserah terimakan
berdasarkan kuantitas dan kondisi fisik barang.
d) Kedua belah pihak harus mengisi formulir serah terima barang dengan
cermat dan teliti.
Tujuan :
Pelaksana :
1) Staf Unit Pusat Sterilisasi, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
2) Komite PPI Rumah Sakit, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
Materi :
BAB V
a. Prinsip
c. Tujuan
1) Uji visual terhadap instrument untuk mengetahui instrument layak atau tidak
layak diproses sesuai IK (Instruksi Kerja) Uji Visual, yang dilakukan pada :
2) Uji mekanik terhadap alat yang digunakan untuk proses sterilisasi sebelum
penggunaan alat agar diketahui kelayakan alat sesuai IK (Instruksi Kerja) Uji
Mekanik, yang dilakukan pada :
3) Uji Bowie Dick dilakukan untuk mengetahui kemampuan daya vakum dan
tekanan mesin sesuai dengan Instruksi Kerja. Uji Bowie Dick dilakukan pada :
Mesin sterilisasi uap panas dengan vakum.
19. Evaluasi
3) Area pre-cleaning dan cleaning cukup untuk peralatan yang dibutuhkan dan
memiliki tempat khusus untuk menggunakan dan melepaskan Alat Pelindung Diri
5) Tersedia emergency eye wash yang bisa dicapai dalam 10 detik dan
mengalirkan air selama 15 menit.
6) Pada alur kerja terdapat dinding pemisah antara ruang kotor dan bersih,
pass box untuk menghindari lorong dan tidak terbuka.
9) Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (cat epoxy),
plafon mempunyai permukaan yang rata dan terbuat dari material yang tidak
mudah rontok.
27
10) Tekanan positif untuk area bersih dan tekanan negatif untuk area pre-
cleaning dan cleaning serta pencahayaan yang cukup untuk semua area kerja.
1) Kebijakan tertulis :
a) Personal Hygiene
b) Kepatuhan dalam berpakaian
c) Kepatuhan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
2) Status Kesehatan :
3) Supervisor Sterilisasi :
4) Teknisi Sterilisasi
5) Seluruh Personel :
c. Proses
1) Pre-Cleaning
2) Cleaning
3) Pengemasan
e) Peralatan berlumen :
Harus dilepaskan secara berhati-hati misalnya kateter, needle.
Pelembut untuk lumen harus dianjurkan sesuai petunjuk dari
pabrik.
Intrumen yang kompleks seperti endoskopi atau instrumen yang
berlubang harus diperdiapkan sesuai petunjuk dari pabrik.
f) Bengkok / baskom :
Dibedakan menurut diameter.
Digunakan nonlinting material adsorben diantara bengkok.
Pengemasan tidak melebihi 3,5 kg.
Kontainer set instrumen tidak boleh lebih dari 12,5 kg.
Penggunaan pengemas rigid harus disesuaikan dengan berat dan
densitas dari set instrumen.
g) Check list pengemasan :
Bahan pengemas harus terpapar minimal dua jam pada suhu dan
kelembaban yang disarankan sebelum digunakan.
Bahan pengemas diperiksa secara berkala kalau kemungkinan
rusak, bocor, kotor, dan lain-lain.
h) Pengemas kertas/pouches :
Label ditempelkan pada sisi plastik.
Pada kemasan terbungkus penulisan dilakukan pada Indikator
tape atau digunakan label khusus.
Tray dengan dasar mesh atau berlubang atau pengemas rigid
harus diperiksa pada saat akan digunakan untuk memastikan tidak
ada bagian yang tajam atau mesh yang berlubang.
4) Proses Sterilisasi
b) Distribusi
Peralatan ditangani dengan hati-hati.
Pengemasan harus diperiksa secara visual untuk memastikan
label tercantum baik.
Troley untuk distribusi harus mempunyai jarak antara bagian
bawah trolley dengan lantai.
Penutup harus dicuci setiap habis digunakan.
Trolley harus didekontaminasi dan dikeringkan sebelum
digunakan kembali untuk alat steril.
6) Dokumentasi
Isi loading.
Lama terpapar.
Suhu.
Nama atau inisial petugas sterilisasi.
c) Produk Recall
Kebijakan dan Prosedur singkat dan jelas.
Dilakukan pencatatan.
Penadaan load control termasuk nomor mesin, tanggal, siklus,
dan kadaluarsa.
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
20. Pendahuluan.
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia
kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari
keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu
menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan
dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan
pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI
angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998
dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%.
Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan
gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan
untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak
dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “
Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi
nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
32
resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan
keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
21. Tujuan.
Petugas Unit Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrumen yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, desinfeksi,
pengemasan, sterilisasi, dan penanganan barang steril secara aseptik dan benar sesuai
dengan SPO yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya kecelakaan/ luka pada pasien. Pasien penerima barang yang belum diuji
kelayakan fungsi dan cara pakainya dapat mengalami komplikasi maupun penundaan
tindakan. Alat-alat terkontaminasi atau on-steril (seperti instrumen bedah) apabila
digunakan pada pasien dapat menimbulkan infeksi nosokomial.
b. Pastlkan bahwa semua barang telah di dekontaminasi dan bebas dari pengotor,
kerusakan, atau bahaya lain yang dapat mempengaruhi penggunaan barang/ alat
c. Pastikan agar barang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat
transportasi menuju daerah dekontaminasi.
f. Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama siklus
berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian deteksi udara
dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum).
33
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90%) digunakan sebagai
disinfektan Intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal,
dan virusidal.
b. Formaldehid
2) Tindakan pertolongan
a) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran.
b) Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-anak
maksimal 100 ml.
c) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
d) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut da
dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
c. Lisol
35
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbol kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan
sebagai disinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan
untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai
larutan antiseptik dengan konsentrasi antara 1-2%. LDL oral pada manusia adalah
140 mg/kg.
a) Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
berulang atau berat : Kemerahan, gatal dan luka bakar
b) Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat
mengalami dermatitis kontak
c) Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih,
edema palpebra, dan iritis.
d) Efek sistemik : Nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing,
dispnea, penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan rash, Jika
konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar pada rnulut dan
eSPOhangus.
e) Efek pada sistem kardiovaskuler : hipotensi dan syok
f) Efek pada genial : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
g) Efek pada pernafasan : depresi pernafasan dan gagal nafas
2) Tindakan pertolongan
a) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum,
untuk anak-anak maksimal 100 ml.
b) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif.
c) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
d. Natrium Hipoklorit
2) Tindakan pertolongan
a) Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin
untuk pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum,
untuk anak-anak maksimal 100 ml.
b) Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif.
c) Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan
fleksibel dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan
endoskopi.
d) Pengenceran dengan demulsen seperti susu atau antasid.
BAB VII
PENUTUP
Barang medis steril merupakan hasil akhir dari suatu proses sterilisasi yang
dilaksanakan dengan sistem secara utuh maka hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
semua komponen di Rumah Sakit :
2. Pemilihan bahan baku dan bahan pengemas (barang medis habis pakai) yang
akan disterilkan harus mempunyai jaminan mutu, tepat, dan dapat mempertahankan
nilai sterilitas yang telah dicapai.
3. Penyediaan dan produksi kasa dan kapas steril harus tersentralisasi dengan
pertimbangan efisiensi tenaga, waktu, tempat, dan sumber daya lainnya.
6. Penyimpanan barang steril harus dalam area tersendiri dan disusun dengan rapi
dalam rak penyimpanan.
7. Pendistribusian barang steril dilakukan dengan cermat dan teliti, baik dari segi
kuantitas dan kualitas,
Produk akhir dari proses sterilisasi adalah adalah barang medis steril, dalam
pengertian steril yang mutlak. Tidak ada setengah steril atau agak steril, yang ada
hanyalah barang steril dan barang tidak steril.
Demikian Buku Pedoman ini disusun, pedoman ini diharapkan menjadi referensi
dalam melaksanakan proses sterilisasi baik di Unit Pusat Sterilisasi maupun di Unit-unit
dalam lingkungan Rumah Sakit.