Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


MASALAH KESEHATAN BRONCHOPNEUMONIA
DI RUANG PICU RSUD BEKASI

DISUSUN OLEH :

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANI SALEH

BEKASI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MASALAH KESEHATAN


BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG PICU RSUD BEKASI

A. Konsep Teori

a. Definisi Bronchopneumonia

Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah


dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak - bercak yang disebabkan oleh bermacam - macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing. (Price Sylvia A, 2010)
Bronchopneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal
dari bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
(Tjokronegoro, 2008)
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara
anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan
bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri, virus,
jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping hidung,
sianosis sekitar hidung/mulut). (Smeltzer, Suzanne C, 2008)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah radang paru - paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru - paru yang ditandai dengan adanya bercak - bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing.

b. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


1. Anatomi Sistem Respirasi
1) Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan
oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu - bulu untuk menyaring udara,
debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis
superior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk menghangatkan udara.
2) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan.
Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut
sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat,
juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening. Pada kiri dan kanan dari
faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring dibagi dalam 3 bagian :
a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan konka
b) Orofaring, bagian tengah yang tingginya sarna dengan istmus fausium.
c) Laring ofaring, bagian bawah
3) Laring
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara.
Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita
suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
4) Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri
dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama - sama dengan udara pernapasan.
5) Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang
lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung
paru yang disebut alveolli.
6) Paru - Paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah
dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Paru - paru di bagi dua, yaitu
a. Paru - paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus media, dan
lobus inferior. Paru - paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus
superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior.
b. Paru - paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Paru - paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada lobus superior, dan 5
segmen pada lobus inferior.
Paru paru dibungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pleura visceral, yaitu selaput yang membungkus paru - paru
b. Pleura parietal, yaiut selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura, dan berisi
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya dan
menghindari gesekan antara dinding dada pada saat bernapas.
2. Fisiologi sistem respirasi
Udara bergerak masuk dan keluar paru - paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot - otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas
dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga - iga. (Price,
2010)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru - paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga
toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan
antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar
dari paru - paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada
akhir ekspirasi. (Price, 2010)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas - gas
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus
maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg.
Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi
tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap
air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih
rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida
ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir. (Price, 2010)
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di
kapiler darah paru - paru dan alveolus berlangsung kira - kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru - paru
normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, seperti
fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium
mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama.
Menurut P.M. Mowschenson (2008), fungsi pernapasan adalah sebagai berikut :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel - selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa
oleh darah ke paru - paru untuk dibuang.
3) Menghangatkan dan melembabkan udara.

c. Etiologi
1) Bakteri
Organisme gram positif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan
streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4) Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2000)
5) Aspirasi benda asing
6) Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya bronchopnemonia adalah daya tahan
tubuh yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit
menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna. (Smeltzer, Suzanne C, 2000)

d. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh
virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi
peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan
sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila
penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah
kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura.
Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari
pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia,
acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas. (Smeltzer, Suzanne C, 2000)
e. Pathway
(Smeltzer, Suzanne C, 2000)
Jamur, virus, bakteri, protozoa
 Penderita sakit berat
yang dirawat di RS
 Penderita dengan supresi
sistem kekebalan tubuh
 Kontaminasi peralatan RS
Saluran napas bagian bawah

Peningkatan produksi Bronchiolus


Stimulasi chemoreseptor
secret
hipotalamus

Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus

Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk

Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Gangguan rasa
Peningkatan nyaman nyeri Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat

Perangsangan RAS Resiko penyebaran O2 kejaringan


menurun Cairan tubuh
infeksi
berkurang

Susah tidur Distensi abdomen Kelemahan


Defisit volume
cairan

Perubahan pola tidur Muntah, anoreksia Intoleransi


aktifitas
Ancaman kehidupan
Metabolisme Kompensasi
meningkat cadangan lemak
digunakan tubuh
Ansietas (orang tua)
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan tumbang Penurunan status gizi
f. Tanda dan Gejala

1) Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan


a) Nyeri pleuritik
b) Nafas dangkal dan mendengkur
c) Takipnea
2) Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a) Mengecil, kemudian menjadi hilang
b) Krekels, ronki, egofoni
3) Gerakan dada tidak simetris
4) Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium
5) Diafoesis
6) Anoreksia
7) Malaise
8) Batuk kental, produktif
Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
9) Gelisah
10) Sianosis
a) Area sirkumoral
b) Dasar kuku kebiruan
11) Masalah - masalah psikososial : disorientasi, ansietas.

g. Pemeriksaan Diagnostik
 Menurut Ngastiah (2008), yaitu sebagai berikut :
1) Foto thorax
Pada foto thorax Bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi
pada satu atau beberapa lobus.
2) Laboratorium
 Terjadi leukositosis pada pneumonia bakterial
 Nilai analisa gas darah : untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
 Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
 Pewarnaan gram : untuk seleksi awal anti mikroba
 Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti virus
3) Tes kulit untuk tuberkulin : untuk mengesampingkan kemungkinan terjadi
tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
4) Tes fungsi paru : digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas
dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki keadaan.
5) Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi

h. Komplikasi

Menurut Ngastiyah (2008), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani


dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :

1) Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2) Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3) Otitis Media Acute
4) Infeksi sitemik
5) Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

i. Penatalaksanaan
Menurut Ngastiyah (2008), Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, tetapi karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu therapy secepatnya maka
biasanya diberikan :
1) Penisillin 50.000 U/ kgbb/hari, ditambah dengan chloramfenicol 50-70 mg/kgbb/hari
atau diberkan antibiotic yang mempunyai spectrum luas seperti Ampicillin,
pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari
2) Pemberian oksigen, fisioterafi dada dan cairan intravena biasanya diperlukan
campuran glucose dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl
10 mEq / 500 ml/ botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan
dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri.
4) Penatalaksanaan terapeutik
a. Menjaga kelancaran pernafasan.
b. Istirahat.
c. Nutrisi dan cairan.
d. Mengontrol suhu.
e. Mencegah komplikasi/gangguan rasa aman dan nyaman.
5) Penatalaksanaan medis umum.
a. Farmakoterapi
- Antibiotik (diberikan secara intravena)
- Ekspektoran.
- Antipiretik.
- Analgetik.
b. Terapi O 2 dan nebulisasi aerosol.
c. Fisioterapi dada dengan postural.

j. Pencegahan
1. Hindari anak dari paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang berpotensi
penularan.
2. Hindari kontak anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan pemberian ASI
4. Segera berobat jika terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas Klien
a) Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
b) Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
c) Ayah meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
d) Ibu meliputi : nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
2) Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Provocative
Provocative yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan
utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius atas.
b) Qualitas/quantitas
Qualitas/quantitas yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya
seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan yang dirasakan
yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.
c) Region/radiasi
Region/radiasi yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia biasanya
sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
d) Severity scale
Severity scale yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh.
Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat diikuti oleh
demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
e) Timing
Timing yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada pasien
bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan aktifitas
yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana, reaksi
anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi anak),
pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan medis
(operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat infeksi
saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar menelan,
mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti
malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain- lain, penyakit
yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit keturunan dan lain-
lain.
6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan
 Riwayat Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
a) Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
b) Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
c) Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi TT 2
kali selama kehamilan
 Riwayat Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score,
berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi janin
waktu lahir.
 Riwayat Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi,
kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera setelah
lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu.
7) Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti
tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.

b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


1. Keadaan umum
- Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar kepala atas
dan lingkar dada
- Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
- Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
- Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
- Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
- Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna sklera mata
bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
- Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap area
intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan membran
mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui adanya masa,
pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi dan fokal fremitus
- Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
- Auskultasi : untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi, kualitas,
tipe dan adanya bunyi tambahan.
- Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu, pernafasan cepat
dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot tambahan,
suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk dengan produksi sputum.
4. Sistem kardiovaskuler
- Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra anemis atau
tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi: seluruh dada terhadap
impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi dan oedema perifer
- Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
- Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan jantung.
- Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda sianosis pada
mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
- Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan
gerakan abdomen.
- Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus yang
dihasilkan
- Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan pekak
hati.
- Palpasi : untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi
subkutan dan organ abdomen.
- Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah, penurunan
berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
- Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
- Perkusi : mengetahui refleks pasien.
- Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila suhu
terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan kesadaran.
7. Sistem muskulo skeletal
- Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas.
- Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
- Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
- Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan, tonus
otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
 Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan
keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

c. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO2 menurun, sesak
nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil, akral teraba panas.

d. Tujuan (SMART)
1. S (Spesifik)
Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda
2. M (Measurable)
Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien : dapat
dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau
3. A (Achievable)
Tujuan harus dicapai
4. R (Reasonable)
Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
5. T (Time)
Tujuan keperawatan tercapai dalam jangka waktu yang ditentukan
e. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Ketidakefektif Tujuan dan  Mandiri :
an bersihan kriteria hasil : 1. Observasi TTV 1. Memberi informasi
jalan nafas setelah terutama respiratory tentang pola pernafasan
berhubungan dilakukan rate pasien, tekanan darah,
dengan asuhan nadi, suhu pasien.
peningkatan keperawatan 2. Auskultasi area dada 2. Crekcels, ronkhi dan
produksi selama (…x…) atau paru, catat hasil mengi dapat terdengar
sputum diharapkan jalan pemeriksaan saat inspirasi dan
ditandai nafas pasien ekspirasi pada tempat
dengan adanya efektif dengan konsolidasi sputum
ronchi, dan kriteria hasil : 3. Latih pasien batuk 3. Memudahkan bersihan
ketidakefektifa a. jalan nafas efektif dan nafas jalan nafas dan
n batuk. paten dalam ekspansi maksimum
b. tidak ada paru
bunyi nafas 4. Lakukan suction 4. Mengeluarkan sputum
tambahan sesuai indikasi pada pasien tidak sadar
c. tidak sesak atau tidak mampu
d. RR normal batuk efektif
(35 - 5. Memberi posisi 5. Meningkatkan ekspansi
40x/menit) semifowler atau paru
e. tidak ada supinasi dengan
penggunaan elevasi kepala
otot bantu 6. Anjurkan pasien 6. Air hangat dapat
nafas minum air hangat memudahkan
f. tidak ada  Kolaborasi : pengeluaran secret
pernafasan 7. Bantu mengawasi 7. Memudahkan
cuping efek pengobatan pengenceran dan
hidung nebulizer dan pembuangan secret
fisioterapi nafas
lainnya
8. Berikan obat sesuai 8. Proses medika mentosa
indikasi, seperti dan membantu
mukolitik, mengurangi
ekspektoran, bronkospasme
bronkodilator,
analgesic
9. Berikan O2 lembab 9. Mengurangi distress
sesuai indikasi respirasi
2. Gangguan Setelah  Mandiri :
pertukaran gas dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Memberi informasi
berhubungan asuhan (..x..) kedalaman, tentang pernapasan
dengan proses diharapkan kemudahan pasien.
infeksi pada ventilasi pasien bernapas pasien.
jaringan paru tidak terganggu 2. Observasi warna 2. Kebiruan menunjukkan
(perubahan dengan Kriteria kulit, membran sianosis.
membrane Hasil : mukosa bibir.
alveoli) a. GDA dalam 3. Berikan lingkungan 3. Untuk membuat pasien
ditandai rentang sejuk, nyaman, lebih nyaman.
dengan normal ventilasi cukup.
sianosis, PaO2 ( PO2 = 80 – 4. Tinggikan kepala, 4. Meningkatkan inspirasi
menurun, 100 mmHg, anjurkan napas dan pengeluaran sekret.
sesak nafas. PCO2 = 35 – dalam dan batuk
45 mmHg, efektif.
pH = 7,35 – 5. Pertahankan 5. Mencegah terlalu letih.
7,45, istirahat tidur.
SaO2 = 95 –  Kolaborasi :
99 %), 6. Kolaborasikan 6. Mengevaluasi proses
b. tidak ada pemberian oksigen penyakit dan
sianosis mengurangi distres
c. pasien tidak respirasi.
sesak dan 7. Kolaborasikan 7. Mengetahui hasil
rileks pemeriksaan lab pemeriksaan lab (PO2,
(GDA) PCO2, pH, SaO2) pada
pasien apakah dalam
rentang normal
3. Hipertermi Setelah  Mandiri :
berhubungan dilakukan 1. Kaji suhu tubuh 1. Data untuk menentukan
dengan asuhan pasien intervensi
inflamasi keperawatan 2. Pertahankan 2. Menurunkan suhu
terhadap selama (...x...) lingkungan tetap tubuh secara radiasi
infeksi saluran diharapkan suhu sejuk
nafas ditandai pasien turun 3. Berikan kompres 3. Menurunkan suhu
dengan atau normal hangat basah pada tubuh secara konduksi
peningkatan (36,5 – 37,5°C) ketiak, lipatan paha,
suhu tubuh, dengan Kriteria kening (untuk
mengigil, Hasil : sugesti)
akral teraba a. pasien tidak 4. Anjurkan pasien 4. Peningkatan suhu
panas. gelisah untuk banyak tubuh mengakibatkan
b. pasien tidak minum penguapan cairan tubuh
menggigil meningkat, sehingga
c. akral teraba diimbangi dengan
hangat intake cairan yang
d. warna kulit banyak
tidak ada 5. Anjurkan 5. Pakaian yang tipis
kemerahan. mengenakan mengurangi penguapan
pakaian yang cairan tubuh
minimal atau tipis
 Kolaborasi :
6. Berikan antipiretik 6. Antipiretik efektif
sesuai indikasi untuk menurunkan
demam
7. Berikan antimikroba 7. Mengobati organisme
jika disarankan penyebab
C. Daftar Pustaka
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002
Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997
Nettina, Sandra M.(2010).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba
Medica.
Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2010
Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Staf Pengajar FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika;2000
Wong and Whaley. ( 1995 ). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia: WB
Saunders Company

Anda mungkin juga menyukai