Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFENISI
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsanag eksternal (dunia luar). Klien
memberi resepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidaka ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2011)
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2014).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah
persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus
atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah
kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara–suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


B. Rentang Respon
Rentang respon neurobiologist
Respon adaptif respon
maladaptive

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi

Persepsi kuat Ilusi Halusinasi

Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi

Pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi

Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial

Menarik diri

Rentang Respon Halusinasi ( Stuart& Sundeen, 2007 )

C. ETIOLOGI

1. Faktor Predisposisi

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan

kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak

kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap

stress.

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan

merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya

stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan

dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.

Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya

neurotransmitter otak.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah

terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif.Hal ini berpengaruh pada

ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi

masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari

alam nyata menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua

skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia.Hasil studi menunjukkan

bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat

berpengaruh pada penyakit ini.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi

terjadinya gangguan halusinasi adalah :

a. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur

proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif

menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c. Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala

klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah :

 Bicara, senyum dan tertawa sendiri;

 Menarik diri dan menghindar dari orang lain;

 Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata;

 Tidak dapat memusatkan perhatian;

 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan

lingkungannya), dan takut;

 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), perilaku klien

yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :

o Bicara sendiri, senyum sendiri, dan ketawa sendiri;

o Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan

respon verbal yang lambat.;

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


o Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain;

o Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata;

o Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;

o Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik

dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;

o Sulit berhubungan dengan orang lain;

o Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;

o Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;

o Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;

o Curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri, orang lain dan

lingkungan;

o Ketakutan dan tidak dapat mengurus diri;

o Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

E. KLASIFIKASI

Menurut Stuart (2006) ada beberapa jenis halusinasi, yaitu :

a. Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.Suara

berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas

berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara

dua orang yang mengalami halusinasi.Pikiran yang terdengar dimana klien

mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu

kadang dapat membahayakan.

b. Penglihatan

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar

kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang

menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.

c. Penghidu

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya

bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidu sering akibat

stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa

tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

F. TAHAPAN HALUSINASI

Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia

(2001) dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

Fase I :

Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah

dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan

untuk meredakan ansietas.Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak

sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam

dan asyik sendiri.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


Fase II :

Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.Klien mulai lepas kendali

dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang

dipersepsikan.Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom

akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung,

pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan

kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.

Fase III :

Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah

pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain,

berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari orang lain dan

berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan

berhubungan dengan orang lain.

Fase IV :

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah

halusinasi.Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak

mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon

lebih dari 1 orang.Kondisi klien sangat membahayakan.

Manifestasi Klinis

Fase I

a. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai

b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara

c. Gerakan mata yang cepat

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


d. Respon verbal yang lambat

e. Diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan

Fase II

a. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah

b. Penyempitan kemampuan konsenstrasi

c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.

Fase III

a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

dari pada menolaknya

b. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain

c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik

d. Gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk

Fase IV

a. Prilaku menyerang teror seperti panic

b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain

c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,

menarik diri atau katatonik

d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar

utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas

pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien.Data

yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan

spiritual.Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi

faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber

koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005). Untuk

dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir

pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam

pengkajian. Isi pengkajian meliputi

a. Identitas klien

b. Keluhan utama atau alasan masuk

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik atau biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medik

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam

sebagai berikut :

a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan

melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan

keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data

primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai

data sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok

data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya

memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut

secara periodik karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai

pengetahuan untuk antisipasi masalah.

2. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan

promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.

b. Ada masalah dengan kemungkinan

1. Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan

masalah.

2. Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung

merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif.Menurut FASID

pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien

saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat,

2005).

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan

akibat.Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah

yang dimiliki oleh klien.Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan

alasan masuk atau keluhan utama.Penyebab adalah salah satu dari beberapa

masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat

pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya.

Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan

efek atau akibat dari masalah utama.

Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan

persepsi sensori : halusinasi.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi (Keliat, 2005)
3. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi kekerasan
2. Perubahan persepsi sensori
3. Kerusakan interaksi sosial
4. Defisit perawatan diri
4. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
TUM: klien tidak melakukan kekerasan
a. TUK 1: klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan keperawatan:
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik
i. Sapa klien dengan ramah (baik verbal maupun non verbal)
ii. Perkenalkan diri dengan sopan
iii. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
iv. Jelaskan tujuan pertemuan
v. Jujur dan menepati janji

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


vi. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya, beri
perhatian kepada klien
b. TUK 2: klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan keperawatan
i. Adakan kontak sering dan singkat
ii. Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang berhubungan
dengan halusinasi
iii. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata
bagi perawat
iv. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi
halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi
v. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul
vi. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi
halusinasi
c. TUK 3: klien dapat mengendalikan halusinasinya
Tindakan keperawatan
i. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila
suara-suara tersebut ada
ii. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif
iii. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya
halusinasi
iv. Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan
mengendalikan halusinasi
v. Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakannya dalam
menghadapi halusinasi
vi. Beri penguatan dan pujian terhadap pilihan kata yang benar
vii. Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang
telah dipilih dalam menghadapi halusinasi
viii. Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


ix. Beri penguatan atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar atas
upaya yang belum berhasil
d. TUK 4: klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan
halusinasinya
Tindakan keperawatan
i. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
ii. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang
dilakukan dalam merawat klien
iii. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang positif
iv. Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara
merawat klien di rumah
v. Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien di
rumah
vi. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat
e. TUK 5: klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan
halusinasinya
Tindakan keperawatan
i. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk
mengendalikan halusinasi
ii. Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan
program dokter
iii. Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping obat
iv. Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.


Keliat, Budi Anna., Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional
Jiwa. Jakarta : EGC.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Keliat, Anna Budi. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : EGC.
Stuart, Gail Wiscarz, Sandra J Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 5.Jakarta : EGC.
Syahbana, A. R. (2009). Laporan Pendahuluan Halusinasi. Dalam Asuhan
Keperawatan Rizki.
Yosep, Iyus. (2009). Keperwatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama.

YUNIRTA BARI, S. Kep STIKES LAKIPADADA PROFESI NERS

Anda mungkin juga menyukai