Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes sudah dikenal sejak berabad-abad sebelum Masehi. Pada
Papyrus Ebers di Mesir kurang lebih 1500 SM, digambarkan adanya
penyakit dengan tanda-tanda banyak kencing. Kemudian Celsus atau
Paracelsus ± 30 th SM juga menemukan penyakit itu, tapi baru 200 tahun
kemudian, Aretaeus menyebutnnya sebagai penyakit aneh dan menamai
penyakit itu diabetes dari kata diabere yang berarti siphon atau tabung
untuk mengalirkan cairan dari suatu tempat ketempat lain. Dia
menggambarkan penyakit itu sebagai melelehnya daging dan tungkai
kedalam urin. Cendekiawan Cina dan India pada abad 3 sampai 6 Masehi
juga menemukan penyakit ini, malah mereka mengatakan bahwa urine
pasien rasanya manis. Tahun 1674 Willis melukiskan urin tadi seperti
digelimangi madu dan gula, maka semenjak itu nama penyakit tersebut
ditamba kata mellitus yang berarti madu (FKUI, 2011)
Saat ini diabetes mellitus merupakan penyakit degenerative yang
diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya. Pada tahun 2003
prevalensi diabetes didunia diperkirakan 194 juta, jumlah ini kemungkinan
mencapai 333 juta ditahun 2025. Data dari Departemen Kesehatan RI
tahun 2007 menyebutkan prevalensi DM secara nasional mencapai 5,7%
(FKUI, 2011).
Melihat tendensi kenaikan prevalensi diabetes secara global yang
disebabkan karena peningkatan kemakmuran suatu populasi, maka dengan
demikian dapat dimengerti bila suatu saat atau lebih tepat lagi dalam kurun
waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM Tipe 2 di
Indonesia akan meningkat dengan drastis, yang disebabkan oleh beberapa
faktor :
a. Faktor keturunan (genetik)
b. Faktor kegemukan/obesitas

Page | 1
1) Perubahan gaya hidup dari tradisional ke gaya hidup barat
2) Makan berlebihan
3) Hidup santai, kurang gerak badan
c. Faktor Demografi
1) Jumlah penduduk meningkat
2) Urbanisasi
3) Penduduk berumur diatas 40 tahun meningkat
d. Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi.(FKUI, 2011).
Jumlah penyandang diabetes terutama diabetes Tipe 2 makin
meningkat di seluruh dunia terutama di negara berkembang karena
perubahan gaya hidup salah yang menyebabkan obesitas. Faktor urbanisasi
dan meningkatnya pelayanan kesehatan merupakan faktor penting juga
karena usia menjadi lebih panjang. Untuk pertama kalinya Indonesia
mempunyai data nasional prevalensi diabetes untuk daerah urban sebesar
5,7%, berkat penelitian yang baru saja selesai dilakukan oleh Litbangkes
Depkes. (FKUI, 2011)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit diabetes mellitus
tipe 2 dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
penyakit tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi dari DM Tipe 2
b. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi DM Tipe 2
c. Mahasiswa mampu memahami tentang faktor resiko DM Tipe 2
d. Mahasiswa mampu memahami tentang manifestasi klinis DM
Tipe 2
e. Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologis DM Tipe 2
f. Mahasiswa mampu memahami tentang pathway DM Tipe 2
g. Mahasiswa mampu memahami tentang komplikasi DM Tipe 2

Page | 2
h. Mahasiswa mampu memahami tentang pemeriksaan penunjang
DM Tipe 2
i. Mahasiswa mampu memahami tentang penatalaksanaan DM Tipe
2, meliputi penatalaksanaan medis, keperawatan dan diet.
j. Mahasiswa mampu memahami tentang pengkajian keperawatan
DM Tipe 2
k. Mahasiswa mampu memahami tentang diagnosa, intervensi
keperawatan DM Tipe 2

Page | 3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Defenisi
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu
menghasilkan atau menggunakan insulin (hormone yang membawa
glukosa darah ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Dengan
demikian, terjadi hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal, melibatkan kelainan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak serta menimbulkan berbagai komplikasi
kronis pada organ tubuh (Mansjoer dkk., 2000; Sukarmin dan S. Riadi,
2008; Tambayong, J. 2000).
Diabetes mellitus type 2 atau (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus [NIDDM]) Merupakan bentuk diabetes yang paling umum.
Penyebabnya berfariasi mulai dominan resistansi insulin disertai
defisiensi insulin relative sampai defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.
2. Etiologi
a. Kelainan genetic
b. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin
pancreas untuk memproduksi insulin.
c. Gaya hidup dan stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
cepat saji kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh
besar terhadap kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energy yang

Page | 4
berakibat pada kenaikan kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat
pancreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
d. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan
resiko terkena diabetes
e. Obesitas (terutama pada abdomen)
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pancreas mengalami hipertrofi
sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas
normal IMT (indeks massa tubuh) akan meningkatkan resiko DM tipe
2 (Camacho, P.M., dkk. 2007).
Selain itu pada obesitas juga terjadi penurunan adiponektin.
Adiponektin adalah hormone yang dihasilkan adiposity, yang
berfungsi untuk memperbaiki sensitifitas insulin dengan cara
menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi asam
lemak otot dan hati sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan adi
ponektin menyebabkan resistansi insulin. Adiponektin berkorelasi
positif dengan HDL dan berkorelasi negative dengan LDL (Renaldi,
O., 2009; Umar H. dan Adam J.,2009).
f. Infeksi
Masuknya bakteri atau firus kedalam pancreas akan berakibat
rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan
fungsi pancreas.
3. Patofisiologi
Sebagian patofisiologi diabetes meletus dapat di hubungkan dengan
efek utama kekurangan insulin,yaitu sebagai berikut :
a. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh,yang
mengakibatkan peningkatan kosentrasi glukosa darah sampai
setinggi 300 sampai 1.200mg per 100ml.

Page | 5
Insulin berfungsi membawa glukosa ke sel dan menyimpannya
sebagai glikogen.sekresi insulin normalnya terjadi 2 fase yaitu
:fase
1) Fase 1,terjadi dalam beberapa menit setelah suplai glukosa
dan kemudian melepaskan cadangan insulin yang di simpan
dalam sel β.
2) Fase 2,merupakan pelepasan insulin yang baru di sentesis
dalam beberapa jam setelah makan.pada DM tipe 2,
pelepasan insulin fase 2sangat tergantung (Brasherrs,
V.L.,2008)
b. Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak
sehingga menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun
pengendapan lemak pada dinding vascular.
c. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh

Keadaan patologi tersebut menurut Sukarmin dan S. Riadi (2008


dalam Camatcho, P.M., dkk., 2007; Baradero, M., dkk., 2009) akan
mengakibatkan beberapa kodisi seperti berikut ini:

a. Hiperglikemia
Normalnya asupan glokosa atau produksi glukosa dalam tubuh
akan di vasilitasi (oleh insulin) untuk masu kedalam sel tubuh
glukosa itu kemudian di olah untuk menjadi bahan energi, apa
bila bahan energy yang dibutuhkan masih ada sisa akan di simpan
sebagai likogen dalam sel hati dan sel otot (sebagai massa sel
otot ). Proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik pada derita
diabetes sehingga glukosa banyak yang menumpuk di darah
(hiperglikemia).
Pores terjadinya hiperglikemia karena defisik insulin
diawali dengan berkurangnya transfor glukosa yang melintasi
membran sel kondisi ini memicu terjadinya penurunan
glikogenesis (pembetukan likogen dari glukosa)namun tetap

Page | 6
terdapat kelebihan glukosa dalam darah sehingga meningkatkan
glikoglisis (pemecahan likogen). Cadangan glikogen menjadi
berkurang dan glukosa yang tersimpan dalam hati dikeluarkan
terus menerus melebihi kebutuhan. Apenikatan gluconeogenesis
(pembentukan glukosa dari unsur non karbohidrat seperti asam
amino).juga terjadi sehingga glukosa dalam hati semakin banyak
di keluarkan.
Hiperglekimia berbahaya bagi sel dan system organ karena
pengaruhnya terhdap system imun,yang dapat memediasi
terjadinya invlamasi. Invlamasi ini mengakibatkan respons
vascular (antara lain memudahkan terjadinya gagal jantun),
respon sel otak,kerusakan sraf,penurunan aktivitas fibribrinolisis
plasma dan aktivitas activator plasminogen jaringan.seseorang
dengan kondisi hiperglikemia akan mudah terinfeksi,karna
adanya disfungsi vagosit serta merangssang invlamasi akut yang
tampak dari terjadinya peningkatan petanda sitokin
proininvlamasi seperti tumor necprosis vactor-a(TNF-a dan
interleukin-6 (IL-6). Peningkatan petanda sitokin invlamasi
tersebut kemungkinan terjadai melalui induksi factor
transkipsional proinvlamai,yaitu nuclear factor (NF-β) (PB
PAPDI,2013).
b. Hiposmolaritas
Hipsmolaritas adalah suatu keadaan seseorang dengan
klebihan tekanan osmotic pada plasma sel karena adanya
peningkatan konsentrasi Zat. Hiporsmolarita terjadi karena
adanya peningkatan kosentrasi glukosa dalam darah (yang nota
bene komposisi terbanyaknya adalah zat cair). Peningkatan
glukosa mengakibatkan kemampuan ginjal untuk menfiltrasi dan
reapreeabesorpsi glukosa menurun sehingga glukosa terbuan
melalui urine (glukosuriya). Eksresi molekul glukosa yang aktif
secara osmosis yang mengakibatkan menyebabkan kehilangan

Page | 7
sejumlah air (diuresis osmetik) dan berakibat volume air
(polyuria). Kondisi ini berakibat koma hiperglekemik
hyperosmolar nonketotik (K.HHN).
c. Starvasi selular
Starvasi seluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami
oleh sel Karena glukosa sulit mesuk padahal di sekeliling sel
banyak sekali glukosa. Dampak dari starvasi seluler akan terjadi
proses kompensasi selular agar tetap mempertahankan fungsi sel.
Proses itu antara lain sebagai berikut.
1) Sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen jika tidak
terdapat pemecahan glukosa, mungkin juga akan
menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini
berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot,
dan perasaan mudah lelah.
2) Starvasi selular mengakibatkan peningkatan metabolisme
protein dan asam amino yang digunakan sebagai substrat
yang diperlukan untuk gluconeogenesis dalam hati.
Perubahan ini berdampak pada penurunan sintesis
protein. Depresi protein akan me ngakibatkan tubuh
menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi, dan
sulitnya pengembalian jaringan yang rusak (sulit sembuh
kalau ada cedera)
3) Starvasi sel juga berdampak pada peningkatan mobilisasi
dan metabolisme lemak (lipolysis) asam lemak bebas,
trigliserida, dan gliserol yang meningkatkan bersirkulasi
dan menyediakan sebstrat bagi hati untuk proses
ketogenesis yang digunakan sel untuk melakukan
aktivitas sel.
4. Manifestasi Klinis
Pada klien dengan DM Tipe II sering ditemukan gejala-gejala :
a. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul dan luka tidak sembuh

Page | 8
b. Kelainan ginekologis : gatal-gatal sampai dengan keputihan
c. Kesemutan dan baal-baal
d. Lemah tubuh atau cepat lelah
e. Trias gejala hyperglikemi (poliuri, polipagi, polidipsi) ditambah
penurunan BB
Sedangkan pada tahap awal klien dengan Diabetes Mellitus Tipe II/
NIDDM mungkin sama sekali tidak memperlihatkan gejala apapun dan
diagnosis hanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah dan tes toleransi
glukosa. Sedangkan pada tahap lanjut klien akan mengalami gejala yang
sama dengan penderita Diabetes Mellitus Tipe I/ IDDM.
5. Pemeriksaan penunjang
Insulin yang disekresi oleh pankreas tidak memadai yang
menyebabkan hiperglikemia bahkan terjadi resistensi terhadap insulin.
Sering didapatkan pada obesitas. Perjalanan penyakit DM tipe 2
berlangsung kronik pada usia menengah dan tua. Pasien dengan DM tipe
2 diobati dengan diet dengan atau tanpa obat hipoglikemik, kadang-
kadang membutuhkan insulin untuk mengontrol kadar glikemik darah.
Jenis pemeriksaan laboratorium yang berkaitan dengan DM :
a. Pemeriksaan glukosa urin
Pemeriksaan ini banyak dipakai dahulu kala untuk mengetahui
perkiraan kadar glukosa darah, tetapi tidak dapat mendeteksi adanya
hipoglikemia. Selain itu, banyaknya glukosa yang dikeluarkan di
dalam urin tergantung dari ambang ginjal terhadap glukosa. Bila
ambang ginjal untuk glukosa rendah seperti pada glukosuria renal
akan terdapat glukosa di dalam urin walaupun tidak dijumpai
hiperglikemia. Keadaan ini dapat dijumpai pada wanita hamil.
b. Pemeriksaan kadar gula darah Untuk mengetahui adanya DM dan
pengontrolan kadar gula darah dapat diketahui dengan mengukur
kadar gula darah puasa atau kadar gula darah sewaktu seperti terlihat
pada alogaritma 1 atau 2.

Page | 9
c. Pemeriksaan TTGO Bila didapatkan kadar gula darah yang
meragukan baik pada kadar gula darah puasa maupun sewaktu
seperti terlihat pada alogaritma 1 atau 2. Untuk pemeriksaan TTGO
pasien harus memenuhi persyaratan sbb :
1) Tiga hari sebelum pemeriksaan, makan dan kegiatan jasmani
dilakukan seperti biasa.
2) Puasa satu malam 10-12 jam
3) Di laboratorium pasien dilakukan pemeriksaan gula darah puasa,
kemudian diberikan 250mL air yang ditambahkan 75g glukosa,
yang dihabiskan dalam waktu 5 menit.
4) Selama menunggu 2 jam pasien istirahat dan tidak merokok.
5) Periksa kada gula darah 2 jam pasca penambahan glukosa.
d. Pemeriksaan HbA1c
Sebagaimana diketahui hemoglobin di dalam tubuh akan mengalami
glikasi dengan kecepatan yang proporsional dengan kadar glukosa
darah. Reaksi ini terjadi secara reversible membentuk senyawa stabil
yang disebut hemoglobin glikasi atau hemoglobin A1c. Pengukuran
kadar HbA1c ini bermanfaat untuk :
1) Mengetahui kadar glukosa rerata 3 bulan terakhir selama
pengobatan.
2) Ingin mengetahui pengendalian DM selama pengobatan.
6. Komplikasi
a. Penyakit kardiovaskuler
Penderita diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena
penyakit jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak kadar gula darah
yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah halus.
Kondisi ini bias menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau
perih yang bias berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu

Page | 10
menyebar kebagian tubuh lain. Neuropati pada system pencernaan
dapat memicu mual, muntah, diare atau konstipasi.
c. Kerusakan pada organ kaki
Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita
diabetes berkemungkinan meningkatkan resiko komplikasi kesehatan
kaki yang biasanya terlambat disadari. Sekitar 10% penderita
diabetes mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil
pada kaki. Gejalah komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah
pembengkakan, kulit yang terasa panas saat disentuh, serta luka yang
tidak kunjung sembuh.
d. Kerusakan mata
Kususnya retina. Retinopati muncul saat terjadi masalah pada
pembuluh darah diretina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaucoma dan katarak juga termasuk komplikasi yang
mungkin terjadi pada penderita diabetes.
e. Kerusakan ginjal
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring
limbah dari darah. Jika pembuluh darah tersebut tersumbat atau
bocor, kinerja ginjal bias menurun. Kerusakan parah pada ginjal
dapat menyebabkan gagal ginjal yang membutuhkan dialysis (proses
cuci darah) atau bahkan trasplantasi ginjal.
f. Gangguan kulit
Diabetes akan membuat penderita rentang terkena penyakit kulit
seperti infeksi jamur maupun bakteri.
g. Keguguran atau kelahiran mati
Kadar gula darah yang tinggi dapat membahayakan sang ibu dan
janin. Resiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat jika
diabetes gestasional tidak segera ditangani. Kadar gulah darah yang
tidak terjaga pada awal kehamilan juga bias mempertinggi resiko
cacat lahir. Ibu hamil yang menderita diabertes dianjurkan untuk
memantau kadar gulah darah secara teratur.

Page | 11
7. Penatalaksanaan
Ada empat pilar dalam penatalaksanaan DM yaitu :
a. Edukasi
Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil
pengolaan diabetes yang obtimal supaya perubahan perilaku
berhasil, dibutuhkan edukasi yang komprehensif dan upaya
peningkatan motifasi. Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang
diabetes dapat menjalani pola hidup sehat. Beberapa perubahan
perilaku yang diharapkan seperti mengikuti pola makan sehat,
meningkatkan kegiatan jasmani, munggunakan obat diabetes dan
obat-obat pada keadaan khusus secara aman dan teratur, melakukan
pemantauan glukosa darah mendiri (PGDM) dan memanfaatkan data
yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki
kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
dengan tepat, mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang
sederhana dan mau bergabung dengan kelompok penyandang
diabetes, mengajak keluarga untuk mengerti pengolaan penyandang
diabetes, serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
(Perkeni; Soegondo, 2008)
b. Terapi gizi medis
Pada umumnya diet untuk penderita diabetes diatur berdasarkan 3 J
yaitu : jumlah (kalori), jenis, dan jadwal. Factor-faktor yang
menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis kelamin, umur,
aktifitas fisik, atau pekerjaan dan berat badan.
c. Olahraga
Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensivitas insulin, sehingga akn
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersivat aerobic seperti jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

Page | 12
Prinsip olahraga pada pasien DM adalah CRIPE, yaitu sebagai
berikut (Kariadi, 2009).
1) Continue (terus menerus).
2) Rhytmical (berirama)
3) Interval (berselang)
4) Progressive (meningkat)
5) Endurance (daya tahan)
d. Intervensi farmakologis (obat)
Obat hipoglikemik diberikan jika kadar glukosa darah masih belum
baik missal : Sultonil, bigguanid, inhibitor dan glucosidase
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
b) Keuhan utama
c) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
d) Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana
penanganannya,mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana
cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
e) Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, Kram
otot, tonus otot menurun, gangguan tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan
isitrahat atau dengan aktivitas, Letargi /

Page | 13
disorientasi, koma, Penurunan kekuatan
otot.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, Klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas, Ulkus
pada kaki, penyembuhan yang lama
Tanda : Takikardia, Perubahan tekanan darah
postural, hipertensi, Nadi yang menurun /
tidak ada, Disritmia, Krekels, Kulit panas,
kering, kemerahan, bola mata cekung.
3) Integritas Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah
finansial yang berhubungan dengan kondisi,
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria),
nokturia, Rasa nyeri / terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), Nyeri tekan abdomen,
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning : poliuri.
5) Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual / muntah, Tidak
mengikuti diet : peningkatan masukan
glukosa / karbohidrat. Penurunan BB lebih
dari periode beberapa hari / minggu, Haus,
Penggunaan diuretic (tiazid).
Tanda : Disorientasi : mengantuk, letargi, stupor /
koma (tahap lanjut). Ganguan memori
(baru, masa lalu) kacau mental.
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang/berat)

Page | 14
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak
sangat berhati-hati
7) Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen : batuk dengan /
tanpa sputum purulen (tergantung ada
tidaknya infeksi)
Tanda : Lapar udara, Batuk, dengan / tanpa sputum
purulen (infeksi), Frekuensi pernafasan.
8) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal; ulkus kulit
Tanda : Demam, diaphoresis, Kulit rusak, lesi /
ilserasi, Menurunnya kekuatan umum /
rentang gerak
2. Diagnose Keperawatan
1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak
adekuat akibat adanya mual muntah
2) Resiko devisit volume cairan dean elektrolit b/d diuresis osmotic
dan polyuria
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat
penurunan produksi energy
4) Gangguan integritas kulit b/d penurunan sensasi sensori,
gangguan sirkulasi, penurunan aktifitas/mobilisasi, kurangnya
pengetahuan tentang perawatan kulit.
5) Gangguan citra tubuh b/d ekstremitas gangrene
6) Resiko cedera b/d penurunan fungsi penglihatan, pelisutan otot.
7) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit.

Page | 15
3. Intervensi Keperawatan
1) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan penurunan
metabolisme karbohidrat akibat defisiansi insulin, intake tidak
adekuat akibat adanya mual muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2x24 jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien
yang tepat, BB stabil, nilai lab normal.
Intervensi :
a. Timbang berat badan tiap hari atau sesuai dengan indikasi
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien
c. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrient)
dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral
d. Pantau pemeriksaan laboratorium, seperti glukosa darah, aseton,
pH, dan HCO3
e. Kolaborasi dengan ahli diet
2) Devisit volume cairan dan elektorlit b/d diuresis osmotic dan polyuria
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan
oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat
secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD orotstatik
b. Ukur berat badan setiap hari

Page | 16
c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
d. Pantau pemeriksaan lab seperti : Hematoksit (Ht), BUN
(kreatinin) dan Osmulalitas darah, Natrium, kalium
3) Intoleransi aktivitas b.d penurunan simpanan energy
Tujuan :Pada pasien tidak terjadi kelelahan dengan penurunan
produksi energi
Kriteria hasil :Mengungkapkan peningkatan tingkat energy,
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
Intervensi :
a. Diskusi dengan pasien kebutuhan akan aktivitas. Membuat
jadwal perencanaan dengan pasien dan identifikasi aktivitas
yang menimbulkan kelelahan.
b. Beri aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup /
tanpa diganggu.
c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan TD sebelum / sesudah
melakukan aktivitas.
d. Mendiskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah
tempat.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi.
4) Gangguan integritas kulit b/d gangrene

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24


jam diharapkan integritas kulit dapat membaik.
Kriteria hasil : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan
perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi :
a) Lihat kulit, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau
kegemukan / kurus

Page | 17
b) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk
c) Rendam kaki dalam air steril pada suhu kamar dengan larutan
betadine tiga kali sehari selama 15 menit
d) Balut luka dengan kasa kering steril. Gunakan plester kertas
e) Berikan dikloksasi 500 mg per oral setiap 6 jam, mulai jam 10
malam amati tanda-tanda hipersensitivitas, seperti : pruritus,
urtikaria, ruam
5) Gangguan citra diri b/d ekstremitas gangrene
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam pasien dapat menerima keadaannya yang
sekarang

Kriteria hasil : Pasien menerima keadaannya yang sekarang,


Menunjukkan pandangan yang realistis dan
pemahaman diri dalam situasi.
Intervensi :
a. Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
b. Dorong pengungkapan perasaan, penerima apa yang
dikatakannya
c. Diskusikan pandangan klien terhadap citra diri dan efek yang
ditimbulkan dari penyakit
d. Bantu pasien atau orang terdekat dengan menjelaskan hal-hal
yang diharapkan dan hal-hal tersebut mungkin diperkukan
untuk dilepaskan atau diubah.
e. Rujuk pada dukungan psikiatri atau group terapi, pelayanan
sosial sesuai petunjuk
6) Resiko injuri b/d gangguan penglihatan
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan tidak terjadi injuri pada pasien
Kriteria hasil :Mengidentifikasi faktor-faktor resiko injuri,
Memodifikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk

Page | 18
meningkatkan keamanan dan penggunaan sumber-
sumber secara tepat.

Intervensi :
a. Hindarkan alat-alat yang dapat menghalangi aktivitas pasien
b. Gunakan bed yang rendah
c. Orientasikan untuk pemakaian alat bantu penglihatan ex.
Kacamata
d. antu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
7) Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
jam diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : TTV dalam batas normal, tanda-tanda infeksi tidak
ada, nilai leukosit dalam batas normal(4000-
10000/mm3)
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda infeksi(rubor, dolor, calor, tumor,
fungsiolaesa)
b. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur infasif
c. Observasi hasil laboratorium(leukosit)
d. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi

Page | 19
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Ny. S
Tempat lahir : Lautang solo, 27 Juli 1975
No. RM : 849604
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat :
2) Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn. Y
Tanggal lahir : 06 Oktober 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Hub. Dengan pasien : Anak
b. Alasan Masuk
1) Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak merasakan ketika buang air kecil
2) Riwayat kesehatan saat ini
Keluhan utama dialami sejak 2 bulan yang lalu dan merasakan
nyeri pada abdomen sejak dibulan yang lalu. Pasien merasa
lemas dan nampak kurus. Pasien merasa kurang senang dengan
keadaan saat ini dan merasa kurang merasakan sensasi rasa pada
ekstremitas bawah.

Page | 20
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit DM sejak 6 tahun yang lalu
dan memiliki keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
c. Pola aktifitas sehari-hari
1) Makan : frekuensi 2x sehari dengan porsi tidak dihabiskan
2) Minum : frekuensi 1500 cc sehari
3) Istirahat : Lamanya 4 jam tidur siang dan malam hari ± 8 jam
4) Eliminasi : frekuensi BAK 700 cc per hari
d. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
TD : 110/60 mmHg
N : 90x/i
P : 18x/i
S : 37x/i
2) Tinggi badan : 155 cm
3) Berat badan : 38 kg
4) IMT : 15,8
5) Ekstremitas : 4,4,3,3
e. Hasil Laboratorium
Tanggal 18-07-2018/ 15:54:39
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujuk
KIMIA DARAH
Glukosa
- GDS 99 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
- Ureum 72 10-50 mg/dl
- Kreatinin 1.94 L(<1.3);P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
- SGOT 60 <38 U/L
- SGPT 50 <41 U/L

Page | 21
Elektrolit
- Natrium 136 136-145 mmol/l
- Kalium 4.0 3.5-5.1 mmol/l
- Klorida 99 97-111 mmol/l

f. Terapi
1) Nefrosteril 250 ml/iv
2) Lansoprazole 6 mg/syriline pump
3) Gabapentin 100 mg/oral
2. Pengelompokkan Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Pasien mengatakan tidak 1. Pasien nampak lemah
merasakan ketika buang air 2. Mukosa bibir nampak kering
kecil 3. Pasien nampak kurus
2. Pasien mengatakan lemas 4. Pemeriksaan GDS didapatkan hasil
3. Pasien mengatakan jarang 177 mg/dL
menghabiskan makanan karena 5. IMT : 15.8
kurang menyukai makanan 6. Tanda-tanda vital
rumah sakit TD: 110/60 mmHg
4. Keluarga pasien mengatakan N : 90x/i
pergerakan pasien dibantu P : 18x/i
keluarga S : 37x/i

3. Analisa Data
DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS :
1. Pasien mengatakan jarang
menghabiskan makanannya
2. Pasien merasa kurang nyaman Ketidakseimbangan Nutrisi kurang
dengan makanan dirumah sakit

Page | 22
DO : dari kebutuhan tubuh
1. Pasien nampak kurus
00002
2. IMT : 15.8
3. Pemeriksaan GDS 177 mg/dL

DS :
1. Pasien merasa kurang nyaman dengan
keadaannya saat ini
2. Keluarga pasien mengatakan jika Gangguan rasa nyaman
pasien ingin mengubah posisi dibantu
000214
oleh keluarga
DO :
1. Pasien nampak gelisah
2. Pasien nampak lemah
3. Tonus otot 5,5,3,3
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
C. Intervensi Keperawatan

NO. Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Domain 2: Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi 1100
Kelas 1: Makan keperawatan selama 3x24
1. Tentukan status gizi pasien
Kode : 00002 jam diharapkan Status
dan kemampuan pasien untuk
Diagnosa Nutrisi 1004 normal dengan
memenuhi kebutuhan gizi
keperawatan : indikator :
Ketidakseimbangan 2. Instruksikan pasien
1. Asupan gizi dari
nutrisi kurang dari mengenai kebutuhan nutrisi
banyak menyimpang
kebutuhan tubuh (yaitu membahas pedoman diet

Page | 23
b.d kurang asupan dari rentang menjadi dan piramida makanan)
makan sedikit menyimpang
3. Tentukan jumlah kalori dan
dari rentang normal.
jenis nutrisi yang dibutuhkan
2. Asupan makanan dari
untuk memenuhi persyaratan
banyak menyimpang
gizi
dari rentang normal
menjadi sedikit dari 4. Berikan obat-obatan
rentang normal sebelum makan jika diperlukan
3. Energi dari banyak
5. Anjurkan pasien mengenai
menyimpang dari
modifikasi diet yang
rentang normal menjadi
diperlukan (mis. NPO, cairan
sedikit dari rentang
penuh atau diet sesuai
normal
tolernasi)

6. Monitor kalori dan asupan


makanan

7. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan

2. Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan Pengaturan posisi 0840


Kenyamanan keperawatan selama 3x24
1. Jelaskan pada pasien bahwa
Kelas 1 : jam diharapkan Status
badan pasien akan dibalik
Kenyamanan fisik kenyamanan: fisik 2010
2. Tempatkan pasien dalam
Kode : 000214 menjadi nyaman dengan
posisi terapeutik yang
Diagnosa: indiaktor :
sudah dirancang
Gangguan rasa
1. Kesejahteraan fisik dari 3. Dorong latihan ROM aktif
nyaman

Page | 24
berhubungan sedikit terganggu dan pasif
dengan Gejala menjadi tidak 4. Posisikan pasien untuk
terkait penyakit terganggu meningkatkan drainase urin
2. Tingkat energi dari 5. Tinggikan kepala pasien
cukup tergangggu
menjadi sedikit
terganggu

Page | 25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus Tipe II adalah keadaan dimana kadar glukosa tinggi,
kadar insulin tinggi atau normal namun kualitasnya kurang baik, sehingga
gagal membawa glukosa masuk dalam sel, akibatnya terjadi gangguan
transport glukosa yang dijadikan sebagai bahan bakar metabolisme energi.
Penyebab DM Tipe II antara lain: penurunan fungsi cell  pankreas dan
retensi insulin.
Faktor-faktor resiko yang dapat terkena DM Tipe II antara lain: usia ≥ 45
tahun, usia lebih muda, terutama dengan indeks massa tubuh (IMT) >23
kg/m2 yang disertai dengan kebiasaan tidak aktif; turunan pertama dari orang
tua dengan DM; riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram,
atau riwayat DM gestasional; hipertensi (≥140/90 mmHg); kolesterol HDL ≤
35 mg/dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg/dl; menderita polycyctic ovarial
syndrome(PCOS) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi
insulin; adanya riwayat toleransi glukosa yang terganggu (TGT) atau glukosa
darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya; memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel), diet
tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang gerak badan, genetic dan stress.
Tanda gejala DM Tipe II antara lain: penurunan penglihatan, poliuri
polidipsia, rasa lelah dan kelemahan otot, polifagia, konfusi atau derajat
delirium, konstipasi atau kembung pada abdomen, retinopati atau
pembentukan katarak, perubahan kulit, penurunan nadi perifer, kulit dingin,
penurunan reflek, dan kemungkinan nyeri perifer atau kebas, hipotensi
ortostatik , peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa
diskresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah , paretesia
atau abnormalitas sensasi, kandidiasis vagina, pelisutan otot, efek somogyi
dan fenomena fajar.
Komplikasi yang dapat muncul antara lain: hipoglikemia, ketoasidosis
diabetic, sindrom nonketotik hiperglikemi, hiperosmolar (Hyperosomolar

Page | 26
hyperglycemic syndrome, HHNS) atau koma hiperosmolar, neuropati perifer,
penyakit kardiovaskuler dan infeksi kulit.
B. Saran
Dari pembahasan diatas penulis memiliki beberapa saran diantaranya:
1. Biasakan diri untuk hidup sehat.
2. Biasakan diri berolahraga secara teratur.
3. Hindari makanan siap saji dengan kandungan karbohidrat dan lemak
tinggi.
4. Konsumsi sayuran dan buah-buahan.
5. Hindari pemakaian alkohol dan konsumsi makanan yang terlalu manis.

Page | 27
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).
Nursing Intevention Classification. Singapura: Elsevier.

Herdman, T. H., & Kamitsru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Jonhson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Singapura: Elsevier.

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2013). Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner&Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia, F. K. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Terpadu Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Page | 28

Anda mungkin juga menyukai