Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
hidayah dan karunia ny, pedoman pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan
dipuskesmas pondok cabe ilir telah diselesaikan.
Dengan telah disusunnya pedoman ini, diharapkan pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan dipuskesmas pondok cabe ilir menjadi lebih terarah dan dapat
dijadikan dasar menyamakan gerak dan langkah dalam memberdayakan pengelola
obat dipuskesmas, sehingga dapat menjamin ketersediaan obat yang bermutu
dipuskesmas.
Kami berharap dengan cetakanya buku pedoman pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan dipuskesmas ini, maka komitmen semua pihak akan dapat
meningkatkan pengelolaan obat dipuskesmas.
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia nya, buku pedoman pengelolaan obat dan perbekalan
kesehatan dipuskesmas telah dapat diselesaikan.
Pedoman pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dipuskesmas pondok
cabe ilir dapat menjadi salah satu buku panduan dalam pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan di Puskesmas. Rangkaian kegiatan utama nya menyangkut
aspek perencanaan, penggunaan obat dan perbekalan kesehatan serta pelayanan
kesehatan.
Semoga dengan tersediannya buku pedoman pengelolaan obat dan
perbekalan kesehatan ini dapat menjadi pedoman bagi petugas pengelola obat di
puskesmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Daftar Kontributor :
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL halaman
SAMBUTAN i
KATA PENGANTAR ii
TIM PENYUSUN iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. TUJUAN PENGELOLAAN OBAT 1
BAB V PENUTUP 36
DAFTAR PUSTAKA 37
DAFTAR SINGKATAN 38
DAFTAR LAMPIRAN 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyusunan buku pedoman pengelolaan obat dan perbekelan kesehatan ini
merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi apa yang terjadi dilapangan.
Diharapkan tersedianya buku ini dapat menjadi pedoman bagi petugas pengelola obat di
puskesmas dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Mengingat terbatasnya dana pelatihan bagi petugas pengelola obat, maka
penyediaan pedoman pengelolaan obat dipuskesmas merupakan salah satu upaya untuk
meyediakan informasi bagi para petugas di lapangan.
BAB II
A. Pembagian Tugas
Tujuan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan adalah agar dana yang
tersedia dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan berkesinambungan guna
memenuhi kebutuhan masyarakat yang berobat ke puskesmas. Agar tujuan-tujuan
tersebut dapat terlaksana dengan baik. Tugas puskesmas dan sub unit pelayanan
adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan data dan informasi mutasi obat dan perbekalan kesehatan serta
khusus
2. Setiap awal bulan menyampaikan laporan pemakaian obat dan perbekelan
kesehatan bulan sebelumnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang
Selatan melalui kepala UPT.Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
dalam bentuk LPLPO.
3. Menyusun rencana kebutuhan obat dipuskesmas.
4. Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan dalam format LPLPO
kepada UPT Farmasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan sesuai dengan
jadwal yang sudah ditentukan.
5. Melaporkan dan mengirimkan kembali semua jenis obat dan perbekalan kesehatan
yang rusak/kadaluwarsa kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan melalui
kepala UPT. Farmasi.
6. Melaporkan kejadian obat dan perbekalan kesehatan yang hilang kepada Kepala
Dinas Kesehatan Melalui UPT. Farmasi.
I. KEPALA PUSKESMAS
1. Tugas :
A. Membina petugas pengelola obat
B. Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat dan perbekalan kesehatan kepada
kepala dinas kesehatan kota tangerang selatan melalui UPT.Farmasi.
C. Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat dan perbekalan kesehatan yang
rusak/kadaluwarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada kepala dinas
kesehatan kota tangerang selatan melalui UPT.Farmasi.
D. Melaporkan obat hilang kepada kepala dinas kesehatan kota tangerang selatan
melalui UPT.Farmasi.
E. Mengajukan permintaan obat dan perbekalaan kesehatan kepada kepala dinas
kesehatan kota tangerang selatan melalui kepala UPT.Farmasi.
2. Tanggung Jawab
Pengelolaan dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan
dipuskesmas.
III. petugas unit gawat darurat (UGD), verlos kamer (VK), rawat inap, laboratorium, poli
kesehatan ibu dan anak (KIA), poli gigi
1. Menyimpan, memelihara, mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan yang
dikeluarkan maupun yang diterimanya dalam bentuk kartu stok/buku catatan mutasi
obat.
2. Membuat laporan pemakaian, mengajukan permintaan obat dan perbekalan
kesehatan kepada petugas pengelola obat puskesmas.
3. Menyerahkan kembali obat yang rusak/ kadaluwarsa kepada petugas pengelola
obat dipuskesmas
perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan
untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas.
Data mutasi obat yang dihasilkan oleh puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan. Oleh
karena itu data ini sangat penting utnuk perencanaan kebutuhan dipuskesmas.
Ketepatan, kebenaran data dipuskesmas akan berpengaruh terhadap ketersediaan
obat dan perbekalan kesehatan secara keseleruhan dikota tangerang selatan.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat pertahun puskesmas diminta oleh dinas
kesehatan melalui UPT.Farmasi untuk menyediakan data pemakaian obat dengan
menggunakan LPLPO. Selanjutnya UPT.Farmasi selaku UPOPPK (Unit Pengelola
Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan) akan melakukan kompilasi dan analisa
terhadap terhadap kebutuhan obat puskesmas di wilayah kerja kota tangerang
selatan.
II. Pengadaan
Tujuan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah :
tersediannya obat, perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang cukup
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan
mutu obat dan perbekalan kesehatan terjamin
obat dan perbekalan kesehatan dapat diperoleh saat dibutuhkan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat perbekalan kesehatan adalah :
A. kriteria obat
i. kriteria umum
1. temasuk dalam daftar obat PKD, daftar obat esensial nasional (DOEN), Formularium
Nasional (Fornas) yang masih berlaku.
2. Memiliki izin edar atau nomor registrasi
3. Batas kadaluwarsa pada saat diterima oleh panitia penerimaan minimal 24 bulan
4. Memiliki sertifikat analisa dan uji mutu yang sesuai dengan nomor batch masing-
masing sediaan yang dibutuhkan
ii. Kriteria mutu obat dan perbekalan kesehatan
5. Mutu harus sesuai dengan farmakope indonesia edisi terakhir
6. Industri farmasi bertanggung jawab terhadap mutu obat hasil produksi nya
7. Pemasok memiliki izin pedagang besar farmasi dan penyalur alat kesehatan
8. Penilaian dokumen data teknis
9. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat
10. Pemantauan status pesanan
11. Penerimaan dan pemeriksaan obat
B. PERMINTAAN OBAT
Tujuan permintaan obat :
Memenuhi kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan di masing-masing unit
pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit yang ada diwilayah kerjanya.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat dimasing-masing
puskesmas, diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala dinas kesehatan
melalui kepala UPT.Farmasi dengan menggunakan format LPLPO. LPLPO
merupakan data laporan pemakaian selama satu bulan pelaporan, lembar
permintaan bulan selanjutnya obat dan bahan medis pakai habis (BMPH) yang
disampaikan setiap bulan oleh puskesmas yaitu :
1. Puskesmas terlebih dahulu membuat surat permintaan BMPH untuk memenuhi
kebutuhan selama 1 bulan
2. Surat permintaan tersebut dikirimkan melalu e-mail beserta dengan LPLPO yang
telah diisi
3. Surat permintaan tersebut kemudian dicetak dan diserahkan kepada petugas
farmasi pada saat pendistribusian obat dan BMPH kepuskemas
C. PENERIMAAN OBAT
Tujuan penerimaan obat adalah
Agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang
diajukan oleh puskesmas. Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima
obat-obatan yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit
pengelola dibawahnya .
Setiap penyerahan obat dan perbekalan kesehatan oleh UPT.Farmasi kepada
puskesmas dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari kepala dinas
kesehatan atau pejabat yang diberi wewenang untuk itu
Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan obat bertanggung
jawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan
obat berikut kelengkapan catatn yang menyertainya.
Petugas penerimaaan obat wajib melakukan pengecekan terhadap obat-obat
yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan, jenis, jumlah obat sesuai dengan isi
dokumen (SBBK dan LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima dan diketahui
oleh kepala puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, petugas penerima dapat
mengajukan keberatan . jika terdapat kekurangan, penerima obat wajib menuliskan
jenis yang kurang (rusak, jumlah kurang dan lain-lain). Setiap penambahan obat-
obatan dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stok.
D. PENYIMPANAN
Tujuan penyimpanan obat adalah :
Agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutu nya dapat dipertahankan.
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima agar aman, terhindardari kerusakan fisik maupun kimia dan mutu nya tetap
terjamin.
1. Persyaratan gudang dan pengaturan penyimpanan obat.
a. Persyaratan gudang
- Cukup luas minimal 3 x 4 m2
- Ruangan kering tidak lembab
- Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
- Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung dan berteralis.
- Lantaai terbuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu dan
kotoran lain bila perlu diberi alas papan atau palet.
- Dinding dibuat licin
- Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
- Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat
- Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda
- Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
- Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
b. Pengaturan penyimpanan obat :
- Obat disusun secara alfabetis
- Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO.
- Obat disimpan pada rak
- Obat yang disimpan dilantai harus diletakkan di atas palet
- Tumpukan dus sebaiknya harus sesuai denan petunjuk
- Cairan dipisahkan dari padatan
- Serum, vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin
2. kondisi penyimpanan
Untuk mejaga mutu obat perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
a. Kelembaban :
Udara lembab dapat mempengaruhi obat-obatan yang tidak tertutup sehingga dapat
mempercepat kerusakan. Untuk menghindari udara lembab tersebut maka perlu
dilakukan upaya-upaya berikut :
- Ventilasi harus baik
- Simpan obat ditempat yang kering
- Wadah harus selalu tertutup rapat, jangan dibiarkan terbuka
- Bila memungkinkan pasang kipas angin atau AC, karena makin panas udara
didalam ruangan maka udara semakin lembab
- Biarkan pengering tetap dalam wadah tablet dan kapsul
- Kalau ada atap yang bocor harus segera diperbaiki
b. Sinar matahari
Kebanyakan cairan larutan dan injeksi cepat rusak karena pengaruh sinar matahari.
Cara mencegah kerusakan karena sinar matahari :
- Gunakan wadah botol atau vial yang berwarna gelap
- Jangan letakan botol atau vial di udara terbuka
- Dapat disimpan di dalam lemari
- Jendela-jendela diberi gorden
- Kaca jendela dicat putih
c. Temperatur/panas
Obat seperti salep, krim, suppositoria sangat sensitif terhadap pengaruh panas dan
dapat meleleh.
Ruangan harus sejuk, beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin
pada suhu 4 ℃ -8 ℃ Seperti :
- Vaksin
- Injeksi antibiotika
- Injeksi oksitoksin
d. Kerusakan fisik
Untuk menghindari kerusakan fisik yang harus dilakukan adalah :
- Dus obat ditumpuk terlalu tinggi
- Penumpukan dus obat sesuai dengan petunjuk pada karton, jika tidak tertulis pada
karton maka maksimal ketinggian tumpukan delapan dus.
- Hindari kontak dengan benda tajam
e. Kontiminasi bakteri
Wadah obat harus selalu tertutup rapat. Apabila wadah terbuka, maka obat mudah
tercemar oleh bakteri atau jamur.
f. Pengotoran : ruangan yang kotor dapat mengundang tikus dan serangga lain yang
kemudian merusak obat.
Oleh karena itu bersihkan ruangan paling sedikit satu minggu sekali.
3. Tata cara menyimpan, menyusun obat dan perbekelan kesehatan :
a. pengaturan penyimpanan obat.
Pengaturan obat dan perbekalan kesehatan dikelompokkan berdasarkan bentuk
sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh:
kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain.
b. penerapan sistem FIFO DAN FEFO
Penyusunan dilakukan dengan sistem First In First Out (FIFO) untuk masing-masing
obat, artinya obat yang datang pertama kali harus dikeluarkan lebih dahulu dari obat
yang dating kemudian dan First Expired First Out (FEFO) untuk masing-masing
obat, artinya obat yang lebih awal kadaluwarsa harus dikeluarkan lebih dahulu dari
obat yang kadaluwarsanya kemudian.
Hal sangat penting karena :
- Obat yang sudah terlalu lama biasa nya kekuatannya atau potensinya berkurang
- Beberapa obat seperti antibiotik mempunyai batas waktu pemakaian artinya batas
waktu dimana obat mulai berkurang efektifitasnya
c. obat yang sudah diterima, disusun sesuai dengan pengelompokkan untuk
memudahkan pencarian, pengawasan dan pengendalian stok obat.
d. pemindahan harus hati-hati supaya obat tidak pecah/rusak
e. golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari
cahaya matahari, disimpan ditempat kering.
f. vaksin dan serum harus dalam wadah yang tertutup tertutup rapat, terhindar dari
cahaya dan disimpan didalam lemari es. Kartu temperatur yang terdapat dalam
lemari es harus selalu diisi.
g. obat injeksi disimpan dalam tempat yang terhindar dari cahaya matahari.
h. bentuk dragee (tablet salut) disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
pengambilannya menggunakan sendok.
i. untuk obat yang mempunyai waktu kadaluwarsa supaya waktu kadaluwarsanya
dituliskan pada dos luar dengan menggunakan spidol.
j. penyimpanan tempat untuk obat dengan kondisi khusus, seperti lemari tertutup rapat,
lemari pendinginan, kotak kedap udara dan lain sebagainya.
k. cairan diletakkan dirak dibagian bawah
l. kondisi penyimpanan beberapa obat
I. Beri tanda/kode pada wadah obat :
i. Beri tanda semua wadah obat denga jelas. Apabila ditemukan obat dengan wadah
tanpa etiket, jangan digunakan.
ii. Apabila obat disimpan di dalam dus besar maka pada dus harus tercantum :
Jumlah isi dus, misalnya: 20 kaleng @ 500 tablet
Kode lokasi
Tanggal terima
Tanggal kadaluwarsa (kalau ada)
Nama produk/obat
iii. Beri tanda khusus untuk obat yang akan habis masa pakainya pada tahun tersebut.
iv. Jangan menyimpan vaksin lebih dari satu bulan di unit pelayanan kesehatan
(puskesmas)
Informasi tambahan untuk menyusun/mengatur obat :
Susunan obat yang berjumlah besar di atas papan atau diganjal dengan kayu rapi
dan teratur
Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obat yang berjumlah
sedikit tetapi harganya mahal.
Susunan obat dalam rak dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
terkontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
Susun obat dalam rak, berikan nomor kode dan pisahkan obat dalam dengan obat
luar.
Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi, atau letakkan bagian
etiket yang berisi nama obat yang jelas terbaca.
Barang yang mempunyai volume besar seperti kapas disimpan dalam dus
Letakkan kartu stok didekat obatnya.
4. Pengamatan mutu
Setiap petugas pengelola yang melakukan penyimpanan obat, perlu melakukan
pengamatan mutu obat secara berkala, paling tidak setiap awal bulan .
Pengamatan mutu obat :
I. Mutu obat yang disimpan dapat mengalami perubahah baik secara fisik maupun
kimia.
II. Laporan perubahan yang terjadi kepada UPT.Farmasi untuk diteliliti lebih lanjut.
III. Secara sederhana pengamatan dilakukan dengan visual, dengan melihat tanda-
tanda sebagai berikut:
1. Tablet
Terjadi perubahan warna, bau, rasa dan lembab
Kerusakan fisik seperti pecah, retak, sumbing, gripis dan rapuh
Kaleng atau botol yang rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
Untuk tablet salut, disamping informasi di atas juga basah dengan lengket satu
dengan yang lainnya, bentuknya sudah berbeda
Wadah yang rusak
2. Kapsul
Cangkangnya terbuka,kosong, rusak atau melekat satu dengan yang lainnya, wadah
rusak
Terjadi perubahan warna baik cangkang ataupun lainnya
3. Cairan
Cairan jernih menjadi keruh,timbul endapan
Cairan suspense tidak bias dikocok
Cairan emulsi memisah dan tidak tercampur kembali
4. Salep
Konsistensi,warna dan bau berubah (tengik)
Pot/tube rusak atau bocor
5. Injeksi
Kebocoran
Terdapat partikel untuk sediaan injeksi yang seharusnya jernih sehingga keruh atau
partikel asing dalam serbuk atau injeksi
Wadah rusak atau terjadi perubahan warna
Jangan gunakan obat yang sudah kadaluwarsa karen efektifitas berkurang
Hal ini penting untuk diketahui mengingat penggunaan antibiotik yang sudah
kadaluwarsa dapat menimbulkan resistensi mikroba. Resistensi mikroba berdampak
terhadap mahalnya pengobatan.
Obat dapat berubah menjadi toksis
Selama penyimpanan beberapa obat dapat terurai menjadi substansi-substansi yang
toksik. Sebagai contoh : tetrasiklin dari serbuk wrna kuning dapat berubah menjadi
warna coklat yang toksik
E. DISTRIBUSI
Tujuan :
Memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja
di puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu. Penyaluran/ distribusi
adalah kegiatan pengeluaran, penyerahan obat secara merata, teratur untuk
memenuhi kebutuhan sub unit dan sub unit pelayanan kesehatan antara lain:
Sub unit pelayanan (apotek puskesmas pembantu, unit gawat darurat, poli gigi,
verlos kamer, rawat inap, laboratorium, poli kesehatan ibu dan anak)
Sub-sub unit pelayanan (puskesmas keliling, posyandu, posbindu)
Kegiatan:
a. Menentukan frekuensi distribusi
b. Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan
c. Melaksanakan penyerahan obat
Menentukan frekuensi distribusi :
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan:
a. Jumlah kebutuhan
b. Tempat penyimpanan
Menentukan jumlah obat :
Dalam menentukan jumlah obat perlu dipertimbangkan:
a. Pemakaian rata-rata per jenis obat
b. Sisa stok
c. Pola penyakit
d. Jumlah kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan kesehatan
Penyerahan obat :
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
a. Gudang obat menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima oleh sub unit pelayanan
b. Sub unit pelayanan menyerahkan/mengirimkan obat dan diterima oleh sub-sub unit
pelayanan
c. Penyerahan obat di gudang puskesmas diambil sendiri sub unit pelayanan. Obat
diserahkan bersama-sama permintaan obat dari sub unit pelayanan
d. Penyerahan obat dari sub unit pelayanan diambil sendiri oleh sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama-sama permintaan obat dari sub-sub unit pelayanan dan
setelah selesai kegiatan obat di kembalikan ke sub unit pelayanan bersama rekapan
dan bukti pakai obat.
F. PENGENDALIAN
Tujuan :
Agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar
perhitungan :
o bahan yang dibutuhkan :
a) parasetamol 15 x 150 mg = 2250 mg
1
kadar 1 tablet parasetamol = 500 mg, jadi dibutuhkan 2250/500 = 4 tablet.
2
b) CTM 15 x 10 mg = 150 mg
15 3
Kadar 1 tablet CTM = 4 mg, jadi dibutuhkan =3 tablet.
4 4
c) Efedrin 15 x 10 mg = 150 mg
150
Kadar 1 tablet 25 mg, jadi dibutuhkan = 6 tablet
25
Membuat dan membagi sediaan dalam bentuk serbuk
Hitung tablet, kapsul dan timbang sejumlah bahan obat sesuai dengan yang
tercantum dalam resep .
Gerus dalam mortar sampai halus dan homogen
Siapkan kertas perkamen sebanyak yang diminta dalam resep
Cara membagi serbuk adalah sebagai berikut :
Apabila diminta 12 bungkus maka :
Serbuk dibagi dua sama banyak
Lalu masing-masing dibagi tiga sama banyak
Apabila diminta 15 bungkus maka :
Serbuk dibagi tiga sama banyak
Lalu masing-masing dibagi lima sama banyak
Mengukur cairan :
a. Bersihkan gelas ukur yang akan dipakai
b. Baca kembali etiket pada botol cairan apakah botol yang diambil sudah benar
c. Pegang botol dengan etiket menghadap ke tangan
d. Tuangkan ke dalam gelas ukur
e. Tutup kembali botol dan periksa etiket sekali lagi.
Melarutkan dan mengencerkan obat
1. Obat-obatan yang tidak stabil dalam air, dilarutkan apabila akan digunakan
(amoksillin dan benzyl penisilin)
2. Pelarutnya adalah air matang/air sudah dimasak
Mengemas dan memberi etiket :
1. Untuk tablet dan kapsul
Kemasan yang dapat digunakan adalah kantong plastik, kantong kertas, botol obat
dan vial
2. Cairan
kemasan yang dapat digunakan adalah botol kaca, botol plastik
3. Salep/ krim
Kemasan yang dapat digunakan adalah wadah gelas kaca/plastik bermulut besar
atau tube plastik/ metal yang stabil.
4. Setelah dikemas perlu ditempeli etiket pada masing-masing wadah obat yang perlu
ditulis pada etiket :
a. Nama pasien
b. Aturan pakai obat
c. Waktu pakai. contoh : malam hari, sebelum makan, sesudah makan .
Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan, lakukan pengecekan terakhir tentang nama pasien, jenis
obat, jumlah obat, aturan pakai obat, kemasan, dan sebagainya.
Obat diberikan melalui loket
Penerima obat dipastikan pasien atau keluarga pasien
Informasi
Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan tepat, adalah
karena penderita tidak mendapat penjelasan yang cukup dari yang memberikan
pengobatan atau yang menyerahkan obat . oleh karena itu sangatlah penting
menyediakan waktu untuk memberikan penyuluhan kepada penderita tentang obat
yang diberikan .
Informasi yang diberikan kepada pasien adalah :
I. Kapan obat digunakan dan berapa banyak ?
Beberapa pasien berpendapat bahwa makin banyak obat diminum, semakin cepat
sembuh. Pendapat ini tentu saja tidak benar dan sangat berbahaya. Oleh karena itu
perlu dijelaskan :
a. Pemakaian obat :
Tiga kali sehari
Dua kali sehari
b. Waktu pemakaian obat :
Pagi, siang, malam
II. Lama pemakaian obat yang dianjurkan
Beberapa pasien hanya menggunakan obat sampai badan terasa sembuh. Hal ini
tidak menjadi masalah apabila penyakit yang diobati ringan, misalnya : alergi atau
sakit kepala .
Masalah serius akan timbul apabila penyakit yang diobati misalnya infeksi, oleh
karena itu diberitahukan kepada pasien beberapa hari/ minggu obat diminum/
dimakan., misalnya : antibiotik, harus diminum sampai obat yang diberikan habis
sesuai dengan aturan pakai .
III. Cara penggunaan obat
Obat dapat dimakan/diminum dengan bantuan air putih biasa, teh manis, pisang,
susu, dan lain-lain. Namun demikian untuk tetrasiklin tidak boleh diminum bersama-
sama dengan susu, karena khasiat tetrasiklin akan berkurang dengan adanya susu
dalam lambung. Beberapa obat, baru bekerja dengan maksimal bila lambung dalam
keadaan kosong (1 jam sebelum makan ) .
Obat antasida (campuran magnesium trisilikat) bekerja maksimal apabila dimakan
satu atau dua jam setelah makan dan waktu tidur.
Tablet asetosal dan besi dapat menyebabkan iritasi lambung oleh karena itu
digunakan setelah makan terlebih dahulu. Krim atau salep kulit digunakan dengan
cara mengoleskan obat berkali-kali pada kulit ditempat yang sakit.
Cara memasukan suppositoria yang termudah adalah dalam posisi jongkok.
IV. Ciri-ciri tertentu setelah pemakaian obat
Berkeringat pada penderita demam panas air seni setelah memakan obat penurun
panas
Perubahan warna tinja dan air seni setelah minum tetrasiklin, vitamin B komplek .
Rasa mengantuk, oleh karena itu khusus untuk obat antihistamin, seperti CTM
dianjurkan kepada pasien yang meminum obat ini untuk tidak menjalankan
kendaraan atau mengoperasikan mesin.
V. Efek samping obat
Bila diketahui bahwa obat yang diberikan pada pasien mempunyai efek samping.,
beritahu pasien gejala sampingan apa yang dapat ditimbulkan oleh obat tersebut.
Sebagai contoh menggunakan salep penisilin atau salep 2-4, sebagai contoh
menggunakan salep penisilin atau salep 2-4, jika mengalami keadaan seperti gatal
dan timbul merah disekitar kulit karena alergi, dianjurkan untuk mengehentikan
pemakaian dan kembali ke puskesmas untuk berkonsultasi dengan dokter.
VI. Obat-obatan yang berinteraksi dengan kontrasepsi oral
Beberapa obat dapat mempengaruhi kerja kontrasepsi oral menjadi efektif, sebagai
contoh antibiotik. Oleh karena itu, tanyakan kepada pasien wanita apakah sedang
menggunakan pil KB. Beritahukan pada pasien, agar berhati-hati kemungkinan KB-
nya gagal. Contoh : rifampisin dapat mempengartuhi efektifitas Pil KB.
VII. cara menyimpan obat
Sarankan agar obat disimpan di tempat yang sejuk dan aman serta tidak mudah
dijangkau anak-anak.
ETIKA PELAYANAN
Petugas harus memperhatikan etika pelayanan kesehatan, terutama pada saat
penyerahan obat dan pemberian informasi, karena disamping perlu sopan santun
dan kesabaran dalam melayani pasien, juga karena pasien sebagai penderita
biasanya dalam keadaan tidak sehat atau kurang stabil emosi nya.
Kesadaran petugas bahwa pasien dan keluarganya perlu ditolong terlepas dari
status sosial, golongan dan agama atau kepercayaannya serta pengetahuan yang
terbatas. Pasien memerlukan bantuan agar tidak mengalami bahaya karena ke tidak
tahuannya tentang penyakit.
Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan dengan menggunakan bahasa indonesia atau kalau perlu bahasa daerah
setempat sehiggga pasien menerima dengan senang hati. Petugas yang ramah
akan memberikan semangat kesembuhan pada pasien, sehingga akan membantu
penyembuhan secara psikologis.
Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang
baik dan benar, serta pasien berhak dilindungi terhadap penyakit. Begitu juga
tentang penyampaian informasi yang menyangkut efek samping serta keadaan atau
tingkat keparahan penyakit pasien hendaklah disampaikan secara berhati-hati dan
agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sabaik-baiknya.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
6. Alur pelaporan
a). Format LPLPO merupakan format yang sudah disiapka dan dikirimkan dengan
e-mail oleh UPT.Farmasi kepada semua puskesmas di wiliyah kota tangerang
selatan. Petugas obat puskesmas memasukan data pemakaian obat dan perbekalan
kesehatan pada sub-sub unit pelayanan selama satu bulan yang sudah di
rekapitulasi oleh petugas gudang obat puskesmas, dan juga merupakan data
permintaan obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan puskesmas
untuk bulan berikutnya. Setelah semua data dimasukkan ke dalam format LPLPO,
petugas obat puskesmas mengirimkan format LPLPO yang sudah diisi tersebut
disertai dengan surat pengantar dari kepala puskesmas kepada UPT.Farmasi
melalui e-mail.
b). LPLPO dan surat pengantarnya di terima oleh UPT.Farmasi, selanjutnya diproses
dan menghasilkan data dan perbekalan kesehatan yang akan diberikan sesuai
dengan kebutuhan puskesmas dalam bentuk SBBK, selanjutnya UPT.Farmasi
mencetak LPLPO dan perbekalan kesehatan sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan untuk ditanda tangani oleh petugas obat dan kepala puskesmas.
c). LPLPO dan SBBK dibuat 2 (dua) rangkap, yakni :
1) Satu rangkap disimpan UPT.Farmasi
2) Satu rangkap diberikan kepada puskesmas
7. Periode pelaporan
Pelaporan pemakaian obat, penggunaan obat rasional, narkotika, psikotropika,
ketersediaan obat, vaksin indikator dilakukan secara periodik, setiap awal bulan
paling lambat tanggal 4 setiap bulannya dan untuk laporan pemakaian obat generik
dilaporkan setiap 3 bulan sekali.
BAB V
PENUTUP
Puskesmas :
Alamat :
Status Pasien :
Triwulan :
50
∑¿n A
Form 3.
Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan
Puskesmas :
Alamat :
BERITA ACARA
PEMERIKSAAN/PENELITIAN OBAT
KADALUWARSA/RUSAK/HILANG
NO:………………………………………
Demikian Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya sebanyak 2
(dua) rangkap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
……………………..20…….
Kepala Puskesmas
( )
Nip
Form -4
PUSKESMAS ……………………………………………………..
ALAMAT: …………………………………………………………..
BERITA ACARA
NO: …………………………………………………….
1. Nama :
NIP :
Jabatan : Kepala Puskesmas …………………………
2. Nama :
NIP :
Jabatan : Kepala UPT. Farmasi
Demikian Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya sebanyak 2
(dua) rangkap untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………….…20 ……
( ) ( )
NIP ………………………. NIP ……………………..
Form-5
( ) ( )
NIP NIP
Form-6
Puskesmas : Bulan:
Kab/Kota : Tahun:
Provinsi :
Tgl No Nama Umur Jumlah Antibiotik Nama Obat Dosis Lama Sesuai
Item Ya (1)/ Obat Pemakaian Pedoman
obat tidak (0) (hari) Ya/Tidak
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Total n Total item obat a=a/n b=b/n
Rarata item
obat?
Lembar resep
Presentase
AB(%)
Petugas,
( )
NIP
Form-7
Puskesmas : Bulan:
Kab/Kota : Tahun:
Provinsi :
Tgl No Nama Umur Jumlah Antibiotik Nama Obat Dosis Lama Sesuai
Item Ya (1)/ Obat Pemakaian Pedoman
obat tidak (0) (hari) Ya/Tidak
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Total n Total item obat a=a/n b=b/n
Rarata item
obat?
Lembar resep
Presentase
AB(%)
Petugas,
( )
NIP
Form-8
Puskesmas : Bulan:
Kab/Kota : Tahun:
Provinsi :
Tgl No Nama Umur Jumlah Antibiotik Nama Obat Dosis Lama Sesuai
Item Ya (1)/ Obat Pemakaian Pedoman
obat tidak (0) (hari) Ya/Tidak
a.
b.
c.
a.
b.
c.
Total n Total item obat a=a/n b=b/n
Rarata item
obat?
Lembar resep
Presentase
AB(%)
Petugas,
( )
NIP
Form-9
Jumlah Apoteker :
Jumlah Dokter :
Kab/Kota :
Provinsi :
% Penggunaan Antibiotik
% Penggunaan Antibiotik
% Penggunaan Injeksi
Rerata Item/ Lembar Peresepan
pada ISPA Non- pada Diare Non-Spesifik
pada Myalgia ISPA Diare Myalgia Rata-rata
Pneumonia
Petugas,
( )
NIP
Form-11
MONITORING PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI SARANA PELAYANAN
KESEHATAN
TAHUN 2016
PUSKESMAS :
NAMA PUSKESMAS :
ALAMAT :
STATUS PASIEN : UMUM
Form-14