Anda di halaman 1dari 4

Karakteristik subjek

Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin,


pekerjaan, penghasilan, alokasi biaya pangan, pengetahuan gizi, dan status gizi.
Total subjek yang diambil adalah sebanyak 30 contoh, dengan 4 contoh berjenis
kelamin laki-laki dan 26 contoh adalah perempuan. Subjek merupakan masyarakat
di Desa Cihideung Ilir dan Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Sebaran karakteristik subjek disajikan pada Tabel X.

Tabel X Sebaran karakteristik subjek


Jumlah Persentase
Variabel
n %
Umur
16-18 Tahun 2 6.7
19-29 Tahun 6 20.0
30-49 Tahun 22 73.3
Total 30 100.0
Rata-Rata (tahun) 33.2 ± 8.5
Jenis kelamin
Laki-laki 4 13.3
Perempuan 26 86.7
Total 30 100.0
Pekerjaan
Tidak Bekerja 20 66.7
PNS 0 0.0
Pegawai swasta/Buruh 2 6.7
Wiraswasta 8 26.7
Total 30 100
Penghasilan/uang saku
< Rp 3 763 405 28 93.3
≥ Rp 3 763 405 2 6.7
Total 30 100
Rata-Rata Rp 1 803 333 ± 1 118 645
Alokasi biaya pangan
< Rp 1 218 078 27 90
≥ Rp 1 218 078 3 10
Total 30 100
Rata-Rata Rp 607 666 ± Rp 414 744

Tabel X menunjukkan sebagian besar subjek adalah perempuan (86.7%)


dan sebanyak 13.3% subjek adalah laki-laki. Usia subjek sebagian besar tersebar
pada golongan umur 30-49 tahun (73.3%), sedangkan subjek pada kelompok usia
16-18 tahun dan 19-29 tahun berturut-turut adalah sebanyak 6.7% dan 20%, dengan
rata-rata usia 33.2 ± 8.5 tahun. Kebutuhan gizi dan kebutuhan seseorang akan
makanan dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Sulistyoningsih 2011). Hasil
uji normalitas Kolmogrov-Smirnoff menunjukkan hasil p < 0.05 yang artinya data
tidak tersebar normal.
2

Sebagian besar subjek merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja
(66.7%), selain itu, sebanyal 26.7% merupakan wiraswasta atau pedagang, terutama
pedagang makanan seperti bakso, ayam goreng, dan gado-gado, dan sebagian kecil
subjek (6.7%) merupakan buruh. Penghasilan subjek dikategorikan menurut UMR
Kabupaten Bogor berdasarkan Disnakertrans (2018), yaitu sebesar Rp 3 763 405
per bulan, sehingga diperoleh sebaran sebanyak 93.3% subjek memiliki
penghasilan per bulan di bawah UMR. Beberapa subjek juga masih merupakan
siswa sehingga uang bulanan yang diperoleh adalah uang saku. Subjek lain
umumnya merupakan ibu rumah tangga yang memperoleh uang saku dari
suaminya. Sebanyak 6.7% subjek sudah memiliki pendapatan per bulan di atas
UMR Kabupaten Bogor. Rata-rata penghasilan atau uang saku per bulan dan
alokasi biaya pangan subjek berturut-turut sebesar Rp 1 803 333 ± 1 118 645 dan
Rp 607 666 ± Rp 414 744. Uji normalitas Kolmogrov-Smirnoff menunjukkan data
tidak tersebar normal (p < 0.05). Faktor yang mempengaruhi pola makan salah
satunya adalah faktor ekonomi, termasuk pendapatan (Sulistyoningsih 2011).
Pekerjaan seorang individu yang semakin baik akan memiliki penghasilan yang
semakin tinggi pula, dan akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan keluarga,
termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatan dan gizi (Suhardjo 1989).

Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang menunjukkan pemahaman


mengenai ilmu gizi, jenis zat gizi, dan interaksinya terhadap status gizi dan
kesehatan yang dapat menentukan perilaku konsumsi seseorang. Perilaku konsumsi
tersebut meliputi pemilihan bahan pangan dan jumlah makanan (Khomsan 2000).
Data pengetahuan gizi diperoleh dari sejumlah pertanyaan terkait gizi, probiotik,
dan prebiotik yang dijawab oleh subjek, kemudian membandingkan jumlah
jawaban benar dengan jumlah total pertanyaan dan dikali dengan 100. Hasil
tersebut kemudian dikategorikan menjadi kategori “kurang” jika jawaban benar
kurang dari 60%, “cukup” apabila jawaban benar antara 60% - 80%, dan “baik”.
Hasil sebaran pengetahuan gizi subjek berdasarkan Khomsan (2000) disajikan
dalam Tabel X.

Tabel X Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi

Pengetahuan Gizi n %
Kurang 28 93.3
Cukup 2 6.7
Baik 0 0
Total 30 100

Tabel X menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki pengetahuan


gizi kurang, yaitu sebesar 93.3% subjek, sedangkan subjek yang memiliki tingkat
pengetahuan gizi cukup adalah sebesar 6.7%. Hal ini menunjukkan bahwa lalala.
Persentase jawaban benar pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan disajikan
pada Tabel X.
3

Domain
Pertanyaan n %
Pengetahuan
Apabila seseorang mengalami diare, apa yang
harus dilakukan? Aplikatif 10 33.3
Tindakan yang dapat mencegah diare adalah Aplikatif 5 16.7
Konsumsi air putih yang baik adalah sebanyak Mengetahui 6 20
Sayur dan buah merupakan sumber utama dari
zat gizi berikut, kecuali: Memahami 11 36.7
Pedoman gizi yang digunakan hingga saat ini
adalah 4 Sehat 5 Sempurna Mengetahui 1 3.3
Prebiotik adalah bakteri Mengetahui 7 23.3
Semua bakteri bersifat probiotik Memahami 16 53.3

Tabel X menunjukkan bahwa tidak semua pertanyaan dijawab dengan benar


oleh semua subjek. Pertanyaan dengan persentase jawaban benar paling tinggi
adalah pertanyaan pemahaman mengenai bakteri yang bersifat probiotik (53.3%),
selanjutnya merupakan pertanyaan mengenai kandungan gizi yang ada dalam buah
dan sayur (36.7%), dan pertanyaan aplikatif mengenai tindakan yang dilakukan jika
mengalami diare (33.7%). Pertanyaan mengenai pedoman gizi yang digunakan
dijawab benar hanya oleh 1 subjek (3.3%), hal ini dikarenakan umumnya subjek
belum mengetahui bahwa pedoman gizi yang digunakan saat ini bukan pedoman 4
sehat 5 sempurna, melainkan Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Subjek yang menjawab benar pada pertanyaan mengenai prebiotik
merupakan bakteri hanya sebanyak 23.3%, hal ini dikarenakan umumnya subjek
masih awam dengan istilah probiotik dan prebiotik. Subjek cukup mengetahui
bahwa terdapat jenis bakteri baik yang bermanfaat dan bakteri yang bersifat patogen
dan merugikan. Subjek yang menjawab benar pada pertanyaan aplikatif mengenai
tindakan pencegahan diare adalah sebanyak 16.7%, sebagian besar subjek belum
mengetahui secara spesifik tindakan yang dapat dilakukan agar tidak terjangkit
diare. Sebanyak 20% subjek mengetahui bahwa konsumsi air putih yang baik
adalah sesuai dengan kebutuhan setiap individu.

Status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh yang timbul dari keseimbangan antara
zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya (Cakrawati dan Mustika
2012). Status gizi menurut WHO (2004) dapat dihitung menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT) yang merupakan hasil dari perhitungan antara berat badan (kg)
dibagi dengan tinggi badan kuadrat (m2). Sebaran subjek berdasakan status gizi
dapat dilihat pada Tabel X

Status Gizi N %
Underweight (<18.50 kg/m2) 1 3.3
Normal (18.49 - 24.99 kg/m2) 20 66.7
Overweight (> 25.00 kg/m2) 6 20
Obesitas kelas I 2 6.7
Obesitas kelas II 1 3.3
4

Status Gizi N %
Obesitas kelas III 0 0
Total 30 100

Berdasarkan Tabel X, sebagian besar subjek memiliki status gizi normal,


yaitu sebanyak 66,7%. Subjek yang memiliki status gizi lebih (overweight) adalah
sebanyak 20%, dan sebanyak 3.3% subjek memiliki status gizi underweight.
Sebanyak 6.7% subjek tergolong ke dalam status gizi obesitas kelas I, dan 3.3%
obesitas kelas II. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi pada orang
dewasa adalah kebiasaan konsumsi sehari-hari. Umumnya, orang dewasa kurang
memperhatikan asupan makanan. Makanan berlemak, gurih, manis, dan tinggi
energi lebih disukai dari pada makanan tinggi serat seperti sayur dan buah. Hal ini
mengakibatkan asupan energi yang masuk ke dalam tubuh menjadi berlebih
(Kurniasih 2010). Berdasarkan uji Kolmogrov-Smirnov diperoleh nilai signifikansi
p < 0.05 yang menunjukan bahwa data tidak tersebar normal.

DAFTAR PUSTAKA

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sulistyoningsih. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta (ID):
Graha Ilmu.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi Institut Pertanian Bogor.
[WHO] World Health Organization. 2004. Body-mass index (BMI) cut-off points
for public health action. Dalam: Lancet. 2004. Appropriate body-mass index
for Asian populations and its implications for policy and intervention
strategies. Public Health. 363: 157-163.
Kurniasih D. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai