DISUSUN OLEH :
BEKASI
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Teori
a. Definisi Bronchopneumonia
c. Etiologi
1) Bakteri
Organisme gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2000)
5) Aspirasi benda asing
6) Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C, 2000)
d. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan
sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2000)
e. Pathway
(Smeltzer, Suzanne C, 2000)
Jamur, virus, bakteri, protozoa
Penderita sakit berat
yang dirawat di RS
Penderita dengan supresi
sistem kekebalan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Saluran napas bagian bawah
Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus
Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk
Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Gangguan rasa
Peningkatan nyaman nyeri Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat
g. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ngastiah (2008), yaitu sebagai berikut :
1) Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
2) Laboratorium
Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial
Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
h. Komplikasi
1) Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2) Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3) Otitis Media Acute
4) Infeksi sitemik
5) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
i. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2008), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya maka
biasanya diberikan :
1) Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70 mg/kgbb/hari
atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti Ampicillin,
pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
2) Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq / 500 ml/ botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan
dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri.
4) Penatalaksanaan terapeutik
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Istirahat.
c. Nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
5) Penatalaksanaan medis umum.
a. Farmakoterapi
- Antibiotik (diberikan secara intravena)
- Ekspektoran.
- Antipiretik.
- Analgetik.
b. Terapi O 2 dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan postural.
j. Pencegahan
1. Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.
2. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan pemberian ASI
4. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.
c. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak
nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil, akral teraba panas.
d. Tujuan (SMART)
1. S (Spesifik)
Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
2. M (Measurable)
Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien : dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau
3. A (Achievable)
Tujuan harus dicapai
4. R (Reasonable)
Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
5. T (Time)
Tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktu yang ditentukan
e. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Ketidakefektif Tujuan dan Mandiri :
an bersihan kriteria hasil : 1. Observasi TTV 1. Memberi informasi
jalan nafas setelah terutama respiratory tentang pola pernafasan
berhubungan dilakukan rate pasien, tekanan darah,
dengan asuhan nadi, suhu pasien.
peningkatan keperawatan 2. Auskultasi area dada 2. Crekcels, ronkhi dan
produksi selama (…x…) atau paru, catat hasil mengi dapat terdengar
sputum diharapkan jalan pemeriksaan saat inspirasi dan
ditandai nafas pasien ekspirasi pada tempat
dengan adanya efektif dengan konsolidasi sputum
ronchi, dan kriteria hasil : 3. Latih pasien batuk 3. Memudahkan bersihan
ketidakefektifa a. jalan nafas efektif dan nafas jalan nafas dan
n batuk. paten dalam ekspansi maksimum
b. tidak ada paru
bunyi nafas 4. Lakukan suction 4. Mengeluarkan sputum
tambahan sesuai indikasi pada pasien tidak sadar
c. tidak sesak atau tidak mampu
d. RR normal batuk efektif
(35 - 5. Memberi posisi 5. Meningkatkan ekspansi
40x/menit) semifowler atau paru
e. tidak ada supinasi dengan
penggunaan elevasi kepala
otot bantu 6. Anjurkan pasien 6. Air hangat dapat
nafas minum air hangat memudahkan
f. tidak ada Kolaborasi : pengeluaran secret
pernafasan 7. Bantu mengawasi 7. Memudahkan
cuping efek pengobatan pengenceran dan
hidung nebulizer dan pembuangan secret
fisioterapi nafas
lainnya
8. Berikan obat sesuai 8. Proses medika mentosa
indikasi, seperti dan membantu
mukolitik, mengurangi
ekspektoran, bronkospasme
bronkodilator,
analgesic
9. Berikan O2 lembab 9. Mengurangi distress
sesuai indikasi respirasi
2. Gangguan Setelah Mandiri :
pertukaran gas dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Memberi informasi
berhubungan asuhan (..x..) kedalaman, tentang pernapasan
dengan proses diharapkan kemudahan pasien.
infeksi pada ventilasi pasien bernapas pasien.
jaringan paru tidak terganggu 2. Observasi warna 2. Kebiruan menunjukkan
(perubahan dengan Kriteria kulit, membran sianosis.
membrane Hasil : mukosa bibir.
alveoli) a. GDA dalam 3. Berikan lingkungan 3. Untuk membuat pasien
ditandai rentang sejuk, nyaman, lebih nyaman.
dengan normal ventilasi cukup.
sianosis, PaO2 ( PO2 = 80 – 4. Tinggikan kepala, 4. Meningkatkan inspirasi
menurun, 100 mmHg, anjurkan napas dan pengeluaran sekret.
sesak nafas. PCO2 = 35 – dalam dan batuk
45 mmHg, efektif.
pH = 7,35 – 5. Pertahankan 5. Mencegah terlalu letih.
7,45, istirahat tidur.
SaO2 = 95 – Kolaborasi :
99 %), 6. Kolaborasikan 6. Mengevaluasi proses
b. tidak ada pemberian oksigen penyakit dan
sianosis mengurangi distres
c. pasien tidak respirasi.
sesak dan 7. Kolaborasikan 7. Mengetahui hasil
rileks pemeriksaan lab pemeriksaan lab (PO2,
(GDA) PCO2, pH, SaO2) pada
pasien apakah dalam
rentang normal
3. Hipertermi Setelah Mandiri :
berhubungan dilakukan 1. Kaji suhu tubuh 1. Data untuk menentukan
dengan asuhan pasien intervensi
inflamasi keperawatan 2. Pertahankan 2. Menurunkan suhu
terhadap selama (...x...) lingkungan tetap tubuh secara radiasi
infeksi saluran diharapkan suhu sejuk
nafas ditandai pasien turun 3. Berikan kompres 3. Menurunkan suhu
dengan atau normal hangat basah pada tubuh secara konduksi
peningkatan (36,5 – 37,5°C) ketiak, lipatan paha,
suhu tubuh, dengan Kriteria kening (untuk
mengigil, Hasil : sugesti)
akral teraba a. pasien tidak 4. Anjurkan pasien 4. Peningkatan suhu
panas. gelisah untuk banyak tubuh mengakibatkan
b. pasien tidak minum penguapan cairan tubuh
menggigil meningkat, sehingga
c. akral teraba diimbangi dengan
hangat intake cairan yang
d. warna kulit banyak
tidak ada 5. Anjurkan 5. Pakaian yang tipis
kemerahan. mengenakan mengurangi penguapan
pakaian yang cairan tubuh
minimal atau tipis
Kolaborasi :
6. Berikan antipiretik 6. Antipiretik efektif
sesuai indikasi untuk menurunkan
demam
7. Berikan antimikroba 7. Mengobati organisme
jika disarankan penyebab
C. Daftar Pustaka
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002
Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997
Nettina, Sandra M.(2010).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica.
Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2010
Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika;2000
Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia: WB
Saunders Company