Anda di halaman 1dari 87

KADAR MATRIX METALLOPROTEINASE 7 (MMP-7)

KEHAMILAN CUKUP BULAN SAAT PERSALINAN


PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAVIDA PADA CAIRAN
SERVIKOVAGINAL

Oleh :
Ria Suci Nurlianti

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM 5

PEMBIMBING:

Dr. dr. Muara P. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG.K

dr. Iman Helmi Effendi, M.ked(OG), Sp.OG.K

PENYANGGAH :
Dr. dr. Letta S. Lintang, M.Ked(OG), Sp.OG.K

Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG), Sp.OG.K, FICS

dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


salah satu syarat untuk mencapai gelar
Obstetri dan Ginekologi
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Tesis ini Adalah Hasil Karya Saya Sendiri, Dan Semua Sumber Baik Yang
Dikutip Maupun Dirujuk Telah Saya Nyatakan Dengan Benar

Nama : Ria Suci Nurlianti


Tanda Tangan :
Tanggal : Desember 2019
LEMBAR PENGESAHAN

Penelitian ini telah disetujui oleh Tim 5

PEMBIMBING:

Dr. dr. Muara P Lubis, M.Ked(OG), SpOG.K .....................................

Pembimbing I Tanggal Desember 2019

dr. Iman Helmi Effendi, M.ked(OG), SpOG.K .....................................

Pembimbing II Tanggal Desember 2019

PENYANGGAH:

Dr. dr. Letta Sari Lintang, M.Ked(OG), SpOG.K .....................................

Tanggal Desember 2019

Dr. dr. Binarwan Halim, M.Ked(OG), SpOG.K .....................................

Tanggal Desember 2019

dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG.K .....................................

Tanggal Desember 2019


KATA PENGANTAR

“Bismillaahirrahmaanirrahim”

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas izin dan

kemurahan-Nyalah penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini disusun untuk

melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Saya sebagai

manusia biasa, menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya dan masih

jauh dari sempurna. Namun demikian besar harapan saya kiranya tesis ini dapat

bermanfaat dalam menambah perbendaharaan pustaka, khususnya tentang:

“KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE 7 (MMP-7) KEHAMILAN


CUKUP BULAN SAAT PERSALINAN PRIMIGRAVIDA DAN
MULTIGRAVIDA PADA CAIRAN SERVIKOVAGINAL”

Dengan selesainya penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum

dan Dekan Fakultas Kedokteran USU, Dr. dr. Aldy Syafruddin Rambe,

Sp.S(K), yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti

Program Pendidikan Dokter Spesialis di FK USU.

2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU, Dr. dr. Makmur Sitepu,

M.Ked(OG), Sp.OG(K) dan Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi

FK USU, dr. Indra G. Munthe, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Ketua Program Studi

i
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU, dr. Riza Rivany, Sp.OG(K)

dan Sekretaris Program Studi Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU,

Prof. Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Ketua Program

Studi Magister Kedokteran Klinik, Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis,

M.Ked(Oph), Sp.M(K) dan Sekretaris Program Studi Magister Kedokteran

Klinik Dr. dr. Mohd. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), Sp.OG(K), serta Ketua

Program Studi Magister Kedokteran Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi,

Dr. dr. Hotma P. Pasaribu, MKed(OG), SpOG, yang telah berkenan

membimbing saya menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dan

Program Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK USU.

3. Alm. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K) selaku Ketua Departemen

Obstetri dan Ginekologi FK USU, Dr. dr. Mohd. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG),

Sp.OG(K), selaku Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU

Medan, Dr. dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG(K), selaku Ketua Program Studi

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK USU Medan pada saat saya

diterima Pendidikan Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, yang telah

bersama-sama berkenan menerima dan membimbing saya untuk mengikuti

Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter

Spesialis Obstetri dan Ginekologi di FK USU.

4. Kepala SMF Kebidanan dan Kandungan RSUP H. Adam Malik Medan,

dr. T.M. Ichsan, Sp.OG, Sekretaris SMF Kebidanan dan Kandungan

RSUP.H. Adam Malik Medan dr. Hanudse Hartono, M.Kes, Sp.OG(K),

Koordinator Pelayanan dr. Risman F. Kaban, M.Ked(OG), Sp.OG,

ii
Koordinator Pendidikan dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Koordinator

Penelitian dr. Khairani Sukatendel, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Koordinator

Peningkatan Mutu dr. M. Fahdy, Msc, Sp.OG.

5. Ketua Divisi Fetomaternal, Dr. dr. Makmur Sitepu, M.Ked(OG), Sp.OG(K),

Ketua Divisi Fertilitas dan Endokrinologi Reproduksi Departemen,

Dr. dr. Ichwanul Adenin, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Ketua Divisi

Uroginekologi, Dr. dr. Mohd. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), Sp.OG(K), Ketua

Divisi Obstetri Ginekologi Sosial, dr. Khairani Sukatendel, M.Ked(OG),

Sp.OG(K), dan Ketua Divisi Onkologi, dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),

Sp.OG(K).

6. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua Guru Besar

Departemen Obstetri Ginekologi FK USU: Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah

Sp.OG(K), Alm. Prof. dr. Djafar Siddik, Sp.OG(K), Alm. Prof. dr.

Hamonangan Hutapea Sp.OG(K), Prof. dr. Budi Hadibroto, Sp.OG(K), Prof.

Dr. dr. Thamrin Tanjung, Sp.OG(K), Alm. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc,

Sp.OG(K), Alm. Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, Sp.OG(K), Prof. dr. T.M.

Hanafiah, Sp.OG(K), Prof. dr. Daulat H. Sibuea, Sp.OG(K), Prof. dr. M.

Fauzie Sahil, Sp.OG(K), dan Prof. Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar,

M.Ked(OG), Sp.OG(K) serta Prof. Dr. dr. Sarma N. Lumbanraja,

MKed(OG), Sp.OG(K).

7. Dr. dr. Mohd. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), Sp.OG(K), selaku orang tua angkat

saya selama menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mangayomi,

iii
membimbing, dan memberikan nasihat yang bermanfaat kepada saya selama

dalam menempuh pendidikan.

8. Dr. dr. Muara P. Lubis, M.Ked(OG), Sp.OG.(K) dan dr. Iman Helmi Effendi,

M.Ked(OG), Sp.OG.(K) selaku pembimbing tesis ini, serta Dr. dr. Letta S

Lintang, M.Ked(OG), Sp.OG.(K), Sp.OG, Dr. dr. Binarwan Halim,

M.Ked(OG), Sp.OG.(K), FICS dan dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), Sp.OG.(K)

selaku penyanggah. Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

guru saya di TIM-5 ini, atas segala koreksi, kritik yang membangun, serta

atas segala bantuan, bimbingan, juga waktu dan pikiran yang telah diluangkan

dengan penuh kesabaran, dalam rangka melengkapi dan menyempurnakan

penyusunan tesis ini hingga dapat terselesaikan dengan baik.

9. Seluruh staf pengajar Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu, baik di RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD dr. Pirngadi Medan,

RSU Pendidikan USU, RSU Sundari Medan, RS Haji Mina Medan, dan

Rumkit Tk. II Kesdam I/BB Putri Hijau yang telah banyak membimbing dan

mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.

10. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan,

Direktur RSU Pendidikan USU, Direktur RS Haji Mina Medan, Direktur

RSU Sundari Medan, dan Direktur Rumkit Tk. II Kesdam I/BB Putri Hijau

beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan sarana kepada saya

selama menempuh pendidikan di Departemen Obstetri dan Ginekologi.

iv
11. Kepada dr. Putri C Eyanoer, MS.Epi, PhD selaku pembimbing statistik saya

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan membantu saya dalam

penyelesaian analisis statistik tesis saya ini.

12. Kepada sahabat-sahabat satu angkatan saya, dr. Devi Meliana Syam Ginting,

dr. Dyah Nurvita, dr. Isnayu, dr. Ahmad Syauki, dr. Qisthi Aufa Lubis,

dan Alm. dr. Kartika terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan dukungan

serta doa bagi saya selama ini.

13. Kepada senior-senior dan seluruh rekan sejawat PPDS yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu. Terima kasih atas kerjasama, bantuan, kebersamaan,

dan dorongan semangat serta doa yang telah diberikan.

14. Kepada seluruh pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan Ginekologi

RSUP H. Adam Malik dan RSUD dr. Pirngadi yang tidak bisa saya sebutkan

satu-persatu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

15. Seluruh pasien, rekan dokter muda, staf medis, paramedis maupun non

paramedis pada seluruh instansi di tempat saya pernah mengikuti pendidikan

maupun bertugas. Terima kasih banyak atas segala kerjasama, bantuan,

bimbingan, serta kebaikan yang diberikan selama masa pendidikan yang saya

jalani.

Tiada kata saya dapat ucapkan selain rasa syukur alhamdulillah kepada

Allah SWT dan sembah sujud serta terima kasih yang tidak terhingga saya

sampaikan kepada kedua orangtua saya yang sangat saya cintai, papa Alm. Kol.

Inf. Iwan Prilianto, dan mama saya, Siti Nurhayati yang telah mengandung,

melahirkan, membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik saya

v
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga sekarang.

Hanya Allah SWT yang dapat membalas semua yang telah mereka berikan selama

ini. Semoga saya dapat menjadi anak yang berbakti bagi kedua orang tua saya.

Kepada suamiku Moh. Yazied bin Arshad dan kedua buah hatiku Alesha

Zahra binti Moh. Yazied dan Zahran Al-Matin bin Moh. Yazied, terima kasih atas

dukungan kepadaku selama menjalani pendidikan. Kepada seluruh keluarga yang

tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang telah banyak memberikan

bantuan, dukungan dan doa, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan, Desember 2019

dr. Ria Suci Nurlianti

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR

Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : Ria Suci Nurlianti
Program Studi : Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Departemen : Obstetri dan Ginekologi
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada
Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti
Noneksklusif (Non-exlusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“KADAR MATRIKS METALLOPROTEINASE 7 (MMP-7) KEHAMILAN
CUKUP BULAN SAAT PERSALINAN PRIMIGRAVIDA DAN
MULTIGRAVIDA PADA CAIRAN SERVIKOVAGINAL”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonesklusif
ini Departemen Obstetri & Ginekologi Universitas Sumatera Utara berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempubliskan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada tanggal : Desember 2019

Yang menyatakan

(Ria Suci Nurlianti)

vii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i


Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ...........................vii
Daftar Isi ............................................................................................................viii
Daftar Gambar ..................................................................................................x
Daftar Tabel.......................................................................................................xi
Daftar Singkatan ...............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.2 Tujuan Penelitian .........................................................................................4
1.2.1 Tujuan Umum .....................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................................4
1.3 Manfaat Penelitian .......................................................................................5
1.3.1 Manfaat Teoritis ..................................................................................5
1.3.2 Manfaat Metodologis ..........................................................................5
1.3.3 Manfaat Aplikatif ................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................6
2.1. Matrix Metalloproteinase.............................................................................6
2.1.1. Kadar Matrix Metalloproteinase-7 pada Kehamilan ..........................11
2.1.2. MMP-7 Pada Aterm Saat Persalinan .................................................15
2.1.3. Kandungan Kolagen, Otot dan Jaringan Ikat pada Serviks
Primigravi dan Multigravida........................................................................ 19
2.2. Persalinan Normal ........................................................................................21
2.2.1. Definisi ...............................................................................................21
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan...................................23
2.2.3. Fase-fase Persalinan ...........................................................................26
2.2.4. Mekanisme Persalinan Normal ..........................................................31
2.3. Kerangka Teori.............................................................................................33
2.4. Kerangka Konsep .........................................................................................34
2.5. Hipotesis Penelitian......................................................................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................35
3.1. Rancangan Penelitian ...................................................................................35
3.2. Tempat danWaktu Penelitian .......................................................................35
3.2.1. Tempat Penelitian ............................................................................35
3.2.2. Waktu Pengumpulan Sampel ...........................................................35
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................35
3.3.1. Populasi Penelitian ..........................................................................35
3.3.2. Sampel Penelitian ............................................................................36
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi........................................................................36

viii
3.4.1. Kriteria Inklusi .................................................................................36
3.4.2. Kriteria Eksklusi ..............................................................................36
3.5. Besar Sampel ................................................................................................37
3.6. Identifikasi Variabel .....................................................................................37
3.6.1. Variabel Bebas ................................................................................37
3.6.2. Variabel Tergantung ........................................................................37
3.7. Definisi Operasional.....................................................................................37
3.8. Analisis Data ................................................................................................38
3.9. Cara Kerja danTeknik Pengumpulan Data ...................................................38
3.10. Kerangka Kerja ..........................................................................................41
3.11. Etika Penelitian ..........................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................43
4.1. Hasil Penelitian ............................................................................................43
4.2. Pembahasan ..................................................................................................47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................56
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................56
5.2. Saran .............................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................58

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. MMP manusia dikelompokkan sesuai dengan pengaturan


domain ..........................................................................................8
Gambar 2.2. Presentasi skematis dari peran MMPs / TIMPs dalam
miometrium ...................................................................................14
Gambar 2.3. Representasi skematis tentang peran dan regulasi sistem
MMP selama proses persalinan .....................................................15
Gambar 2.4. Kadar progesterone serum pada kehamilan preterm dan aterm ....17
Gambar 2.5. Regulasi aktivitas uterus selama kehamilan dan persalinan...........28
Gambar 2.6. Grafik persalinan modern. Karakteristik kurva rerata dilatasi
serviks untuk persalinan nulipara .................................................30
Gambar 2.7. Durasi persalinan kala I dan II .......................................................31
Gambar 2.8. Durasi dilatasi serviks selama persalinan (per jam) .......................31
Gambar 2.9. Kerangka konsep penelitian ...........................................................33
Gambar 4.1. Grafik Scatter plot hubungan MMP-7 dengan pembukaan ............45
Gambar 4.2. Grafik Scatter plot hubungan MMP-7 dengan lama persalinan ....46

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis jaringan reproduksi dan sel dilaporkan untuk


menghasilkan komponen MMP .......................................................10
Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia .............................43
Tabel 4.2. Perbandingan kadar MMP-7 fase laten pada wanita
Primigravida dan multigravida .........................................................44
Tabel 4.3. Perbandingan kadar MMP-7 fase aktif pada wanita
Primigravida dan multigravida .........................................................44
Tabel 4.4 Korelasi kadar MMP-7 terhadap pembukaan dan durasi
persalinan .........................................................................................47

xi
DAFTAR SINGKATAN

ACOG : American College of Obstetricians and Gynecologists


COX-2 : Cyclooxygenase-2
CPD : Cephalopelvic Disproportion
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
CVF : Collagen Volume Fraction
DHA : Docohexaehoic Acid
ECM : Extracelluler Matrix
EPA : Eicopentaenoic Acid
GD : Gestational Day
HPA : Hypothalamic Pituitary Adrenal
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IGF : Insulin-like Growth Factor
IGFBP : Insulin-like Growth Factor-binding Protein
IL-1 : Interleukin-1
kDa : Kilo Dalton
KPD : Ketuban Pecah Dini
MAPK : Mitogen-activated Protein Kinase
mIU : Mili International Unit
mL : Mililiter
MMP : Matrix Metalloproteinase
mRNA : Messenger Ribonucleic Acid
MT-MMP : Membrane-type Matrix Metalloproteinase
NF-kB : Nuclear factor kappa B
ng : Nanogram
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
OA : Oksiput Anterior
OT : Occiput Transverse
PG : Prostaglandin
PGF2α : Prostaglandin F2 Alpha
PP : Post Partum
PROM : Premature Rupture of Membrane
RDS : Respiratory Distress Syndrome
ROA : Right Occiput Anterior
ROCK : Rho-activated Protein Kinase
RUPP : Reduce Uterine Perfusion Pressure
SD : Standard Deviation
SMC : Smooth Muscle Cell
TCA : C-terminal A

xii
TCB : C-terminal B
TGF-β : Transforming Growth Factor Beta
TIMP : Tissue Inhibitor of Metalloproteinase
TL : Term Labour
TTN : Transient Tachypnea of Newborn
USG : Ultrasonography
WHO : World Health Organization
Zn : Zinc

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan terjadi pada akhir masa gestasi dan berbagai proses terlibat

dalam ripening serviks, kontraksi miometrial, koyaknya membran amnion dan

separasi dari plasenta. Hal ini dikoordinasi oleh banyak faktor seperti hormon dan

mediator inflamasi. Sejumlah jaringan mengalami kerusakan, perbaikan dan

remodeling selama proses persalinan, pelepasan plasenta dan involusi uterus.1,2

Pada kehamilan, proteom cairan servikovaginal manusia merupakan

gambaran dari lingkungan biokimia lokal dan dipengaruhi oleh perubahan fisik

yang terjadi pada vagina, leher rahim, dan selaput janin di sekitarnya. Kehamilan

normal berkaitan dengan tanda hemodinamik dan perubahan uterus yang diikuti

dengan aliran darah uteroplasenta yang memadai dan perkembangan uterus untuk

pertumbuhan janin.3 Kehamilan normal berhubungan dengan remodeling uterus

dan vaskular yang terjadi secara signifikan. Matrix metaloproteinase (MMP)

merupakan pengatur utama remodeling jaringan. Hal tersebut menunjukkan

bahwa MMP berperan dalam remodeling uteroplasenta dan vaskular selama

kehamilan normal.4

Selama hamil, uterus membesar untuk mengakomodasi perkembangan

janin, cairan ketuban, dan plasenta. Saat proses persalinan, matrix ekstraselular

(ECM) mengalami perombakan untuk mempersiapkan kontraksi uterus dan

setelah persalinan, uterus berinvolusi. Proses ini terjadi akibat proses degradasi

kolagen yang cepat dan proses penyusunan kembali selama kehamilan. Degradasi

1
2

dan remodeling dari matrix ekstraselular diperantarai oleh enzim proteolitik yang

merupakan enzim essensial pada proses persalinan. MMP dalam hal ini

memainkan peranan penting dalam proses ini mengingat substrat yang

dihasilkannya.4

Pada penelitian Li et al disebutkan bahwa selama kehamilan normal,

MMP-7 akan meningkat selama trimester ke 2 dan ke 3 kehamilan. Peningkatan

konsentrasi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan menunjukkan kadar

MMP-7 semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya usia

kehamilan yang mana MMP-7 berkaitan dengan persiapan pematangan serviks

untuk mempersiapkan persalinan.5

Selaput ketuban dan serviks terdiri atas sel khusus dan matriks

ekstraselular yang membentuk jaringan yang kompleks dan multi-laminar.

Semakin membesarnya kehamilan, maka serviks akan mengalami remodeling

matrix ekstraselular untuk menyesuaikan perubahan besar janin, untuk

menyesuaikan serviks untuk proses persalinan atau disebut juga proses

pematangan serviks. Geng et al menyebutkan bahwa peningkatan ekspresi MMP

pada serviks dan cairan amnion berkaitan dengan berkurangnya kekuatan

tegangan serviks, yang pada akhirnya akan menyebabkan pembukaan serviks dan

pecahnya selaput ketuban.4

Akumulasi MMP-7 juga diketahui meningkat selama dan setelah

persalinan. Selama persalinan, serviks tetap tertutup dan kaku untuk mencegah

lewatnya janin imatur melalui jalan lahir. Selama persalinan, serviks harus
3

berdilatasi dan terbuka lebar untuk dapat dilewati oleh janin yang matang dan

viable.4

Pergeseran dalam proses ini selama kehamilan dapat menyebabkan

timbulnya kondisi patologis. Seperti pada persalinan prematur dan prolonged

labor. Hal ini juga kemungkinan berpengaruh terhadap perbedaan dalam

persalinan primigravida dan multigravida. Lamanya fase laten dan fase aktif pada

primigravida dan multigravida berbeda dalam hal waktu. Pada multigravida,

remodeling ekstraselular berpengaruh terhadap persiapan kematangan serviks.

Pada multigravida, kekuatan tegangan uterus tidak sekuat tegangan serviks pada

primigravida. Hal ini disebabkan proses remodeling serviks tidak dapat

mengembalikan komposisi matrix extraselular seperti pada komposisi awal.

Perbedaan komposisi ini juga kemungkinan besar berhubungan dengan perbedaan

tingkat kematangan serviks pada primigravida dan multigravida. Pada kehamilan,

proteom cairan servikovaginal manusia merupakan gambaran dari lingkungan

biokimia lokal dan dipengaruhi oleh perubahan fisik yang terjadi pada vagina,

leher rahim dan selaput janin di sekitarnya. Matriks metalloproteinase (MMP)

merupakan pengatur utama remodeling jaringan.4 Hal ini membuat peneliti

tertarik untuk meneliti perbedaan kadar MMP-7 pada primigravida dan

multigravida.

1.1. Rumusan Masalah

Persalinan ditandai oleh perubahan fisiologis dan struktural pada serviks.

Secara teori dan praktek klinis, kemajuan persalinan pada multigravida lebih cepat

dibandingkan pada primigravida. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah


4

matriks ekstraseluler khususnya MMP-7. Oleh sebab itu, perlu dilakukan

penilaian kadar MMP-7 pada wanita hamil cukup bulan primigravida dan

multigravida saat proses persalinan.

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kadar MMP-7 pada wanita hamil saat

persalinan primigravida dan multigravida di RSUP H Adam Malik Medan

dan rumah sakit jejaring FK USU.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik wanita hamil cukup bulan saat

persalinan primigravida dan multigravida di RSUP H Adam Malik

dan rumah sakit jejaring FK USU.

2. Untuk mengetahui kadar MMP-7 pada primigravida dan multigravida

cukup bulan saat persalinan di RSUP H Adam Malik Medan dan

rumah sakit jejaring FK USU.

3. Untuk mengetahui keterlibatan MMP-7 pada wanita hamil cukup

bulan saat persalinan.


5

1.3. Manfaat Penelitian

1.2.3. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada klinisi tentang kadar dan keterlibatan MMP-7 pada proses

persalinan baik untuk wanita hamil cukup bulan primigravida maupun

multigravida.

1.2.4. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar penelitian

berikutnya dan menambah referensi peneliti selanjutnya serta dapat

menarik perhatian para peneliti untuk membahas topik tentang MMP-7

pada wanita hamil cukup bulan saat persalinan.

1.3.3 Manfaat Aplikatif

Dari hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai biomarker persalinan

sehingga dapat memprediksi lamanya suatu fase pada persalinan pada

primigravida dan multigravida.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Matrix metalloproteinase

Matriks metalloproteinase (MMP) adalah keluarga endopeptidase yang

bergantung pada seng dengan berbagai fungsi, termasuk remodeling dan degradasi

matriks ekstraseluler (ECM). Enzim ini diklasifikasikan menjadi beberapa

subkelompok sesuai dengan substrat spesifiknya yaitu kolagenase (MMP-1, -8,

dan -13), gelatinase (MMP-2 dan -9), stromelisin (MMP-3, -10, dan -11),

matrilisin (MMP-7), MMPs tipe membran, dan lain-lain. Matriks

metalloproteinase disintesis dan disekresikan sebagai preproenzim inaktif dan

ekspresinya dikendalikan pada tingkat transkripsi oleh faktor pertumbuhan,

hormon, sitokin, dan transformasi seluler. Aktivitas proteolitik MMP diregulasi

melalui aktivasi dari prekursornya dan dihambat oleh tissue inhibitors of

metalloproteinases (TIMP). Terdapat 4 TIMP yang dikodekan oleh genom

manusia (TIMP-1 hingga -4) dengan berbagai spesifisitas untuk penghambatan

MMP.6

Baik MMP maupun TIMP telah dipelajari pada uterus, serviks, dan

membran janin untuk mengetahui peran fisiologisnya dalam persalinan. MMP

yang diproduksi secara lokal dan yang disekresikan oleh leukosit lokal maupun

yang menginvasi, berkontribusi pada penipisan bertahap dan dilatasi serviks

uterus. Prostaglandin, relaksin, dan prolaktin juga menstimulasi ekspresi MMP.

Beberapa MMP dan TIMP juga terdapat dalam selaput janin dan diduga terlibat

dalam penipisan selaput dan terjadinya ruptur.6

6
7

MMP memiliki distribusi jaringan yang luas dan bertanggung jawab dalam

melakukan degradasi dan pergantian komponen matriks ekstraseluler dalam

beberapa proses fisiologis. Remodeling dari ECM serviks pada kehamilan dan

persalinan berpengaruh terhadap kekuatan dan fleksibilitasnya; perubahan ini

dapat dibagi menjadi 4 fase: perlunakan, pematangan, dilatas, dan involusi

postpartum. Peningkatan ekspresi dan aktivitas MMP berkaitan dengan kondisi

patologis termasuk kanker, peradangan kronis, serta gangguan neurologis,

reproduksi, persalinan prematur dan ketuban pecah dini.4

Dalam semua MMP yang disekresikan, kecuali MMP-7 dan MMP-26,

domain katalitik diikuti oleh domain mirip hemopexin C-terminal yang

berkontribusi pada substrat dan penghambat tissue inhibitors of metalloproteinase

(TIMP), aktivitas proteolitik, dan aktivasi membran dalam MT-MMP, domain C-

terminal menempel molekul ke membran plasma. Tipe 2 transmembran MMP

(MMP-23) memiliki susunan sistein dan domain mirip imunoglobulin daripada

domain hemopeksin yang dilestarikan. Hal ini dinyatakan sebagai membran

zymogen integral dengan anchor sinyal N-terminal dan diatur oleh pembelahan

proteolitik tunggal untuk aktivasi dan sekresi. MMP berbagi struktur domain

umum dan terlibat dalam degradasi berbagai komponen ECM dan nonmatriks.

Pendekatan struktural, molekuler, dan biokimia mereka terlibat dalam berbagai

proses penyakit.7,8

MMP terdiri dari propeptida dan domain katalitik (MMP-7 dan MMP-26).

Sebagian besar MMP mengandung domain baling-baling beta hemopexin, seperti

berbilah empat terhubung oleh linker atau daerah engsel, juga (MMP-1, -3, -8,
8

-11, -12, -13, -18, -19, -20, -21, -27, -28). MMP-2 dan MMP-9, selain yang

disebutkan sebelumnya, memiliki fibronektin seperti domain. MMP lain

mengandung variasi tambahan seperti wilayah transmembran dengan ekor

sitoplasma untuk MMP yang terikat membran (MT-MMP atau MMP-14, -15, -16,

-24), sebuah jangkar glikosilphosphatidyl (MMP-17 dan MMP-25) atau sistein

dan proline yang kaya akan IL-1 reseptor tipe II seperti domain.7

Kombinasi dan struktur domain berpengaruh terhadap sifat MMP dan

fungsinya. Ada tumpang tindih yang besar dalam kekhususan substrat antara

MMP. Sebagai contoh, domain seperti hemopeksin menyediakan MMP dengan

kemampuan untuk membelah kolagen fibrillar. Domain mirip fibronektin,

ditemukan dalam MMP-2 dan MMP-9, memungkinkan untuk mengikat substansi

kolagen dan gelatin yang tidak beraturan.7

Gambar 2.1 MMP manusia dikelompokkan sesuai dengan pengaturan


domain7
MMP disintesis dan disekresikan sebagai prepro-enzymes laten

(zymogens) yang memerlukan pembelahan dari propeptide untuk aktivasi.

Propeptida mengandung “cysteine switch”, di mana residu sistein berinteraksi

dengan domain katalitik untuk mempertahankan keadaan tidak aktif. Domain


9

katalitik mengandung motif pengikatan seng yang terdiri dari tiga residu histidin

penting yang harus diekspos untuk aktivitas setelah pengangkatan propeptida. Ion

kalsium sangat penting untuk menjaga stabilitas dan aktivitas MMP.9

Setelah aktivasi, famili inhibitor MMP unik yang berlabel inhibitor

jaringan MMP atau TIMPs masih dapat menghambat MMP. Saat ini, terdapat

empat TIMP meliputi TIMP-1, TIMP-2, TIPM-3 dan TIMP-4. TIMP berinteraksi

dengan domain katalitik MMP untuk menghambat aktivitasnya. Ada interaksi

tambahan antara TIMP dan domain mirip hemopeksin untuk MMP-2 dan MMP-9.

TIMP menampilkan afinitas diferensial pada MMP yang berbeda. MMP juga

dihambat oleh alpha2-macroglobulin, proteinase plasma 722 kDa yang diproduksi

oleh hepatosit, tetapi juga diproduksi oleh jaringan lain. Hal ini diyakini bahwa

TIMP adalah penghambat utama MMP di ECM, dan alpha-macroglobulin adalah

penghambat utama dalam plasma.10

Transkripsi dipengaruhi melalui aksi sitokin, faktor pertumbuhan, hormon

dan agen lainnya, yang berarti bahwa aktivitas MMP akan dipengaruhi oleh

proses fisiologis serta yang patologis, seperti peradangan dan neoplasma. Lebih

lanjut, ekspresi MMP memiliki tingkat spesifisitas jaringan. Misalnya, MMP-8

ditemukan terutama di neutrofil. Akhirnya, MMP dapat memengaruhi aktivitas

MMP lainnya, seperti halnya dengan pro-MMP-2 yang membutuhkan MT1-MMP

(MMP-14) untuk aktivasi. Jelas bahwa regulasi MMP terjadi di banyak tingkatan,

dimulai dengan ekspresi jaringan diferensial dan kompartementalisasi untuk

mengontrol transkripsi, transfer ke ECM, aktivasi, penghambatan, degradasi, dan


10

ketersediaan ion zinc dan kalsium, yang mana ada banyak target untuk manipulasi

aktivitas MMP.10

MMP disekresikan dalam bentuk tidak aktif dan dihambat oleh inhibitor

jaringan khusus MMP. Pada amniochorionic rupture diekspresikan gelatinase,

collagenases, dan stromelysin diekspresikan. Enzim utama yang terkait dengan

proses ini adalah gelatinases A dan B (MMP-2 dan MMP-9, masing-masing) dan

collagenases 2 dan 3, yang juga dikenal sebagai MMP-8 dan MMP-13.10 MMP

lain seperti stromelysin-1 (MMP-3) diekspresikan selama persalinan.11 Sesuai

dengan afinitas substrat dari enzim yang disebutkan di atas, telah diusulkan bahwa

aktivitas enzim tersebut dapat mengakibatkan pecahnya membran.10

Tabel 2.1 Jenis jaringan reproduksi dan sel dilaporkan untuk menghasilkan

komponen MMP12
11

Matriks metaloproteinase (MMP) secara genetik berbeda tetapi secara

endopeptidase terkait secara struktural dengan banyak fungsi, termasuk

remodeling dan degradasi matriks ekstraseluler dan substrat bioaktif non-

matriks.34 Aktivitas proteolitik MMP dihambat oleh inhibitor jaringan

metalloproteinases (TIMP).35 Beberapa MMP (-1, -2, -3, -7, -8 dan -9) dan TIMP-

1 dan -2 ditemukan dalam membran janin selama kehamilan.10,13

2.1.1 Kadar Matrix Metalloproteinase-7 pada Kehamilan

Matriks metalloproteinase 7 (MMP-7) adalah anggota terkecil dari MMP

dengan matrilisin (MMP-7) ditemukan pada tikus pada tahun 1980 oleh Seller dan

Woessner.14 MMP-7 diekspresikan oleh kebanyakan sel epitel. Matriks

metalloproteinase 7 terlokalisasi dalam kompartemen seluler epitel membran janin

dan desidua. Matriks metalloproteinase 7 berperan dalam pembelahan berbagai

macam substrat matriks ekstraseluler/ extracellular matrix (ECM) pada membran

janin, termasuk kolagen tipe IV.15

Persalinan terjadi pada akhir periode kehamilan, dan merupakan puncak

dari sejumlah peristiwa yang meliputi pematangan serviks, kontraksi miometrium,

pecahnya selaput ketuban, dan pelepasan plasenta. Sejumlah jaringan mengalami

kerusakan, perbaikan, dan renovasi selama masa persalinan, pelepasan plasenta,

dan involusi uterus.16 Matriks ekstraseluler miometrium ditata ulang untuk

memungkinkan kontraksi uterus; dan setelah persalinan, uterus terlibat dalam

proses degradasi bundel kolagen yang secara bertahap berkumpul selama

kehamilan. Degradasi dan remodelling ECM oleh enzim proteolitik sangat penting

untuk proses kelahiran; matriks metalloproteinases (MMPs) memainkan peran


12

yang sangat penting dalam proses tersebut. Kegiatan MMP dikontrol ketat oleh

regulasi mekanisme yang kompleks, termasuk aktivasi proteolitik, up-regulation

dan down-regulation oleh inducers dan inhibitor, serta penghambatan langsung

melalui aktivator dan inhibitor jaringan metalloproteinases (TIMPs).

Keseimbangan antara MMP bebas dan konsentrasi TIMP membantu

mengendalikan aktivitas proteolitik. Di dalam uterus, aktivitas MMP berhubungan

dengan pematangan dan pelebaran serviks, serta pemulihan postpartum.17

Sesaat setelah melahirkan; stromelysins, collagenases, dan gelatinase

menunjukkan peningkatan 350 kali lipat relatif terhadap MMP 10, sedangkan

MMP-7 dan MMP 12 menunjukkan peningkatan 150 kali lipat. Protein MMP-7

terdeteksi pada 29 kDa, dan ekspresinya meningkat pada akhir kehamilan, selama

TL, dan memuncak pada 1PP dibandingkan dengan awal kehamilan, serta

menunjukkan pola yang mirip dengan ekspresi gen MMP-7.13

MMP berperan penting dalam beberapa proses reproduksi, yaitu, ovulasi,

implantasi, pematangan serviks, dan involusi PP. Stromelysins (MMP-3,

MMP-10, dan MMP11) dan MMPs lainnya (MMP-7 dan MMP-12) mampu

mendegradasi elastin, molekul adhesi sel, proteoglikan, fibronektin, komponen

membran basal, laminin dan kolagen tipe IV serta menunjukkan keterlibatan

dalam memodifikasi matriks ekstraseluler miometrium dalam persiapan kontraksi

persalinan aktif.18,19

Progesteron menstimulasi TGF-β pada sel stroma dimana hal ini akan

menyebabkan inhibisi ekspresi MMP-7 oleh epitel endometrium dan mengaktivasi


13

ekspresi TIMP. Penghambatan MMP-7 yang dimediasi oleh progesteron

membutuhkan produksi lokal TGF-β.20

Meskipun MMP-7 uterus pertama kali diidentifikasi pada jaringan post

partum, ditemukan peningkatan yang signifikan pada gen MMP-7 dan ekspresi

protein mendekati aterm, yang berkorelasi dengan peningkatan rekrutmen leukosit

miometrium. Selain mempromosikan chemoattraction, MMP-7 berperan aktif

dalam pembelahan endotel-cadherin vaskular yang merupakan salah satu protein

fungsional yang mempertahankan fungsi penghalang/barrier vaskular. Hasil dari

pewarnaan imunohistokimia MMP-7 menunjukkan adanya ekspresi sekitar

vaskular miometrium pada saat aterm. Para peneliti berspekulasi bahwa MMP-7

juga berperan dalam mempromosikan infiltrasi leukosit ke miometrium dengan

meningkatkan kemotaksis dan permeabilitas pembuluh darah selama kehamilan

lanjut dan TL.21

Menariknya, peningkatan ekspresi MMP-7 juga berhubungan dengan

peningkatan ekspresi IGF1 dan IGFBP5 dalam miometrium tikus selama TL dan

PP. Beberapa jenis insulin like growth factor (mis., IGF1, IGF2, IGFBPs)

diketahui merangsang proliferasi sel, kolagen, sintesis, dan pertumbuhan /

regenerasi otot sehingga menjadi bioavailabilitas yang penting untuk membantu

involusi uterus PP. Pembelahan IGFBP5 yang dimediasi oleh MMP-7 telah

terbukti membebaskan IGF2, yang juga menunjukkan hubungannya dalam

mengatur upregulating pensinyalan IGF dalam miometrium PP.20


14

Gambar 2.2. Presentasi skematis dari peran MMPs / TIMPs dalam

miometrium.22

Sebuah penelitian di korea telah meneliti kadar Matrix Metalloproteinase-

9 cairan servikovaginal selama kehamilan dimana hasil penelitian menunjukkan

bahwa MMP-9 servikovaginal tidak berubah secara signifikan dengan

bertambahnya usia kehamilan sampai 37 minggu, dan secara signifikan meningkat

setelah 37 minggu. Kadar MMP-9 servikovaginal ditemukan sama pada wanita

tanpa persalinan, persalinan spontan, dan ketuban pecah dini saat aterm.22

Peningkatan ekspresi komponen MMP dalam cairan ketuban berkorelasi

dengan penurunan kekuatan elastisitas membran, yang menyebabkan ketuban

pecah. Selama proses persalinan (istilah atau kelahiran prematur), pecahnya

membran amnion berhubungan dengan peningkatan konsentrasi MMP-9 aktif

yang signifikan dan penurunan median konsentrasi TIMP-1 dan TIMP -2 aktif

yang signifikan. Di sisi lain, ditemukan peningkatan produksi MMP-7 oleh


15

plasenta selama kehamilan dengan pre-eklampsia dan menunjukkan aktivitas

proteolitik MMP berkontribusi pada proses patologis ini. IL-8 juga berkorelasi

erat dengan sekresi MMP-8 dan -9 selama pematangan serviks, serta sintesis

MMP-8 dan -9 oleh leukosit dalam sampel dari pasien yang menjalani bedah

sesar. Mediator peradangan lain dapat merangsang sintesis komponen MMP. 23

Gambar 2.3. Representasi skematis tentang peran dan regulasi sistem MMP

selama proses persalinan.4

2.1.2 MMP-7 Pada Aterm Saat Persalinan

Matrix Metalloproteinase-7 (MMP-7) juga dikenal sebagai matrilysin,

adalah enzim utama yang mengatur proses dekomposisi matriks ekstraseluler.

MMP adalah jenis protease, yang termasuk keluarga matriks metalloproteinase.


16

Kofaktornya adalah ion Zn2+ pada matriks ekstraseluler kolagen tipe IV dan

gelatin dengan peran utama sebagai substrat.24 Matriks metalloproteinase adalah

anggota keluarga protease seng yang bertindak di luar sel yang menghidrolisis

komponen matriks ekstraseluler. Remodeling matriks ekstraseluler terjadi pada

penyembuhan luka, invasi tumor dan metastasis, fibrosis jantung, dan uterus

postpartum yang terlibat. Keseimbangan antara produksi enzim tersebut dan

penghambat jaringan spesifik (TIMPs, penghambat jaringan metalloproteinase)

dan aktivator memainkan peran penting dalam remodeling postpartum uterus.

Aktivitas enzimatik dari MMP-13 dan MMP-7 telah dijelaskan dalam uterus

postpartum. Diketahui bahwa serotonin memainkan peran kunci sebagai hormon

pengaktif, sedangkan progesteron dan estrogen mencegah aktivasi MMP-13.

MMP-13 dan MMP-7 memiliki spesifisitas substrat yang berbeda. MMP-13

terutama terlibat dalam menurunkan jaringan kolagen matriks ekstraseluler,

terutama kolagen I, II, III, dan VII. Sebaliknya, MMP-7 mencerna prokolagenase,

kolagen tipe IV, proteoglikan, dan glikoprotein matriks ekstraseluler, seperti

fibronektin, laminin, dan gelatin. Temuan terbaru menunjukkan bahwa MMP-7

mengaktifkan pro-MMP-1 manusia, tetapi tidak secara langsung mengaktifkan

MMP-13. Meskipun ada banyak studi biokimia tentang pengaturan aktivitas

proteolitik dari kolagenase, ada sedikit informasi tentang tingkat mRNA MMP di

negara-negara dengan aktivitas kolagenolitik tinggi. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini kami telah menjawab pertanyaan apakah peningkatan aktivitas

MMP yang kuat dalam remodeling uterus dan jaringan serviks disebabkan oleh

peningkatan level mRNA MMP-13 dan MMP-7.25


17

Gambar 2.4 Kadar progesteron serum pada kehamilan preterm dan aterm.

Dapat dlihat bahwa kadar progesteron pada kehamilan aterm akan menurun drastis saat mendekati

intrapartum, sedangkan pada kasus kehamilan prematur, kadar progesteron cenderung meningkat. Penurunan

progesteron akan memicu aktivitas MMP-7.

MMP-7 pertama kali ditemukan di rahim yang sedang mengalami involusi

dan terlibat dalam pemecahan kolagen selama masa nifas. MMP-7 telah terbukti

menurunkan fibronektin, gelatin, laminin, elastin, kasein, dan proteoglikan, seperti

versikanus dan aggrekan. MMP-7 juga dapat mengaktifkan bentuk laten matrix

metalloproteinase lainnya dan pemrosesan proteolitik dari molekul lain, seperti

tumor necrosis factor-alpha, aktivator plasminogen jaringan urokinase, aktivator

plasminogen tipe jaringan, dan alpha-cadherin. MMP-7 adalah matrix

metalloproteinase berupa matriks kecil yang memiliki struktur yang unik. Matriks

tersebut tidak memiliki karakteristik ikatan hemopeksin-vitronektin dari matrix

metalloproteinase lainnya. Produksi MMP-7 secara transkripsi diatur, diaktifkan

oleh endopeptidase seperti plasmin, dan dihambat oleh inhibitor jaringan matrix

metalloproteinase.26
18

Dalam saluran reproduksi, tingkat konstitutif yang tinggi dari matrilysin

dan messenger ribonukleatnya ditemukan di sel-sel epitel uterus pada tikus. Studi

hibridisasi imunohistokimia dan in situ pada manusia telah menunjukkan adanya

protein dan asam ribonukleat pembawa dalam proliferatif, akhir sekresi, dan

endometrium menstruasi, serta di sinsitiotrofoblas selama kehamilan awal dan di

sitotrofoblas pada trimester ketiga.27 Deteksi fibronektin dalam sekresi vagina dan

serviks merupakan faktor risiko yang kuat pada kejadian pecah ketuban dini, dan

kehadirannya dalam cairan biologis ini merupakan bukti degradasi aktif matriks

ekstraseluler pada membran-desidual.28

MMP-7 terdeteksi dalam sampel cairan ketuban pada trimester kedua dan

ketiga kehamilan, dan konsentrasinya meningkat dengan semakin meningkatnya

usia kehamilan. MMP-7 tidak seperti matrix metalloproteinase lainnya, yang

diproduksi terutama oleh sel-sel stroma, MMP-7 diproduksi terutama oleh sel-sel

epitel (sel endometrium, trofoblas). Sumber-sumber potensial MMP-7 adalah urin

janin, sel ketuban, dan makrofag di dalam rongga ketuban. Peningkatan

konsentrasi dengan usia kehamilan menunjukkan regulasi perkembangan MMP-7

dan berkontribusi dalam perkembangan, pematangan, dan persiapan untuk

kelahiran.7 Penelitian menyatakan bahwa MMP-7 telah ditemukan dalam cairan

ketuban pada trimester kedua kehamilan. Konsentrasi cairan ketuban MMP-7

tercatat meningkat pada trimester ketiga, meskipun tidak terpengaruh oleh

persalinan. Dalam konteks ini, masih belum jelas sumber MMP-7 dalam cairan

ketuban atau maknanya dalam persalinan, dan persalinan tanpa komplikasi.29


19

MMP-7 terlokalisasi dalam ruang epitel seluler selaput janin dan

desidua.30 Dalam cairan ketuban, istilah nifas tidak berhubungan dengan

peningkatan MMP-7. Namun, aktivitas MMP-7 secara signifikan lebih tinggi

dalam amnion yang dikumpulkan di sekitar lokasi pecah setelah persalinan cukup

bulan dibandingkan dengan kontrol saat kehamilan, menunjukkan keterlibatan

MMP-7 dalam pecahnya membran. Amnion, chorion, dan desidua dipisahkan dari

membran janin pada kehamilan cukup bulan dari wanita tanpa persalinan

(kelahiran sesar), persalinan (persalinan normal), dan persalinan selama ketuban

pecah dini untuk evaluasi MMP-7. Ekspresi pro-MMP-7 secara imunohistokimia

ditunjukkan dalam amnion, chorion, dan desidua. MMP-7 diekspresikan dalam

membran janin (amnion, chorion, dan desidua), dan aktivitasnya meningkat dalam

amnion dengan ketuban pecah dini pada kehamilan cukup bulan, disertai dengan

penurunan level TIMP-1. MMP-7 berperan dalam degradasi matriks ekstraseluler

pada membran janin selama persalinan.30,31

2.1.3 Kandungan Kolagen, Otot dan Jaringan Ikat pada Serviks

Primigravida dan Multigravida

Mekanisme kausal penyebab berbedanya lama fase laten dan aktif pada

primigravida dan multigravida adalah renovasi serviks yang tidak lengkap setelah

Kelahiran pada multigravida. Selama kehamilan, konsentrasi kolagen serviks

berkurang 45-75%, dibandingkan dengan wanita tidak hamil. Penurunan ini

dianggap sebagai prasyarat untuk persalinan pervaginam. Jadi dapat disimpulkan

bahwa konsentrasi relatif kolagen serviks yang tinggi selama persalinan


20

berhubungan dengan lama durasi pembukaan serviks. Berdasarkan studi

Stundolft, menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi kolagen serviks yang

stabil dijumpai sampai 9-12 bulan setelah melahirkan. Ini adalah studi pertama

yang menggambarkan remodeling kolagen serviks setelah melahirkan. Studi

tentang penyembuhan luka telah menunjukkan renovasi yang sedang berlangsung

selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk jaringan agar

mendapatkan kembali kekuatan mekanik, konsentrasi kolagen serviks meningkat

secara bertahap setelah masa nifas. Kenaikan signifikan pada jumlah kolagen

secara statistik dijumpai hingga 9 bulan tetapi secara statistik tidak signifikan dari

9-12 bulan.52

Berdasarkan penelitian Garcia, perbandingan antara bagian vagina dan

uterus, didapatkan ketebalan dinding serviks yang secara signifikan lebih tinggi

pada nulipara (bagian vagina: 11,50 ± 0,81 vs bagian uterus: 8,35 ± 0,62 mm,

p= 0,002) tetapi tidak pada wanita multipara (bagian vagina: 12,37 ± 0,81 vs

bagian uterus: 10,79 ± 0,96 mm, p> 0,05). Mengenai komponen jaringan serviks,

multipara memiliki jaringan ikat yang lebih banyak (58,86 ± 10,78 vs 67,60 ±

13,38%, p <0,001) dan serat otot lebih sedikit (39,79 ± 10,24 vs 30,66 ±

13,69%, p <0,001) dibandingkan nulipara.53 tanpa perbedaan statistik antara

kapiler (1,34 ± 1,00 vs 1,73 ± 1,00%, untuk nulipara dan multipara masing-

masing). Komposisi jaringan dievaluasi lebih lanjut dalam hal bagian serviks

(vagina vs uterus) dan lapisan jaringan (endometrium vs miometrium).

Sehubungan dengan bagian dari serviks, bagian vagina menunjukkan jaringan ikat

yang lebih banyak dan lebih sedikit serat otot dari bagian uterus (p <0,05),
21

sedangkan multipara menunjukkan lebih banyak jaringan ikat dan serat otot lebih

sedikit daripada nulipara di kedua bagian (p <0,01 untuk bagian vagina, p <0,001

untuk bagian uterus). Informasi lebih lanjut diperoleh dengan mengevaluasi

komponen jaringan secara terpisah di endometrium dan miometrium. Pada

multipara, jaringan ikat paling banyak terdapat di miometrium bagian vagina (p

<0,001) dan di endometrium dan miometrium bagian uterus (p <0,01 dan p

<0,001, masing-masing). Sebaliknya, kandungan serat otot yang lebih rendah

diamati di miometrium bagian vagina (p <0,05) dan endometrium bagian uterus (p

<0,01). Tidak ada perubahan dalam jumlah kapiler yang diamati di antara salah

satu bagian atau lapisan jaringan yang dibandingkan (p> 0,05).53 Hal ini

menunjukkan berkurangnya kandungan otot pada serviks multigravida

menyebabkan rendahnya kekuatan tensile strenght pada serviks dan

meningkatkna jaringan ikat, memicu peningkatan MMP-7 untuk mendegradasi

matriks esktraselular pada serviks. Hal ini jugalah yang mendasari mengapa fase

laten dan aktif pada multipara menjadi lebih cepat.53

2.2. Persalinan Normal

2.2.1. Definisi

Persalinan dimulai ketika timbul kontraksi uterus kemudian teratur yang

mengakibatkan penipisan dan dilatasi serviks yang progresif. Dilatasi serviks

tanpa adanya kontraksi uterus menunjukkan insufisiensi serviks, sedangkan

kontraksi uterus tanpa perubahan serviks tidak memenuhi definisi persalinan.3

Perubahan hemodinamik terjadi pada tubuh wanita selama dan setelah kehamilan.
22

Volume darah dan massa sel darah merah meningkat selama kehamilan mengacu

pada peningkatan preload. Output jantung meningkat sebesar 20% hingga 50%,

mulai dari sejak usia kehamilan 5 minggu dan memuncak pada pertengahan

hingga akhir kehamilan. Pemulihan kondisi normal dapat dilihat paling cepat 2

minggu postpartum.32

Istilah 'persalinan fisiologis', 'persalinan normal' dan 'persalinan alami'

sering digunakan secara bergantian tetapi biasanya merujuk pada persalinan yang

belum ditatalaksana dengan intervensi medis. WHO mendefinisikan kelahiran

normal sebagai berikut:

 Onset spontan

 Risiko rendah pada awal persalinan

 Tetap berisiko rendah selama persalinan dan kelahiran

 Bayi lahir:

o Secara spontan

o Pada posisi vertex

o Antara usia kehamilan 37 dan 40 minggu

 Wanita dan bayinya dalam kondisi baik setelah persalinan.33

ACOG merangkai definisi umur kehamilan sebagai berikut: early term

(37 0/7 - 38 6/7 minggu kehamilan), full term (39 0/7 - 40 6/7 minggu kehamilan),

late term (41 0/7 - 41 6/7 minggu kehamilan), dan postterm (42 0/7 minggu

kehamilan dan seterusnya). Dari hampir 4 juta kelahiran di Amerika Serikat pada

tahun 2013, sekitar 3 juta kasus adalah persalinan pervaginam. Persalinan dimulai

ketika kontraksi uterus yang teratur menyebabkan peningkatan dan pelebaran


23

serviks yang progresif. Risiko infeksi meningkat setelah pecahnya membran, yang

dapat terjadi sebelum atau selama persalinan.34 Dampak positif bagi neonatal dari

persalinan pervaginam meliputi adaptasi fisiologis “alami” lingkungan eksternal

terhadap sistem pernapasan, hematologi, dan imunologi. Hal ini menghasilkan

penurunan kejadian respiratory distress syndrome (RDS), transient tachypnea of

newborn (TTN), dan perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) yang

berhubungan dengan risiko infeksi yang lebih rendah dengan fungsi kekebalan

tubuh, fungsi percernaan dan respons alergi yang lebih optimal.34,35

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Persalinan bukanlah proses pasif di mana kontraksi uterus mendorong

benda kaku melalui sebuah lubang. Kemampuan janin untuk berhasil

menyesuaikan rongga panggul selama persalinan dan kelahiran tergantung pada

interaksi dari tiga variabel kompleks: aktivitas uterus, janin, dan panggul ibu

(Powers, Passenger, Passage).

a) Aktivitas Uterus (power)

Meskipun ada perbaikan teknologi, definisi aktivitas uterus “adekuat”

selama persalinan masih belum jelas. Secara klasik, tiga hingga lima

kontraksi per 10 menit telah digunakan untuk mendefinisikan kontraksi

yang memadai; Pola ini telah diamati pada sekitar 95% wanita dalam

persalinan spontan. Dalam persalinan, pasien biasanya mengalami

setiap 2 hingga 5 menit, dengan kontraksi menjadi sesering setiap 2

hingga 3 menit pada akhir persalinan aktif, serta selama tahap kedua.

Aktivitas uterus yang abnormal juga dapat diamati baik secara spontan
24

atau sebagai hasil dari intervensi iatrogenik. Tachysystole didefinisikan

sebagai lebih dari lima kontraksi dalam 10 menit, rata-rata lebih dari

30 menit. Jika tachysytole terjadi, dokumentasi harus mencatat ada

tidaknya deselerasi detak jantung janin.36

Jika kontraksi uterus “adekuat” untuk mendukung persalinan

pervaginam, salah satu dari dua hal akan terjadi: serviks akan

mengalami pematangan dan dilatasi, kepala janin akan turun, atau akan

terjadi caput succedaneum (edema kulit kepala) yang memburuk dan

cetakan kepala janin (tumpang tindih tulang tengkorak) tanpa

penipisan dan pelebaran serviks. Situasi terakhir menunjukkan adanya

disproporsi sefalopelvic (CPD), yang bisa bersifat absolut (di mana

janin terlalu besar untuk melewati ronga panggul) atau relatif (di mana

kondisi janin dapat melalui panggul dalam kondisi optimal, tetapi

dihalangi oleh malposisi atau posisi abnormal kepala janin), atau

obstruksi pintu bawah panggul karena adanya fibroid uterus.37

b) Fetus (passenger)

 Ukuran janin dapat diperkirakan secara klinis dengan palpasi

abdomen atau dengan ultrasonografi, tetapi keduanya memiliki

tingkat kesalahan yang besar. Makrosomia janin (didefinisikan

oleh American College of Obstetricians and Gynecologists

[ACOG] sebagai berat lahir 4.000 gram atau 4.500 gram, namun

dari beberapa penelitian kohort 4.500 gram lebih menggambarkan


25

makrosomia) berhubungan dengan peningkatan probabilitas

kegagalan dan kelainan persalinan.37

 Posisi mengacu pada sumbu longitudinal janin relatif terhadap

sumbu longitudinal uterus. Posisi janin bisa memanjang,

melintang, atau miring. Pada kehamilan tunggal, hanya janin dalam

posisi longitudinal yang dapat dilahirkan dengan aman melalui

vagina.37

 Presentasi mengacu pada bagian janin yang secara langsung

menutupi pintu atas panggul. Pada janin dengan posisi

longitudinal, presentasi dapat berupa cephalic (vertex) atau

bokong. Presentasi majemuk mengacu pada keberadaan lebih dari

satu bagian janin di pintu atas panggul, seperti tangan janin dan

verteks. Presentasi funik mengacu pada presentasi tali pusat dan

jarang pada saat aterm. Presentasi cephalic janin diklasifikasikan

menurut posisi tulang tengkorak yang meliputi oksiput (verteks),

dagu (mentum), atau alis. Malpresentation, mengacu pada

presentasi apa pun selain vertex, terjadi pada sekitar 5%

persalinan.37

 Posisi janin mengacu pada hubungan bagian presentasi janin

dengan panggul ibu, dan itu dapat dinilai paling akurat pada

pemeriksaan vagina. Presentasi sefalika dan oksiput janin sebagai

acuan. Jika oksiput berada pada sisi anterior, posisinya disebut

oksiput anterior (OA). Jika oksiput diputar ke sisi kanan ibu,


26

posisinya disebut oksiput anterior kanan (ROA). Dalam presentasi

sungsang, sakrum adalah acuan (sakrum kanan anterior).

 Station adalah posisi terbawah dari bagian tulang janin yang turun

melalui jalan lahir. Klasifikasi standar saat ini (−5 hingga +5)

didasarkan pada ukuran kuantitatif dalam sentimeter jarak tepi

tulang terkemuka dari spina ischiadica. Titik tengah (stasiun 0)

didefinisikan sebagai bidang spina ischiadica maternal. Spina

ischiadica dapat diraba pada pemeriksaan vagina sekitar pukul 8

dan 4.

c) Panggul Maternal (passage)

Bagian ini terdiri dari tulang panggul (terdiri dari sakrum, iliaca,

ischiadica, dan pubis) dan resistensi jaringan sekitarnya. Pelvis dibagi

menjadi panggul palsu (lebih besar) dan asli (lebih kecil) oleh

pinggiran panggul, yang dibatasi oleh promontory sakral, anterior ala

sakrum, garis arkuata iliaca, garis pektineal iliaca, garis pektineal

pubis, dan pubic crest memuncak pada simfisis.38

2.2.3. Fase-fase Persalinan

Terdapat empat fase persalinan yang terdiri atas fase pertama yang

merupakan fase tenang sesaat ketika dimulainya kontraksi uterus untuk memulai

persalinan dimana kontraksi diinhibisi oleh aktivitas progesteron, prostasiklin,

relaxin, oksida nitrat, peptida terkait hormon paratiroid, dan hormon lainnya.

Selama fase aktivasi, estrogen mulai memfasilitasi ekspresi reseptor miometrium

untuk prostaglandin (PG) dan oksitosin, yang mengaktivasi saluran ion dan
27

peningkatan gap junction. Peningkatan gap junction antara sel-sel miometrium

memfasilitasi kontraksi yang efektif. Fase stimulasi berikutnya dimulai ketika

uterotonik, khususnya PG dan oksitosin, merangsang kontraksi yang teratur.

Serangkaian fase ini berakhir terjadi involusi uterus setelah melahirkan yang

dimediasi terutama oleh oksitosin. Tiga fase pertama persalinan membutuhkan

interaksi endokrin, parakrin, dan autokrin antara janin, membran, plasenta, dan

ibu.1

Kortisol janin meningkatkan produksi estradiol dan mengurangi produksi

progesteron karena pergeseran metabolisme kortisol plasenta tergantung pada

17a-hidroksilase plasenta. Perubahan dalam rasio progesteron / estradiol

merangsang plasenta memproduksi oksitosin dan prostaglandin (PG), khususnya

PGF2α. Pada manusia, aktivitas uterus dipicu oleh peningkatan produksi adrenal

janin dehydroepiandrostenedione, yang dikonversi dalam plasenta menjadi

estradiol dan estriol. Estriol plasenta merangsang peningkatan PGF2α ibu

(kemungkinan desidua), reseptor PG, reseptor oksitosin, dan gap junction.39

Oksitosin adalah hormon peptida yang disintesis di hipotalamus dan

dilepaskan dari hipofisis posterior secara pulsatil. Pada saat aterm, oksitosin

adalah agen uterotonik yang kuat yang mampu menstimulasi kontraksi uterus

dengan laju infus intravena 1 hingga 2 mIU / mnt. Oksitosin sebagian besar tidak

aktif di hati dan ginjal, dan selama kehamilan terdegradasi terutama oleh oksitosin

plasenta. Waktu paruh biologis oksitosin sekitar 3 hingga 4 menit, tetapi

tampaknya lebih pendek ketika dosis yang lebih tinggi diinfuskan. Reseptor

oksitosin miometrium meningkat rata-rata sebesar 100 hingga 200 kali lipat
28

selama kehamilan, mencapai maksimum selama fase persalinan awal. Peningkatan

konsentrasi reseptor ini paralel dengan peningkatan dalam sensitivitas uterus

terhadap oksitosin yang beredar. Stimulasi oksitosin dari fosfolipase C dapat

diblokir oleh peningkatan kadar siklik adenosin monofosfat. Peningkatan kadar

kalsium merangsang aktivasi calmodulin-mediated activation of myosin light-

chain kinase. Oksitosin juga bisa merangsang kontraksi uterus melalui jalur

kalsium-independen dengan menghambat miosin fosfatase, yang meningkatkan

fosforilasi miosin.40

Gambar 2.5. Regulasi aktivitas uterus selama kehamilan dan persalinan.1

Pada persalinan normal, terdapat beberapa fase:1

 Kala I dapat dibagi atas fase laten (tenang) dan fase aktif

1) Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat; sampai

pembukaan 4 cm berlangsung dalam 7-8 jam.

2) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:


29

a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi

4 cm

b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

 Kala II: kala ini disebut juga dengan stadium ekspulsi janin atau kala

pengeluaran, mulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir

ketika janin sudah lahir.

 Kala III: segera setelah janin lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta

dan selaput ketuban janin, maksimal ditunggu sampai 30 menit.

 Kala IV: segera setelah lahirnya plasenta hingga 2 jam post-partum. Dalam

kala ini diamati apakah terjadi perdarahan postpartum. 1

Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada

primi; dan lebih dari 18 jam pada multi. Menurut Oxford Dictionary, primigravida

adalah wanita yang hamil pertama kali dan multigarvida adalah wanita hamil yang

sedang hamilatau telah hamil setidaknya untuk kedua kalinya.54 Menurut The

American Heritage Dictionary multigravida adalah wanita yang pernah hamil satu

kali atau lebih.55 Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau

waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-sebab fase

laten yang panjang mencakup (1) serviks belum matang pada awal persalinan,

memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks akan membuka secara normal

begitu terjadi pendataran; (2) posisi janin abnormal; (3) disproporsi cephalopelvik;
30

(4) pemberian sedatif yang berlebihan. Pada primigravida, fase aktif yang lebih

panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Yang lebih penting dari fase

ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Laju yang kurang dari 1,2 cm per jam

membuktikan adanya abnormalitas. Pemanjangan fase aktif menyertai: (1)

malposisi janin; (2) disproporsi cephalopelvik; (3) penggunaan sedatif dan

analgesik berlebihan; (4) ketuban pecah sebelum dimulainya persalinan. Fase aktif

pada multipara yang berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju

dilatasi serviks yang kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal.34

Gambar 2.6. Grafik persalinan modern. Karakteristik kurva rerata dilatasi

serviks untuk persalinan nulipara.1


31

Gambar 2.7. Durasi Persalinan Kala 1 dan II.1

Gambar 2.8. Durasi dilatasi serviks selama persalinan (per jam).1

2.2.4. Mekanisme Persalinan Normal

Meskipun persalinan dan kelahiran terdiri dari proses yang berkelanjutan,

namum tetap melibatkan tujuh gerakan kardinal diskrit dari janin yaitu:

engagement, descent, flexion, internal rotation, extension, external rotation or

restitution, and expulsion.1 Engagement mengacu pada perjalanan dari pintu atas

panggul menuju pintu bawah panggul. Descent mengacu pada bagian terbawah

janin melalui panggul. Flexion kepala janin terjadi secara pasif ketika kepala turun

karena bentuk tulang panggul dan resistensi jaringan sekitar dasar panggul. Rotasi

internal mengacu pada rotasi dari posisi asli saat memasuki rongga panggul

(biasanya OT) menjadi posisi anteroposterior saat melewati panggul. Extension


32

terjadi setelah janin turun ke tingkat introitus. Rotasi eksternal, juga dikenal

sebagai restitusi, mengacu pada kembalinya kepala janin ke posisi anatomi yang

benar dalam hubungannya dengan badan janin. Expulsion mengacu pada

persalinan sisa janin. Setelah persalinan kepala dan rotasi eksternal.


33

2.3. Kerangka Teori


34

2.4. Kerangka Konsep

Kadar MMP-7 Primigravida


Multigravida

Gambar 2.9 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan: Variabel Bebas (Independen)

Variabel Tergantung (Dependen)

2.5.Hipotesis Penelitian

H0: Tidak ada perbedaan kadar MMP-7 pada wanita hamil aterm saat

persalinan primigravida dan multigravida.

Ha: Terdapat perbedaan kadar MMP-7 pada wanita hamil aterm saat

persalinan primigravida dan multigravida.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan rancangan Cross

Sectional untuk menilai perbedaan kadar MMP-7 pada wanita hamil aterm

primigravida dan multigravida saat persalinan di RSUP H Adam Malik Medan

dan rumah sakit jejaring FK USU.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H Adam Malik Medan dan rumah sakit

jejaring FK USU.

3.2.2. Waktu Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel dilakukan pada bulan September sampai Oktober

2019.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah wanita hamil aterm primigravida dan

multigravida saat persalinan di ruang bersalin RSUP. H. Adam Malik Medan

dan rumah sakit jejaring FK USU.

35
36

3.3.2. Sampel Penelitian

Sebagian dari populasi wanita hamil aterm primigravida dan

multigravida saat persalinan di ruang bersalin RSUP. H. Adam Malik Medan

dan rumah sakit jejaring FK USU.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

1. Ibu hamil tunggal dengan usia kehamilan 37 – 40 minggu.

2. Tidak dijumpai riwayat keganasan ginekologis.

3. Tidak dijumpai riwayat penyakit sistemik.

4. Tidak dijumpai ketubah pecah dini (KPD).

5. Tidak dijumpai keputihan atau infeksi serviks secara klinis.

6. Persalinan spontan pervaginam

3.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Menarik diri dari penelitian.

2. Riwayat Abortus

3. Subjek penelitian menjalani terminasi secara perabdominal


37

3.5. Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus:

2𝜎 2 (𝑍1−∝ + 𝑍1−𝛽 )2
𝑛=
(𝜇1 − 𝜇2)2

2(80)2 (1,96 + 0,84)2


𝑛=
(300 − 200)2

𝑛 ≈ 11

Keterangan:

N : Jumlah sampel

σ : Standar deviasi dalam populasi (80)41

𝑍1−∝ : Nilai Kekuatan penelitian 95% (1,96)

𝑍1−𝛽 : Kekuatan penelitian 80% (0.84)

𝜇1 : Nilai rerata MMP-7 pada penelitian sebelumnya (300) 41

𝜇2 : Nilai rerata MMP-7 yang diprediksi pada penelitian ini (400)

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 11 orang untuk tiap kelompok

kemudian dibulatkan menjadi 30 orang setiap kelompok. 30 orang pada

primigravida dengan 15 orang pada fase aktif dan 15 orang pada fase laten. Serta

30 orang pada multigravida dengan 15 orang pada fase aktif dan 15 orang pada

fase laten.

3.6. Identifikasi Variabel

3.6.1. Variabel Bebas

Wanita hamil aterm primigravida dan multigravida saat persalinan fase laten dan

fase aktif.
38

3.6.2. Variabel Tergantung

Kadar MMP-7.

3.7. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Kategori Skala

1 MMP-7 Kadar MMP-7 ELISA pg/mL Rasio


yang diambil dari
usapan
cervicovaginal
fluid
2 Usia Usia dalam tahun Anamnesis 1. <21 tahun Ordinal
dihitung 2. 21-35 tahun
berdasarkan tahun 3. >35 tahun
kelahiran

3. Gravida Banyaknya anak Anamnesis 1. Primigravida: Ordinal


yang pernah Seorang wanita
dikandung. yang
mengandung
untuk pertama
kali.41
2. Multigravida:
Seorang wanita
yang pernah
mengandung
lebih dari
42
sekali.
4 Umur Umur kehamilan ibu Anamnesis 37 - 40 minggu Ordinal
kehamilan berdasarkan HPHT
atau USG
5. Fase Laten Lama fase laten dari Pemeriksaan Cm Rasio
pembukaan 1 cm Fisik
sampai pembukaan
< 4 cm
6. Fase Aktif Lama fase aktif dari Pemeriksaan Cm Rasio
pembukaan 4 cm Fisik
sampai pembukaan
8 cm
7 Lama Dihitung mulai Anamnese Jam Rasio
Persalinan dari subjek Pemeriksan
39

merasakn fisik
kontraksi teratur
sampai lahirnya
plasenta

3.8. Analisis Data

Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan perangkat lunak

statistik. Hasil penelitian ini disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi.

Kemudian dilakukan analisa sebaran data, bila data berdistribusi normal maka

dilakukan uji T tidak berpasangan, bila data berdistribusi tidak normal akan

dilakukan uji Mann Whitney. Analisa menggunakan tingkat kepercayaan 95%

dengan nilai P < 0,05 dianggap bermakna secara statistik.

3.9. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

Alat-alat yang akan digunakan untuk keperluan dari pengumpul data

meliputi:

1. Lembar status pasien.

2. Multiplex solution-array assay, Fluorokine Multi Analyte Profiling base kit.

3. Phosphate-buffered Saline.

4. Kapas lidi dan tabung.

Ibu-ibu hamil yang memenuhi kriteria penelitian seperti yang disebutkan

di atas, dimasukkan dalam subjek kehamilan saat persalinan fase laten maupun

fase aktif. Selanjutnya, semua subjek penelitian dikelola di Laboratorium Terpadu

USU. Langkah-langkah yang dilakukan pada sampel adalah sebagai berikut:

1. Anamnesis, meliputi nama, umur, paritas, hari pertama haid terakhir.


40

2. Pemeriksaan fisik, meliputi kesadaran, berat badan dan tinggi badan, tekanan

darah, dan USG sesuai prosedur tetap.

3. Prosedur penelitian:

- Kapas lidi dihapuskan ke serviks dan forniks posterior kurang lebih 20

detik.

- Masing-masing kapas lidi ditempatkan dalam tabung reaksi yang

mengandung 0,5 ml phosphate-buffered saline dan dibilas dalam buffer

selama 10-15 detik.

- Sampel diisentrifus selama 20 menit pada 3000 × g pada 2- 8℃.

- Kapas poliester menyerap sekitar 150 ml cairan ketika jenuh, dan

pengenceran rata-rata sampel vagina / serviks dalam buffer sekitar 1: 5.

- Spesimen dibekukan dan disimpan pada suhu -20°C.

- Supernatan dinilai dalam ng/mL.


41

3.10. Kerangka Kerja

Ibu Hamil yang datang ke


RSUP HAM dan rs jejaring FK
USU

Populasi Terjangkau

Kriteria Inklusi

Sampel

Primigravida Fase Laten dan Multigravida Fase Laten dan


Fase Aktif Fase Aktif

Kadar MMP – 7

Analisis Data
42

3.11. Etika Penelitian

Semua subjek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini, didapat

dari setiap pasien yang datang ke kamar bersalin RSUP H. Adam Malik Medan

dan RS Sundari dan RS USU. Kemudian subjek diambil dan dicatat oleh peneliti

dan kemudian dilakukan pengolahan data. Penelitian ini dilakukan dengan

persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Telah dilakukan suatu penelitian untuk melihat perbandingan kadar

MMP-7 pada pasien hamil primigravida dan multigravida di RSUP H. Adam

Malik dan RS Sundari dan RS USU mulai bulan September dan Oktober 2019.

Didapatkan sebanyak 60 orang sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dan

menyetujui untuk ikut. Subjek terdiri dari 30 orang pada primigravida dengan 15

orang pada fase aktif dan 15 orang pada fase laten. Serta 30 orang pada

multigravida dengan 15 orang pada fase aktif dan 15 orang pada fase laten.

Karakteristik dari subjek yang mengikuti penelitian dapat dilihat dari tabel di

bawah ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek penelitian

Gravida
p
Variabel primigravida Multigravida
Umur (mean ± sd) 28 ± 4 30 ± 4 0.704*
Fase (n,%)
Laten 15 (50) 15 (50) 0.5*
Aktif 15 (50) 15 (50) 0.5*
MMP-7; pg/ml (mean ± sd) 0.29 ± 0.47 2.12 ± 2.48 0.001*
Pembukaan; cm (mean ± sd) 3 ± 2 4 ± 2 0.001*
Lama persalinan; jam (mean ± sd) 10 ± 4 6 ± 2 0.001*
Berat badan; kg (mean ± sd) 50 ± 6 51 ± 7 0.403*
*Chi-Square

Berdasarkan tabel diatas, didapatkan bahwa responden dalam penelitian ini

terdiri atas 2 kelompok, kelompok primigravida, dengan rentang umur rerata 28 ±

4 dan multigravida dengan rerata umur 30 ± 4. Dijumpai 15 (48.3) datang dengan

43
44

fase laten pada primigravida dan 16 (51.6) pada fase aktif, sedangkan pada

multigravida dijumpai 15 (51.7) datang pada fase laten dan 14 (48.2) pada fase

aktif. Rerata MMP-7 pada primigravida adalah 0.29 ± 0.47 dan 2.12 ± 2.48 pada

multigravida. Pada primigravida rerata pembukaan pasien adalah 3 ± 2 dan 4 ± 2

pada multigravida. Lama persalinan pada primigravida adalah 10 ± 4 dan 6 ± 2

pada multigravida. Berat badan rerata pada primigravida adalah 50 ± 6 dan 51 ± 7

pada multigravida.

Tabel 4.2. Perbandingan kadar MMP-7 fase laten pada wanita

primigravida dan multigravida

Fase Paritas Mean SD P


Persalinan pg/ml
Fase Laten Primigravida 0. 00 ± 0.001 < 0.001*
Multigravida 0.42 ± 0.084
*Chi-Square

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa kadar MMP-7 rata-rata subjek

primigravida fase laten adalah 0.00 ± 0.001. Kadar MMP-7 rata-rata subjek

multigravida fase laten adalah 0.42 ± 0.084. Hasil menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kadar MMP-7 yang bermakna antara kedua kelompok paritas yang

berbeda

Tabel 4.3. Perbandingan kadar MMP-7 fase aktif pada wanita

primigravida dan multigravida

Fase Paritas Mean SD P


Persalinan pg/ml
Fase Aktif Primigravida 0.02 ± 0.004 < 0.001*
Multigravida 4.24 ± 1.67
* Chi-Square
45

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh bahwa kadar MMP-7 rata-rata subjek

primigravida fase aktif adalah 0.02 ± 0.004. Kadar MMP-7 rata-rata subjek

multigravida fase aktif adalah 4.24 ± 1.67. Hasil menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kadar MMP-7 yang bermakna antara kedua kelompok paritas yang

berbeda, sehingga pada penelitian ini, Ho ditolak, dan Ha diterima.

Gambar 4.1 Grafik Scatter plot hubungan MMP-7 dengan pembukaan pada
primigravida dan multigravida

Berdasarkan grafik 4.1 dapat kita lihat bahwa semakin besar pembukaan

serviks, maka kadar MMP-7 akan semakin meningkat juga, dan dapat kita lihat,

pada pembukaan yang sama kadar MMP-7 pada sekundigravida lebih tinggi dari

primigravida. Dari grafik didapatkan rumus Y= -0.16 + 0.15*X, pada

primigravida, dimana X adalah kadar MMP-7 dan Y adalah pembukaan. Pada

multigravida didapatkan rumus Y= -2.53+1.25*X.


46

Gambar 4.2 Grafik Scatter plot hubungan MMP-7 dengan lama persalinan pada
primigravida dan multigravida

Pada grafik 4.2 dapat kita lihat bahwa peningkatan kadar MMP-7

berbanding terbalik dengan lama persalinan. Semakin tinggi kadar MMP-& ,

semakin singkat pula lama persalinan, dimana rerata lama persalinan pada

multigravida lebih singkat dibandingkan pada primigravida dengan kadar MMP-7

lebih tinggi pada multigravida. Dari grafik didapatkan nilai y= 0.99-0.07*X pada

primigravida dan Y= 8.4 – 1.11*X pada multigravida, denga X adalah kadar

MMP-7 dan Y adalah lama persalinan (jam).


47

Tabel 4.4. Korelasi kadar MMP 7 terhadap pembukaan dan lama

persalinan

r P
MMP Pembukaan 0.924* <0.001**
Durasi -0.930* <0.001**
* **
Uji Korelasi Spearman T Test
Berdasarkan tabel diatas didapati bahwa kadar MMP-7 memiliki korelasi

positif dengan pembukaan dengan nilai r 0.924 dan nilai (p < 0.001). Sedangkan

dengan durasi persalinan, kadar MMP-7 memiliki korelasi negatif dengan nilai r -

0.930 dengan nilai (p < 0.001). Hal ini menunjukkan bahwa MMP-7 memiliki

hubungan yang kuat dengan pembukaan dan durasi persalinan. Dimana semakin

tinggi kadar MMP-7 maka semakin cepat pembukaan dan semakin singkat durasi

persalinan, sehingga pada penelitian ini, Ho ditolak, dan Ha diterima.

4.2. Pembahasan

Sampai saat ini, masih sedikit yang kita ketahui mengenai peran MMP,

khususnya MMP-7 dalam proses melahirkan. Hanya sediit yang kita ketahui

mengenai ekspresi dan regulasinya pada otot polos erviks selama hamil dan

kehamilan cukup bulan. Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa responden

dalam penelitian ini terdiri atas 2 kelompok, kelompok primigravida, dengan

rentang umur rerata 28 ± 4 dan multigravida dengan rerata umur 30 ± 4.

Dijumpai 15 (50%) datang dengan fase laten pada primigravida dan 15 (50%)

pada fase aktif, sedangkan pada multigravida dijumpai 15 (50%) datang pada fase

laten dan 15 (50%) pada fase aktif. Rerata MMP-7 pada primigravida adalah 0.29

± 0.47 dan 2.12 ± 2.48 pada multigravida. Pada primigravida rerata pembukaan
48

pasien adalah 3 ± 2 dan 4 ± 2 pada multigravida. Lama persalinan pada

primigravida adalah 10 ± 4 dan 6 ± 2 pada multigravida. Berat badan rerata pada

primigravida adalah 50 ± 6 dan 51 ± 7 pada multigravida.

Hal ini sejalan dengan penelitian Ayoub yang menunjukkan lebih dari

dua pertiga (72,2%) primigravida berada dalam kelompok penelitiannya memiliki

usia yang berkisar antara (20-29) tahun dibandingkan dengan (47,6%) di antara

multigravida dan hanya (5,6%) primigavida yang berusia di atas 34 tahun.

dibandingkan dengan (17,6%) di antara multigravida dengan usia rata-rata

primigavida adalah (24,1139 ± 5,10904) dibandingkan dengan (29,6879 ±

74224) di antara multigravida.56

Berdasarkan penelitian, diperoleh bahwa kadar MMP-7 rata-rata subjek

primigravida fase laten adalah 0.00± 0.001. Kadar MMP-7 rata-rata subjek

multigravida fase laten adalah 0.42± 0.084. Hasil menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan kadar MMP-7 yang bermakna antara kedua kelompok paritas yang

berbeda. kadar MMP-7 rata-rata subjek primigravida fase aktif adalah 0.02 ±

0.004. Kadar MMP-7 rata-rata subjek multigravida fase aktif adalah 4.24 ±

1.67.Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadarMMP-7 yang bermakna

antara kedua kelompok paritas yang berbeda, sehingga pada penelitian ini, Ho

ditolak, dan Ha diterima.

Yujing et al, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsentrasi

(MMP-7) meningkat secara signifikan dalam CVF selama persalinan (n = 16)

dibandingkan dengan semua sampel yang tidak dalam persalinan (n = 44, P =

0.025).57
49

Saori, dalam penelitiannya juga mendukung peran MMP-7 dalam

degradasi ECM pada membran janin selama persalinan. Geng Junnan. Peran dan

Regulasi Sistem MMP dalam Proses Pemisahan, dimana MMP-7 memegang

peranan penting dalam pematangan serviks.58

Menurut Geng, dari hasil penelitian mereka dikatakan bahwa umur dan

berat badan tidak mempengaruhi kadar MMP-7. Namun MMP-7 diproduksi

secara berlebihan oleh plasenta pada keadaan preeklampsia karena aktivitas dari

proteolitik MMPs. MMP-7 yang meningkat dapat juga dijumpai pada KPD yang

dihubugkan dengan respon inflamatori.4

Berdasarkan penelitian Garcia, umur dan paritas dapat menentukan

perubahan morfologi dari serviks babi, dimana pada wanita multiapara lebih lebar

dan panjang dari pada wanita nulipara. Juga perubahan pada komposisi jaringan

kemungkinan dapat mempengaruhi elestisitas dari serviks khususnya pada bagian

uterus. Pada bagian serviks lumen dapat melebar dan bergelombang secara

bertahap.53

Sundoft adalam penelitiannya mendapatkan bahwa konsentrasi kolagen

serviks meningkat secara bertahap setelah persalinan, peningkatan ini secara

statistik meningkat signfikan sampai 9 bulan, dan tidak signifikan dari 9 – 12

bulan, dari 12 – 15 bulan. Wanita dengan persalinan yang di induksi tidak ada

perbedaan antara wanita dengan persalinan spontan. Rata-rata konsentrasi kolagen

serviks pada wanita primigravida 3, 6, 9, 12, dan 15 (50.6%, 57.9%, 61.0%,

64.1% dan 62.5%, tidak ada perbedaan secara signifikan terhadap wanita

multigravida (50.2%, 59.1%, 63.7%, 65.7%, dan 66.0% of dry weight, ). Hasil
50

yang sama ditemukan pada wanita primipara (49.5%, 57.9%, 62.0%, 65.7% dan

63.6%) dengan wanita multipara(52.1%, 60.2%, 63.8%, 63.9% dan 66.3%)60

Dalam penelitian ini didapatkan kadar MMP-7 memiliki korelasi positif

dengan pembukaan dengan nilai r 0.924 dan nilai (p<0.001). Sedangkan dengan

durasi persalinan, kadar MMP-7 memiliki korelasi negatif dengan nilai r -0.930

dengan nilai (p<0.001). Hal ini menunjukkan bahwa MMP-7 memiliki hubungan

yang kuat dengan pembukaan dan durasi persalinan. Dimana semakin tinggi kadar

MMP-7 maka semakin cepat pembukaan dan semakin singkat durasi persalinan,

sehingga pada penelitian ini, Ho ditolak, dan Ha diterima. Dalam penelitiannya

Geng menemukan ECM mempunyai peran yang penting pada kejadian multiple

biologis selama persalinan, dan membutuhan proses dari sintesis protein dan

proteolitik degradasi. Enzin yang berperan pada proteolisis yaitu (MMP-2 dan -9)

dan kolagen ( MMP-1 dan -8), yang berperan pada remodeling serviks dan ruptur

membran ketuban. MMP yang lain seperti MMP-3, -7dan -14 berkontribusi pada

saat persalinan. Ketidak seimbangan antara MMP dengan ingibitor selama

persalinan dapat menimbulkan PPROM, preeklampsia, prolaps organ panggul,

inkontinensia urine tipe stress pada wanita setelah melahirkan .

Sejalan dengan penelitian Fanjul pada percobaan model hewan dari

kehilangan fungsi MMPs sangat penting untuk identifikasi beberapa fungsi baru

dan tak terduga dari metalloproteinases ini. Demikian juga, model-model ini telah

sangat berguna untuk identifikasi substrat in vivo dari MMP dan untuk

pembentukan kausal hubungan antara disregulasi enzim ini dan perkembangan

berbagai penyakit manusia. Meski begitu, generasi baru model hewan masih
51

diperlukan untuk mengevaluasi fungsi beberapa Anggota keluarga MMP seperti

MMP-23, MMP-27 atau MT6-MMP yang sebagian besar belum ditandai.

Beberapa model baru ini akan membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk

meminimalkan terjadinya dugaan redundansi fungsional atau kompensasi

mekanisme antara anggota keluarga MMP.44

Wei Li menunjukkan MMP-1 dan MMP-7 meningkat di aorta, uterus dan

plasenta dari RUPP vs tikus hamil, MMP kolagen substrat 1 meingkat pada aorta,

uterus, dan plasenta RUPP vs tikus hamil, sitoin TNFα meningkat MMP-1 dan

MMP-7di aorta, uterus dan plasenta pada tikus hamil, sementara TNFα antagonis

membalikkan efek peningkatan TNFα pada MMP di jaringan tikus hamil.5

Pada penelitian Yujing, MMP -1, -2, -3,-7,-8,-9,-12,-13 dan TIMP-1 dan

-2 pada manusia berhubungan dengan persalinan spontan. Diaman tidak ada

perbuahan temporal pada konsentrasi MMP -1, -2, -3, - 8 dan -9 pada CVF saat

mencapai persalinan. Dijumpai peningkatak MMP-7, TIMPI-1 dan -2 konsentrasi

pada persalinan normal spontan dengan TIMP-1 , yang menunjukkan peningkatan

yang besar dibandingkan TIMP-2. TIMP-1 konsentrasi pada CVF secara

signifikan meningkat setidak nya 1 minggu sebelum onset persalinan. MMP dan

TIMP pada CVF dapat menunjukan immunoreactive protein yang disekresikan

atau bocor pada supracervical amniochorion, deciduas dan cervix. Pada penelitian

ini meskipun TIMP-1 dan -2 meningkat saat persalinan, MMP-7meningkat secara

tajam daraipada inhibitor nya. MMP-7 meningkat ada selular epitelial

kompartmen pada ketuban dan desidua, pada cairan amnion, dan persalinan tidak
52

ada berhubungan dengan MMP-7. Namum aktivitas MMP-7secara signifikan

meningkat pada amnion dengan PROM. 57

Konrad menemukan MMP – 13 dan MMP-7terlibar dalam involusi post

partum . MMP – 13 dan MMP-7pada postpartum uteri menunjukkan peningkatan

yang maksimum pada hari ke-2 persalinan pada uterus dan menurun secara drastis

2 hari setelah persalinan.59

Dalam penelitian Garcia, peningkatan MMP-7 dan MMP-9 pada cervix

meningkat sewaktu hamil , yang memberi kesan keterlitabatan protease ini pada

extreaselullar matrix pada saat pematangan servix. Positif imunostaining didapati

apad astroma tetapi tidak pada squamous epitel. Terdapat banyak MMP-2 pada sel

stroma. MMP – 9 pada imunostaining pada serviks . nilai MMP-2 pada wanita

hamil meningkat 2.5 kali lipat daripada yang tidak hamil . MMP-9 meningkat

sekitar 3 kali lipat pada wanita yang hamil daripada yang tidak hamil 59.

Saori dalam penelitiannya mendapatkan bahwa aktivitas MMP-7

meningkat pada amnion pada PROM daripada CS dan TIMP-1 level menurun

pada ND dan PROM daripada CS. Pada penelitian di jumpat peningkatan dari

MMP-7 yang disertai penurunan TIMP-1 pada amnion selama PROM, dapat di

simpulkan bahwa dijumpai keterlibatan MMP-7 pada PROM saat kehamilan.58

Sejalan dengan penelitian Yujing didapati peningkatan signifikan regulasi

dari MMP-7, MMP-11 dan MMP-12 sebelum persalinan dengan peningkatan

pada saat persalinan dan post partum. Peningkatan MMP 7 juga berhubungan

dengan peningata IGF 1 dan IGFBP34 pada miometrium tikus selama persalinan

dan setelah persalinan yag menstimulasi proliferasi sel , sintesis kolagen dan
53

pertumbuhan otot/ egenerasi yang membuat nya penting untuk involusi uteri pada

saat post partum.57

Pada penelitian House tidak ditemukan hubungan yang bermakna variabel

ekspresi MMP-9 dengan setiap variabel uji (usia ibu, usia kehamilan, paritas, dan

IMT) pada kedua kelompok penelitian. Hal tersebut dimungkinkan karena

peningkatan ekspresi MMP-9 dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti onset of

labor, kerja enzim lain, prostaglandin, dan pemilihan sampel. Kerja enzim MMP

dalam mendegradasi matriks ekstraselular tidak dilakukan sendiri-sendiri, akan

tetapi dilakukan oleh sekelompok enzim MMP tertentu. Hal ini disebabkan karena

terkadang sel penghasil enzim MMP tertentu juga menghasilkan jenis enzim

MMP lainnya. tuban negatif dan ketuban positif (p35 tahun, ekspresi MMP-9 kuat

paling banyak ditemukan pada kelompok ketuban positif. Kelompok usia 20−35

tahun pada kelompok ketuban positif memiliki nilai IA kuat yang paling banyak

dibandingkan dengan kelompok ketuban negative, walaupun secara statistik tidak

terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).Kelompok ketuban positif memiliki

ekspresi MMP-9 kuat pada kelompok usia kehamilan 21−28 minggu daripada

kelompok ketuban negatif. Hasil ini berkebalikan dengan hasil pada kelompok

kehamilan 35−36 minggu.51


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Usia rata-rata karakteristik pada penelitian ini diperoleh pada subjek fase

laten primigravida adalah 27 ± 3.05 tahun dan fase laten multigravida

adalah 29 ± 3.94 tahun. Usia rata-rata fase aktif primigravida adalah 28 ±

4.80 tahun dan fase aktif multigravida adalah 29 ± 3.97 tahun.

2. MMP-7 pada fase laten pada subjek primigravida adalah 0.00 ± 0.001 dan

multigravida adalah 0.42 ± 0.084 (p <0.001). Dari hal ini didapatkan

perbedaan yang bermakna antara dua kelompok.

MMP-7 pada fase aktif primigravida adalah 0.02 ± 0.004 dan multigravida

adalah 4.24 ± 1.67 ( p < 0.001). Dari hal ini didapatkan perbedaan yang

bermakna antara dua kelompok.

3. Didapati adanya peningkatan kadar MMP-7 pada primigravida dan

multigravida pada fase laten dan fase aktif, sehingga dapat disimpulkan

bahwa MMP-7 berpengaruh terhadap lamanya pematangan serviks,

lamanya fase laten dan fase aktif pada primigravida dan multigravida, hal

ini menunjukkan adanya peningkatan kadar MMP-7 dengan (p < 0.001) ,

hal ini menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara peningkatan

kadar MMP-7 dengan pematangan serviks dan lamanya fase laten dan fase

aktif pada primigravida dan multigravida.

56
57

5.2 Saran

Pemeriksaan MMP-7 dapat dilakukan untuk memprediksi lamanya suatu

persalinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kilpatrick S; Garrison E. Obstetrics : Normal and Problems Pregnancies;


Chapter 13: Normal Labor and Delivery. Saunders: United States. 2013.
Available from: http://obgyn.azurewebsites.net/wp-content/uploads/
2014/02/gabbe-normal-labor.pdf [Accessed on 13 September 2019]
2. Patterson DA; Winslow M; Matus C. Spontaneous Vaginal Delivery.
American Academy of Family Physicians. 2008; 78(3): 336-342.
3. Milton SH; Isaacs C. Normal Labor and Delivery. Medscapes. 2019.
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/260036-overview
[Accessed on 13 September 2019]
4. Geng, Junnan, Cong Huang, and Siwen Jiang. "Roles and regulation of the
matrix metalloproteinase system in parturition." Molecular reproduction
and development 83.4 (2016): 276-286.
5. Li, Wei, et al. "Vascular Biology and Microcirculation: Increased vascular
and uteroplacental matrix metalloproteinase-1 and-7 levels and collagen
type I deposition in hypertension in pregnancy: role of TNF-α." American
Journal of Physiology-Heart and Circulatory Physiology 313.3 (2017):
H491.
6. Heng YJ; Quinzio MKW; Liong S; Permezel M; Rice GE; Georgiou HM.
Temporal Investigation of Matrix Metalloproteinases and Their Inhibitors
in Human Cervicovaginal Fluid in Late Pregnancy and Labor.
Reproductive Sciences. 2012; 19)1): 55-63.
7. Weiss, A. The matrix metalloproteinases (MMPS) in the desidua and fetal
membranes. Front Biosci 2007. 12, 649.
8. Mestrovic AH; Bilic M; Loncar LB; Mickovic V; Loncar Z. Psychological
Factors in Experience of Pain during Childbirth. Coll. Antropol. 2015;
39(3): 557-565.
9. Meng, Fan, et al. "Biochemical characterization and zinc binding group
(ZBGs) inhibition studies on the catalytic domain of MMP-7 (cdMMP-
7)." Journal of inorganic biochemistry 165 (2016): 7-17.
10. Wells A; Shalev E; Goldman S. The matrix metalloproteinases (MMPS) in
the desidua and fetal membrans. Frontiers in Bioscience. 2007; 12: 649-
659.
11. Agnihotri, Renu, et al. "Osteopontin, a novel substrate for matrix
metalloproteinase-3 (stromelysin-1) and matrix metalloproteinase-7
(matrilysin)." Journal of Biological Chemistry 276.30 (2001): 28261-
28267.
12. Geng J; Huang C; Jiang S. Roles and Regulation of the Matrix
Metalloproteinase System in Parturition. Mol. Reprod. Dev. 2016: 83:
276-286.
13. Nguyen, TTN; Shynlova O; Lye SJ. Matrix Metalloproteinase Expression
in the Rat Miometrium During Pregnancy, Term Labor, and Postpartum.
Biology of Reproduction. 2016; 95(1): 24.

58
59

14. Yokoyama Y, Grünebach F, et al. Matrilysin (MMP-7) Is a Novel Broadly


Expressed Tumor Antigen Recognized by Antigen-Specific T Cells.
American Association for Cancer Research. 2008: 5503-5511.
15. Vargo-Gogola, Tracy, et al. "Identification of novel matrix
metalloproteinase-7 (matrilysin) cleavage sites in murine and human Fas
ligand." Archives of biochemistry and biophysics 408.2 (2002): 155-161.
16. Queensland Clinical Guidelines. Maternity and Neonatal Clinical
Guideline: Normal Birth. Queensland Clinical Guidelines Steering
Committee. 2018: 1-42.
17. Shaw JL, Smith CR, Damandis EP. Proteomic analysis of human cervico-
vaginal fluid. J Proteome Res. 2007 Jul;6(7):2859-65.
18. Choi SJ; Choi SY; Jung KL; Kim JH. Cervicovaginal matrix
metalloproteinase-9 and cervical ripening in human term parturition.
European Journal of Obstetrics,. Gynecology and Reproductive Biology.
2008; 142(1): 43-7. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/23483605_Cervicovaginal_matrix_metalloproteinase_and_cervical_ri
pening_in_human_term_parturition.
19. Krampert M, Bloch W, et al. Activities of the Matrix Metalloproteinase
Stromelysin-2 (MMP-10) in Matrix Degradation and Keratinocyte
Organization in Wounded Skin. Mol Biol Cell. 2004 Dec; 15(12): 5242–
5254.
20. Bhupinder SS. Matrix metalloproteinases, an overview. Res Rep Biol
2010.1, 1–20.
21. Vadillo-Ortega, F., Estrada-Gutierrez, G. Role of matrix
metalloproteinases in preterm labour. BJOG An Int J Obstet
Gynaecol2005. 112, 19–22.
22. Geng J; Huang C; Jiang S. Roles and Regulation of the Matrix
Metalloproteinase System in Parturition. Molecular Reproduction &
Development. 2016; 83: 276-286.
23. Brew K. dan Nagase H. The tissue inhibitors of metalloproteinases
(TIMPs): an ancient family with structural and functional diversity.
Biochim Biophys Acta. 2010; 1803(1):55-71.
24. Wolf K, Sandner P, Kurtz A, dan Moll W. Messenger Ribonucleic Acid
Levels of Collagenase (MMP-13) and Matrilysin (MMP-7) in Virgin,
Pregnant, and Postpartum Uterus and Cervix of Rat Endocrinology. 1996
25. Stygar D, Wang H, Vladic YS, Ekman G, Eriksson H, and Sahlin L.
Increased Level of Matrix Metalloproteinases 2 and 9 in the Ripening
Process of the Human Cervix. Biology of Reproduction. 2002; 67, 889–
894.
26. Romero R, Mazor M, Supulveda W. Tumor necrosis factor in preterm and
term labor. American Journal of Obstretics and Gynecology 2014.
345(80), 760–765.
27. Nishihara S, Someva A. dan Yonemoto H. Evaluation of the Expression
and Enzyme Activity of Matrix Metalloproteinase—7 in Fetal Membranes
During Premature Rupture of Membranes at Term in Humans. Sage
Journals 2008; 15(2).
28. Strauss JF. Extracellular matrix dynamics and fetal membrane rupture.
60

Reprod Sci 2013. 20, 140–153.


29. Tina Tu-Thu Ngoc Nguyen,Oksana Shynlova, and Stephen J. Lye. Matrix
Metalloproteinase Expression in the Rat Miometrium During Pregnancy,
Term Labor, and Postpartum. BIOLOGY OF REPRODUCTION (2016)
95(1):24, 1–14. DOI 10.1095/biolreprod.115.138248
30. Sosa SEY, Flores-Pliego A, Espejel-Nunez A, Medina-Bastida D, Vadillo-
Ortega F, Zaga-Clav ellina V, and Estrada-Gutierrez G. New Insights Into
the Role of Matrix Metalloproteinases in Preeclampsia. International
Journal of Molecular Science 2017. 18: 1-10.
31. Wei Li, Ning Cui. Increased vascular and uteroplacental matrix
metalloproteinase-1 and -7 levels and collagen type I deposition in
hypertension in pregnancy: role of TNF-α. 01 Sep 2017.
32. Minissian MB; Kilpatrick S; Eastwood JA; Robbins WA; Accortt EE; Wei
J; Shufelt CL; Doering LV; Merz CNB. Association of Spontaneous
Preterm Delivery and Future Maternal Cardiovascular Disease.
Circulation. 2018; 137: 865-871.
33. World Health Organization, Maternal and Newborn Health/Safe
Motherhood Unit. Care in normal birth: a practical guide.
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/who_frh_msm_
9624/en/ (Diakses 13 September 2019).
34. Dreesang LT; Yonke N. Management of Spontaneous Vaginal Delivery.
American Academy of Family Physicians. 2015; 92(3): 202-207.
35. Gregory K; Fridman M. Cesarean versus Vaginal Delivery: Whose Risks?
Whose Benefits. American Journal of Perinatology. 2012; 29(1): 1-12.
36. PCN Guide. Chapter 9: Signs Associated with the Beginning of Labor.
2016. Available from: http://www.pcnguide.com/wp-content/uploads/2016/03/2-Signs-Associated-
with-the-Beginning-of-Labor.pdf (Diakses 13 September 2019)
37. Zhang J, Landy HJ, and Reddy UM. Contemporary Patterns of
Spontaneous Labor With Normal Neonatal Outcomes. Obstet Gynecol.
2010; 116(6): 1281–1287.
38. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Labor,
Delivery and Postpartum Care: How to Tell When Labor Begins. ACOG.
2011. Available ftom: https://www.acog.org/~/media/For%20Patients/faq004.pdf [Accessed
on 13 September 2019]
39. Kota S, Gayatri K. Endocrinology of Parturition. Indian Journal of
Endocrinology and Metabolism. Jan-Feb 2013, vol 17, Issue 1.
40. Velho MB; Santos EKA; Briggemann OM; Camargo BV. Experience with
vaginal birth versus cesarean childbirth: integrative review of women’s
perceptions. Text Context Nursing Florianopolis. 2012; 21(2): 458-66.
41. Becher N, Hein M, Danielsen CC, Uldbjerg N.Matrix metalloproteinases
in the cervical mucus plug in relation to gestational age, plug
compartment, and preterm labor. Reproductive Biology and
Endocrinology 2010, 8:113
42. Chen, J., & Khalil, R. A. (2017). Matrix Metalloproteinases in Normal
Pregnancy and Preeclampsia. Matrix Metalloproteinases and Tissue
Remodeling in Health and Disease: Target Tissues and Therapy, 87–165.
61

doi:10.1016/bs.pmbts.2017.04.001.
43. Izadi E, Vafashoar F, Jorbozedar P et al. Effect of Progesterone on
Expression of MMP-7 and MMP13 in Lungs of Female Mice. Iran J
Allergy Asthma Immunol October 2018; 17(5):485-489.
44. Fanjul-Fernández M, Folgueras AR, Cabrera S, López-Otín C. Matrix
metalloproteinases: evolution, gene regulation and functional analysis in
mouse models. Biochim Biophys Acta. 2010 Jan;1803(1):3-19.
45. Heng YJ; Quinzio MKW; Liong S; Permezel M; Rice GE; Georgiou HM.
Temporal Investigation of Matrix Metalloproteinases and Their Inhibitors
in Human Cervicovaginal Fluid in Late Pregnancy and Labor.
Reproductive Sciences. 2012; 19)1): 55-63.
46. Goswami S, Angkasekwinai P, Shan M, Greenlee KJ. Divergent functions
for airway epithelial matrix metalloproteinase 7 and retinoic acid in
experimental asthma. Nat Immunol. 2009 May;10(5):496-503.
47. Geng J; Huang C; Jiang S. Roles and Regulation of the Matrix
Metalloproteinase System in Parturition. Molecular Reproduction &
Development. 2016; 83: 276-286.
48. Leppert, P. C., Jayes, F. L., & Segars, J. H. (2014). The extracellular
matrix contributes to mechanotransduction in uterine fibroids. Obstetrics
and gynecology international, 2014, 783289. doi:10.1155/2014/783289
49. Hulboy, D. (1997). Matrix metalloproteinases as mediators of
reproductive function. Molecular Human Reproduction, 3(1), 27–
45. doi:10.1093/molehr/3.1.27
50. Rajabi, M. R., Dean, D. D., Beydoun, S. N., & Woessner, J. F.
(1988). Elevated tissue levels of collagenase during dilation of uterine
cervix in human parturition. American Journal of Obstetrics and
Gynecology, 159(4), 971–976. doi:10.1016/s0002-9378(88)80183-2
51. House, M., Kaplan, D. L., & Socrate, S. (2009). Relationships between
mechanical properties and extracellular matrix constituents of the cervical
stroma during pregnancy. Seminars in perinatology, 33(5), 300–307.
doi:10.1053/j.semperi.2009.06.002
52. Sundtoft, I., Sommer, S., & Uldbjerg, N. (2011). Cervical collagen
concentration within 15 months after delivery. American Journal of
Obstetrics and Gynecology, 205(1), 59.e1–
59.e3. doi:10.1016/j.ajog.2011.03.036
53. García-Vázquez, F. A., Llamas-López, P. J., Jacome, M. A., Sarrias-Gil,
L., & López Albors, O. (2019). Morphological changes in the porcine
cervix: A comparison between nulliparous and multiparous sows with
regard to post-cervical artificial insemination.
Theriogenology. doi:10.1016/j.theriogenology.2019.01.004
54. Oxford Concise Medical Dictionary. Version 2015.
55. The American Heritage® Dictionary of the English Language, Fifth
Edition copyright ©2020 by Houghton Mifflin Harcourt Publishing
Company.
62

Lama Klasifikasi
Pembukaan
No Nama Umur MR Paritas Fase MMP-7 Persalinan paritas dan Berat badan
Serviks (cm)
(Jam) fase

1 Ny EM 33 1293xx G1P0A0 L 0,0013 1 14 1 53

2 Ny S 30 1303xx G1P0A0 L 0,0021 1 14 1 52

3 Ny L 26 1210xx G1P0A0 L 0,0017 1 14 1 56

4 Ny DSi 29 1298xx G1P0A0 L 0,0025 1 16 1 56

5 Ny UF 25 1299xx G1P0A0 L 0,0046 2 14 1 60

6 Ny DN 24 1212xx G1P0A0 L 0,0039 1 14 1 41

7 Ny F 23 1279xx G1P0A0 L 0,004 2 16 1 44

8 Ny TA 25 1214xx G1P0A0 L 0,0051 2 14 1 41

9 Ny FA 30 1108xx G1P0A0 L 0,0027 1 14 1 54

10 Ny R 28 0902xx G1P0A0 L 0,0036 2 14 1 57

11 Ny B 29 0934xx G1P0A0 L 0,0024 1 14 1 49

12 Ny D 25 0873xx G1P0A0 L 0,0052 2 14 1 45

13 Ny RK 29 3124xx G1P0A0 L 0,0041 2 14 1 48

14 Ny F 28 2134xx G1P0A0 L 0,0057 2 14 1 41

15 Ny K 22 3421xx G1P0A0 L 0,0051 2 14 1 47

16 Ny RH 27 1303xx G1P0A0 A 0,4056 4 7 2 53

17 Ny I 24 1163xx G1P0A0 A 0,5025 4 7 2 42

18 Ny TR 34 1232xx G1P0A0 A 0,3028 5 7 2 54

19 Ny E 30 1222xx G1P0A0 A 0,4215 4 6 2 51

20 Ny SW 34 1299xx G1P0A0 A 0,5014 4 6 2 55

21 Ny A 23 1299xx G1P0A0 A 0,4076 4 6 2 40

22 Ny MS 26 1256xx G1P0A0 A 0,5028 5 7 2 54

23 Ny YW 35 1299xx G1P0A0 A 0,2508 4 6 2 48

24 Ny A 36 0774xx G1P0A0 A 0,3356 4 6 2 42

25 Ny M 32 1041xx G1P0A0 A 0,4256 4 6 2 54

26 Ny J 30 2345xx G1P0A0 A 0,5631 6 4 2 56

27 Ny S 29 2345xx G1P0A0 A 0,521 4 7 2 58

28 Ny T 24 5431xx G1P0A0 A 0,4219 6 5 2 41

29 Ny M 21 1234xx G1P0A0 A 0,4517 6 5 2 44

30 Ny CA 25 1321xx G1P0A0 A 0,4298 4 7 2 57

31 Ny S 29 0673xx G2P1A0 L 0,0179 2 8 3 45

32 Ny RH 32 0500xx G2P2A0 L 0,0182 2 8 3 45

33 Ny WE 33 1212xx G2P1A0 L 0,0184 2 8 3 61

34 Ny LM 30 0094xx G3P2A0 L 0,0189 2 8 3 59

35 Ny NA 25 1297xx G2P1A0 L 0,0194 2 8 3 57

36 Ny R 26 1231xx G2P1A0 L 0,0191 3 6 3 60

37 Ny Ri 35 0462xx G3P2A0 L 0,0194 2 7 3 56

38 Ny SN 32 0912xx G4P3A0 L 0,0179 2 7 3 53

39 Ny L 25 4561xx G2P1A0 L 0,0183 2 7 3 61

40 Ny I 21 2342xx G2P1A0 L 0,0181 2 7 3 43


63

Lama Klasifikasi
Pembukaan
No Nama Umur MR Paritas Fase MMP-7 Persalinan paritas dan Berat badan
Serviks (cm)
(Jam) fase

41 Ny R 29 4321xx G3P2A0 L 0,0278 2 7 3 59

42 Ny T 28 4325xx G2P1A0 L 0,0185 2 7 3 59

43 Ny A 34 6653xx G2P1A0 L 0,0279 2 7 3 41

44 Ny Re 31 4563xx G3P2A0 L 0,0298 2 7 3 57

45 Ny Ri 33 2345xx G2P1A0 L 0,0246 2 8 3 50

46 Ny HF 37 0039xx G3P2A0 A 3,5409 5 3 4 43

47 Ny VO 33 0869xx G5P4A0 A 2,5609 4 4 4 56

48 Ny RA 37 0685xx G2P1A0 A 4,5421 5 3 4 57

49 Ny HS 25 1221xx G3P1A0 A 4,5643 5 3 4 41

50 Ny RP 24 1924xx G2P1A0 A 5,4398 7 2 4 48

51 Ny H 32 7767xx G2P1A0 A 1,5782 4 5 4 48

52 Ny Y 27 5312xx G1P0A0 A 2,5209 4 5 4 48

53 Ny M 32 1234xx G2P1A0 A 6,8321 6 4 4 57

54 Ny Sa 24 1245xx G3P2A0 A 1,8462 5 5 4 46

55 Ny S 25 7654xx G3P2A0 A 6,5421 7 2 4 49

56 Ny N 30 1243xx G3P1A0 A 6,329 7 3 4 48

57 Ny K 34 2345xx G3P2A0 A 4,5412 5 5 4 45

58 Ny S 30 2345xx G3P1A1 A 3,3614 5 5 4 40

59 Ny Y 29 4567xx G2P1A0 A 5,2128 7 5 4 60

60 Ny F 28 4321xx G2P1A0 A 4,2341 5 5 4 46

Keterangan:Primigravida + Fase Laten = 1Primigravida + Fase Aktif = 2Multigravida + Fase Laten = 3Multigravida + Fase Aktif = 4
64

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Ibu-ibu Yth,
Nama saya dr. Ria Suci Nurlianti, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan doktoral
(S2) Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera Utara.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul :

KADAR MATRIX METALLOPRO TEINASE 7 (MMP-7) KEHAMILAN CUKUP


BULAN PADA PROSES PERSALINAN PRIMIGRAVIDA
DAN MULTIGRAVIDA PADA PEMERIKSAAN CAIRAN SERVIKOVAGINAL

Tata cara penelitianya sebagai berikut:

Subjek dianamnesis, meliputi nama, umur, gravida, hari pertama haid terakhir,
pemeriksaan fisik, meliputi kesadaran, berat badan dan tinggi badan dan tekanan darah, sesuai
prosedur tetap. Kemudian alat cocor bebek dimasukkan ke vagina dan kapas lidi dihapuskan
ke serviks dan forniks posterior kurang lebih 20 detik.

Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri dan tim terlatih. Penelitian ini sendiri memiliki
efek samping rasa tidak nyaman yang dapat ditimbulkan pada saat pemasangan alat cocor
bebek. Sampel yang diperoleh kemudian diperiksa di Laboratorium Terpadu FK USU. Data
yang diperoleh selanjutnya dianalisa menurut statistika. Kerahasiaan pribadi pasien tetap saya
pelihara. Penelitian ini tidak berbahaya, dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan
kepada pasien.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu yang telah berpartisipasi di dalam penelitian ini.
Jika selama menjalani penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas maka ibu-ibu dapat
menghubungi dr. Ria Suci Nurlianti di Departemen Obgin FK-USU. Apabila sewaktu-waktu
ibu-ibu ingin bertanya mengenai penelitian, ibu-ibu dapat menghubungi saya di nomor
082160097272. Dan ibu-ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian kapan saja dan tidak
mengubah status ibu-ibu sebagai pasien.
Terima kasih.

Medan, / / 2019

Hormat saya

dr. Ria Suci Nurlianti


65

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(Informed Consent)

Saya yang namanya tersebut dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Perempuan

Rekam Medis :

Alamat :

Diagnosa :

Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan mengenai penelitian berjudul:

KADAR MATRIX METALLOPROTEINASE 7 (MMP-7) KEHAMILAN CUKUP


BULAN PADA PROSES PERSALINAN PRIMIGRAVIDA
DAN MULTIGRAVIDA PADA PEMERIKSAAN CAIRAN SERVIKOVAGINAL

secara lengkap dan saya memahaminya maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya
menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Partisipasi saya
dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa paksaan, maupun tekanan dari pihak manapun
dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu.

Medan, / / 2019

( )
LAMPIRAN

FORMULIR PENELITIAN

Nama :

Umur : tahun

Gravida: Primigravida

Multigravida

Usia Kehamilan (USG/HPHT): minggu

Pemeriksaan fisik (dilatasi serviks): cm

Berat Badan Kg

Anamnesa (riwayat mules-mules mau


melahirkan):

Diagnosa:
LAMPIRAN

HASIL OUTPUT SPSS

Descriptives
kelas_paritas fase Statistic Std. Error
Usia primi fase laten Mean 27.0667 .78962
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 25.3731

Upper Bound 28.7602


5% Trimmed Mean 27.0185
Median 28.0000
Variance 9.352
Std. Deviation 3.05817
Minimum 22.00

Maximum 33.00
Range 11.00
Interquartile Range 4.00
Skewness .083 .580
Kurtosis -.618 1.121
primi fase aktif Mean 28.6667 1.24084

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 26.0053


Upper Bound 31.3280
5% Trimmed Mean 28.6852
Median 29.0000
Variance 23.095
Std. Deviation 4.80575

Minimum 21.00
Maximum 36.00
Range 15.00
Interquartile Range 10.00
Skewness .063 .580
Kurtosis -1.313 1.121

multi fase laten Mean 29.5333 1.01825


95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 27.3494
Upper Bound 31.7173
5% Trimmed Mean 29.7037
Median 30.0000
Variance 15.552
Std. Deviation 3.94365

Minimum 21.00
Maximum 35.00
Range 14.00
Interquartile Range 7.00
Skewness -.654 .580
Kurtosis -.149 1.121

multi fase aktif Mean 29.0667 1.02570


95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 26.8668
Upper Bound 31.2666
5% Trimmed Mean 28.9074
Median 29.0000
Variance 15.781

Std. Deviation 3.97252


Minimum 24.00
Maximum 37.00
Range 13.00
Interquartile Range 7.00
Skewness .393 .580

Descriptive Statistics
LAMPIRAN

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Laten_primi 15 .001300 .005700 .00360000 .001403567


Aktif_primi 15 .017900 .029800 .02094667 .004252036
Laten_multi 15 .250800 .563100 .42958000 .084758954

Aktif_multi 15 1.578200 6.832100 4.24306667 1.667039631


Valid N (listwise) 15

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Laten_kode Statistic df Sig. Statistic df Sig.


*
Laten Laten primigravida .139 15 .200 .944 15 .441

Laten multigravida .189 15 .158 .947 15 .475

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji normalitasTest Saphiro Wilk menunjukkan bahwa

Pada variabel laten primigravida diperoleh nilai Sig. 0,441 > 0,05 maka data laten primigravida dinyatakan normal

Pada variabel laten multigravida diperoleh nilai Sig. 0,475 > 0,05 maka data laten multigravida dinyatakan normal

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Aktif_kode Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Aktif Aktif primigravida .375 15 .000 .701 15 .000


*
Aktif multigravida .110 15 .200 .957 15 .646

*. Thisis a lowerbound of thetruesignificance.


a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji normalitas SaphiroWilk menunjukkan bahwa

Pada variabel aktif primigravida diperoleh nilai Sig. 0,000 < 0,05 maka data aktif primigravida dinyatakan tidak normal

Pada variabel laten multigravida diperoleh nilai Sig. 0,646 > 0,05 maka data aktif multigravida dinyatakan normal.

Uji beda rata-rata dua sampel tidak berpasangan


a. Uji beda rata-rata dua sampel tidak berpasangan laten primigravida dan laten multigravida
Uji beda rata-rata dua sampel tidak berpasangan antara laten primigravida dan laten multigravida dilakukan
dengan menggunakan analisis independent sampel t test. Hal ini karena data laten primigravida dan laten
multigravida berdistribusi normal.

Hasil uji independent t test hubungan antara kadar MMP-7 pada laten primigravida dan laten multigravida

Group Statistics

Laten_kode N Mean Std. Deviation Std. ErrorMean

Laten Laten primigravida 15 .0036 .00140 .00036

Laten multigravida 15 .4296 .08476 .02188

Independent Samples Test


LAMPIRAN

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std. Interval of
Sig. (2- MeanDiffe ErrorDifferen theDifference
F Sig. T df tailed) rence ce Lower Upper
Late Equalvaria
n ncesassum 18.138 .000 -19.462 28 .000 -.42598 .02189 -.47081 -.38115
ed
Equalvaria
14.00
nces not -19.462 .000 -.42598 .02189 -.47292 -.37904
8
assumed

Hasil uji diperoleh nilai Sig (2-tailed) 0,000 < 0,05, maka kadar MMP-7 berbeda signifikan antara laten primigravida dan

laten multigravida.

b. Uji beda rata-rata dua sampel tidak berpasanganaktifprimigravida dan aktif multigravida
Uji beda rata-rata dua sampel tidak berpasangan antara aktifprimigravida dan aktifmultigravida dilakukan
dengan menggunakan analisis Mann Whitney. Hal ini karena terdapat salah satu data yang berdistribusi tidak
normal yaitu data aktifprimigravidaberditribusi tidak normal sedangkan dataaktifmultigravida berdistribusi
normal.

Hasil Mann Whitney hubungan antara kadar MMP-7 pada aktifprimigravida dan aktifmultigravida

Ranks

Aktif_kode N MeanRank Sum of Ranks

Aktif Aktif primigravida 15 8.00 120.00

Aktif multigravida 15 23.00 345.00

Total 30

Test Statisticsa

Aktif

Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 120.000
Z -4.667
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

ExactSig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b

a. Grouping Variable: Aktif_kode


b. Not corrected for ties.

Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai AsympSig. (2-tailed) 0,000 < 0,05. Maka kadar MMP-7 berbeda signifikan antara

aktif primigravida dan aktifmultigravida.


LAMPIRAN

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 12.566a 16 .704
Likelihood Ratio 16.212 16 .438
N of Valid Cases 60
a. 34 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .48.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 50.656a 44 .228
Likelihood Ratio 69.928 44 .008
N of Valid Cases 60
a. 90 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .48.

Chi-Square Tests
LAMPIRAN

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 60.000a 28 .000
Likelihood Ratio 83.111 28 .000
N of Valid Cases 60
a. 54 cells (93.1%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .48.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 23.604a 6 .001
Likelihood Ratio 29.074 6 .000
N of Valid Cases 60
a. 10 cells (71.4%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .48.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .067a 1 .796
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .067 1 .796
Fisher's Exact Test 1.000 .500
N of Valid Cases 60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.50.
b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 32.160a 8 .000
Likelihood Ratio 42.972 8 .000
LAMPIRAN

N of Valid Cases 60
a. 14 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .97.

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
Pearson Chi-Square 60.000a 58 .403
Likelihood Ratio 83.111 58 .017
N of Valid Cases 60
a. 118 cells (100.0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is .48.

Anda mungkin juga menyukai