Disusun Oleh :
NADA SHAFA NUR HARYANTIN
NIM. P1337433117060
KELAS 3B
A. AIR
1. Standar Baku Mutu Air
a) Standar baku mutu air untuk minum sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri
Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku mutu air minum.
b) Standar baku mutu air untuk keperluan higiene sanitasi sesuai dengan ketentuan
Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku mutu air
untuk keperluan higiene sanitasi.
c) Air untuk pemakaian khusus yaitu hemodialisis dan kegiatan laboratorium.
Air untuk pemakaian khusus adalah air yang dibutuhkan untuk kegiatan yang
bersifat khusus di rumah sakit yang memerlukan persyaratan tertentu dan berbeda
dengan air minum. Standar baku mutu air untuk hemodialisis meliputi parameter
biologi dan kimia, sedangkan standar baku mutu air untuk kegiatan laboratorium
meliputi parameter fisik, biologi dan kimia.
C. TANAH
1. Standar Baku Mutu Tanah
Standar baku mutu tanah ditetapkan untuk menjamin kualitas tanah dalam rangka
melindungi kesehatan komunitas rumah sakit. Berbeda dengan media lingkungan yang
lain seperti air, dan udara, standar baku mutu tanah yang dapat ditetapkan berkaitan
dengan kesehatan masyarakat hanya standar baku mutu kimia tanah.
2. Persyaratan Kesehatan Tanah
a. Rumah sakit sebaiknya dibangun di atas tanah yang tidak tercemar oleh
kontaminan biologi, kimia dan radioaktivitas seperti bekas pertambangan, tempat
pembuangan sampah akhir (TPA) dan bekas kegiatan pertanian yang
menggunakan pestisida jenis organoklorin secara intensif karena residunya
persisten/menetap di dalam tanah.
b. Jika rumah sakit akan dibangun di tanah yang tercemar, maka tanah tersebut harus
melalui proses dekontaminasi/pemulihan kembali sesuai dengan ketentuan
peraturan penundang-undangan.
c. Upaya monitoring secara ketat dan berkala harus dilakukan pada rumah sakit yang
dibangun di atas tanah yang telah melalui pemulihan. Monitoring dilakukan
dengan uji kontaminan biologi, kimia dan radioaktivitas sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. Jika dalam kegiatan pada butir c ditemukan adanya kontaminan baru, maka upaya
remediasi atau rekayasa lingkungan harus dilakukan agar tidak terjadi kontaminasi
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan di rumah sakit.
3. Penyelenggaraan Penyehatan Tanah
Penyelenggaraan penyehatan tanah dilakukan melalui pencegahan penurunan
kualitas tanah antara lain dengan menjaga kondisi tanah dengan tidak membuang
kontaminan limbah yang menyebabkan kontaminasi biologi, kimia dan radioaktivitas,
seperti lindi, abu insinerator dan lumpur IPAL yang belum diolah.
D. PANGAN
1. Standar Baku Mutu dan Persyaratan Kesehatan Pangan Siap Saji
Pangan siap saji di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan
dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, serta makanan dan minuman yang
dijual di dalam lingkungan rumah sakit. Pengelolaan pangan siap saji di rumah sakit
merupakan pengelolaan jasaboga golongan B. Jasa boga golongan B adalah jasa boga
yang melayani kebutuhan khusus untuk rumah sakit, asrama jemaah haji, asrama
transito, pengeboran lepas pantai, perusahaan serta angkutan umum dalam negeri
dengan pengolahan yang menggunakan dapur khusus dan mempekerjakan tenaga
kerja. Standar baku mutu dan persyaratan kesehatan untuk pangan siap saji sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan yang mengatur mengenai standar baku
mutu dan persyaratan kesehatan untuk pangan siap saji. Selain itu, rumah
makan/restoran dan kantin yang berada di dalam lingkungan rumah sakit harus
mengikuti ketentuan mengenai standar baku mutu dan persyaratan kesehatan untuk
pangan siap saji.
2. Penyelenggaraan Penyenatan Pangan Siap Saji
Penyehatan pangan siap saji dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit, maka harus memperhatikan dan mengendalikan faktor risiko keamanan pangan
siap saji sebagai berikut:
a. Tempat Pengolahan Pangan
b. Peralatan Masak
c. Penjamah Pangan
d. Kualitas Pangan :
1) Pemilihan bahan pangan
2) penyimpanan bahan pangan dan pangan jadi
3) pengangkutan pangan
4) penyajian pangan
5) pengawasan hygiene sanitasi pangan
H. LINEN
Penyelenggaraan Pengawasan Linen
Pengawasan linen adalah upaya pengawasan terhadap tahapan-tahapan pencucian
linen di rumah sakit untuk mengurangi risiko gangguan kesehatan dan lingkungan
hidup yang ditimbulkan. Linen merupakan salah satu kebutuhan pasien dirumah sakit
yang dapat memberikan dampak kenyamanan dan jaminan kesehatan. Pengelolaan
linen yang buruk akan menyebabkan potensi penularan penyakit bagi pasien, staf dan
pengguna linen lainnya. Perlakuan terhadap linen sebagai berikut :
1. Pengumpulan
a. Pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius dimulai dari sumber dan
memasukkan linen kedalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi label.
b. Menghitung dan mencatat linen diruangan.
c. Dilarang melakukan perendaman linen kotor di ruangan sumber.
2. Penerimaan
a. Mencatat linen yang diterima dan telah dipilah antara infeksius dan non
infeksius.
b. Linen dipilah berdasarkan tingkat kekotorannya.
3. Pencucian
a. Menimbang berat linen untuk menyesuaikan dengan kapasitas mensin cuci dan
kebutuhan deterjen dan disinfektan.
b. Membersihkan linen kotor dari tinja, urin, darah dan muntahan dengan
menggunakan mesin cuci infeksius.
c. Mencuci dikelompokan berdasarkan tingkat kekotorannya.
d. Pengeringan linen dengan mesin pengering (dryer) sehingga didapat hasil
pengeringan yang baik.
e. Penyeterikaan dengan mesin seterika uap, mesin flat ironer sehingga didapat
hasil seterikaan yang baik.
f. Linen bersih harus ditata sesuai jenisnya dan sistem stok linen (minimal 4
bagian) dengan sistem first in first out.
4. Distribusi dilakukan berdasarkan kartu tanda terima dari petugas penerima,
kemudian petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu
tanda terima.
5. Pengangkutan
a. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong
yang digunakan untuk membungkus linen kotor.
b. Menggunakan kereta yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan linen
kotor. Untuk kereta linen kotor didesain dengan pintu membuka keatas dan
untuk linen bersih dengan pintu membuka ke samping, dan pada setiap sudut
sambungan permukaan kereta harus ditutup dengan pelapis (siller) yang kuat
agar tidak bocor.
c. Kereta dorong harus dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut
linen kotor.
d. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.
e. Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda warna.
f. Rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pengangkutannya dari
dan ketempat laundry harus menggunakan mobil khusus.
6. Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundry linen harus menggunakan alat
pelindung diri seperti masker, sarung tangan, apron, sepatu boot, penutup kepala,
selain itu dilakukan pemeriksaaan kesehatan secara berkala, serta harus
memperoleh imunisasi hepatitis B setiap 6 (enam) bulan sekali.
7. Untuk rumah sakit yang tidak mempunyai laundry tersendiri, pencuciannya dapat
bekerjasama dengan pihak lain dan pihak lain tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, serta dilakukan pengawasan
penyelenggaraan linen secara rutin oleh pihak rumah sakit.