Anda di halaman 1dari 50

BAB 3

PENGKAJIAN

Dalam bab ini akan disajikan tentang tahapan proses manajemen keperawatan
yang meliputi data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.

3.1 Gambaran Umum RSI Fatimah Banyuwangi


3.1.1 Visi RSI Fatimah Banyuwangi
Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima dan sebagai sarana
dakwah.
3.1.2 Misi RSI Fatimah Banyuwangi
1. Memberikan pelayanan yang bermutu dan memuaskan.
2. Melaksanakan pengelolaan yang efektif dan efisien
3. Meningkatkan kompetensi dan loyalitas sumber daya insani yang
berakhlaqulkarimah
3.1.3 Tujuan RSI Fatimah Banyuwangi
1. Terwujudnya kepuasan stakeholders.
2. Terwujudnya RS wisata dengan budaya islami.
3. Terwujudnya layanan yang terintegrasi.
4. Terwujudnya RS dengan SDM yang berkualitas dan
layanan prima dengan memanfaatkan jejaring.
5. Terwujudnya pelayanan efektif dan efisien dengan
daya saing tinggi
6. Terwujudnya SIM RS yang handal dan terwujudnya
sarana dan prasarana pelayanan sesuai standar.
3.1.4 Tata Nilai RSI Fatimah Banyuwangi
Istiqomah, Terpercaya, Integritas, Modern, Empati dan Wathoniyah
(ISTIMEWA)
3.1.5 Motto RSI Fatimah Banyuwangi
Layananku Ibadahku

45
3.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan tanggal 28, 29, 30, 31 Oktober 2019
meliputi ketenagaan, sarana dan prasarana, MAKP, dokumentasi keperawatan,
ronde keperawatan, sentralisasi obat, supervisi, timbang terima dan discharge
planning. Data yang didapat dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga
diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu sebagai prioritas
masalah.

3.2.1 Sumber Daya Manusia (M1-Man)


1. Struktur Organisasi

KEPALA RUANGAN

Munawaroh, Amd. Kep

GRUP I GRUP II GRUP III GRUP IV


PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT PJ SHIFT
Eka Ratna S, Amd.kep Dian Wahyuni, S.Kep. Ns Etik Ristiani, Amd.kep Bayu Setyo H, Amd.kep

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana

Novalia P, Amd.Kep Candra S.Kep. Ns Hijrah, S.Kep. Ns Retno, S.Kep. Ns

Pasien Pasien Pasien Pasien

Bagan 3.1 Struktur organisasi di Ruang Raudhoh RSI Fatimah


Banyuwangi 2019

Ruang Raudhoh RSI Fatimah Banyuwangi dipimpin oleh 1


kepala ruangan, 4 penanggung jawab shift, 4 perawat pelaksana, dan
dibantu oleh 1 administrasi.

46
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 29 Oktober sampai dengan
31 Oktober 2019 didapatkan bahwa Kepala Ruangan, PJ Shift, dan
perawat pelaksana sudah melakukan tugas pokok sebagai mana
mestinya.
Nursalam (2016) mengatakan bahwa tugas pokok dan fungsi
dari Kepala Ruangan, PJ Shift, dan Perawat Pelaksana adalah sebagai
berikut:
1) Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah seorang tenaga keperawatan atau
kepetugasan yang diberi tanggung jawab dan wewenangan dalam
mengatur serta mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan
atau kepetugasan di ruang rawat inap. Kepala ruangan
mempunyai beberapa tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
a. Perencanaan :
a) Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
b) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat,
transisi dan persiapan pulang, bersama ketua tim.
c) Mengidentifikasi jumlah perawat yang di butuhkan
berdasarkan aktifitas dan kebutuhan pasien bersama ketua
tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
f) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan,
termasuk kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan
keperawatan, membimbing penerapan proses keperawatan
dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi
kepada pasien atau keluarga yang baru masuk.
g) Membantu pengembangan niat pendidikan dan latihan
diri.
h) Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
i) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan
rumah sakit.

47
b. Pengorganisasian :
a) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b) Merumuskan tujuan metode penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
d) Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi
dua ketua tim, dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan :
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dll.
f) Mengatur dan mengenalikan logistik ruangan.
g) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
h) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak berada di
tempat pada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan :
a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik.
c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yangn di anggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan kepada pasien.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir
keperawatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota lain.
d. Pengawasan :
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.
b) Melalui supervisi:

48
Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri,atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar
hadir ketua tim, membaca dan memeriksa rencana
keperawatan serta catatan yang dibuat selama dan sesudah
proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
c) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
perawat pelaksana.

2) Penanggung jawab shift


Penanggung Jawab Shift merupakan seorang perawat yang
diberi wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola satu tim
pelayanan keperawatan pada setiap shift jaga.
Uraian tugas:
a) Bertanggung jawab atas terselenggaranya pelayanan shift jaga.
b) Bersama kepala ruangan melakukan timbang terima pasien.
c) Membagi tugas tingkat ketergantungan pasien.
d) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter.
f) Mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama
anggota tim.
g) Menjelaskan renpra yang telah ditetapkan pada perawat
pelaksana.
h) Memonitor pendokumentasian askep yang dilakukan perawat
pelaksana.
i) Melakukan bimbingan dan evaluasi pada perawat pelaksana.
j) Melakukan tindakan keperawatan / kepetugasan yang tidak
dapat dilakukan oleh perawat pelaksana / petugas pelaksana.
k) Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laborat.
l) Melakukan evaluasi perkembangan pasien pada setiap shift
jaga.
m)Memberi HE pada pasien di bawah tanggung jawabnya.
n) Membuat rencana pasien pulang.
o) Menyelenggarakan diskusi apabila ada masalah pasien setiap
shift jaga.
p) Membuat laporan kerja.
q) Melaksanakan tugas limpah yang diberikan kepala ruangan.

49
3) Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana merupakan seorang tenaga keperawatan
atau kepetugasan yang diberi wewenang untuk memberikan
pelayanan perawatan langsung ke pasien.
Uraian tugas:
a. Memberikan pelayanan keperawatan secara langsung
berdasarkan proses keperawatan dengan sentuhan kasih
sayang.
a) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan masalah pasien
b) Melaksankan tindakan perawatan sesuai dengan rencana
c) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan
d) Mencatat atau melaporkan semua tindakan perawatan dan
respon pasien pada catatan perawatan pasien.
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab
a) Pemberian obat
b) Pemeriksaan laboratorium
c) Persiapan pasien yang akan dioperasi
c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, sosial,
dan spiritual pada pasien.
a) Memelihara kebersihan pasien dan lingkungan
b) Mengurangi penderitaan pasien dengan memberikan rasa
aman, nyaman dan ketenangan.
c) Pendekatan dan komunikasi terapiutik
d. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk
menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan atau
diagnosis.
e. Melatih pasien menolong dirinya sendiri sesuai dengan
kemampuannya.
f. Memberikan pertolongan segera pada pasien gawat atau
sakaratul maut.
g. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan
secara atministratif
a) Menyiapkan data pasien baru, pulang atau meninggal
b) Sensus harian atau formulir
c) Rujukan harian atau formulir
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada dirungan
menurut fungsinya supaya siap pakai
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan,
kenyamanan, dan keindahan ruangan
j. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam, atau hari libur
secara bergantian sesuai jadwal tugas
k. Memberi penyuluhan kesehatan sehubungan dengan
penyakitnya (PKMRS)
l. Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan passien baik
secara lisan maupun tulisan.
m. Membuat laporan harian pasien.

50
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa tugas pokok
dan fungsi di Ruang Raudhoh RSI Fatimah telah terlaksana secara
maksimal. Hal ini didukung dari hasil observasi yang dilakukan,
Kepala Ruangan, PJ Shift, dan Perawat pelaksana melakukan tugas
dan fungsinya maksimal jika semua perawat paham dan mau
melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang sudah ditentukan.

2. Jumlah Tenaga di Ruang Raudhoh


1) Keperawatan
Tabel 3.1 Ketenagaan keperawatan di Ruang Raudhoh RSI
Fatimah Banyuwangi 2019
NO NAMA LAMA PENDIDIKAN JABATAN PELATIHAN
KERJA
1. Munawaroh, 19 D3 Keperawatan Kepala BTCLS, Pelatihan
Amd. Kep Tahun Ruangan Manajemen
Baru,PPGD, CI,
Pelatihan/Seminar
Keperawatan Lain
2. Eka Ratna S, 24 D3 Keperawatan PJ Shift BTCLS, PPGD
Amd. Kep Tahun
3. Dian Wahyuni, 2 tahun S1 Keperawatan PJ Shift BTCLS, PPGD,
S.Kep. Ns Pelatihan/Seminar
Keperawatan Lain
4. Etik Ristiani, 10 D3 Keperawatan PJ Shift BTCLS, PPGD
Amd.kep Tahun

5. Bayu Setyo H, 4 D3 Keperawatan PJ Shift BTCLS, PPGD


Amd.kep Tahun

6. Novalia P, 1 D3 Keperawatan Perawat BTCLS, PPGD


Amd.Kep Tahun Pelaksana

7. Candra S.Kep. 1 S1 Keperawatan Perawat BTCLS, PPGD


Ns Tahun Pelaksana

8. Hijrah, S.Kep. 2 S1 Keperawatan Perawat BTCLS, PPGD,


Ns Tahun Pelaksana Pelatihan/Seminar
Keperawatan Lain
9. Retno, S.Kep. 2 S1 Keperawatan Perawat BTCLS, PPGD
Ns Tahun Pelaksana

2) Non keperawatan

51
Tabel 3.2 Ketenagaan nonkeperawatan di Ruang Raudhoh RSI
Fatimah Banyuwangi 2019
No. Nama Lama kerja Pendidikan Jabatan Pelatihan
1. Ana Farida 20 Tahun SMA Administrasi -
2. Nur 2 Tahun SMA CS -

Dari tabel diatas didapatkan bahwa pendidikan tenaga


keperawatan D3 Keperawatan sebanyak 5 orang dan S1 Keperawatan
sebanyak 4 orang. Terdapat 9 perawat yang telah mengukuti pelatihan
BTCLS, 9 perawat telah mengikuti pelatihan PPGD, 1 perawat telah
mengikuti pelatihan Manejeman Karu dan pelatihan CI, serta 3
perawat telah mengikuti pelatihan/seminar Keperawatan Lain.
Langkah awal yang perlu ditempuh oleh perawat professional
adalah mengembangkan pendidikan tinggi keperawatan dan
memberikan kesempatan kepada perawat yang ada dirumah sakit
sudah memenuhi kriteria minimal sebagai perawat professional
(lulusan D-3 Keperawatan) dan pada tahun 2015 sudah lebih dari 80%
perawat berpendidikan Ners. Pada saat ini sebagai upaya untuk lebih
mengembangkan pendidikan keperawatan professional memang sudah
dilakukan. Caranya adalah dengan mengonversikan pendidikan SPK
ke jenjang Akademi Keperawatan dan dari lulusan Akademi
Keperawatan ke jenjang program pendidikan Ners (S-1 Keperawatan)
(Nursalam, 2016).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29
Oktober sampai dengan 31 Oktober 2019 didapatkan bahwa
pendidikan perawat minimal D3 Keperawatan dan seluruh perawat
telah mengikuti pelatihan. Pelatihan terbanyak yang diikuti oleh
perawat adalah BTCLS dan Ppgd yaitu hampir seluruh perawat
mengikuti pelatihan tersebut.

3. Penerapan Sistem Klasifikasi


Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan 3 kategori adalah
sebagai berikut:
1) Ketegori 1 : perawatan mandiri
a) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan
ganti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri

52
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap sift
e) Pengobatan minimal, status psikologi stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan

2) Kategori 2: perawatan intermediate


a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
b) Observasi tanda vital tiap 4 jam
c) Pengobatan lebih dari 1 kali
d) Pakai kateter vole
e) Pasang infuse- intake output dicatat
f) Pengobatan perlu prosedur

3) Kategori 3: perawatan total


a) Dibantu segala sesuatunya, posisi diatur.
b) Observasi tanda vital tiap 2 jam
c) Pemakaian selang NGT
d) Terapi intra vena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah/ disorientasi/ tidak sadar
Catatan :
a. Dilakukan satu kali dalam sehari pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klasifikasi pasien
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokkan
pada klasifikasi diatasnya.

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan


dalam satu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana
masing-masing kategori mempunyai nilai standart pershift, yaitu :
Tabel 3.3 Klasifikasi pasien menurut Dounglas
Jumlah Klasifikasi Pasien
pasien Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

53
Tabel 3.4 Rata-rata ketergantungan pasien dan kebutuhan perawat
selama 4 hari (29 Oktober s/d 31 Oktober 2019) di
Ruang Raudhoh 2019
Klasifikasi Jumlah Kebutuhan Tenaga Perawat
Pasien Pasien Pagi Siang Malam
Minimal 5 5 x 0,85 = 4,25 5 x 0,70 = 3,5 5 x 0,35 = 1,75
care
Partial 1 2 x 0,27 = 0,27 1 x 0,15 = 0,15 1 x 0,10 = 0,1
care
Total care 1 3 x 0,36 = 0,36 1 x 0,30 = 1,30 1 x 0,20 = 0,2
Jumlah 7 4,88 3,40 2,05

Total tenaga perawat:


Pagi : 3 orang
Sore : 2 orang
Malam : 2 orang +
Total : 7 orang
Jumlah tenaga lepas dinas perhari :
86 x 7 = 2,02 dibulatkan menjadi 2 orang
297
Jumlah kebutuhan tenaga perawatan :
Jumlah = 4,88 + 3,40 + 2,05
= 10,33
Jadi rata-rata jumlah perawat yang dibutuhkan untuk per
hari bertugas di Ruang Raudhoh adalah 10 orang.
Pembagian shift ketenagaan di Ruang Raudhoh
Pagi : 3 Perawat
Sore : 2 Perawat
Malam : 2 Perawat
Libur : 2 Perawat
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 29 s/d 31 Oktober
2019 didapatkan tidak adanya kesesuaian antara jumlah tenaga
perawat dengan jumlah kebutuhan tenaga yaitu jumlah perawat
kebutuhan perawat 10 Orang dan jumlah perawat di Ruang
Raudhoh 9 orang.

4. Alur Pasien Masuk

54
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 29 s/d
31 Oktober 2019 di Ruang Raudhoh didapatkan alur pasien masuk
dari UGD dan Poli menuju ke Ruang Raudhoh sebagai berikut:

PASIEN DARI POLI/IGD

LOKET PELAYANAN
ADMISI RAWAT INAP PASIEN UMUM
1. PENDAFTARAN ADMISI RAWAT RUANG RAWAT INAP
INAP
2. PENERBITAN STATUS RAWAT
INAP
3. PENJELASAN &
PENANDATANGANAN GENERAL 1. LOKET BPJS
KESEHATAN RUANG RAWAT INAP
CONSENT
4. PENJELASAN TATIB RSIF 2. VERYFIKASI &
5. PENYERAHAN GELANG PASIEN PENERBITAN SEP
RAWAT INASP

UNIT ADMISI
PENERBITAN SJP
RAWAT INAP DAN
PERUSAHAAN

Bagan 3.2 Alur Penerimaan Pasien Baru di Ruang Raudhoh 2019

5. Kasus terbanyak yang ditemukan


Berdasarkan hasil observasi mulai tanggal 29 s/d 31 Oktober
2019 didapatkan bahwa Ruang Raudhoh dipimpin oleh 1 kepala
ruangan dan di bantu oleh 4 penanggung jawab shift, dan 4 perawat
pelaksana. Di ruangan Raudhoh di bagi dalam 3 shift (waktu/gilir
dinas) yakni shift pagi (07.00-14.00), shift sore (14.00-21.00), shift
malam (21.00-07.00).
Data diagnosis kasus terbanyak di Ruang Raudhoh pada bulan
September 2019, antara lain:
1. GE
2. Dyspepsia
3. Tipoid
4. DM
5. DCFC
6. CKD
7. Apendisitis

55
8. Dysnea
9. Gastritis
10. Vomiting

3.2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material)


1. Lokasi Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi beralamatkan di jalan
jember 25 Kabat, Banyuwangi, Email: rsifatimah@gmail.com.
Direktur RSI Fatimah adalah dr Selamat Widodo, M.Kes, Sp.OG.
Pemilik RSI Fatimah adalah PDM Banyuwangi dengan tanah wakaf ±
7000 M² oleh H. Nurdin Basuni pada tahun 1982. Pada tanggal
1/8/1984 Pembentukan Panitia pembangunan klinik Muhammadiyah
diketuai H. Humaidi. Kemudian pada tanggal 1/9/1987 Resmi dibuka
Klinik RBBP FATIMAH untuk umum dipimpin dr. Soemarsono
Qomar, Sp.OG, dr. Abdul Hadi, Bidan Maslikanah, asisten apoteker
Siti Nur Farida, Sulam Ismiyati, Titin Purnawati dan Huriyati
Hamidah.

56
2. Denah Ruangan Raudhoh

H G F E D C B A

U S

Keterangan: B
A: Kamar utama 1 (1 bed pasien)
B: Kamar utama 2 ( 1 bed pasien)
C: Nurse Station
D: Kamar utama 3 ( 1 bed pasien)
E: Kamar A (kelas 1 = 2 bed pasien)
F: Kamar B (kelas 1 = 2 bed pasien)
G: Kamar C (kelas 1 = 2 bed pasien)
H: Kamar D (kelas 1 = 2 bed pasien)
I : Logistik

57
3. Inventaris Ruangan
Penerapan proses profesi manajemen keperawatan
mahasiswa Program Studi Profesi (Ners) STIKES Banyuwangi,
mengambil tempat di Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi. Pengkajian data awal dilakukan pada tanggal 29 –
31 Oktober 2019. Adapun data-data yang didapat adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5 Inventaris Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi 2019

45
Jenis barang

Termometer Digital/Savety
Omron,CE0197

Urinal

Standar Infus

Stetoscope Anak Rister

Stetoscope Dewasa Rister

WWZ Panas

WWZ Dingin

Tensi Jam ABN

Bengkok Stenlis Kecil

Ambu Bag Dewasa

Ambu Bag Anak

Gelas Ukur

Gunting Verban

Kursi Roda

Termometer Rektal

Tensi meter Air Raksa

Termometer Digital

Tong Spatel

Stetoscope Dewasa

Kaca Mata Gogle

Tourniquet

Hanger Urin Bag

Drasing Card / Trly ECG

Drasing Card / Trly ECG

funduscope kayu

reflek hammer

Oximeter

Infus pump

Termometer

46
Dispenser

Draising car

Ethalase besar

Ethalase kecil

Ethalase sedang

jam dinding

kaca rias

kipas angina dinding

kompor gas

kursi kwadra

kursi putar

lampu baca rontgen

meja 1/2 biro

meja resepsionis

rak buku

Komputer

Apar

Rak Sepatu

Kulkas

Troli

47
Dari teori kesehatan dan pelayanan mutu kualitas rumah sakit dilihat
dari sarana prasarana yang berkualitas sehingga dapat dilihat dari persyaratan
teknis lokasi, persyaratan teknis bangunan sarana rumah sakit, persyaratan
teknis prasarana, persyaratan sumber daya manusia, persyaratan kefarmasian
dan persyaratan teknis alat (UU No. 44 Tahun 2016 tentang Rumah Sakit).
Dari hasil pengkajian pada tanggal 29 – 31 2019 sarana dan prasarana
RSI Fatimah khususnya di Ruang Raudhol sudah memadai, namun rumah
sakit perlu memberikan perhatian khusus dalam memenuhi kelengkapan
sarana dan prasarana yang lebih memadai untuk APD perawat, seperti baju
pelindung untuk tindakan, kemudian alat-alat seperti pemberian identitas bed,
penempatan tempat sampah infeksius dan non infeksius yang seharusnya
berdekatan agar memudahkan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan
3.2.3 Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Methode)
1. Penerapan sistem MAKP
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 29 Oktober s/d 31
Oktober 2019 didapatkan bahwa model pemberian asuhan
keperawatan di Ruang Raudhoh belum menggunakan model asuhan
keperawatan, dengan pemilihan penanggung jawab shift berdasarkan
lama kerja, pengalaman kerja. Komunikasi antar tim terjalin dengan
baik, jika ada masalah yang tidak bisa diatasi oleh PJ shift, maka PJ
shift mendiskusikan pada Karu untuk penyelesaiannya. Pemisahan
pasien di Ruang Raudhoh hanya berdasarkan kelas. Terdapat
dukungan petugas keperawatan dan Karu dalam praktik manajemen
keperawatan oleh mahasiswa STIKES Program Profesi Ners serta
tingginya kemauan perawat untuk berubah ke keadaan yang lebih
baik.
Menurut Nursalam (2016) Keberhasilan suatu asuhan
keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh penentuan metode
pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian
asuhan keperawatan harus efektif dan efisien. Adapun kelebihan dan
kekurangan dalam metode ini yaitu:
Kelebihannya:
1) Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik.

45
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
3) Penanggung jawab shift menyibukkan diri dengan tugas
managerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat
pelaksana.
Kekurangan:
1) Tingginya tingkat pelayanan yang diminta pasien, sedangkan
perawat jaga pada setiap harinya hanya 2 orang
2) Dengan jumlah pasien 13, perawat jaga hanya 2 orang masih
belum bisa memenuhi permintaan pasien dengan pelayanan yang
tinggi

Metode keperawatan yang digunakan di Ruang Raudhoh


merupakan suatu metode yang cukup efisien diterapkan pada ruangan
karena menghitung dari jumlah perawat hanya sedikit dan dengan
jumlah perawat yang sedikit akan memperjelas pembagian tugas dan
mengoptimalkan pengawasan, namun metode PJ shift memiliki
kekurangan yaitu dengan jumlah pasien yang banyak dan keinginan
pelayanan yang lebih sehingga metode PJ shift kurang memenuhi
mutu yang ada di rumah sakit.

2. Penerapan Timbang Terima


Berdasarkan observasi yang kami lakukan pada tanggal 29
Oktober s/d 31 Oktober 2019 di Ruang Raudhoh, timbang terima
sudah dilakukan, tetapi masih belum optimal. Hal ini dibuktikan dari
observasi yang telah kami lakukan yaitu didapatkan saat timbang
terima masih menemukan salah satunya saat timbang terima hanya
dilakukan di nurse station tanpa pergi ke kamar pasien.
Timbang terima (operan) merupakan tehnik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima suatu laporan yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima dilakukan oleh penanggung jawab
shift keperawatan kepada perawat pelaksana dinas sore/dinas malam
secara tertulis maupun lisan (Nursalam, 2016).
Tujuan timbang terima adalah mengkomunikasikan keadaan
pasien dan menyampaikan informasi yang penting, menyampaikan
kondisi keadaan pasien, menyampaikan hal yang sudah/belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada pasien, menyampaikan

46
hal yang penting yang harus ditindak lanjuti oleh perawat, menyusun
rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam timbang terima:
1) Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.
2) Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab
pasien
3) Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4) Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat,
sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta
menjaga kerahasiaan pasien.
5) Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6) Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume
suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak
mendengar sesuatu yang rahasia bagi klien. Sesuatu yang
dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara
langsung di dekat klien.
7) Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan syok
sebaiknya dibicarakan di nurse station.

Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa proses


timbang terima harus sesuai dengan alur timbang terima
1) Persiapan
a. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan.
b. Prinsip timbang terima, semua pasien baru masuk dan pasien
yang dilakukan timbang terima khususnya pasien yang
memiliki permasalahan yang belum/dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih lanjut.
c. PA/PP menyampaikan timbang terima pada PP (yang
menerima pendelegasian) berikutnya, hal yang perlu
disampaikan pada timbang terima:
a) Aspek umum yang meliputi M1 s/d M5.
b) Jumlah pasien.
c) Identitas klien dan diagnosis medis.
d) Data ( keluhan/subjektif dan objektif).
e) Masalah keperawatan yang masih muncul.
f) Intervensi keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara umum).
g) Intervensi kolaboratif.
h) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan dan lain-lain).

47
2) Pelaksanaan
a. Nurse Station
a) Kedua kelompok dinas sudap siap (shift jaga).
b) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
c) Kepala ruang membuka acara timbang terima.
d) Penyampaian yang jelas, singkat dan padat oleh perawat
jaga (NIC).
e) Perawat jaga shift selanjutnya dapat melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang
telah ditimbangterimakan dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang jelas.
b. Di Bed Pasien
a) Kepala ruang menyampaikan salam dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien.
b) Perawat jaga selanjutnya mengkaji secara penuh terhadap
masalah keperawatan, kebutuhan, dan tindakan yang telah/
belum dilaksanakan, serta hal-hal penting lainnya selama
masa keperawatan.
c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada petugas berikutnya.
c. Post - Timbang terima
a) Diskusi
b) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung
pada format timbang terima yang ditanda tangani oleh PP
yang jaga saat itu dan PP yang jaga berikutnya diketahui
oleh kepala ruang.
c) Ditutup oleh karu(Nursalam, 2016).

48
3. Supervisi Ruang Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang kami lakukan di Ruang Raudhoh
belum pernah kami mengikuti supervisi yang dilakukan kepala ruangan
di ruangan. Dari hasil wawancara terhadap perawat di Ruang Raudhoh,
supervisi kemungkinan pernah dilakukan namun sebagian perawat tidak
mengetahuinya, seperti tindakan kepala ruangan yang mengawasi
perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek keperawatan di ruang
perawatan namun kegiatan supervise ini tidak rutin dan juga tidak di isi
dalam format yang sudah disediakan. Terkadang reward dari kepala
ruangan berupa pujian kepada petugas yang melakukan pekerjaan dengan
baik, sedangkan petugas yang tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
atau terlambat tidak mendapatkan punishment dari kepala ruangan serta
saran untuk meningkatkan kinerja perawat.
Menurut Nursalam (2016) Supervisi dilakukan sebagai berikut :
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri,atau melalui laporan langsung secara lisan, dan
memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu
juga.
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan

Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa di Ruang Raudhoh RSI


Fatimah belum menjalankan supervisi secara rutin. Dalam meningkatkan
pelayanan yang berkualitas sesuai misi di RSI Fatimah Banyuwangi,
maka supervisi yang bekelanjutan terhadap berbagai kinerja pegawai
dalam melaksanakan aktivitasnya sebagai karyawan untuk melayani
konsumen (pasien) harus dilakukan.

49
4. Discharge Planning
Saat pengkajian didapatkan bahwa perawat menyampaikan kepada
pasien/keluarga pasien tentang penjelasan terapi obat dan jadwal kontrol
selanjutnya. Perawat juga berkolaborasi dengan ahli gizi untuk asupan
nutrisi pasien saat sakit. Perawat juga menjelaskan kepada pasien untuk
kegiatan istirahat pasien.
Menurut Nursalam (2016) Discharge planning merupakan suatu
bentuk kegiatan MAKP agar klien dan keluarga yang masuk keruangan,
yang sedang dalam perawatan dan yang akan atau direncanakan pulang
mengerti tentang perawatan selama pasien dirawat diruangan, sehingga
keluarga dapat mengikuti semua proses perawatannya dengan baik.
Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan
pasien melakukan keperawatan mandiri dirumah. Perencanaan pulang
didapatkan dari peruses interaksi ketika keperawatan professional, pasien,
dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh pasien saat perencanaan harus
berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan, terapiutik, rehabilitative,
serta keperawatan rutin yang sebenarnya (Nursalam, 2016).
Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa ada beberapa poin yang
seharusnya disampaikan kepada pasien atau keluarga seperti diit saat
dirumah dan pencegahan penyakit. Hal ini berhubungan dengan tujuan
dari discharge planning yaitu menyiapkan pasien dan keluarga secara
fisik, psikologis dan sosial, meningkatkan kemandirian pasien dan
keluarga, meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien,
membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain, membantu
pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien,
melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat.

5. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat di Ruang Raudhoh sudah dilakukan. Obat yang di
kelola yaitu obat oral, injeksi ataupun cairan diberikan kepada perawat.
Alur sentralisasi obat pada Ruang Raudhoh yaitu resep obat yang
diresepkan oleh dokter diserahkan kepada perawat, kemudian Resep
Obat oral, injeksi dan cairan diberikan perawat ruangan ke petugas
apoteker. Setelah itu resep diberikan kepada keluarga pasien, lalu

50
keluarga pasien dianjurkan untuk mengambil obat di apotik, kemudian
keluarga pasien memberikan obat dari apotik ke perawat ruangan. Saat
obat sudah ada diruangan, petugas akan menyimpan kedalam lemari obat
sesuai nama pasien. Pada sentralisasi obat di Ruang Raudhoh ada buku
dokumentasi keluar masuk obat.
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh
perawat. Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara
bijaksana dan menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan
keperawatan pasien dapat terpenuhi (Nursalam, 2016).
Dari penjelasan diatas penulis beranggapan bahwa Ruang Raudhoh
telah melakukan penerapan sentralisasi obat dengan baik. Hanya saja
buku obat oral dan ijeksi masih jadi satu, perlu adanya pemilahan antara
buku obat oral dan buku obat injeksi, hal ini juga akan memudahkan
tugas perawat dalam pemberian obat kepada pasien.

6. Dokumentasi Keperawatan (kepetugasan)


Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada medical record
(status) didapatkan pendokumentasian yang berlaku di Ruang Raudhoh
dengan sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber
tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, gizi, dan perawat. Berdasarkan
hasil observasi seluruh status pasien yang ada menunjukkan bahwa dari
semua dokumen Asuhan Keperawatan pada pasien rawat inap Raudhoh
menunjukkan hal yang optimal seperti diagnosa keperawatan
berkesimnambungan dalam penggunaan NANDA NIC NOC untuk
mengkomunikasikan kepada perawat lainnya dalam menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan akan dilakukan tindakan kepada pasien.
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan
penerapan manajemen asuhan keperawatan profesional. Perawat
profesional diharapkan dapat menghadapi tuntutan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap segala tindakan yang dilaksanankan. Kesadaran
masyarakat terhadap hukum semakin meningkat sehingga dokumentasi
yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan.Komponen penting dalam
pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan standar
asuhan keperawatan. (Nursalam, 2016).
Dari penjelasan diatas penulis menyampaikan bahwa dokumentasi
keperawatan sangat penting dan harus dilengkapi karena adanya

51
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilakukan, karena dokumentasi yang lengkap sesuai dengan diagnosa
pasien dan jelas akan sangat membantu ketika tanggung gugat terjadi.

7. Ronde Keperawatan
Dari hasil wawancara dengan Koordinator manajemen ruangan
Raudhoh RSI Fatimah Bayuwangi merupakan pelayanan kesehatan tipe
C dimana dalam penyelesaian masalah klien dilakukan secara bersama-
sama dengan melibatkan berbagai profesi. Dalam keperawatan dikenal
istilah ronde keperawatan yang mencari penyelesaian dari suatu masalah
keperawatan pada kasus–kasus kronis dan baru serta langka maupun
kasus yang sudah mendapatkan terapi namun belum terlaksana, agar
dapat di selesaikan dengan melibatkan berbagai profesi kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara di Ruang Raudhoh RSI Fatimah
Banyuwangi, selama ini ronde keperawatan yang sesuai dengan alur
sebenarnya belum pernah dilakukan diruangan. Padahal di ruang ini
memiliki kasus dan bervariasi sehingga perlu diadakan ronde
keperawatan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat
di samping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan
asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh PJ Shift
dan konselor, kepala ruangan, perawat pelaksana yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2016).
Karakteristik antara lain sebagai berikut :
1) Pasien dilibatkan secara langsung.
2) Pasien merupakan fokus kegiatan.
3) PJ Shift, PP dan konselor melakukan diskusi bersama.
4) Konselor memfasilitasi kreatifitas.
5) Konselor membantu mengembangakan kemampuan PA dan PP dalam
meningkatkan kemampuan mengatasi masalah.
Dari penjelasan diatas didapatkan bahwa petugas keperawatan dan
Karu sangat mendukung jika proses ronde keperawatan dapat
dilaksanakan dan diterapakan secara rutin, dengan jenis kasus di Ruang
Raudhoh yang sangat bervariasi sehingga untuk pelaksanaan ronde
sangat dianjurkan untuk rutin dilaksanakan agar semakin banyak kasus
penyakit yang bisa tertangani dengan maksimal.

52
3.2.4 Pembiayaan (M4-Money)
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 29 Oktober – 31 Oktober
2019 didapatkan tarif biaya di Ruang Raudhoh sebagai berikut:
Tabel 3.6 Tarif biaya di Ruang Raudhoh RSI Fatimah Banyuwangi 2019
No. Kelas Tarif Fasilitas
1 Kelas Umum : 1. 1 kamar untuk 1 pasien
Utama Rp. 2. 1 kursi tunggu
225.000 /hari 3. Kamar mandi dalam
BPJS : 4. Bad Pasien + Bad Keluarga
Rp. 5. AC + TV
150.000 /hari 6. Pesawat telepon masing-masing
kamar
7. 1 Almari
2 Kelas I Umum : 1.
Rp. 1 kamar untuk 2 pasien
175.000 /hari 2.
BPJS : Masing-masing 1 kursi tunggu
Rp. 3.
125.000 /hari Kamar mandi dalam
4.
Bad Pasien 2
5.
AC + TV
6.
Pesawat telepon masing-masing kamar
7.
2 Almari

3.2.5 Pemasaran (M5-Market)


Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di Ruang
Raudhoh, sebagian besar berasal dari daerah kecamatan Banyuwangi. Ruang
Raudhoh merupakan ruang instalasi rawat inap yang berfungsi sebagai ruang
perawatan. Ruang Raudhoh merupakan ruang kelas utama dan kelas 2 dengan
fasilitas sarana dan prasarana yang cukup. Dalam hal pemasaran atau promosi
ruangan, ruangan ini belum memiliki tugas khusus sebagai tim marketing
secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan jasa
kesehatan, perawat memberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan

53
memberikan perawatan secara paripurna sehingga pelayanan diruangan layak
untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.
Depkes RI, (2005) menjelaskan bahwa indikator pelayanan rumah sakit
merupakan bagian dari salah satu statistic rumah sakit. Dengan adanya
indikator tersebut dapat mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu serta efisiensi
pelayanan yang terdapat di rumah sakit. Indikator pelayanan tersebut adalah
sebagai berikut:
BOR Pasien
Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien di Ruang Raudhoh
sejumlah 11 bed dengan rincian ruang kelas utama = 3 bed, kelas 1 = 6
bed, ruang isolasi = 2 bed.
Tabel 3.7 BOR pasien Ruang Raudhoh tanggal 29 Oktober 2019.
KELAS BOR
Kelas UTAMA
3 bed (0 bed kosong) 9
Kelas I = 81,8 %
6 bed (0 bed kosong) (11 x 1) x 100
Isolasi
2 bed (2 bed kosong)

Tabel 3.8 BOR pasien Ruang Raudhoh tanggal 30 Oktober Maret 2019
KELAS BOR
Kelas I
6 bed (0 bed kosong) 7
Kelas II = 63 %
4 bed (0 bed kosong) (11 x 1) x 100
Isolasi
3 bed (1 bed kosong)

Tabel 3.9 BOR pasien Ruang Raudhoh tanggal 31 Oktober 2019


KELAS BOR
Kelas I
6 bed (0 bed kosong) 7
Kelas II = 63 %
4 bed (0 bed kosong) (11 x 1) x 100
Isolasi
3 bed (2 bed kosong)

Tabel 3.10 BOR rata-rata pasien di Ruang Raudhoh 2019


NO Tanggal Bed BOR %
1 29 Oktober 11 bed 9 81,8 %
2019 (9 bed terisi)
(11 x 1) x 100
2 30 Oktober 11 bed 7 63 %
2019 (7 bed terisi)

54
(11 x 1) x 100
3 31 Oktober 11 bed 7 63 %
2019 (7 bed terisi)
(11 x 1) x 100
Rata-rata 69%

BOR (Bed Occupency Rate) adalah presentase pemakaian tempat


tidur pada satuan waktu tertentu (Depkes RI. 2005). BOR menunjukkan
sampai seberapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia dalam jangka
waktu tertentu.
Dari perhitungan didapatkan BOR Ruang Raudhoh dari tanggal 29
Oktober s/d 31 Oktober 2019 adalah 69% Sedangkan indikator mutu
pelayanan kesehatan di RSI Fatimah Banyuwangi 60-80%, maka BOR
Ruang Raudhoh melebihi standart di RSI Fatimah Banyuwangi.

55
ANALISA SWOT

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


1. MI ( Ketenagaan )
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
M I (Ketenangan)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Perawat menyatakan bahwa struktur 0,21 4 0,84
organisasi yang ada sesuai dengan
kemampuan perawat.
b. Sebanyak 88,8% perawat
0,21 4 0.84
menyatakan kepala ruangan sudah
S – W=
optimal dalam melaksanakan tugas-
6,39 – 4,00
tugasnya.
= -2,39
c. Jenis ketenagaan diruangan :
S-I Kep = 4 Orang
D-III = 5 Orang
SMA = 1 Orang
d. Adanya perawat yang mengikuti 0,28 4 1,12
seminar dan workshop

Total

0,30 4 1,20
Kelemahan
a. Jumlah perawat masih belum
1 4,00
sebanding dengan jumlah pasien.
b. Sebagian perawat belum
melakukam peran dan fungsinya
sesuai dengan pembagian tugas.
0,25 4 1
c. Sebanyak 43% pasien di Ruang
Raudhoh dengan tingkat
0,17 3 3,17
ketergantungan total.
d. Beban kerja perawat di ruangan
tinggi
0,10 3 0,30
e. Pembagian tugas di ruangan tidak
sesuai dengan fungsinya.
0,25 4 1

Total
0,23 4 0,92

56
1 6,39

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Sebanyak 78% perawat mempunyai 0,34 4 1,36
kemauan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. O – T=
b. Rumah sakit memberikan kebijakan
0,33 3 0,99 3,67 – 3,36
untuk memberi pelatihan bagi
= 0,31
perawat ruangan.
c. Adanya kebijakan pemerintah
0,33 4 1,32
tentang profesionalisme perawat
Total
1 3,67

Ancaman
a. Ada tuntunan tinggi dari masyarakat
0,36 4 1,44
untuk pelayanan yang lebih
profesional.
b. Makin tingginya kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,33 3 0,99
kesehatan.
c. Rendahnya kesejahteraan perawat.

0,31 3 0,93
Total

1 3,36

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


2. M2 ( Sarana & Prasarana )
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
M2 ( Sarana dan Prasarana )
Faktor internal (IFAS)

57
Kekuatan
a. Mempunyai sarana dan prasaerana 0,25 3 0,75
untuk pasien dan tenaga kesehatan.
b. Mempunyai pralatan oksigen dan
0,25 4 1 3,5 – 3 =
semua perawat ruang mampu
0,5
menggunakannya.
c. Terdapat admitrasi penunjang.
d. Tersedia nurse station. 0,25 3 0,75
Total 0,25 4 1
1 3,5
Kelemahan
a. Sarana prasara sentralisasi obat sudah
ada namun kurang termanfaatkan 0,50 3 1,5
secara optimal
b. Tidak tersedianya nomor untuk
membedakan 2 bed dalam satu
0,50 3 1,5
ruangan dan tidak terdapat denah
lokasi ruangan.
Total

1 3
Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y
(Vertikal) : O – T
Faktor Ekternal (EFAS)
Peluang
a. Adanya kesempatan penggantian alat 0,50 2 1
alat yang tidak layak pakai. 2,5 – 2 =
b. Sudah termanfaatkannya system
0,25 3 1,5 0,5
adminitrasi secara optimal
Total
1 2,5

Ancaman
a. Adanya persaingan antar rumah sakit
1 2 2
semakin ketat
Total
1 2

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


3. M3 (METHOD – MAKP)
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X

58
(Horisontal) : S – W
Penerapan model
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
1. RS memiliki visi, misi dan motto 0,1 4 0,4
sebagai acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
2. Mempunyai standar asuhan 0,2 4 0,8
keperawatan
3. Mempunyai protap setiap tindakan 0,05 3 0,15 S – W
4. Terlaksananya komunikasi yang 0,1 4 0,4 2,35– 3
adekuat antara perawat dan tim = -0,65
kesehatan lain
5. Perawat memiliki standar asuhan 0,1 4 0,4
keperawatan
6. Pendidikan perawat minimal D3 0,1 2 0,2
Total 1 2,35

Kelemahan
1. Metode MAKP ruangan yang belum 1 3 3
jelas

Total
1 3

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
1. Adanya mahasiswa stikes 0,4 4 1,6
banyuwangi yang sedang melakukan
praktik manajemen keperawatan
2. Ada kerjasama yang baik antara 0,2 2 0,4
mahasiswa Stikes Banyuwangi
dengan perawat ruangan O–T
3. Ada kerjasama antara institusi stikes 0,15 3 0,45 3,45-2,3
banyuwangi dengan RS = 1,15

59
4. Adanya kebijakan pemerintah
tentang profesionalisasi perawat 0,25 4 1

Total 1 3,45

Ancaman
1. Persaingan dengan Rumah Sakit lain 0,2 2 0,4
yang semakin ketat
2. Ada tuntutan dari masyarakat yang 0,3 3 0,9
semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih
profesional
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan hukum
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat 0,2 2 0,4
akan pentingnya kesehatan
5. Bebasnya pers yang dapat langsung 0,1 2 0,2
menyebarkan informasi dengan
cepat
Total 1 2,3

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating

60
4. Dokumentasi Keperawatan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Tersedianya sarana dan prasarana 0,1 3 0,3
(administrasi penunjang).
b. Sudah ada sistem pendoku-mentasian
0,1 2 0,2
POR.
c. Dokumentasi keperawatan yang
0,3 4 1,2
dilakukan meliputi pengkajian
menggunakan sistem Head To Toe
S –W
serta diagnosis keperawatan sampai
3 – 1,44
dengan evaluasi dengan menggunakan
=1,56
SOAP.
d. Format pengkajian sudah ada dan
dapat memudahkan perawat dalam 0,1 2 0,2
pengkajian dan pengisiannya.
e. Sebanyak 77,7% perawat mengatakan
mengerti cara pengisian format
0,2 3 0,6
dokumentasi yang digunakan dengan
benar dan tepat.
f. Sebanyak 66,6% perawat mengatakan
melakukan dokumentasi segera
0,1 2 0,2
setelah melakukan tindakan.
g. Sebanyak 77,7 % perawat mengatakan
format yang digunakan sangat
membantu dalam melakukan 0,1 3 0,3
pengkajian pada pasien.
Total

Kelemahan 1 3
a. Sistem pendokumentasian masih
dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi). 0,2 3 0,6
b. Catatan keperawatan belum optimal
(adanya tanda
(+) atau (–) dalam pendokumentasian
0,5 4 2
misalnya infus (+) seharusnya

61
dijabarkan terpasang infus di sebelah
tangan bagian kanan atau kiri)
c. Catatan perkembangan pasien belum
lengkap (dalam penulisan SOAP
kadang ditulis A hanya masalah
0,3 4 1,2
teratasi sebagian dan P = Intervensi
dilanjutkan, seharusnya dijabarkan
masalah mana yang belum teratasi dan
intervensi mana yang harus
dilanjutkan).
Total

1 1,44

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Adanya mahasiswa PSIK praktik 0,3 4 1,2
manajemen keperawatan.
b. Adanya program pelatihan tentang
0,2 3 0,6
pendokumentasian keperawatan.
O –T =
c. Peluang perawat untuk meningkatkan
0.2 2 0,4 3,1 – 3,4 =
pendidikan (pengembangan SDM)
d. Adanya kerja sama yang baik antara -0,3
mahasiswa dan perawat ruangan. 0,3 3 0,9
Total
1 3,1
Ancaman
a. Adanya kesadaran pasien dan
keluarga akan tanggung jawab dan 0,3 2 0,6
tanggung gugat.
b. Akreditasi rumah sakit tentang sistem
dokumentasi. (Dalam akreditasi di
0,7 4 2,8
dalam Rumah Sakit terbaru
menggunakan dokumentasi SBAR
tetapi belum optimal dalam pelaksaan

62
di dalam ruangan ).
Total

1 3,4

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating


5. Ronde Keperawatan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
f. Internal Faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Bidang perawatan dan ruangan 0,2 3 0,6
mendukung adanya kegiatan ronde
keperawatan
2. Jumlah tenaga perawat cukup untuk 0,15 2 0,3
melakukan ronde keperawatan
3. Adanya kasus – kasus yang 0,25 4 1
memerlukan perhatian khusus
4. SDM banyak yang mempunyai 0,2 3 0,6
pengalaman dalam bidang
keperawatan > 5 tahun S-W
5. Adanya hubungan kolaborasi yang 0,2 3 0,6 3,1-2= 1,1
baik dengan tenaga medis dan ahli
gizi , fisioterapi
TOTAL 1 3,1

WEAKNESS

1. Belum adanya format yang standar 0,5 2 1


(alur dan mekanisme) untuk ronde
keperawatan
2. Belum dilakukannya ronde 0,5 2 1
keperawatan secara maksimal

TOTAL 1 2

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T

63
Ekternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Adanya kesempatan yang diberikan 0,7 3 2,1
pada perawat dan mahasiswa PSIK
(Program Studi Ilmu Keperawatan)
untuk mengadakan ronde O -T
keperawatan. 2,4 – 3 =
2. Adanya dokter jaga 0,3 1 0,3 -0,6
TOTAL 1 2,4

TREATHENED
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi 0,5 3 0,15
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih professional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,5 3 0,15
masyarakat terhadap hukum dan
kesehatan
TOTAL 1 3

NO Analisa SWOT Bobot Rating BOBOT X RATING

6. Sentralisasi Obat

Faktor Internal (IFAS) Sumbu X


(Horisontal) : S – W

Faktor Internal (IFAS)

Kekuatan (S)

a. Penataan obat sudah sesuai


dengan nama pasien. 0,5 4 2
b. Ada lembar pendokumentasian
di rekam pemberian obat (oral
dan parenteral). 0,5 4 2 S-W
c. Adanya tempat khusus 4 – 3,4 = 0,6
sentralisasi obat
1 4
Total

Kelemahan (W)
0.4 4 1,6
a. Belum ada alur sentralisasi obat
tertulis

64
b. Jarak antara apotik dan ruangan
raudhoh paling jauh daripada
ruangan lain ke apotik 0,3 3 0,9
c. Kerjasama antara perawat dan
0,3 3 0,9
apoteker belum maksimal

Total
1 3,4

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T

Faktor Eksternal (EFAS)

Peluang (O)

a. Kerja sama yang baik antara


perawat dan mahasiswa. 0,3 3 0,9
b. Kerjasama yang baik antara
0,4 4 1,6 O–T
perawat dan farmasi
c. Adanya mahasiswa yang praktik 0,3 3 0,9 3,4 – 3
manajemen keperawatan.
= 0,4
Total
1 3,4

Ancaman (T)

a. Adanya tuntutan akan pelayanan


0,5 3 1,5
yang profesional.
b. Banyaknya persaingan antar
Rumah Sakit lainnya yang
menuntut pelayanan profesional 0,5 3 1,5
dalam hal pengobatan

Total 1 3

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating

7. Supervisi
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)

Kekuatan
0, 1 1 0,1
a. RSI Fatimah merupakan RS

65
pendidikan tipe C yang menjadi RS
rujukan bagi wilayah setempat.
b. Ruang Raudhoh merupakan ruangan 0, 2 2 0,4

yang memerlukan perhatian khusus


dari petugas kesehatan diruangan
tersebut.
c. Sebagian besar perawat mengatakan
0, 2 2 0,4
adanya kemauan untuk berubah.
d. Kepala ruangan Raudhoh
0, 3 3 0.9
mendukung kegiatan supervisi demi
peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
e. Kepala ruangan Raudhoh
mengatakan adanya uraian yg jelas 0, 1 1 0,1 S-W =
tentang supervisi
f. Adanya program sosialisasi tentang 2-2 = 0
supervisi.
0, 1 1 0,1
Total
1 2
Kelemahan
a. Penggunaan format supervisi belum
optimal
b. Kurangnya program pelatihan 0, 6 2 1,2

tentang supervise 0, 4 2 0,8

Total

1 2

66
Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y
(Vertikal) : O – T
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Adannya mahasiswa Ners Stikes 0, 4 3 1,2
Banyuwangi yang praktik
manajemen keperawatan.
b. Adanya jadwal supervisi
0, 4 3 1,2
keperawatan oleh pengawas perawat
setiap hari
c. Terbuka kesempatan untuk
0, 2 1 0, 2
melanjutkan pendidikan /magang.
Total
1 2,6

Ancaman
a. Tuntutan pasien sebagai konsumen
1 2 2
untuk mendapatkan pelayanan yang
professional dan bermutu sesuai
dengan peningkatan biaya
perawatan.
Total
1 2

NO Analisa SWOT Bobot Rating Bobot X Rating

8. Overan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Internal Faktor (IFAS)
Kekuatan

a. Overan merupakan kegiatan rutin,


0,2 4 0,8 S–W=
yaitu dilaksanakan dua kali dalam
sehari. 3,4 - 3
b. Diikuti oleh semua perawat yang
telah dan akan dinas. 0,2 3 0,6 = 0,4
c. Overan dipimpin oleh kepala

67
ruangan atau PJ shift 0,1 3
d. Ada klarifikasi, Tanya jawab, dan
validasi terhadap semua yang
dioverankan.
0,1 2 0,3
e. Semua perawat tau hal-hal yang
perlu dipersiapkan dalam overan.
f. Ada buku khusus untuk pelaporan
overan. 0,1 3 0,2
g. Kepala ruangan mengevaluasi
kesiapan perawat yang akan dinas. 0,1 4 0,3

0,2 4 0,4

Total

Kelemahan 1 4 0,8

a. Operan belum optimal (tidak selalu


berkunjung ke ruangan pasien).
Total

1 3 3

1 3

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


(Vertikal) : O – T
Faktor Eksterna (EFAS)
Peluang

a. Adanya mahasiswa PSIK yang 0,3 4 1,2 O–T=


praktik profesi diruangan.
b. Adanya kerjasama yang baik antara 3,7-3,5

mahasiswa PSIK dengan perawat 0,4 4 1,6 = 0,2


ruangan.
c. Sarana dan prasarana penunjang
cukup tersedia.
0,3 3 0,9
Total

Ancaman
1 3,7
a. Adanya tuntutan yang lebih tinggi
dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang lebih 0,5 3 1,5

68
tinggi.
b. Meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai
0,5 4 2
pemberi asuhan keperawatan.

Total

1 3,5

9 Discharge Planing (Perencanaan


Pulang)MRS & Perawatan
Faktor Internal (IFAS) Sumbu X
(Horisontal) : S – W
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Adanya kemauan untuk 0,2 3 0,6
memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan
keluarga pasien
b. Memberikan pendidikan 0,3 4 1,2
kesehatan kepada pasien dan
keluarga pasien saat pulang
c. Perawant menggunakaan bahasa
0,15 2 0,3 S–W=
Indonesia saat melakukan
3,12-3= 0,12
perencanaan pulang
d. Pemberian obat pulang yang
dilakukan oleh perawat ruang 0,1 2 0,02
e. Adanya pemahaman tentang
perencanaan pulang oleh 0,25 4 1
perawat
Total

1 3,12

Kelemahan
a. Pemberian obat pulang belum
dilalkukan oleh apoteker 0,35 3 1,05
b. Tidak tersedianya brosur / leaflet
untuk pasien saat melakukan

69
perencanaan pulang. 0,35 3 1,05
c. Pemberian pendidikan kesehatan
dilakukan secara lisan pada
setiap pasien / keluarga.
0,3 3 0,9
Total

Faktor Exsternal (EFAS) Sumbu Y


1 1
(Vertikal) : O – T
Faktor Exsternal (EFAS)
Peluang
a. Adanya mahasiswa yang
melakukan praktik manajemen
b. Adanya kerja sama yang baik
0,3 3 0,9
antara mahasiswa dengan
perawat klinik.
c. Kemauan pasien / keluarga 0,2 3 0,6
terhadap anjuran perawat
Total O–T
0,5 3 1,5 3-3,7=
Ancaman -0,7
a. Adanya tuntutan masyarakat 1 3
untuk mendapatkan pelayanan
keperawatan yang professional.
b. Makin tingginya kesadaran
0,3 3 0,9
masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
c. Persaingan antar ruang yang
0,35 4 1,4
semakin ketat.
Total

0,35 4 1,4

1 3,7

70
DIAGRAM LAYANG

Keterangan:

1. M1 : Sumber Daya Manusia


2. M2 : Sarana & Prasarana
3. MAKP : Model Asuhan Keperawatan
4. TT : Timbang Terima
5. RK : Ronde Keperawatan
6. SO : Sentralisasi Obat
7. SV : Supervisi
8. DP : Discharge Planning
9. DK : Dokumentasi Keperawatan

1) Turn Around
Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Posisi ini
menandakan sebuah perusahaan yang lemah dan menghadapi tantangan besar.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah strategi bertahan, artinya kondisi
internal perusahaan berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
perusahaan disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan
kinerja internal agar tidak semakin terperosok.
2) Agresif
Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
3) Diversifikasi

71
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan
cara strategi diversifikasi (produk/pasar).
4) Defensif
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu
melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih
besar (defensive).

TABEL PRIORITAS MASALAH

SKOR ANALISA SWOT Hasil


MASALAH Keterangan
IFAS EFAS (IFAS+EFAS)
M3 (Timbang
-0,6 0,2 -0,4
Terima)
M2(Sarana
dan 0,5 0,5 1
prasarana)
M3
0,3 0,6 0,9
(Supervisi)
M3
(Sentralisasi 0,6 0,4 1
Obat)
M1(SDM) -2,39 0,31 -2,08
M3 (Ronde
1,1 0,6 1,07
Keperawatan)
M3
(Dokumentasi 1,56 -0,3 1,26
Keperawatan)
M3
(Discharge 0,12 -0,7 0,5
Planning)

(Metode) -0,65 1,15 0,5

Prioritas masalah:

1. Timbang Terima
2. Sarana Prasarana
3. MAKP
4. Supervisi
5. Sentralisasi Obat
6. Sumberdaya Manusia
7. Ronde Keperawatan
8. Discharge Planning
9. Dokumentasi Keperawatan

72
3.3 Interpretasi Diagram Layang

3.3.1 MI Ketenagaan

a. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien


b. Sebagian perawat belum melakukam peran dan fungsinya sesuai
dengan pembagian tugas.
c. sebanyak 43% pasien di Ruang Raudhoh dengan tingkat
ketergantungan total.
d. Beban kerja perawat di ruangan tinggi.
e. Pembagian tugas di ruangan tidak sesuai dengan fungsinya.
Prioritas masalah
Beban kerja perawat di ruangan tinggi

3.3.2 M2 Material
a.Sarana prasara sentralisasi obat sudah ada namun kurang
termanfaatkan secara optimal
b. Tidak tersedianya nomor untuk membedakan 2 bed dalam satu
ruangan dan tidak terdapat denah lokasi ruangan.
Prioritas masalah
Tidak tersedianya nomor untuk membedakan 2 bed dalam satu ruangan
dan tidak terdapat denah lokasi ruangan.

3.3.3 M3 Method
1. MAKP
a. Metode MAKP ruangan yang belum jelas
Prioritas masalah
Metode MAKP ruangan yang belum jelas

2. Dokumentasi keperawatan
a. Sistem pendokumentasian masih dilakukan
secara manual (belum ada komputerisasi).
b. Catatan keperawatan belum optimal (adanya
tanda (+) atau (–) dalam pendokumentasian misalnya infus (+)
seharusnya dijabarkan terpasang infus di sebelah tangan bagian
kanan atau kiri)
c. Catatan perkembangan pasien belum lengkap
(dalam penulisan SOAP kadang ditulis A hanya masalah teratasi
sebagian dan P = Intervensi dilanjutkan, seharusnya dijabarkan
masalah mana yang belum teratasi dan intervensi mana yang harus
dilanjutkan).
Prioritas masalah

73
Catatan keperawatan belum optimal (adanya tanda (+) atau (–)
dalam pendokumentasian misalnya infus (+) seharusnya dijabarkan
terpasang infus di sebelah tangan bagian kanan atau kiri)

2. Ronde Keperawatan
a. Belum adanya format yang standar (alur dan mekanisme) untuk
ronde keperawatan
b. Belum dilakukannya ronde keperawatan secara maksimal
Prioritaas masalah
Belum dilakukannya ronde keperawatan secara maksimal
3. Sentralisasi obat
a. Belum ada alur sentralisasi obat tertulis
b. Jarak antara apotik dan ruangan raudhoh paling
jauh daripada ruangan lain ke apotik
c. Kerjasama antara perawat dan apoteker belum
maksimal
Prioritas masalah
Belum ada alur sentralisasi obat tertulis
4. Supervisi
a. Penggunaan format supervisi belum optimal
b. Kurangnya program pelatihan tentang supervise
Prioritas masalah
Penggunaan format supervisi belum optimal
5. Timbang terima
a. timbang belum optimal (tidak selalu
berkunjung ke ruangan pasien).
Prioritas masalah
a. timbang belum optimal (tidak selalu berkunjung ke ruangan pasien).
7. Discharge Planning
a. pemberian obat pulang belum dilakukan oleh apoteker

b. pendidikan kesehatan dilakukan secara lisan pada setiap pasien atau


keluarga

c. tidak tersedianya brosur atau leaflet untuk pasien saat melakukan


perencanaan pulang
Prioritas masalah
Tidak tersedianya brosur atau leaflet untuk pasien saat melakukan
perencanaan pulang

74
RENCANA STRATEGI

No Masalah Rencana Waktu Sasaran Kriteria hasil Penanggung


Jawab
1. Timbang terima 1. 7 November Kepala ruang, 1. Timbang terima dilakukan di Rika
belum optimal (tidak Melakukan roleplay timbang terima 2019 penanggungjawab nurse station Indriyani
selalu berkunjung ke 2. shif, perawat 2. Isi timbang terima berisi dan I
ruangan) Mendokumentasikan kegiatan pelaksana, masalah keperawatan yang komang
timbang terima mahasiswa sudah dan belum teratasi Trihadi W
3. Menyampaikan hal penting
yang harus ditindaklanjuti
oleh perawat selanjutnya
4. Timbang terima
terdokumentasi dengan baik

2. Tidak tersedianya 1. Melakukan papan penanda bed 7 november Ruang Raudhoh 1. Papan penanda bed terpasang Ulil Aini
nomor untuk 2. Memasang mading serbaguna 2019 rapi Rohmah dan
membedakan 2 bed pada dinding diruang perawat 2. Denah ruangan terpasang Dina Fitrah
dalam ruangan dan 3. Melalukan pemasangan denah sesuai dengan jangkauan Kamila
denah lokasi ruangan pengunjung
dibutuhkan untuk
memudahkan
keluarga pasien

72
3. Metode MAKP 1. Melaksanakan deskripsi tugas 7 November Kepala ruang, Ruangan mampu melaksanakan Rifa Wahyu
ruangan yang belum dan tanggung jawab perawat 2019 penanggungjawab MAKP dengan metode tim Hidayah
2. Melakukan pembagian jadwal shif, perawat
jelas dan pembagian tenaga perawat pelaksana
3. Menerapkan model MAKP yang
direncakan
4. Mendiskusikan bentuk dan
penerapan MAKP yang akan
dilaksanakan yaitu model tim
5. Menyarankan penerapan makp
tim di ruang Raudhoh

4. Menejemen dalam 1. Membuat form supervisi 7 November Kepala ruang Terlaksananya kegiatan supervisi Rio
penggunaan format 2. Menyarankan supervisi 2019 oleh kepala ruang tesesuai prosedur mahendra
supervisi belum dilakukan secara rutin dan Nur
optimal Diana
Asiyah

5. Belum ada alur 1. Melaksanakan sentralisasi 7 November Ruangan 1. Ulfa


sentralisas obat obat bekerja sama dengan 2019 Raudhoh Adanya alur sentrasentralisasi Mar’atus
tertulis perawat, apoteker untuk terapi obat tertulis Solekhah
injeksi maupun oral. 2.
2. Menentukan penanggung Adanya petugas farmasi di
jawab sentralisasi obat. ruangan
3. Membuat format pencatatan
sentralisasi obat yang baku.
4. Membuat buku jadwal obat

73
oral.
5. Melaporkan pemberian obat
injeksi maupun oral pada proses
timbang terima.
6. Membuat alur sentralisasi
obat

6. Tidak tersedianya 1. 7 November Pasien dan 1. Pasien dan keluarga memiliki Dayu Agista
brosur/leaflet untuk Memberikan brosur/leaflet kepada 2019 keluarga Brosur/Leaflet Inggidia
pasien saat setiap pasien dan keluarga yang 2. Pasien dan keluarga memahami Sharoon
melakukan akan pulang penjelasan mengenai leaflet
perencanaan pulang 2. tersebut
Menjelaskan isi dari leaflet/brosur
tersebut

7. Beban kerja perawat 1. Mela 8 November Ruang Raudhoh 1. Riska Nur

74
di ruangan tinggi kukan penambahan jumlah 2019 Perawat yang ada di ruangan raudhoh Fadilah dan
perawat seimbang dengan jumlah pasien Ria
Sukmawati

8 Catatan keperawatan 1. Mengurangi penggunaan tanda 7 November Perawat ruangan 1. SOAP diganti dengan SBAR Windhy
belum optimal (+) dan (-) dalam penulisan 2019 2. Tidak menggnakan tanda (+) dan Byar Surya
(adanya tanda (+) laporan keperawatan (-) Putri
atau (–) dalam 2. perawat ruangan dapat
pendokumentasian menggunakan format asuhan
misalnya infus (+) keperawatan model SBAR
seharusnya
dijabarkan terpasang
infus di sebelah
tangan bagian kanan
atau kiri)

75

Anda mungkin juga menyukai