Sejumlah perusahaan mencoba menilai potensi karyawannya sembari menilai kinerja karyawannya. Meskipun perilaku masa lalu mungkin merupakan prediksi yang terbaik atas perilaku masa yang akan dating, kinerja karyawan masa lalu dalam suatu pekerjaan tidak dapat dipakai sebagai indicator yang akurat mengenai kinerja masa yang akan dating pada level yang tnggi atau posisi yang berbeda. B. Faktor-faktor lingkungan penilai kinerja Banyak faktor eksternal dan internal dapat mempengaruhi proses penilaian. Sebagai contoh, legislasi mewajibkan sistem2 penliaian bersifat nondiskriminatif. Serikat pekerja merupakan faktor eksternal lainnya yang bisa mempengaruhi proses penilaian perusahaan. Serikat2 pekerja telah sejak dulu menekankan senioritas sebagai dasar promosi dan kenaikan bayaran. Faktor2 dlm lingkungan internal juga bisa mempengaruhi proses penilaian kinerja. Contoh budaya korporat sebuah perusahaan bisa membantu atau menggunakan tim untuk melaksanakan pekerjaan, mengakui hasil tim secara keseluruhan sebagaimana kontribusi2 individual. C. Proses penilaian kinerja Mengidentifikasi tujuan2 penilaian spesifik menetapkan kriteria2 dari mengkomunikasikannya kepada para karyawan memeriksa pekerjaan yang dijalankan menilai kinerja mendiskusikan penilaian bersama karyawan. D. Menetapkan kriteria (standar) kinerja - Sifat : sifat2 karyawan seperti sikap, penampilan, dan inisiatif adalah dasar untuk beberapa evaluasi. Namun, kualitas yg umum digunakan bersifat subjektif dan bisa jadi tidak berhubungan dengan pekerjaan atau sulit untuk didefinisikan. - Perilaku : ketika hasil tugas seseorang sulit ditentukan, organisasi bisa mengevaluasi perilaku atau kompetensi orang tersebut yg berhubungan dengan tugas, contoh gaya kepemimpinan - Kompetensi : meliputi sekumpulan luas pengetahuan, keterampilan, sifat, dan perilaku yg bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi, atau berorientasi bisnis. - Pencapaian tujuan : jika organisasi2 menganggap hasil akhir lebih penting dari cara, hasil2 pencapaian tujuan menjadi faktor yg tepat untuk dievaluasi. - Potensi perbaikan : ketika organisasi2 mengevaluasi kinerja para karyawan, banyak kriteria yg digunakan berfokus pada masa lalu. E. Tanggung Jawab penliaian - Atasan langsung : atasan langsung seorang karyawan merupakan pilihan paling umum untuk menilai kinerja. Atasan basanya pada posisi yg sangat baik untuk mengamati kinerja pekerjaan karyawan. - Bawahan : dalam budaya kita memandang bawahan secara negative. Namun perlahan2 pemikiran ini berubah, sehingga perlu adanya evaluasi manajer oleh para bawahan yg layak dan diperlukan. Pada posisi ini sangat bagus untuk melihat efektivitas manajerial atasan mereka. - Rekan kerja dan anggota tim : yaitu mereka bekerja secara dekat dengan karyawan yg dievaluasi dan mungkin memiliki perspektif yg tidak terdistorsi mengenai kinerja tertentu, terutama dalam penugasan2 tim. - Penilaian diri sendiri: jika karyawan memahami tujuan2 mereka untuk evaluasi, sehingga mereka ad pada posisi yg baik untuk menilai kinerja mereka sendiri. - Penilaian pelanggan : perilaku pelanggan menentukan tingkat kesuksesan perusahaan. F. Periode penilaian : evaluasi kinerja formal biasanya dipersiapkan dlm interval2 yg besar organisasi penilaian tersebut dilaksanakan tahunan ataupun setengah tahunan. G. Metode2 Penilaian kinerja : para manajer memilih sejumlah metode penelitian, jenis penilaian kinerja digunakan bergantung pada tujuannya. Jika penekanan utamanya pada pemilihan karyawan untuk promosi, pelatihan, dan peningkatan bayaran berdasarkan prestasi, metode tradisional sperti skala penilaian. H. Metode penilaian umpan balik 360 derajat : metode penilaian kinerja popular yg melibatkan masukan evaluasi dari banyak level dlm perusahaan sebgaimana pada dari sumber2 eksternal. Resiko terbesar dari umpan balik 360 derajat adalah kerahasiaan. I. Metode Skala Penilaian : metode penilaian kinerja yg menilai para karyawan berdasarkan faktor2 yg telah ditetapkan. Para evaluator mencatat penilaian mereka mengenai kinerja pada sebuah skala. Skala melputi beebrapa kategori, biasanya dlm angka 5-7 yg didefinisikan seperti luar biasa, memenuhi harapan atau butuh perbaikan. - Metode insiden kritis : metode penilaian kinerja yg membutuhkan pemeliharaan dokumen2 tertulis mengenai tindakan2 karyawan yg sangat positif dan sangat negative. Tindakan tersebut disebut insiden krisi, memengaruhi efektivitas departemen secara signifikan secara positif maupun negative, manajer mencatatnya. Dengan cara tersebut, penilaian akan lebih cenderung mencakup keseluruhan periode evaluasi dan tdk berfokus pada minggu2 atau bulan2 terakhir saja. - Metode esai : metode penilaian kinerja dimana penilai menulis narasi singkat yg menggambarkan kinerja karyawan. Metode ini berfokus pada perilaku ekstrim dlm pekerjaan karyawan dan bukan kinerja rutin harian. Penilaian ini sangat bergantung pda kemampuan menulis dari evaluator. Jika atasan menulis keterampilan ini bisa membuat karyawan tersebut memiliki prestasi atau karyawan tersebut hanya biasa2 aja. - Metode standar kerja : penilaian kinerja yg membanding2kan kinerja setiap karyawan dengan standar yg telah ditetapkan atau tingkat output yg dharapkan. Standar2 mencerminkan output normal dr seorang karyawan rata2 yg bekerja dengan kecepatan normal. Beberapa metode tersedia untuk menentukan standar kerja, termasuk studi waktu dan pengambilan sampil pekerjaan - Metode peringkat : metode penilaian kinerja dimana penilai menempatkan seluruh karyawan dari sebuah kelompok dlm urutan kinerja keselruhan. Contoh karyawan terbaik dlm kelompok dberi peringkat tertinggi dan terburuk diberi peringkat terendah. Kesulitan timbul ketika semua org bekerja pada tingkat yg sebanding. Perbandingan berpsangan adalah variasi dari metode peringkat dmna kinerja tiap karyawan dibandingkan dengan setiap karyawan lainnya dlm sebuah kelompok. - Metode distribusi dipaksakan : metode penilaian kinerja yg mengharuskan penilai untuk membagi orang2 dlm sebuah kelmpok kerja kedlm sejumlah kategori terbatas, mirip suatu distribusi frekuensi normal. System distribusi dipaksakan sudah ada sejak beberapa decade dan perusahaan general electric, Microsoft, dan JPMorgan menggunakannya saat ini. Sistem distribus dpaksakan cenderung didasarkan pada tiga tingkat. - Metode skala penilaian berjangkat keperilakuan : BARS merupakan metode penilaian kinerja yg menggabungkan unsur2 skala penilaian tradisional dengan metode insiden kritis; berbagai tingkat kinerja ditunjukkan sepanjang sebuah skala dengan masing2 dideskripsikan menurut perilaku kerja spesifik seorang karyawan. Ssitem BARS berbeda dengan skala penilaian karena alih2 menggunakan istilah2 seperti tinggi, menengah, dan rendah pada setiap poin skala, system tersebut menggunakan jangkar2 keperilakuan yg berhubungan dengan standar yg sedang diukur. - System berbasis-hasil : manajer dan bawahan secara bersama2 menyepakati tujuan2 untuk periode penilaian berikutnya dlm sebuah system berbasis-hasil, yg dimasaa lalu merupakan suatu bentuk manajemen berdasarkan tujuan. J. Penggunaan perangkat lunak computer : perangkat lunak computer tersedia untuk merekam data2 penilaian, manfaat besar dari penggunaan computer adalah berkurangnya prosedur. Manajer memiliki pilihan melakukan kustomisasi hamper semua program agar menyampaikan tujuan2 secara lebih akurat dan untuk penilaian2 yg adil. Contohnya : knowledgepoint’s performance impact system, oneforce/ performance, halogen eAppraisal. K. Masalah2 dalam penilaian kinerja - Ketidaknyamanan penilai : melaksanakan penilaian kinerja seringkali menjadi tugas manajemen SDM yg membuat frustasi. System dapat menciptakan konflik antara atasan dan bawahan serta menyebabkan perilaku2 yg merugikan. - Ketiadaan obyektivitas : kelemahan potensial dari metode2 penilaian kinerja tradisional adalah tidak adanya objektivitas. Dlm metode skala penilaian misalnya faktor2 yg umum digunakan sperti sikap, penampilan, dan kepribadian sulit untuk diukur. - Halo/horn error : muncul ketika manajer menggeneralisasikan satu unsur / insiden kinerja positif kepada seluruh aspek kinerja karyawan, menghasilkan nilai yg lebih tinggi. - Sikap lunak/sikap keras: memberikan nilai tinggi tanpa alasan yg bisa diterima disebut sikap lunak. Perilaku ini seringkali dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari kontroversi mengenai penilaian. - Central tendency error : kesalahan penilaian evaluasi yg muncul ketika para karyawan secara tdk benar dinilai mendekati rata2 atau pertengahan skala. - Bias perilaku terakhir : seorang penilai untuk perilaku terakhir secara lebih jelas dibandingkan tindakan2 yg lebih jauh dimasa lampau. Namun, penilaian kerja formal umumnya meliputi waktu tertentu, dan kinerja seseorang sepanjang waktu tersebut harus dipertimbangkan. - Bias pribadi : kekurangan ini ketika para manajer membiarkan perbedaan2 individual seperti jender, ras, atau usia mempengaruhi penilaian yg mereka berikan. - Manipulasi evaluasi : para manajer mengendalikan hamper semua aspek proses penilaian dan dengan demikian berada dlm posisi yg bisa memanipulasi system. Contoh, seorang atasan mungkin memberikan kenaikan bayaran karyawan tertentu, agar tingkat evaluasi kinerja nya tinggi kepada karyawan yg bersangkutan. - Kecemasan karyawan : proses penilaian juga bisa menciptkana kecemasan bagi karyawan yg dinilai. Peluang2 promosi, penugasan2 kerja yg lebih baik, dan peningkatan kompensasi bisa bergantung pada hasil penilaian. L. Karakteristik Sistem penilaian yang efektif : untuk memperbaiki kinerja orang2, tim dan organisasi secara keseluruhan. System tersebut juga berpern untuk membantu keputusan2 administratif yg berkenaan dengan kenaikan bayaran, transfer, atau pemberhentian. Faktor2 berikut ini membantu dalam mencapai tujuan2 tersebut : - Kriteria yg terkait pekerjaan : merupakan prinsip paling dasar yg diperlukan dalam penilaian kinerja karyawan. Uniform guidelines dan keputusan2 pengadilan telah cukup jelas mengenai hal ini, sehingga perlunya kriteria2 evaluasi harus ditentukan melalui analisis pekerjaan. - Harapan-harapan kinerja : para manajer dan bawahan hrus sepakat mengenai harapan2 kinerja sebelum periode penilaian dimulai. Di sisi lain, para karyawan memaham dengan jelas harapan2 tersebut, mereka bisa mengevaluasi kinerja mereka sendiri dan melakukan penyesuaian yg tepat waktu saat mereka menjalankan pekerjaan mereka tanpa harus menunggu penilaian evaluasi formal. - Standardisasi : perusahaan2 harus menggunakan instrument penilaian yg sama untuk seluruh yg berada dlm kategori pekerjaan yg sama dan bekerja untuk atasan yg sama. Para atasan harus pula melaksanakan penilaian2 yg mencakup periode yg sama untuk karyawan2 tersebut. - Penilai yg terlatih : orang2 yg mengamati setidaknya sampel yg respresentatif dari kinerja pekerjaan biasanya memiliki tanggung jwb untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Orang tersebut seringkali adalah atasan langsung si karyawan. - Komunikasi terbuka berkelanjutan : sebagian besar karyawan memiliki kebutuhan kuat untuk mengetahui seberpa baik mereka bekerja. System penilaian yg baik memberikan umpan balik yg sangat diinginkan dlm basis yg berkelanjutan. - Melaksanakan tinjauan kinerja : sebagai tambahan dari kebutuhan akan komunikasi antra para manajer dan karyawan mereka, waktu khusus ditetapkan untuk sebuah diskusi formal mengenai kinerja karyawan. Sehingga adanya dokumentasi kinerja karyawan yg terus menerus - Due process : jika perusahaan tidk memiliki prosedur gugatan formal, perusahaan tersebut harus mengembangkannya guna memberikan peluang kepda para karyawan untuk mempertanyakan hasil penilaian yg mereka anggap tidak akurat atau tdk adil M. Implikasi hokum : adanya tinjauan atas kasus2 pengadilan yg membuat jelas bahwa system penilaian kinerja yg bisa dipertahankan secara hokum harus diupayakan. Sistem2 yg sempurna tidaklah diharpkan, dan hokum tdk menghalangi pertmbangan penyediaan dlm proses tersebut. Namun pengadilan2 biasanya mewajibkan kondisi2 berikut ini: - Tdk adanya dampak merugikan trhadap para anggota kelompok2 yg dilindungi / adanya validasi terhdp proses - Sebuah system yg mencegah satu manajer untuk mengarahkan / mengkontrol karir bawahan - Penilai harus memiliki pengetahuan pribadi mengenai kerja pekerjaan karyawan. N. Wawancara penilaian : titik rawan dari keseluruhan proses evaluasi. Dlm kenyataanya, sesi2 tinjauan penilaian sering menimbulkan perselisihan dan justru lebih banyak memberi kerugian dibandingkan manfaat bagi hubungan karyawan-manajer. Wawancara penilaian tentunya memiliki potensi terjadinya pertentangan dan menggagalkan tujuan untuk memotivasi para karyawan. Situasi tersebut dpt diperbaiki secara signifikan ketika beberapa sumber memberikan input, termasuk mungkin penilaian diri sendiri dari karyawan. - Menjadwalkan wawancara : para atasan biasanya melaksanakan wawancara penilaian formal pada akhir periode penilaian karyawan. Para karyawan biasanya mengetahui bahwa mereka pasti akan diwawancarai. - Struktur wawancara : wawancara penilaian yg sukses disusun dlm cara yg memungkinkan baik karyawan atasan maupun karyawan bawahan memandangnya sebgai suatu sesi pemecahan masaalh dan bukan sesi pencarian kesalahan. Manajer harus mempertimbangkan tiga kegunaan dasar ketika merencanakan suatu wawancara meliputi: 1. Mendiskusikan kinerja karyawan 2. Membantu karyawan menetapkan tujuan2 dan rencana2 pengembangan pribadi untuk periode penilaian berikutnya 3. Menyarankan cara2 untuk mencapai tujuan2 yg ditetapkan termasuk dukungan dari manajer dan perusahaan. - Penggunaan pujian dan kritik : pujian tepat jika memang pantas diberikan namun pentinglah diskusi mengenai isu2 yg sensitive tersebut difokuskan pada kekurangan karyawannya. Para manajer yg efektif meminimalkan tekanan atas harga diri karyawan sebisa mungkin. Ketika memberi kritik para manajer hrs menekankan aspek2 positif kinerja. - Peran karyawan : pada karyawan, sekitar dua minggu sbelum penilaian, mereka harus memeriksa buku harian atau dokumen2 mereka dan membuat catatan mengenai seluruh proyek yg dikerjakan, lepas dari berhasil atau tdk. Sehingga karyawan mempersiapkan tinjauan penilaian - Menutup wawancara : para karywan meninggalkan wawancara dengan perasaan positif mengenai manajemen, perusahaan, pekerjaan, dan diri mereka sendiri. Jika pertemuan tersebut menghasilkan jatuhnya ego, harapan akan perbaikan kinerja akan suram.