Anda di halaman 1dari 16

HAND OUT

Mata Kuliah : ASKEB III (nifas)

Topik : Cara deteksi dini komplikasi pada masa

nifas

Sub Topik : Infeksi masa nifas

Waktu : 100 menit

Dosen : Siti Hindun, SKM, M.Kes

Obyektif Perilaku Siswa

Setelah selesai mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan pengertian infeksi masa nifas dengan benar

2. Menyebutkan beberapa penyebab infeksi nifas dengan benar

3. Menjelaskan cara terjadinya infeksi nifas dengan benar

4. Menyebutkan faktor predisposisi infeksi nifas dengan benar

5. menjelaskan penanganan umum infeksi nifas dengan benar

Referensi

1. Wiknjo Sas tro., 2005, Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka;

Jakarta, hal 689-699.

2. Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan

Matenitas, EGC; Jakarta . Hal : 683-684.

3. Tim FK UNPAD, 2005, Obstetri Patologi Ilmu Kskesehatan

Reproduksi edisi ke 2, EGC ; Jakarta. Hal : 187 – 194

1
4. JNPKR, 2002, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal

A. Definisi infeksi nifas

Istilah infeksi nifas ialah mencakup semua peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital

pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau demam

puerperalis .

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis

meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint

Commitee On Maternal welfare defenisi demam (infeksi) nifas

adalah kenaikan suhu sampai 38 oC atau lebih selama 2 hari

berturut- turut dalam 10 hari pertama post partum dengan

mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur selama 4 kali

sehari.

B. Penyebab infeksi nifas

Infeksi nifas dapat disebabkan antara lain :

1.Bakteri yang berasal dari penderita lain atau kain yang tidak

steril (eksogen).

2. Kuman yang berasal dari rumah sakit dan dalam tenggorokan

orang-orang yang nampak sehat (stafilokokus).

3. Kuman yang berasal dari kandung kencing atau rektum dan

dapat menyebabkan infeksi pada perineum, vulva, dan

endometrium.

4. Kuman yang bersifat anaerobik yang sering terjadi pada

abortus kriminalis

C. Cara terjadinya infeksi nifas

2
Infeksi pada masa nifas dapat terjadi sebagai berikut :

1.Tangan penolong yang tertutup sarung tangan pada saat

melakukan pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah

ada dalam vagina keatas (uterus).

2. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri

yang berasal dari hidung atau tenggorokan petugas

kesehatan. Oleh karena itu hendaknya petugas kesehatan

yang bekerja dikamar bersalin menggunakan masker.

3. Koitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab penting,

kecuali mengakibatkan pecahnya ketuban.

D. Faktor predisposisi infeksi nifas

Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nifas adalah

1. Perdarahan dan trauma persalinan

2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah .

3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan

lahir.

3
4. Tertingalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

E. Penanganan umum infeksi nifas

Antisipasi setiap faktor kondisi ( faktor predisposisi ) dan

masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi

komplikasi dalam masa nifas.

Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang

mengalami infeksi nifas (antibiotik).

Bila ada sisa plasenta lakukan pengeluaran.

Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir

dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.

Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.

F. Deteksi dini

Tanda dan gejala


1. Metritis
 Lochea berbau
 Uterus tegang dan subinvolusi
 Perdarahan pervaginam
 Syok
 Peningkatan sel darah putih.

2. Abses pelvik
 Nyeri perut bagian bawah
 Pembesaran perut bawah
 Demam terus menerus
 Dengan antibiotok tidak membaik
 Kavum douglas

3. Peritonitis
 Nyeri perut bagian bawah
 Bising usus tidak ada
 Perut yang tegang
 Anoreksia/muntah

4. Bendungan pada payudara

 Nyeri payudara dan tegang

4
 Payudara yang mengeras dan membesar (pada kedua
payudara) Biasanya terjadinya antara hari 3-5
pascapersalinan

5. Mastitis
 Nyeri payudara dan tegang/bengkak
 Ada inflamasi yang didahului bendungan
 kemerahan yang batasnya jelas pada payudara
 Biasanya hanya satu payudara
 Biasanya terjadi antara 3 – 4 minggu pascapersalinan

6. Abses payudara
 Payudara yang tegang dan padat kemerahan
 Pembengkakan dengan adanya fluktuasi
 Mengalir nanah

7. Selulitis pada luka


 Nyeri pada luka / irisan dan tegang/indurasi
 Luka/irisan pada perut dan perineal yang
mengeras/indurasi
 Keluar pus
 Kemerahan

8. Abses atau hematom pada luka insisi


 Luka yang mengeras disertai
 pengeluaran cairan serous
 atau kemerahan dari luka;
 tidak ada / sedikit erithema
 dekat luka insisi
9. Infeksi pada traktus urinarius
 Disuria
 Nyeri dan tegang pada daerah
 pinggang
 Nyeri suprapublik
 Uterus tidak mengeras
 Menggigil

10. Thrombosis vena dalam (pelviotromboflebitis dan


femoralis)
 Demam yang tinggi walau
 mendapat antibiotika
 menggigil
 Ketegangan pada otot kaki
 Komplikasi pada paru, ginjal,
 persendian, mata dan jaringan
 subkutan

11. Pneumonia
 Konsolidasi

5
 Batuk
 Peningkatan frekuensi nafas
 Kerongkongan yang terasa penuh
 Keluar dahak
 Kesukaran bernafas
 Nyeri dada

12. Malaria, Tifoid, hepatitis


 Mengigil
 Pembesaran liver
 Pembesaran limpa
 Kuning
 Nyeri epigastrium

a. Beri infus heparin.


b. Obati dengan antibiotika dan berikan terapi suportif dan
observasi.
c. Berikan terapi suportif (hepatoprotektor).

PENGELOLAAN
(Sesuaikan dengan diagnosis)

1. METRITIS

Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan yang


merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses
pelviks, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam,
emboli pulmonal, infeksi pelvik yang menahun, dispareunia,
penyumbatan tuba dan infertilitas.
• Berikan transfusi bila dibutuhkan (Packed Red Cell).
• Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi.
- Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah
Gentamisin 5 mg/kg berat
badan IV dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg IV setiap
8 jam. Lanjutkan
antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
• Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis.
• Bila dicurigai adanya sisa plasenta, lakukan pengeluaran
(digital atau dengan kuret )
• Bila ada pus lakukan drainase (kalau perlu kolpotomi), ibu
dalam posisi Fowler.
• Bila tak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada
tanda peritonitis
generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus. Bila pada
evaluasi uterus nekrotik
dan septik lakukan histerektomi subtotal.

6
2. BENDUNGAN PAYUDARA
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan
limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk
laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari saluran sistem
laktasi.

Bila ibu menyusui bayinya:


• Susukan sesering mungkin.
• Kedua payudara disusukan.
• Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
• Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
• Sangga payudara.
• Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
• Bila demam tinggi berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap
4 jam.
• Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.

Bila ibu tidak menyusui:


• Sangga payudara.
• Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan
dan rasa sakit.
• Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
• Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.
• Pompa dan kosongkan payudara.

3. INFEKSI PAYUDARA
Mastitis
Payudara tegang / indurasi dan kemerahan
• Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila
diberikan sebelum terbentuk
abses biasanya keluhannya akan berkurang.
• Sangga payudara.
• Kompres dingin.
• Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
• Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.
• Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

Abses Payudara
Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang
kemerahan.
• Diperlukan anestesi umum (ketamin).
• Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya
tidak memotong saluran ASI.
• Pecahkan kantung pus dengan klem jaringan (pean)
atau jari tangan.
• Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam.
• Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.

7
• Sangga payudara.
• Kompres dingin.
• Berikan Parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
• Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus.
• Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3
hari.

Abses Pelvis
 Ibu posisi Fowler.
 Berikan antibiotika spektrum luas dalam dosis yang tinggi
- Ampisilin 2 g IV kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah
Gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Lanjutkan antibiotika ini
sampai ibu tidak panas selama 24 jam.

Peritonitis
• Lakukan pemasangan selang nasogastrik bila perut kembung
akibat ileus.
• Berikan infus (NaCL atau Ringer laktat) sebanyak 3000 ml.
• Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam:
- Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah
Gentamisin 5 mg/kg berat
badan IV dosis tunggal/hari dan Metronidazol 500 mg IV setiap
8 jam.
• Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal
lavage) bila terdapat kantong abses.

Infeksi Luka Perineal Dan Luka Abdominal


Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan
pencegahan infeksi yang kurang baik.
• Bedakan antara wound abcess, wound seroma, wound
hematoma, dan wound cellulitis.
- Wound abcess, wound seroma dan wound hematoma
suatu pengerasan yang tidak
biasa dengan mengeluarkan cairan serous atau kemerahan
dan tidak ada/sedikit erithema sekitar luka insisi.
- Wound cellulitis didapatkan erithema dan edema meluas
mulai dari tempat insisi.
• Bila didapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan
pengeluaran serta kompres antiseptik.
• Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan
debridemen.
• Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
• Bila infeksi relatif superfisial, berikan Ampisilin 500 mg per oral
selama 6 jam dan Metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari
selama 5 hari.

8
• Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan
nekrosis, beri Penisilin G IV setiap 4 jam (atau Ampisilin inj 1 g
4 x/hari) ditambah dengan Gentamisin 5 mg/kg berat badan
per hari IV sekali ditambah dengan Metronidazol 500 mg IV
setiap 8 jam, sampai bebas panas selama 24 jam. Bila ada
jaringan nekrotik harus dibuang. Lakukan
jahitan sekunder 2 – 4 minggu setelah infeksi membaik.
• Berikan nasehat kebersihan dan pemakaian pembalut yang
bersih dan sering ganti.

TROMBOFLEBITIS
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan
atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
di sepanjang vena dan cabang-cabangnya sehingga terjadi
tromboflebitis.

Klasifikasi
• Pelviotromboflebitis
Pelviotromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan
ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika. Vena yang paling sering terkena ialah vena
ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi
plasenta terletak di bagian atas uterus; proses biasanya
unilateral.
Perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ialah
ke vena renalis, sedangkan perluasan inveksi dari vena
ovarika dekstra ialah ke vena kava inferior. Peritoneum, yang
menutupi vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan
akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan periapendisitis.
Perluasan infeksi dari
vena uterina ialah ke vena iliaka komunis.
• Tromboflebitis femoralis
Trombofelbitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai,
misalnya vena femoralis, vena poplitea dan vena safvena.

Pelviotromboflebitis
• Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/atau perut
bagian samping, timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan
atau tanpa panas.
• Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik
sebagai berikut:
- menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat
(30 – 40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan
kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita
hampir tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam (36°C menjadi 40°C),
yang diikuti dengan penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya
subfebris seperti pada endometritis).
- Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.

9
- Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana,
terutama ke paru-paru.

• Gambaran darah:
- Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin
menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia).
- Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang
tepat sebelum mulainya menggigil. Meskipun bakteri
ditemukan di dalam darah selama menggigil, kultur darah
sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.

• Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena


yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar
dicapai pada pemeriksaan.

Komplikasi
• Komplikasi pada paru-paru: infark, abses, pneumonia,
• Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti
dengan proteinuria dan hematuria,
• Komplikasi pada persendian, mara dan jaringan subkutan.
Penanganan
• Rawat inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum.
• Terapi medik
Pemberian antibiotika (lihat antibiotika kombinasi dan
alternatif, seperti yang tercantum
dalam penatalaksanaan metritis) dan heparin jika terdapat
tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum.
• Terapi operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung
sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan
heparinisasi.

Trombofeblitis Femoralis (Flegmasia alba dolens)


Penilaian klinik
• Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 – 10
hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 – 20, yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
• Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan
memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta
sukar bergerak, lebih panas
dibanding dengan kaki lainnya.
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa
tegang dan keras pada paha bagian atas.

10
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki
menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi
menurun.
- Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan
pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih
sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki,
kemudian meluas dari bawah ke atas.
- Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan
memijit betis atau dengan meregangkan tendo akhiles
(tanda Homan).
Penanganan
• Perawatan
Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres
pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut
elastik atau memakai kaos kaki panjang yang elastik selama
mungkin.
• Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek, sebaiknya jangan
menyusui.
• Terapi medik: pemberian antibiotika dan analgetika.

Kesimpulan

A. Definisi infeksi nifas

Istilah infeksi nifas ialah mencakup semua peradangan yang

disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat-alat genital

pada waktu persalinan dan nifas. Sinomin yang digunakan adalah

demam nifas atau demam puerperalis .

Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis

meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut joint

Commitee On Maternal welfare defenisi demam (infeksi) nifas

adalah kenaikan suhu sampai 38 C


o
atau lebih selama 2 hari

berturut- turut dalam 10 .

11
a. Penyebab infeksi nifas

Infeksi nifas dapat disebabkan antara lain :

1. Bakteri yang berasal dari penderita lain atau kain yang tidak

steril (eksogen).

2. Kuman yang berasal dari rumah sakit dan dalam tenggorokan

orang-orang yang nampak sehat (stafilokokus).

3. Kuman yang berasal dari kandung kencing atau rektum dan

dapat menyebabkan infeksi pada perineum, vulva, dan

endometrium.

4. Kuman yang bersifat anaerobik yang sering terjadi pada

abortus kriminalis

B. Cara terjadinya infeksi nifas

1.Tangan penolong yang tertutup sarung tangan pada saat

melakukan pemeriksaan dalam membawa bakteri yang sudah

ada dalam vagina keatas (uterus).

2. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang

berasal dari hidung atau tenggorokan petugas kesehatan. Oleh

karena itu hendaknya petugas kesehatan yang bekerja dikamar

bersalin menggunakan masker.

3. Koitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab penting,

kecuali mengakibatkan pecahnya ketuban.

C. Faktor predisposisi infeksi nifas

12
Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi nifas adalah

1.Perdarahan dan trauma persalinan

2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah .

3. Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan

lahir.

4. Tertingalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

D. Penanganan umum infeksi nifas

1.Antisipasi setiap faktor kondisi ( faktor predisposisi ) dan

masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi

komplikasi dalam masa nifas.

2. Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang

mengalami infeksi nifas (antibiotik).

3. Bila ada sisa plasenta lakukan pengeluaran.

4.Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir

dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan.

5. Berikan hidrasi oral / IV secukupnya.

E. Deteksi dini

 Metritis (endometritis/endometriosis)

13
 Abses pelvik

 Peritonitis

 Bendungan pada payudara

 Mastitis

 Abses payudara

 Selulitis pada luka

 Abses atau hematom pada luka insisi

 Infeksi traktus urinarius

 Thrombosis vena dalam(Pelviotromboflebitis dan femoralis)

 Pneumonia

 Malaria, tifoid, hepatitis

Latihan soal – soal

1. Demam nifas menurut Joint Commitee on maternal Welfare…

a. Kenaikan suhu sampai 38 o


C atau lebih selama 2 hari

berturut- turut dalam 10 hari pertama post partum

b. Peradangan yang disebabkan masuknya kuman kedalam alat

genital.

c. Infeksi bakteri pada traktus genitalia post partum

14
d. Demam saat melahirkan

e. Infeksi perdarahan obstettrik

2. Salah satu penyebab infeksi nifas adalah...

a. Bakteri yang berasal dari penderita lain atau kain yang

tidak steril.

b. Tangan penolong yang melakukan pemeriksaan dalam

c. Tindakan bedah vaginal

d. Tertinggalnya plasenta

3. Dibawah ini manakah yang benar cara terjadinya infeksi ...

a. Infeksi karena bakteri

b. Berasal dari rektum

c. Koitus pada akhir kehamilan yang mengakibatkan pecahnya

ketuban

d. Perlukaan di jalan lahir.

e. Mengeluarkan lokia.

4. faktor predisposisi berikut manakah yang bukan penyebab infeksi.....

a. Perdarahan dan trauma persalinan

b. Perlukaan pada jalan lahir

c. Infeksi bakteri pada traktus genitalia post partum

d. Partus lama dengan ketuban pecah dini

e. Tertingalnya sisa plasenta

15
5. Penanganan yang dapat dilakukan bidan pada Ibu infeksi nifas

adalah....

a. Pengeluaran sisa plasenta

b. Melakukan laparatomi

c. Memberi antibiotik spektrum luas

d. Bedah vaginal

e. Histerektomi subtotal.

16

Anda mungkin juga menyukai