Anda di halaman 1dari 19

MANAJEMEN BENCANA

“Mitigasi Tanah Longsor”

DISUSUN OLEH:
1. Amatullah Nabilah (NIM.PO.71.20.4.17.002)
2. Eka Nancy Larasati (NIM.PO.71.20.4.16.006)
3. Farah Nadhiah (NIM.PO.71.20.4.17.012)
4. Putri Maharani (NIM.PO.71.20.4.17.020)
5. Rizky Maulidina (NIM.PO.71.20.4.17.028)
6. Syafhira Oktariyanti (NIM.PO.71.20.4.17.033)
7. Ulfa Novliza (NIM.PO.71.20.4.17.037)

DOSEN PEMBIMBING :
H. Sukma Wicaturatmashudi, S.Kp., M.Kep., Sp. KMB

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIV KEPERAWATAN
TAHUN AJAR 2018/2019
Kata Pengantar

Segala puji syukur senantiasa penyusun panjatkan atas kehadiran


Tuhan YME, karena penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mitigasi Tanah Longsor” dengan tepat waktu. Makalah ini penyusun
susun sebagaimana materi yang terdapat di dalam mata kuliah
Manajemen Bencana. Materi tersebut penyusun ambil dari berbagai
sumber dan beberapa situs dari internet. Dengan demikian, para
pembaca bisa memperluas wawasannya, memahami dan
mengaplikasikan isi makalah dalam kehidupan sehari-hari.

Penyusun berharap makalah ini bisa membantu mahasiswa


dalam memahami mata kuliah Manajemen Bencana dan saran yang
membangun selalu penyusun harapkan dalam pembuatan makalah
berikutnya dan penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
dalam penyusunan makalah ini.

Palembang, 25 Maret 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi .................................................................................................... 3
B. Proses Terjadinya .................................................................................... 4
C. Faktor-faktor ........................................................................................... 5
D. Dampak ................................................................................................... 8
E. Usaha Menanggulangi ............................................................................. 8
F. Peringatan Dini........................................................................................ 10
G. Mitigasi ................................................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang
mengancam masyarakat Indonesia. Tahun 2014 data longsor yang tercatat
kurang lebih 355 kejadian, sedangkan di tahun 2013 terjadi 267 longsor
yang tercatat di Indonesia (geospasial.bnpb.go.id, 2014). Berdasarkan
catatan kejadian bencana alam tersebut, hampir semua pulau besar di
Indonesia memiliki kabupaten dan/atau kota yang berpotensi mengalami
ancaman tanah longsor. Meski kerugian yang diakibatkan oleh bencana
alam tanah longsor tidak sebanding jika dibandingkan dengan catatan
kerugian bencana alam lain di Indonesia, namun kewaspadaan dan proses
mengurangi risiko harus tetap diperhatikan. Seperti pada kejadian tanah
longsor di Cilebut, Jawa Barat 21 November 2012, selain 10 rumah warga
tertimbun, jalur kereta api Bogor – Jakarta juga tidak dapat dilalui sementara
waktu karena longsor mengenai rel kereta api di jalur tersebut
(news.okezone.com, 2012).
Longsor juga terjadi di Pengalengan pada tanggal 5 Mei 2015.
Korban tewas pada kejadian ini berjumlah empat orang, delapan orang
lainnya tertimbun, 55 KK/170 jiwa diungsikan, 10 rumah rusak parah, dan
pipa gas milik PT. Star Energy meledak (news.viva.co.id, 2015).
Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Banjarngara yang
memiliki daerah rawan longsor cukup tinggi. Data di BPBD Banjarnegara
menunjukkan peristiwa tanah longsor pada 2007 tercatat sebanyak 57 kali.
Jumlah kejadian meningkat pada 2008 yaitu menjadi 76 kali. Pada 2009
meningkat sebanyak 126 kali, dan pada 2010 meningkat tajam sebanyak 200
kali (beritassatu.com, 2014). Salah satu kejadian longsor di Banjarnegara
yang cukup menghebohkan masyarakat Indonesia terjadi pada tanggal 12
Desember 2014 lalu. Tanah longsor tersebut terjadi di Dusun Jemblung,

1
Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara,
Propinsi Jawa Tengah pada pukul 17.30 WIB. Korbanmeninggal dunia
sebanyak 93 orang serta 18 jiwa/korban tidak ditemukan atau hilang. Lima
orang luka berat dan sembilan orang luka ringan. Jumlah pengungsi pada
saat itu mencapai 668 jiwa. Kerugian materi akibat bencana longsor ini
adalah 150 unit rumah di Dusun Jemblung serta beberapa kendaraan roda
dua dan empat tertimbun tanah longsor (geospasial.bnpb.go.id, 2014).
Daerah rawan bencana alam tanah longsor dipengaruhi oleh faktor tata guna
lahan, topografi untuk menentukan kemiringan lereng, serta kondisi batuan
setempat yang mempengaruhi site effect di daerah tersebut. Tata guna lahan
di sekitar pergerakan tanah menjadi pemicu sejauh mana kerugian secara
materi jika terjadi tanah longsor. Akibat paling nyata dari bencana alam
tanah longsor adalah tertimbunnya desa atau kelompok masyarakat yang
hidup persis di atas atau di bawah bukit atau lereng yang kondisi tanahnya
labil.

B. RUMUSAN MASALAH
Definisi Mitigasi Bencana Tanah Longsor?
Faktor-faktor Penyebab Tanah Longsor?
Dampak Terjadinya Tanah Longsor?
Upaya Mengurangi Dampak Bencana?

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI BENCANA TANAH LONGSOR


Tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa
geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Berikut beberapa
dari tokoh yang telah dipublikasikan di beberapa pustaka:
1. Skempton dan Hutchinson (1969) tanah longsor atau gerakan tanah
didefinisikan sebagai gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan
atau batuan penyusun lereng akibat tergangguanya kestabilan tanah atau
batuan penyusun lereng tersebut.
2. Varnes (1978) mengusulkan terminologi gerakan lereng yang dianggap
lebih tepat untuk mendefinisikan longsoran, yaitu sebagai gerakan
material penyusun lereng ke bawah atau keluar lereng di bawah
pengaruh gravitasi bumi.
3. Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan agak kedap air
yang jenuh air. Dalam hal ini lapisan yang terdiri dari tanah liat atau
mengandung kadar tanah liat tinggi dan dapat juga berupa lapisan
batuan seperti napal liat (clay shale) setelah jenuh air akan bertindak
sebagai peluncur.
4. Cruden (1991) mengatakan longsoran sebagai pergerakan tanah suatu
massa batuan, tanah, atau bahan rombakan meterial penyusun lereng
(yang merupakan percampuran tanah dan batuan) menuruni lereng.

3
5. Brook dkk (1991) mengatakan bahwa tanah longsor adalah salah satu
bentuk dari gerak massa tanah, batuan dan runtuhan batuan/tanah yang
terjadi seketika yang bergerak menuju lereng-lereng bawah yang
dikendalikan oleh gaya gravitasi dan meluncur dari atas suatu lapisan
kedap yang jenuh air (bidang luncur). Oleh karena itu tanah longsor
dapat juga dikatakan sebagai bentuk erosi.
6. Selby (1993) menjelaskan longsoran hanya tepat diterapkan pada proses
pergerakan massa yang melalui bidang gelincir yang jelas.
7. Dwikorita (2005) longsor adalah gerakan menuruni atau keluar lereng
oleh massa tanah atau batuan penyusun lereng ataupun percampuran
keduanya sebagai bahan rombakan, akibat terganggunya kestabilan
tanah atau batuan penyusunnya.

B. PROSES TERJADINYA TANAH LONGSOR


Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang
jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat)
seteluh jenuh air akan bertindak sebagai peluncur lonsoran akan terjadi jika
terpenuhi 3 keadaan berikut:
1. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak
atau meluncur kebawah
2. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air
dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur
3. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas
kedap air tersebut menjadi jenuh
Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah
liat tinggi, atau dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay
shale) (Arsyad dalam Suripin, 2011:39).

4
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TANAH LONGSOR
Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng yang
megakibatkan terjadinya longsoran. Faktor - faktor tersebut semacam
kondisi-kondisi geologi dan hidrografi, topografi, iklim dan perubahan
cuaca. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada
lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat
jenis tanah batuan. Terdapat beberapa faktor penyebab tanah longsor,
diantaranya yaitu:
1. Jenis Tanah
Jenis tanah juga mempengaruhi penyebab terjadinya longsor.
Tanah yang mempunyai tekstur renggang, lembut yang sering disebut
tanah lempung atau tanah liat dapat menyebabkan longsoran. Apa lagi
ditambahan pada saat musin penghujan kemungkinan longsor akan lebih
besar pada tanah jenis ini. Hal ini dikarenakan ketebalan tanah tidak
lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu kontur tanah
ini mudah pecah jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika
terkena air yang mengakibatkan rentan pergerakan tanah.
2. Curah Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang
panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan
tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan munculnya pori-pori
atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak.
Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan
lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah
yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar
lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan

5
di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh
tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
3. Kemiringan Lereng
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya
pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai,
mata air, air laut, dan angin. Kemiringan lereng dinyatakan dalam
derajat atau persen. Kecuraman lereng 100 persen sama dengan
kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan,
makin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan,
dengan itu memperbesar energi angkut air. Klasifikasi kemiringan
lereng untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria
diantaranya yaitu lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai
berombak sampai bergelombang dengan kemiringan 8-15%, agak curam
berbukit dengan kemiringan 15-25%, curam sampai sangat curang 25-
40%, sangat curam dengan kemiringan >40%. Wilayah yang kemiringan
lereng antara 0-15% akan stabil terhadap kemungkinan longsor,
sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan
rawan gempa bumi semakin besar.
4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan
oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun
seperti lapangan, pertanian, dan permukiman. Permukiman yang
menutupi lereng dapat mempengaruhi penstabilan yang negatif maupun
positif. Sehingga tanaman yang disekitarnya tidak dapat menopang air
dan meningkatkan kohesi tanah, atau sebaliknya dapat memperlebar
keretakan dalam permukaan baruan dan meningkatkan peresatan.
Penggunaan lahan seperti persawahan, perladangan, dan adanya
genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya
kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi
lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar

6
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan
umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
5. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi,
ledakan,getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang
ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah
menjadi retak.
6. Susut muka air danau atau bendungan Akibat susutnya muka air yang
cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut
kemiringan waduk 220ᵒ mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah
yang biasanya diikuti oleh retakan.
7. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng,
dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor,
terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke
arah lembah.
8. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing.
Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing
akan menjadi terjal.
9. Adanya material timbunan pada tebing Untuk mengembangkan dan
memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing
dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum
terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya.
Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.

7
D. DAMPAK-DAMPAK TERJADINYA TANAH LONGSOR
1. Dampak Positif :
1. Ketika terjadi bencana seperti tanah longsor ini bisa meningkatkan
kesadaran diri supaya tidak terjadi lagi penebangan hutan dan
memperluas lahan.
2. Meningkatkan kepedulian terhadap korban bencana dan kepedulian
terhadap sesama secara umumnya.
3. Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi masyarakat yang tinggal
di daerah yang rawan tehadap tanah longsor.
4. Bisa menjadikan motivasi dan penelitian oleh para ahli geologi apa
yang bisa menyebabkan tanah longsor terjadi.
2. Dampak Negatif :
a. Mengakibatkan rumah-rumah masyarakat yang tinggal di area tanah
longsor kehilangan tempat tinggal.
b. Mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
c. Memutus jalur transportasi ketika tanah longsor menimbun jalanan
utama.
d. Mengakibatkan perekonomian tersendat di daerah yang terjadi tanah
longsor.
e. Kerugian bagi Negara karena infrastuktur yang tertimbun oleh tanah
longsor

E. USAHA MENANGGULANGI DAMPAK TANAH LONGSOR


1. Strategi penanggulangan bencana longsor sebagai berikut:
a. Mengenali daerah yang rawan terjadinya tanah longsor. Terutama di
sekitar lereng yang curam.
b. Jangan Bangun Pemukiman atau fasilitas di daerah yang rawan
bencana terutama bencana tanah longsor
c. Menjaga Drainase Fungsi drainase adalah untuk menjauhkan air dari
lereng, menghidari air meresap ke dalam lereng atau menguras air

8
ke dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar
jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah
d. Membuat terasering dengan sistem drainase yang tepat. drainase
pada teras - teras dijaga jangan sampai menjadi jalan meresapkan air
ke dalam tanah
e. Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan
jarak tanam yang tepat. Hal ini untuk bisa menahan air sehingga
bencana tanah longsor bisa di minimalisir.
f. Jika ingin mendirikan bangunan, gunakan fondasi yang kuat.
sehingga akan kokoh saat terjadi bencana
g. Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air masuk secara
cepat kedalam tanah. h. Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan
batuan (rock fall).
2. Upaya yang dapat dilakukan dalm penanggulangan bahaya longsor
(Nandi, 2007) adalah sebagai berikut:
a. Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas
di dekat permukiman
b. Buatlah terasering
c. Segera menutup retakan dan dipadatkan agar air tidak masuk ke
dalam tanah memalui retakan .
d. Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
e. Jangan menebang pohon di lereng.
f. Jangan membangun rumah di bawah tebing.
g. Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yag terjal.
h. Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
i. Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
3. Tindakan-tindakan praktis dalam pengelolaan tanah yang baik dalam
menunjang Usaha Konservasi (A.G Kartasapoetra, 2005: 120-121)
a. Berdaya upaya agar permukaan tanah tetap tertutupi tanaman-
tanaman pelindungnya sehingga kandungan bahan organiknya dapat

9
dipertahankan atau tidak terangkut bersama aliran air permukaan
(run off).
b. Segala tindakan atau perlakuan dalam melakukan pengelolaan tanah
(seperti membajak, menggaru, menyiapkan bedengan pembibitan,
membuat larikan-larikan bagi pertanaman) harus sejajar dengan
garis kontur , searah dengan garis itu atau menyilang lahan, jadi
hendaknya jagan sampai mengikuti arah lereng dari atas ke bawah.
c. Menanami lahan yang mempunyai kemiringan dengan cara/sistem
kontur ganti berganti dengan cara strip cropping, dengan cara
demikian akan dapat dipertahankan dengan baik.
d. Dalam menghadapi tanah yang mempunyai kemiringan, hendaknya
tanah-tanah yang demikian dibantu dengan pembuatan sengkedan-
sengkedan (terassering) karena pembuatan teras-teras sangat
membantu mengurangi lajunya run off dan aliran permukaan yang
lamban sangat kurang daya kemampuannya untuk memindahkan
atau menghanyutkan lapisan top soil.
e. Mencegah timbulnya alur-alur pada permukaan tanah yaitu dengan
pembuatan chek dam, menanami permukaan tanah dengan tanaman-
tanaman penutup yang dapat tumbuh rapat dan tindakan-
tindakannya seperti sheet erosion dan gully erosion.

F. PERINGATAN DINI TANAH LONGSOR


Teknik peringatan dini dalam memitigasi tanah longsor secara umum dapat
diketahui sebagai berikut (disesuaikan dengan jenis potensi tanah longsor
yang ada):
1. Adanya retakan-retakan tanah pada lahan (pertanian, hutan, kebun,
pemukiman) dan atau jalan yang cenderung semakin besar, dengan
mudah bisa dilihat secara visual.
2. Adanya penggelembungan/amblesan pada jalan aspal - terlihat secara
visual.

10
3. Pemasangan penakar hujan di sekitar daerah rawan tanah longsor.
Apabila curah hujan kumulatif secara berurutan selama 2 hari melebihi
200 mm sedangkan hari ke-3 masih nampak telihat akan terjadi hujan
maka masyarakat harus waspada.
4. Adanya rembesan air pada kaki lereng, tebing jalan, tebing halaman
rumah (sebelumnya belum pernah terjadi renbesan) atau aliran
rembesannya (debit) lebih besar dari sebelumnya.
5. Adanya pohon yang posisinya condong kearah bawah bukit.
6. Adanya perubahan muka air sumur (pada musim kemarau air sumur
kering, pada musim penghujan air sumur penuh).
7. Adanya perubahan penutupan lahan (dari hutan ke non-hutan) pada
lahan berlereng curam dan kedalaman lapisan tanah sedang.
8. Adanya pemotongan tebing untuk jalan dan atau perumahan pada lahan
berlereng curam dan lapisan tanah dalam.

G. MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR


1. Urgensi Pendidikan Mitigasi Bencana
NKRI sebagai negara dengan tingkat kerentanan dan frekuensi yang
tinggi terjadinya bencana, dengan luas wilayah yang luas, lautan
maupun daratan dan penduduk terbesar keempat di dunia setelah RRT,
India, dan Amerika Serikat. Potensi ancaman bencana alam di lndonesia
mulai dari tsunami, tanah longsor, badai siklon, banjir, tetapi juga
kekeringan yang berakibat pada kebakaran hutan ketika ada fenomena
El Nino. Kondisi yang ada di masyarakat kita masih banyak yang belum
tersentuh pemahaman tentang mitigasi bencana. Sebagaimana telah
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Secara substansi adalah usaha menciptakan
masyarakat yang sadar dan tanggap bencana dengan melalui pendidikan
baik formal maupun non formal. Arti penting pendidikan mitigasi
bencana dapat dilakukan secara formal melalui jalur pendidikan sesuai
ketentuan pemerintah. Contohnya: melalui desain kurikulum sekolah,

11
implementasi sederhananya bisa seperti melalui poster-poster dan
slogan maupun dengan media lain yang mendukung. Secara informal
dapat melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan, forum temu warga
ataupun kelompok- kelompok komunitas yang difasilitasi instansi
terkait (BNPB) sebagai pembina ataupun komunikator masalah
kebencanaan.
2. Tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor (Nandi, 2007)
1. Pemetaan Menyajikan informasi visual tentang kerawanan bencana
alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat
dan atau pemerintah/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk
melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.
2. Penyelidikan Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana
sehingga dapat digunakan dalam perncanaan penanggulangan
bencana dan rencana penggembangan wilayah.
3. Pemeriksaan Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi
bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara
penanggulangannya.
4. Pemantauan Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada
daerah strategis secara ekonomi dan jasa agar diketahui secara dini
tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat
tinggat di daerah tersebut.
5. Sosialisasi
Memberikan pemahaman kepada pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota atau masyarakat umum, tentang bencana
alam tanah longsor dan akibat yang ditibulkannya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain mengirimkan poster,
booklet dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada
masyarakat dan aparat pemerintah.

12
6. Pemeriksaan bencana longsor
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana
dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda
bencana tanah longsor.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah
perbukitan di daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh
gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong
terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah longsor terjadi akibat
adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor yang merupakan batas
bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006: 2).
Longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya suatu volume tanah diatas
suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri dari tanah liat
(mengandung kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai
peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut: adanya lereng
yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah. adanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air
dan lunak, yang akan menjadi bidang luncur dan adanya cukup air dalam tanah
sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air tersebut menjadi jenuh.
Karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi menjadi lima
macam antara lain : jatuhan (falls), Robohan (topples), longsoran (slides),
sebaran (spreads), aliran (flows). Data Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, sebanyak 275 kabupaten/kota rawan longsor pada tahun ini.
BNPB telah membagikan peta zonasi daerah rawan bencana kepada
pemerintah daerah. Zonasi itu terbagi menjadi tiga, warna hijau potensi longsor
rendah, warna oranye potensi longsor sedang, dan warna merah potensi longsor
tinggi. Oleh karena itu perlu adanya mitigasi bencana longsor melihat kondisi
Indonesia yang rawan longsor maka tahap Mitigasi Bencana Tanah longsor
yang dapat dilakukan (Nandi, 2007) meliputi: pemetaan, penyelidikan,
pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi, dan pemeriksaan bencana longsor.

14
B. SARAN
1. Perlu diupayakan usaha-usaha meningkatkan kewaspadaan dalam
mengahadapi bencana dengan mengusahakan adanya pemasangan suatu
system peringatan dini yang baik, murah, dan mudah.
2. Perlu dilakukan usaha-usaha untuk lebih meningkatkan pemahaman
masyarakat tentang bencana alam melalui pelatihan dan sosialiasi serta
dapat juga dengan memberi pelajaran dan pengetahuan tentang bencana
alam yang diperkenalkan dan ditanamkan sejak usia dini atau dimulai dari
usia sekolah dasar
3. Perlunya peningkatan jumlah desa tanggap bencana sehingga seluruh desa
yang berpotensi rawan longsor merupakan desa tanggunh bencana.

15
DAFTAR PUSTAKA

Jayanti, W.E.D., dkk. 2017. Makalah Kelompok Kebencanaan Tanah Longsor.


https://www.academia.edu/33781115/Makalah_Tanah_Longsor. Diakses
pada tanggal 25 Maret 2019.

Paimin, dkk. 2009. Teknik Mitigasi Banjir Dan Tanah Longsor.


file:///C:/Users/User/ Downloads/Tehnik-Mitigasi-dan-Tanah-
Longsor.pdf.Diakses pada tanggal 25 Maret 2019.

Rahman, A.Z. 2015. Kajian Mitigasi Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjar
Negara, Vol.1, No.1. https://ejournal.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 25
Maret 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai