DISUSUN OLEH
Nur Astuti
NIM : 2016070006
B. Rumusan Masalah
1. Pendidikan apa saja yang pernah ditempuh tokoh?
2. Apa saja karier yang pernah digeluti tokoh?
3. Bagaiman kiprah tokoh dalam organisasi yang pernah didirikan untuk
memajukan bidang pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
F. Bu Kasur
Bu Kasur bernama asli Sandiah. Beliau Lahir di Jakarta, 16 Januari
1926. Wafat di Jakarta, 22 Oktober 2002 dan dikebumikan di Kaliori,
Purwokerto, Jawa Tengah (23 Oktober 2002). Suaminya bernama Suryono
(Pak Kasur). Pendidikanyang pernah ditempuhnya adalah Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs MULO 1930. Kariernya adalah sebagai pencipta lagu anak-
anak, pendiri dan pengasuh TK Mini Pak Kasur (1965), pengasuh dan
pembawa acara anak di radio dan televisi. Penghargaan yang pernah
diperolehnya antara lain: Bintang Budaya Para Dharma (1992), penghargaan
dari Presiden dalam rangka Hari Anak Nasional (1988), Centro Culture
Italiano Premio Adelaide Ristori Anno II (1976).
H. Dr. Soetomo
Dr. Soetomo berama Asli Soebroto. Lahir di Desa Ngepeh, Jawa
Timur, 30 Juli 1888 dan wafat di Surabaya, 30 Mei 1938. Pendidikan yang
dijalaninya: STOVIA tahun 1911.
Kariernya antara lain sebagai Dokter di Tuban, Semarang, Lubuk
Pakam, dan Malang, Wartawan dan memimpin beberapa surat Kabar.
Adapun organisasi yang diikutinya adalah: Pendiri dan Ketua Budi
Utomo, 20 Mei 1908, Budi Utomo bergerak di bidang politik tahun 1919,
Pendiri Indische Studie Club (ISC) tahun 1924, ISC berganti nama menjadi
Persatuan Bangsa Indonesia (PBI (1931), Pendiri dan Ketua Patai Indonesi
Raya (Parindra) yang merupakan Penggabungan Budi Utomo dan PBI.
I. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman, Yogyakarta pada tahun
1868 dengan nama kecil Muhammad Darwis. Beliau adalah putra keempat
dari tujuh bersaudara pasangan KH. Abu Bakar (seorang ulam dan khatib
terkemuka mesjid besar Kesultanan Yogyakarta dan Nyai Abu Bakar (putri
dari H. Ibrahim yang menjabat sebagai penghulu kesultanan juga. Dalam
silsilah, disebutkan bahwa beliau masih keturunan yang kedua belas dari
Maulana Malik Ibrahim.
Sebagai seorang anak ulama, KH. Ahmad Dahlan yang memiliki
nama kecil Muhammad Darwis sudah belajar agama dan bahasa Arab kepada
sang ayah. Setelah belajar agama di kampungnya, beliau melanjutkan sekolah
ke Mekah setelah sang xayah menyuruh menunaikan rukun Islam kelima
tahun 1883.
Saat berangkat ke Mekah untuk menuaikan haji, Muhammad Darwis
masih berumur 15 tahun. Beliau sempat bermukim di Mekah selama lima
tahun untuk memperdalam ilmu agama seperti qira’at, tauhid, tafsir, fikih,
ilmu mantiq dan ilmu falak. Setelah kembali dari Mekah pada tahun 1902,
beliau berganti nama menjadi Haji Ahmad Dahlan.
Satu tahun kemudian, beliau berkesempatan untuk memperdalam ilmu
agama lagi di Mekah.Dari sini, beliau banyak belajar mengenal pemikiran
para pembaharu Islam. Antara lain Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani,
Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha.
1. Islam Yang Rasional
Perjalanan K.H. Ahmad Dahlan membuka cakrawala pendidikan
(Islam) di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari modernisasi Islam yang
dilakukan oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh pada
abad sebelumnya di Eropa.
Jamaluddin Al-Afghani, seorang intelektual muslim yang sempat
mengenyam kesempatan berbagai ilmu dalam organisasi Freemasonry,
bertujuan untuk mengadaptasikan Islam dengan masa modern. Caranya,
memperkaya Islam dengan berbagai penemuan yang berkaitan dengan
rasionalitas yang diandalkan pengetahuan Eropa.
Jamaluddin Al-Afghani menerbitkan jurnal Al-Urwatul
Wutsqa pada 1884. Al-Urwatul Wutsqa sendiri misalnya “mendukung”
teori evolusi (tetapi tidak untuk manusia) yang tidak hanya membuat
dunia Barat membuka mata tentang Islam (Islam tidak kolot, tertutup,
dan menampik “ilmu pengetahuan”), tetapi juga membuat dunia Islam
yang selama ini cukup banyak berkutat dengan penekanan rasio atas
aturan-aturan yang diciptakan belakangan setelah era Nabi Muhammad
saw.
Muhammad Rasyid Ridha murid Muhammad Abduh “kompatriot
Jamaluddin Al-Afghani”, kemudian menerbitkan majalah Al-Manar di
Mesir.Majalah Al-Manarmenjabarkan ide-ide Jamaluddin al-Afghani dan
Muhammad Abduh.Melalui publikasi majalah ini, gerakan Islam modern
berpengaruh pada gerakan Islam di Asia Tenggara pada awal abad ke-20,
termasuk Indonesia.
2. Islam Modern di Indonesia
Di Indonesia, gerakan Islam modern menghasilkan organisasi
Sarekat Islam (berdiri 1911, yang merupakan kelanjutan SDI yang
terbentuk pada 1905). Sarekat Islam adalah organisasi massa Islam
modern pertama di Indonesia. Organisasi ini sempat mengganti nama
sebagai Partai Sarekat Islam (PSI) demi penekanannya atas politik.
Pada 1929, partai ini berubah menjadi PSII (Partai Sarekat Islam
Indonesia). Selain Sarekat Islam, muncul pula organisasi Muhammadiyah
yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan pada 1912. Berbeda dengan Sarekat
Islam, Muhammadiyah tidak melibatkan diri dalam politik.Organisasi ini
menekankan upaya dakwah memerangi TBC (Takhayul, Bidah,
Khurafat).Dakwah inilah yang “mengimbangi” pendidikan “modern” ala
barat. .
Pendidikan Islam Modern ala Muhammadiyah
Dalam dakwah Muhammadiyah, Ahmad Dahlan mengajak umat Islam
menggunakan rasio dengan tetap berpegang teguh pada Alquran
dan hadis.Ahmad Dahlan dalam hal ini mampu melawan sistem politik
adu domba ala Belanda yang hendak memisahkan umat Islam menjadi
dua bagian besar, Islam politik dan Islam agama.
Ahmad Dahlan bahkan juga melawan praktik-praktik bidah yang
merajalela di Jawa. Orang Jawa yang suka dengan mistisisme
mencampurkan Islam dengan takhayul, misalnya dengan menceritakan
kisah Walisongo yang banyak kepalsuannya. Ahmad Dahlan juga
menciptakan buku-buku praktis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan ditampilkannya beberapa tokoh dalam pendidikan, kita dapat
mengetahui bagaimana para tokoh berjuang untuk mencerdaskan anak
bangsa, salah satunya dengan mendirikan sekolah-sekolah di berbgai penjuru
tanah air.
Daftar Pustaka